Analisis uud 45 sebelem amandemen (1)

ANALISIS UUD 1945
SEBELUM & SESUDAH
AMANDEMEN PASAL 1 s/
d18B
OCTOBER 19, 2012HELMI AIRAN

Pasal 1 ayat 2
Sebelum Amandemen: Kedaulatan memang berada di tangan rakyat,
tetapi dilaksanakan sepenuhnya berada di tangan rakyat, sehingga
kelemahan di sini MPR dalam menjalankan kedaulatnnya tidak dibatasi
oleh undang-undang
Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen, kedaulatan masih berada di
tangan rakyat tetapi semuanya harus sesuai dengan undang-undang.
Kelebihan dari amandemen ayat ini adalah mengurangi kesewenangwenangan penggunaan kedaulatan oleh rakyat dan harus sesuai dengan
undang-undang
Pasal 1 ayat 3
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Negara Indonesia mempertegas statusnya sebagai
negara hukum karena pada saat Orde Baru kekuasaan banyak
diselewengkan dan semuanya dikuasai oleh para ‘kerah-putih’ sehingga
dengan di tambahkannya pasal ini, maka semua orang Indonesia, tanpa

melihat statusnya dalam berbuat harus tetap dipertanggungjawabkan di
depan hukum yang berlaku di Indonesia
Pasal 2 ayat 1

Sebelum Amandemen: Kelemahan dari ayat ini adalah anggota MPR yang
berasal dari golongan-golongan daerah bisa saja tidak sesuai dengan
kualifikasi yang diminta untuk duduk di kursi MPR
Sesudah Amandemen: Kelebihan dari amandemen ayat ini adalah
anggota DPD yang akan duduk di MPR haruslah melalui pemilihan umum
sehingga bukan asal pilih saja
Pasal 3 ayat 1
Sebelum Amandemen: MPR hanya berperan untuk menetapkan UUD dan
GBHN. Pengubahan UUD bukan menjadi hak MPR
Sesudah Amandemen: MPR bisa melakukan perubahan pada UUD, selain
menetapkannya. Apabila dipandang suatu pasal tidak sesuai dengan
zaman, maka MPR bisa melakukan perubahan sesuai dengan UU yang
berlaku
Pasal 3 ayat 2
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: MPR berwenang sebagai lembaga yang melantik

presiden dan wakil presiden saja, karena sebelumnya MPR juga memilih,
mengangkat, dan memberhentikan presiden dan wakil presiden
Pasal 3 ayat 3
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: MPR hanya berwenang untuk memakzulkan
presiden dan wakil presiden berdasarkan UUD, dengan alasan
presiden/wapres itu gagal dalam melaksanakan pemerintahan. Mereka
tidak berwenang untuk memilihnya
Pasal 5 ayat 1

Sebelum Amandemen: Presiden memiliki hak penuh untuk membentuk UU
dengan persetujuan DPR sehingga dengan demikian UU yang dibentuk itu
pasti bisa disahkan
Sesudah Amandemen: Presiden hanya berhak untuk membuat dan
mengajukan RUU kepada DPR untuk kemudian dibahas dan disahkan.
Kelebihan dari pengubahan ini adalah RUU yang sebelum dijadikan UU
bisa dilakukan wacana terlebih dahulu, apakah sesuai dengan kondisi
yang ada di masyarakat
Pasal 6 ayat 1
Sebelum Amandemen: Latar belakang presiden Indonesia pada saat itu

hanya disebutkan harus orang Indonesia tanpa menjelaskan syarat yang
lebih jelas lainnya
Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen latar belakang seorang
presiden semakin dipertegas dengan beberapa syarat, seperti harus
mampu melaksanakan tugas kepresidenan secara jasmani dan rohani
Pasal 6 ayat 2
Sebelum Amandemen: Presiden dipilih langsung oleh MPR dengan suara
terbanyak tanpa adanya campur tangan rakyat, sehingga rakyat tak
pernah tahu bagiamana sosok/figur yang akan menjadi pemimpin negara
waktu itu
Sesudah Amandemen: Syarat-syarat untuk menjadi presiden dan wapres
diatur oleh UU sehingga sesuai dengan ketentuan UU, maka dalam hal ini
masyarakat Indonesia berhak untuk memilih presiden serta wapres, tanpa
ikut campur MPR secara langsung
Pasal 6A ayat 1
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Di sini menegaskan tentang hak pilih rakyat dalam
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung, sehingga hal ini

tentu berbeda dengan masa Orde Baru saat era kepemimpinan mantan

Presiden Soeharto
Pasal 6A ayat 2
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Calon Presiden dan Wakilnya merupakan usulan
dari satu parpol ataupun gabungan beberapa parpol (koalisi) sebelum
dilaksanakan pemilihan umum
Pasal 6A ayat 3
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Ayat ini membahas mengenai syarat sah untuk
menjadi seorang Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan jumlah suara
yang diperolehnya pada saat pemilu, yakni lebih dari 50% secara nasional
dan lebih dari 20% di tiap provinsi di Indonesia
Pasal 6A ayat 4
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Apabila dalam penghitungan ditemukan suara
yang terbanyak yang sama pada dua calon pasangan presiden dan
wapresnya, maka akan dilaksanakan pemilu ulang dengan calon para
pemenang suara pertama dan kedua tersebut oleh rakyat secara
langsung
Pasal 6A ayat 5

Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Syarat-syarat untuk menjadi seorang Presiden dan
Wakil Presiden lebih lanjutnya akan diterangkan di undang-undang yang
berlaku

Pasal 7
Sebelum Amandemen: Presiden memiliki hak untuk diangkat kembali
sebagai presiden dalam jangka 5 tahun kepemerintahan dan selanjutnya
bisa dipilih kembali tanpa batas yang ada. Hal ini bisa saja membuat
seorang Presiden untuk mencalonkan dirinya berkali-kali atau selamanya
Sesudah Amandemen: Presiden memiliki hak kepemerintahan sebanyak
dua kali masa jabatan yang masing-masing berjangka 5 tahun untuk
dipilih oleh masyarakat Indonesia secara langsung. Hal ini diharapkan bisa
menghilangkan kepemerintahan abadi
Pasal 7A
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: MPR dengan usul DPR bisa saja memberhentikan
jabatan seorang Presiden maupun Wakil Presiden apabila dia terbukti
telah melakukan pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan
serta tindakan pidana berat lainnya ataupun sudah tidak memenuhi

syarat-syarat untuk menjadi seorang Presiden ataupun Wakil Presiden lagi
Pasal 7B ayat 1
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Sebelum memberikan usulan kepada MPR untuk
memberhentikan seorang Presiden ataupun Wakil Presiden yang terbukti
salah melakukan tindakan semacam korupsi, penyuapan, dan
semacamnya, maka DPR terlebih dahulu mengajukan permintaan ke MK
sebelum memutuskan apakah Presiden atau Wapres tersebut terbukti
melakukan tindakan tersebut
Pasal 7B ayat 2
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)

Sesudah Amandemen: DPR memiliki fungsi pengawasan terhadap kinerja
seorang Presiden beserta Wakil Presidennya, dan apabila terbukti salah
satunya ataupun keduanya melakukan kesalahan, maka DPR telah
menjalankan fungsi pengawasannya
Pasal 7B ayat 3
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Sebelum mengajukan permintaan untuk
memberhentikan seorang presiden atau wapresnya yang terbukti

melakukan kesalahan ke MK, DPR haruslah melakukan sidang &
mendapatkan suara paling tidak 2/3 dari anggotanya dan anggota yang
hadir dalam sidang paling tidak sebanyak 2/3 dari keseluruhannya untuk
bisa mengajukan permintaan pemberhentian presiden / wapres
Pasal 7B ayat 4
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: MK diberi waktu paling lambat 90 hari untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus usulan DPR setelah MK menerima
usulan permintaan pemberhentian presiden atau wakilnya
Pasal 7B ayat 5
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Apabila MK telah menemukan bahwa usul yang
disampaikan DPR itu benar mengenai kesalahan-kesalahan yang
dilakukan presiden atau wakilnya dan menyetujuinya, maka DPR berhak
untuk meneruskan usul pemberhentian itu ke MPR
Pasal 7B ayat 6
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)

Sesudah Amandemen: Setelah menerima persetujuan dari MK dan
mendapat tembusan dari DPR, maka MPR berhak menyelenggarakan

sidang dan memutuskannya paling lambat 30 hari setelah usul dari DPR
tersebut diterima MPR
Pasal 7B ayat 7
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Presiden atau wakil presiden yang terbukti
bersalah akan korupsi/suap/tindakan tercela lainnya diberi hak untuk
menyampaikan penjelasannya di sidang paripurna MPR sebelum MPR
melakukan penghitungan suara dari anggotanya dengan jumlah anggota
yang hadir paling tidak ¾ dan jumlah suara paling tidak sebanyak 2/3 dari
yang hadir itu
Pasal 7C
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Presiden tidak meiliki hak untuk membekukan
ataupun membubarkan DPR karena DPR adalah lembaga wakil rakyat
yang berfungsi utuk melaksanakan fungsi pengawasannya terhadap
kinerja pemerintah
Pasal 8 ayat 1
Sebelum Amandemen: Wakil presiden memiliki hak untuk menggantikan
posisi presiden apabila ada kondisi tertentu yang menghalanginya untuk
berhenti bertugas. Wakil presiden tersebut akan menggantikannya

sampai habis
Sesudah Amandemen: Wakil Presiden berhak menggantikan posisi
presiden dalam menjalankan tugasnya sampai masa presiden yang
mangkat itu habis, bukannya sampai masa seumur hidup
Pasal 8 ayat 2

Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Apabila terjadi kekosongan jabatan wakil presiden
yang disebabkan oleh sakit/meninggal dunia/sebab lainnya, maka MPR
akan menyelenggarakan rapat sidang untuk membahas dua calon wapres
yang sebelumnya diusulkan oleh presiden
Pasal 8 ayat 3
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Apabila terdapat keadaan di mana presiden &
wakil presiden secara bersama-sama tidak bisa melaksanakan
kewajibannya, maka pelaksana tugas kepresidenan yang terdiri dari
Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan
berkewajiban melaksanakan tugas kepresidenan untuk sementara.
Sedangkan MPR diberi hak selambat-lambatnya 30 hari untuk melakukan
sidang dalam penentuan Presiden dan Wakil Presiden baru dengan calon

yang diusulkan oleh dua partai politik yang menduduki posisi dua dan tiga
pada pemilihan umum sebelumnya. Calon Presiden dan Wakil Presiden
yang terpilih itu nantinya akan bekerja selama masa jabatan Presiden
yang berhalangan sebelumnya.
Pasal 9 ayat 1
Sebelum Amandemen: Presiden diterangkan dalam janjinya untuk
menjalankan peraturan dengan seluas-luasnya tanpa batas yang nyata.
Sehingga, hal ini membuat suatu kelemahan pada citra Presiden tanpa
memandang rakyat
Sesudah Amandemen: Janji presiden sesudah amandemen berubah yang
dicirikan dengan Presiden menjalankan peraturan selurus-lurusnya
dengan UU sehingga diharapkan tidak terjadi penyelewengan kekuasaan
Pasal 9 ayat 2
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)

Sesudah Amandemen: Sumpah yang diucapkan oleh Presiden dan
wakilnya haruslah disaksikan oleh MPR dihadapan MA, apabila MPR atau
DPR tidak bisa mengadakan sidang. Dengan demikian, kesaksian oleh
mereka bisa dibenarkan
Pasal 11 ayat 2

Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Dalam pembuatan perjanjian Internasional dengan
negara lain yang berdampak pada perekonomian rakyat, Presiden
haruslah melakukan perundingan/pembahasan dengan DPR
Pasal 11 ayat 3
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah
Amandemen:
Segala
ketentuan
mengenai
Internasional diatur oleh Undang-Undang yang berlaku

Perjanjian

Pasal 13 ayat 2
Sebelum Amandemen: Presiden berhak menerima duta dari negara lain
tanpa melalui pertimbangan siapapun
Sesudah Amandemen: Setelah diamandemen, ayat 2 mempertegas ayat
pertama dalam hal pengangkatan duta negara lain tapi harus melalui
perundingan dengan DPR
Pasal 13 ayat 3
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Amandemen pada ayat 3 lebih mempertegas ayat
2 namun dengan perbedaan dalam penempatan duta negara lain yang
perlu memperhatikan usulan/melalui perundingan dengan DPR
Pasal 14 ayat 1

Sebelum Amandemen: Presiden berhak memberikan grasi, amnesti,
abolisi, dan rehabilitasi kepada siapapun yang dikehendakinya
Sesudah Amandemen: Pemberian grasi dan rehabilitasi oleh Presiden
kepada orang tertentu harus melalui pertimbangan Mahkamah Agung
sehingga dengan demikian Presiden tidak sewenang-wenang dalam
memberikan grasi dan semacamnya
Pasal 14 ayat 2
Sebelum Amandemen: Presiden berhak memberikan grasi, amnesti,
abolisi, dan rehabilitasi kepada siapapun yang dikehendakinya
Sesudah Amandemen: Pada ayat 2, pemberian amnesti dan abolisi oleh
Presiden harus melalui pertimbangan DPR, bukannya MA
Pasal 15
Sebelum Amandemen: Presiden berhak kapanpun dan sesuai dengan
kemauannya memberikan gelar, tanda jasa, dan tanda-tanda kehormatan
kepada siapapun
Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen, Presiden dalam memberikan
gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan kepada seseorang haruslah
sesuai dengan perundangan yang berlaku
Pasal 16 ayat 1
Sebelum Amandemen: Susunan Dewan Pertimbangan Agung ditetapkan
sesuai dengan perundangan yang berlaku di Indonesia
Pasal 16 ayat 2
Sebelum Amandemen: DPA berkewajiban memberikan jawab kepada
Presiden dan memajukan usul kepada pemerintah
Pasal 16 ayat 1 dan 2

Sesudah
Amandemen:
Sesudah
amandemen,
Presiden
berhak
mengangkat DPA yang memiliki tugas untuk memberikan nasehat dan
pertimbangan kepada Presiden sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku. Dengan demikian, pasal 16 ayat (1) dan (2) sesudah
amandemen dilebur menjadi satu tapi dirubah dalam hal konten
Pasal 17 ayat 2
Sebelum Amandemen: Presiden memiliki hak untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang membantunya dalam bertugas
Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen, tidak ada perubahan pada
ayat 2 ini secara kontekstual
Pasal 17 ayat 3
Sebelum Amandemen: Sebelum era reformasi, menteri-menteri bekerja
memimpin departemen pemerintahan
Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen, para menteri membidangi
dalam urusan tertentu kepemerintahan
Pasal 17 ayat 4
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran
jajaran dalam kementrian sesudah amandemen harus disesuaikan/diatur
dalam undang-undang yang berlaku. Bukan sepenuhnya ada di tangan
Presiden
Pasal 18 ayat 1
Sebelum Amandemen: Pembagian daerah-daerah di Indonesia, baik besar
ataupun kecilnya tidak hanya didasarkan pada undang-undang yang
berlaku di Indonesia tetapi juga harus berdasarkan asas permusyawaratan
yang berlaku pada sistem pemerintahan yang ada. Selain itu hak-hak

untuk membentuk daerah-daerah istimewa
Yogyakarta juga harus dipertimbangkan

di

Indonesia,

seperti

Sesudah Amandemen: Ayat ini mempertegas struktur provinsi. Provinsi
terdiri dari kabupaten dan kota serta kesemuanya diatur dalam
perundangan yang berlaku
Pasal 18 ayat 2
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Pemerintah daerah provinsi, kabupaten maupun
kota memiliki hak untuk mengurusi daerahnya sendiri menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan
Pasal 18 ayat 3
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Di setiap pemerintahan daerah provinsi, kabupaten
maupun kota memiliki DPRD di tiap tingkatannya, tetapi para anggotanya
harus dipilih melaui pemilihan umum
Pasal 18 ayat 4
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Gubernur, Bupati, dan Walikota harus dipilih
berdasarkan pemilihan umum yang diselenggarakan di provinsi,
kabupaten ataupun kota secara demokratis sehingga peran serta
masyarakat sangat menentukan dalam pemilukada ini, selain pilpres
Pasal 18 ayat 5
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Pemda dapat menjalankan otonomi daerah seluasluasnya, semisal tambang yang berfungsi demi kemaslahatan penduduk

di situ namun masih dalam pengawasan pemerintah pusat dan juga pajak
daerah. Namun, urusan pusat bukanlah perhatian dari Pemda
Pasal 18 ayat 6
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Pemda bisa membuat peraturan daerahnya sendiri
demi kepentingan otonomi daerah dan tugas pembantuan. Peraturan
lainnya juga termasuk hak otonomi daerah. Semuanya berfungsi untuk
memajukan kesejahteraan penduduk di dalamnya
Pasal 18 ayat 7
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Penyelenggaraan pemerintah daerah untuk lebih
lanjut diatur dalam undang-undang, termasuk susunan dan tata cara
penyelenggaraannya
Pasal 18A ayat 1
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Mengatur hubungan wewenang antara pemerintah
pusat dengan pemerintah daerah (Pemprov, Pemkab, Pemkot) yang
sesuai dengan undang-undang dengan memperhatikan kehususan dan
keistimewaan yang dimiliki oleh tiap daerah di Indonesia. Dengan
demikian, tidak akan terjadi kebebasan yang tidak bertanggungjawab di
Pemda karena kesalahan pemahaman otonomi daerah dan tidak adanya
pemantauan dan kendali dari Pemerintah Pusat
Pasal 18A ayat 2
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Mengatur masalah pemanfaatan sumberdaya alam
antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat demi kepentingan

bersama, meskipun pemda diberikan hak otonomi untuk mengelola
sumberdaya yang terkandung di daerahnya masing-masing. Sumberdaya
alam yang ada di Indonesia sendiri dimanfaatkan untuk kepentingan
masyarakat bersama, bukan hanya miliki suatu daerah tertentu secara
penuh
Pasal 18B ayat 1
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat
khusus ataupun istimewa akan diakui oleh Pemerintah Pusat, seperti
Satpol PP dan Kepolisian Pamong Praja. Namun, semuanya juga harus
diatur dengan Undang-Undang yang berlaku
Pasal 18B ayat 2
Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA)
Sesudah Amandemen: Adat istiadat yang berkembang di Indonesia,
seperti
kesatuan
masyarakat
adat
suku
Bali,
Kekeratonan
Surakarta/Ngayogyakarta, dll secara resmi mendapat pengakuan dari
Negara, tetapi harus berdasarkan prinsip yang berlaku di NKRI ini, dan
yang terutama mengutamakan asas Ketuhanan

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63