EKONOMI MIKRO TEORI PERMINTAAN KONSUMEN

EKONOMI MIKRO
TEORI PERMINTAAN KONSUMEN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

ASTRI ZEBUA
1406117838
KELOMPOK: 3 (TIGA)

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015


TEORI PERMINTAAN (DEMAND)
Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara
jumlah permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara
permintaan dan harga dapat dibuat grafk kurra permintaan
Permintaan adalah kebutuhan masyarakat / indiridu terhadap suatu
jenis barang tergantung kepada faktor-faktor sebagai berikut:
1.Harga barang itu sendiri
2.Harga barang lain
3.Pendapatan konsumen
4.Cita masyarakat / selera
5.Jumlah penduduk
6.Musim / iklim
7.Prediksi masa yang akan datang
Hukum permintaan ( The Law of demand)
Pada hakikatnya makin rendah harga suatu barang maka makin
banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi
harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang
tersebut.
Dari Hypotesa di atas dapat disimpulkan, bahwa:
1. Apabila harga suatu barang naik, maka pembeli akan mencari

barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti barang
tersebut, dan sebaliknya apabila barang tersebut turun, konsumen
akan menambah pembelian terhadap barang tersebut.
2. Kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil konsumsen
berkurang, sehingga memaksa konsumen mengurangi pembelian,
terutama barang yang akan naik harganya.
Pengaruh Faktor Bunga Harga Terhadap Permintaan
-Harga barang lain
Hubungan suatu barang dengan barang lain dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) golongan:
a. Barang pengganti / barang subsidi, yaitu apabila suatu barang
dapat menggantikan fungsi barang lain.
Contoh : Miyak tanah dan gas, Harga barang subsidi dapat
mempengaruhi permintaan terhadap barang yang digantikannya.
b. Barang pelengkap / Complementer, yaitu apabila suatu barang
selalu digunakan secara bersama.
Contoh : gula dan kopi
c. Barang yang tidak saling berhubungan
Contoh : kapal terbang dengan sandal jepit
-Pendapatan Konsumen

Berhubungan pendapatan konsumen akan menimbulkan perubahan
permintaan terhadap berbagai jenis barang.
Jenis barang dapat dibedakan menjadi 2 (Dua) macam, yaitu :

1. Barang normal, yaitu barang yang permintaannya akan meningkat
apabila pendapatan konsumen naik Barang mewah / barang lux,
barang kebutuhan sehari-hari
2. Barang inferior / barang bermutu rendah, yaitu barang yang diminta
konsumen berpenghasilan rendah, apabila pendapatan konsumen
tersebut naik maka permintaan terhadap barang inferior akan
menurun.
-Corak distribusi pendapatan
Jika Pemerintah menaikan pajak pada orang kaya, untuk menaikan
pendapatan yang berpenghasilan rendah, maka corak permintaan barang
berubah.
-Cita rasa masyarakat / selera
Perubahan cita rasa masyarakat akan merubah permintaan terhadap
suatu barang
-Jumlah Penduduk
Pertambahan penduduk akan diakui oleh adanya kesempatan kerja.

Dengan demikian akan merubah daya beli masyarakat, selanjutnya akan
menambah permintaan berbagai barang.
-Prediksi masa yang akan datang
Jika konsumen memprediksi akan adanya kenaikan harga suatu barang
dimasa yang akan datang, maka permintaan terhadap barang tersebut
meningkat.
KONSUMEN
Konsumen adalah salah satu unit pengambil keputusan dalam
ekonomi yang bertujuan untuk memaksimumkan keputusan dari berbagai
barang atau jasa yang dikonsumsikan. Analisa ekonomi ingin mengetahui
sejauh mana kepuasan yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi
barang atau jasa. Hal ini dapat tercermin pada tingkat kepuasan subyektif
yaitu (utilitas) atau nilai guna, istilah utilitas dapat diartikan nilai subyektif
dari kualitas barang atau jasa yang dikonsumsi atau juga bisa diartikan
sesuatu untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan. Dengan bahasa yang
mudah; kepuasan konsumen dapat diukur dengan satuan utilitas(util).
Dalam
memaksimumkan
kepuasan,
ia

dihadapkan
pada
dua
permasalahan, yaitu:
(1)barang-barang ekonomis yang dikonsumsi oleh konsumen pasti
mempunyai harga
(2)pendapatan konsumen terbatas sehingga untuk mendapatkan
tingkat kepuasannya juga terbatas.
Dalam perilaku konsumen ini akhirnya diperoleh kurra permintam
(den-wnd). Pada kurra permintaan, teori ekonomi menyangka bahwa
satuan untuk memenuhi kepuasan (satisfaction), yaitu utilitas (utility).

Ada dua pendekatan dalam menganalisa utilitas, yaitu pendekatan utiliti
kardinal ~cardinal utility approach) dan pendekatan utiliti ordinal (ordinal
utility
approach).
Ada dua asumi yang menonjol yang sering dipakai oleh para ekonom,
berkaitan dengan teori konsumsi:
1. Asumi rasionalitas, artinya bahwa seorang konsumen senantiasa
berusaha menggunakan,pendapatannya yang jumlahnya terbatas

itu, untuk memperoleh kombinasi barang-barang dan jasa-jasa
konsumsi yang menurut perkiraannya akan mendatangkan
kepuasan
yang
maksimum
(Sudarsono,
1984;
12).
2. Asumsi perfect knowledge atau pengetahuan yang sempurna,
khsusus pengetahuan mengenai macam barang dan jasa
komunikasi yang tersedia di pasar, harga masing-masing barang
dan jasa, besarya pendapatan yang mereka peroleh, dan cita rasa
yang
mereka
miliki.
Kepuasan dengan konsep utilitas yang memakai pendekatan
kardinal menganggap bahwa kepuasan tidak hanya dapat
dibandingkan tetapi dapat juga diukur secara absolut dengan
menggunakan unit pengukuran utd. Karena menurut kenyataan
kepuasan itu tak dapat diukur, maka asumsi ini biasanya ditonjolkan

sebagai kelemahan dari teori konsumsi pada pendekatan cardinal.
Teori ini dikenal juga sebagai teori dengan pendekatan marginal
klasik
atau
classical
marginal
utility
approach.
Utilitas (daya guna) dapat diukur dengan angka-angka itu disebut
util kardinal.
Contoh seorang mengkonsumsi sepotong daging diberi 10 util,
apabila menghabiskan 2 potong daging akan menghasilkan 20 util. jadi
teori kardinal ini menganggap bahwa kepuasan manusia dalam
mengkonsumsi dapat diukur. Sedangkan teori konsumsi dengan
pendekatan ordinal adalah teori yang mempelajari perilaku konsumen
dalam mengkonsumsi barang atau jasa yang tingkat kepuasannya dapat
dilihat order-order atau urutan-urutan dari kombinasi barang yang
dikonsumsikan. Pendekatan ini asumsi yang dipakai lebih realistis.
Dengan menggunakan konsepsi kurra tak acuh (kurra indifern atau
indefern curre). Asumsi bahwa kepuasan dapat diukur dalam pendekatan

ini tidak dipakai lagi, tetapi seorang konsumen itu hanya dapat
diperbandingkan tinggi rendahnya.
Jika harga suatu barang naik maka jumlah permintaan terhadap
barang tersebut akan turun, ceteris paribus (faktor-faktor lain, seperti
pendapatan konsumen, harga barang lain, selera dan sebagainya
dianggap tetap). Sebaliknya, jika harga barang turun maka jumlah

permintaan terhadap barang tersebut akan bertambah, ceteris paribus.
Dalam hal ini, terdapat hubungan negatif antara harga dan jumlah yang
diminta. Ada dua pendekatan (approach) yang menerangkan mengapa
konsumen berperilaku seperti yang dinyatakan dalam hukum permintaan,
yaitu pendekatan daya guna marginal (marginal utility) dan pendekatan
kurra

1)

indiferen

(indifference


curve

analysisi)

Pendekatan Daya Guna Marginal (marginal Utility)
Pendekatan daya guna marginal didasarkan kepada: (1) hukum
daya guna marjinal yang menurun (the law of diminishing return), yang
menyatakan bahwa bila konsumsi suatu barang terus dipenuhi maka
kepuasan total yang diperoleh konsumen mula-mula naik, mencapai
maksimum (titik jenuh atau saturation point), dan kemudian menurun; (2)
kepuasan (utility) dapat diukur; dan (3) konsumen selalu berusaha
mencapai kepuasan maksimum.
Hukum kepuasan yang semakin menurun, secara sederhana dapat
diilustrasikan sebagai berikut: seseorang yang selesai berolah raga tentu
akan merasa haus dan dia ingin segera minum, gelas air pertama yang
diminum

memberikan

kepuasan


yang

lebih

tinggi

karena

dapat

melepaskan dahaganya, gelas air kedua memberikan tambahan kepuasan
yang terus terus meningkat. Misalnya, sampai gelas air keempat,
kepuasan yang diterimanya mencapai maksimum (mencapai titik jenuh).
Apabila konsumsi air terus dilanjutkan dengan gelas kelima, keenam dan
seterusnya, maka kepuasan totalnya bukannya bertambah, melainkan
akan

berkurang


karena

minum

air

terlalu

banyak

malah

akan

menimbulkan penyakit, misalnya sakit perut dan sebagainya.
Ada dua konsep daya guna yang diterima konsumen dalam
mengkonsumsi suatu jenis barang, yaitu daya guna total atau kepuasan
total (total utility) dan kepuasan marginal/tambahan (marginal utility).
Daya guna total adalah total kepuasan yang diperoleh konsumen karena
mengkonsumsi suatu barang. Sedangkan daya guna marginal (marginal
utility) adalah tambahan kepuasan yang diterima akibat menambah
mengkonsumsi satu-satuan barang. Seperti ilustrasi di atas, konsumen

yang mengkonsumsi dalam jumlah yang semakin banyak, maka total
kepuasannya

mula-mula

akan

meningkat,

mencapai

maksimal,

maka

puncak,

dan

kemudian menurun
Untuk

mencapai

kepuasan

konsumen

harus

membelanjakan semua pendapatannya pada berbagai barang-barang dan
jasa-jasa sedemikian rupa sehingga rupiah terakhir yang dibelanjakan
pada setiap barang yang dibeli memberikan tambahan daya guna yang
sama. Jika dimisalkan ada beberapa jenis barang, yaitu barang X dan Y,
sampai barang Z, maka maksimisasi kepuasan akan tercapai apabila
memenuhi syarat sebagai berikut:
MUx/Px =MUy/Py =......= MUz/Pz
Dimana MU adalah daya guna marginal (marginal utility) dan P adalah
harga (price). Kepuasan maksimum akan tercapai apabila perbandingan
tambahan daya guna dibagi dengan harga adalah sama untuk semua
barang yang dikonsumsi.
Dalam membe;I berbagai jenis barang, konsumen dibatasi oleh anggaran
yang tersedia. Kendala anggaran yang tersedia untuk dibelanjakan
adalah:
I = XPx + YPy +….. + ZPz
Dimana I adalah pendapatan (income) yang tersedia untuk dibelanjakana.
Jumlah masing-masing barang dikali harganya adalah sama dengan
pendapatan yang dibelanjakan.
1)

Pendekatan Kurva Indiferensi
Menurut pendekatan ini, konsumen tidak perlu mengukur berapa
kepuasan yang diterimanya dalam mengkonsumsi berbagai jenis barang,
namun

dari

berbagai

bundle

kombinasi

barang,

konsumen

dapat

menentukan urutan kesukaan (preferensi) dalam mengkonsumsi, yaitu:
lebih disukai, sama sukanya dan yang kurang disukai. Dari preferensi
konsumen terhadap bundel-bundel kombinasi barang tersedia dapat
disusun kurra indeferensi. Kurva indeferensi (indifference curve)
adalah sebuah kurra yang menghubungkan titik-titik kombinasi konsumsi
yang memberikan kepuasan yang sama. Kumpulan dari beberapa kurra

indiferen yang digambarkan dalam satu bidang disebut kurva Peta
indiferen

(Indifference

curve

map).

Ada

beberapa

cirri

kurra

indiferen, yaitu: 1) mempunyai kemiringan negatif; 2) cembung terhadap
titik O (origin); dan 3) tidak saling berpotongan. Kurra indiferen dalam
mengkonsumsi dua jenis barang, yaitu X dan Y .
Kepuasan yang diperoleh sepanjang kurra indiferen I adalah sama. Jika
ingin menambah mengkonsumsi barang X, maka konsumen tersebut
harus mengorbankan tidak mengkonsumsi barang Y. Mengambil contoh
pada kurra I1. Pada awalnya konsumen mengkonsumsi dititik A, dengan
kombinasi barang X1Y1. Jika konsumen ingin meningkatkan konsumsi
barang X menjadi X1X2, maka barang Y yang dikorbankan adalah Y1Y2.
Karena terletak pada kurra indiferen yang sama, maka kepuasan yang
diperoleh dalam mengkonsumsi di titik A maupun B juga sama. Semakin
jauh kurra indiferen dari titik O maka kepuasan yang diperoleh makin
besar. Dengan demikian, kepuasan di I 3 > I2 > I1.Dalam mengkonsumsi,
konsumen dibatasi oleh pendapatan yang tersedia untuk dibelanjakan.
Dalam kasus barang X dan barang Y di atas, jika harga barang X adalah
Px, dan harga barang Y adalah Py, maka :
XPx + YPy = I
Garis

anggaran

(budget

line)

adalah

suatu

kurra

yang

menunjukkan batas kombinasi konsumsi yang dapat dibeli dengan
pendapatan konsumen.
Konsumen akan memperoleh kepuasan (daya guna total) maksimum pada
titik singgung antara garis anggaran dengan kurra indiferen. Hal ini dapat
dijelaskan dengan menggunakan gambar dibawah ini. Ada tiga kurra ->indiferen yang tersedia bagi konsumen, yaitu I 1, I2, dan I3. Seperti
dijelaskan, semakin jauh kurra indiferen dari titik O maka kepuasannya
makin besar. Dalam gambar, kurra Indiferen I3 merupakan kurra yang
paling jauh yang akan memberikan kepuasan yang lebih besar dari dua
kurra lainnya, namun konsumen tidak mungkin memilih kurra ini anggran
kosumen tidak mencukupi. Jadi, pada titik D tidak dapat dipilih
Ada tiga titik pada garis anggaran yang dapat dipilih, yaitu titik A, B,
dan C. Titik A dan C terletak pada kurra indiferen I 1, yang lebih rendah
dari

kurra

indiferen

I 2.

Konsumen

yang

rasional

tidak

mungkin

mengkonsumsi pada titik ini, karena dengan menggeser kurra indiferen
menjauhi titi O, konsumen dapat mencapai kepuasan yang lebih tinggi.
Kepuasan maksimum akan tercapai pada persinggungan kurra Indiferen I 2
dengan garis anggaran (BL), yaitu dititik A.
Teori Marginal Utility dan Permintaan Konsumen

TEORI MARGINAL UTILITY DAN PERMINTAAN KONSUMEN
Selama abad ke Sembilan belas, pertimbangan nilai-nilai telah diformalkan menjadi suatu
konsep yang disebut dengan utilitas. Apakah suatu barang lebih disukai dari pada barang lain
tergantung pada seberapa besar utilitas, atau kepuasan yang dihasilkannya jika dibandingkan
dengan alternatifnya. Bagaimana kita menentukan nilai relative seekor anjing kecil atau
sebuah stereo? Apakah akan melakukan perjalanan kepegunungan atau berakhir pekan ke
New York City? Bekerja atau tidak bekerja? Ketika kita menentukan pilihan, kita secara
efektif akan mempertimbangkan utilitas yang akan kita terima dari semua barang yang
mungkin akan tersedia.
Ada masalah terrtentu yang tersirat dalam konsep utilitas. Pertama, mustahil mengukur
utilitas. Kedua, mustahil membandingkan utilitas bagi orang yang berbeda yakni, kita tidak
bisa mengatakan apakah orang A atau orang B memiliki tingkat utilitas yang lebih tinggi
meskipun ada masalah seperti ini, gagasan utilitas akan membantu kita memahami proses
pilihan dengan lebih baik. Menurut Karl E. Case & Ray C. Fair (Prinsip-Prinsip Ekonomi,
Case & Fair), Utilitas adalah kepuasan, atau imbalan yang dihasilkan suatu produk
dibandingkan dengan alternatifnya. Merupakan dasar penentuan pilihan.

Utilitas Marjinal yang Semakin Menurun
Dalam menentukan pilihan, sebagian besar orang membagi-bagi pendapatannya pada
berbagai jenis barang yang berbeda. Salah satu alasan mengapa orang lebih suka
keanekaragaman adalah karena mengkonsumsi lebih banyak barang akan mengurangi
kepuasan marjinal, atau kepuasan ekstra, yang mereka dapatkan dari mengkonsumsi lebih
lanjut barang yang sama. Menurut Karl E. Case & Ray C. Fair (Prinsip-Prinsip Ekonomi,
Case & Fair), utilitas marjinal adalah kepuasan tambahan yang diperoleh dengan
mengkonsumsi atatu menggunakan tambahan satu unit barang.
Kita perlu membedakan utilitas marjinal dengan utilitas total. Utilitas total adalah jumlah
kepuasan total yang diperoleh dari mengkonsumsi barang atau jasa. Utilitas marjinal hanya
berasal dari unit terakhir yang dikonsumsi; sementara utilitas total berasal dari semua unit
yang dikonsumsi.

Hukum Utilitas Marjinal yang Semakin Menurun (The Law of Diminishing Marjinal Utility)
Sesuai dengan Hukum Gossen, Semakin banyak suatu barang yang dikonsumsi pada suatu
periode tertentu, semakin sedikit kepuasaan (utilitas) yang dihasilkan dari tiap unit tambahan
(marginal) barang yang sama. (Internet, Wikipedia)
Perhatikan contoh berikut ini:
Tabel berikut memperlihatkan tingkat utilitas yang diperoleh Andy dari meminum segelas air
putih setelah melakukan olahraga berat.
Jumlah Gelas Utilitas Total

Utilitas Marjinal

1
2
3
4
5
6

12
22
28
32
34
34

12
10
6
4
2
0

 Gelas pertama belum menghilangkan dahaga Andy sepenuhnya sehingga tambahan
segelas air putih berikutnya masih akan meningkatkan kepuasaan total Andy.
Perhatikan bahwa utilitas total yang diperoleh Andy dari meminum segelas air putih
terus bertambah sampai dengan gelas ke-5 sedangkan gelas ke-6 memberikan tingkat
utilitas total yang sama dengan gelas sebelumnya
 Dengan semakin banyak air yg diminum, kepuasaan marginal dari tiap-tiap gelas
berikutnya menurun (Andy semakin kenyang, sehingga tambahan segelas air putih
memberikan kepuasaan yang semakin sedikit)

Secara grafis, titik-titik utilitas total dan utilitas marjinal Andy disajikan sebagai berikut:

Berapa banyak Andy seharusnya meminum air putih? Jawaban terhadap pertanyaan ini
tergantung beberapa faktor, diantaranya adalah:
1. Pendapatan (kekayaan) Andy
2. Harga segelas air putih
3. Alternatif lain yang tersedia (untuk menghilangkan dahaga Andy)
2.TEORI ORDINAL UTILITY DAN PERMINTAAN KONSUMEN
Menurut Teori Ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung. Hanya dapat dibandingkan,
sebagaimana kita menilai kecantikan atau kepandaian seseorang. Untuk menjelaskan
pendapatnya, Teori Ordinal menggunakan kurva indiferensi. Kurva indiferensi adalah kurva
yang menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan
tingkat kepuasan yang sama bagi seorang konsumen. Pendekatan ini dihadapi oleh hanya
seorang konsumen.
Untuk menghindari kelemahan ini, Sir John R. Hicks (Mikro Ekonomi, Sadono Sukirno)
telah mengembangkan satu pendekatan baru untuk mewujudkan prinsip pemaksimuman
kepuasan oleh seorang konsumen yang mempunyai pendapatan terbatas. Analisis ini dikenal

sebagai Analisis kurva kepuasan sama (indiference curve), yang meliputi penggambaran dua
macam kurva yaitu kurva kepuasan sama dan garis anggaran pengeluaran (budget line).
Kurva Indiferens
Menurut Case & Fair (Prinsip-Prinsip Ekonomi, Case & Fair) Kurva Indiferens atau
Indiference Curve adalah serangkaian titik-titik, dimana setiap titik menggambarkan
kombinasi barang x dan y, yang semuanya menghasilkan utilitas total yang sama.

*Setiap titik dari kurva indiferens di atas memiliki tingkat kepuasan yang sama, jadi setiap
kombinasi barang X dan Y memiliki tingkat kepuasan yang sama.
Ciri-ciri kurva indiferens





Semakin ke kanan atas (menjauhi titik origin), semakin tinggi tingkat kepuasannya
Kurva Indiferens tidak berpotongan satu sama lain.
Berslope negatif.
Cembung terhadap titik origin.

Budget Line
Kurva kepuasan sama menggambarkan keinginan konsumen untuk memperoleh barangbarang dan kepuasan yang akan dinikmatinya dari mengkonsumsi barang-barang tersebut.
Dalam gambaran itu belum ditunjukkan sampai dimana kemampuan konsumen untuk
membeli berbagai gabungan barang-barang tersebut. Didalam kenyataannya, konsumen tidak
dapat memperoleh semua barang yang diingininya, sebab ia dibatasi oleh pendapatan yang
dibelanjakan. Dengan menggunakan kurva kepuasan sama saja masalah ini tidak dapat
dipecahkan. Analisis yang dibuat perlu pula menggambarkan garis anggaran pengeluaran
(Budget Line). Menurut Sadono Sukirno (Mikro Ekonomi, Sadono Sukirno), Budget Line
atau garis anggaran, adalah garis yang menunjukkan jumlah barang yang dapat dibeli dengan
sejumlah pendapatan atau anggaran tertentu, pada tingkat harga tertentu.
Persamaan garis anggaran : I = X . Px + Y . Py

I = Anggaran
Px = harga barang X
Py = harga barang Y
Misal.
Anggaran Budi Rp 100.000, sedangkan ada 2 macam barang yang ingin dibeli Budi.
Barang
X=Rp
25.000
Barang
Y=Rp
20.000
Tentukan kurva Budget Linenya?
Jwb.
Sumbu X=100.000/25.000= 4
Sumbu Y=100.000/20.000= 5

Tingkat Kepuasan Maksimal
Dengan diketahuinya cita rasa konsumen (yang ditunjukkan oleh kurva kepuasan yang sama )
dan berbagai gabungan barang yang mungkin dibeli (yang ditunjukkan oleh garis anggaran
pengeluaran) dapatlah sekarang ditunjukkan keadaan dimana konsumen akan mencapai
kepuasan yang maksimum. Untuk maksud tersebut garis anggaran pengeluaran dan peta
kepuasan sama digambarkan dalam satu grafik dan ini dapat dilihat dalam grafik di bawah.
Dalam menggambarkan garis anggaran pengeluaran dimisalkan konsumen tersebut akan
berbrlanja sebanyak Rp. 150.000,-. Barang yang dikonsumsinya adalah makanan dan pakaian
yang dimana harga masing-masing barang tersebut adalah Rp. 2.500,- dan Rp. 3.000,-. Garis
anggaran pengeluaran yang dibuat berdasarkan pemisalan ini memotong kurva kepuasan
sama U1 di A dan D ; memotong kepuasan sama U2 di B dan C, dan menyinggung kurva
kepuasan sama U3 di E. kurva kepuasan sama U4 tidak dipotong atau disinggungnya sama
sekali.
Keadaan bagaimana yang menyebabkan konsumen itu mencari kepuasan yang maksimum ?
Sudah jelas bahwa kurva U4 adlah yang member kepuasan yang lebih tinggi daripada kurva

kepuasan sama lainnya tetapi kurva ini berada diatas garis anggaraan pengeluaran. Dengan
demikian gabungan makanan dan pakaian yang ditunjukkannya tidak dapat dibeli oleh
pendapatan yang tersedia. Jadi kurva U4 menunjukkan tingkat kepuasan yang tidak dapat
dijangkau konsumen.

Sekiranya konsumen itu mengkonsumsi gabungan barang seperti yang ditunjukkan oleh titik
A, B, C, atau D maka kepuasannya belum mencapai tingkat yang maksimum. Karena, kalau
pada kurva kepuasan sama yang lebih tinggi. Titik tersebut adalah titik E yang terletak pada
kurva U3. Tidak ada titik lain yang terletak pada garis anggaran pengeluaran dan terletak pula
pada kurva kepuasan sama yang lebih tinggi dari U3. Berdasarkan analisis ini dapatlah
disimpulkan bahwa seorang konsumen akan mencapai yang maksimum apabila ia mencapai
titik dimana garis anggaran pengeluaran menyinggung kurva kepuasan sama. Titik E
menunjukkan bahwa gabungan barang yang memberi kepuasan maksimum terdiri dari 30
unit makanan dan 25 unit pakaian.