PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

  

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES

PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM

*1) 2) 3)

YOGYAKARTA

1,2,3)

Samuel Bobby Sanjoto , M.Chandra Dewi K dan A. Teguh Siswantoro

Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari No. 44, Yogyakarta,

55281, Indonesia

  

Email: SBSanjoto@yahoo.co.id, candra_dewi@mail.uajy.ac.id, tesis@mail.uajy.ac.id

ABSTRAK

  

SP Alumunium adalah perusahaan pengecoran dan peleburan aluminium terutama untuk peralatan

rumah tangga seperti wajan, panci, dll. Penelitian pendahuluan melakukan penyebaran kuisioner Nordic

Body Map kepada operator di setiap bagian produksi. Operator pada proses finishing pengikiran wajan

mengalami keluhan musculoskeletal yang paling besar dan diperlukan perbaikan postur kerja. Operator

pengikiran bekerja selama 7 jam per hari dengan posisi duduk di bawah membungkuk dan kaki

menekuk sehingga tidak ergonomis dan menimbulkan keluhan musculoskeletal. Penilaian postur kerja

dilakukan dengan penilaian ergonomi REBA. Hasil dari penelitian ini adalah dengan membuat alat yang

ergonomis sehingga terdapat perbaikan postur kerja dengan indikasi terdapat penurunan pada resiko

cidera yang ditunjukan melalui skor REBA sebelum perbaikan dibandingkan dengan skor REBA setalah

perbaikan mengalami penurunan skor.

  Kata kunci: Postur Kerja, REBA, Resiko Cidera 1.

   Pendahuluan

  SP Alumunium adalah perusahaan pengecoran, peleburan aluminium, pembuatan kerajinan

  

souvenir aluminium, dan peralatan rumah tangga seperti wajan, panci, dll. Perusahaan ini

didirikan Bapak Endro Suharto pada tahun 1963 dengan tenaga kerja sebanyak 50 orang.

  Perusahaan ini mampu memproduksi sebesar satu ton/hari.

  Perkembangan perusahaan SP Aluminium dari tahun ke tahun mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju dan kompleks. Produk-produknya juga bervariasi mulai dari alat rumah tangga sampai dengan aksesoris baik interior maupun eksterior. Perkembangan ini ditunjukkan dengan bertambahnya kapasitas produksi dari satu ton/hari menjadi empat ton/hari yang didukung oleh 142 karyawan tetap. Saat ini terdapat dua pabrik produksi di wilayah Umbulharjo Yogyakarta.

  Penelitian pendahuluan dilakukan dengan kuisioner Nordic Body Map terhadap 3 sampai 5 pekerja pada setiap proses yang ada di SP Aluminium. Berdasarkan hasil kuisioner Nordic Body

  

Map , proses finishing pengikiran wajan mengakibatkan keluhan musculoskeletal yang paling

  besar dan memerlukan perbaikan postur kerja segera. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit (Tarwaka, Bakri, & Sudiajeng, 2004).

  Operator pengikiran memiliki postur tubuh yang tidak ergonomis dibandingkan proses produksi yang lainya dikarenakan proses pengikiran dilakukan dengan posisi operator duduk di bawah sehingga posisi operator membungkuk dan kaki menekuk. Operator melakukan pengikiran sebanyak 600

  • – 700 buah wajan dalam sehari. Keadaan tersebut beresiko cidera dan perlu pengkajian lebih lanjut.

  Penilaian postur kerja menggunakan penilaian ergonomi REBA. Hasil dari REBA sebelum perbaikan digunakan sebagai referensi untuk membuat usulan postur kerja yang baru. Postur kerja yang baru dianalis kembali menggunakan REBA. Postur kerja yang baru diharapkan dapat menurunkan penilaian score REBA. Alat yang mendukung untuk postur kerja yang baru dirancang menggunakan CATIA V5R20 dan AutoCAD 2012.

2. Metode Kuisioner Nordic Body Map (NBM)

  Penelitian didahului dengan observasi awal dan penyebaran kuisioner Nordic Body Map (NBM) ke seluruh proses produksi. Observasi awal dilakukan dengan pengamatan dan wawancara dengan operator maupun atasan yang ada di SP Aluminium. Penyebaran kuisioner

  (NBM) dilakukan agar dapat mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami

  Nordic Body Map

  keluhan muskuloskeletal. (Tarwaka, Bakri, & Sudiajeng, 2004) Keluhan nyeri atau sakit yang dirasakan pada sistem otot rangka disebut juga dengan keluhan muskuloskeletal. Penelitian menggunakan kuesioner Nordic Body Map dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah postur kerja yang terjadi di SP Aluminium Yogyakarta.

  Dari pengamatan dan hasil kuisioner NBM dapat diketahui postur kerja proses produksi yang perlu untuk diperbaiki dan ditentukan satu operator untuk dianalisis lebih lanjut. Bentuk kuisioner NBM dapat dilihat di Gambar 1. sebagai berikut:

  

Gambar 1. Nordic Body Map

(Sumber: Widanarko, dkk. 2016. Instrumen Survei Gangguan Otot-Rangka)

  REBA

  Hignett & McAtamney (2000) memperkenalkan REBA dan menyatakan bahwa REBA digunakan untuk menilai postur untuk resiko penderita keluhan musculoskeletal. Postur kerja operator pengikiran wajan di SP Aluminium dianalisis menggunakan REBA. Analisis postur kerja dilakukan ketika operator mengambil wajan, melakukan pengikiran, dan saat meletakkan wajan. Skor REBA yang didapat dibandingkan pada saat sebelum dan sesudah perbaikan. Bentuk lembar kerja REBA dapat dilihat di Gambar 2. sebagai berikut:

  

Gambar 2. Lembar Kerja REBA

(Sumber: Hignett & McAtamney, 2000)

  Membuat usulan perbaikan

  Usulan perbaikan berupa desain perbaikan fasilitas kerja yang disesuaikan dengan dimensi tubuh operator. Desain fasilitas kerja menggunakan software Catia V5R20 dan AutoCAD 2012.

  

Software Catia digunakan dalam menggambar fasilitas kerja berupa tiga dimensi dan untuk

  memodelkan fasilitas kerja yang dirancang dengan model manusia (manikin). Software Autocad 2012 digunakan untuk menggambar detail fasilitas kerja berupa gambar teknik dua dimensi.

  Analisis setelah perbaikan

  Fasilitas kerja yang baru akan menimbulkan postur kerja yang baru pada operator. Postur kerja yang baru kemudian dianalisis kembali menggunakan REBA untuk mengetahui bahwa tujuan dari penelitian tercapai yakni dapat mengurangi resiko cidera pada operator. Resiko cidera operator menurun ditunjukan dengan skor REBA sebelum perbaikan mengalami penurunan skor dibandingkan dengan skor REBA setelah perbaikan.

  3. Hasil dan Pembahasan Hasil dari Kuisionoer Nordic Body Map Hasil dari Nordic Body Map pada operator di setiap proses dapat dilihat di Tabel 1.

  sebagai berikut:

  

Tabel 1. Hasil Kuisioner NBM pada Setiap Proses

  3

  1 Punggung Bawah

  3

  2 Siku / Lengan

  1

  2

  1 Punggung Atas

  1

  3

  5

  3

  1

  1

  2 Bahu

  5

  3

  2

  Peleburan Cetak Pengecoran Pengikiran Grinding Circle Bubut Packaging Leher

  5 Lutut

  1

  3

  1

  2 Pergelangan Kaki

  1

  2

  1

  5

  3

  2 Bokong / Paha

  3

  5

  1

  3 Pergelangan Tangan

  1

  1

  3 69 164

  Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada bagian proses pengikiran paling banyak mengalami keluhan musculoskeletal dan harus dilakukan perbaikan segera. Bagian tubuh yang paling banyak mengalami keluhan musculoskeletal adalah bagian leher, bahu, punggung bawah, pergelangan tangan dan paha.

  4

  3 Punggung Atas T T S S T

  5

  2 Bahu S S S S S

  5

  1 Leher S S S S S

  5

  

3

  4 Siku / Lengan T T S S S

  2

  1

  Mengeluhkan Sakit

  Keluhan Segmen Tubuh

Operator

Jumlah Operator yang

  

Tabel 2. Data Keluhan Operator sebelum Perbaikan

No.

  Sedangkan hasil kuisioner NBM pada proses pengikiran sebelum perbaikan dapat dilihat pada Tabel 2. sebagai berikut:

  2

  3

  42

  Pemilihan Sampel Operator yang Diteliti

  2 Eko

  3 51 153

  52

  1 Sakirman

  

Tabel 3. Data Operator Pengikiran

No. Nama Usia (Tahun) Lama bekerja di bagian pengikiran (Tahun) Berat Badan (Kg) Tinggi Tubuh (cm)

  Data yang diambil adalah data primer didapat melalui pengukuran secara langsung terhadap operator. Pengukuran berat badan menggunakan timbangan dan tinggi tubuh diukur menggunakan meteran. Data pekerja yang diberikan kuisioner NBM di bagian proses pengikiran dapat dilihat di Tabel 3. sebagai berikut:

  3 S = Sakit T = Tidak Sakit

  5 Punggung Bawah S S S S S

  9 Pergelangan Kaki S S T T S

  8 Lutut T T T T T

  5

  7 Bokong / Paha S S S S S

  5

  6 Pergelangan Tangan S S S S S

  5

  1 Bagian Tubuh Jumlah Operator yang Mengeluhkan Sakit pada tiap Department

  3 Pitoyo

  42

  10 50 155

  4 Sularno

  36

  3 61 161

  5 Zaenuri

  26

  3 68 162 Pengukuran postur kerja pada semua operator akan mengganggu proses produksi dan memakan waktu yang lama. Maka dari itu diambil satu orang yang akan dianalisis postur kerjanya. Operator yang diambil sebagai sampel adalah operator nomor urut tiga yang bernama Pitoyo. Pemilihan berdasarkan lama bekerja di bagian pengikiran dan kebersediaan operator untuk diteliti.

  Postur Kerja sebelum Perbaikan

  Postur kerja sebelum perbaikan yang diambil adalah ketika operator mengambil wajan, melakukan proses pengikiran, dan meletakkan wajan yang sudah dikikir. Pada proses pengikiran dibagi menjadi 4 postur kerja. Postur kerja dilihat dari dua sisi yakni sisi kanan dan kiri. Data postur kerja sebelum perbaikan seperti pada Tabel 4. sebagai berikut:

  

Tabel 4. Postur Kerja sebelum Perbaikan

Postur Tubuh sebelum Perbaikan No Kegiatan Kanan Kiri

  1 Mengambil wajan

  2 Proses pengikiran 1

  

Tabel 4. Postur Kerja sebelum Perbaikan (Lanjutan)

Postur Tubuh sebelum Perbaikan No Kegiatan Kanan Kiri

  3 Proses pengikiran 2

  4 Proses pengikiran 3

  5 Proses pengikiran 4

  6 Meletakan wajan

  Perbaikan Fasilitas Kerja

  Perbaikan fasilitas yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki postur tubuh pekerja, dan mengurangi keluhan musculoskeletal operator pengikiran. Agar postur kerja menjadi lebih baik maka diperlukan perbaikan fasilitas yang mampu mendukung kebutuhan pekerja. Gambar usulan perbaikan nampak pada Gambar 3. berikut :

  

Gambar 3. Perbaikan Fasilitas Kerja

  Berikut adalah bagian

  • – bagian fasilitas kerja perbaikan yang dirancang: a.

  Meja kikir Meja kikir berfungsi sebagai penopang utama dalam melakukan proses pengikiran.

  Meja dirancang sesuai dengan ketinggian yang sesuai agar postur kerja menjadi lebih baik. Ketinggian meja kikir disesuaikan dengan tinggi siku operator pengikiran.

  b.

  Tempat kikir Tempat kikir berfungsi untuk meletakkan kikir apabila sudah tidak digunakan.

  Disediakan tempat kikir agar operator dapat menjangkau dan meletakkan kikir dengan mudah apabila akan digunakan.

  c.

  Meja wajan Meja wajan berfungi untuk mengambil wajan dan meletakkan wajan yang digunakan.

  Disediakan meja wajan agar opertor dapat mengambil dan meletakkan wajan dengan postur tubuh yang baik tanpa harus membungkuk. Tinggi meja wajan disesuaikan dengan tinggi ujung jari operator.

  Analisis Anthropometri

  Menurut Kuswana (2013) antropometri sangat penting sebagai kajian dan pemecahan masalah ergonomi. Analisis antropometri bertujuan agar postur kerja operator dapat diperbaiki dengan disesuaikan antara fasilitas kerja yang dirancang dengan ukuran dimensi tubuh operator. Dimensi tubuh operator yang digunakan adalah tinggi siku dan tinggi ujung jari. Dimensi tersebut dapat dilihat di Tabel 5. Sebagai berikut:

  

Tabel 5. Data Antropometri Operator

Operator (cm) Persentil 5 Persentil 95 No. Dimensi Tubuh (cm) (cm)

  1

  2

  

3

  4

  5

  1 Tinggi Siku 91 100

  93

  98

  99

  91.4

  99.8

  2 Tinggi Ujung Jari

  52

  60

  58

  58

  58

  53.2

  59.6 Data antropometri operator tersebut digunakan untuk menentukan berapa dimensi fasilitas kerja yang sekiranya dapat mempengaruhi postur kerja dari operator. Hasil dari analisis data antropometri operator tersebut dapat dilihat di Tabel 6. sebagai berikut:

  

Tabel 6. Analisis Antropometri

Dimensi Persentil Kelonggaran Ukuran Keterangan

  Alasan Antropometri (cm) (cm) (cm) Alasan pemilihan persentil

  5 adalah agar operator dengan dimensi tubuh yang kecil bahunya tidak terangkat saat mengikir sehingga menimbulkan keluhan

  Ketinggian 91.4 - 6.4 Tinggi Siku

  5 -6.4 musculoskeletal dan Meja Kikir = 85 alasan pemilihan kelonggaran -6.4 cm adalah agar penekanan pengikiran maksimal dan pembulatan memudahkan dalam proses pembuatan produk Alasan pemilihan persentil 95 adalah agar operator dengan dimensi tubuh yang besar tidak perlu membungkuk apabila

  Ketinggian Tinggi Ujung 59.6 + 0.4

  95 0.4 akan mengambil atau Meja Wajan Jari = 60 meletakkan wajan dan kelonggaran 0.4 untuk pembulatan memudahkan dalam proses pembuatan produk

  Postur Kerja setelah Perbaikan

  Postur kerja setelah perbaikan digambarkan menggunakan manekin dalam software Catia dapat dilihat di Tabel 7. sebagai berikut:

  

Tabel 7. Postur Tubuh setelah Perbaikan

Postur Tubuh Postur Tubuh setelah No Kegiatan No Kegiatan setelah Perbaikan Perbaikan

  Mengambil Proses

  1

  2 Wajan Pengikiran 1

  

Tabel 7. Postur Tubuh setelah Perbaikan (Lanjutan)

No Kegiatan Postur Tubuh setelah Perbaikan No Kegiatan Postur Tubuh setelah Perbaikan

  5 4 -1 Kiri

  3 2 -1 Kiri

  6 Meletakkan Wajan Kanan

  11 4 -7

  8 5 -3 Kiri

  5 Pengikiran 4 Kanan

  9 4 -5

  5 4 -1 Kiri

  4 Pengikiran 3 Kanan

  5 2 -3

  3 Kiri

  3

  3 Pengikiran 2 Kanan

  8 3 -5

  2 Pengikiran 1 Kanan

  3 Proses Pengikiran 2

  7 3 -4

  2 Kiri

  2

  1 Mengambil Wajan Kanan

  

Sebelum

Perbaikan

Setelah Perbaikan

  Score REBA

  Score REBA Selisih

  

Tabel 8. Hasil REBA

No Proses

  Hasil REBA dapat dilihat pada Tabel 8. sebagai berikut:

  Hasil REBA Hasil REBA sebelum perbaikan dibandingkan dengan hasil REBA setelah perbaikan.

  6 Meletakkan Wajan

  5 Proses Pengikiran 4

  4 Proses Pengikiran 3

  9 3 -6

4. Kesimpulan

  Perbaikan postur kerja perlu untuk dilakukan agar operator dapat berkerja dengan postur tubuh yang nyaman dan dapat bekerja dengan lebih efektif dan efisien. REBA dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar resiko cidera yang dialami oleh operator. Perbaikan fasilitas kerja yang ergonomis dapat mengurangi score REBA sehingga resiko cidera yang dialami oleh operator menurun.

  DAFTAR PUSTAKA Hignett, S., & McAtamney, L. (2000). Rapid Entire Body Assessment (REBA). Elsevier.

  Kuswana, W. S. (2013). Antropometri Terapan untuk Perancangan Sistem Kerja. Bandung: PT.

  Remaja Rosdakarya Bandung. Tarwaka, Bakri, S. H., & Sudiajeng, L. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta - Indonesia: UNIBA PRESS.

  Widanarko, B., Kusmasari, W., Yassuerli, & Iridiastadi, H. (2016). Instrumen Survei Gangguan Otot Rangka.