Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Hukuman dalam Bentuk Bimbingan Jasmani terhadap Peningkatan Kedisiplinan Siswa Kelas V di SD N Kemetul

  manusia dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah yang ada di dalam diri manusia secara menyeluruh. Oleh karena itu, di dalam proses pendidikan harus menekankan pada ilmu pengetahuan (kognitif) yang diarahkan pada pengembangan kecerdasan untuk dapat belajar dengan cepat dan terampil dalam melakukan sesuatu (psikomotor) serta diarahkan dalam pengembangan sikap mental dan kepribadian manusia untuk siap terjun di masyarakat (afektif).

  Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003, pemerintah telah mengatur tentang tujuan dan fungsi dari pendidikan Nasional yang berbunyi sebagai berikut : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab”.

  Sudah jelas bagi seorang pendidik bahwa tujuan pendidikan Indonesia di atas mengandung pengertian bahwa setiap manusia Indonesia diharapkan mampu meningkatkan kualitas iman dan taqwanya kepada Tuhan yang Maha Kuasa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki Pengetahuan dan keterampilan serta bertanggung jawab kepada masyarakat dan bangsa, yang berarti pendidikan harus terdiri dari tiga aspek tujuan pendidikan yaitu kognitif, psikomotor dan afektif. Dalam Undang-undang No 20 (2003:72) bahwa ada tiga jalur pendidikan yang dapat dicapai oleh seorang anak didik untuk tercapainya pembentukan dan nonformal. lembaga pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. pendidikan nonformal disediakan bagi warga Negara yang tidak sempat mengikuti ataupun menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu dalam pendidikan formal. Adapun program-program pendidikan nonformal yang disetarakan dengan pendidikan formal, contohnya kejar paket A, kejar paket B, kejar paket C. Pendidikan nonformal yang terjadi pada organisasi masyarakat seperti organisasi keagamaan, sosial, kesenian, olah raga, dan pramuka. Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal atau dapat disebut juga dengan bentuk program pendidikan yang tidak resmi, misalnya jika kita memperhatikan pendidikan dalam keluarga, maka kita tidak akan menjumpai adanya kurikulum yang tertulis dan jam mata pelajaran secara resmi dalam bentuk tertentu dan jelas. Pendidikan formal atau dapat disebut dengan bentuk program pendidikan yang jelas dan resmi, seperti lembaga sekolah yang bertugas mengembangkan pribadi anak secara menyeluruh. Pendidikan formal diselenggarakan dengan tujuan untuk dapat meningkatkan potensi peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut peserta didik harus menempuh dua jenjang pendidikan, yang terdiri dari pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

  Pendidikan dasar adalah tingkat jenjang pendidikan awal selama 9 tahun yang diterima anak-anak yang pada hakikatnya merupakan penerus pendidikan informal yang pernah diterima oleh anak dalam keluarga, oleh karena itu orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama di keluarga bagi anak-anaknya. Sesuai dengan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pada

  pasal 17 ayat 2 diterangkan bahwa Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Tugas pendidikan pada usia anak sekolah dasar, harus bisa memperhatikan keseluruhan perkembangan anak seperti fisik, intelektual, emosi sosial dan susila.

  Perkembangan pada usia anak sekolah dasar antara 6 sampai dengan 12 tahun ini menjadi pembentukan sifat dalam kepribadian anak. Menurut Suharjo (2006: 1) menyatakan bah wa “sekolah dasar pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi anak- anak usia 6-12 tahun. Pendidikan Sekolah Dasar (SD/MI) bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada anak yang merupakan perluasan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di Keluarga yang bermanfaat bagi peserta didik untuk dapat mengembangkan kehidupan pribadi sebagai anggota masyarakat warga Negara sesuai dengan tingkat perkembangan serta dapat mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan menengah pertama. Sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 13 bahwa Pendidikan Dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup di dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Suharjo (2006: 8) mengemukakan tujuan pendidikan sekolah dasar sebagai berikut: 1) Menuntun pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, bakat dan minat siswa. 2) Memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap dasar yang bermanfaat bagi siswa. 3) Membentuk warga negara yang baik. 4) Melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan di SMP. 5) Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar bekerja dimasyarakat. 6) Terampil untuk hidup di masyarakat dan dapat mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.

  Dalam menghadapi fenomena yang sering terjadi di sekolah-sekolah, anak-anak yang nakal di sekolah hanya akan mengganggu proses belajar yang berlangsung di sekolah. Sebagaimana hasil penelitian skripsi ini yang diperoleh di SD Negeri Kemetul dengan subjek siswa kelas V SD Negeri Kemetul.

  Di dalam mengatasi kenakalan anak-anak di sekolah ini akan menjadi tugas seorang guru atau pendidik, dalam hal ini pendidik dituntut untuk dapat mencegah kenakalan dan berupaya untuk dapat menumbuhkan kedisiplinan belajar pada diri anak, agar anak punya tingkat disiplin belajar yang tinggi untuk bersekolah. Adapun upaya penyelesaian masalah antara lain dengan diberlakukannya tata tertib sekolah dan kewajiban-kewajiban lain yang dapat meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Dalam menghadapi anak-anak peserta didik yang tidak dapat mentaati tata tertib dan kewajiban serta tugas yang di berikan, maka mereka dapat diberi sanksi atau hukuman. Hukuman di sekolah ini di buat bukan sebagai balas dendam tetapi dibuat supaya untuk perbaikan dan menjauhkan perilaku anak didik dari kesalahan yang sama. Sebagaimana menurut Hamruni (2008:120) hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh pendidik setelah siswa melakukan pelanggaran atau kesalahan. Peserta didik yang sembrono dengan peraturan di dalam ruangan kelas harus dijauhkan dari anak-anak lain, karena mereka tidak bisa menghormati hak-hak orang banyak dan kepentingan mereka sendiri, dengan demikian untuk melindungi anak-anak lain dari tindakan yang kurang baik.

  Suatu bentuk hukuman fisik tidak dapat menjadi alat pendidikan yang diberikan kepada siswa. Hukuman moral menjadi hal yang pantas diberikan kepada siswa yang melanggar aturan. Hukuman dengan moral yaitu hukuman yang dilakukan dengan cara mendekati dan mengambil hatinya. Misalnya: di suatu kampung ada penghuni baru yang sombong, tidak mau kenal dengan penduduk lama. Maka salah seorang penduduk lama berlaku baik kepadanya sehingga akhirnya si sombong berubah menjadi baik dan mau membaur dengan warga lain (Ahmadi dan Uhbiyati, 2007:157). Hukuman fisik yang kerap kali yang serupa sangat tidak dianjurkan karena tidak mendidik anak. Hukuman dengan badan merupakan hukuman yang diberikan atau dijatuhkan dengan cara menyakiti anak (badan anak) dan sebagainya. Hukuman badan merupakan tindakan yang tidak mendidik. Misalnya, memukul siswa yang tidak bersalah hingga mengalami luka. Tindakan ini kurang bijaksana dalam pendidikan. Sikap ini akan mendatangkan permusuhan dan kebencian anak didik atau siswa (Djamarah, 2004:47). Di skripsi ini penulis meneliti Sebuah satuan pendidikan yang menerapkan hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani yang diadaptasi dari pendidikan jasmani seperti push-up, squad-jump, sit-up dan lari yang berguna juga untuk kesehatan jasmani, kesehatan fisik dan mental.

  Bimbingan jasmani adalah bentuk hukuman yang mengadaptasi dari Pendidikan jasmani yang mana merupakan pendidikan yang melatih kemampuan psikomotorik yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani serta kesehatan. Bimbingan jasmani, jasmani yang berarti tubuh atau benda. Sedangkan bimbingan adalah suatu proses hubungan antar individu dengan tujuan mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang. Menurut Sofyan S. Willis (2009:13), Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu yang membutuhkannya. Bantuan tersebut diberikan secara bertujuan, berencana dan sistematis, tanpa paksaan melainkan atas kesadaran individu tersebut, sehubungan dengan masalahnya. Bimbingan jasmani dalam skripsi ini adalah bimbingan melalui sarana jasmani, dengan melakukan aktivitas-aktivitas jasmani atau aktivitas-aktivitas fisik, seperti squat-jump, sit-up, push-up, dan lari. Berbeda dengan olahraga yang mempunyai ciri sebagai sebuah permainan untuk mendapatkan suatu prestasi dengan menaklukan tantangan yang dihadapi dan dilaksanakan secara sportif. Berbeda dengan olahraga yang menurut Abdul Ghofur (1994:5) adalah bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang terdapat dalam permainan, perlombaan dan kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan dan prestasi optimal.

  Bimbingan jasmani ada karena adanya hukuman, tapi hukuman yang di Melainkan hukuman yang berbentuk bimbingan jasmani (aktivitas gerak tubuh) yang juga bertujuan melatih jasmani untuk memperkuat urat otot, menambah kebugaran dan kesehatan tubuh serta bertujuan untuk pembentukan watak seperti disiplin, sportif, jujur dan bertanggung jawab.

  Hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani bukan merupakan tindakan mendidik, maka hukuman ini tidak dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Hukuman ini harus dihilangkan dalam proses pendidikan, karena ini termasuk kedalam alat pendidikan yang memiliki unsur kekerasan walaupun pada penjelasan diatas dikatakan juga bahwa hukuman bimbingan jasmani dapat bermanfaat untuk menjaga kebugaran fisik siswa. Hukuman fisik dalam bentuk apapun sangat tidak dianjurkan untuk diberikan kepada peserta didik. Setiap siswa berhak memperoleh perlindungan diri. Sesuai dengan isi Pasal 15 UU No. 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yaitu:

  Setiap Anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari:

  a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik

  b. pelibatan dalam sengketa bersenjata

  c. pelibatan dalam kerusuhan sosial

  d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur Kekerasan

  e. pelibatan dalam peperangan, dan f. kejahatan seksual. Sedangkan isi Pasal 54 UU Perlindungan Anak 2014 yaitu: 1. Anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari tindak Kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain.

  Sehingga hukuman fisik yang berbentuk apapun dilarang karena termasuk pada suatu tindakan kekerasan pada anak, baik hukuman fisik yang berupa bimbingan jasmani sekalipun yang juga bertujuan memberikan kesehatan atau kebugaran tubuh kepada peserta didik ini termasuk tindakan kekerasan pada anak. Jadi hukuman fisik ini tidak dapat memberikan manfaat kepada anak didik.

  Berdasarkan realita sekarang banyak pendidik di sekolah mengeluh, lantaran anak didiknya kurang disiplin, baik di dalam atau di luar sekolah. Sehingga dapat membuat kacau dan menghambat terjadinya proses belajar mengajar di sekolah. Meskipun demikian bukan berarti tidak ada satuan sekolah yang memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi.

  Walaupun telah melaksanakan hukuman terhadap anak didik yang melakukan pelanggaran masih sering diketemukan kekacauan dan pelanggaran. Terlepas dari faktor-faktor diatas, penulis ingin meneliti dari sisi pengaruh hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani di SD N Kemetul terhadap kedisiplinan siswa. Seperti halnya di SD N Kemetul, para siswa di didik untuk disiplin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Latar belakang kepribadian para siswa pun heterogen, kebanyakan dari mereka merasa tidak senang dan keberatan dengan diterapkannya peraturan dan hukuman. Norma-norma tersebut sebagai ketentuan tata tertib yang harus dipatuhi atau ditaatinya. Pelanggaran tata tertib yang dilakukan akan merugikan dirinya bahkan dapat ditindak dengan mendapat sanksi atau hukuman berupa bimbingan jasmani disertai pembinaan berupa hukuman yang mendidik seperti teguran, memberi nasehat, dan melakukan bimbingan antar individu. Dengan kata lain setiap anak harus hidup berdisiplin atau mereka dapat mematuhi dan menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku di SD N Kemetul.

  Demikian dalam melakukan proses pendidikan, setiap anak akan dikenakan sanksi dari tata tertib yang mereka langgar dan diusahakan dalam melakukan sanksi orang tua mereka dapat memahami manfaat dan kegunaannya. Hukuman juga harus sesuai dengan usia anak, hal ini dimaksudkan agar anak sesuai dengan bentuk hukuman yang diberikan, maka dicarikan alternatif hukuman lain yang sesuai dan mendidik sehinggga diharapkan mereka dapat menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi. Di samping itu, dalam melaksanakan hukuman yang akan diberikan, dapat dilaksanakan tanpa paksaan dan atas kesepakatan bersama. Penerapan tata tertib dengan jalan memberikan hukuman apabila terjadi pelanggaran hal tersebut dimaksudkan untuk menanamkan kedisiplinan pada peserta didik itu sendiri. Pada dasarnya di SD N Kemetul mereka telah dididik dengan memperoleh pengetahuan norma tata tertib yang tujuannya mengarahkan anak didik agar dapat mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari supaya adanya perubahan dari perilaku buruk menjadi perilaku baik dengan kesadaran sepenuhnya.

  Dalam pengamatan yang dilakukan, dapat dilihat adanya pelanggaran- pelanggaran yang terjadi yaitu ketidaksesuaian antara nilai-nilai kedisiplinan yang diajarkan dengan perilaku yang ada. Bentuk pelanggaran yang terjadi yaitu berkelahi dengan sesama teman, tidak mengerjakan tugas, melanggar peraturan yang ada di sekolah seperti membolos, keluar tanpa izin, pakaian tidak rapi, dan mengganggu teman saat pelajaran berlangsung. Seperti observasi kami lakukan di kelas V SD N Kemetul, siswa yang bernama WM telah melakukan pelanggaran yaitu berkelahi dengan adik kelasnya di sekolah, Dia dikenai hukuman berupa melakukan squat jump sebanyak 20 kali yang dilakukan di halaman sekolah disertai dengan pemberian nasehat. hukuman seperti ini alangkah baiknya jangan diberikan kepada anak didik seperti disuruh melakukan squat jump karena hukuman ini sudah termasuk kedalam hukuman fisik. Hukuman dengan perbuatan harus mengarah pada hal yang mendidik dan sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang telah diperbuat. Hukuman seperti ini tidak seharusnya diberikan oleh guru. Hukuman dapat diberikan Seperti, memberi hukuman dengan membersihkan kelas, membuat resume atau ringkasan, dan apa saja yang mempunyai tujuan mendidik (Djamarah, 2008:165). Jadi hukuman fisik ini tidak bernilai positif karena bukan merupakan hukuman yang bermakna mendidik untuk mencapai kearah kedewasaan dan dapat dipertanggung-jawabkan, seperti

  

memang tidak begitu berbahaya, tapi tetap saja tidak ada gunanya, dalam

pendidikan. Hukuman seperti itu baru efektif kalau bisa menyadarkan si anak.

Sementara hukuman fisik seperti itu tidak bisa membuat jera dan hanya akan

menyakiti fisik siswa. Sedangkan siswa memiliki hak atas perlindungan anak

sesuai pada UU No.35 tahun 2014 Pasal 9 ayat 1a yang berisi: Setiap Anak berhak

mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan

Kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta

didik, dan/atau pihak lain. Tetap harus disadari bahwa tujuan sebuah pendidikan

  adalah mendidik moral. Yang harus kita lakukan adalah membuat si anak tersebut merasa malu berbuat nakal dan bukan malah takut akan hukuman. Hukuman yang terlalu keras hanya akan melatih anak-anak menjadi patuh secara lahiriahnya saja bukan patuh dari dalam kesadaran diri siswanya atau didalam hati siswa.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

  1. Bagaimana kondisi kedisiplinan siswa di SD N Kemetul?

  2. Bagaimana pelaksanaan hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani di SD N Kemetul?

  3. Adakah pengaruh hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani terhadap kedisiplinan siswa di SD N Kemetul?

  C. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui kondisi kedisiplinan siswa SD N Kemetul.

  b. Untuk mengetahui pelaksanaan hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani di SD N Kemetul.

  c. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani dengan kedisiplinan siswa.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat untuk mendukung dan mengokohkan hasil teori yang berkenaan dengan pengaruh hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani dalam kaitannya dengan kedisiplinan siswa.

  2. Manfaat praktis

  a. Untuk mengembangkan pengetahuan dan memperluas wawasan berpikir penulis selama menempuh pendidikan yang berkaitan dengan masalah yang selalu timbul dalam lingkup pendidikan.

  b. Bagi guru ataupun lembaga pendidikan sebagai kontribusi dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar.

  c. Untuk bahan wacana bagi mahasiswa Fakultas Keguruan khususnya, umumnya bagi seluruh mahasiswa.

  d. Bagi penulis sendiri sebagai persyaratan akademis untuk memperoleh gelar S1 dalam Fakultas Keguruan.

  E. Sistematika Penulisan

  Agar lebih memudahkan para pembaca untuk memahami isi daripada skripsi dan agar penulisannya tersusun secara sistematis sehingga dapat memenuhi kriteria penulisan ilmiah, maka penulis menganggap perlu untuk membuat sistematika pembahasan adapun sistematika pembahasannya adalah:

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat tentang sub bahasan yaitu: latar belakang masalah, rumusan masalah, hipotesis, tujuan dan kegunaan penelitian,definisi operasional, alasan memilih judul, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

  BAB II LANDASAN TEORI yang didalamnya terdiri dari: A) tinjauan tentang hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani. 1) pengertian hukuman, bentuk-bentuk hukuman, syarat-syarat hukuman dan dampak-dampak hukuman, 2) pengertian bimbingan jasmani, tujuan bimbingan jasmani, 3) hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani.

  B) Tinjauan tentang kedisiplinan siswa, yakni: pengertian kedisiplinan, bentuk- bentuk kedisiplinan dasar dan tujuan disiplin, indikator disiplin.

  C) pengaruh hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani terhadap kedisiplinan siswa.

  BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN yang terdiri dari bagian: A. Yaitu gambaran umum obyek penelitian, yang terdiri dari sejarah singkat SD N Kemetul Kecamatan Susukan, letak geografis SD N Kemetul Kecamatan Susukan.

  B. Yaitu penyajian analisa data yang terdiri data tentang penerapan hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani, data tentang kedisiplinan siswa, dan pengaruh hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani terhadap kedisiplinan siswa, Bagian C. Analisis data.

  BAB IV PENUTUP Terdiri dari simpulan dan Saran. Demikian sistematika pembahasan yang digunakan untuk menjadi alur penulisan skripsi ini sesuai dengan urutan-urutannya.

Dokumen yang terkait

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perhitungan Satuan Biaya Pendidikan di SMA Negeri Kota Salatiga

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perhitungan Satuan Biaya Pendidikan di SMA Negeri Kota Salatiga

0 0 17

SMA N 1 2 3 Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Pengantar

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: The Use of Audio-Visual Aids in Enhancing Students’ Speaking Motivation in EFL Speaking Classes

0 0 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Vocabulary Teaching Techniques Used by English Teachers to Teach Seventh Grade Students at SMPN 6 Salatiga

0 1 75

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Attributions on Students’ Speaking Fluency Problems in An EFL Speaking Classroom

0 0 45

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: EFL Teacher’s Strategies in Accommodating Students’ Needs with Various Learning Styles

0 0 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tongkonan Sangulele sebagai Solidaritas Kekristenan Tana Toraja

0 1 43

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Smailing Tour Bali dalam Memasarkan Pariwisata Bali untuk Mendukung Pengembangan Pariwisata Bali

0 1 18

PERUBAHAN POLA KOMUNIKASI JEMAAT GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) DITINJAU DARI PERSPEKTIF INTERAKSI SOSIAL Oleh: Berma Arpinando Sembiring 712013099 TUGAS AKHIR - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perubahan Pola Komunikasi J

0 0 41