18-Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak

  Kewajiban Orang Muwashofat yang ingin dicapai Menyambung silaturrahim • Komitmen dengan adab Islam di rumah •

  • Melaksanakan hak-hak anak Bersemangat mendakwahi Istri, anak- • anak dan kerabatnya

I. TUJUAN UMUM

  Menguatkan ikatan dengan sunnah Rasulullah Saw, berdasarkan pada landasan fahm (pemahaman), cinta, mengerti akan pikiran-pikiran pokoknya, dan ikatan dengan petunjuk- petunjuknya, beramal dengan hukumnya diiringi dengan pemahaman yang baik, merumuskan sasaran-sasaran yang tepat sebagai petunjuk untuk segala zaman dan tempat, dan kembali kepadanya dalam segala hal lebih-lebih ketika

II. TUJUAN KHUSUS

  1. membaca nash hadits dengan baik 2. menghafalkan hadits-hadits yang sudah ditentukan 3. menyebutkan perawi hadits, pentakhrijnya, dan derajatnya. 4. menyebutkan tema hadits 5. menjelaskan arti kosa kata hadits 6. membuktikan arti hadits dengan ayat-ayat al Qur`an sedapat mungkin

  7. Menjelaskan tentang ajaran Islam yang memuliakan Keluarga

  8. Menjelaskan tentang hak anak perempuan

  9. Allah sangat menyayangi anak melebihi kasih sayang ibu terhadap anaknya

  10. Meletakkan Anak dalam pelukan atau Pangkuan

  

11. Menerangkan urgensi kasih sayang kepada anak, terutama yang masih kecil,

yaitu dengan menciumnya, mengecupnya dan meletakkannya di pelukan atau pangkuan

  12. Menerangkan bahwa rizki itu ada di tangan Allah swt, dan bahwa tidak ada anak yang dilahirkan kecuali ia membawa rizkinya

  13. Menerangkan larangan Nabi tentang membunuh anak karena takut miskin

  14. Menyimpulkan nilai-nilai tarbiyah dari hadits ini

III. SASARAN AFEKTIF PSIKOMOTORIK

  1. berinteraksi dengan bagus terhadap hadits-hadits Rasulullah Saw 2. tekun menghafal matan (isi) hadits 3. komitmen dengan arti dan arahan hadits tersebut 4. komitmen dengannya dalam kehidupan nyatanya

5. punya kepedulian menyebarkannya dan menyeru orang lain kepadanya, dimulai

dari keluarga, kerabat dekatnya dan orang yang berhak mendapatkannya

  6. berusaha untuk teliti (selektif) dalam menyebarkannya pada orang lain 7. menegaskan keshohihan hadits tersebut sebelum meriwayatkannya 8. pintar mengambilnya sebagai dalil dalam kesempatan yang berbeda-beda 9. saling mengasihi antara kita 10. wanti-wanti terhadap sikap gampang marah dan emosi

  11. Bahwa Allah Swt sangat mengasihi hamba-hamba-Nya

  12. Kasih sayang terhadap manusia dan lemah lembut terhadap hewan

  13. Seorang mukmin mencintai saudaranya sebagaimana mencintai

  dirinya sendiri

  14. Aktif untuk menyatukan orang-orang mukmin dan menyuruh untuk

  menolong mereka

  15. Menghormati hak-hak kaum muslimin

  16. Menganjurkan untuk belajar sunnah

  

17. Memperdalam pelajaran yang telah lalu melalui buku-buku hadits dan

  syarahnya

  18. Studi analisa dan tematik untuk menyimpulkan sasaran hadits, baik

  dilalah dakwah, tarbiyah, harokah ataupun fikroh

  19. Menambah hadits yang berhubungan dengan bab itu (pemahaman

  dan hafalan)

  20. Bersikap lembut kepada anak laki-laki atau wanita

  21. Bertawakkal kepada Allah dalam mencari rizki

IV. KEGIATAN PEMBELAJARAN

  Pilihan kegiatan yang bisa diselenggarakan dalam halaqah adalah:

  1. Kegiatan Pembuka

  • Mengkomunikasikan tema dan tujuan kajian Kewajiban Orang tua

  terhadap anak

  2. Kegiatan Inti:

  • Kajian tentang tema Kewajiban Orang tua terhadap
  • Berdikusi dan tanya jawab tema tersebut ( lihat tujuan Kognitif,

  afektif dan psikomotor)

  • Penekanan dari Murobbi tentang nilai dan hikmah yang terkandung

  dalam kajian tersebut

  3. Kegiatan Penutup:

  • Tugas mandiri (lihat kegiatan pendukung)
  • Evaluasi (dibuat soal sesuai tujuan khusus, afektif, dan psikomotor)

V. PILIHAN KEGIATAN PENDUKUNG.

  

1. Menyiapkan acara televisi yang edukatif untuk

  menerangkan urgensi menyayangi anak dan cara yang cocok untuk mendidik anak

  2. Menulis cerita yang mengungkapkan bahwa

  rizki ada di tangan Allah, dan anak itu dilahirkan dengan membawa rizkinya.

  3. Menulis makalah yang membahas tentang

  bahaya pembatasan keturunan dengan berargumen pada berkurangnya sumber daya

VI. TUJUAN TARBIYAH DZATIYAH

  1. menerangkan luasnya rahmat Allah Swt 2. menjelaskan maksud dari rahmat itu 3. memberi bukti mengapa Nabi Saw memilih kuda, yang melaluinya dapat menjelaskan betapa luasnya rahmat Allah Swt

  

4. menyimpulkan hakikat-hakikat dan nilai-nilai tarbawi yang dituju

oleh hadits itu

  

5. Menerangkan pentingnya seorang muslim memperhatikan halal

dan haram dalam urusannya

  6. Menjelaskan hubungan seorang muslim dengan kerabatnya yang bukan muslim

  

7. Menyimpulkan hakikat-hakikat dan nilai-nilai tarbawi yang dituju

oleh dua hadits mulia tersebut

  8. Menerangkan faidah dari hadits tersebut

VII. SARANA EVALUASI DAN MUTABA’AH.

  1. dialog dan diskusi 2. pencatatan untuk menegaskan ketelitian membaca nash hadits, memahami dan mempraktekkannya

  3. berbaur melalui kunjungan-kunjungan, rihlah dan aktifitas yang berbeda-beda

  

4. menyiapkan formulir untuk menegaskan tercapainya

sasaran

  

5. wirid muhasabah pada bidang yang dituju oleh hadits

6. memberi kesempatan untuk mengutarakan apa yang

terbetik dalam hati yang berhubungan dengan arti

hadits

VIII. Referensi

  1. Buku-buku hadits yang terpercaya

  (mu`tamad) ( Shohih Bukhori – Shohih Muslim-Riyadlus Sholihin)

  2. Buku-buku syarah hadits ( Fathul Bari – an

  Nawawi dalam syarah Muslim – Dalilul Falihin fi Syarhi Riyadis Sholihin )

  3. Taujihat Nabawiyah karya Dr. Sayyid Nuh.

  4. Riyadush Sholihin Karya Imam Nawawi

  5. Targib dan Tarhib Karya Mundziri

  Al-Muhtawa

  Pendahuluan

  Islam turun sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, sebagaimana yang disebutkan Allah Taala kepada Rasulullah saw.

  َنيِمَلاَعْلِل ًةَم ْح َر للِإ َكاَنْلَس ْرَأ اَم َو “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya: 107) Dengan misi yang sangat mulia itulah, dapat dipahami bahwa syariat Islam akan memberikan perhatian yang sangat tinggi terhadap segala hal yang terkait dengan tindakan-tindakan yang akan membuahkan hasil berupa rahmatan lil ‘alamin. Sebagai salah satu dari implementasi misi rahmatan lil ‘alamin Islam sangat memperhatikan pola hubungan antar manusia (mu’amalah

  insaniyah) .

  Dalam makalah yang ringkas ini, akan dibahas bagaimana Islam memerintahkan umatnya untuk memuliakan keluarga sebagai bagian dari upaya mewujudkan tata kehidupan sosial yang penuh dengan kedamaian dan sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan.

A. Memuliakan Keluarga

  Perhatian terhadap keutuhan dan keharmonisan keluarga diingatkan dengan sangat jelas dalam Al-Qur’an

1. Hubungan suami-istri

  mengenai hakikat dan tujuan pembentukan keluarga itu sendiri. Perhatikan firman Allah Taala dalam Ar-Rum: 21

  ْمُكَنْيَب َلَعَجَو اَهْيَلإإ اوُنُكْسَتإل اًجاَوْزَأ ْمُكإسُفْنَأ ْنإم ْمُكَل َقَلَخ ْنَأ إهإتاَياَء ْنإمَو “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” َنوُرّكَفَتَي ٍم ْوَقإل ٍتاَي َل َكإلَذ يإف ّنإإ ًةَمْحَرَو ًةّدَوَم dan Hadis:

dari kedua belah pihak. Tuntunan interaksi harmonis suami isteri dapat kita lihat dalam beberapa pesan Al-Qur’an

pasangan suami isteri di dalam rumah tangganya.Dan ini memerlukan suatu upaya yang sistematis dan konstruktif

Dengan demikian, sakinah, mawaddah dan rahmah merupakan suatu kondisi yang hendaknya diciptakan oleh “… mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka…” (Al-Baqarah: 187) ّنُهَل ٌساَبإل ْمُتْنَأَو ْمُكَل ٌساَبإل ّنُه َلَع ْجَيَو اًئْيَش اوُهَرْكَت ْنَأ ىَسَعَف ّنُهوُمُتْهإرَك ْنإإَف إفوُرْعَمْلاإب ّنُهوُرإشاَعَو

  اًريإثَك اًرْيَخ إهيإف ُ ّا

  ُ ّا َظإفَح اَمإب إبْيَغْلإل ٌتاَظإفاَح ٌتاَتإناَق ُتاَحإلاّصلاَف

  “…Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka...” ( An-Nisaa: 34)

  

اَهْيَلإإ َرَظَن اَذإإ ُةَحإلاّصلا ُةَأْرَمْلا ُءْرَمْلا ُزإنْكَي اَم إرْيَخإب َكُرإبْخُأ َلَأ

ُهْتَظإفَح اَهْنَع َباَغ اَذإإَو ُهْتَعاَطَأ اَهَررَمَأ اَذإإَو ُهْتّرَس

  “Tidakkah mau aku kabarkan kepada kalian tentang sesuatu yang paling baik dijadikan bekal seseorang? Wanita shalihah: jika dilihat (suami) menyenangkan dan jika (suami) meninggalkannya ia menjaga dirinya dan harta suaminya.” (Abu Dawud dan Nasa’i) “ Janganlah seorang (suami) mukmin membenci seorang (istri) mu’minah. Jika ia tidak suka dengan salah satu perilakunya, ia dapat menerima perilakunya yang lain (Muslim) “Takutlah kepada Allah dalam (memperlakukan) wanita karena kamu mengambil mereka dengan amanat Allah, dan engkau halalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Dan kewajibanmu adalah memberi nafkah dan pakaian kepada mereka dengan baik” “Sesungguhnya aku berdandan untuk istriku, sebagaimana dia berdandan untukku” (Perkataan Ibnu Abbas RA)

2. Memuliakan Anak

  Memuliakan keluarga juga berarti meningkatkan kualitas hubungan antara orang tua dan anak. Dalam hal ini, patokan paling utama adalah perintah Allah Taala kepada orang-orang beriman untuk menjaga keselamatan keluarganya dari api neraka

  

ٌةَكِئ َلَم اَهْيَلَع ُة َرا َجِحْلا َو ُسالنلا اَهُدوُق َو ا ًراَن ْمُكيِلْهَأ َو ْمُكَسُفْنَأ اوُق اوُنَمَآ َنيِذللا اَهّيَأ اَي

َنوُرَم ْؤُي اَم َنوُلَعْفَي َو ْمُه َرَمَأ اَم َ لا َنوُصْعَي َل ٌداَد ِش ٌظ َلِغ

“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada

mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At-Tahrim:

6) .

  Sungguh menjadi kewajiban orang tua untuk menjadikan anak-anak mereka orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Memuliakan anak berarti memenuhi hak-hak mereka, bahkan sejak awal kehidupan mereka

  Beberapa perkara memuliakan anak:

  a. Menerima kelahiran

  Menerima kelahiran mereka dengan penuh sukacita, tidak boleh menolaknya. Sabda Nabi:

  َنيإلّوَلا إسوُءُر ىَلَع ُهَحَضَفَو ُهْنإم ُ ّا َبَجَتْحا إهْيَلإإ ُرُظْنَي َوُهَو ُهَدَلَو َدَحَج ٍلُجَر اَمّيَأَو َنيإرإخلاَو

  Barang siapa yang mengingkari anaknya, sedang anak itu mengetahuinya maka Allah akan menutup diri dari orang itu. dan keburukannya akan ditunjukkan di hadapan orang-orang terdahulu dan kemudian (Ad Darami) .

  

b. Melantunkan adzan di telinga kanan saat lahir ke

dunia.

  Aku melihat Rasulullah saw azan di telinga Husein ketika dia baru saja dilahirkan oleh Fatimah ra. (Al-Hakim)

  c. Tahnik,

  Yaitu sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW berupa pemberian makanan manis dan lembut di saat-saat pertama kehidupan anak (bisa dengan kurma atau madu)

  d. Menyusuinya dalam waktu yang cukup (2 tahun) .

  َةَعاَضّرلا ّمإتُي ْنَأ َداَرَأ ْنَمإل إنْيَلإماَك إنْيَلْوَح ّنُهَد َلْوَأ َنْعإضْرُي ُتاَدإلاَوْلاَو

  

nama yang diberikan orang tua mengandung do’a dan harapan. Sebaliknya seorang anak akan merasa malu dan rendah diri

baik akan mendorong yang punya nama untuk berbuat baik sesuai dengan makna yang terdapat di dalam namanya, karena

Imam Ibnu Qayim mengatakan bahwa ada hubungan yang erat antara nama dengan kualitas anak. Pemberian nama yang e. Memberi nama yang baik. apabila nama yang disandangnya buruk, atau tiada makna. Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua ekor kambing yang memenuhi syarat dan bayi perempuan cukup dengan satu ekor Menyembelih hewan qurban untuk kelahiran mereka pada hari ketujuh. Rasulullah saw. bersabda,

  f. Aqiqah: kambing.” (Ad-Darami) emas atau perak yang selanjutnya disedekahkan kepada faqir miskin. Pada hari yang ketujuh pula dilakukan pencukuran rambut, dan menimbang rambut tersebut lalu dikonversi dalam satuan

  g. Cukur rambut: “Wahai Fatimah Timbanglah rambut al Husain dan sedekahkanlah perak seberat itu” (Al-Hakim) إهإرْعَش إةَنإزإب يإقّدَصَتَو ُهَسْأَر يإقَلْحا َةَمإطاَف اَي kehormatan dan kesehatannya. Dari segi medis khitan jelas bermanfaat bagi kesehatan. Dengan khitan berarti sejak kecil ia sudah dipelihara harga diri,

Selanjutnya memuliakan anak berarti juga memberikan pendidikan yang baik kepada mereka. Al Qur’an secara monumental

h. Khitan:

  telah mengisyaratkan pentingnya pendidikan anak ini melalui kisah Lukman ketika sedang mendidik anaknya: ( Luqman: 13) kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah Dengan pendidikan yang benar menurut apa yang diajarkan Allah Taala, maka anak akan menjadi ٌميإظَع ٌمْلُظَل َك ْرّشلا ّنإإ إ ّلاإب ْكإرْشُت َل ّيَنُباَي ُهُظإعَي َوُهَو إهإنْب إل ُناَمْقُل َلاَق ْذإإَو keluarga dengan menikahkannya. Orang tua berperan dalam memilih siapa calon suami/istri putra-putri mereka kemaslahatan umat. individu yang mature dewasa dan bertanggung jawab, serta mampu memberikan kontribusi yang optimal bagi Kewajiban orang tua pada akhirnya disempurnakan dengan membantu mereka dalam membangun

3. Memuliakan orang tua

  Sedangkan bagaimana anak bersikap kepada orangtuanya, juga sangat jelas diperintahkan Allah Taala: ْلُقَت َلَف اَمُه َلِك ْوَأ اَمُهُد َحَأ َرَبِكْلا َكَدْنِع لنَغُلْبَي المِإ اًناَس ْحِإ ِنْيَدِلا َوْلاِب َو ُهاليِإ للِإ اوُدُبْعَت للَأ َكّبَر ىَضَق َو

اَمُهْم َح ْرا ّب َر ْلُق َو ِةَم ْحلرلا َنِم ّلّذلا َحاَن َج اَمُهَل ْضِف ْخا َو .اًمي ِرَك ًل ْوَق اَمُهَل ْلُق َو اَمُه ْرَهْنَت َل َو ّفُأ اَمُهَل

  ا ًريِغَص يِناَيلب َر اَمَك “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia.Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak

mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu Bahkan Allah selalu mensejajarkan perbuatan mengabdi kepada- Nya dan bertauhid dengan berbuat baik kepada orang tua:

  اًناَس ْحِإ ِنْيَدِلا َوْلاِب َو اًئْيَش ِهِب اوُك ِرْشُت َل َو َ لا اوُدُبْعا َو

  “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, ….” (An

  Nisa 36) Ini menunjukkan bahwa memuliakan kedua orangtua bukan perkara sepele. Rasulullah SAW bahkan menegaskan bahwa memuliakan kedua orangtua terus berlanjut meskipun keduanya telah tiada:

  

ْنِم ٌلُجَر ُهَءاَج ْذِإ َمّلَس َو ِهْيَلَع ُ ّا ىّلَص ِ ّا ِلوُسَر َدْنِع ُن ْحَن اَنْيَب َلاَق ّيِدِعاّسلا َةَعيِبَر ِنْب ِكِلاَم ٍدْيَسُأ يِبَأ ْنَع

اَمِهْيَلَع ُة َلّصلا ْمَعَن َلاَق اَمِهِت ْوَم َدْعَب ِهِب اَمُهّرَبَأ ٌء ْيَش ّي َوَبَأ ّرِب ْنِم َيِقَب ْلَه ِ ّا َلوُسَر اَي َلاَقَف َةَمَلَس يِنَب اَمِهِقيِدَص ُماَرْكِإ َو اَمِهِب ّلِإ ُلَصوُت َل يِتّلا ِمِحّرلا ُةَل ِص َو اَمِهِدْعَب ْنِم اَمِهِدْهَع ُذاَفْنِإ َو اَمُهَل ُراَفْغِتْس ِلا َو

  Abu Usaid (Malik) bin Rabi’ah Assa’diyah berkata: Ketika kami

duduk di sisi Rasulullah SAW mendadak datang seorang dari Bani Salimah

dan bertanya: Ya Rasulullah apakah masih ada jalan untuk berbakti terhadap ayah bundaku sesudah mati keduanya? Jawab Nabi: Ya, men- sholatkan atasnya, membacakan istighfar atas keduanya dan melaksanakan janji (wasiat) nya, serta menghubungkan ikatan yang tidak

  1. Selalu menjaga silaturahim dengan cara mengunjungi mereka secara rutin (berkala) sesuai kemampuan. Bila jarak tempat tinggal jauh, dapat dilakukan melalui telpon atau surat.

  Tanyailah keadaan kesehatan mereka, masalah-masalah mereka.

  2. Memenuhi kebutuhan mereka, terutama tentu saja kebutuhan hidup sehari-hari berupa sandang, pangan dan papan.

  3. Memelihara kesehatan mereka dengan cara memonitor kesehatan mereka, menganjurkan bahkan membantunya berobat ke dokter. Menganjurkan mereka untuk memperbaiki pola makan, pola kerja dan pola hidup agar menjadi sehat.

  4. Memberi mereka hadiah sesuatu yang menyenangkan mereka, meskipun cuma sebuah bingkisan kecil. Janganlah lupa memberikan mereka buah tangan apabila kita pulang dari bepergian jauh.

  5. Menganjurkan mereka meningkatkan ibadah, memperbanyak dzikir dan menghadiri atau mendengarkan ceramah atau majelis ta’lim yang baik buat mereka. Berikan pula buku atau majalah yang patut mereka baca.

  6. Mendidik anak-anak untuk menghormati dan menggembirakan mereka (kakek-nenek) 7. Pamit kepada mereka ketika hendak bepergian jauh.

  8. Bila memiliki rezeki yang cukup, patutlah kita memberangkatkan mereka ke tanah suci Mekkah untuk ibadah Haji.

  9. Sesekali ajaklah mereka rihlah bersama ke suatu tempat yang baik.

  

Sungguh indah bagaimana Islam memberikan pedoman-pedoman yang jelas dan rinci

Di antara tindakan-tindakan praktis membina hubungan yang baik kepada orangtua dalam konteks memuliakan mereka adalah:

B. HAK-HAK ANAK ATAS ORANG TUA

1. Menyayangi Anak dan Menciuminya

  Ibnu Al Baththal berkata: Dari Anas bin Malik –ra. Berkata: Rasulullah saw menggendong Ibrahim dan menciuminya. (Al-Bukhari) ُهّمشو ُهَلّبَقَف ، ميهاربإ ـ ملسو هيلع ل ىلص ـ يٍبَنلا َذ َخََأ :لاق ـ هنع ل يضر ـ كلام نب سنأ نع ، ُةِر ْوَع ْنُكَي ْمَل َلاَم ، ِءامَلُعلا ُِرَثْكأ دنع ُريبكلا اذكو، ُهْنِم وّضَع ّلك يف ِريغصلا ِدَلَولا َليِبْقَت ُزوجَي mayoritas ulama-, kecuali auratnya. Maka tidak boleh hukumnya mencium aurat anak. Diperbolehkan mencium anak kecil, di semua anggota badannya. Demikian juga orang dewasa –menurut ِدَلَولا ةروع ُلِِبَقُت ف أ Rasulullah mengambil anaknya –Ibrahim- dari ibunya Mariyah Al Qibthiyah, َمْيِهاَرْبِإ ـ َمّلَسَو ِهْيَلَع ُل ىّلَص ـ ّيِبّنلا َذ َخَ

  ُ Mencium dengan mulutnya, mencium dengan hidungnya, sepertinya ia adalah ُ

  هَلّبَقَف ُهّمَشَو Husain, dua putera Fatimah dengan kalimat: Anak-anak itu diciumi serasa parfum – sepertinya. Rasulullah saw menerangkan dua cucunya Al Hasan dan Al pengharumnya

  ةَناحيإر: Keduanya adalah keharumanku di dunia. HR Al Bukhari dari Ibnu Umar –ra. Kalimat, berarti bagian parfum duniawiku. اَيْنّدلا َنِم ّياَتَنا َحْيَر اَمُه Hadits ini menunjukkan cinta anak dan menciumnya. Itulah ciuman yang Rasulullah saw lakukan kepada cucunya, menunjukkan cinta dan kasih sayangnya. ايندلررا نم ياتناحير

  Yang sayang akan disayangi نع ُ ّل ىّلَص ِ ّل ُلوُسَر َلّبَق َلاَق ُهْنَع ُ ّل َيِضَر َةَرْيَرُه يبَأ

  

ّيِميِمّتلا ٍسِباَح ُنْب ُعَرْقَ ْلا ُهَدْنِعَو ّيِلَع َنْب َنَسَحْلا َمّلَسَو ِهْيَلَع

اًد َحَأ ْمُهْنِم ُتْلّبَق اَم ِدَلَوْلا ْنِم ًةَرَشَع يِل ّنِإ ُعَرْقَ ْلا َلاَقَف اًسِلاَج

ُمَحْرَي َل ْنَم َلاَق ّمُث َمّلَسَو ِهْيَلَع ُ ّل ىّلَص ِ ّل ُلوُسَر ِهْيَلِإ َرَظَنَف

ُم َح ْرُي َل

  Dari Abu Hurairah ra- berkata: Rasulullah saw menciumi Al Hasan bin Ali, di hadapan Al Aqra’ bin Habis At Tamimiy yang sedang duduk. Lalu Al Aqra’ berkata: Sesungguhnya aku memiliki sepuluh anak, dan aku belum pernah menciumi seorang pun. Lalu

Rasululahn saw memandanginya dan bersabda: “Barang siapa yang

tidak menyayangi maka tidak akan disayangi” (Al Bukhari)

  Kesimpulan hadits

1. Masyru’iyyah (disyariatkannya) mencium anak, dan hal ini adalah sunnah Nabi yang mulia.

  2. Orang yang tidak menyayangi sesama manusia dan

makhluk hidup lainnya akan terhalang dari rahmat

Allah, dan kasih sayang sesama manusia. Karena

balasan itu serupa dengan amalnya.

  3. Orang yang menyayangi orang lain mendapatkan keberuntungan rahmat Allah dan kasih sayang

sesama manusia yang akan menjadi penolong di

kala sempit dan pembela pada saat yang dibutuhkan.

  Menyayangi anak perempuan

Dan orang yang mendapatkan rahmat Allah, ia akan hidup dengan kehidupan yang

baik, mendapatkan nikmat lahir batin, dan akan berakhir dengan kebaikan (husnul

khatimah) .

  ْمَلَف ُلَأْسَت اَهَل إناَتَنْبا اَهَعَم ٌةَأَرْما ْتَلَخَد ْتَلاَق اَهْنَع ُ ّا َيإضَر َةَشإئاَع ْنَع ْلُكْأَت ْمَلَو اَهْيَتَنْبا َنْيَب اَهْتَمَسَقَف اَهاّيإإ اَهُتْيَطْعَأَف ٍةَرْمَت َرْيَغ اًئْيَش يإدْنإع ْدإجَت

  ُهُت ْرَب ْخَأَف اَنْيَلَع َمّلَسَو إهْيَلَع ُ ّا ىّلَص ّيإبّنلا َلَخَدَف ْتَجَرَخَف ْتَماَق ّمُث اَهْنإم إراّنلا ْنإم اًرْتإس ُهَل ّنُك ٍء ْيَشإب إتاَنَبْلا إهإذَه ْنإم َيإلُتْبا ْنَم َلاَقَف

  

Dari Aisyah –isteri Rasulullah saw- berkata: Telah datang padaku seorang wanita

bersama dengan dua orang anaknya meminta sesuatu kepadaku. Aku hanya memiliki sebutir korma, lalu aku berikan padanya. ibu itu kemudian membaginya untuk kedua anaknya, lalu pergi. Kemudian Rasulullah saw datang dan aku ceritakan kepadanya. Nabi bersabda: barangsiapa yang dikaruniai anak-anak perempuan lalu berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak itu akan menjadi penghalangnya dari neraka. (Al Bukhari, Muslim dan At Tirmidzi)

  Hadits ini menegaskan tentang hak anak perempuan. Karena pada umumnya

  Kesimpulan Hadits

  1. Orang yang sangat membutuhkan diperbolehkan meminta- minta. Seperti yang dilakukan oleh ibu dari dua anak perempuan tadi kepada Aisyah ra

  2. Sebaiknya bersedekah dengan apa yang ada, sedikit atau banyak. Seperti yang dilakukan oleh Aisyah ra, dengan sebutir kurma. Kurang berharganya sebutir kurma itu tidak menghalanginya dari bersedekah.

  3. Diperbolehkan menceritakan kebaikan yang dilakukan, selama tidak bertujuan untuk membanggakan diri dan membangkit pemberian. Seperti yang dilakukan oleh Ummul Mukminin Aisyah ra dalam bercerita kepada Rasulullah tentang wanita itu dan kedua anaknya.

  

4. Sesungguhnya menyayangi anak perempuan dan berbuat baik

kepadanya akan menjaga dari apai neraka, yang menjadi pekerjaan orang-orang baik untuk berusaha terlindung dan

  Allah sangat menyayangi anak melebihi kasih sayang ibu terhadap anaknya

  إهْيَلَع ُ ّا ىّلَص ّيإبّنلا ىَلَع َمإدَق ُهْنَع ُ ّا َيإضَر إباّطَخْلا إنْب َرَمُع ْنَع

  اًّيإبَص ْتَدَجَو اَذإإ يإقْسَت اَهَيْدَث ُبُلْحَت ْدَق إيْبّسلا ْنإم ٌةَأَرْما اَذإإَف ٌيْبَس َمّلَسَو إهْيَلَع ُ ّا ىّلَص ّيإبّنلا اَنَل َلاَقَف ُهْتَعَضْرَأَو اَهإنْطَبإب ُهْتَقَصْلَأَف ُهْتَذَخَأ إيْبّسلا يإف

  َل ْنَأ ىَلَع ُرإدْقَت َيإهَو َل اَنْلُق إراّنلا يإف اَهَدَلَو ًةَحإراَط إهإذَه َنْوَرُتَأ َمّلَسَو اَهإدَلَوإب إهإذَه ْنإم إهإداَبإعإب ُمَحْرَأ ُ ّ َل َلاَقَف ُهَحَرْطَت

  Dari Umar bin Al Khaththab ra- berkata: Didatangkanlah para tawanan

perang kepada Rasulullah saw. Maka di antara tawanan itu terdapat seorang wanita yang susunya siap mengucur berjalan tergesa-gesa –sehingga ia menemukan seorang anak kecil dalam kelompok tawananan itu- ia segera menggendong, dan menyusuinya. Lalu Nabi Muhammad saw bersabda: Akankah kalian melihat ibu ini

melemparkan anaknya ke dalam api? Kami menjawab: Tidak, dan ia mampu untuk tidak melemparkannya. Lalu Nabi bersabda: Sesungguhnya Allah lebih sayang kepada hamba-Nya, melebihi sayangnya ibu ini kepada anaknya, (Al Bukhari dan Muslim). Hadits ini dikuatkan pula oleh riwayat Imam Ahmad dan Al Hakim dari Anas, ra, berkata:

  إهإباَحْصَأ ْنإم ٍرَفَن يإف َمّلَسَو إهْيَلَع ُ ّا ىّلَص ّيإبّنلا ّرَم َلاَق ٍسَنَأ ْنَع َأَطوُي ْنَأ اَهإدَلَو ىَلَع ْتَيإشَخ َمْوَقْلا ُهّمُأ ْتَأَر اّمَلَف إقيإرّطلا يإف ّيإبَصَو

  إ ّا َلوُسَر اَي ُم ْوَقْلا َلاَقَف ُهْتَذَخَأَف ْتَعَسَو يإنْبا يإنْبا ُلوُقَتَو ىَعْسَت ْتَلَبْقَأَف إهْيَلَع ُ ّا ىّلَص ّيإبّنلا ْمُهَضّفَخَف َلاَق إراّنلا يإف اَهَنْبا َيإقْلُتإل إهإذَه ْتَناَك اَم

  إراّنلا يإف ُهَبيإبَح يإقْلُي َل ّلَجَو ّزَع إ ّا ُء َلَو َلاَقَف َمّلَسَو

  Dari Nabi saw: Rasulullah saw melintasi sekelompok sahabatnya

  • –ada seorang anak kecil di tengah jalan. Ketika ibunya melihat hal itu, ibu itu ketakutan bahwa anaknya akan jatuh, lalu ia bergegas menghampiri dan memanggil-manggil: anakku-anakku, ibu itu berjalan cepat, dan mengambilnya. Para sahabat bertanya: Ibu ini tidak akan melemparkan anaknya ke dalam api. Rasulullah saw bersabda: Dan Allah tidak akan melemparkan kekasihnya ke dalam api neraka. Dan Allah tidak akan melemparkan kekasihnya ke dalam api neraka.

  Pelajaran Hadits:

  1. Tidak ada seorangpun yang lebih sayang melebihi Allah. Allah swt lebih sayang

dibandingkan dengan orang yang harus menyayangi. Tidak pernah ada dalam

makhluk Allah yang lebih sayang dari ibunya. Dan Rasulullah saw bersabda: Allah lebih sayang dari pada ibu itu menyayangi anaknya.

2. Boleh melihat tawanan wanita. Rasulullah saw tidak melarang melihat wanita dalam hadits di atas. Bahkan dalam hadits tadi termuat pembolehan melihatnya.

  3. Penggunaan contoh sebagai alat bantu, sehingga bisa ditangkap secara fisik

untuk hal-hal yang tidak mudah difahami, agar mendapatkan pengertian yang

tepat, meskipun yang dijadikan contoh sesuatu yang tidak akan dapat terjangkau hakekatnya. Itulah rahmat Allah yang tidak akan terjangkau oleh akal. Walau

demikian Rasulullah saw mendekatkan pemahaman itu kepada para pendengar

dengan keadaan wanita tersebut.

  4. Pemanfaatan kesempatan untuk menyampaikan dakwah. Rasulullah saw

memanfaatkan kesempatan perhatian para sahabat terhadap fenomena kasih

sayang ibu kepada anaknya, lalu dialihkan kepada kasih sayang yang lebih besar,

untuk memenuhi kebutuhannya, dan menjadi tempat bergantung dalam semua

urusan.

2. Meletakkan Anak dalam pelukan atau Pangkuan

  

ىّلَص ر ّيإبّنلا ّنَأ " ر اَهْنَع ُا َيإضَر ر َةَشإئاَع ْنَع

، ُهُكّنَحُي إهإرْجَح يإف اًّيإبَص َعَضَو ر ّمَلَسَو إهْيَلَع ُا ” ُهَعَبْتَأَف ٍءاَمإب اَعَدَف ، إهْيَلَع َلاَبَف

  Dari Aisyah ra, bahwa Nabi Muhammad saw meletakkan anak kecil di

pelukannya kemudian mentahniknya (menyuapi dengan kurma yang telah

dukunyahnya), lalu anak itu kencing di pelukannya, lalu meminta air dan mengguyurnya. (Al-Bukhari) Kesimpulan hadits:

  1.Menyayangi anak kecil, dan memperhatikannya. Nabi Muhammad saw meletakkan anak itu dalam pelukannya dan mentahniknya

2.Bersabar menghadapi prilakunya, tidak membalasnya, karena

  ُ ّا ىّلَص إ ّا ُلوُسَر َناَك اَمُهْنَع ُ ّا َيإضَر ٍدْيَز إنْب َةَماَسُأ ْنَع

إهإذإخَف ىَلَع َنَسَحْلا ُدإعْقُيَو إهإذإخَف ىَلَع يإنُدإعْقُيَف يإنُذُخْأَي َمّلَسَو إهْيَلَع

اَمُهُمَحْرَأ يّنإإَف اَمُهْمَحْرا ّمُهّللا ُلوُقَي ّمُث اَمُهّمُضَي ّمُث ىَرْخُ ْلا

  Dari Usamah bin Zaid –ra, berkata: Rasulullah saw pernah mengangkatku dan mendudukkan aku di atas pahanya, dan Hasan bin Ali duduk di paha yang lain, kemudian Rasulullah saw memeluk kami berdua, dan bersabda: Ya Allah sayangilah keduanya, karena sesungguhnya aku menyayanginya. (Al Bukhari) Kesimpulan hadits:

  Bahwa meletakkan anak kecil di pangkuan adalah salah satu bentuk rahmat dan kasih sayang. Hal ini membuktikan rasa cinta.

3. Larangan Membunuh Anak Karena takut berkurang makananannya

   ْنَأ َلاَق ُمَظْعَأ ِبْنّذلا ّيَأ ِ ّل َلوُسَر اَي ُتْلُق َلاَق ِ ّل ِدْبَع ْنَع َةَيْش َخ َكَدَلَو َلُتْقَت ْنَأ َلاَق ّيَأ ّمُث ُتْلُق َكَقَلَخ َوُهَو اًّدِن ِ ّ ِل َلَع ْجَت ُ ّل َلَزْنَأَو َكِراَج َةَليِلَح َيِناَزُت ْنَأ َلاَق ّيَأ ّمُث َلاَق َكَعَم َلُكْأَي ْنَأ َمّلَسَو ِهْيَلَع ُ ّل ىّلَص ّيِبّنلا ِل ْوَق َقيِد ْصَت Dari Abdullah bin Mas’ud –ra berkata: Aku bertanya: Ya Rasulallah, dosa apakah yang paling besar? Rasulullah saw menjawab: Engkau menjadikan sekutu bagi Allah –padahal Allah

yang telah menciptakanmu. Kemdian apa lagi? Jawabnya: Engkau

membunuh anakmu karena takut ia makan makananmu. Kemudian

apa lagi? Jawabnya: Engkau berzina dengan isteri tetanggamu.

  Kesimpulan hadits: Larangan mensekutukan Allah, membunuh anak,