Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Telapak Kaki

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Identifikasi Pada tahun 1882, M. Alphonse Bertillon, seorang dokter berkebangsaan Prancis memperkenalkan Bertillon system yang memakai cara pengukuran

  bagian tubuh dalam usaha mengidentifikasi para penjahat. Ini hanya dapat digunakan pada orang dewasa, karena didasarkan pada prinsip bahwa usia setelah

  9 dua puluh satu tahun ukuran – ukuran tubuh manusia tidak berbeda.

  Menentukan identitas atau jati diri atas seorang korban tindak pidana yang berakibat fatal, relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan penentuan jati diri tersangka pelaku kejahatan. Hal tersebut oleh karena pada penentuan jati diri tersangka pelaku kejahatan semata – mata didasarkan pada penentuan secara visual, yang sudah tentu banyak faktor – faktor yang mempengaruhinya sehingga

  10 hasil yang dicapai tidak memenuhi harapan.

  Identifikasi dari tubuh tak dikenal, baik yang masih hidup ataupun mati, dapat dilakukan bagi kepentingan penyidikan perkara – perkara pidana dan bagi tugas – tugas kepolisian yang lain, seperti misalnya pada peristiwa bencana alam,

  11 kecelakaan yang mengakibatkan korban missal (mass disaster).

  Pada korban yang meninggal, identifikasi boleh dilakukan apabila keseluruhan tubuhnya didapati ataupun jika hanya sisa – sisa tubuhnya saja yag dijumpai. Untuk mengenal pasti identitas korban (mayat), maka beberapa cirri antemortem ataupun ciri khusus yang terdapat pada korban dibandingkan dengan data ciri – ciri yang terdapat pada rekam medik yang dipunyai korban sewaktu

  12 hidup.

  Salah satu informasi penting yang dapat digunakan untuk melacak identitas seseorang adalah informasi tentang tinggi badan. Oleh sebab itu pada pemeriksaan jenazah yang tak diketahui identitasnya perlu diperiksa tinggi badannya. Memang tidak mudah mendapatkan tinggi badan yang tepat dari pemeriksaan yang dilakukan sesudah mati, meskipun yang diperiksa itu jenazah utuh. Perlu diketahui bahwa ukuran orang yang sudah mati biasanya sedikit lebih

  13 panjang (sekitar 2,5 cm) dari pada tinggi waktu hidup.

  Dalam penentuan tinggi badan berdasarkan panjang tekapak kaki telah diteliti oleh ahli forensik, tetapi seringkali tidak dapat diterapkan di Indonesia, oleh karena itu terdapat perbedaan tinggi badan orang Indonesia dengan orang India. Rumus Patel S.V

  (5) Penelitian dilakukan tahun 2007 di Gujarat, India.

  Pria Wanita Formula Regresi TB= 75.45 + 3,64* PK TB= 75,41 + 3,43*PK

  Dimana TB adalah tinggi badan dan PK adalah Panjang Telapak Kaki 2.2.

  Anatomi kaki Kaki manusia merupakan gabungan bentuk dan fungsi yang sempurna. Kaki manusia terdiri dari 26 tulang, 2 tulang sesamoid, 33 sendi, 19 otot dan 107 ligamen. Kaki dibagi menjadi 3 bagian yaitu : forefoot (kaki depan), midfoot

  14 (kaki tengah), hindfoot (kaki belakang).

  1. Forefoot Forefoot terdiri dari 5 metatarsal dimulai dari metarsal I sampai metatarsal

  V, dan 5 jari kaki yang masing – masing terdiri dari 3 tulang (kecuali jempol kaki terdiri dari 2 tulang). Tulang dari masing – masing jari terdiri dari phalang proksimal, middle phalang distal (kecuali jempol kaki hanya memiliki bagian proksimal dan distal).

  Sendi yang menghubungkan antara metatarsal dan phalang proksimal jari kaki disebut sendi MTP (sendi metatarsal phalang). Sendi PIP (sendi proksimal interphalang) antara phalang proksimal dan phalang tengah masing – masing jari kaki disebut sendi PIP (sendi proksimal interphalang). Sendi DIP (sendi distal interphalang) antara phalang tengah dan phalang distal pada masing – masing jari kaki disebut sendi distal interphalang. Jari jempol hanya mempunyai 1 sendi antara 2 phalang dan oleh karena itu sendi ini disebut sendi interphalang yang besar. Kepala metatarsal merupakan ujung metatarsal yang bersambungan dengan sendi pada tulang yang berdekatan (secara umum digunakan untuk menjelskan kepala metatarsal distal, merupakan bagian yang bersambungan dengan phalang

  14 proksimal jari yang berdekatan.

  2. Midfoot Midfoot terdiri dari 5 tulang dengan permukaan artikular yang banyak

  (permukaan yag dihubungkan dengan sendi – sendi dan tulang lain) yaitu : navicular, cuboid, 3 tulang cuneiform : medial, middle dan lateral. Di ujung distal, metatarsal IV dan V bersambungan dengan tulang cuboid. Metatarsal I, II, III berhubungan dengan tulang cuneiform secara berturut – turut. Masing – masing dari tulang ini mempunyai kapsul sendi individual tetapi semuanya dibungkus dalam 1 kapsul yang besar sehingga membentuk sendi tarso – metatarsal (sendi Lis Franc). Di bagian proksimal, sendi talonavicular dan calcaneocuboid bersama

  14 – sama membentuk persambungan sendi midtarsal yang terkombinasi (Chopart).

  Gambar 1. Tulang telapak kaki kanan (tampak belakang) (http : // www. Footmaxx.com / uploaded / product- category – pdf- 19 pdf (Accessed 24 Juni 2011).

  Gambar 2. Tulang telapak kaki kanan (tampak lateral) (http : // www. Footmaxx.com / uploaded / product- category- pdf- 19 pdf (Accessed 24 juni 2011).

  3. Hindfoot Tibia bersambungan dengan kubah talus dan dengan demikian mengantarkan tekanan dari kaki ke tumit. Umumnya disebut sendi tibialtalar atau secara sederhana disebut sendi pergelangan kaki. Kemudian talus bersambungan dengan calcaneus. Tulang kaki yang menyokong berat badan (dan yang terbesar) yang dihubungkan dengan sendi subtalar. Sendi subtalar dikenal sebagai ”sendi ketangkasan”, merupakan sendi kunci pada pergelangan kaki. Sendi ini mempunyai 3 permukaan dari persambungan dengan sendi facet yang terpisah. Pergerakan yang besar pada pergelangan kaki terjadi pada sendi ini – sisa gerakan lain terjadi pada sendi tibialtalar. Fascia pada telapak kaki merupakan pengatur keseimbangan yang penting pada kaki. Dimana kelainan kaki banyak terjadi. Fascia telapak kaki berasal dari permukaan calcaneus telapak kaki dan melekat kepermukaaan plantar dari kelima kepala metatarsal dan phalang proksimal jari kaki. Fascia plantar membantu mempertahankan bagiian dari kaki dan sebagai anti pronasi. Dalam fungsinya mempertahankan kesesuaian hubungan antara calcaneus dan kepala metatarsal. Fascia plantar menhan pergerakan torsi dari tempat yang berhubungan dengan Hind foot selama pronasi. Kebanyakan eversi dari pronasi terjadi pada midfoot dan fore foot dimana calcaneus tetap stabil pada

  14 hindfoot.

2.3. Antropometri

  Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti orang dan metron yang berarti ukuran. Jadi ilmu yang mempelajari tentang ukuran – ukuran tubuh

  15 manusia dikenal dalam bidang ilmu Anthropometri.

  Johan Sigismund Elsholtz (1654) adalah orang yang pertama memperkenalkan ilmu antropometri. Beliau menciptakan alat ukur dan kini dikenal sebagai cikal bakal alat ukur antropometer. Perhitungan di bidang antropometri ini berkembang dengan menggunakan perhitungan yang lebih rumit, untuk mengurangi angka ketidakakuratan. Tidak adanya standarisasi membuat para ahli tidak bisa membandingkan hasil penelitiannya karena standard pengukuran, titik pengukuran serta indeks yang berbeda – beda. Standarisasi mulai dilakukan berdasarkan studi Paul Broca (1870) yang disempurnakan melalui kongres antrropologi Jerman pada tahun 1882 yang dikenal sebagai ”Kesepakatan Frankurt”. Hasil kesepakatan kongres adalah garis dasar posisi kepala atau kranium yang dikenal sebagai garis ”Frankfurt Horizontal Plane” atau

  16 dataran frankfurt.

  Pada tahun berikutnya perkembangan antropometri berpusat di Jerman dan Prancis. Usaha – usaha untk menggabungkan cara yang dikembangkan oleh kedua negara telah dilakukan yang kemudian direalisasikan dalam kongres di Moscow

  16 tahun 1982.

  Kemudian dikembangkan oleh Rudolf Martin pada tahun 1914 yang menerbitkan buku yang berjudul ”Lehrbuch der Anthropologie”, yang kemudian

  16 buku tersebut diperbaharui oleh Martin dan Knussmann pada tahun 1981. Gambar 3. Dataran / garis Frankfurt (Dikutip dari buku Metode Pengukuran Manusia. Glinka J. Artaria MD.

  Koesbardiati T). Pada awal tahun 1930 – an, penggunaan antropometri sebagai alat untuk mencari tipe ideal mulai ditinggalkan dan diganti dengan penelitian pada masalah

  • – masalah nutrisi, olah raga, pertumbuhan dan perkembangan, serta beberapa

  16 studi di bidang kedokteran.

  Alat – alat antropometris Kaliper geser (sliding caliper), terdiri dari sebatang mistar yang berskala milimeter, serta dua batang jarum, dimana yang satu tetap pada titik skala 0 dan yang lain dapat digeser. Kedua jarum ini pada satu ujung agak tajam (dipakai untuk pengukuran pada tulang), dan pada ujung yang lain lagi agak tumpul (untuk mengukur manusia hidup). Panjangnya mistar umumnya 25 cm. Alat ini dipakai

  16 pada ukuran jarak lurus yang tidak terlalu besar. Gambar 4. Kaliper geser (sliding caliper) (Dikutip dari buku Metode Pengukuran Manusia. Glinka J. Artaria MD.

  Koesbardiati T).

2.4. Perkiraan tinggi badan

  Salah satu informasi penting yang dapat digunakan untuk melacak identitas seseorang adalah informasi tentang tinggi badan. Oleh sebab itu pada pemeriksaan jenazah yang tak diketahui identitasnya perlu diperiksa tinggi badannya. Memang tidak mudah mendapatkan tinggi badan yang tepat dari pemeriksaan yang dilakukan sesudah mati, meskipun yang diperiksa itu jenazah

  17 yang utuh.

  Trotter dan Glesser (1952, 1958) berhasil menemukan formula yang lebih dapat dipercaya untuk penentuan perkiraan tinggi badan seseorang, bagi pria dan

  18 wanita kulit putih dan Negro.

  Trotter dan Glesser (1958) menemukan bahwa dari 855 mayat ada pengurangan panjang / tinggi badan 1, 2 cm untuk setiap 2 dekade pada usia di atas 30, pengurangan tinggi badan setara dengan 0,6 mm pertahun setelah dekade ke – 4. Dari investigasi yang sama ditujukan bahwa panjang mayat

  19 ± 2, 5 cm lebih panjang daripada yang diketahui ketika dia hidup. Gambar 5. Kaki (Dikutip dari Stature Estimation Based on Hand Lenght and Foot Lenght. Journal clinical anatomy 18: 589 – 596 (2005)

  Untuk menentukan tinggi badan, tidak perlu melalui pengukuran badan secara utuh. Pengukuran dari bagian tubuh masih dapat menentukan tinggi seseorang secara kasar dengan: a.

  Jarak kedua ujung jari tengah kiri dan kanan sama dengan tinggi badan.

  b.

  Panjang lengan dikali 2, ditambah 34 cm (= 2 Kali panjang clavicula) ditabah lagi 4 cm ( lebar sterum).

  c.

  Panjang dari puncak kepala (vertex) sampai symphisis pubis dikali 2.

  d.

  Panjang dari lekuk di atas sternum samapai symphisis pubis dikali 3, 3.

  e.

  Panjang ujung jari tengah sampai ujung olecranon dikali 3,7.

  f.

  Panjang femur dikali 4.

  g.

  Panjang humerus dikali 6. Angka di atas harus ditambah 2 – 4 cm bila pegukuran dilakukan pada tulang – tulang saja, yaitu sebagai tambahan jarak sambungan sendi.

  20 Gambar 6. Pengukuran tinggi badan. (Dikutip dari Stature Estimation Based on Hand Lenght and Foot Lenght. Journal clinical anatomy 18: 589- 596 (2005)

  Gambar 7. Cara pengukuran tinggi badan (Dikutip dari buku Metode Pengukuran Manusia. Glinka J.Artaria MD.

  Koesbardiati T). Perkiraan tinggi badan akan mudah dikerjakan bila tulang yang diperiksa adalah tulang tulang panjang, yaitu dengan mengukur panjang tulang yang kering

  (dry bone) dan kemudian dihitung dengan formula stevenson atau formula Trotter dan Gleser, yang merupakan formula-formula untuk manusia yang termsuk ras

21 Mongoloid.

2.5. Beberapa formula yang sering digunakan :

  1. Formula Karl Pearson´s (1899)

  18 Tabel 1. Untuk Tulang yang segar pada Laki – laki

  Femur = (Panjang (cm) – 7 cm) x 1.880 + 81,231 cm Tibia = (Panjang (cm) – 5 cm) x 2.376 + 78,807 cm Humerus = (Panjang (cm) – 5 cm) x 2,894 + 70,714 cm Radius = (Panjang (cm) – 3 cm) x 3,271 + 86,465 cm

  18 Tabel 2. Untuk Tulang yang segar pada Wanita

  Femur = Panjang (cm) x 1,945 + 73,163 cm Tibia = Panjang (cm) x 2,352 + 75,369 cm Humerus = Panjang (cm) x 2,754 + 72,046 cm Radius = Panjang (cm) x 3,343 + 82,169 cm

  18 Tabel 3. Untuk Tulang yang lama pada Pria

  Femur = Panjang (cm) x 1,880 + 81,306 cm Tibia = Panjang (cm) x 2,376 + 78,664 cm Humerus = Panjang (cm) x 2,894 + 70,641 cm Radius = Panjang (cm) x 2,271 + 89,925 cm

  18 Tabel 4.Untuk Tulang yang lama pada Wanita

  Femur = Panjang (cm) x 1,945 + 72,884 cm Tibia = Panjang (cm) x 2,352 + 74,774 cm Humerus = Panjang (cm) x 2,754 + 71,475 cm Radius = Panjang (cm) x 3,343 + 81,224 cm

  2. Formula Stevenson

  21 Tabel 5. Formula Stevenson

  TB = 61,7207 + 2,4378 x F ± 2,1756 TB = 81,5115 + 2,8131 x H ± 2,8903 TB = 59,2256 + 3,0263 x T ± 1,8916 TB = 80,0276 + 3,7384 x R ± 2,6791

  3. Fomula Trotter dan Gleser (1952, 1958)

  21 Tabel 6. Formula Trotter dan Gleser

  TB = 70,73 + 1,22 (F + T ) ± 3,24 Keterangan : TB = Tinggi badan dalam sentimeter T = Tibia (tulang kering)

  23 F = Femur (tulang paha) R = Radius (tulang hasta).

  H = Humerus (tulang lengan atas) Gambar 8. Papan Osteometri

  (Dikutip dari buku Forensic Pathology. Knight Bernard)

  4. Formula Amri Amir (1989) Tabel 7. Angka Regresi Hubungan Tinggi Dengan Tulang Panjang Pada Laki –

  6 Laki Dengan R2 Untuk Masing – Masing Tulang.

  2 No Tulang Rumus regresi r

  1. Humerus 1,34 x H + 123,43 0,22

  2. Radius 3,13 x Ra + 87,91 0,45

  3. Ulna 2,88 x U + 91,27 0,43

  4. Femur 1,42 x Fe + 109,28 0,30

  2

  2. Lengan 0,87 x L + 92,65 0,39

  1. Rentang tangan 0,64 x RT + 53,64 0,69

  2

  6 Bagian Tubuh Rumus regresi r

  No.

  6. Fibula 1,71 x Fi + 99,20 0,36 Tabel 10. Angka Regresi Hubungan Tinggi Dengan Ukuran Beberapa Bagian Tubuh Pada Wanita Dan Nilai R2 Untuk Masing – Masing Ukuran.

  5. Tibia 1,33 x T + 110, 70 O,26

  4. Femur 0,79 x Fe + 124,67 0,17

  3. Ulna 2,85 x U + 86,75 0,46

  2. Radius 1,50 x Ra + 119,58 0,30

  1 Humerus 1,46 x H + 111,33 0,32

  6 Tulang Rumus regresi r

  5. Tibia 1,12 x T + 124, 88 0,23

  No.

  6. Clavicula 2,27 x C + 130,30 0,14 Tabel 9. Angka Regresi Hubungan Tinggi Dengan Tulang Panjang Pada Wanita Dan Nilai R2 Untuk Masing – Masing Tulang.

  5. Dagu vertex 2,47 x DV + 104, 53 0,14

  4. Symphisis kaki 1,09 x SK + 71,65 0,62

  3. Lengan bawah 1,81 x LB + 83,65 0,52

  2. Lengan 0,99 x L + 0,46 0,46

  1. Rentang Tangan 0,64 x RT + 56,98 0,62

  2

  6 Bagian Tubuh Rumus regresi r

  Tubuh Pada Laki – Laki Dan Nilai R2 Untuk Masing – Masing Bagian Tubuh No.

  6. Fibula 1,35 x Fi + 117,20 9,29 Tabel 8. Angka Regresi Hubungan Tinggi Dengan Ukuran Beberapa Bagian

  3. Lengan bawah 1,83 x LB + 78,36 0,44

  4. Symphisis kaki 0,98 x SK + 76,92 0,56

  5. Dagu Vertex 0,49 x DV + 143, 30 0,02

  6. Clavicula 2,15 x C + 124,58 0,27

  5. Formula Mistar Ritonga (1992)

  7 Tabel 11. Rumus Tinggi Hidung untuk mengetahui tinggi badan :

  Laki – laki TB = 144,98 + 4,09 x Th

  7 Tabel 12. Rumus Tinggi Hidung untuk mengetahui tinggi badan :

  Wanita TB = 130,82 + 4,86 x Th

  Keterangan : TB = Tinggi Badan

  Th = Tinggi Hidung

  6. Formula Antropologi Ragawi UGM Tinggi badan seseorang dapat diperkirakan dari panjang tulang tertentu, menggunakan rumus yang dibuat oleh beberapa ahli.

  22 Tabel 13. Rumus Antropologi Ragawi UGM untuk pria dewasa (Jawa) :

  Tinggi badan = 897 + 1,74 y (femur kanan) Tinggi badan = 822 + 1,90 y ( femur kiri) Tinggi badan = 879 + 2,12 y (tibia kanan) Tinggi badan = 847 + 2,22 y (tibia kiri) Tinggi badan = 867 + 2,19 y (fibula kanan) Tinggi badan = 883 + 2,14 y (fibula kiri) Tinggi badan = 847 + 2,60 y (humerus kanan) Tinggi badan = 805 + 2,74 y (humerus kiri) Tinggi badan = 842 + 3,45 y (radius kanan) Tinggi badan = 862 + 3,40 y (radus kiri) Tinggi badan = 819 + 3,15 y (ulna kanan)

  Tinggi badan = 847 + 3,06 y (ulna kiri) Catatan : Semua ukuran dalam satuan mm.

  7. Formula Djaja Surya Atmadja Melalui suatu peenlitian, Djaja Surya Atmadja menemukan rumus untuk populasi dewasa muda di Indonesia :

  22 Tabel 14. Rumus untuk populasi dewasa muda di Indonesia .

  Pria TB = 72,9912 + 1,7227 (tib) + 0,7545 (fib) (± 4,2961 cm) TB = 75,9800 + 2,3922 (tib) (± 4,3572 cm) TB = 80,8078 + 2,2788 (fib) (± 4,6186 cm)

  22 Tabel 15. Rumus untuk populasi dewasa muda di Indonesia :

  Wanita TB = 71,2617 + 1,3346 (tib) + 1,0459 (fib) (± 4,8684 cm) TB = 77,4717 + 2,1869 (tib) (± 4,9526 cm) TB = 76, 2772 + 2,2522 (fib) (± 5,0226 cm)

  Tulang yang diukur dala keadaan kering biasanya lebih pendek 2 mm dari tulang

  22 yang segar, sehingga dalam menghitung tinggi badan perlu diperhatikan.