PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN TEKS TANGGAPAN KRITIS DENGAN MEDIA KOMIK KOSONG

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN TEKS TANGGAPAN KRITIS DENGAN MEDIA KOMIK KOSONG Nur Afiati

  SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta e-mail: afiati_nur@yahoo.co.id

Abstrak

  

Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan menyusun teks tanggapan kritis pada

kelas IX G SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas ( Classroom Action Research) yang terdiri atas siklus, dimana setiap siklus

tedapat dua kali pertemuan. Setiap pertemuan melalui empat tahap. Tahap perencanaan,

tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Subyek penelitian ini adalah

siswa kelas IX G. Terpilihnya kelas tersebut dikarenakan kelas tersebut memiliki nilai

rata-rata terendah dibandingkan kelas yang lain. Penggunaan media komik kosong pada

pembelajaran menyusun teks tanggapan kritis terbukti dapat meningkatkan kemampuan

menyusun teks tanggapan kritis di kelas IX G SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Hal

ini ditunjukkan dengan hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan

menyusun teks tanggapankritisdari rata-rata siklus I yaitu75.20menjadi82,93 padasiklus

  

II . Kemudian rata-rata ketuntasan hasil belajar darisiklus I yaitu 53,33 %menjadi 86,66

% pada siklus II . Kata kunci : media komik kosong, teks tanggapan kritis, menyusun teks

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 1 Januari 2017 PENDAHULUAN

  Menurut Henry Guntur Tarigan (1994:2) ada empat aspek ketrampilan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Keempat aspek tersebut me- rupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keterampilan membaca berkaitan sekali dengan menulis. Se- dangkan keterampilan berbicara sangat erat kaitannya dengan menyimak. Dari keempat aspek tersebut, keterampilan yang paling dianggap sulit adalah menulis. Karena dalam keterampilan menulis dituntut untuk menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasan ke dalam kalimat untuk selanjutnya dirangkai menjadi sebuah paragraf dan kemudian disusun menjadi sebuah teks. Pada pem- belajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi menyusun teks tanggapan kritis, siswa harus lebih banyak belajar mengungkapkan pendapatnya sendiri dengan cara banyak membaca buku, bediskusi dengan teman, berpartisipasi aktif dalam setiap langkah pembela- jaran, memanfaatkan semua sumber belajar dengan semaksimal mungkin- kemudian mempresentasikan di depan kelas,. Partisipasi aktif siswa akan membuat proses pembelajaran menjadi lebih hidup, siswa menjadi lebih mudah untuk memahami, mengerti tentang materi pembelajaran yang tentunya akan berakibat pada hasil belajar siswa.

  Selain siswa dituntut untuk aktif maka peran guru juga sangat mendu- kung keberhasilan pembelajaran di da- lam kelas. Guru merupakan komponen utama yang langsung menjadi pelaksana di lapangan. Maksudnya, guru adalah personil yang langsung berhadapan dengan siswa yang kedudukannya seba- gai subjek. Dalam hal ini guru memiliki berbagai peran yang antara lain adalah : (1) guru sebagai fasilitator yakni mem- beri kemudahan-kemudahan bagi siswa selama kegiatan pembelajaran berlang- sung, (2) guru sebagai komunikator yakni sewaktu-waktu menjadi partisi- pan bebas dalam kegiatan komunikasi yang dilakukan siswa, (3) guru sebagai organisator yakni sebagai pengatur, penyusun, dan sebagai sumber belajar siswa, (4) guru sebagai motivator yakni dapat membangkitkan semangat belajar siswa, (5) guru sebagai konselor yakni dapat membimbing dan menasihati siswa, (6) guru sebagai mediator yakni sebagai penghubung siswa dalam men- gatasi kesulitan pembelajaran yang dia- lami, (7) guru sebagai analisator yakni menganalisis kebutuhan belajar siswa, dan (8) guru sebagai evaluator yakni memberikan penilaian hasil pembela- jaran yang telah dilakukan.

  Berdasarkan uraian di atas, tugas guru tidak mudah. Guru yang baik dituntut untuk dapat mengembangkan sistem pembelajaran yang aktif, inova- tif, efektif, dan menyenangkan. Oleh karena itu berbagai cara dapat dilakukan oleh guru, antara lain : memilih pende- katan pembelajaran yang baik, strategi pembelajaran yang tepat dan jitu, me- tode pembelajaran yang komunikatif dan menyenangkan, media pembela- jaran yang bervariasi, dan model-model pembelajaran yang inovatif. Dengan peran guru yang maksimal diharapkan siswa aktif, kreatif, dan merasa senang pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Nur Afiati - Peningkatan Kemampuan Menyusun Teks Tanggapan Kritis Dengan Media Komik Kosong

  Akan tetapi pada kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak guru yang belum berperan secara maksimal baik dan sebagai fasilitator, komuni- kator, organisator, motivator, konselor, mediator, analisator, dan evaluator. Demikian juga banyak ditemukan siswa yang belum aktif saat pembelajaran ber- langsung sehingga masih banyak siswa yang belum mampu menyusun teks, khususnya teks tanggapan kritis pada Kompetisi Dasar (KD) 4.2 Menyusun teks eksemplum, tanggapan kritis, tan- tangan, dan rekaman percobaan sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan tersebut secara optimal, khususnya di kelas IX G SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Menyusun teks tanggapan kritis masih merupakan salah satu ma- teri yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Hal ini terbukti pada saat dilakukan tes menyusun teks tanggapan kritis secara berkelompok, maka hanya beberapa siswa saja yang mengerjakan dalam kelompok tersebut dan hasilnya pun sebagian besar masih kurang dari KKM yaitu 76.

  Dari hasil pengamatan dan wa- wancara yang dilakukan, ada beberapa alasan yang mereka ungkapkan tatkala mendapatkan tugas menyusun teks tanggapan kritis antara lain yaitu kesuli- tan mengemukakan pendapat, kesulitan menemukan ide, kesulitan menuangkan ide atau gagasannya dalam media tulis, kesulitan mengembangkan ide menjadi kalimat, kesulitan mengembangkan kalimat menjadi paragraf yang semua itu disebabkan karena tidak terbiasa menulis. Sehingga jika ada tugas me- nyusun teks tanggapan kritis secara berkelompok maka hanya beberapa siswa saja yang mengerjakan sementara siswa yang lain tidak aktif turut serta mengerjakan tugas tersebut.

  Kesulitan siswa dalam menyusun teks tanggapan kritis tersebut dise- babkan belum adanya upaya strategi belajar yang mampu mengembangkan potensi-petensi yang ada pada diri siswa agar secara leluasa dapat menuangkan idenya dalam bentuk media tulis. Se- lama ini pembelajaran menyusun teks cenderung bersifat teoritis informatif, bukan apresiatif produktif. Belajar yang diciptakan guru di kelas hanya mene- kankan teori dan pengetahuan bahasa daripada mengutamakan ketrampilan atau kemampuan berbahasa. Kenya- taan dilapangan menunjukkan bahwa sebagian guru mengakui, mengajarkan kemampuan berbahasa lebih sulit dari- pada mengajarkan pengetahuan tentang bahasa. Hal inilah yang menjadi pilihan banyak guru, untuk sekedar menghinda- ri materi menulis atau mengarang.Oleh karena itu, para guru juga diharapkan dapat menemukan strategi yang jitu serta pembelajaran yang variatif serta menggunakan media yang bermacam- macam agar dapat melaksanakan pem- belajaran sebaik-baiknya.Pembelajaran menyusun teks seharusnya menjadi puncak pembelajaran bahasa Indone- sia yang menggabungkan penguasaan ejaan, kosakata, tata kalimat, logika, dan nilai rasa untuk pembelajaran menulis ilmiah. Akan tetapi pembelajaran terse- but tidak mendapat porsi perhatian lebih serius dari guru. Banyak alasan yang dikemukakan oleh guru seperti menyita banyak waktu, tidak dinilai dalam ujian nasional, atau biar siswa belajar sendiri.

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 1 Januari 2017

  Akhirnya kesempatan berharga untuk membiasakan siswa berbahasa dengan baik dan benar akan terlewatkan begitu saja (ST Kartono, 2007:6).

  Sehubungan dengan itu perlu di- lakukan suatu inovasi dalam pembe- lajaran kemampuan menulis. Apalagi telah ditegaskan dalam Kurikulum 2013 bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia lebih menekankan pada pengembangan kemampuan berbahasa, termasuk menu- lis seperti yang telah dikemukakan di atas. Di samping itu guru juga diberikan kebebasan untuk mengeksplor segala kemampuannya untuk dapat mencipta- kan sistem pembelajaran.

  Salah satu strategi pembelajaran dalam menyusun teks tanggapan kritis adalah dengan menggunakan media ko- mik kosong. Penggunaan media komik kosong dalam menyusun teks tanggapan kritis merupakan pilihan solusi yang diharapkan mampu mengubah suasana belajar dan mampu membantu kesulitan siswa dalam menyusun teks tanggapan kritis. Komik Kosong yang dimaksut dalam penelitian ini adalah media gam- bar yang tulisan percakapannya masih kosong. Jadi dalam penelitian nanti sis- wa diminta untuk mengisi tulisan dalam percakapan komik yang masih kosong tersebut. Dengan media komik kosong ini diharapkan siswa tertarik dan mam- pu menanggapi suatu permasalahan dengan mengungkapkan pendapatnya melalui media komik kosong tersebut. Jadi dengan menggunakan media komik kosong diharapkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menyusun teks tang- gapan kritis dapat ditingkatkan.

  Pembelajaran menyusun teks tang- gapan kritis merupakan salah satu ke- trampilan menulis yang harus dikuasai oleh siswa. Dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi menyusun teks tanggapan kritis terdapat pada pembelajaran yang diajarkan di kelas IX yang disebutkan pada Kompe- tensi Inti (KI) yaitu 4. Mengolah, me- nyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghi- tung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam su- dut pandang/teori dengan Kompetensi Dasar (KD)nya 4.2 Menyusun teks ek- semplum, tanggapan kritis, tantangan, dan rekaman percobaan sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan mupun tulisan.

  Di dalam Kurikulum 2013, tidak dijumpai kata “menulis” untuk men- gajarkan keterampilan menulis, namun dikenal dengan kata “menyusun”. Wa- laupun demikian, intinya sama yaitu memproduksi karya dalam bentuk tu- lisan. Sehingga untuk selanjutnya kata “menyusun” teorinya sama dengan kata “menulis”.Jadi pembelajaran menyusun teks tanggapan kritis yang dimaksut- kan dalam penelitian ini adalah siswa diharapkan mampu mengungkapkan tanggapan kritis terhadap suatu peris- tiwa dan mampu menyusunnya dalam media tulis.

  Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah ber- arti “tengah”, “perantara”, atau “peng- antar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan, sedangkan lebih khusus media didefini-

  Nur Afiati - Peningkatan Kemampuan Menyusun Teks Tanggapan Kritis Dengan Media Komik Kosong

  sikan sebagai alat-alat grafis, potogra- fis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atauverbal (Azhar Ar- syad, 2014:3). Media juga didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat digu- nakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perha- tian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. (Arief S.Sadiman, Rahardjo, Anung Haryono,dkk, 2014 :7)

  Berdasarkan kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah bentuk perantara dari pembawa pesan kepada penerima pesan baik melalui grafis maupun elektronis. Dari segi pendidikan media juga digunakan dalam upaya merangsang pikiran dan perhatian siswa selama proses pelajaran berlangsung.

  Media pembelajaran merupakan seperangkat alat yang didalamnya ter- dapat pesan yang sengaja disampaikan oleh komunikator kepada komunikan agar tujuan yang diinginkan oleh ko- munikator dapat tercapai (Sigit Mangun

  gala sesuatu yang dapat digunakan un- tuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif (Sukiman, 2012:29).

  Media pembelajaran adalah alat yang didalamnya memuat pesan untuk merangsang pikiran dan lebih memu- satkan perhatian peserta didik dalam proses belajar sebagai upaya mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.Me- dia pembelajaran dapat dikategorikan dalam beberapa jenis, antara lain : a. Media berbasis manusia, berupa guru, instruktur, tutor, main peran, kegiatan kelompok, dan lain-lain.

  b. Media berbasis cetakan, yaitu buku, penuntun, buku kerja/latihan, dan lembaran lepas.

  c. Media berbasis visual, seperti buku, charts, peta, figure/gambar, transpa- ransi, film bingkai atau slide.

  d. Media berbasis audio-visual, misal- nya video, film, slide bersama tape, televisi.

  e. Media berbasis komputer, seperti pengajaran dengan bantuan kom- puter dan video interaktif. (Azhar Arsyad, 2014 : 79-80).

Media diklasifikasikan oleh Takso- nomi Bretz sebagai berikut, media audio

  visual gerak, media audio visual diam, media audio visual semi gerak, media visual gerak, media visual diam, media semi gerak, media audio, media cetak (Sukiman, 2012 :45).

  Klasifikasi media pembelajaran memang sangat beragam, apabila dibuat lebih rinci, maka jenis media pembela- jaran antara lain media visual, media audio, dan media audio-visual, yang didalamnnya akan memuat terkait me- dia cetak maupun non cetak.

Wardoyo, 2013:54). Tokoh lain juga mendefinisikan media pembelajaran se-

  Komik adalah suatu bentuk media komunikasi visual yang mempunyai ke- kuatan untuk menyampaikan informasi secara popular dan mudah dimengerti. Hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan, yang dirangkai dalam suatu alur cerita gambar membuat informasi

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 1 Januari 2017

  lebih mudah diserap. Teks membuatnya lebih dimengerti dan alur membuatnya lebih mudah untuk diikuti dan diingat. Media komik merupakan media yang mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah dipahami dan lebih bersifat per- sonal sehingga bersifat informatif dan edukatif (Rohani, 1997:21). Menurut Waluyanto (2005:51) komik sebagai media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam konteks ini pembelajaran menunjuk pada se- buah proses komunikasi antara pelajar (siswa) dan sumber belajar (dalam hal ini komik pembelajaran). Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal jika pesan pembelajaran disampaikan secara jelas, runtut, dan menarik.

  Berdasarkan definisi di atas, ko- mik pembelajaran merupakan media yang dapat digunakan untuk menga- tasi permasalahan dalam memahami suatu materi. Penggunaan analogi dan penggambaran cerita dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu siswa untuk memahami suatu materi. Objek-objek yang terlalu kecil, terlalu besar, berba- haya atau bahkan tidak dapat dikunjungi oleh siswa dapat dihadirkan melalui media komik pembelajaran.

  Komik Kosong yang dimaksut da- lam penelitian ini adalah media gambar yang tulisan percakapannya masih ko- song. Jadi dalam penelitian nanti siswa diminta untuk mengisi tulisan dalam percakapan komik yang masih kosong tersebut. Dengan media komik kosong ini diharapkan siswa tertarik dan mam- pu menanggapi suatu permasalahan dengan mengungkapkan pendapatnya melalui media komik kosong tersebut.

  Media komik kosong ini digunakan karena komik memiliki lima kelebih- an jika dipakai dalam pembelajaran yaitu : (1) komik dapat memotivasi siswa selama proses belajar mengajar; (2) komik terdiri dari gambar-gambar yang merupakan media yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran; (3) komik bersifat permanen; (4) komik bisa membangkitkan minat membaca dan mengarahkan siswa untuk disiplin membaca khususnya mereka yang tidak suka membaca.

  Jenis yang digunakan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas. Pe- nelitian tindakan kelas adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan ber- bagai tindakan yang tercerna dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Wina Sanjaya, 2009:26). Jenis Penelitian Tindakan Kelas digunakan dalam pene- litian ini karena sebagai sarana pening- katan kompetensi guru dan peningkatan kompetensi siswa. Melalui siklus dalam PTK diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan kualitas pembelajaran seorang guru serta meningkatnya ke- mampuan pada siswa sebagai sasaran penelitian.

  Desain yang digunakan dalam pe- nelitian ini mengacu pada model PTK menurut Suharsimi Arikunto (2006:97) sebagai berikut :

  Nur Afiati - Peningkatan Kemampuan Menyusun Teks Tanggapan Kritis Dengan Media Komik Kosong

  Langkah-langkah penelitian tinda- kan dalam setiap siklus sebagai berikut :

  1. Menyusun rancangan tindakan

  (planning)

  2. Pelaksanaan tindakan (acting)

  3. Pengamatan (observing) 4.

  Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas siswa kelas IX G yang ber- jumlah 30 siswa dengan komposisi 18 siswa puri dan 12 siswa putra. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas

  IX G lantai 3 sayap barat SMP Muham- madiyah 2 Yogyakarta.

  Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggu- nakantehnikobservasi, tes, wawancara, dandokumentasi. Adapunanalisis data yang digunakanadalahanalisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang diperoleh dan dianalisis bukan dalam bentuk angka-angka melainkan dideskripsikan dengan kata-kata. Hasil wawancara ter- hadap guru dan siswa, hasil observasi aktivitas guru, dan hasil catatan lapa- ngan merupakan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari hasil perhitungan angka-angka.

  Data kuantitatif berupa hasil observasi aktivitas siswa dan hasil tes evaluasi siswa setelah mengikuti pembelajaran menyusun teks tanggapan kritis dengan media komik kosong.

  Analisis data dilakukan dalam suatu penelitian untuk menarik kesimpulan dari seluruh data yang telah diperoleh. Data-data yang dianalasis adalah hasil observasi aktivitas guru dan siswa, hasil wawancara, dan hasil evaluasi siswa. Data berupa hasil observasi aktivitas guru, hasil wawancara, dianalisis be- rupa deskripsi dalam bentuk penarikan kesimpulan. Data hasil evaluasi siswa dan hasil observasi aktivitas siswa dia- nalisis dengan angka-angka. Kriteria ketuntasan belajar individu siswa di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta mencapai 76. Sementara kriteria ke- tuntasan belajar klasikal yaitu apabila terdapat 70% siswa yang telah mencapai nilai minimal 76. Untuk menganalisis ketuntasan belajar siswa secara klasikal rumus sebagai berikut :

Refleksi (reflecting)

  Analisis ketuntasan belajar klasikal jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 76

  Nilai Persentase = ----------------------- X 100 jumlah seluruh siswa PEMBAHASAN

  1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pretest pada kelas IX G SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta yang berjumlah 30 siswa.

  Pretest sesuai dengan KD 4.2 yaitu menyusun teks tanggapan kritis secara

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 1 Januari 2017

  8 Tidak Tuntas 5.

  (c) Lembar Observasi, dibuat untuk mengobservasi siswa dalam proses pembelajaran (terlampir). (d) Lembar Wawancara, dibuat untuk mengetahui kesan dan komentar para siswa setelah mengikuti pem- belajaran (terlampir). (e) Daftar kelompok siswa kelas IX

  13 dan menggunakan media komik kosong (terlampir). (b) 16 Lembar Komik Kosong yang akan dibagikan pada 8 kelompok, masing-masing kelompok 2 lembar (terlampir)

  Siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 17 Oktober 2016 dan 19 Oktober 2016. Kompetensi Dasar (KD) yang dipelajari adalah KD 4.2 Menyusun teks tangga- pan kritis sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan dengan indikator 4.2.1 Menyusun teks tanggapan kritis seca- ra berkelompok dengan tema bebas. Adapun kegiatan pembelajaran pada pertemuan 1 adalah menyusun teks tanggapan kritis secara berkelompok dengan media komik kosong dan pada pertemuan kedua adalah menyusun percakapan yang telah tertulis pada media komik kosong menjadi sebuah teks tanggapan kritis pada kertas folio yang telah disediakan. Untuk efektivitas pembelajaran maka telah dipersiapkan perangkat sebagai berikut : (a) Rencana Pelaksanaan Pembelajar- an (RPP) dibuat sesuai Kurikulum

  2. Deskripsi Siklus 1 1). Tahap Perencanaan

  akan dilakukan penelitian untuk me- ningkatkan keterampilan menyusun teks tanggapan kritis secara berkelom- pok dengan media komik kosong. Di- harapkan dengan adanya media komik kosong dapat meningkatkan keteram- pilan siswa menyusun teks tanggapan kritis secara berkelompok.

  52.00 Dengan melihat kondisi ini maka

  82.00 Nilai Terendah

  4 Tidak Tuntas Rata-rata 70,4 Nilai Tertinggi

  52

  68

  berkelompok dengan tema bebas. Hasil pretest menunjukkan bahwa rata-rata nilai menyusun teks tanggapan kritis di kelas IX G adalah 70,4. Adapun dari hasil observasi diketahui bahwa saat kerja kelompok, para siswa tidak maksimal. Dalam satu kelompok terdiri atas 4-6 orang, akan tetapi hanya satu atau dua orang saja yang memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut. Ada- pun siswa lainnya cenderung hanya ngobrol, ramai dan tidak peduli pada tugas tersebut. Kendala lainnya adalah siswa merasa kesulitan menemukan ide serta menuangkannya ke dalam kalimat dan paragraf. Berikut adalah hasil nilai yang dicapai pada kondisi awal :

  4.

  8 Tidak Tuntas 66,66 %

  72

  6 Tuntas 3.

  76

  2.

  4 Tuntas 33,33 %

  82

  No Nilai Frekue- nsi Ketuntasan Persen- tase 1.

  Tabel 1 Perolehan Nilai Siswa Pada Kondisi Awal

  G, yang terdiri atas 8 kelompok (terlampir).

Nur Afiati - Peningkatan Kemampuan Menyusun Teks Tanggapan Kritis Dengan Media Komik Kosong

  2). Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini peneliti melaksana- kan tindakan sesuai dengan RPP yang telah disusun. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan 1 adalah menyusun teks tanggapan kritis secara berkelompok dengan media komik kosong dan pada pertemuan kedua adalah menyusun percakapan yang telah tertulis pada media komik kosong menjadi sebuah teks tanggapan kritis pada kertas folio yang telah disediakan.

  Pertemuan pertama pada siklus I di- laksanakan pada hari Senin 17 Oktober 2016 pukul 12.50 – 13.30 WIB.Guru membuka dengan mengucapkan salam dan berdoa, selanjutnya menanyakan kabar para siswa dan mengabsen sia- pa yang tidak hadir. Selanjutnya guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran. Sebelum menyampaikan materi guru melakukan apersepsi yaitu mengingatkan siswa mengenai materi yang sudah dipelajari minggu yang lalu. Pembelajaran pertama guru men- jelaskan tentang teks tanggapan kritis beserta strukturnya.

  Kegiatan berikutnya siswa dibagi menjadi 8 kelompok, kemudian guru membagikan 2 lembar komik kosong pada masing-masing kelompok. Siswa mempersiapkan alat tulis yang diper- lukan. Selanjutnya siswa berdiskusi mengajukan ide/pendapatnya masing- masing sesuai dengan tema yang di- pilihnya kemudian menuliskannya ke dalam percakapan komik kosong tersebut. Setelah selesai selanjutnya masing-masing kelompok mempresen- tasikan hasil komiknya di depan kelas.

  sudah dipelajari, menguji siswa untuk mengetahui sudah paham atau belum dengan materi yang sudah diberikan dengan cara menunjuk dan menanya dan menjawab pada beberapa siswa serta memberikan pujian.

  Pertemuan kedua pada siklus I di- laksanakan pada hari Rabu 19 Oktober 2016 pukul 08.10 – 09.30 WIB.Kegiat- an awal didahului dengan mengucapkan salam dan berdoa, selajutnya menany- akan kabar para siswa dan mengabsen siapa yang tidak hadir. Selanjutnya guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru melakukan apersepsi dan memberikan motovasi pada siswa. Apersepsi dila- kukan guru dengan cara menanyakan pada siswa tentang kegiatan yang telah dilakukan kemarin selanjutnya guru menugaskan pada siswa agar berkelom- pok seperti pada kelompok sebelumnya yang sudah dibentuk pada pertemuan pertama lalu guru membagikan kertas folio bergaris serta membagikan komik kosong yang sudah berisi percakapan kelompok masing-masing. Pada perte- muan kedua siklus I, guru menugaskan pada masing-masing kelompok untuk menyusun tekstanggapan kritis ber- dasarkan pada percakapan yang telah dibuat dalam media komik kosong pada pertemuan pertama. Masing-masing kelompok berdiskusi menuliskan per- cakapan pada media komik kosong menjadi sebuah teks tanggapan kritis. Setelah selesai, setiap kelompok maju untuk mempresentasikan hasilnya.Pada akhir pembelajaran, guru memberikan arahan dan refleksi seperti memberikan tanya jawab pada bagian mana kendala yang dialami siswa saat menyusun teks

Selanjutnya guru melakukan reflek- si seperti mengklarifikasi materi yang

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 1 Januari 2017 serta memberikan kesimpulan.

  4 Tuntas 5.

  katan nilai dari kondisi awal. Kenaikan rata-rata nilai yang cukup tinggi dari 70,4 menjadi 75.2, atau 9.36 %.

  64.00 Pada siklus 1 ini terlihat ada pening-

  88.00 Nilai Terendah

  75.2 Nilai Tertinggi

  6 Tidak tuntas Rata-rata

  64

  4 Tidak tuntas 7.

  68

  6.

  4 Tidak tuntas 46,66 %

  72

  76

  3). Tahap Pengamatan (Observasi) Pada pertemuan pertama siklus 1 ini beberapa kelompok siswa terlihat masih ragu-ragu dalam menuliskan ide dan percakapannya ke dalam kolom komik percakapan yang kosong. Selain itu mereka juga nampak malu-malu da- lam membacakan hasil presentasinya di depan kelas. Terutama pada kelompok- kelompok yang mendapat giliran awal maju. Selain itu juga pada kelompok siswa perempuan. Mereka masih takut jika apa yang disampaikan akan salah dan ditertawakan oleh teman-temannya. Namun pada kelompok siswa laki- laki yang biasa ramai, justru komik percakapannya bisa lebih berkembang ceritanya.

  4 Tuntas 4.

  80

  4 Tuntas 3.

  84

  2.

  4 Tuntas 53,33 %

  88

  No Nilai Frekue- nsi Ketuntasan Persen- tase 1.

  Tabel 2 Perolehan Nilai Siswa Pada Siklus I

  Dari 30 siswa ada 4 siswa yang belum selesai mengerjakan tes. Sedangkan nilai siswa setelah pelaksanaan siklus 1 dijelaskan dalam tabel berikut :

  Pada pertemuan kedua siswa me- ngerjakan tes esai yaitu menyusun teks teks tanggapan kritis berdasarkan komik yang telah dibuatnya oleh siswa. Dalam hal ini seluruh siswa mengumpulkan hasil tes walaupun ada beberapa siswa yang tidak selesai mengerjakannya.

  Pada pertemuan pertama ini suasana kelas sudah terlihat antusias. Beberapa kelompok sudah terlihat aktif meng- ikuti kegiatan pembelajaran. Mereka saling berdiskusi untuk mengisi setiap percakapan pada kolom komik yang kosong. Saat satu kelompok maju untuk mempresentasikan hasil percakapan komiknya, kelompok lain terlihat serius menyimak komik yang disampaikan. Bahkan tidak jarang para siswa tertawa dan bertepuk tangan. Hanya pada saat siswa putri membaca dengan suara yang tidak keras beberapa kelompok nampak ramai.

  Berdasarkan jawaban siswa me- lalui wawancara, mereka menyatakan bahwa pembelajaran menyusun teks tanggapan kritis menggunakan media komik kosong ini terasa lebih seru dan lebih bervariasi. Sebagian siswa yang lain menyatakan bahwa pembelajaran dengan media komik kosong ini dapat membantu siswa untuk memperoleh gambaran cara menyusun teks tangga- pan kritis. Ada juga yang berpendapat bahwa pembelajaran dengan media ini menjadikan mereka lebih memiliki inspirasi untuk menyusun teks tangga- pan kritis. Selain itu dapat terlihatjuga dari dokumen video dan foto siswa yang nampak senang dalam mengikuti

  Nur Afiati - Peningkatan Kemampuan Menyusun Teks Tanggapan Kritis Dengan Media Komik Kosong pembelajaran ini.

Berdasarkan hasil refleksi tersebut maka diperlukan siklus lanjutan untuk

  4). Tahap Refleksi Berdasarkan dari hasil pengamatan baik dengan lembar observasi maupun wawancara dengan siswa maka perlu dikaji beberapa kekurangan dari siklus

  1. Ada beberapa hal yang ditemukan dari hasil Refleksi siklus 1 : a. Ada beberapa kelompok yang ma- sih kesulitan saat menyusun teks tanggapan kritis berdasarkan komik yang telah dibuat. Anak-anak juga ada yang kesulitan mengembangkan paragraf menjadi teks tanggapan kritisHal ini dikarenakan percaka- pan dalam komik tersebut terlalu singkat dan lembar komik yang dibagikan terbatas hanya 2 lembar tiap kelompok sehingga masih ada beberapa ide percakapan yang be- lum tertuang pada komik maupun pada teks tersebut.

  b. Tokoh dalam komik tersebut kurang bervariasi, dalam hal ini tokoh putra dan putri dalam komik tersebut ter- pisah.Demikian juga ada beberapa emotion pada wajah tokoh yang ambigu sehingga siswa bingung saat menentukan percakapan yang pas dengan emotion tersebut.

  c. Ada beberapa kelompok yang dalam pemilihan temanya kurang tepat sehingga siswa kurang dapat mengembangkan percakapannya.

  d. Ada beberapa kelompok yang malu, tidak percaya diri saat mempresen- tasikan hasilnya di depan kelas. Hal ini menyebabkan suara mere- ka pelan tidak terdengar sehingga membuat peluang siswa yang lain untuk ramai.

  dapat meningkatkan kemampuan ke- trampilan dalam menyusun teks tang- gapan kritis dengan baik. Ada beberapa solusi untuk tindak lanjut dalam siklus selanjutnya yaitu :

  a) Lembar komik yang dibagikan tiap kelompok menjadi 4 lembar. Guru berharap dengan bertambahnya lembaran komik yang dibagikan maka percakapan dalam komik dapat meluas serta dalam menyusun teks tanggapan kritis bisa lengkap terpenuhi setiap strukturnya.

  b) Tokoh dan Emotionnya yang ambi- gu akan diedit, divariasi, dan dimo- difikasi agar nampak lebih menarik dan lebih jelas mimiknya sehingga diharapkan akan memudahkan siswa dalam menemukan ide dan percakapan yang tepat.

  c) Akan diberikan kebebasan pada siswa dalam menentukan tema yang mereka kuasai sehingga dengan di- beri kebebasan dalam memilih tema diharapkan siswa dapat mengem- bangkan percakapan dan nantinya dapat menyusun teks tanggapan kritis dengan baik.

  3. Deskripsi Siklus II Siklus II dilaksanakan pada hari

  Rabu, 26 Oktober 2016 dan Jumat, 28 Oktober 2016 dengan tujuan materi yang sama dengan siklus I yaitu me- ningkatkan kemampuan ketrampilan menyusun teks tanggapan kritis dengan media komik kosong. Yang berbeda dari siklus I adalah tindakan dalam menggu- nakan media komik kosong yang telah dimodifikasi. Hasil pelaksanaannya

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 1 Januari 2017

  sebagai berikut : 1). Tahap perencanaan

  Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus 1 yaitu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, membuat media komik kosong yang telah diedit, divariasi, dan dimodifikasi tokoh maupun emotionnya, menyiapkan lembar observasi, menyiapkan lembar wawancara serta menyiapkan daftar kelompok dan daftar nilai siswa 2). Tahap pelaksanaan tindakan

  Siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu pada tiap pertemuan adalah 2x40 menit. Sis- wa yang mengikuti siklus II adalah 30 orang sesuai dengan jumlah anak kelas

  IX G. Pada siklus II ini, siswa tampak lebih antusias pada setiap pertemuan.

  Pertemuan pertama siklus II di- laksanakan pada hari Rabu tanggal 26 Oktober 2016 dari pukul 08.10 – 09.30 WIB. Pertemuan pertama siklus II sama dengan pertemuan sebelumnya terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran, se- lanjutnya guru memberikan apersepsi dan motivasi yang lebih menarik serta menghimbauyang mengantuk agar cuci muka terlebih dahulu. Kemudian guru menginformasikan rencana pembelajar- an masih sama dengan menggunakan media komik kosong dengan beberapa modifikasi. Selanjutnya guru meng- himbau agar siswa segera membentuk kelompok seperti kelompok pada waktu siklus I.Guru membagikan 4 lembar komik kosong yang telah dimodifikasi pada masing-masing kelompok. Melihat komiknya sudah berbeda dengan pada waktu pertemuan yang dahulu, siswa nampak senang terarik dan antusias dalam mengerjakan kelompok serta mengisi percakapan sesuai dengan ide masing-masing kelompoknya. Setelah selesai mengerjakan kemudian maju untuk presentasi, sebelum maju pre- sentasi mereka sudah membagi tugas dalam membacakan paragraf saat pre- sentasi.Pada akhir pembelajaran guru membimbing siswa untuk mengambil kesimpulan. Untuk mengetahui bahwa semua siswa sudah paham, guru acak menyuruh salah satu siswa untuk maju menuliskan kesimpulan di papan tulis.

  Pertemuan kedua siklus II di- laksanakan pada hari Jumat, 28 Oktober 2016 dari pukul 08.10 - 09.20 WIB. Materinya adalah menyusun teks tang- gapan kritis sesuai dengan percakapan yang telah dibuat pada media komik kosong tersebut. Guru memberi salam dan berdoa selanjutnya guru menyam- paikan indikator dan tujuan pembelajar- an hari ini. Tak lupa guru memberikan apersepsi dan motivasi pada siswa. Lalu guru menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran hari ini serta menyuruh siswa untuk berkelompok sesuai dengan kelompoknya kemarin. Guru membagikan komik kosong yang telah diisi percakapan masing-masing kelompok serta membagikan juga kertas folio bergaris kemudian masing-masing kelompok berdiskusi untuk menyusun teks tanggapan kritis berdasarkan per- cakapan komik yang telah dibuat dalam sebuah teks tanggapan kritis. Kegiatan di pertemuan kedua ini pun disambut antusias oleh para siswa. Setelah selesai, guru menunjuk kelompok secara acak

Nur Afiati - Peningkatan Kemampuan Menyusun Teks Tanggapan Kritis Dengan Media Komik Kosong

  4 Tuntas 5.

  4). Tahap Refleksi Hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan. Jika diban- dingkan dengan siklus I, nilai terendah- nya 64 berjumlah 6 siswa sedangkan siklus II nilai terendahnya 70 berjumlah 4 siswa. Sedangkan nilai tertinggipadas- iklus I 88 diraiholeh 4 siswasedangkan- padasiklus II nilainyatertingginya 94

  ningkatan nilai dibandingkan dengan- siklus I. Dari 30 siswa terdapat 4 siswa yang memperoleh nilai 94 dan masih tersisa 4 siswa yang memperoleh nilai belum tuntas yaitu 70.Rata-rata nilai pun mengalami kenaikan yang cukup pesat dari 75.2 menjadi 82,93 sehingga ada kenaikan 9.67 %.

  70.00 Pada siklus II ini terlihat ada pe-

  94.00 Nilai Terendah

  Rata-rata 82,93 Nilai Tertinggi

  4 Tidak Tuntas 13,33 %

  70

  6 Tuntas 7.

  76

  4 Tuntas 6.

  80

  agar mereka semua siap untuk maju presentasi.Pada kegiatan akhir ini guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dan menunjuk secara acak agar semua siswa siap serta memberikan pujian dan reward pada para siswa.

  3). Tahap pengamatan (Observasi) Pada siklus II ini siswa terlihat se- makin antusias. Para siswa sudah tidak ragu-ragu lagi dalam menyampaikan ide-ide dan menuliskannya di dalam percakapan media komik kosong. Ke- susaian tema dengan isi dan struktur teksnya semua sudah banyak yang ter- tuang dalam percapakan di media komik kosong. Tiap kelompok semakin cepat dalam mengisi kolom kolom pada ko- mik kosong dan percakapan mengenai tema yang dipilih semakin berkembang.

  4 Tuntas 4.

  88

  4 Tuntas 3.

  92

  2.

  4 Tuntas 86,66 %

  94

  No Nilai Fre- kuensi Ketun- tasan Persen- tase 1.

  Tabel 3 Perolehan Nilai Siswa Pada Siklus II

  Hasil tes menyusun teks tanggapan kritis yang dikerjakan siswa menun- jukkan adanya peningkatan hasil yang membanggakan. Pada siklus I terda- pat siswa yang belum selesai dalam menyusun teks , namun pada siklus II ini semua siswa telah selesai mengum- pulkan teks tanggapan kritis. Bahkan berdasarkan kriteria penilaian terdapat peningkatan yang signifikan. Pening- katan nilai tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

  Hal ini tidak menjadi masalah karena justru hal inilah yang menjadi tujuan utama yaitu percakapan tanggapan kritis yang mendukung dan menolak terus berkembang. Siswa terus dapat berpi- kir kritis mengembangkan tanggapan sehingga tercipta sebuah teks tanggapan kritis yang lebih baik dan bervariasi. Dengan demikian kemampuan mereka terus terpupuk dan mengalami pening- katan. Dalam kegiatan pembelajaran seluruh siswa sudah aktif terlibat dalam tahapan-tahapan kegiatan yang mereka lalui.

  84

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 1 Januari 2017

  diraiholeh 4 siswa.Persentase jumlah 26 siswapadasiklus II. Untuk lebih jelas siswa yang telah tuntas belajar juga me- perbandingan di atas dijelaskan dalam ningkat dari 14 siswa di siklus I menjadi tabel berikut ini :

  Tabel 4 Perbandingan Perkembangan Hasil Kegiatan Penelitian

  

No Data Kondisi Siklus I Siklus II Keterangan

Awal

  1. Nilai Tertinggi

  82.00

  88.00

  94.00 Meningkat

  2. Nilai Terendah

  52.00

  64.00

  70.00 Meningkat

  3. Rata-rata Test 70,4 75.2 82,93 Meningkat

  4. Pesentase Kenaikan 9.36 % 9.67 % Meningkat

  5. Ketuntasan 33,33 % 53,33 % 86,66 % Meningkat Kegiatan sampai dengan siklus II te- SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta.

  lah mencapai target yang ingin dicapai. Kesimpulan ini diperkuat dengan hasil Proses pembelajaran menggunakan me- penelitian sebagai berikut : dia komik kosong sudah efektif untuk

  1. Peningkatan keterampilan me- meningkatkan kemampuan menyusun nyusun teks tanggapankritis- teks tanggapan kritis sehingga untuk terlihat dari rata-rata siklus I siklus selanjutnya tidak dilaksanakan. yaitu75.20menjadi82,93 padasiklus

  Dengan demikian penggunaan me- II . dia komik kosong pada penelitian ini

  2. Rata-rata ketuntasan hasil belajar setelah diaplikasikan tenyata terbukti darisiklus I yaitu 53,33 %menjadi dan sesuai dengan pendapat para ahli 86,66 % pada siklus II . Sebuah yang mendefinisikan bahwa media peningkatan yang signifikan. sebagai segala sesuatu yang dapat di-

  pergunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga Arif S Sadiman,dkk (2011). Media dapat merangsang pikiran, perasaan,

  Pendidikan, Pengertian, Pengem-

  perhatian, dn minat siswa sedemikian

  bangan, dan Pemanfaatannya. Ja-

  rupa sehingga proses belajar terjadi karta : PT. Raja Grafindo Persada. (Arief S. Sadiman, Rahardjo, Anung

  Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Haryono, dkk 2014 : 7)

  Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

  PENUTUP

  Catarina,S.Pd. 2007. Teori Ringkas Berdasarkan data analisis data

  Latihan Soal dan Pembahasan Ba-

  penelitian tindakan kelas ditarik kesim-

  hasa Indonesia SMP. Yogyakarta

  pulan bahwa media komikkosongdapat : Intersolusi Pressindo. meningkatkan keterampilan menyusun

  Bandono. 2008. Menyusun Model Pem- teks tanggapankritissiswa kelas IX G belajaran Contextual Teaching

  Nur Afiati - Peningkatan Kemampuan Menyusun Teks Tanggapan Kritis Dengan Media Komik Kosong

  and Learning. Diakses dari http:// Tarigan, Henry Guntur. 1994. Teknik bandono.web.id/2008/03/07/ Ketrampilan Pengajaran Bahasa. menyusun-model-pembelajaran- Bandung : Angkasa contextual-teaching-and-learning-

  Tim Cendikia. Kreatif Berbahasa dan ctl/

  Bersastra Indonesia IX. 2008.

  Kementrian Pendidikan dan Kebuda- Jakarta : Ganeca Exact. yaan Republik Indonesia. 2015.

  Wahono. Kreatif Berbahasa dan Ber-

  Bahasa Indonesia Wahana Pe- sastra Indonesia kelas IX. 2007. ngetahuan SMP Kelas IX. Jakarta Jakarta : Ganeca Exact.

  : Pusat Pengembangan Perbukuan