BAB II TRANSFORMATOR II.1 UMUM - Analisis Ketidakseimbangan Beban Transformator Distribusi Untuk Identifikasi Beban Lebih dan Estimasi Rugi-Rugi Pada Jaringan Tegangan Rendah

BAB II TRANSFORMATOR II.1 UMUM Transformator merupakan suatu peralatan listrik elektromagnetik statis

  yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya dengan frekuensi dan perbandingan transformasi tertentu melalui suatu gandengan magnet dan bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik, dimana perbandingan tegangan antara sisi primer dan sisi sekunder berbanding lurus dengan perbandingan jumlah lilitan dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya. Dalam bidang teknik listrik pemakaian transformator dikelompokkan menjadi :

  1. Transformator daya

  2. Transformator distribusi

  3. Transformator pengukuran; yang terdiri dari transformator arus dan transformator tegangan.

II. 2 PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR

  Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi rendah. Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk rangkaian tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi (self induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energy listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi)

  ∅

  e = (-) N (Volt),,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,2.1 Dimana ; e = gaya gerak listrik N = Jumlah lilitan (turn)

  ∅

  = perubahan fluks magnet (weber/sec) Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika, transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik rangkaian.

  Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk mengurangi reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis

  II.2.1 Keadaan Transformator Tanpa Beban Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber tegangan V yang sinusoidal, akan mengalirkan arus primer I yang juga

  1 °

  sinusoidal dan dengan menganggap belitan N reaktif murni. I akan tertinggal 90

  

1

  dari V . Arus primer I menimbulkan fluks yang sefasa dan juga berbentuk

  1 sinusoidal.

Gambar 2.1 Transformator Dalam Keadaan Tanpa BebanGambar 2.2 Rangkaian Ekivalen Dalam Keadaan Tanpa BebanGambar 2.3 Gambar Vektor Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban

  1

  1 ∅ maks

  = N

  1

  cos t (Volt) ………………………..……………....2.5 e

  1 ∅

  = -N

  1

  2.4 e

  1 ( ∅ . ) ……………………………………………

  = -N

  ……………………………………..……..……………….2.3 e

Gambar 2.4 Gambar Gelombang I O tertinggal 90

  1 ∅

  = - N

  1

  (Hukum faraday): e

  1

  sin t (weber)………………………………………………………….2.2 Fluks yang sinusoidal ini akan menghasilkan tegangan induksi e

  ∅ max

  =

  1 ∅

  Dari V

  °

  sin( - 90)………………………………….…………2.6 Dimana : e

  1

  f

  1

  =

  , ∅ √

  ……………………………..2.10 E

  1

  = 4,44 N

  1

  ∅ max

  , √

  (Volt)………………………………2.11 Pada rangkaian sekunder, fluks bersama tadi juga menimbulkan : e

  2

  = - N

  2 ∅ ………………………………...……………………

  2.12 e

  2

  = N

  2 ∅ maks

  …………………………...2.9 E

  =

  = gaya gerak listrik ( Volt) N

  ∅

  1

  = jumlah belitan sisi primer (turn) = kecepatan sudut putar (rad/sec)

  ∅

  = fluks magnetic (weber) N

  1 ∅ maks

Gambar 2.5 Gambar Gelombang e

  1 Tertinggal 90 °

  dari

  Harga efektif : E

  1

  1

  =

  ∅ √

  ...........................................................2.7 E

  1

  =

  √

  …………………………………...2.8 E

  cos t (Volt) Harga Efektifnya ; E

  2

  II.2.2 Keadaan Transformator Berbeban Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban Z

  2

  2 I

  ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N

  2

  Arus beban I

Gambar 2.7 Rangkaian Ekivalen Transformator Dalam Keadaan BerbebanGambar 2.6 Transformator Dalam Keadaan Berbeban

  2 =

  mengalir pada kumparan sekunder, dimana I

  2

  , I

  L

  a = factor transformasi

  = 4,44 N

  2 = Jumlah belitan sisi primer (Volt)

  = Junlah belitan sisi primer (turn) N

  1

  N

  2 = ggl induksi sisi sekunder (Volt)

  = ggl induksi sisi primer (Volt) E

  1

  = = a…………………………………………………..2.14 Dimana : E

  (Volt)……………………………………..2.13 Sehingga perbandingan antara rangkaian primer dan sekunder adalah :

  ∅ maks

  f

  2

  yang cenderung menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan.

  • – N

  Karena I

  = N

  1

  (I

  M

  2

  ’) – N

  2 I

  2

  ........................................................2.18 N

  1 I 2 ’ = N

  2 I 2 ...............................................................................2.19

  M

  ...................................................................2.17 N

  dianggap kecil, maka I

  2

  ’ = I

  1

  . Sehingga : N

  1 I

  1

  = N

  2 I

  2

  .................................................................................2.20 = =…………………………………………..………..2.21

  II.3 RUGI-RUGI PADA TRANSFORMATOR

  1 I M

  2

Gambar 2.8 Blok Diagram Rugi – Rugi Pada Transformator

  1

  Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I

  2

  ', yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I

  2

  , hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi:

  I

  1

  = I + I

  2

  ’ (Ampere)...............................................................................2.15 Bila komponen arus rugi inti (Ic) diabaikan, maka I0 = Im , sehingga :

  I

  = Im + I

  2 I

  2

  ’ (Ampere) ............................................................................2.16 Dimana:

  I

  1 = arus pada sisi primer (Ampere)

  I'

  2

  = arus yg menghasilkan Φ'2 (Ampere) I = arus penguat (Ampere) Im = arus pemagnetan (Ampere) Ic = arus rugi-rugi inti (Ampere)

  Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus pemagnetan IM, maka berlaku hubungan : N

  1 I M

  = N

  1 I

  1

  • I

  II.3.1 Rugi Tembaga (Pcu) Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga yang terjadi pada kumparan sekunder dapat ditulis sebagai berikut :

  2 Pcu = I R (Watt) ............................................................2.22

  Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan. Karena arus beban berubah–ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Dan perlu diperhatikan pula resistansi disini merupakan resistansi AC.

  II.3.2 Rugi Besi (Pi) Rugi besi terdiri atas :

  a) Rugi histerisis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak – balik pada inti besi yang dinyatakan sebagai :

  1.6 Ph = kh f Bmaks (watt).........................................................2.23

  Kh = konstanta Bmaks = Fluks maksimum (weber)

  b) Rugi arus eddy (Pe) , yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi dinyatakan sebagai : Pe = ke f2 B2maks (Watt) .............................................................2.24

  Kh = konstanta Bmaks = Fluks maksimum ( weber ) Jadi, rugi besi ( rugi inti ) adalah :

  Pi = Ph + Pe (Watt) .................................................................2.25

II.4 KONSTRUKSI TRANSFORMATOR

  II.4.1 Konstruksi Transformator Tiga Phasa Untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh arus pusar di dalam inti, rangkaian magnetik itu biasanya terdiri dari setumpuk laminasi tipis. Untuk konstruksi tipe inti dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Konstruksi Transformator Tiga Fasa

  Salah satu jenis konstruksi yang biasa dipergunakan yaitu tipe cangkang diperlihatkan pada Gambar 2.10 :

Gambar 2.10 Transformator Tiga Fasa Tipe Cangkang

  Dalam jenis inti (core type) kumparan dililitkan disekitar dua kaki inti magnetik persegi. Dalam jenis cangkang (shell type) kumparan dililitkan sekitar kaki tengah dari inti berkaki tiga dengan laminasi silikon-steel. Umumnya digunakan untuk transformator yang bekerja pada frekuensi dibawah beberapa ratus Hz. Silikon-steel memiliki sifat-sifat yang dikehendaki yaitu murah, rugi inti rendah dan permeabilitas tinggi pada rapat fluks tinggi. Inti transformator yang dipergunakan dalam rangkaian komunikasi pada frekuensi tinggi dan tingkat energi rendah, kadang-kadang dibuat dari campuran tepung ferromagnetik yang dimanfaatkan sebagai permalloy.

  II.4.2 Hubungan Trabsformator Tiga Phasa Secara umum ada tiga macam jenis hubungan pada transformator tiga phasa yaitu :

1. Hubungan Bintang (Y)

  Hubungan bintang ialah hubungan transformator tiga fasa, dimana ujung- ujung awal atau akhir lilitan disatukan. Titik dimana tempat penyatuan dari ujung- ujung lilitan merupakan titik netral. Arus transformator tiga phasa dengan kumparan yang dihubungkan bintang yaitu; IA, IB, IC masing-masing berbeda 120°.

Gambar 2.11 Transformator Tiga Phasa Hubungan Bintang

  CA

Gambar 2.12 Transformator tiga phasa hubungan segitiga/delta.

  Hubungan segitiga adalah suatu hubungan transformator tiga fasa, dimana cara penyambungannya ialah ujung akhir lilitan fasa pertama disambung dengan ujung mula lilitan fasa kedua, akhir fasa kedua dengan ujung mula fasa ketiga dan akhir fasa ketiga dengan ujung mula fasa pertama. Tegangan transformator tiga phasa dengan kumparan yang dihubungkan segitiga yaitu; VA, VB, VC masing- masing berbeda 120°.

  IL = arus line (Ampere) Iph = arus phasa (Ampere)

  V L-L = tegangan line to line (Volt) Vph = tegangan phasa (Volt)

  Dimana :

  V L-L = √ 3 Vph.........................................................................................2.29

  .........................................................................2.28

  L-L

  = V

  = V

  Dari gambar 2.11 diperoleh bahwa :

  BC

  V AB = V

  I L = Iph....................................................................................................2.27

  ........................................................................................2.26

  L

  = I

  C

  = I

  B

  I A = I

2. Hubungan Segitiga/ Delta (Δ)

  Dari gambar 2.12 diperoleh bahwa :

  L-L

  II.4.3 Jenis-Jenis Hubungan Transformator Tiga Phasa

Gambar 2.13 Transformator Tiga Phasa Hubungan Zig-Zag

  Salah satu aplikasinya adalah menyediakan titik netral untuk sistem listrik yang tidak memiliki titik netral. Pada transformator zigzag masing–masing lilitan tiga fasa dibagi menjadi dua bagian dan masing–masing dihubungkan pada kaki yang berlainan.

  Iph = arus phasa (Ampere)

  I L = arus line (Ampere)

  Vph = tegangan phasa (Volt)

  V L-L = tegangan line to line (Volt)

  Dimana :

  V L-L = Vph...............................................................................................2.33

  ........................................................................2.32

  = VCA = V

  I A = I

  BC

  V AB = V

  Iph..............................................................................................2.31

  √ 3

  I L =

  ........................................................................................2.30

  L

  = I

  C

  = I

  B

3. Hubungan Zigzag Transformator zig–zag merupakan transformator dengan tujuan khusus.

  Dalam pelaksanaanya, tiga buah lilitan phasa pada sisi primer dan sisi sekunder dapat dihubungkan dalam bermacam-macam hubungan, seperti bintang dan segitiga, dengan kombinasi Y-Y, Y-Δ, Δ-Y, Δ-Δ, bahkan untuk kasus tertentu liltan sekunder dapat dihubungakan secara berliku-liku (zig-zag), sehingga diperoleh kombinasi Δ-Z, dan Y-Z. Hubungan zig-zag merupakan sambungan bintang istimewa, hubungan ini digunakan untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin terjadi apabila dihubungkan secara bintang dengan beban phasanya tidak seimbang. Di bawah ini pembahasan hubungan transformator tiga phasa secara umum :

1. Hubungan Wye-wye (Y-Y)

  Pada hubungan bintang-bintang, rasio tegangan fasa-fasa (L-L) pada primer dan sekunder adalah sama dengan rasio setiap trafo. Sehingga, tejadi pergeseran fasa sebesar 30° antara tegangan fasa-netral (L-N) dan tegangan fasa- fasa (L-L) pada sisi primer dan sekundernya.

  Hubungan bintang-bintang ini akan sangat baik hanya jika pada kondisi beban seimbang. Karena, pada kondisi beban seimbang menyebabkan arus netral (IN) akan sama dengan nol. Dan apabila terjadi kondisi tidak seimbang maka akan ada arus netral yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya rugi-rugi.

  Hubungan Y-Y pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar

  2.14. Pada hubungan Y-Y, tegangan masing-masing primer phasa adalah : Vphp = …………………………………………………………...2.34

  √

  Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan perbandingan belitan transformator maka, perbandingan antara tegangan primer dengan tegangan sekunder pada transformator hubungan Y-Y adalah :

  √

  = …………………………………………………….2.35

  √

Gambar 2.14 Transformator 3 phasa hubungan Y-Y

2. Hubungan Wye-delta (Y-Δ)

  Transformator hubungan Y-Δ, digunakan pada saluran transmisi sebagai penaik tegangan. Rasio antara sekunder dan primer tegangan fasa-fasa adalah 1/√3 kali rasio setiap trafo. Terjadi sudut 30° antara tegangan fasa-fasa antara primer dan sekunder yang berarti bahwa trafo Y-Δ tidak bisa diparalelkan dengan trafo Y-Y atau trafo Δ-Δ. Hubungan transformator Y-Δ dapat dilihat pada Gambar

  2.15. Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan phasa primer (V = √ 3 Vphp), dan tegangan kawat ke kawat sekunder

  LP

  sama dengan tegangan phasa (V = Vphs) sehingga di peroleh perbandingan

  LS :

  tegangan pada hubungan Y-Δ adalah

  √

  = = √ 3 a………………………………….…..2.36 Gambar2.15 Transformator 3 phasa hubungan Y-Δ.

  3. Hubungan Delta-wye (Δ-Y)

  Transformator hubungan Δ-Y, digunakan untuk menurunkan tegangan dari tegangan transmisi ke tegangan rendah. Transformator hubungan Δ-Y dapat dilihat pada Gambar 2.16. Pada hubungan Δ-Y, tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan phasa primer (V LP = Vphp), dan tegangan sisi sekundernya

  √ 3

  (V = Vphs), maka perbandingan hubungan Δ-Y adalah :

  LS

  = = ……………………………………….……2.37

  √ √ Gambar 2.16 Transformator 3 phasa hubungan Δ-Y.

  4. Hubungan Delta - delta (Δ-Δ)

  Pada transformator hubungan Δ-Δ, tegangan kawat ke kawat dan tegangan phasa sama untuk sisi primer dan sekunder transformator (V RS = V = V = V ), maka perbandingan tegangannya adalah :

ST TR LN

  = = a ……………………………..……………2.38 Sedangkan arus pada transformator hubungan Δ-Δ adalah :

  I = √ 3 Ip ……………………………………………………....2.39

  L Dimana : I = arus line to line

  L

  I = arus phasa

  P Gambar 2.17 Transformator 3 phasa hubungan Δ-Δ.

II.5 TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

  Transformator distribusi merupakan alat yang memegang peran penting dalam sistem distribusi.Transformator distribusi mengubah tegangan menengah menjadi tegangan rendah. Transformator distribusi yang umum digunakan adalah transformator step-down 20KV/400V. Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan tegangan rendah adalah 380V. Karena terjadi drop tegangan, maka pada rak tegangan rendah dibuat di atas 380V agar tegangan pada ujung penerima tidak lebih kecil dari 380V.

  Pada kumparan primer akan mengalir arus jika kumparan primer dihubungkan ke sumber tegangan bolak-balik, sehingga pada inti tansformator yang terbuat dari bahan ferromagnet akan terbentuk sejumlah garis-garis gaya magnet (fluks = Ф).Karena arus yang mengalir merupakan arus bolak-balik, maka fluks yang terbentuk pada inti akan mempunyai arah dan jumlah yang berubah- ubah. Jika arus yang mengalir berbentuk sinusoidal, maka fluks yang terjadi akan berbentuk sinusoidal pula. Karena fluks tersebut mengalir melalui inti yang mana pada inti tersebut terdapat belitan primer dan sekunder, maka pada belitan primer dan sekunder tersebut akan timbul ggl (gaya gerak listrik) induksi, tetapi arah ggl induksi primer berlawanan dengan arah ggl induksi sekunder. Sedangkan frekuensi masing-masing tegangan sama dengan frekuensi sumbernya.

  II.6 SPESIFIKASI UMUM TEGANGAN PRIMER TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

  Tegangan primer sesuai dengan tegangan nominal sistem pada jaringan tegangan menengah (JTM) yang berlaku di lingkungan ketenagalistrikan yaitu 6 KV dan 20 KV. Dengan demikian ada dua macam transformator distribusi yang dibedakan oleh tegangan primernya, yaitu : a. Transformator distribusi bertegangan primer 6 KV

  b. Transformator distribusi bertegangan primer 20 KV Catatan: Pada sistem distribusi tiga phasa, 4 kawat, maka pada transformator phasa tunggal yang dipasang tentunya mempunyai tegangan pengenal, misalnya

  = untuk 20 KV yaitu : 12 kV.

  √

  II. 7 SPESIFIKASI TEGANGAN SEKUNDER TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

  Tegangan sekunder ditetapkan tanpa disesuaikan dengan tegangan nominal sistem jaringan tegangan rendah (JTR) yang berlaku dilingkungan PLN (127 V & 220 V) untuk sitem phasa tunggal dan 127/220 V dan 220/380 V untuk sistem tiga phasa, yaitu 133/231 V dan 231/ 400 V (pada keadaan tanpa beban). Dengan demikian ada empat macam transformator distribusi yang dibedakan oleh tegangan sekundernya, yaitu : a. Transformator distribusi bertegangan sekunder 133/231 V

  b. Transformator distribusi bertegangan sekunder 231/400 V

  c. Transformator distribusi bertegangan sekumder 133/231 V dan 231/400 V yang dapat digunakan secara serentak Catatan :

  Bilamana dipakai tidak serentak maka dengan bertegangan sekunder 231/400 V daya transformator tetap 100% daya pengenal, sedang tegangan sekunder 133/231 V dayanya hanya 75% daya pengenal d. Transformator distribusi bertegangan sekunder 133/231 V yang digunakan terpisah.

  II. 8 SPESIFIKASI UMUM PENYADAPAN (TAPING) TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

  Ada tiga macam penyadapan tanpa beban (STB), yaitu :

  a. Sadapan tanpa beban tiga langkah : 21 ; 20 ; 19 kV

  b. Sadapan tanpa beban lima langkah : 22 ; 21 ; 20 ; 19 ; 18 kV

  c. Sadapan tanpa beban lima langkah : 21 ; 20,5 ; 20 ; 19,5 ; 19 kV Penyadapan dilakukan dengan pengubah sadapan (komutator) pada keadan tanpa beban pada sisi primer Catatan : Nilai-nilai tegangan sadapan, khususnya penyadapan utama (principle tapping), adalah nilai-nilai yang bersesuaian dengan besaran-besaran pengenal.

  II. 9 SPESIFIKASI UMUM RUGI-RUGI TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

  Berbagai nilai dari rugi-rugi transformator distribusi menurut SPLN 50 tahun 1997 dapat dilihat pada table 3.1 berikut ini : KVA Rating Rugi Besi (Watt) Rugi Tembaga (Watt) 25 115 700

  50 190 1100 100 320 1750 160 400 2000 200 550 2850 315 770 3900 400 930 4600

  680 1300 6500

Table 3.1 Spesifikasi Umum Rugi_rugi Transformator Distribusi

II.10 REGULASI TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

  Regulasi tegangan transformator didefenisikan sebagai perubahan pada tegangan terminal sekunder transformator yang dinyatakan dalam persentase (atau dalam per unit) terhadap tegangan nominal sekunder pada saat berbeban dengan factor daya yang dapat berkurang hingga nol.

  Jika V

  

2 adalah tegangan terminal sekunder untuk setiap beban E

2 adalah

  tegangan terminal sekunder pada saat tanpa beban. Dan dengan beban tertentu dan factor daya tertentu, maka regulasi tegangan transformator dapat dirumuskan sebagai berikut :

  V R = ………………………2.40 Tegangan nominal sekunder transformator adalah sama dengan tegangan terminal transformator pada saat berbeban yaitu V

  2 jadi persamaan di atas dapat

  dituliskan sebagai berikut :

  ( ) ( ) R

  V = dalam per unit…………………….2.41

  ( ) ( ) ( )

  V R = x 100%.............................................2.42

  ( )

  Dimana :

  (NL)

  Vs = Tegangan terminal sekunder pada saat tanpa beban (Volt)

  (FL)

  Vs = Tegangan terminal sekunder untuk setiap beban (Volt)

  R

  V = Regulasi tegangan transformator (%)

II.11 EFISIENSI TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

  Efisiensi dinyatakan sebagai : η = =

  ∑

  …………….………2.43 atau: η = x 100%..................................................2.44 dimana : Pout = Daya keluaran (Watt)

  Pin = Daya masukan (Watt)

  ∑ −

  = Pcu + Pci Pcu = Rugi tembaga (Watt) Pi = Rugi inti (Watt)

  1. Perubahan efisiensi terhadap beban Perubahab efisiensi terhadap beban dinyatakan sebagai

  η = …………………………2.45 agar η maksimum, maka (I

  • ) = 0 Jadi, R 2ek = Pi =

  2 R 2ek

  2ek

  = Pcu………………………………….…………2.46 Artinya, untuk beban tertentu, efisiensi maksimun terjadi ketika rugi tembaga = rugi inti.

2 R

  2. Perubahan efisiensi terhadap factor daya (Cos ) beban Perubahan efisiensi terhadap factor daya (Cos ) beban dapat dinyatakan

  ∑

  Sebagai : η = 1 − …………...….………2.47

  

∑ ⁄

  η = 1 ̶ ………………………..2.48

  ∑ ⁄ ∑ ⁄ 2 2

  Bila = X = konstan

  ⁄

  Maka, η = 1 ̶ = 1 ̶ ………………………….2.4

  ⁄

Dokumen yang terkait

Analisa Berbagai Hubungan Belitan Transformator 3Phasa Dalam Keadaan Beban Lebih (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik Ft.Usu)

8 55 84

Analisis Ketidakseimbangan Beban Transformator Distribusi Untuk Identifikasi Beban Lebih dan Estimasi Rugi-Rugi Pada Jaringan Tegangan Rendah

21 132 101

Studi Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral Dan Losses Pada Trafo Distribusi PLN Ranting Lubuk Pakam

13 90 69

Pengaruh Pemerataan Beban Terhadap Rugi-Rugi Jaringan Tegangan Rendah Transformator Distribusi (Aplikasi Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota)

10 122 86

Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral Dan Losses Pada Transformator Distribusi (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan, Rayon Medan Kota)

8 55 89

Studi Tentang Kualitas Kinerja Transformator Distribusi Dalam Melayani Beban Dengan Regulasi Tegangan Dan Efisiensi Sebagai Parameter (Aplikasi Pada Pt. Pln (Persero) Rayon Medan Kota)

16 75 110

Analisis Karakteristik Arus dan Tegangan pada Inisiasi Feroresonansi Transformator Tegangan Rendah

0 1 8

BAB II DASAR TEORI - Analisis Perbandingan Pengaruh Beban Seimbang Dan Tidak Seimbang Terhadap Regulasi Tegangan Dan Efisiensi Pada Berbagai Hubungan Belitan Transformator Tiga Fasa (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

0 0 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformator - Analisa Berbagai Hubungan Belitan Transformator 3Phasa Dalam Keadaan Beban Lebih (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik Ft.Usu)

0 0 29

BAB 1 PENDAHULUAN - Perancangan Passive Single Tuned Filter Untuk Mereduksi Harmonik Arus Pada Transformator Arus Akibat Beban Nonlinier

0 0 8