Studi Tentang Kualitas Kinerja Transformator Distribusi Dalam Melayani Beban Dengan Regulasi Tegangan Dan Efisiensi Sebagai Parameter (Aplikasi Pada Pt. Pln (Persero) Rayon Medan Kota)

(1)

TUGAS AKHIR

STUDI TENTANG KUALITAS KINERJA TRANSFORMATOR

DISTRIBUSI DALAM MELAYANI BEBAN DENGAN

REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI SEBAGAI

PARAMETER

(Aplikasi Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota)

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

OLEH :

NIM : 04 0402 062 SUTRISNO PURBA

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

STUDI TENTANG KUALITAS KINERJA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DALAM MELAYANI BEBAN DENGAN REGULASI

TEGANGAN DAN EFISIENSI SEBAGAI PARAMETER (Aplikasi Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota)

OLEH :

NIM : 04 0402 062 SUTRISNO PURBA

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknik Elektro

Disetujui oleh : Dosen Pembimbing

NIP. 130 836 676 Ir. Satria Ginting

Diketahui oleh :

Ketua Departemen Teknik Elektro FT-USU

NIP. 131 459 554 Ir. Nasrul Abdi, MT

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

ABSTRAK

Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah tenaga listrik arus bolak balik pada suatu tingkatan tegangan ke tingkat tegangan lain atau dari suatu tingkatan arus ke tingkatan arus lain dengan frekuensi yang sama melalui prinsip induksi elektromagnetis. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis, dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer, dan kumparan sekunder. Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan pada kedua kumparan itu. Biasanya kumparan terbuat dari kawat tembaga yang dibelit seputar “kaki” inti transformator. Salah satu jenis transformator adalah transformator distribusi. Trafo distribusi adalah merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam penyaluran tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen. Rendahnya kualitas daya dan tegangan yang diterima oleh konsumen tidak terlepas dari kualitas kinerja transformator distribusi dalam melayani beban rendah pula.

Suatu transformator distribusi yang mempunyai kualitas baik, jika transformator tersebut mempunyai nilai efisiensi yang tinggi dan mempunyai nilai rugi-rugi yang kecil pada saat melayani beban. Semakin besar efisiensi suatu transformator serta rugi-rugi yang ditimbulkannya semakin kecil pada saat melayani beban, maka kualitas transformator tersebut semakin baik dan begitu juga sebaliknya. Regulasi tegangan transformator adalah suatu bentuk kualitas tegangan dari suatu transformator distribusi pada sisi beban. Semakin besar regulasi tegangan dari suatu transformator maka semakin buruklah kualitas tegangan pada sisi beban transformator tersebut dan begitu juga sebaliknya. Sehingga perlu dilakukan perhitungan nilai efisiensi transformator serta regulasi tegangannya untuk mengetahui kulitas kinerja transformator tersebut dalam


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, Bapa yang ada di surga atas segala kasih karunia, pengetahuan, dan tuntunannya selama Penulis melaksanakan studi hingga terselesaikannya tugas akhir ini

Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat bagi Penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatra Utara.

Adapun judul tugas akhir ini adalah :

STUDI TENTANG KUALITAS KINERJA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DALAM MELAYANI BEBAN DENGAN REGULASI TEGANGAN DAN

EFISIENSI SEBAGAI PARAMETER

Selama masa kuliah sampai masa penyelesaian tugas akhir ini, Penulis banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh ketulusan hati, Penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua Orangtua tercinta, G Purba dan E br.Marbun yang selalu memberikan dukungan, perhatian, dan doa yang tak henti-hentinya selama hidup Penulis. 2. Abangku Robby Fadly Purba S.P dan Sudianto Purba, kakakku Sulastriani

br.Purba, Reni Elpanetti S.Si br.Purba, adekku Sri Oktoria br.Purba dan Renta br.Purba, yang selalu memberikan dukungan dan cinta yang tulus selalu.

3. Bapak Ir. Nasrul Abdi, MT selaku Ketua Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik , Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Rahmat Fauzi ST, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik , Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Bapak Ir. Satria Ginting selaku Dosen Pembimbing Penulis yang telah meluangkan waktu dan tempat untuk membimbing dan membantu Penulis menyelesaikan Tugas akhir ini.

6. Bapak Ir. Syarifuddin Siregar selaku Dosen Wali Penulis selama menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara yang juga banyak memberi inspirasi,masukan dan dorongan spiritual kepada Penulis dalam menyelesaikan studi di Departemen Teknik Elektro FT-USU.

7. Bapak Prof.Dr.Ir. Usman Baafai selaku Kepala Laboratorium Elektronika Dasar Departemen Teknik Elektro FT. USU

8. Seluruh Staff Pengajar dan Pegawai Departemen Teknik Elektro FT-USU

9. Rekan-rekan asisten dan teman-teman di Laboratorium Elektronika Dasar Departemen Teknik Elektro FT. USU, Jeremia, Rozi, Lutfi, dan Yona, B’ Been, B’ Juanda, B’ Wiswa dan B’ Martin CS .

10. Semua rekan – rekan di Fakultas Teknik Elektro USU terutama angkatan 2004 yang telah banyak memberi warna dalam hidup Penulis.

11. Teman terbaik yang selalu di hati, Itok Tity (Puyuk), Itok aNCe (si ’C’), B’Budiman Saragih, Julika, Roy Alfred (si ’Coy’) dan Jeremia Purba (si ’Chev’), semoga Yesus selalu memberkati jalan kita.

12. Teman-teman di UKM KMK UP FT-USU, Jeko, Batara, Ady, Immanuel, Irwanto, Marojahan, Juan Rio dan teman-teman yang lainnya yang tidak dapat penulis sebut satu per satu, yang membantu penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.


(6)

13. Kepada adik kelompokku D’Boul, Niko, Atfen dan Ramli yang banyak memberikan dukungan dalam doa.

14. Semua orang yang tidak dapat disebutkan satu persatu, Penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan isi dan analisa yang disajikan. Akhir kata, semoga tulisan ini bermamfaat bagi Pembaca.

Medan, September 2008

Sutrisno Purba NIM. 040402062


(7)

DAFTAR ISI

Abstrak... ...i

Kata Pengantar ... ....ii

Daftar Isi ... ....v

Daftar Gambar... .viii

Daftar Tabel ... ....x

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang ... ...1

I. 2 Tujuan Penulisan ... ….2

I. 3 Batasan Masalah ... ….2

I. 4 Metode Penulisan ... ….3

I. 5 Sistematika Penulisan ... ….4

BAB II TRANSFORMATOR II. 1 Umum………...5

II. 2. Konstruksi Transformator………...……….6

II. 3 Prinsip Kerja Transformator...………...8

II.3.1 Keadaan Transformator Tanpa Beban...9

II.3.2 Keadaan Transformator Berbeban...13

II. 4 Rangkaian Ekivalen Transformator...………...15

II.4.1 Pengukuran Beban Nol...19

II.4.2 Pengukuran Hubung Singkat...20


(8)

II.5.1 Rugi Tembaga...22

II.5.2 Rugi Besi...22

II. 6 Transformator Tiga Phasa...23

II.6.1 Umum...23

II.6.2 Konstruksi Transformator Tiga Phasa...23

II.6.3 Hubungan Tiga Phasa Pada Transformator...25

II. 7 Sistem Pendingin Transformator...………....32

II. 8 Kegunaan Transformator...33

BAB III TINJAUAN TENTANG TRANSFORMATOR DISTRIBUSI III. 1 Umum………....34

III. 2 Sistem Tiga Phasa...………...36

III. 2.1 Sistem Hubungan Wye ( Y ) Dan Delta ( ∆ )...…….37

III. 2.2 Sistem Hubungan Zig-Zag (Z)...……….38

III. 2.3 Beban Seimbang Terhubung Wye ( Y )…...……….39

III. 2.4 Beban Tidak Seimbang Terhubung Wye (Y )....………...40

III. 3 Daya Dalam Sistem Tiga Phasa...…..41

III. 4 Transformator Distribusi...………42

III. 4.1 Spesifikasi Umum Tegangan Primer Trafo Distribusi...…….44

III. 4.2 Spesifikasi Umum Tegangan Sekunder Trafo Distribusi……….44

III. 4.3 Spesifikasi Umum Tegangan Penyadapan Trafo Distribusi...45

III. 4.4 Spesifikasi Umum Daya Pengenal Trafo Distribusi...45


(9)

III. 5 Klasifikasi Beban Transformator Distribusi...………....47

III. 6 Losses Pada Saluran Transformator Distribusi..………....49

III.6.1 Losses Pada Penghantar Phasa...49

III.6.2 Losses Akibat Beban Tidak Seimbang...50

III.6.3 Losses Pada Sambungan Tidak Baik...50

III. 7 Regulasi Tegangan Transformator Distribusi...…..51

III. 8 Efisiensi Transformator Distribusi...………52

BAB IV STUDI TENTANG KUALITAS KINERJA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DALAM MELAYANI BEBAN IV. 1 Umum...…..54

IV.2 Persamaan Yang Digunakan Dalam Perhitungan...…....55

IV.2.1 Perhitungan Persentase Beban Yang Dilayani...55

IV.2.2 Perhitungan Regulasi Tegangan Transformator...55

IV.2.3 Penyaluran Daya Pada Transformator...55

IV.2.4 Losses Yang Terjadi Pada Jaringan Distribusi...56

IV.2.5 Perhitungan Nilai Efisiensi Transformator...56

IV. 3 Metode Pengambilan Data Transformator Distribusi..…………..57

IV. 4 Data Hasil Ukur Beban Transformator Distribusi 160 KVA…...57

IV. 5 Analisa Data...………...63

BAB V PENUTUP Kesimpulan………..…..73


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

Gambar 2.1 Konstruksi transformator tipe inti (core form)... ...7

Gambar 2.2 Konstruksi lempengan logam inti trafo bentuk L dan U ... ...7

Gambar 2.3 Transformator tipe cangkang (shell form) ... ...8

Gambar 2.4 Konstruksi lempengan logam inti trafo bentuk E, I dan F... ...8

Gambar 2.5 Transformator dalam keadaan tanpa beban ... ...10

Gambar 2.6 Rangkaian ekivalen transformator dalam keadaan tanpa beban ... ...10

Gambar 2.7 Gambar vektor transformator dalam keadaan tanpa beban ... ...10

Gambar 2.8 Gambar gelombang Io tertinggal 90o dari V1 ... ...11

Gambar 2.9 Gambar gelombang sin (ωt-90o) tertinggal 90odari Φ………..12

Gambar 2.10 Transformator dalam keadaan berbeban... ...14

Gambar 2.11 Rangkaian ekivalen transformator dalam keadaan berbeban………..14

Gambar 2.12 Rangkaian transformator ideal...16

Gambar 2.13 Diagram vektor model rangkaian ekivalen transformator ideal .... ...16

Gambar 2.14 Gambar rangkaian ekivalen transformator...17

Gambar 2.15 Penyedehanaan rangkaian ekivalen transformator ... ...18

Gambar 2.16 Diagram vektor parameter sekunder pada rangkaian primer………..18

Gambar 2.17 Hasil akhir penyederhanaan rangkaian ekivalen trafo ... ...19

Gambar 2.18 Rangkaian pengukuran beban nol ... ...19

Gambar 2.19 Rangkaian pengukuran hubung singkat... ...21


(11)

Gambar 2.21 Blok diagram rugi-rugi pada transformator ... ...22

Gambar 2.22 Konstruksi trafo tiga phasa tipe inti ... ...24

Gambar 2.23 Transformator tiga phasa tipe cangkang ... ...24

Gambar 2.24 Transformator hubungan - Y ... ...26

Gambar 2.25 Transformator hubungan - ∆ ... ...27

Gambar 2.26 Transformator hubungan YY ... ...28

Gambar 2.27 Transformator hubungan Y∆ ... ...29

Gambar 2.28 Transformator hubungan ∆Y ... ...30

Gambar 2.29 Transformator hubungan ∆∆ ... ...31

Gambar 3.1 Gambaran umum distribusi tenaga listrik ... …..…..35

Gambar 3.2 Sistem tiga phasa sebagai sistem tiga phasa tunggal... ...36

Gambar 3.3 Bentuk gelombang dalam sistem tiga phasa ... ...37

Gambar 3.4 Sistem Hubungan Y dan sistem ∆ ... ...38

Gambar 3.5 Sistem Hubungan Zig-Zag (Z) ... ...39

Gambar 3.6 Beban tidak seimbang terhubung bintang empat kawat ... ...40

Gambar 3.7 Transformator Distribusi Tiga Phasa 160 KVA ... ...43

Gambar 3.8 Sambungan Kabel ... ...50

Gambar 4.1 Kurva Karakteristik Pembebanan Trafo Distribusi LWBP dan WBP...71

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Plosses Trafo Distribusi pada WBP dan LWBP...71

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan VR Trafo Distribusi pada WBP dan LWBP...……….72


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nilai Daya Pengenal Transformator Distribusi...46

Tabel 3.2 Nilai Rugi-rugi Transformator Distribusi...46

Tabel 3.3 Klasifikasi Beban Pelanggan Listrik PLN...47

Tabel 4.1 Spesifikasi Umum Transformator Distribusi 160 KVA ... ………58

Tabel 4.2 Data Hasil Ukur Beban Transformator Distribusi 160 KVA………...59

Rayon Medan Kota Lewat Waktu Beban Puncak ( LWBP ) Tabel 4.3 Data Hasil Ukur Beban Transformator Distribusi 160 KVA………...61

Rayon Medan Kota Waktu Beban Puncak ( WBP ) Tabel 4.4 Analisa Data Hasil Ukur Beban Transformator Distribusi 160 KVA…...…...65

Rayon Medan Kota Lewat Waktu Beban Puncak ( LWBP ) Tabel 4.5 Analisa Data Hasil Ukur Beban Transformator Distribusi 160 KVA…...…...69 Rayon Medan Kota Waktu Beban Puncak ( WBP )


(13)

ABSTRAK

Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah tenaga listrik arus bolak balik pada suatu tingkatan tegangan ke tingkat tegangan lain atau dari suatu tingkatan arus ke tingkatan arus lain dengan frekuensi yang sama melalui prinsip induksi elektromagnetis. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis, dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer, dan kumparan sekunder. Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan pada kedua kumparan itu. Biasanya kumparan terbuat dari kawat tembaga yang dibelit seputar “kaki” inti transformator. Salah satu jenis transformator adalah transformator distribusi. Trafo distribusi adalah merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam penyaluran tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen. Rendahnya kualitas daya dan tegangan yang diterima oleh konsumen tidak terlepas dari kualitas kinerja transformator distribusi dalam melayani beban rendah pula.

Suatu transformator distribusi yang mempunyai kualitas baik, jika transformator tersebut mempunyai nilai efisiensi yang tinggi dan mempunyai nilai rugi-rugi yang kecil pada saat melayani beban. Semakin besar efisiensi suatu transformator serta rugi-rugi yang ditimbulkannya semakin kecil pada saat melayani beban, maka kualitas transformator tersebut semakin baik dan begitu juga sebaliknya. Regulasi tegangan transformator adalah suatu bentuk kualitas tegangan dari suatu transformator distribusi pada sisi beban. Semakin besar regulasi tegangan dari suatu transformator maka semakin buruklah kualitas tegangan pada sisi beban transformator tersebut dan begitu juga sebaliknya. Sehingga perlu dilakukan perhitungan nilai efisiensi transformator serta regulasi tegangannya untuk mengetahui kulitas kinerja transformator tersebut dalam


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pada saat sekarang ini, indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang termasuk di bidang energi. Seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan maka dituntut adanya sarana dan prasarana yang mendukungnya seperti tersedianya energi listrik yang memadai. Saat ini, energi listrik merupakan kebutuhan yang utama baik untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk kebutuhan industri. Hal ini disebabkan karena energi listrik mudah untuk dikonversikan ke dalam bentuk energi yang lain. Penyediaan energi listrik yang stabil dan kontinu merupakan syarat dalam memenuhi kebutuhan energi listrik. Penyaluran energi listrik ini harus dibarengi dengan kualitas daya dan tegangan yang disalurkan ke konsumen mempunyai kualitas yang baik. Sehingga kekontinuan pelayanan energi listrik tetap terjaga dengan baik dengan kualitas energi yang baik pula. Salah satu alat yang dipakai dalam penyaluran energi listrik tersebut adalah transformator distribusi.

Transformator distribusi merupakan suatu alat yang dipakai dalam pelayanan energi listrik ke konsumen. Suatu trafo distribusi dikatakan mempunyai kualitas yang baik dalam melayani beban, jika transformator distribusi tersebut mempunyai nilai efisiensi yang tinggi dan mempunyai nilai rugi-rugi yang kecil pada saat melayani beban. Semakin besar efisiensi suatu transformator serta rugi-rugi yang ditimbulkannya semakin kecil pada saat melayani beban, maka kualitas transformator tersebut semakin baik dan begitu juga sebaliknya. Regulasi tegangan transformator distribusi adalah suatu bentuk


(15)

kualitas tegangan dari suatu transformator distribusi pada sisi beban. Semakin besar regulasi tegangan dari suatu transformator distribusi maka semakin buruklah kualitas tegangan pada sisi beban transformator distribusi tersebut dan begitu juga sebaliknya. Sehingga perlu dilakukan perhitungan nilai efisiensi transformator distribusi serta regulasi tegangannya untuk mengetahui kulitas kinerja transformator distribusi tersebut dalam melanyani beban konsumen baik pada keadaan beban seimbang dan tak seimbang.

I.2 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Mengetahui kualitas kinerja transformator distribusi 160 KVA dalam melayani beban di PT.PLN (Persero) Rayon Medan Kota

2. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan energi listrik ke konsumen.

I.3 BATASAN MASALAH

Agar tujuan penulisan tugas akhir ini sesuai dengan yang diharapkan serta terarah pada judul dan bidang yang telah disebutkan diatas, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas,

1. Parameter yang dibahas hanya regulasi tegangan, serta efisiensi dari transformator distribusi dalam melayani beban.

2. Tidak membahas tentang rugi-rugi akibat arus netral serta rugi-rugi yang disebabkan oleh eddy current dan hysteresis.


(16)

4. Transformator distribusi yang digunakan adalah transformator distribusi 160 KVA.

5. Tidak membahas masalah stabilitas dan harmonisa yang terjadi pada transformator distribusi dalam melayani beban.

I.4 METODE PENULISAN

Untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini maka penulis menerapkan beberapa metode studi diantaranya :

1. Studi literatur

yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan topik tugas akhir ini dari buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh penulis atau diperpustakaan dan juga dari artikel-artikel, jurnal, internet dan lain-lain . 2. Studi lapangan

yaitu dengan melaksanakan pengambilan data hasil ukur beban pada beberapa transformator distribusi 160 KVA di sisi tegangan rendah (sisi sekunder) di PT.PLN (Persero) Rayon Medan Kota.

3. Studi bimbingan

yaitu dengan melakukan diskusi tentang topik tugas akhir ini dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak Departemen Teknik Elektro USU, dengan dosen-dosen bidang Konversi Energi Listrik, asisten Laboratorium Konversi Energi Listrik dan teman-teman sesama mahasiswa .


(17)

I.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bagian ini berisikan latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II TRANSFORMATOR

Bab ini memberikan penjelasan mengenai transformator secara umum, konstruksi transformator, prinsip kerja transformator, rangkaian ekivalen transformator, rugi-rugi pada transformator, transformator tiga phasa, sistem pendingin transformator, kegunaan transformator.

BAB III TINJAUAN TENTANG TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

Bab ini menjelaskan tentang transformator distribusi secara umum, sistem tiga phasa, daya dalam sistem tiga phasa, transformator distribusi, klasifikasi beban transformator distribusi, losses pada saluran transformator distribusi, regulasi tegangan transformator distribusi dan efissiensi transformator distribusi.

BAB IV STUDI TENTANG KUALITAS KINERJA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DALAM MELAYANI BEBAN

Bab ini berisi tentang pembahasan secara umum, persamaan yang digunakan dalam perhitungan, metode pengambilan data transformator distribusi, data hasil ukur beban transformator distribusi 160 KVA, serta analisa data.

BAB V PENUTUP


(18)

BAB II

TRANSFORMATOR

II.1 UMUM

Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah maupun untuk menyalurkan energi listrik arus bolak-balik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik arus bolak-balik yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik yang dapat menaikkan/menurunkan tegangan/arus dengan frekuensi yang sama. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis, dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer, dan kumparan sekunder. Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan pada kedua kumparan itu. Biasanya kumparan terbuat dari kawat tembaga yang dibelit pada sekeliling “kaki” inti transformator.

Penggunaan transformator yang sangat sederhana dan andal merupakan salah satu alasan penting dalam pemakaiannya dalam penyaluran tenaga listrik arus bolak-balik, karena arus bolak–balik sangat banyak dipergunakan untuk pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik. Pada penyaluran tenaga listrik arus bolak-balik terjadi kerugian energi sebesar I2R watt. Kerugian ini akan banyak berkurang apabila tegangan dinaikkan setinggi mungkin. Dengan demikian maka saluran–saluran transmisi tenaga listrik senantiasa mempergunakan tegangan yang tinggi. Hal ini dilakukan terutama untuk mengurangi kerugian energi yang terjadi, dengan cara mempergunakan transformator untuk menaikkan tegangan listrik di pusat listrik dari tegangan generator


(19)

yang biasanya berkisar antara 6 kV sampai 20 kV pada awal transmisi ke tegangan saluran transmisi antara 100 kV sampai 1000 kV, kemudian menurunkannya lagi pada ujung akhir saluran ke tegangan yang lebih rendah.

Transformator yang dipakai pada jaringan tenaga listrik merupakan transformator tenaga. Disamping itu ada jenis–jenis transformator lain yang banyak dipergunakan, dan yang pada umumnya merupakan transformator yang jauh lebih kecil. Misalnya transformator yang dipakai di rumah tangga untuk menyesuaikan tegangan dari lemari es dengan tegangan yang berasal dari jaringan listrik atau transformator yang lebih kecil, yang dipakai pada lampu TL. Dan yang lebih kecil lagi, transformator– transformator “mini” yang dipergunakan pada berbagai alat elektronik, seperti pesawat penerima radio, televisi, dan lain sebagainya.

II.2 KONSTRUKSI TRANSFORMATOR

Pada dasarnya transformator terdiri dari kumparan primer dan sekunder yang dibelitkan pada inti ferromagnetik. Berdasarkan letak kumparan terhadap inti, transformator terdiri dari dua macam konstruksi, yaitu tipe inti (core type) dan tipe cangkang (shell type). Kedua tipe ini menggunakan inti berlaminasi yang terisolasi satu sama lainnya, dengan tujuan untuk mengurangi rugi-rugi arus eddy.

Tipe inti (Core form)

Tipe inti ini dibentuk dari lapisan besi berisolasi berbentuk persegi dan kumparan transformatornya dibelitkan pada dua sisi persegi. Pada konstruksi tipe inti, lilitan


(20)

mengelilingi inti besi yang disebut dengan kumparan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Konstruksi transformator tipe inti (core form)

Sedangkan konstruksi intinya pada umumnya berbentuk huruf L atau huruf U, dapat kita lihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk L dan U

Tipe cangkang (Shell form)

Jenis konstruksi transformator yang kedua yaitu tipe cangkang yang dibentuk dari lapisan inti berisolasi, dan kumparan dibelitkan di pusat inti, dapat dilihat pada gambar 2.3.


(21)

Gambar 2.3 Transformator tipe cangkang (shell form)

Pada transformator ini, kumparan atau belitan transformator dikelilingi oleh inti. Sedangkan konstruksi intinya pada umumnya berbentuk huruf E, huruf I atau huruf F seperti terlihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk E, I dan F

II.3 PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR

Transformator terdiri atas dua buah kumparan ( primer dan sekunder ) yang bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi ( reluctance ) rendah. Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan balik maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk


(22)

jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi ( self induction ) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama ( mutual induction ) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi ).

dt d N

e=(−) φ (Volt) ……….( 2.1 ) Dimana : e = gaya gerak listrik (Volt)

N = jumlah lilitan (turn)

dt dφ

= perubahan fluks magnet (weber/sec)

Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika, transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara rangkaian.

Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk mengurangi reluktansi ( tahanan magnetis ) dari rangkaian magnetis ( common magnetic circuit )

II.3.1 Keadaan transformator tanpa beban

Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber tegangan V1 yang sinusoidal, akan mengalirkan arus primer I0 yang juga sinusoid dan dengan


(23)

menganggap belitan N1 reaktif murni. I0 akan tertinggal 900 dari V1. Arus primer I0

V2 I2

V1 I0

N1 N2

AC

m

Ф

menimbulkan fluks (Ф) yang sefasa dan juga berbentuk sinusoid.

Gambar 2.5 Transformator dalam keadaan tanpa beban

I1 I0

Ic Im

Rc Xm

V1 V2

Gambar 2.6 Rangkaian ekivalen transformator dalam keadaan tanpa beban

V1 E1

I0 Φ


(24)

90o 0

ωt V1

I , o Φ

π

o

Gambar 2.8 Gambar gelombang Io tertinggal 90o dari V

t

ω

sin

max

Φ = Φ

1

(weber) ... (2.2)

Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi е1

dt d N e1 =− 1 Φ

(Hukum Faraday):

dt t d

N

e ( maxsin ) 1

1

ω

Φ −

=

t N

e1 =− 1

ω

Φmax cos

ω

(Volt) ... (2.3) )

90 sin(

max 1

1 = N Φ wt

e

ω

(tertinggal 90

odari Φ)

Dimana :

e

1 = gaya gerak listrik (Volt)

N1

Φ = fluks magnetik (weber)

= jumlah belitan di sisi primer (turn)


(25)

90o 0

e

i

2

π

π

ωt

Φ 1,

e

2

Φ

Gambar 2.9 Gambar gelombang

e

1 tertinggal 90o

2 max 1 1

Φ

= N ω

E

dari Φ

Harga efektif :

2 2 max 1

1

Φ

= N f

E π

2 14 , 3

2 max

1 1

Φ

= N x f

E

2 28 ,

6 max

1 1

Φ

= N f

E

max 1 1 =4,44N fΦ


(26)

Pada rangkaian sekunder, fluks (Φ) bersama tadi juga menimbulkan :

dt d N e2 =− 2 Φ

t N

e2 = 2

ω

Φmaxcos

ω

(Volt) Harga efektifnya :

max 2

2 =4,44N fΦ

E (volt)

Bila rugi tahanan dan adanya fluksi bocor diabaikan, maka akan terdapat hubungan :

a N N V V E E

= = =

2 1 2 1 2

1 ... (2.5)

Dimana : E1 = ggl induksi di sisi primer (Volt)

E2 = ggl induksi di sisi sekunder (Volt)

V1 = tegangan terminal sisi primer (Volt)

V2 = tegangan terminal sisi sekunder (Volt)

N1 = jumlah belitan sisi primer (turn)

N2

II.3.2 Keadaan transformator berbeban

= jumlah belitan sisi sekunder (turn)

a

= faktor transformasi

Apabila kumparan sekunder di hubungkan dengan beban ZL, I2

L

Z V

I 2

2 =

mengalir pada


(27)

AC

I1

N1 ZL

I 2 N2

V1 V2

Ф2Ф 2

Фm

Gambar 2.10 Transformator dalam keadaan berbeban

R1 X1

V1 RC XM

I1

I0

IC IM ZL

I'2

R2 X2

V2

I2

Gambar 2.11 Rangkaian ekivalen transformator dalam keadaan berbeban

Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2 I2 yang

cenderung menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan. Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I2',

yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2

'

2 0

1 I I

I = +

, hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi:

(Ampere) ……….. (2.6)

Bila komponen arus rugi inti (Ic) diabaikan, maka I0 = Im

'

2

1 I I

I = m+

, sehingga: (Ampere) ... (2.7)


(28)

Dimana: I1 = arus pada sisi primer (Amp)

I'2 = arus yg menghasilkan Φ'2 (Amp)

I0 = arus penguat (Amp)

Im = arus pemagnetan (Amp)

Ic = arus rugi-rugi inti (Amp)

Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus pemagnetan IM

M

I N1

, maka berlaku hubungan : = N1I1N2I2

M

I

N1 = N1

(

IM +I2'

)

N2 I2

' 2 1I

N = N2 I2

Karena I dianggap kecil, maka M ' 1 2 I

I = . Sehingga : 1

1I

N = N2 I2

1 1 I

V = V2I2

II.4 RANGKAIAN EKIVALEN TRANSFORMATOR

Fluks yang dihasilkan oleh arus pemagnetan Im tidak seluruhnya merupakan

fluks bersama (ФM), sebagian mencakup kumparan pimer (Ф1) atau mencakup

kumparan sekunder saja (Ф2) dalam model rangkaian ekivalen yang dipakai untuk

menganalisis kerja suatu transformator, adanya fluks bocor Ф1 dengan mengalami


(29)

mengalami proses transformasi dapat ditunjukan sebagai reaktansi X2 sedang rugi

tahanan ditunjukan dengan R1 dan R2

R1 X1 R2 X2

RC XM

I1 Io I'2

IC IM

V1 E1 E2 V2

N1 N2

I2

ZL

, dengan demikian model rangkaian dapat dituliskan seperti gambar 2.12.

Gambar 2.12 Gambar rangkaian transformator ideal

ФM

IM

I0

I1

I2'

E1

I1R1

I1X1

V1

I2

V2

I2R2

I2X2

E2

IC

φ

Gambar 2.13 Diagram vektor model rangkaian transformator ideal

Dari diagram vektor diatas dapat pula diketahui hubungan penjumlahan vektor yaitu : V1 = I1R1 + I1X1 + E

E

1


(30)

E1/E2 = N1/N2 = a atau E1 = a E2

E

, hingga

1 = a (I2R2 + I2X2 + V2

Maka :

)

V1 = I1R1 + I1X1 + a (I2R2 + I2X2 + V2

V

)

1 = I1R1 + I1X1 + a I2R2 + a I2X2 + a V

Karena I'

2

2/I2 = N2/N1 = 1/a atau I2= aI'

Maka:

2

V1 = I1R1 + I1X1 + a (a I'2R2) + a (a I'2X2) + a V

V

2

1 = I1R1 + I1X1 + a2 I'2R2 + a2 I'2X2 + a V

V

2

1 = I1R1 + I1X1 + I'2 (a2 R2 + a2 X2) + a V2 (Volt)...

(2.8)

Dari rangkaian transformator ideal diatas, apabila semua nilai parameter sekunder dinyatakan pada sisi rangkaian primer, harganya perlu dikalikan dengan faktor a2, dimana X'2 = X2 a2 , R'2 = R2 a2 , dan I'2 = I2

R1 X1

V1 RC XM

I

1

I

0

I

C

I

M

I'

2

R'2 X'2

V'

2=

a

V

2

a Z2 L a maka :


(31)

Untuk memudahkan perhitungan, model rangkaian ekivalen transformator tersebut dapat diubah menjadi seperti gambar 2.15 dibawah ini :

I1

I

o

I

C

I

M

RC

X

M

V1

R

1

X

1

a

2

R

2

a

2

X2

a

2

ZL

aV

2

I'

2

Gambar 2.15 Penyederhanaan rangkaian ekivalen transformator

ФM

IM

I0

I1

I’2

I1R1

I1X 1

V1

aV2

aI’2R2 aI’2X

2

IC

φ

Gambar 2.16 Diagram vektor parameter sekunder pada rangkaian primer

Gambar 2.15 di atas dapat di sederhanakan dengan menggunakan Rek dan Xek

R

yang dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini :


(32)

Xek = X1 + a2X2

I1

Rek

Xek

I0

Im

Xm

Rc

Ic

I2'

a2Z

L

aV2

V1

(Ohm)...(2.10) Sehingga rangkaian di atas dapat diubah seperti gambar 2.17 di bawah ini :

Gambar 2.17 Hasil akhir penyederhanaan rangkaian ekivalen transformator

Parameter transformator yang terdapat pada model rangkaian (rangkaian ekivalen) Rc, Xm, Rek dan Xek

II.4.1 Pengukuran beban nol

dapat ditentukan besarnya dengan dua macam pengukuran yaitu pengukuran beban nol dan pengukuran hubungan singkat.

Rangkaian pengukuran beban nol atau tanpa beban dari suatu transformator dapat ditunjukkan pada gambar 2.18 Umumnya untuk pengukuran beban nol semua instrumen ukur diletakkan di sisi tegangan rendah (walaupun instrumen ukur terkadang diletakkan di sisi tegangan tinggi), dengan maksud agar besaran yang diukur cukup besar untuk dibaca dengan mudah.

AC V

A W


(33)

Gambar 2.18 Rangkaian pengukuran beban nol

Dalam keadaan tanpa beban bila kumparan primer di hubungkan dengan sumber tegangan V1, maka akan mengalir arus penguat I0. Dengan pengukuran daya yang

masuk (P0), arus penguat I0 dan tegangan V1

0 2 1

P V Rc =

maka akan diperoleh harga :

(Ohm)... (2.11)

m c

c m

jX R

R jX I

V Z

+ = =

0 1

0 (Ohm) ... (2.12)

Dimana : Z0

R

= impedansi beban nol (Ohm)

c

X

= tahanan beban nol (Ohm)

m = reaktansi beban nol (Ohm)

II.4.2 Pengukuran hubung singkat

Hubungan singkat berarti terminalnya dihubung singkatkan, sehingga hanya impedansi Zek = Rek + j Xek yang membatasi arus.

Karena harga Rek dan Xek ini relatif kecil maka harus dijaga agar tegangan

masuk (Vsc) cukup kecil, sehingga arus yang dihasilkan tidak melebihi arus nominal.

Harga I0 akan relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan arus nominal, sehingga pada


(34)

AC V

A W

N1 N2 A

Gambar 2.19 Rangkaian Pengukuran hubung singkat

Isc Rek Xek

Vsc

Gambar 2.20 Rangkaian ekivalen pengukuran hubung singkat Dengan mengukur tegangan Vsc, arus Isc dan daya Psc

2

)

( sc

sc ek

I P R =

, akan dapat dihitung parameter :

(Ohm) ... (2.13)

ek ek

sc sc

ek R jX

I V

Z = = + (Ohm) ... (2.14)

2 2

ek ek

ek Z R


(35)

II.5 RUGI-RUGI PADA TRANSFORMATOR

Rugi Tembaga Rugi Tembaga

Rugi Besi Histeresis Dan Eddy Current

Gambar 2.21 Blok diagram rugi – rugi pada transformator

1I.5.1 Rugi tembaga ( Pcu )

Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga yang terjadi pada kumparan sekunder dapat ditulis sebagai berikut :

Pcu = I2

II.5.2 Rugi besi ( Pi )

R (Watt) ... (2.16)

Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan. Karena arus beban berubah – ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Dan perlu diperhatikan pula resistansi disini merupakan resistansi AC.

Rugi besi terdiri atas :

• Rugi histerisis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak – balik pada inti besi yang dinyatakan sebagai :

Sumber Kumparan

primer

Fluks Bersama

Kumparan Sekunder

Out Put


(36)

Ph = kh f Bmaks1.6

• Rugi arus eddy (Pe) , yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi. watt ... (2.17)

Kh = konstanta

Bmaks = Fluks maksimum ( weber )

Dirumuskan sebagai :

Pe = ke f2 B2maks (Watt) ... (2.18) Kh = konstanta

Bmaks = Fluks maksimum ( weber ) Jadi, rugi besi ( rugi inti ) adalah :

Pi = Ph + Pe (Watt) ... (2.19)

II.6 TRANSFORMATOR TIGA PHASA

II.6.1 Umum

Tiga transformator berfasa satu dapat dihubungkan untuk membentuk bank-3 fasa (susunan 3 fasa = 3 phase bank) dengan salah satu cara dari berbagai cara menghubungkan belitan transformator. Pada tiga buah transformator satu fasa yang dipakai sebagai transformator tiga fasa setiap kumparan primer dari satu transformator dijodohkan dengan kumparan sekundernya. Hendaknya dicatat bahwa pada transformator tiga fasa ini besar tegangan antar fasa (VL-L) dan daya transformator

(KVA) tidak tergantung dari hubungan belitannya. Akan tetapi tegangan fasa netral (V L-N

II.6.2 Konstruksi transformator tiga fasa

) serta arus dari masing-masing transformator tergantung pada hubungan belitannya.

Untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh arus pusar di dalam inti, rangkaian magnetik itu biasanya terdiri dari setumpuk laminasi tipis.


(37)

SEKUNDER PRIMER

R S T

r s t

Gambar 2.22 Konstruksi transformator tiga fasa tipe inti

Salah satu jenis konstruksi yang biasa dipergunakan diperlihatkan pada gambar 2.23 :

R

S

T

r

s

t PRIMER

SEKUNDER

Gambar 2.23 Transformator tiga fasa tipe cangkang

Dalam jenis inti (core type) kumparan dililitkan disekitar dua kaki inti magnetik persegi. Dalam jenis cangkang (shell type) kumparan dililitkan sekitar kaki tengah dari


(38)

inti berkaki tiga dengan laminasi silikon-steel. Umumnya digunakan untuk transformator yang bekerja pada frekuensi dibawah beberapa ratus Hz. Silikon-steel memiliki sifat-sifat yang dikehendaki yaitu murah, rugi inti rendah dan permeabilitas tinggi pada rapat fluks tinggi. Inti transformator yang dipergunakan dalam rangkaian komunikasi pada frekuensi tinggi dan tingkat energi rendah, kadang-kadang dibuat dari campuran tepung ferromagnetik yang dimanfaatkan sebagai permalloy.

II.6.3 Hubungan tiga fasa dalam transformator

Secara umum hubungan belitan tiga fasa terbagi atas dua jenis, yaitu hubungan

wye (Y) dan hubungan delta (Δ). Masing-masing hubungan belitan ini memiliki karakteristik arus dan tegangan yang berbeda-beda, selanjutnya akan dijelaskan dibawah ini. Baik sisi primer maupun sekunder masing-masing dapat dihubungkan wye ataupun delta. Kedua hubungan ini dapat dijelaskan secara terpisah, yaitu :

1. Hubungan wye (Υ)

Hubungan ini dapat dilakukan dengan menggabungkan ketiga belitan transformator yang memiliki rating yang sama dengan mempertemukan ujung-ujungnya pada satu titik seperti terlihat pada gambar 2.24 di bawah ini.


(39)

I R

I T I S I N R

S

T N

PRIMER

Gambar 2.24 Transformator Hubungan-Y

Dalam hubungan-Y dengan memakai kawat netral dalam keadaan seimbang dapat kita ketahui sebagai berikut :

ph T S

R V V V

V = = = (Volt) ... (2.20)

ph TR

ST

RS V V V

V = = = 3 (Volt) ... (2.21)

ph T S R

L I I I I

I = = = = (Amp) ... (2.22)

Dimana: VL

V

= Tegangan line to line (Volt)

ph

I

= Tegangan phasa (Volt)

L

I

= Arus line to line (Amp)


(40)

2. Hubungan delta (Δ)

Hubungan delta ini juga mempunyai tiga buah belitan dan masing-masing memiliki rating yang sama dengan menghubungkannya berbentuk segitiga, seperti terlihat pada gambar 2.25.

Dalam hubungan delta pada keadaan seimbang dapat kita ketahui sebagai berikut :

R

T I

R

S IS

IT

I R - I T

I S-I R I T -IS

SEKUNDER

Gambar 2.25 Transformator Hubungan Delta

ph T S

R R I I

I = = = (Amp) ... (2.23)

ph L

S T T S T

R I I I I I I I

I − = − = − = = 3 (Amp) ... (2.24)

ph TR ST

RS V V V

V = = = (Volt) ... (2.25) Dimana : VL

V

= Tegangan line to line (Volt)

ph

I

= Tegangan phasa (Volt)

L

I

= Arus line to line (Amp)


(41)

Pada transformator tiga phasa selain terdapat dua hubungan belitan utama yaitu hubungan delta dan hubungan bintang. Ada empat kemungkinan lain hubungan transformator tiga phasa yaitu :

1. Hubungan YY Transformator tiga phasa

Hubungan YY pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada gambar 2.26 berikut ini :

. .

. .

. .

+

+ +

-a a'

b b'

c c'

Np1 Ns1

Ns2

Ns3 Np2

Np3

VLP VФp VФs VLS

Gambar 2.26 Transformator Hubungan YY

Pada hubungan Y-Y , tegangan primer pada masing-masing phasa adalah : 3

/

LP

P V


(42)

Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan perbandingan belitan transformator. Maka diperoleh perbandingan tegangan pada transformator adalah :

a V V V

V

S P LS

LP = =

φ φ 3 3

………..( 2. 27 )

Pada hubungan Y-Y ini jika beban transformator tidak seimbang maka tegangan pada phasa transformator tidak seimbang.

2. Hubungan YΔ Transformator tiga phasa

Hubungan YΔ pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada gambar 2.27 berikut ini :

. .

. .

. .

a a'

b b'

c c'

Np1 Ns1

Ns2

Ns3 Np2

Np3

VLP VLS

V p

VФs

Ф


(43)

Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan phasa primer VLP = 3VφP dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan tegangan phasa VLS = VΦS

a V

V V

V

S P

LS LP

3 3

= =

φ φ

. Sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada hubungan ini adalah sebagai berikut :

…………..( 2. 28 )

Hubungan ini lebih stabil dan tidak ada masalah dengan beban tidak seimbang dan harmonisa.

3. Hubungan ΔY Transformator tiga phasa

Hubungan ΔY pada transformator tiga phasa ditunjukkan pada gambar 2.28 berikut ini :

VLS

. .

. .

. .

+ +

-a a'

b

b' c

c'

Np1 Ns1

Ns2

Ns3 Np2

Np3

VLP V p V s

-Ф Ф


(44)

Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan phasa primer VLP = VΦP dan tegangan sisi sekunder VLS = 3VφS. Maka perbandingan

tegangan pada hubungan ini adalah :

a V

V V

V

S P

LS

LP 3

3 =

=

φ

φ ………( 2. 29 )

Hubungan ini memberikan keuntungan yang sama dan beda phasa yang sama seperti pada hubungan YΔ.

4. Hubungan ΔΔ Transformator tiga phasa

Hubungan ini dapat dilihat pada gambar 2.29 berikut ini :

VLS

. .

. .

. .

+ +

-a a'

b b'

c c'

Np1 Ns1

Ns2

Ns3 Np2

Np3

VLP V p

Vs

Ф


(45)

Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat dan tegangan phasa sama untuk primer dan sekunder transformator VLP = VΦP dan VLS = VΦS

a V V V V

S P LS

LP = =

φ φ

. Maka hubungan tegangan primer dan sekunder transformator adalah sebagai berikut :

………..( 2. 30 )

Perbedaan phasa pada hubungan ini tidak ada dan stabil terhadap beban tidak seimbang dan harmonisa.

II.7 SISTEM PENDINGIN TRANSFORMATOR

a. Pendingin Alamiah

1. Air Nutarul Cooling (AN) yaitu pendingin dengan tidak menggunakan bantuan apapun kecuali udara biasa.

2. Oil-Immersed Natural Cooling (ON) yaitu transformator dimasukkan ke dalam minyak transformator.

3. Oil-Immersed Forced-oil circulation With Natural Cooling (OFN) yaitu transformator dimasukkan ke dalam minyak yang dialirkan.

b. Pendingin Buatan (udara)

1. Oil-Immersed Forced-Oil Circulation With Air Blast Cooling (OFB) yaitu transformator dimasukkan ke dalam minyak yang dialirkan dengan udara yang dihembuskan.

2. Oil-Immersed Air Blast Cooling (OB) yaitu transformator dimasukkan dalam minyak dengan udara yang dihembuskan.


(46)

3. Air Blast Cooling (AB) yaitu pendingin dengan udara yang dihembuskan.

c. Pendingin Buatan (air)

1. Oil Immersed Water Cooling (OW) yaitu transformator dimasukkan dalam minyak dan pendingin juga dibantu dengan air.

2. Oil Immersed Forced-Oil-Circulation With Water Cooling (OFW) yaitu transformator dimasukkan dalam minyak yang dialirkan, pendingin juga dibantu dengan air.

II.8 KEGUNAAN TRANSFORMATOR

Dalam penggunaannya pada sistem tenaga listrik, transformator dapat digunakan sebagai berikut :

 Transformator Generator, digunakan di pembangkit untuk menaikkan tegangan generator menjadi tegangan yang lebih tinggi untuk keperluan transmisi daya listrik.

 Transformator Gardu Induk, digunakan untuk menurunkan tegangan tinggi dari suatu sistim transmisi ke suatu harga tegangan menengah untuk keperluan distibusi.

 Transformator Distribusi, digunakan untuk menurunkan tegangan menengah ke tegangan rendah untuk keperluan distribusi dan pemakaian.

 Transformator Pengukuran, digunakan untuk pengukuran listrik.

 Transformator-transformator Khusus, digunakan untuk tujuan khusus seperti pengaman (proteksi).


(47)

BAB III

TINJAUAN TENTANG TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

III.1 UMUM

Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat pembangkit listrik, saluran transmisi , dan sistem distribusi. Pemakaian energi yang diberikan kepada para pelanggan bukanlah menjadi tanggung jawab PLN. Suatu sistem distribusi yang menghubungkan semua beban terjadi pada stasiun pembantu atau substation, dimana dilaksanakan transformasi tegangan.

Pada jaringan distribusi, beban-beban yang terpasang ke sistem melalui transformator distribusi direncanakan memilki suatu beban yang setimbang. Tetapi pada kenyataannya, dalam jaringan distribusi beban yang terpasang kepada konsumen pada umumnya adalah beban satu phasa. Hal seperti inilah yang dapat menimbulkan sistem distribusi tiga phasa yang tidak setimbang. Akibat adanya beban tidak setimbang ini, maka besarnya arus tiap phasa tidak sama sehingga berdampak terhadap daya keluaran dari transformator tersebut yang akan mempengaruhi kemampuan transformator tersebut dalam melayani bebannya.

Pada umumnya pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pengguna tenaga listrik. Untuk mentransmisikan tenaga listrik dari pembangkit ini, maka diperlukan penggunaan tegangan tinggi 150 kV atau tegangan ekstra tinggi 500 kV. Setelah saluran

transmisi mendekati pusat pemakaian tenaga listrik, yang dapat merupakan suatu daerah industri atau suatu kota, tegangan melalui gardu induk diturunkan menjadi tegangan menengah 20 kV.


(48)

Tegangan menengah dari gardu induk ini melalui saluran distribusi primer untuk disalurkan ke gardu-gardu distribusi atau pemakai tegangan menengah. Dari saluran distribusi primer, tegangan menengah diturunkan menjadi tegangan rendah 400/230 V

melalui gardu distribusi. Tegangan rendah dari gardu distribusi disalurkan melalui saluran tegangan rendah ke komsumen tegangan rendah.

Pembangkit Listrik

Transformator Penaik

Transformator Penurun

TM

GI

GI TT/TET

Ke Pemakai TM Ke GD

GD TM

TR

kWH meter

Instalasi Pemakai TR

Pembangkit

Saluran Transmisi

Saluran Distribusi Primer

Saluran Distribusi Sekunder

Utilisasi


(49)

III.2 SISTEM TIGA FASA

Kebanyakan sistem tenaga listrik dibangun dengan sistem tiga fasa. Hal tersebut didasarkan pada alasan-alasan ekonomi dan kestabilan aliran daya pada beban. Alasan ekonomi dikarenakan dengan sistem tiga fasa, penggunaan penghantar untuk transmisi menjadi lebih sedikit. Sedangkan alasan kestabilan dikarenakan pada sistem tiga fasa daya mengalir sebagai layaknya tiga buah sistem fasa tunggal, sehingga untuk peralatan dengan catu tiga fasa, daya sistem akan lebih stabil bila dibandingkan dengan peralatan sistem satu fasa.

Sistem tiga fasa atau sistem fasa banyak lainnya secara umum akan memunculkan sistem yang lebih kompleks, akan tetapi secara prinsip untuk analisa sistem tetap mudah dilaksanakan. Sistem tiga fasa dapat digambarkan dengan suatu sistem yang terdiri dari tiga sistem fasa tunggal, sebagai berikut :

+ -+ + - -VR VS VT + + + - - -3 2π j Ve 3 2π j

VeV

Gambar 3.2 Sistem tiga fasa sebagai tiga sistem fasa tungga l

t V

VR = cosω ... (3.1)

      + = 3 2 cos ωt π V

VS ... (3.2)

      − = 3 2 cos ωt π V


(50)

Sedangkan bentuk gelombang dari sistem tiga fasa yang merupakan fungsi waktu ditunjukkan pada gambar berikut :

VR

VS

VT

VP

-VP

0,5

-0,5

Gambar 3.3 Bentuk gelombang pada sistem tiga fasa

Pada Gambar 3.3 tampak bahwa antara tegangan fasa satu dengan fasa yang lainnya mempunyai perbedaan sudut fasa sebesar 120o atau 2π/3. Pada umumnya fasa dengan sudut fasa 0o disebut sebagai sebagi fasa R, fasa dengan sudut fasa 120o disebut

sebagai fasa S dan fasa dengan sudut fasa 240o disebut sebagai fasa T. Perbedaan sudut

fasa tersebut pada pembangkit dimulai dari adanya kumparan yang masing-masing tersebar secara terpisah dengan jarak 120o.

III.2.1 Sistem Hubungan Wye (Y) dan Delta ()

Sistem Y merupakan sistem sambungan pada sistem tiga fasa yang menggunakan empat kawat, yaitu fasa R, S, T dan N. Sistem sambungan tersebut akan menyerupai huruf

Y yang memiliki empat titik sambungan, yaitu pada ujung-ujung huruf dan pada titk petemuan antara tiga garis pembentuk huruf. Sistem Y dapat dapat dilihat seperti pada Gambar 3.4(a) berikut ini :


(51)

ZT

ZR ZS

R S

T (a)

ZTR

R

S T

ZRS

ZST

(b)

Gambar 3.4 Sistem Hubungan Y dan sistem ∆

Sistem hubungan atau sambungan Y sering juga disebut sebagai hubungan bintang. Sedangkan pada sistem yang lain yang disebut sebagai sistem ∆, hanya menggunakan phasa R, S, dan T untuk hubungan dari sumber ke beban, sebagaimana

Gambar 3.4(b) di atas. Tegangan efektif antara phasa umumnya adalah 380 V dan

tegangan efektif phasa dengan netral adalah 220 V.

III.2.2 Sistem Hubungan Zig-Zag (Z)

Hubungan zig-zag adalah hubungan bintang dari kumparan-kumparan phasa suatu transformator phasa banyak, dimana tiap kumparan phasa dibentuk dari bagian-bagian yang mempunyai tegangan imbas yang phasanya bergeser. Pada sistem ini juga hanya menggunakan phasa R, S, dan T . Sistem hubungan zig-zag dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut ini :


(52)

Z

R

R

S

T

Z

S

Z

T

I

S

I

R

I

T

Gambar 3.5 Sistem Hubungan Zig-Zag (Z)

III.2.3 Beban Seimbang Terhubung Wye (Y)

Untuk sumber beban yang tersambung bintang (star) atau Y, hubungan antara

besaran listriknya adalah sebagai berikut :

3 line star

V

V = (Volt) ... (3.4)

line star I

I = (Amp) ... (3.5)

line line star star star I V I V Z 3 =

= (Ohm) ... (3.6)

star line star line line line star star

star I Z

Z V I V I V

S = × × = × = = × 2 ×

2 3 3

3 ... (3.7)

ϕ cos

S

P = (Watt) ... (3.8) ϕ

sin

S


(53)

III.2.4 Beban Tidak Seimbang Terhubung Wye (Y)

Pada sistem ini masing-masing fasa akan mengalirkan arus yang tak seimbang menuju netral (pada sistem empat kawat). Sehingga arus netral merupakan penjumlahan secara vektor arus yang mengalir dari masing-masing fasa.

R

S

T N

IR

IS

IT

Gambar 3.6 Beban tidak seimbang terhubung bintang empat kawat

R RN R

Z V

I = (Amp) ... (3.10)

S SN S

Z V

I = (Amp) ... (3.11)

T TN T

Z V

I = (Amp) ... (3.12)

T S R

N I I I


(54)

III.3 DAYA DALAM SISTEM TIGA PHASA

Daya sesaat pada suatu sumber sinusoida satu phasa juga berbentuk sinusoida dengan frekwensi dua kali frekwensi sumbernya. Maka :

(

ϖ θ

)

θ − −

=VI Cos VI Cos t

P 2 (Watt)………(3.14)

Persamaan 3.14 di atas dapat diterapkan pada setiap phasa dalam suatu sistem tiga phasa seimbang. Satu-satunya perubahan yang diperlukan adalah adanya pergeseran phasa 120o

(

ϖ θ

)

θ − −

=V I Cos V I Cos t

PR p p p p 2

di antara phasa-phasanya itu. Sesuai dengan hal tersebut, untuk masing-masing phasa dapat ditulis :

(Watt)………..(3.15)

(

o

)

p p p

p

S V I Cos V I Cos t

P = θ − 2ϖ −θ −120 (Watt)………...(3.16)

(

o

)

p p p

p

T V I Cos V I Cos t

P = θ − 2ϖ −θ −240 (Watt)………...(3.17) Dengan phasa R dipilih sebagai phasa acuan, Vp dan Ip

(

)

(

)

(

)

[

]

) 18 . 3 ....( ... ... ... ... ... ... ... ) ( 3 240 2 120 2 2 3 Watt Cos I V P t Cos t Cos t Cos I V Cos I V P P P P P p p o o p p p p T S R θ θ ϖ θ ϖ θ ϖ θ = − − + − − + − − = + + =

menyatakan nilai-nilai efektif tegangan phasa, dan arus phasanya serta θ menyatakan sudut impedansi beban tiga phasa seimbang yang menyerap daya. Jadi daya sesaat keseluruhannya adalah :

Untuk suatu sistem tiga phasa yang dihubungkan secara Y, maka :

p

l V

V = 3 (Volt) ……….(3.19) p

l I

I = (Amp)...………...(3.20) Untuk suatu sistem tiga phasa yang dihubungkan secara ∆, maka :

p l V


(55)

p

l I

I = 3 (Amp)...(3.22) Untuk hubungan Y, dengan menggunakan persamaan 3.19 dan 3.20, maka didapatkan :

θ θ V I Cos Cos

I V

P l l l

l

3 3

3 =

= (Watt)………..(3.23)

Untuk hubungan Δ, dengan menggunakan persamaan 3.21 dan 3.22 maka didapatkan : θ

θ VI Cos Cos

I V

P l l

l

l 3

3

3 =

= (Watt)..………(3.24)

Tampak bahwa kedua pernyataan diatas menunjukkan bahwa daya dalam suatu

sistem tiga phasa adalah sama, baik untuk hubungan Y ataupun Δ bila dayanya dinyatakan dalam besaran-besaran salu ran ( line ). Tetap i p erlu diin g at bahwa θ menyatakan sudut impedansi beban perphasa dan bukan sudut antara Vl dengan Il

Karena arus yang mengalir merupakan arus bolak-balik, maka fluks yang terbentuk pada inti akan mempunyai arah dan jumlah yang berubah-ubah. Jika arus yang mengalir berbentuk sinusoidal, maka fluks yang terjadi akan berbentuk sinusoidal pula. Karena fluks tersebut mengalir melaui inti yang mana pada inti tersebut terdapat belitan

.

III.4 TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

Transformator distribusi yang umum digunakan adalah transformator step-down

20KV/400V. Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan tegangan rendah adalah 380 V.

Karena terjadi drop tegangan, maka pada rak tegangan rendah dibuat di atas 380 V agar

tegangan pada ujung penerima tidak lebih kecil dari 380 V.Pada kumparan primer akan

mengalir arus jika kumparan primer dihubungkan ke sumber tegangan bolak-balik, sehingga pada inti tansformator yang terbuat dari bahan ferromagnet akan terbentuk sejumlah garis-garis gaya magnet (fluks = φ ).


(56)

primer dan sekunder, maka pada belitan primer dan sekunder tersebut akan timbul ggl (gaya gerak listrik) induksi, tetapi arah ggl induksi primer berlawanan dengan arah ggl induksi sekunder. Sedangkan frekuensi masing-masing tegangan sama dengan frekuensi sumbernya. Hubungan transformasi tegangan adalah sebagai berikut :

a N N E

E

= =

2 1 2

1

... (3.25)

Dimana : E1 = ggl induksi di sisi primer (volt)

2

E = ggl induksi di sisi sekunder (volt)

1

N = jumlah belitan sisi primer (turn)

2

N = jumlah belitan sisi sekunder (turn)


(57)

III.4.1 Spesifikasi Umum Tegangan Primer Transformator Distribusi

Tegangan primer sesuai dengan tegangan nominal sistem pada jaringan tegangan menengah (JTM) yang berlaku dilingkungan ketenagalistrikan yaitu 6 KV dan 20 KV. Dengan demikian ada dua macam transformator distribusi yang dibedakan oleh tegangan primernya, yaitu :

a. Transformator distibusi bertegangan primer 6 KV b. Transformator distribusi betegangan primer 20 KV Catatan :

Pada sistem distribusi tiga phasa, 4 kawat, maka transformator phasa tunggal yang dipasang tentunya mempunyai tegangan pengenal

KV

KV 12

3

20 =

III.4.2 Spesifikasi Umum Tegangan Sekunder Transfomator Distribusi

Tegangan sekunder ditetapkan tanpa disesuaikan dengan tegangan nominal sistem jaringan tegangan rendah (JTR) yang berlaku dilingkungan PLN (127 V & 220 V untuk sistem phasa tunggal dan 127/220 V dan 220/380 V untuk sistem tiga phasa), yaitu 133/231 V dan 231/400 V (pada keadaan tanpa beban). Dengan demikian ada empat macam transformator distribusi yang dibedakan oleh tegangan sekundernya, yaitu :

a. Transformator distribusi bertegangan sekunder 133/231 V b. Transformator distribusi bertegangan sekunder 231/400 V

c. Transformator distribusi bertegagan sekunder 133/231 V dan 231/400 V yang dapat digunakan secara serentak (simultan).


(58)

Catatan :

Bilamana dipakai tidak serentak maka dengan bertegangan sekunder 231/400 V daya transformator tetap 100 % daya pengenal, sedang dengan tegangan sekunder 133/231 V dayanya hanya 75 % daya pengenal.

d. Transformator distribusi bertegangan sekunder 133/231 V dan 231/400 V yang digunakan terpisah.

III.4.3 Spesifikasi Umum Penyadapan (Taping) Transformator Distribusi

Ada tiga macam penyadapan tanpa beban (STB), yaitu : a. Sadapan tanpa beban tiga langkah : 21 ; 20 ; 19 KV

b. Sadapan tanpa beban lima langkah : 22 ; 21 ; 20 ; 19 ; 18 KV c. Sadapan tanpa beban lima langkah : 21 ; 20,5 ; 20 ; 19,5 ; 19 KV

Penyadapan dilakukan dengan pengubah sadapan (komutator) pada keadaan tanpa beban pada sisi primer.

Catatan :

Nilai-nilai tegangan sadapan, khususnya penyadapan utama (principle tapping), adalah nilai-nilai yang bersesuaian dengan besaran-besaran pengenal (arus, tegangan, daya).

III.4.4 Spesifikasi Umum Daya Pengenal Transformator Distribusi

Nilai-nilai daya pengenal tranformator distribusi yang lebih banyak dipakai dalam SPLN 8° : 1978 IEC 76 – 1 (1976) seperti pada tabel 3.1, sedang yang bertanda * adalah nilai-nilai standar transformator distribusi yang dipakai PLN.


(59)

Tabel 3.1 Nilai Daya Pengenal Transformator Distribusi

KVA KVA KVA

5 6,3 8 10 12,5 16* 20 25* 31,5 40 50* 63 80 100* 125 160* 200* 250* 315* 400* 500* 630* 800* 1000* 1250* 1600* dst

III.4.5 Spesifikasi Umum Rugi-rugi Transformator Distribusi

Berbagai nilai dari rugi-rugi transformator distribusi menurut SPLN 50 tahun 1997 dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2 Nilai Rugi-rugi Transformator Distribusi KVA Rating Rugi Besi (Watt) Rugi Tembaga (Watt) 25 50 100 160 200 315 400 680 800 1000 1250 1600 115 190 320 400 550 770 930 1300 1950 2300 2700 3300 700 1100 1750 2000 2850 3900 4600 6500 10200 12100 15000 18100


(60)

III.5 KLASIFIKASI BEBAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

Tujuan utama dari adanya alat transformator distribusi dalam sistem tenaga listrik adalah untuk mendistribusikan tenaga listrik dari gardu induk ke sejumlah pelanggan atau konsumen. Pada Tabel 3.3 berikut ini adalah klasifikasi pelanggan listrik yang dilayani oleh PLN :

Tabel 3.3 Klasifikasi Beban Pelanggan Listrik PLN Beban Yang Dilayani No Golongan Tarif Batas Daya

TARIF S ( Sosial )

1 S-1 / TR 220 VA

2 3 4 5 6

S-2 / TR S-2 / TR S-2 / TR S-2 / TR S-2 / TR

450 VA 900 VA 1300 VA 2200 VA

> 2200 VA s/d 200 KVA S-3 / TM > 200 KVA

TARIF R ( Perumahan )

1 R-1 / TR s/d 450 VA

2 R-1 / TR 900 VA

3 R-1 / TR 1300 VA

4 R-1 / TR 2200 VA

5 R-2 / TR > 2200 VA – 6600 VA

6 R-3 / TR > 6600 VA

TARIS B ( Bisnis )

1 B-1 / TR s/d 450 VA

2 B-1 / TR 900 VA

3 B-1 / TR 1300 VA

4 B-1 / TR 2200 VA

5 B-2 / TR > 2200 VA s/d 200 KVA

6 B-3 / TM > 200 KVA

1 I-1 / TR s/d 450 VA


(61)

TARIF I ( Industri )

3 I-1 / TR 1300 VA

4 I-1 / TR 2200 VA

5 I-1 / TR > 2200 VA s/d 14 KVA 6 I-2 / TR > 14 KVA s/d 200 KVA

7 I-3 / TM > 200 KVA

8 I-4 / TT > 30000 KVA

TARIF P ( Perkantoran )

1 2 3 4 5

P-1 / TR P-1 / TR P-1 / TR P-1 / TR P-1 / TR

s/d 450 VA 900 VA 1300 VA 2200 VA

> 2200 VA s/d 200 KVA P-2 / TM > 200 KVA

P-3 / TR LPJU

Keterangan :

S = Pelanggan Listrik Sosial R = Pelangga n Listrik Perumahan B = Pelanggan Listrik Bisnis I = Pelanggan Listrik Insdustri P = Pelanggan Listrik Perkantoran TR = Tegangan Rendah

TM = Tegangan Menengah TT = Tegangan Tinggi


(62)

III.6 LOSSES PADA SALURAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

Yang dimaksud dengan losses adalah perbandingan antara energi listrik yang

disalurkan (PS) dengan energi listrik yang terpakai (PP).

% 100

× − =

S P S

P P P

Losses ... (3.26)

III.6.1 Losses Pada Penghantar Fasa

Jika suatu arus mengalir pada suatu penghantar, maka pada penghantar tersebut akan terjadi rugi-rugi energi menjadi energi panas karena pada penghantar tersebut terdapat resistansi. Rugi-rugi dengan beban terpusat di ujung dirumuskan :

V

∆ = I

(

Rcosϕ + Xsinϕ

)

l (Volt) ... (3.27)

P

∆ = 3I2 Rl (Watt) ... (3.28)

Sedangkan jika beban terdistribusi merata di sepanjang saluran, maka rugi-rugi energi yang timbul adalah :

V

∆ = I

(

Rcosϕ Xsinϕ

)

l

2

2

+ 

   

(Volt) ... (3.29)

P

∆ = I Rl

2 2

3 

   

(Watt) ... (3.30)

Dengan : I = arus yang mengalir pada penghantar (ampere)

R = tahanan penghantar (ohm/km)

X = reaktansi penghantar (ohm/km)


(63)

III.6.2 Losses Akibat Beban Tidak Seimbang

Akibat pembebanan di tiap fasa yang tidak seimbang, maka akan mengalir arus pada penghantar netral. Jika di hantaran penghantar netral terdapat nilai tahanan dan dialiri arus, maka penghantar netral akan bertegangan yang menyebabkan tegangan pada transformator menjadi tidak seimbang.

Arus yang mengalir di sepanjang kawat netral akan menyebabkan rugi-rugi daya sebesar :

N N R

I P = 2

∆ (Watt)... (3.31)

III.6.3 Losses Pada Sambungan Tidak Baik

Losses ini terjadi karena di sepanjang jaringan tegangan rendah terdapat beberapa

sambungan, antara lain :

1. Sambungan saluran jaringan tegangan rendah dengan kabel NYFGBY. 2. Percabangan saluran jaringan tegangan rendah.

3. Percabangan untuk sambungan pelayanan.

I I

R R


(64)

Besarnya rugi-rugi daya pada sambungan dirumuskan :

P

∆ = I2 R ... (3.32) Dimana : P = losses yang timbul pada konektor (watt)

I = arus yang mengalir melalui konektor (ampere)

R = tahanan konektor (ohm)

III.7 REGULASI TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

Regulasi tegangan transformator didefinisikan sebagai perubahan pada tegangan terminal sekunder transformator yang dinyatakan dalam persentase (atau dalam per unit) terhadap tegangan nominal sekunder pada saat berbeban dengan faktor daya yang dapat berkurang hingga nol.

Jika V2 adalah tegangan terminal sekunder untuk setiap beban dan E2

Sekunder Nomiinal

Tegangan

V E

VR = 2 − 2

adalah tegangan terminal sekunder pada saat tanpa beban. Dan dengan beban tertentu dan faktor daya tertentu, maka regulasi tegangan transformator dapat dirumuskan sebagai berikut :

...………….. (3.33)

Tegangan nominal sekunder transformator adalah sama dengan tegangan tegangan terminal transformator pada saat berbeban yaitu V2

) ( ) ( ) ( FL S FL S NL S R V V V

V = −

. Jadi persamaan 3.33 di atas dapat dituliskan sebagai berikut :

dalam per unit...(3.34)

% 100 ) ( ) ( ) ( × − = FL S FL S NL S R V V V V ……..………..(3.35)


(65)

Dimana :

VS(NL) = Tegangan terminal sekunder pada saat tanpa beban (Volt)

VS(FL) = Tegangan terminal sekunder untuk setiap beban (Volt)

VR rugi rugi P P P P out out in out − Σ + = = η

= Regulasi tegangan transformator ( % )

III.8 EFISIENSI TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

Efisiensi dinyatakan sebagai :

...(3.36)

atau :

0 0 100 X P P in out = η ...(3.37) dimana : POut = Daya keluaran (Watt)

PIn = Daya masukan (Watt)

∑ rugi-rugi = Pcu + Pi Pcu = Rugi tembaga (Watt)

Pi

1. Perubahaan efisiensi terhadap beban = Rugi inti (Watt)

Perubahaan efisiensi terhadap beban dinyatakan sebagai :

2 2 2 2 2 cos cos I Pi R I V V ek + + = φ φ η


(66)

0 2 2 2 2 =     + I P R I dI d i ek Jadi, 2 2 2 I P R i ek = cu ek i I R P

P = 2 =

2 2

Artinya, untuk beban tertentu, efisiensi maksimum terjadi ketika rugi tembaga = rugi inti.

2 . Perubahan efisiensi terhadap factor kerja (Cos Ф) beban

Perubahan efisiensi terhadap factor kerja (Cos Ф) beban dapat dinyatakan

sebagai : rugi I V rugi ∑ + ∑ − = φ η cos 1 2 2 2 2 2 2 / cos / 1 I V rugi I V rugi ∑ + ∑ − = φ η

Bila ∑ rugi / V2 I2

maka,

= X = konstan

X X + − = φ η cos

1 =

φ φ cos / 1 cos / 1 X X + −


(67)

BAB IV

STUDI TENTANG KUALITAS KINERJA TRANSFORMATOR

DISTRIBUSI DALAM MELAYANI BEBAN

IV.1 UMUM

Transformator distribusi merupakan suatu alat yang memegang peranan penting dalam sistem distribusi daya listrik.Transformator distribusi mengubah tegangan menengah 20 KV menjadi tegangan rendah 400/230 V. Transformator distribusi pada dasarnya adalah tiga transformator satu phasa yang bekerja bersama dan dilayani oleh suatu sistem tiga phasa dan dapat melayani beban tiga phasa atau beban satu phasa pada masing-masing phasanya.

Suatu transformator distribusi yang mempunyai kualitas baik,jika transformator tersebut mempunyai nilai efisiensi yang tinggi dan mempunyai nilai rugi-rugi yang kecil pada saat melayani beban. Semakin besar efisiensi suatu transformator serta rugi-rugi yang ditimbulkannya pada saat melayani beban semakin kecil, maka kualitas transformator tersebut semakin baik dan begitu juga sebaliknya. Regulasi tegangan transformator adalah suatu bentuk kualitas tegangan dari suatu transformator pada sisi beban. Semakin besar regulasi tegangan dari suatu transformator maka semakin buruklah kualitas tegangan pada sisi beban transformator tersebut dan begitu juga sebaliknya. Sehingga perlu dilakukan pengukuran efisiensi transformator serta regulasi tegangannya untuk mengetahui kulitas kinerja transformator tersebut dalam melanyani beban,baik beban yang seimbang dan maupun tak seimbang.


(68)

IV.2 PERSAMAAN YANG DIGUNAKAN DALAM PERHITUNGAN

Persamaan-persamaan yang digunakan untuk menganalisa kualitas kinerja transformator distribusi dalam melayani beban adalah sebagai berikut :

IV.2.1 Perhitungan Persentase Beban Yang Dilayani

Besarnya persentase kenaikan beban yang dilayani dapat dihitung dengan :

% 100

× =

Trafo Beban

KVA KVA

Beban ………..………(4.1)

IV.2.2 Perhitungan Regulasi Tegangan Transformator

Pengaturan tegangan suatu transformator ialah perubahan tegangan sekunder antara beban nol dan pada saat berbeban untuk suatu faktor kerja tertentu, dengan tegangan primer konstan. Dan dengan beban tertentu dan faktor daya tertentu, maka regulasi tegangan transformator dapat dirumuskan sebagai berikut:

( ) ( )

( )

% 100

× −

=

FL S

FL S NL S R

V V V

V ………..(4.2)

Dimana :

VS(NL) = Tegangan terminal sekunder pada saat tanpa beban (Volt)

VS(FL) = Tegangan terminal sekunder untuk setiap beban (Volt)

VR = Regulasi tegangan transformator ( % ) IV.2.3 Penyaluran Daya Pada Transformator

Daya pada transformator tiga phasa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (4.3), yaitu :

P = 3 V I Cos φ...(4.3) Dimana :


(1)

- Daya pengenal (untuk transformator

belitan banyak ganda, daya pengenal tiap betitan harus diberikan, Kombinasi pembebanan harus ditunjukkan pula, jika tidak daya pengenal satah satu belitan merupakan jumlah daya pengenal belitan lainnya);

- Frekuensi pengenal; - Tegangan pengenal; - A r u s p e n g e n a l ;

- Lanrbang hubunganikelorlpok vektor;

- Tegangan impedans nilai terukur pada arus pengenal dan pada suhu acuan; - N i l a i k e n a i k a n s u h u b e l i t a n d a n m i n y a k b a g i a n a t a s ;

- Berat keseluruhan; - B e r a t m i n y a k is o l a s i ;

- J e n i s m i n y a k y a n g d i g u n a k a n m i s a l S h e l l D i a l a B ;

- Diagram hubungan (dalam hal lambang hubungan tidak dapat memberikan informasi lengkap mengenai hubungan di dalam transformator). Bila hubungan dapat diubah dalarn transformator, m a k a h u b u n g a n y a n g te l a h d i b u a t h a r u s d i p e r l i h a t k a n .

I2.l Itrforntusi tutttbohan

Informasi yang perlu ditanrbahkan pada hal-hal tertentu adalah sebagai berikut : - f ingkat isolasi (berlaku untuk belitan dengan tegangan pengenal

mulai dari 3,6 kV keatas dan untuk ujung netral belitan dengan isolasi tak seragam);

- K e l a s s u h u is o l a s i ; - R i n c i a n s a d a p a n

Rincian sadapan memuat informasi sebagai berikut : l ) B e l i t a n y a n g d i l e n g k a p i s a d a p a n h a r u s t e f t e r a ;

2)

ffiffi:.T;r:::jil

ffi:i:'*on

ntengenai

besarnva

tegangan

sadapan,

arus

sadapan

dan

3 ) N i l a i i m p e d a n s h u b u n g - s i n g k a t p a d a s a d a p a n e k s t r i m d a n s a d a p a n u t a m a , d a n s u a t u in d i k a s i belitan terhadap impedansi yang bersangkutan;

(a) Bila ada, informasi mengenai kemampuan transformator untuk beroperasi pada tegangan yang lebih besar dari l0-5 % tegangan sadapan, atau untuk sadapan utama, 105 % lebih besar dari t e g a n g a n p e n g e n a l n y a ( l i h a t s u b - a y ' a t 5 . 4 d a n S P L N 8 - 4 : 1 9 9 1 s u b - a y a t 3 . 7 ) ;

Catatan :

Ittlitrnlilsi y':mg lcbih rinci dapat dibcrikan pada pclat nama atau pclat khusus, atas kcscpakatan antara pabrikan dan p c r r t b c l i ll i l a p c r l t r . d a l l a r k a r a k t c r i s t i k d a p a t d i b c r i k a n p a d a p c l a t k h u s u s . s c d a p a t n r u n g k i n d a l a n r b c n t u k t a b c l .


(2)

S P L N 5 0 : 1 9 9 7

PASAL 6. PBNGTIJIAN

1 3 . P e n g u j i a n I3.I Uji jenis nrcliPuti:

Ujijenis transformator distribusi meliputi : - Pemeriksaan sifat tamPak;

- Pengukuran dimensi, konstruksi, jarak udara dan jarak rambut busing; - Pengukuran tahanan belitan;

- pengukuran hasil bagi tegangan dan pemeriksaan hubungan vektor pengenal; - Pengukuran tegangan impedans (sadapan utama), dan rugi berbeban; - Pengukuran rugi tanpa beban dan arus tanpa beban;

- Pengujian kenaikan suhu;

- Pengujian dielektrik yang meliputi :

l) pengujian ketahanan frekuensi kerja waktu singkat pengenal (tegangan terapan); 2) pengujian ketahanan impuls petir;

3) pengujian tegangan lebih induksi. - Pengukuran tingkat bunyi akustik;

- p e n g u j i a n h u b u n g - s i n g k a t ( k e m a m p u a n u n t u k m e n a h a n h u b u n g - s i n g k a t ) ;

- pengujian enerjais beban nol pacla 105 % tegangan pengenal selama 2 jam setelah uji kenaikan s u h u ;

- Pengujian tegangan tembus minyak

- Pengujian kebocoran tangki pada tekanan 0,5 bar selama I jam; - Pengujian alat pengaman (bila ada).

pengujian yang harus dilakukan terhadap sebuah transformator, yang mewakili transformator yang sejenis untuk menunjukkan bahwa transformator jenis ini memenuhi persyaratan yang ditentukan yang tidak tercakup pada uji r u t i n .

Sebuah transformator dapat dinyatakan mewakili transformator lainnya bila transformator tersebut identik satu s a m a l a i n , b a i k n i l a i p e n g e n a l m a u p u n k o n s t r u k s i n y a y a i t u :

- Daya pengenal harus sama; - Toleransi n i l a i im P e d a n s + l0 o/o:

- 'Iegangan tcrtinggi (Um) baik sisi tegangan tinggi maupun sisi tegangan rendah harus sama;r) - R u g i - r u g i ( l o s s e s ) h a r u s s a m a d e n g a n t o l e r a n s i + 1 0 %;*)

- Bahan dasar. desain, konstruksi, berat total dan berat minyak harus sama;

- Jenis. d i m e n s i d a n le t a k b u s i n g t e q a n g a n t i n g g i m a u p u n t e g a n g a n r e n d a h h a r u s s a m a ; - Dimensi t a n g k i d a n p e n d i n g i n h a r u s m e n d e k a t i s a m a :

- K e l o m p o k v c k t o r s a m a . t e t a p i b c r b e d a p e n u n j u k a n lonccng ( b i l a n g a n j a m ) misal : D1'n5 - Dyn l l. B i l a s e b u a h t r a n s f o r n i a t o r t i d a k s e s u a i d e n g a n k o n d i s i t e r s e b u t m a k a t r a n s l b r m a t o r h a r u s d i u j i j e n i s .

r0


(3)

13.2. Uji liltusus meliputi :

Uji khusus transformator distribusi meliputi :

- Pengukuran impedans urutan nol pada transformator fase-tiga; - Pengukuran harmonik pada arus tanpa beban.

13.3 Uji Rutin

Lihat Sub ayat 9.1.1 SPLN 8 - I: I99I 13.4 Uji seroh terima

Prosedur uji serah terima adalah : - Persyaratan :

- Transformator yang akan diserahkan harus lulus ujijenis.

- Transformator yang akan diserahkan harus lulus uji rutin pabrik dan dilengkapi laporan pengujiannya.

- Mata uji : - Mata uji pengujian serah terima sesuai dengan uji rutin dan disaksikan oleh PLN. - Jumlah contoh uji adalah l0% darijumlah yang akan diserahterimakan dengan jumlah minimum I

(satu) buah, pada kelompok tersebut. 13.5 Uji lapongan.

M a t a u j i p e n g u j i a n l a p a n g a n m e l i p u t i : (a) pengukuran tahanan isolasi; (b) pengukuran hasil bagi tegangan;

(c) pcngujian kelompok vektor dan polaritas; (d) pengujian tegangan tembus minyak: (e) pengujian enerjais beban nol selama 24 jam.

' C o n t o h : ' l ' r : u r s l b r m a t o r l)istribusi 20 kV -4(X).. V ( l ] 2 ) d c n g a n ' l ' r a n s l i r r m a t o r l ) i s t r i h u s i 2 0 k V - 2 l t V d u n 4 ( X ) V ( l l l . l t 2 ) d c n g a n kclompok l'cktor vilng sanla dianggap I jcnis translbrnratrrr.

t l


(4)

S P L N 5 0 : 1 9 9 7

(kosong)

t2


(5)

LAIVIPIRAN

. A

l.Ial-hal yang perlu diperhatikan dalam pemesanan

D a l a m S P t - N 8 A : 1 9 7 8 (P u b l i k a s i I E C 7 6 - l ) , h a l - h a l y a n g p e r l u diperhatikan d a l a m p e m e s a n a n t r a n s f b r m a r o r diuraikan sclengkapnya (termasuk persyaratan kerja paralel) pada Lampiran A.

B e r i k u t in i a d a l a h h a l - h a l te r p e n t i n e y a n g p e r l u d i p e r h a t i k a n c l a l a m p e m e s a n a n t r a n s f b r m a t o r d i s t r i b u s i y a n g m e m p u n y a i t e g a n g a n t e r l i n g g i ( u n t u k p e r a l a t a n ) 2 4 k V a t a u k u r a n g , b a i k m e l a l u i i m p o r m a u p u n p e m b e l i a n d a l a m negeri.

l . N i l a i p e n g e n a l d a n d a t a u m u m I.l Spestfikasi normul

- Spesifikasi berdasarkan standar-standar IEC sebagaimana ditegaskan

dalam standar ini: - Transformatorbelitan-terpisah atauototransformator;

- Transformator fase-tiga atau fase-tunggal; - Sistem fase-tiga, atau fase-tunggal; - F r e k u e n s i ;

- T r a n s f o r m a t o r t e r e n d a m - m i n y a k ( m i n y a k m i n e r a l ) ; - Pasangan dalanr atau luar;

- Daya pengenal (kVA);

- T'egangan pengenal (belitan primer dan sekunder); - Penyadapan tanpa beban;

- Tingkat Isolasi Dasar;

- Lambang hubungan atau kelompok vektor; l

- P e m a s a n g a n , p e r a k i t a n , p e n g a n g k u t a n d a n p e n a n g a n a n n y a ; - Dan lain-lain yang dianggap perlu.

1.2 Spesilikasi kltusus

Sebagai spesifikasi khusus mungkin diperlukan informasi tambahan mengenai pelbagai hal antara lain : - Untuk uji tegangan denyut (impuls), apakah diperlukan uji dengan gelombang

terpancung; - Karakteristikhubung-singkat;

- Dan lain-lain seperti diuraikan pada Pasal Lima, Sub-ayat 19.3 mengenai uji khusus. 2. Persyaratan kerja-paralel

Bilamana transformator akan diparalel dengan sistem yang ada, perlu diperhatikan dan ditegaskan hal-hal berikut :

- Daya pengenal;

- Hasil bagi tegangan pengenal;

- Hasil bagi tegangan pada penyadapan yang lain dari penyadapan utama; - Rugi beban pada arus dan tegangan pengenal pada penyadapan utama,

yang dikoreksi sesuai dengan suhu rujukan (reference temperature);

- Tegangan impedans pada arus pengenal (pada penyadapan utama); - Impedans hubung-singkat pada pelbagai kedudukan penyadapan; - Diagram hubungan atau lambang hubungan atau keduanya.

l 3


(6)

Picture. The tap changer a transformation

The tap changer starts at tap position 2, with load supplied directly via the right hand

connection. Diverter resistor A is short-circuited, diverter B is unused.If the tap changer

is moved to tap 3, the following sequence occurs:

1.

Switch 3 closes, an off-load operation.

2.

Rotary switch turns, breaking one connection and passing load current through

diverter resistor A.

3.

Rotary switch continues to turn, connecting between contacts A and B. Load now

supplied via diverter resistors A and B, winding turns bridged via A and B.

4.

Rotary switch continues to turn, breaking contact with diverter A. Load now

supplied via diverter B alone, winding turns no longer bridged.

5.

Rotary switch continues to turn, shorting diverter B. Load now supplied directly

via left hand connection. Diverter A is unused.

6.

Switch 2 opens, an off-load operation.

The animation then shows the tap changer returning to its starting position by reversing

the above sequence of operations.