Muhammad Wahyudi, S.Si bin M syabri, umur 42 tahun, agama

  

S A L I N A N P U T U S A N

  Nomor : 8/Pdt.G/2017/PA.Kras DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

  Pengadilan Agama Karangasem yang memeriksa dan mengadili pada tingkat pertama dalam persidangan Majelis Hakim telah menjatuhkan putusan atas perkara cerai gugat yang diajukan oleh:

  Lely Wahyuningsih, S.Si binti Nurlen, umur 33 tahun, agama

  Islam,pekerjaan PNS ( pada Bagian Humas dan Protokoler ) Sekda Kab. Karangasem, bertempat tinggal di Br. Dinas Kecicang Bali Blok C, Kelurahan Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, sebagai Penggugat;

  M e l a w a n

  Muhammad Wahyudi, S.Si bin M syabri, umur 42 tahun, agama

  Islam, pekerjaan PNS ( pada UPTD Puskesmas Karangasem I ), bertempat tinggal di Br. Dinas Kecicang Bali Blok B. No. 21, Kelurahan Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, selanjutnya disebut sebagai Tergugat ;

  Pengadilan Agama tersebut; Telah membaca dan meneliti berkas perkara yang bersangkutan; Telah mendengar keterangan Penggugat dan Tergugat di Persidangan ; Telah memeriksa bukti bukti Penggugat di persidangan ;

  TENTANG DUDUK PERKARA Bahwa Penggugat dengan surat gugatannya bertanggal 21 Maret 2017 yang telah mengajukan cerai gugat dan gugatan tersebut telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Karangasem dengan register Nomor : 8/Pdt.G/2017/PA.Kras yang isi pokoknya sebagai berikut : 1.

  Bahwa pada tanggal 21 September 2005 ( 17 Sya’ban 1426) telah dilangsungkan pernikahan antara Penggugat dengan Tergugat yang dilaksanakan dan dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara sebagaimana tercatat dalam Buku Nikah Seri : CE Nomor : 549/45/IX/2005 Tanggal 22 September 2005 ; 2. Bahwa pada waktu akad nikah dilaksanakan, Penggugat berstatus Perawan dan Tergugat berstatus Jejaka; 3. Bahwa setelah menikah, Penggugat dan Tergugat tinggal di rumah kediaman Tergugat di Br. Dinas Kecicang Bali Blok B. No. 21 Kel.

  Bungaya Kangin, Kec. Bebandem dari Bulan Oktober 2005; 4. Bahwa selama masa perkawinan, Penggugatdan Tergugat telah bergaul sebagaimana layaknya suami-isteri (ba’da dukhul), dan dikaruniai anak yang bernama :

  • Riza Wahyu Aufa, laki-laki, lahir pada tanggal 20 Agustus 2006;

  Anak tersebut saat ini tinggal bersama Penggugat ; 5. Bahwa kebahagiaan yang dirasakan Penggugat setelah berumah tangga dengan Tergugat hanya berlangsung sampai dengan bulan November tahun 2012, karena sejak bulan berikutnya ketenteraman rumah tangga antara Penggugatdan Tergugat sering terjadi perselisihan, yang penyebabnya antara lain:

  Karena Kegiatan Tergugat dalam melaksanakan ibadah agama

  • dan dilaksanakan hampir tiap malam dan pulang dari kegiatan agama tersebut larut malam atau dini hari dan terkadang anak Penggugat dan Tergugat dibawa ; Adanya pihak-pihak yang tidak berkepentingan yang mengetahui
  • masalah antara Penggugat dan Tergugat yang pada akhirnya Penggugat mengetahui pihak-pihak tersebut mendapatkan cerita dari Tergugat sendiri; Sudah tidak ada komunikasi aktif lagi selalu bertengkar dan saling
  • menghindar; Merasa tidak tenang di rumah karena kuatir terjadi pertengkaran
  • lagi;

  Jika terjadi pertengkaran maka anak Penggugat dan Tergugat

  • selalu menangis, terkadang terdiam/bengong dan ketakutan ; 6.

  Bahwa antara Penggugat dan Tergugat telah dikaruniai seorang anak yang mumayyiz (belum Baliqh) maka Penggugat mohon agar anak tersebut berada dibawah perawatan dan pengasuhan Penggugat; 7.

  Bahwa pertengkaran ini juga menyebabkan sudah tidak melakukan hubungan suami istri sejak Tahun 2013 ( 3 (tiga) tahun yang lalu ) meskipun Penggugatdan Tergugat masih satu rumah;

  8. Bahwa atas permasalahan dan kemelut rumah tangga yang dihadapi, Penggugat dan Tergugat telah mencoba memusyawarahkan dengan keluarga Penggugat dan Tergugat untuk mencari penyelesaian dan demi menyelamatkan perkawinan, namun usaha tersebut tidak membuahkan hasil;

  9. Bahwa puncak perselisihan terjadi pada bulan November tahun 2015 antara Penggugat dan Tergugat disebabkan hal yang sama, dan sejak itu antara Penggugatdan Tergugat telah pisah rumah; 10. Bahwa mulai Oktober 2015 atau 18 (delapan belas) bulan yang lalu Tergugat telah tidak memberikan nafkah wajib kepada Penggugat dan anak ;

  11. Bahwa Penggugat dan Tergugat merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan telah melakukan Pembinaan Pegawai oleh Tim Pertimbangan Kepegawaian Pemerintah Kabupaten Karangasem untuk melalukan izin cerai dan telah medapatkan persetujuan (izin untuk melakukan perceraian) dari Bupati Karangasem; 12. Bahwa ikatan perkawinan antara Penggugat dan Tergugat sebagaimana yang diuraikan diatas sudah sulit dibina untuk membentuk suatu rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah sebagaimana maksud dan tujuan dari suatu perkawinan, sehingga lebih baik diputus bercerai. Primer :

  1. Mengabulkan gugatan Penggugat ;

  2. Menjatuhkan talak satu ba’in sughra Tergugat (Muhammad Wahyudi, S.Si) terhadap Penggugat (Lely Wahyuningsih, S.Si);

  3. Menetapkan Penggugat sebagai pemegang hak hadlanah anak yang bernama ; Riza Wahyu Aufa, laki-laki, lahir pada tanggal 20 Agustus 2006;

  4. Memerintahkan kepada Tergugat untuk memberikan kepada Penggugat biaya alimentasi anak minimal sebesar Rp. 700.000,- (tujuh ratus ribu rupiah) untuk setiap bulannya diluar biaya pendidikan, kesehatan dan sandang sampai anak Dewasa;

  5. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Karangasem untuk mengirimkan salinan putusan kepada Kantor Urusan Agama yang mewilayah tempat tinggal Penggugat dan Tergugat dan Kantor Urusan Agama tempat pernikahan Penggugat dan Tergugat dilangsungkan untuk dicatat dalam register yang tersedia untuk itu :

  6. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara ini sesuai hukum yang berlaku Subsider ; Dan atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya

  Menimbang bahwa, pada hari-hari sidang yang telah di tentukan ,Penggugat dan Tergugat telah datang menghadap persidangan secara inperson , sebelum memasuki tahap mediasi majelis mendamaikan kedua belah pihak yang berperkara namun tidak berhasil selanjutnya kedua belah pihak telah diperintahkan untuk menempuh usaha mediasi dan para pihak menyerahkan kepada Majelis hakim untuk menunjuk mediator,selanjutnya Ketua majelis menunjuk Hakim mediator Abdurrahman,S.Ag ;

  Bahwa, usaha mendamaikan kedua belah pihak melalui mediator tidak berhasil mencapai kesepakatan baik pada pokok materi cerai gugat maupun kumulasi gugatan lainnya, demikian pula usaha perdamaian setiap persidangan yang dilaksanakan oleh Majelis Hakim juga tidak berhasil ;

  Bahwa pada persidangan bertanggal 3 Mei 2017 Penggugat dan Tergugat hadir,selanjutnya persidangan ditunda sampai tanggal 14 Juni 2017 dan kepada kedua belah pihak diberitahukan agar hadir pada persidangan tersebut namun Tergugat tidak hadir tanpa alasan yang sah ,selanjutnya Tergugat dipanggil lagi untuk mengikuti persidangan bertanggal 12 Juli 2017 akan tetapi Tergugat tidak datang menghadap di persidangan dan juga tidak mewakilkan kepada orang lain sebagai kuasanya meskipunTergugat telah telah dipanggil secara resmi dan patut sedangkan tidak ternyata bahwa ketidak hadirannya di pengadilan didasarkan pada suatu alasan yang sah yang dibenarkan oleh hukum, oleh karenanya sidang dilanjutkan secara kontradiktoir ;

  Bahwa sidang dilanjutkan dengan membacakan surat gugatan Penggugat tanggal 21 Maret 2017 yang telah terdaftar di kepaniteraan Pengadilan Agama Karangasem nomor : 8/Pdt.G/2017/PA.Mn tanggal 21 Maret 2017 dimana isi dan maksud gugatan Penggugat tetap dipertahankan dengan penjelasan sebagaimana dalam berita acara persidangan ;

  Bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, Tergugat mengajukan jawaban secara tertulis bertanggal 11 April 2017 yang dikirimkannya melalui jasa pos yang pada inti pokoknya mengakui bahwa rumah tangganya tidak harmonis ;

  Bahwa, karena Tergugat tidak pernah hadir lagi dipersidangan maka proses pemeriksaan perkara dilanjutkan untuk pembuktian dalil dalil gugatan Penggugat :

  Bahwa, untuk meneguhkan kebenaran dalil-dalil gugatannya , Penggugat dipersidangan telah mengajukan alat-alat bukti tertulis berupa :

  1. Bukti surat berupa:

  a. Fotokopi Kutipan Akta Nikah dengan Nomor : 549/45/IX/2005 Tanggal

  22 September 2005, yang dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, yang telah dicocokkan dengan aslinya telah bernasegelen dan bermaterai cukup, yang selanjutnya diberi tanda P1 ;

  b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang dikeluarkan oleh Provinsi Bali Kabupaten Karangasem tanggal 30 Juni 2012 atas nama Lely Wahyuningsih ,yang telah dicocokkan sesuai dengan aslinya , telah bernasegelen dan bermaterai cukup selanjutnya diberi tanda P2 ; c. Fotokopi Kutipan Akta Kelahiran atas nama Riza Wahyu Aufa lahir tanggal 20 Agustus 2006 anak dari pasangan suami isteri bernama

  Muhammad Wahyudi – Lely Wahyuningsih yang dikeluarkan oleh yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas dan Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan KLH Kabupaten Karangasem Nomor : 244/Um/2006 bertanggal 30 Agustus 2006 September 2010, bukti tersebut telah bernasegelen, bermeterai cukup dan telah dicocokkan sesuai dengan aslinya selanjutnya diberi tanda P3 ;

  d. Fotokopi surat keputusan Bupati Karangasem Nomor ; 474.2/210/402.203/2012 tentang Surat keputusan pemberian ijin melakukan perceraian bertanggal 10 Desember 2012 atas nama

  Lely Wahyuningsih, S.Si ( sebagai Penggugat ) dengan suaminya Muhammad Wahyudi, S.Si ( sebagai Tergugat )selanjutnya bukti

  tersebut telah bernasegelen, bermeterai cukup dan telah dicocokkan sesuai dengan aslinya selanjutnya diberi tanda P4 ; e. Fotokopi surat rekomendasi perceraian yang dikeluarkan oleh

  Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem Nomor ; 800/1538/Diskes bertanggal 09 Mei 2017 atas nama Muhammad Wahyudi,S.Si ( sebagai Tergugat ) dengan isterinya Lely Wahyuningsih, S.Si ( sebagai Penggugat ) bukti tersebut telah bernasegelen, bermeterai cukup dan telah dicocokkan sesuai dengan aslinya selanjutnya diberi tanda P5 ;

  f. Fotokopi daftar pembayaran gaji induk PNS ( Dinas Kesehatan ) Puskesmas Karangasem I bulan Juli 2017 atas nama Muhammad Wahyudi,S.Si dan kawan kawan , bukti tersebut telah bernasegelen, bermeterai cukup dan telah dicocokkan sesuai dengan aslinya selanjutnya diberi tanda P6 ;

  2. Bukti saksi :

  a. Saksi I: WIDODO BIN SUGIONO, umur 44 tahun, agama Islam, pekerjaan swasta, bertempat tinggal di Br. Dinas Kecicang , Kelurahan Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, di hadapan persidangan saksi tersebut memberikan keterangan di bawah sumpahnya yang pada intinya sebagai berikut :

  • Bahwa saksi mengaku kenal dengan Penggugat karena saksi teman dekat Tergugat bermain bulu tangkis dan kenal Penggugat karena bertetangga ;
  • Bahwa saksi mengenal Tergugat sejak 12 tahun yang lalu , pada saat itu kedua belah pihak tinggal di perumahan Blok B Kecicang Islam , saat kenal tersebut keduanya sudah berstatus menikah menikah dan pula menyatakan keduanya orang perantauan dan tidak mempunyai keluarga yang tinggal di Karangasem atau Bali ;
  • Bahwa dari pernikahan Penggugat dan Tergugat telah dikaruniai seorang anak laki laki bernama Riza Wahyu Aufa, laki-laki, lahir pada 2006,saat ini anak tersebut tinggal bersama Penggugat ;
  • Bahwa , anak tersebut tinggal bersama Penggugat dalam keadaan sehat dan kelihatan nyaman, anak tersebut bersekolah kelas VI setingkat SD ;
  • Bahwa saksi mengetahui Penggugat dan Tergugat berstatus PNS, ketika anak sekolah berangkat pulang diantar oleh Penggugat ;
  • Bahwa keadaan rumah tangga Penggugat dan Tergugat berlangsung harmonis, namun sejak 2012, keadaan rumah tangga Penggugat dan Tergugat mulai terindikasi terjadi pertengkaran yang berkelanjutan menjadi perselisihan hingga sekarang ;
  • Bahwa yang menjadi penyebabnya adalah karena sikap tergugat yang lebih banyak mementingkan kepentingan dirinya sendiri daripada kepentingan keluarga, yakni Tergugat sering
melakukan ibadah diluar rumah , tergugat beribadah beserta kelompoknya dilakukannya hampir tiap malam mulai bakda sholat Isya’ sampai tengah malam bahkan pagi ;

  Bahwa dalam peribdatan tersebut tergugat sambil membawa - anaknya sehingga karenanya sering menimbulkan pertengkaran ; Bahwa saksi mendengar curhatan dari Tergugat bahwa benar - rumah tangganya tidak harmonis karena Penggugat sering melakukan komunikasi dengan laki laki lain sehingga menimbulkan kecemburuan Tergugat ;

  Bahwa saksi mendengar curhatan dari Penggugat penyebab - ketidakharmonisannya dengan tergugat karena tergugat sering menyebarkan isi kejelekan Penggugat sebagai isteri yang tidak bersedia masak dan keras kepala ;

  • Bahwa puncak perselisihan terjadi November tahun 2015 antara

  Penggugat dan Tergugat , Penggugat yang meninggalkan tempat kediaman bersama dan memilih tinggal kost di Br. Dinas Kecicang Bali Blok C, Kelurahan Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem sampai sekarang ;

  Bahwa, kondisi rumah tangga Penggugat dan tergugat yang tidak - harmonis sudah diupayakan damai oleh tokoh masyarakat bernama H Miryanto dan pula saksi sudah berupaya mendamaikan kedua belah pihak namun tidak berhasil karena masing masing tetap pada sikap dan pendiriannya ;

  b. Saksi II : DWI RATNA NINGZASWATI,S.Pd,M.Pd., BINTI SUHADI, umur 33 tahun, agama Islam, pekerjaan swasta, bertempat tinggal di Br. Dinas Kecicang , Kelurahan Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, di hadapan persidangan saksi tersebut memberikan keterangan di bawah sumpahnya yang pada intinya sebagai berikut :

  • Bahwa saksi mengaku kenal dengan Penggugat karena saksi teman dan tetangga dekat penggugat sejak tahun 2010;
  • Bahwa saksi mengenal Tergugat suaminya pada saat itu kedua belah pihak tinggal di perumahan Blok B No 21 Kecicang Islam , saat kenal tersebut keduanya sudah berstatus menikah ;
  • Bahwa dari pernikahan Penggugat dan Tergugat telah dikaruniai seorang anak laki laki bernama Riza Wahyu Aufa, laki-laki, lahir pada 2006,saat ini anak tersebut tinggal bersama Penggugat ;

  Bahwa , anak tersebut tinggal bersama Penggugat dalam - keadaan sehat dan kelihatan nyaman, anak tersebut bersekolah kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Subagan ;

  • Bahwa ketika Penggugat dan Tergugat sudah berpisah tempat kediaman saksi pernah menanyakan kepada anak bernama Riza Wahyu Aufa menyatakan ingin tinggal bersama Penggugat ;

  Bahwa saksi mengetahui Penggugat dan Tergugat berstatus - PNS, ketika anak sekolah berangkat pulang diantar oleh Penggugat ;

  • Bahwa saksi mengetahui keadaan rumah tangga Penggugat dan Tergugat semula berlangsung harmonis, namun sejak tahun 2015 keadaan rumah tangga Penggugat dan Tergugat mulai terindikasi tidak harmonis karena Penggugat meminta informasi kepada saksi untuk mencari rumah kontrakan karena akan berpisah tempat tinggal dengan Tergugat ;
  • Bahwa yang menjadi penyebabnya adalah karena sikap tergugat yang lebih banyak mementingkan kepentingan dirinya sendiri daripada kepentingan keluarga, yakni Tergugat sering melakukan ibadah diluar rumah , tergugat beribadah beserta kelompoknya dilakukannya hampir tiap malam mulai bakda sholat Isya’ sampai tengah malam bahkan pagi ;
  • Bahwa dalam peribadatan tersebut dilakukannya dari masjid ke masjid bahkan sambil membawa anaknya sehingga karenanya sering menimbulkan pertengkaran ;
  • Bahwa saksi mendengar curhatan dari Penggugat penyebab ketidakharmonisannya dengan tergugat karena tergugat sering
menyebarkan isi kejelekan Penggugat sebagai isteri yang tidak bersedia masak dan keras kepala ;

  • Bahwa puncak perselisihan terjadi November tahun 2015 antara

  Penggugat dan Tergugat , Penggugat yang meninggalkan tempat kediaman bersama dan memilih tinggal kost di Br. Dinas Kecicang Bali Blok C, Kelurahan Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem sampai sekarang ;

  • Bahwa, saksi sudah berupaya menasehati Penggugat agar tetap mempertahankan perkawinannya dengan Tergugat namun tidak berhasil karena Penggugat tetap pada sikap dan pendiriannya ;

  Bahwa atas keterangan saksi tersebut Penggugat menyatakan tidak keberatan dan menerimanya ; Bahwa penggugat menyatakan sudah tidak mengajukan alat bukti lagi dan telah mencukupkan bukti sebagaimana tersebut diatas ;

  Bahwa , Penggugat menyampaikan kesimpulan akhir secara lesan yang pada inti pokoknya tetap pada dalil dan pendiriannya untuk dikabulkan seluruh gugatannya ;

  Bahwa semua peristiwa yang terjadi dalam persidangan telah dicatat dalam berita acara persidangan perkara ini dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari putusan ini;

  TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM Menimbang bahwa, maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah sebagaimana tersebut diatas ;

  Menimbang, bahwa perkara ini mengenai gugatan perceraian, cerai gugat dan kumulasi hak hadlanah serta beaya hadlanah yang diajukan oleh pihak yang beragama Islam, oleh karenanya berdasarkan Pasal 49 (a) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, maka perkara a quo merupakan kewenangan absolut peradilan agama;

  Menimbang bahwa, pada hari sidang yang telah ditetapkan penggugat dan tergugat telah hadir secara inperson telah diupayakan perdamaian terhadap kedua belah pihak yang berperkara di persidangan namun belum berhasil selanjutnya kepada pihak yang berperkara telah diperintahkan untuk menempuh jalur mediasi, untuk itu para pihak menyerahkan kepada majelis Hakim,selanjutnya ketua majelis hakim menunjuk Abdurrahman,S.Ag sebagai mediator namun tidak berhasil mencapai kesepakatan damai, oleh karenanya majelis hakim berpendapat prosedur persidangan tersebut telah sesuai dengan maksud Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 tahun 2016 ;

  Menimbang, bahwa upaya damai /penasehatan yang dilakukan oleh Majelis Hakim pada tiap-tiap permulaan sidang, agar Penggugat kembali hidup rukun dengan Tergugat tidak berhasil, upaya damai mana telah dilaksanakan secara maksimal oleh Majelis Hakim sesuai dengan ketentuan pasal 82 ayat (1) Undang-undang No. 7 tahun 1989 jo pasal 31 ayat (1) PP. No. 9 tahun 1975 jo. Pasal 143 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, kemudian segala sesuatu yang berkaitan dalam duduk perkaranya akan dipertimbangkan lebih lanjut dalam pertimbangan hukum ;

  Menimbang, bahwa pada persidangan yang telah ditentukan Tergugat pernah hadir,selanjutnya pada tahapan persidangan berikutnya Tergugat tidak pernah hadir ,kepadanya telah dipanggil lagi untuk mengikuti persidangan akan tetapi Tergugat tidak datang menghadap di persidangan dan juga tidak mewakilkan kepada orang lain sebagai kuasanya meskipunTergugat telah telah dipanggil secara resmi dan patut sedangkan tidak ternyata bahwa ketidak hadirannya di pengadilan didasarkan pada suatu alasan yang sah yang dibenarkan oleh hukum, oleh karenanya berdasarkan ketentuan pasal 151 R.bg Jo 81 RV perkara ini akan diputus secara kontradiktoir ;

  Menimbang, meskipun Tergugat telah menyampaikan jawabannya secara tertulis namun jawaban tersebut tidak disampaikannya secara langsung di persidangan , jawaban tergugat disampaikan dengan mengirimkannya via pos , dari jawaban tersebut diketahui tidak berkaitan dengan eksepsi kompetensi relative dan ataupun absolute,maka sesuai dengan hokum acara perdata , jawaban tersebut tidak dipertimbangkan dan harus dikesampingkan ; Menimbang, bahwa yang menjadi alasan Penggugat mengajukan perceraian ini adalah bahwa semula rumah tangga Penggugat dengan

  Tergugat dalam kondisi rukun dan harmonis dan telah dikaruniai seorang anak namun sejak November tahun 2012 rumah tangganya mulai tidak harmonis , sering terjadi perselisihan, yang penyebabnya antara lain Tergugat melaksanakan kegiatan keagamaan diluar rumah hampir tiap malam dan pulang larut malam atau dini hari dan terkadang membawa anak,akibat kegiatan tersebut menimbulkan sering putusnya komunikasi antara kedua belah pihak dan berakibat pula berhentinya hubungan layaknya suami istri sejak Tahun 2013 dan puncaknya Oktober 2015 Penggugat dan Tergugat telah pisah rumah dan pula Tergugat melalaikan kewajibannya memberikan nafkah wajib kepada Penggugat dan anak ;

  Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pokok masalahnya adalah apakah benar dalam rumah tangga Penggugat dengan tergugat telah terjadi pertengkaran yang berkelanjutan menjadi perselisihan yang terus menerus sifatnya , apakah benar penyebabnya karena kegiatan ibadah yang dilakukan Tergugat hampir tiap hari dan semalam penuh diluar rumah tempat kediaman bersama, apakah benar kedua belah pihak telah berpisah tempat kediaman dan putus komunikasinya ;

  Menimbang, bahwa pada atas gugatan penggugat majelis hakim telah memerintahkan wajib bukti kepada Penggugat sebagai pihak yang mendalilkan gugatan, untuk itu Penggugat telah mengajukan bukti tertulis dan saksi saksinya sebagaimana dalam duduk perkara tersebut diatas ;

  Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil gugatannya itu Penggugat mengajukan bukti P-1 (Fotokopi Kutipan Akta Nikah) dikaitkan dengan ketentuan pasal 7 ayat ( 1) Kompilasi Hukum Islam di Indonesia tahun 1991, maka secara hokum telah terbukti antara Penggugat dan tergugat adalah pasangan suami isteri yang sah , dan karena bukti tersebut merupakan akta otentik dan pula telah bermeterai cukup serta telah cocok dengan aslinya, maka oleh karena itu bukti tersebut telah memenuhi Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 dan Pasal 1888 KUHPerdata, sehingga bukti tersebut mempunyai kekuatan bukti yang sempurna dan mengikat;

  Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas terbukti bahwa Penggugat adalah isteri sah Tergugat dengan demikian Penggugat berkualitas sebagai subjek hukum (legitima persona standi in

  judicio) dalam perkara a quo ;

  Menimbang, bahwa dari bukti P2 diketahui Penggugat sebagai penduduk yang beralamat di Br. Dinas Kecicang Bali Blok C, Kelurahan Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Berdasarkan bukti P2 tersebut dan tempat tinggal penggugat dikaitkan dengan ketentuan pasal 73 ayat 1 UU Nomor 7 tahun 1989 sebagaimana diubah dalam UU Nomor 3 tahun 2006 tentang Peradilan agama disebutkan “ Gugatan perceraian oleh isteri atau kuasanya kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Penggugat kecuali apabila Penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa ijin Tergugat “, maka berdasarkan bukti tersebut telah terbukti bahwa tempat tinggal Penggugat tersebut dikaitkan dengan Yurisdiksi Pengadilan Agama Karangasem, maka tempat kediaman Penggugat tersebut termasuk kompetensi relative Pengadilan Agama Kota Madiun berwenang untuk memeriksa dan mengadilinya ;

  Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.3 diketahui merupakan akta otentik sebagai bukti anak sah dari pasangan suami isteri bernama ( Muhammad Wahyudi – Lely Wahyuningsih ) dan karena bukti tersebut telah bermeterai cukup dan telah cocok dengan aslinya serta telah memenuhi Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 dan

  Pasal 1888 KUHPerdata, sehingga bukti tersebut mempunyai kekuatan bukti yang sempurna dan mengikat bahwa anak bernama Riza Wahyu Aufa adalah anak sah dari Penggugat dan Tergugat ;

  Menimbang , bahwa dari bukti P4 Penggugat diketahui berstatus sebagai PNS maka berlaku ketentuan PP 10 tahun 1983 tentang ijin perkawinan dan perceraian bagi PNS pasal 3 ( ayat 1) Junto PP 45 tahun 1990 tentang perubahan atas PP 10 1983, pasal 3 ayat (1) disebutkan “ PNS yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh izin lebih

  

dahulu dari pejabat “ . Berdasarkan ketentuan tersebut dikaitkan dengan

  bukti P3 berupa surat tentang pemberian ijin melakukan perceraian PNS atas nama Lely Wahyuningsih oleh Bupati Karangasem maka terbukti secara administratif kedua belah pihak telah memenuhi ketentuan yang dimaksud dalam PP 10 1983 Junto PP 45 tahun 1990 ;

  Menimbang , bahwa dari bukti P5 diketahui Tergugat berstatus sebagai PNS maka berlaku ketentuan pasal 3 ayat (2) PP 45 tahun 1990 berbunyi “ Bagi PNS yang berkedudukan sebagai penggugat atau bagi PNS yang berkedudukan sebagai tergugat untuk memperoleh ijin atau surat keterangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus mengajukan permintaan secara tertulis . berdasarkan ketentuan tersebut dikaitkan dengan bukti P.5 berupa surat tentang pemberian rekomendasi melakukan perceraian PNS atas Muhammad Wahyudi yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Karangasem, maka terbukti secara administratif Tergugat telah memenuhi ketentuan yang dimaksud dalam PP 10 1983 Junto PP 45 tahun 1990 ;

  Menimbang, bahwa dari bukti P.6 diketahui bukti berupa lampiran daftar gaji atas nama Muhammad Wahyudi, dan kawan kawan, dari bukti tersebut menunjukkan bahwa tergugat berstatus sebagai PNS pada Puskemas Karangasem I dengan besaran gaji sekitar Rp.3.700.000,- ( tiga juta tujuh ratus ribu rupiah ) ditambah tunjangan remunerasi daerah karangasem sebesar Rp 760.000,- ( tujuh ratus enam puluh ribu rupiah ) ;

  Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti tertulis pihak Penggugat juga mengajukan dua orang saksi yang akan dipertimbangkan sebagaimana berikut dibawah ini :

  Menimbang, bahwa yang menjadi alasan Penggugat mengajukan cerai gugat adalah dengan alasan perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus serta sulit didamaikan untuk hidup rukun kembali

  proses pemeriksaan perkara cerai

  dalam rumah tangga,maka

  

g u g a t berdasarkan Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah No.9

tahun 1975

  dan Pasal 116 huruf f. Intruksi Presiden No.1 Tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam Indonesia, haruslah sesuai dengan petunjuk

  perceraian baru dapat diterima apabila telah cukup jelas bagi Pengadilan mengenai sebab perselisihan dan pertengkaran itu dan setelah mendengar keterangan pihak keluarga serta orang-orang yang dekat dengan suami isteri itu. Hal ini dilakukan setelah usaha damai yang sungguh-sungguh tidak berhasil sesuai dengan Pasal 31 Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1975 dan Pasal 82 ayat (4) Undang- undang No.3 tahun 2006.dan Peraturan Mahkamah Agung RI. No.2 tahun 2004 ;

  Menimbang, bahwa Penggugat telah diperintahkan untuk menghadirkan saksi dari pihak keluarga namun penggugat tidak mempunyai keluarga yang tinggal di Karangasem/Bali karenanya yang dihadirkan dipersidangan adalah teman dan tetangga dekat Penggugat, dan karenanya saksi yang dihadirkan Penggugat telah sesuai dengan asas doktrin “lex specialis derogate lex generalis”, merupakan pengecualian dari apa yang diatur dalam Pasal 174 Rbg, khusus berlaku dalam perkara perceraian dengan alasan Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo Pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam, dan tidak diterapkan pada alasan perceraian selainnya ;

  Menimbang, bahwa para saksi adalah dari unsur orang orang dekat Penggugat telah memberikan keterangan sebagaimana telah diuraikan dalam bagian duduknya perkara, hal mana keterangan para saksi yakni sebagian keterangan yang diberikan tidak berdasarkan pengetahuannya secara langsung sebagaimana yang digariskan pasal 308 ayat (1) Rbg) dan Pasal 1907 ayat (1) KUH Perdata sehingga keterangannya tidak diterima ( in admissable ) sebagai alat bukti, namun Majelis berpendapat bahwa keterangan tersebut dikategorikan sebagai testimonium de auditu, dimana menurut Yurisprudensi,

  

testimonium de auditu tidak dapat digunakan sebagai bukti

  langsung tetapi penggunaan kesaksian yang bersangkutan sebagai persangkaan yang dari persangkaan itu dibuktikan sesuatu (Putusan MARI No. 308 K/Sip/1959 tanggal 11 Nopember 1959), jadi dalam hal ini penggunaannya tidak dilarang ;

  Menimbang, bahwa selain pertimbangan tersebut diatas majelis hakim berpendapat bahwa saksi dalam kategori Testimonium de audito dapat saja diterapkan secara eksepsional kususnya dalam kasus perceraian,dan pula perkara perceraian adalah perkara yang rumit, gaya hidup yang individulistis, acuh tak acuh dengan lingkungan sekitar, hidup jauh dari keluarga, dan tenggelam dengan kesibukan masing-masing, membuat sukarnya menemukan saksi yang tidak tergolong kesaksian testimonium de auditu, oleh karenanya perkara perceraian pada dasarnya adalah perkara personel recht (berhubungan dengan orang),sehingga persoalan yang jamak terjadi sekarang ini adalah sulitnya menemukan saksi-saksi yang benar-benar melihat dan mendengar langsung dalam hal pembuktian adanya unsur-unsur yang menunjukkan adanya keretakan dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat ;

  Menimbang, bahwa meskipun demikian kesaksian yang diberikan oleh saksi Widodo majelis tetap menilai dan telah

  secara rasional dan objektif

  menelaahnya dan dikaitkan dengan kondisi riil atas keterangan Penggugat , hal ini menunjukkan hati suami

  

istri sudah pecah dan sudah sampai pada kualitas terjadinya

pertengkaran terus-menerus yang tidak dapat didamaikan lagi “ , dengan

  demikian keterangan saksi penggugat tersebut dapat diterima sebagai saksi yang telah memenuhi syarat formil dan materiil sebagai seorang saksi ;

  Menimbang, bahwa berkaitan dengan keterangan saksi Kedua ( Dwi Ratna Ningzaswati ) majelis hakim menilai saksi mengetahui sendiri akibat pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat dengan akibat Penggugat pergi meninggalkan tempat kediaman bersama dan tinggal di rumah kontrakan,oleh karenanya saksi kedua selain memenuhi syarat formil juga telah terpenuhi syarat materiilnya sebagaimana diatur dalam

  pasal 308 dan 309 R.Bg ; Menimbang, bahwa para saksi telah memberikan keterangan sebagaimana telah diuraikan dalam bagian duduknya perkara, hal mana keterangan diberikan berdasarkan pengetahuannya langsung dan keterangan satu sama lainnya tidak saling bertentangan, selain itu saksi saksi yang dihadirkan Penggugat juga telah memenuhi kriteria sebagai saksi keluarga dan atau orang dekat sebagaimana dikehendaki dalam ketentuan pasal 22 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor : 9 tahun 1975 dan dari sebab telah ternyata, terdapat unsur kesesuaian dan kecocokan antara keterangan saksi yang satu dengan saksi yang lain yang pada intinya bahwa dalam rumah tangga antara Penggugat dengan Tergugat telah tidak harmonis karena adanya pertengkaran dan berakibat adanya perselisihan yang terus menerus yang tidak ada penyelesaian, maka Majelis yang memeriksa perkara ini berpendapat berdasarkan ketentuan

  dan materiil dapat diterima sebagai alat bukti ; Menimbang, bahwa berdasarkan dalil dalil gugatan Penggugat serta alat bukti tertulis dan keterangan saksi saksinya dipersidangan majelis hakim menemukan fakta sebagai berikut dibawah ini ;

  • Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah pasangan suami isteri yang sah,keduanya menikah pada tanggal 21 September 2005 ( 17 Sya’ban 1426) dan dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara sebagaimana tercatat dalam Buku Nikah Seri : CE Nomor : 549/45/IX/2005 Tanggal 22 September 2005 ,selama menikah bakda dukhul namun belum pernah bercerai ;

  Bahwa Penggugat dan Tergugat membina rumah tangga di - Karangasem ,keduanya tinggal bersama di di Br. Dinas Kecicang Bali Blok B. No. 21, Kelurahan Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, dalam keadaan rukun dan telah dikaruniai seorang anak laki laki bernama Riza Wahyu Aufa saat ini tinggal bersama Penggugat : Bahwa , anak tersebut tinggal bersama Penggugat dalam keadaan - sehat dan kelihatan nyaman, anak tersebut bersekolah kelas VI

  Madrasah Ibtidaiyah ( setingkat SD) dan Penggugat yang selalu antar jemput ke sekolah ; Bahwa keadaan rumah tangga Penggugat dan Tergugat semula - berlangsung harmonis, namun sejak 2012, keadaan rumah tangga mulai terindikasi terjadi pertengkaran yang berkelanjutan menjadi perselisihan hingga sekarang ;

  • Bahwa yang menjadi penyebabnya adalah karena sikap Tergugat yang lebih banyak mementingkan kepentingan dirinya sendiri daripada kepentingan keluarga, Tergugat bersama kelompoknya sering melakukan ibadah diluar rumah dari masjid ke masjid dilakukannya hampir tiap malam mulai bakda sholat Isya’ sampai tengah malam bahkan pagi bahkan terkadang tergugat membawa anaknya ;
  • Bahwa pemicu ketidakharmonisan juga disebabkan tergugat sering menyebarkan kejelekan Penggugat sebagai isteri yang tidak bersedia masak dan keras kepala namun hal tersebut dibantahnya serta pula adanya sikap cemburu tergugat yang berlebihan terhadap Penggugat ;

  Bahwa puncak perselisihan terjadi November tahun 2015 antara - Penggugat dan Tergugat , Penggugat yang meninggalkan tempat kediaman bersama dan memilih tinggal kost di Br. Dinas Kecicang Bali Blok

  C, Kelurahan Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem sampai sekarang ;

  Bahwa, berbagai pihak sudah mendamaikan agar rumah tangganya - kembali rukun dan mempertahankan perkawinannya namun tidak berhasil karena masing masing tetap pada sikap dan pendiriannya ;

  Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas majelis hakim berpendapat bahwa tujuan pernikahan yang dilakukan oleh Penggugat dan tergugat untuk membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, sejahtera lahir dan batin semakin jauh dari harapan karena cinta kasih yang menjadi unsur dari sakinah telah hilang dan berganti dengan kebencian, yang melahirkan pertengkaran dan perselisihan yang terus menerus sifatnya , majelis hakim berkesimpulan rumah tangga Penggugat dan Tergugat telah retak dan pecah sedemikian rupa yang berarti hati kedua belah pihak telah pecah dan tidak mungkin dipersatukan kembali, sehingga tujuan pernikahan sebagaimana dikehendaki dalam rumusan pasal 1 ayat (1) Undang-undang nomor : 1 tahun 1974 Jo pasal 3 Kompilasi hukum Islam di Indonesia 1991 tidak lagi dapat terwujud ;

  Menimbang bahwa, berdasarkan fakta tersebut diatas dapat

  disimpulkan bahwa rumah tangga Penggugat dengan Tergugat sudah tidak harmonis, fakta mana menunjukkan kejadian yang sebenarnya, bahwa rumah tangga antara Penggugat dengan Tergugat sudah tidak sejalan lagi dengan tujuan perkawinan yang suci yakni untuk membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah dengan demikian Majlis Hakim berpendapat bahwa rumah tangga Penggugat dengan Tergugat sudah dalam suasana yang tidak tentram, tidak terbina dengan baik, oleh karena itu untuk menghindari madlorot yang lebih besar dalam hubungan keluarga, maka perceraian merupakan pilihan yang dianggap lebih ringan madlorotnya. Hal ini sejalan dengan qoidah fiqhiyah yaitu :

  ﺎ ﻣﮭﻔﺧا ل ﺿﻓ نارر ﺿ ضرﺎ ﻌﺗ اذا Artinya : “ Apabila ada dua hal yang sama-sama mengandung madlorot, maka harus dipilih satu diantaranya yang lebih kecil madlorotnya

  Menimbang, bahwa memperhatikan keadaan rumah tangga antara Penggugat dan tergugat seperti tersebut diatas, Majelis yang memeriksa perkara ini berpendapat bahwa, perceraian lebih maslahat dan memberi kepastian hukum daripada meneruskan perkawinan, bahkan meneruskan perkawinan dalam keadaan seperti tersebut di atas dikhawatirkan akan mendatangkan madlorot yang lebih besar bagi Penggugat dan tergugat , sedangkan kemadlorotan harus dihapuskan, sesuai dengan qoidah fiqhiyah :

  ﺢﻟﺎﺼﻤﻠا ﺐﻠﺟ ﻰﻠﻋ مﺪﻘﻤ ﺪﺴﺎﻓﻤﻠا ﺀﺮﺪ Artinya : Mencegah kerusakan/ kemadlorotanharus didahulukan dari pada

  mengambil suatu manfaat ;

  Menimbang bahwa selanjutnya, Majelis perlu mengetengahkan doktrin hukum Islam sebagai berikut di bawah ini : Dalam Kitab Fiqih Ash Shawi jilid IV Halaman 204:

  ﺎﻣﮭـﻧﯾﺑ ﺔ ﻗ ر ﺎ ﻔ ـ ﻣ ﻟ ا ب ﺳ ﺎ ﻧ ـ ـ ﻣ ﻟ ﺎ ﻓ ة ّد و ﻣ ﻻ و ﺔ ـ ـ ّﺑ ﺣ ﻣ د ـ ﺟ و ﺗ م ـ ﻟ ن ﺄ ﺑ ف ـ ﻠ ﺗ ﺧ ا ن ﺈ ﻓ

  Artinya : “Maka jika telah terjadi perselisihan dengan tidak diperoleh

  diantara keduanya kasih sayang, maka pantaslah perceraian

  Menimbang, bahwa dengan pertimbangan diatas maka rumah tangga Penggugat dan Tergugat tersebut benar-benar telah pecah, dan sulit untuk dirukunkan kembali karena keduanya telah berpisah tempat tinggal dan selama berpisah keduanya tidak lagi saling mengunjungi ,memperdulikan, berkomunikasi sebagaimana layaknya suami isteri atau orang berumah tangga karena itu Majelis berpendapat bahwa berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomer 379K/AG/1995 tanggal 26 Maret 1997 : “ Suami isteri yang tidak berdiam serumah lagi dan tidak ada harapan rukun kembali, maka rumah tangga tersebut telah terbukti retak dan pecah dan telah memenuhi alasan cerai pasal 19 huruf ( f ) Peraturan Pemerintah Nomer 9 Tahun 1975”;

  Menimbang, bahwa selain pertimbangan tersebut diatas telah disebutkan dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor

  38.K/AG/1990, dapat diangkat suatu abstrak hukum, bahwa perceraian dengan alasan adanya perselisihan dan pertengkaran terus menerus, tidak harus dengan mempersoalkan apa dan siapa penyebabnya, akan tetapi semata-mata ditujukan pada pecahnya perkawinan itu sendiri, sehingga apabila hakim telah yakin bahwa perkawinan tersebut telah pecah berarti hati kedua belah pihak telah pecah dan terpenuhilah ketentuan Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975;

  Menimbang, bahwa dengan terbuktinya kondisi rumah tangga Penggugat dengan Tergugat sebagaimana tersebut di atas, berarti alasan perceraian yang diajukan Penggugat harus dianggap telah memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Penjelasan Pasal 39 ayat

  (2) huruf (f) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 serta Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam ;

  Menimbang, bahwa oleh karena alasan perceraian telah terbukti sesuai dengan Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 serta Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, sedang usaha perdamaian sesuai dengan Pasal 82 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 juncto Pasal 31 dan Pasal 32 serta Pasal 22 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 ternyata tidak berhasil, maka

  tasrih bi ihsan,

  dalam hal ini perceraian dipandang sebagai maka gugatan penggugat mempunyai dasar hukum dan beralasan, maka gugatan penggugat yang pada petitumnya mohon dikabulkan sebagaimana petitum angka 1 dapat dikabulkan sebagaimana amar putusan di bawah ini ;

  Menimbang, bahwa selama pernikahan Penggugat dengan Tergugat telah dukhul dan belum pernah bercerai, maka terhadap petitum angka 2 gugatan Penggugat dapat dikabulkan, dan sesuai maksud pasal 119 ayat (2) huruf c Kompilasi Hukum Islam maka perlu ditetapkan jatuhnya talak satu bain shughra Tergugat terhadap Penggugat;

  Menimbang, bahwa berkaitan dengan maksud pasal 84 Undang Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, sebagaimana yang telah dirubah dengan Undang Undang Nomor 03 tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang Undang Nomor 50 tahun 2009, serta sesuai dengan ketentuan pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 maka majelis berpendapat secara ex officio majelis hakim akan memasukkan dalam amar putusan tentang kewajiban Panitera dalam hal ini Panitera Pengadilan Agama Kota Madiun untuk menyampaikan salinan putusan ini jika telah mempunyai kekuatan hukum tetap tanpa materai.

  Kepada pejabat terkait ( Pegawai Pencatat Nikah ) guna mencatatkan dalam register yang diperuntukkan untuk keperluan itu .;

  Menimbang, bahwa perihal gugatan pokok penggugat disertai dengan kumulasi guagatan lainnya , dan karena gugatan pokoknya telah dikabulkan oleh majelis hakim maka gugatan kumulasi yang menyertai gugatan pokok ini dapat dipertimbangkan lebih lanjut ;

  Menimbang, bahwa menyertai gugatan pokok penggugat berupa gugatan tentang hak pemeliharaan dan pengasuhan seorang anak bernama Riza Wahyu Aufa, laki-laki, lahir pada tanggal 20 Agustus 2006 dimana anak tersebut saat ini tinggal bersama Penggugat dan menuntut Tergugat agar dihukum untuk memberikan nafkah anak sebesar minimal Rp.700.000,- ( Tujuh ratus ribu rupiah ) untuk setiap bulannya di luar biaya pendidikan, kesehatan dan sandang sampai anak dewasa ;

  Menimbang, bahwa berdasarkan aspek yuridis perihal penggabungan gugatan berdasarkan pasal 86 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 di sebutkan “ Gugatan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri, dan harta

  

bersama suami istri dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan

perceraian ataupun sesudah putusan perceraian memperoleh kekuatan

hukum tetap. “ , dengan demikian berdasarkan posita dan petitum

  gugatan penggugat , maka gugatan kumulasi tersebut dapat dipertimbangkan lebih lanjut karena telah berdasarkan hokum ; Menimbang, bahwa berkaitan dengan petitum hak asuh/hadlanah oleh Penggugat atas nama seorang anak bernama Riza Wahyu Aufa lahir tanggal 20 Agustus 2006 ( umur saat ini hampir 11 tahun ) tinggal bersama Penggugat dapat dipertimbangkan berikut dibawah ini ;

  Menimbang,bahwa esensinya hadlanah adalah semata-mata untuk kepentingan anak itu sendiri, terpenuhinya kebutuhan sandang dan pangan, kasih sayang demi kelangsungan hidup sebagai hak asasinya.

  Menimbang, bahwa berdasarkan aspek yuridis berdasarkan Pasal 105 Inpres No.1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam berbunyi “Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum

  

berumur 12 tahun adalah hak ibunya “, pasal tersebut secara spesifik

  mengatur bahwa hak asuh anak di bawah usia 12 tahun harus diberikan kepada ibunya, hal ini sesuai dengan Hadist Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi:

  ت ﻧ ا ق ﺣ ا ﮫﺑ م ﻟ ﺎ ﻣ ﻲ ﺣ ﻛ ﻧ ﺗ Artinya: “ Engkau /ibu lebih berhak terhadap anakmu selama engkau belum menikah” ;

  Menimbang, bahwa Ketentuan di atas dilatarbelakangi oleh beberapa faktor sebagai berikut : 1. faktor kasih sayang ,tanpa mengurangi bahwa ayah juga menyayangi anak, namun secara alamiah dan kudrati di manapun dan sejak kapanpun, ibu jauh lebih mampu mengembangkan kasih sayang dan kelembutan kepada anak dibanding ayah. 2. faktor kemanusiaan (humanity) , bila ditinjau dari segi kemanusiaan (humanity), sangat menyayat hati nurani apabila anak yang masih kecil harus ditarik, dipisahkan dan dijauhkan dari

  pangkuan ibu kandungnya, terlebih jika anak tersebut masih harus menyusu (mendapatkan ASI) ibunya.

  Menimbang bahwa selain pertimbangan tersebut para ulama bersepakat bahwa “ hak mengasuh anak yang belum akhil balig harus diutamakan kepada ibunya. Ini mengingat kaum wanita dianggap lebih memiliki jiwa keibuan, dibandingkan kaum lelaki , Pendapat tersebut memiliki dasar hukum yang kuat yakni hadis nabi Muhammad SAW yang artinya ’’Seorang perempuan berkata kepada Rasulullah, ’’Wahai Rasulullah, anakku ini, aku yang mengandungnya, air susuku yang diminumnya, dan di bilikku tempat berkumpulmya bersamaku, ayahnya telah menceraikanku dan ingin memisahkannya dariku.’’ Maka Rasulullah bersabda, ’’Kamulah yang lebih berhak memeliharanya selama kamu tidak menikah.’’ (HR Ahmad, Abu Dawud,danal-Hakim mensahihkannya , pendapat tersebut selanjutnya diambil alih menjadi pendapatnya majelis hakim sebagai berikut dibawah ini ;

  Menimbang.bahwa berdasarkan fakta dipersidangan anak aquo tinggal bersama Penggugat dalam kondisi nyaman sehat dan ceria walaupun penggugat sebagai wanita karir saat ini bekerja sebagai PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Karangasem namun masih perhatian pada anak tersebut ;

  Menimbang, bahwa dengan demikian maka hak pemeliharaan anak bernama Riza Wahyu Aufa yang belum mumayyiz maka majelis hakim Pengadilan Agama Karangasem berpendapat Penggugat berhak untuk

  

mendapatkan hak asuh sehingga karenanya anak tersebut tetap berada

pada ibunya (pasal 105 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam),dengan