Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan

  Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan Dalam siklus pembangunan, dulu dikenal SIDLAKOM

  

(Survey, Identification, Design, Land Acquisition,

Operation, and Maintenance) merupakan siklus yang kurang lengkap karena tidak mencantumkan Evaluation dan Monitoring. Akibatnya terjadi ketidaksinambungan informasi, sehingga keberhasilan atau kegagalan pembangunan tidak terinventarisasi untuk dijadikan bahan pijakan dan pertimbangan dalam pengembangan di masa mendatang, karena kegiatan M&E kurang mendapat perhatian. Jadi sangat diperlukan siklus dan tahapan

  

Maksud dan tujuan

  • Memahami konsep dasar dalam penanganan dan perencanaan pembangunan drainase perkotaan
  • Memahami permasalahan yang timbul dalam pembangunan sistem drainase perkotaan
  • •  Mampu mengidentifikasikan dan menstrukturkan

    masalah dalam pembangunan drainase perkotaan
  • Mampu menyusun suatu konsep penyelesaian dalam menangani masalah pembangunan

  Sistem drainase kota berkelanjutan

  • •  Sistem drainase permukaan yang berkelanjutan dan

    berwawasan lingkungan.
  • SUDS bertujuan untuk:
    • mengatur besarnya run-off
    • meningkatkan kualitas dari debit run-off
    • to enhance the nature conservation, landscape and amenity value of the site and its surroundings.

  Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan

  • •  Bertitik tolak pada kurang berhasilnya pola siklus

    pembangunan SIDLACOM yang tidaklengkap,

    maka dalampengembangan sistem drainase dan

    Prasarana dan Sarana Perkotaan (PSP) pada

    umumnya mengacu pada siklus yang lengkap yang terbagi dalam 4 tahapan yaitu:
  • Tahap 1

  Perencanaan dan Pemrograman

  Pelaksanaan

  • Tahap 2

  Operasi dan Pemeliharaan

  • Tahap 3

  Evaluasi dan Monitoring

  • Tahap 4

  Siklus pembangunan

PERENCANAAN DAN PEMROGRAMAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

  1.  Identifikasi awal

  1.  Persiapan konstruksi

  2.  Pra-studi kelayakan

  2.  Pelaksanaan konstruksi

  3.  Studi kelayakan

  3.  Laporan final konsruksi

  4.  Perencanaan detail EVALUASI DAN MONITORING OPERASI DAN PEMELIHARAAN

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

  Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan

  • Perencanaan dan Pembangunan, mencakup:
  • Tahap I
  • Identifikasi proyek
  • >Pra Studi Kelayakan •  Studi Kelayakan •  Perencanaan Rinci •  Pelaksanaan, mencakup:
  • Taha
  • Pra (persiapan) pelaksanaan (pra kontrak)
  • Pelaksanaan (konstruksi/pelaksanaan kontrak)
  • Penyerahan proyek selesai (project completion

  report, PCR) Operasi dan Pemeliharaan

  • Tahap III

  

Tahap perencanaan dan pemrograman

Dalam rangka mencegah atau mengurangi kerugian banjir danmemperbaiki lingkungan Sistem drainase perkotaan melayani hidup, maka diperlukan suatu perencanaan dan pembuangan kelebihan air dari suatu kawasan program pengembangan atau perbaikan system kota dengan cara mengalirkannya ke drainase. pembuangan akhir, seperti sungai, danau, atau Dalam tahap perencanaan dan pemrograman ini laut, baik melalui permukaan tanah (surface yang mencakup: drainage) ataupun bawah permukaan tanah identifikasi proyek, (subsurface drainage) untuk menghindari terjadinya genangan air. penyusunan scenario pembangunan, Kelebihan air tersebut tidak hanya berasal dari persiapan proyek, buangan air hujan, tetapi juga darilimbah pengkajian/appraisal, dan domestikdan industri. Namun yang paling negosiasi yang menghasilkan Program Jangka dominant adalah air hujan. Menengah (PJM) system drainase perkotaan yang berisi kumpulan beberapa proyek. Sistemdrainage yang tidak baik dapat mengganggu kelancaran aliran air kelebuhan Masing-masing proyek harus jelas tujuan dan tersebut, sehingga dapat mengakibatkan sasaran serta lingkup kerjanya, jelas besaran/ genangan banjir. Genangan banjir di kawasan volume anggaran serta sumber-sumbernya, perkotaan tidak hanya menyebabkankerugian serta layak ditinjau dari berbagai aspek, yaitu: langsung pada penduduk dan asset-asetnya, Teknik

  • –  tetapi juga menyebabkan kerugian tidak

  Ekonomi dan financial

  • –  langsung berupa penundaan aktivitas sehari-
  • –  Legalitas atau perundang-undangan

  Sosial-budaya hari. Genangan banjir juga

  menyebabkanlingkungan menjadi kotor, jorok,

  • – 

  

Aspek Teknis

Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi

pembangunan atau perbaikan system drainase di

perkotaan antara lain:

  • tuntutan genangan yang tejadi harus lebih kecil

  dibandingkan dengan daerah pedesaan

  • pembebasan lahan dan relokasi (pemindahan)

  penduduk lebih sulit dilaksanakan dibandingkan dengan daerah pedesaan yang jarang penduduknya.

  • Diperlukan penyesuaian-penyesuaian berkaitan

  dengan adanya limbah domestic dan limbah industri Perbaikan system drainase di daerah perkotaan secara umum mengikuti tahapan- tahapan sebagai berikut:

  • –  mempelajari system drainase yang sudah ada saat ini
  • –  merumuskan rencana perbaikan system drainase
  • –  perencanaan fasilitas drainase seperti saluran

  

drainase, tanggul, gorong-gorong, kolam retensi,

stasiun pompa, dan lain-lain

  • –  pelaksanaan pekerjaan

  Survei dan investigasi yang diperlukan Topografi Umum Kondisi lokasi sistem drainase yang ada saat ini

  Informasi umum pada lokasi harus harus diketahui secara detail untuk perencanaan diketahui secara rinci. Informasi yang sistem drainase.

  Survei dan investigasi yang diperlukan meliputi: diperlukan paling tidak meliputi:

  • topografi

  a. lokasi sistem drainase

  • iklim

  b. elevasi permukaan tanah

  • hidrologi

  c. batas-batas administrasi

  • daerah genangan
    • tata guna lahan dan rencana pengembangan masa mendatang
    • sistem drainase yang ada

  

Survei topografi seperti persiapan peta topografi dan survei tambahan (spot survey) profil

saluran drainase dan bangunan-bangunan drainase diperlukan sebelum perencanaan fasilitas drainase. Jenis survei topografi pada jeringan drainase dapat dilakukan dengan atau tanpa peta situasi. Tabel 2 memperlihatkan kedua jenis survey topografi berserta alat yang diperlukan dan hasil diperoleh.

Peta topografi yang diperoleh mempunyai koordinat yang jelas. Titik koordinatnya mudah

ditemukan di lapangan dan mempunyai ukuran ketinggian (garis kontur) serta dapat memberikan gambaran permukaan tanah secara 3-dimensi. Peta topografi digunakan saat penyusunan tata-ruang, perencanaan sistem drainase, genangan air hujan, arah aliran air hujan, dan daerah aman untuk jalan atau permukiman.

Survey dan investigasi mekanika tanah di lokasi proyek juga diperlukan, khususnya pada

lokasi-lokasi bangunan utama.

  Iklim dan hidrologi Kondisi iklim lokasi sistem drainase dipelajari

  • berdasarkan catatan data yang lalu. Data meteorologi seperti suhu udara, kelembapan relatif, penyinaran matahari, kecepatan angin, evaporasi dan lain-lain dapat dikumpulkan dari beberapa yang ada di sekitar lokasi. Pencatatan dan penyimpanan data biasanya dilakukan oleh BMG.
  • Data iklim sangat diperlukan pada perencanaan

    bangunan dan metode serta jadwal pelaksanaan.

    Data hidrologi yang diperlukan meliputi:
  • data debit,
    • –  data hujan,
    • >–  data kualitas air, dan
    • – 
    data aliran / data debit data aliran sungai atau saluran khususnya yang akan dijadikan muara sistem drainase, atau saluran drainase induk, atau banjir kanal, saat ini dan perkembangan di

    masa mendatang perlu dipelajari untuk menentukan usaha-

    usaha perbaikan sistem drainase. Frekuensi, debit banjir maksimum, tinggi maksimum, dan durasi banjir pada sungaitersebut perlu dianalisis, kususnya untuk menentukan debit rencana.

  Debit rencana ditentukan berdasarkan analisis frekuensi dari data debit maksimum tahunan. Kala ulang yang dipakai bervariasi tergantung besar kecilnya kota dan tingkat kepadatan penduduknya serta luas daerah data hujan Data debit tidak selalu tersedia untuk sungai-sungai kecil, apalagi saluran drainase.

  Sebagai gantinya dipakai data hujan. Semua data hujan pada stasiun hujan yang ada di daerah perencanaan dan sekitarnya perlu dikumpulkan. Di daerah perkotaan, diperlukan data hujanjangka pendek untuk merencanakan debit rencana.

  

Prosedur perhitungan debit rencana dengan menggunakan data hujan telah dijelaskan pada bab hidrologi. data sedimen dan kualitas air.

  • Data sedimen meliputi
    • – kuantitas,
    • – komposisi, dan
    • – strukturnya diperlukan dalam merencanakan saluran drainase, terutama penentuan

  kecepatan minimum, serta biaya operasi dan pemeliharaan (pengerukan).

  Jika sistem drainase dilengkapi dengan bangunan bangunan yang menggunakan logam, diperlukan pula data kualitas air , khususnya kandungan bahan-

  

data pasang surut.

  • Problem drainase di daerah rendah atau daerah pantai adalah adanya air balik akibat air pasang. Jika muka air sungai atau laut lebih tinggi dari pada muka air di saluran drainase, maka diperlukan pintu klep atau sistem pompa. Karenanya diperlukan data pasang surut untuk menentukan
  • sistem drainase yang akan dipakai, apakah sistem gravitasi atau sistem pompa. Data pasang surut dapat diperoleh dari pengelola pelabuhan
  • terdekat. Kalau tidak ada, harus dilakukan pengukuran minimal selama 15
  • hari terus menerus. Pengukuran dapat dilakukan secara otomatis dengan memasang
  • AWLR atau secara manual dengan memasang peil schaal. Pengukuran manual dilakukan sebanyak 15x24 jam setiap selang waktu 1 jam.

4. Genangan Banjir

  Data genangan banjir yang pernah terjadi pada masa lalu sangat

  • penting artinya dalam merumuskan sistem drainase. Data genangan dapat dikumpulkan melalui rekaman yang tersedia mapun wawancara langsung dengan penduduk di daerah yang dicurigai pernah tergenang.

  Data yang dikumpulkan meliputi:

  tinggi muka air maksimum dan kedalaman genangan

  • luas dan persebaran daerah genangan lamanya genangan
  • sumber air dan arah aliran air
  • frekuensi terjadinya genangan
  • penyebab terjadinya genangan
  • Berdasarkan data dan informasi tersebut, dapat direkonstruksi peta
  • daerah genangan, sehingga pola jaringan dan/atau system drainase dapat ditentukan.

5. Sistem drainase yang telah ada

  Investigasi yang diperlukan meliputi:

  Daerah perkotaan merupakan daerah yang telah terbangun, sehingga sesederhana apapun sistem drainase pasti telah tersedia. Sistem drainase yang telah ada perlu diinvestigasi dan dipelajariuntuk menjadi bahan referensi dan pertimbangan dalam merencanakan dan/atau perbaikan sistem drainase yang akan dibuat.

  • batas daerah tangkapan air dan luas total
  • saluran drainase utama dan panjangnya
  • panjang saluran-saluran cabang dan daerah tangkapannya
  • kapasitas masing-masing saluran dan pola alirannya
  • permasalahan drainase di daerah tangkapan

  

B Merumuskan Recana Sistem Drainase

1. Konsep dasar perencanaan drainase perkotaan

  Daerah perkotaan pada umumnya menderita banjir atau genangan disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

  banjir kiriman

  • limpasan air banjir dari sungai utama, biasa disebut

  banjir lokal

  • kapasitas saluran tidak cukup, biasa disebut

  saat muka air tinggi akibat

  • pengaruh air balik dari sungai induk pada

  banjir dan/atau air pasang air pasang yang masuk langsung ke daratan maupun lewat

  • banjir akibat saluran-saluran drainase yang ada, dikenal dengan banjir rob. Penyelesaian pekerjaan perbaikan sungai induk dengan debit rencana yang sesuai dapat mencegah terjadinya banjir diriman. Namun, daerah perkotaan tetap mengalami banjir atau genangan yang diakibatkan oleh kondisi drainase dan fasilitas yang tidak memadai. Dalam rangka mengurangi banjir lokal dan/atau banjir rob di daerah

  Perencanaan Sistem Drainase perkotaan perlu memperhaikan hal-hal sebagai berikut:

  • target rencana perbaikan untuk saluran induk dan

  fasilitasnya.Saluran induk menggunakan debit rencana dengan kala ulang 5 – 25 tahunan , sedangkan saluran tersier dengan kala ulang 2 tahunan.

  • Pekerjaan perbaikan harus memenuhi persyaratan teknis dan praktis
    • Operasi, pemeliharaan, dan pengelolaan harus mudah
    • Fasilitas dan sistem drainase yang telah ada harus diusahakan sebanyak mungkin dapat dimanfaatkan
    • Komponen infrastruktur lainnya yang sudah ada untuk meghindari perusakan yang tidak sengaja.
    • Pembebasan lahan dan relokasi sedapat mungkin dihindari

2. Perencanaan Sistem Drainase

  Berdasarkan kondisi sistem drainase yang ada saat ini, rencana sistem drainase untuk tiap bagian wilayah perkotaan dapat dirumuskan dengan konsep dasar yang telah dibahas. Langkah pertama yang perlu diperhatikan adalah mengetahui secara pasti dan rinci penyebab terjadinya genangan. Berdasarkan data kondisi saat ini dan data genangan, dapat disusun usaha perbaikan drainase yang memungkinkan dapat dipilih dari beberapa alternatif berikut: *penurunan debit dengan pembuatan resapan air dan daerah simpanan (retention area) di hulu dan tengah *pembuatan saluran tambahan untuk mengurangi8 daerah tangkapan *perbaikan dan/atau normalisasi saluran drainase *pembuatan pintu klep untuk mengatasi air tinggi di saluran induk *pengurugan daerah-daerah rendah *pembuatan stasiun pompa dan kolam penampungan.

3. Perencanaan Saluran Drainase

  Saluran drainase harus direncanakan untuk dapat melewatkan debit rencana dengan aman. Perencanaan teknis saluran drainase mengikuti tahapan sebagai berikut:

  • menentukan debit rencana
  • menetukan jalur (trase) saluran
  • merencanakan profil memanjang saluran
  • merencanakan penampang melintang saluran
  • mengatur dan merencanakan bangunan-bangunan serta fasilitas sistem drainase.

  Dalam perencanaan perlu memperhatikan cara pelaksanaan, ketersediaan lahan dan bahan, biaya, serta

operasi dan pemeliharaan setelah pembangunan selesai.

Seluruh item pekerjaan tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi saling

  Debit rencana Perhitungan debit rencana untuk saluran drainase di

  • daerah perkotaan dapat dilakukan dengan menggunakan humus rasional, atau hidrograf satuan

  Periode Ulang Metode perhitungan debit yang telah dijelaskan dalam bab Hidrologi. Luas DAS (ha) (tahun) banjir

  Dalam perhitungan waktu konsentrasi dan koefisien

  • limpasan perlu memperhitungkan perkembangan tata

  Tabel 3 kriteria desain hidrologi system drainase perkotaan < 10

2 Rasional guna lahan di masa mendatang.

  Dalam perencanaan saluran drainase dapat dipakai

  • 10 – 100 2 – 5 Rasional

    standar yang telah ditetapkan, baik debit rencana

    (periode ulang) dan cara analisis yang dipakai, tinggi jagaan, struktur saluran dan lain-lain.

  101 – 500 5 – 20 Rasional Tabel 3 menyajikan standar desain saluran

  • > 500 10 - 25 Hidrograf satuan berdasarkan ‘Pedoman Drainase Perkotaan dan

  Jalur saluran Jalur saluran sedapat mungkin mengikuti pola jaringan yang telah ada, kecuali untuk saluran

tambahan dan/atau saluran drainase di daerah

perluasan kota.

  

Penentuan jalur saluran harus memperhatikan

jaringan dan/atau rencana fasilitas (komponen

infrastruktur) yang lain, misalnya: rencana jalan, pipa air minum, jaringan kabel bawah tanah dsb.

  

Profil memanjang

Dalam merencanakan profil memanjang pada saluran drainase perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

  • tinggi muka air di muara (outlet). tinggi muka air di hilir saluran harus didesain berdasarkan pada tinggi muka air rencana di saluran buangan. Saluran buangan dimaksud bisa berupa saluran induk, kolam penampungan, atau langsung ke laut. Dalam hal yang terakhir perlu memperhatikan fluktuasi air laut akibat pasang surut.
  • profil memanjang rencana muka air tertinggi harus direncanakan kira- kira sama dengankemiringan tanah sepanjang saluran sehingga air hujan dari semua titik di daerah tangkapan dapat megalir ke saluran dengan lancar. Kemiringan muka air tertinggi harus berubah secara berangsur-angsur dari terjal di hulu menjadi landai di hilir.
  • kemiringan dasar saluran didesain sama dengan kemiringan muk air tertinggi kecuali pada saluran yang terpengaruh oleh aliran balik. Elevasi dasar saluran didesain serendah mungkin selamamasihpraktis

  Penampang melintang saluran

  • Penampang melintang saluran cukup didesain dengan menggunakan rumus aliran seragam, kecuali pada bagian saluran yang terpengaruh aliran balik (pengempangan). Pengambilan angka kekasaran Manning perlu memperhatikan kondisi dan kemiringan dasar saluran, dinding saluran, dan pemeliharaan saluran.
  • Bentuk penampang saluran biasanya berupa saluran tunggal, karena keterbatasan lebar saluran (lahan terbatas). Tinggi jagaan perlu disediakan sesuai dengan besar kecilnya debit rencana saluran. Keterbatasan lahan sering menjadi pembatas utama dalam memilih penampang melintang saluran. Bentuk-bentuk penampang efisien secara hidraulis tentu dapat diterapkan.
  • Untuk kperluan konstruksi dan pemeliharaan saluran, diperlukan jalan inspeksi di kanan dan kiri saluran. Lenar jalan inspeksi ini sebaiknya >3m, tetapi untuk daerah perkotaan hal ini kadangkala sulit terpenuhi.

  Perkuatan dinding saluran