286274884 MAKALAH MANAJEMEN agri PERTANIAN docx

MAKALAH MANAJEMEN PERTANIAN - MANAJEMEN AGRIBISNIS
TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH MANAJEMEN AGRIBISNIS

Oleh:
Catur Anggi M.
Nabilla Ayudipa
Chyntia Andrean
Siti Khofifatul Isriyah
Ahmad Faris Syafi’i

115040100111035
115040100111127
115040100111152
115040101111204
115040113111012

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Alam telah memperlihatkan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan
ini berbentuk sistem, dari sistem yang paling sederhana hingga sistem yang
paling kompleks.Berbagai bentuk sistem ini membentuk suatu jaring, yang
merupakan suatu jaringkehidupan. Suatu sistem yang berada dalam jaring
kehidupan akan saling mempengaruhidan saling tergantung satu sama lain

sehingga kondisi setiap sistem akan selalu salingterkait. Sifat-sifat tersebut
membuat suatu sistem kehidupan akan selalu berusahamembentuk dan
menjaga keseimbangan hubungan antara beragam sistem yang
ada,keseimbangan hubungan yang terjadi dan terbentuk secara otomatis
karena jaringkehidupan telah memiliki caranya sendiri untuk
menyeimbangkan hubungan antara satusistem dengan sistem
lainnya.Manusia dengan didasari oleh perasaan ingin tahu akan selalu
berusaha untuk memahami sistem dengan mempelajari dan mengamati
sistem itu sendiri. Pengamatan tentulah tidak dapat dilakukan secara
serentak pada beragam sistem, tetapi harus memfokuskan pada suatu

sistem yang dipilih dengan cara membatasi sistem tersebut. Dengan
memberikan garis batas maya bagi sistem yang akan diamati agar
terdapat pemisahan sementara antara sistem dengan lingkungan. Setelah
adanya batasan maya ini barulah suatu sistem dapat diamati sehingga
dapat dipahami apa pengaruh lingkungan bagi sistem,
Eriyatno (2003) dalam bukunya Ilmu Sistem menyatakan bahwa teori
sistem merupakan paradigma yang mempelajari sesuatu secara utuh dan
berusaha mencari pengertian secarakeseluruhan melalui pengetahuan atas
bagian-bagiannya. Dapat dikatakan bahwa kajiansistem dan kajian
spesialisasi akan saling melengkapi, memberikan gambaran realita
yangholistik, general, terpadu sekaligus dilengkapi dengan kajian yang
mendalam, detil dan rinci.
Ada beragam fakta yang membuktikan peranan agribisnis dalam
pembangunanIndonesia.
Data
perjalanan
sejarah
Indonesia
memperlihatkan bahwa agribisnis telahdilakukan pada zaman nenek
moyang dan menjadi penggerak ekonomi kerajaan-kerajaandahulu.

Banyak pelabuhan-pelabuhan besar berdiri dan menjadi makmur
berkatkeunggulan hasil bumi Indonesia.Seiring dengan pertumbuhan
populasi penduduk, pangsa pasar produk agribisnis juga tumbuh dengan
berkembangnya kebutuhan manusia akan produk-produk agribisnisyang
alami dan ramah lingkungan. Kebutuhan dan kesadaran manusia akan
bioenergi, biofarmaka, makanan organik, bio produk lainnya akan
membuat permintaan akan produk-produk agribisnis semakin meningkat
tetapi disisi lain volume sumberdaya alam(SDA) tetap bahkan ada
kecenderungan
menurunnya
kualitas
sumberdaya
alam
sehingga produktifitasnya juga menurun. Adanya peningkatan produk
agribisnis tetapi disisi lain produktifitas sumberdaya alam menurun
memerlukan pendekatan agribisnis untuk mengoptimalkan sumberdaya
yang ada untuk memenuhi kebutuhan manusia.Agribisnis melibatkan
multi sektor kehidupan manusia, berbagai hasil pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, perikanan, berperan dalam memenuhi
kebutuhanmanusia.

Agribisnis
terkait
dengan
pengelolaan

keanekaragaman hayati dan kekayaan biodiversity Indonesia, berperan
dalam degradasi Sumber Daya Alam dan Lingkungansekaligus berperan
dalam upaya menjaga ketahanan Sumber Daya Alam Indonesia.Agribisnis
terlibat dalam pemenuhan berbagai kebutuhan manusia baik fisik dan
nonfisik, menjadi pembuka lapangan kerja dan penghidupan bagi
masyarakat. Agribisnisterlibat dengan pemanfaatan dan pengembangan
IPTEK dalam rentang yang lebar mulaidari yang sederhana, tepat guna,
madya hingga teknologi tinggi. Agribisnis berperandalam pengembangan
pasar berbagai jenis, tipe dan fungsi untuk memenuhi danmemuaskan
kebutuhan konsumen dan memuaskan produsen. Adanya pasar
agribisnis juga mengembangkan aliran distribusi barang, jasa maupun
uang. Peran lain agribisnisadalah mendorong pengembangan sektor
industri keuangan dan sektor pendukungnya.Agribisnis juga berperan
dalam pengembangan organisasi usaha, organisasi penunjang usaha
termasuk organisasi kemasyarakatan. Singkatnya agribisnis berperan

dalammanajemen SDA, SDM, IPTEK, Pasar, Finansial, Organisasi.
(Anonymous a, 2012)
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5

Rumusan masalah
Bagaimana perbedaan pertanian sebagai sebuah sektor dan agribisnis
sebagai sebuah sistem?
Bagaimana bagan sistem agribisnis dan hubungan antara agribisnis
dengan agroindustri?

Bagaimana fungsi dan peranan lembaga penunjang dalam sistem
agribisnis?
Bagaimana peranan agribisnis dalam perekonomian Nasional?
Bagaimana ruang lingkup agribisnis?
Tujuan
Mengetahui pengertian pertanian sebagai sebuah sektor dan agribisnis
sebagai sebuah sistem.
Mengetahui system agribisnis dan hubungaun antara agribisnis
dengan agroindustri.
Mengetahui fungsi dan peranan lembaga penunjang dalam system
agribisnis.
Mengetahui peranan agribbisnis dalam perekonomian Nasional.
Mengetahui ruang lingkup agribisnis.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perbedaan pertanian sebuah sektor dan agribisnis sebuah sistem
a. Pertanian sebagai Sektor
Menurut Steinhoff (1995)


Kegiatan bisnis sebagai aktivitas yang menyediakan barang dan jasa
yang diperlukan atau diinginkan oleh konsumen,dapat dilakukan oleh
organisasi perusahaan yang memiliki badan hukum,perusahaan yang
memiliki badan usaha maupun perorangan yang tidak memiliki badan
hukum maupun badan usaha seperti pedagang kaki lima serta usaha
informal lainnya.
Menurut Griffin dan Ebert (1996)
Aktivitas bisnis melalui penyedian barang dan jasa bertujuan untuk
menghasilakn profit atau laba.Suatu perusahaan dikatakan menghasilkan
laba apabila total penerimaan pada suatu periode lebih besar dari total
biaya pada periode yang sama.
Agribisnis sebagai bisnis berarti keseluruhan operasi yang mencakup
pertanian, semuanya mengarah pada usaha dan untuk mendapat profit
melalui penyedian barang dan jasa.
b. Agribisnis sebagai Sistem
Agribisnis sebagai Sistem adalah merupakan seperangkat unsur yang
secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.
Sistem
agribisnis
Secara konsepsional Sistem Agribisnis adalah semua aktivitas mulai dari

pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran
produk-produk yang dihasilakan oleh usaha tani dan agroindustriyang
saling
terkait
satu
sama
lain.
Sistem agribisnis merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan
pertanian sebagai suatu kegiatan yang utuh dan komprehensif sekaligus
sebagai suatu konsep yang dapat menelaah dan menjawab berbagai
masalah dan tantangan. (Anonymousb, 2012)

2.2. Sistem agribisnis dan hubungan antara agribisnis dengan agroindustri
Sistem agribisnis
Karakteristik suatu sistem adalah bila terdapat suatu kumpulan elemen
yangterintegrasi karena adanya interaksi antar elemen tersebut kemudian

juga memiliki tujuan atau sasaran bersama yang harus dicapai. Interaksi
antar elemen akan memiliki aktivitas perencanaan input, pengendalian
proses dan pengukuran output, sebagai evaluasi sistem.

Sistem agribisnis merupakan kesatuan atau kumpulan dari elemen
agribisnis yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan dan sasaran
bersama, menggunakan input dan mengeluarkan output produk agribisnis
melalui pengendalian proses yang telah direncanakan. (Anonymousc, 2012)
Bagan sistem agribisnis
Hubungan antara Agribisnis dan Agroindustri
Agroindustri adalah industri yangmemiliki keterkaitan ekonomi
(baik langsung maupun tidak langsung) yang kuat dengankomoditas
pertanian. Keterkaitan langsung mencakup hubungan komoditas
pertaniansebagai bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun
kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk akhir
agroindustri. Sedangkan keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan
ekonomi lain yang menyediakan bahan baku (input) lain diluar komoditas
pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan, dll. Dalam
mengembangkanagroindustri, tidak akan berhasil tanpa didukung oleh
agroindustri penunjang lain sepertiindustri pupuk, industri pestisida,
industri bibit/benih, industri pengadaan alat-alat produksi pertanian dan
pengolahan agroindustri seperti industri mesin perontok danindustri mesin
pengolah lain. (Anonymousd, 2012)
2.3. Fungsi dan peranan lembaga penunjang dalam sistem agribisnis

Keberdaan kelembagaan pendukung pengembangan agribisnis nasional
sangat penting untuk menciptakan agribisnis Indonesia yang tangguh dan
kompetitif. Lembaga-lembaga pendukung tersebut sangat menentukan
dalam upaya menjamin terciptanya integrasi agribisnis dalam
mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis.
Peranan lembaga penunjang dalam agribisnis
1.
Pemerintah
Lembaga pemerintah mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah, memiliki
wewenang, regulasi dalam menciptakan lingkungan agribinis yang
kompetitif dan adil.
2.
Lembaga
pembiayaan
Lembaga pembiayaan memegang peranan yang sangat penting dalam
penyediaan modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu
sampai hilir. Penataan lembaga ini segera dilakukan, terutama dalam
membuka akses yang seluas-luasnya bagi pelaku agribisnis kecil dan
menengah yang tidak memilki aset yang cukup untuk digunkan guna
memperoleh pembiayaan usaha.

3.
Lembaga
pemasaran
dan
disitribusi
Peranan lembaga ini sebagai ujung tombak keberhasilan pengembangan
agribinis, karena fungsinya sebagai fasilitator yang menghubungkan

antara deficit unit (konsumen pengguna yang membutuhkan produk) dan
surplus unit ( produsen yang menghasilkan produk.
4.
Koperasi
Peranan lembaga ini dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyalur inputinput dan hasil pertanian. Namun di Indonesia perkembangan KUD
terhambat karena KUD dibentuk hanya untuk memenuhi keinginan
pemerintah, modal terbatas, pengurus dan pegawai KUD kurang
professional.
5.
Lembaga
pendidikan
formal
dan
informal
Tertinggalnya Indonesia dibandingkan dengan negara lain, misalnya
Malaysia, lemabaga ini sangat berperan sangat besar dalam pengembagan
agribisnis dampaknya Malaysia sebagai raja komoditas sawit. Demikian
juga Universitas Kasetsart di Thailand telah berhasil melahirkan tenagatenaga terdidik di bidang agribisnis, hal ini dibuktikan dengan
berkembangnya agribisnis buah-buhan dan hortikultura yang sangat
pesat. Oleh karena itu, ke depan pemerintah hanyalah sebagai fasilitator
bukan sebagai pengatur dan penentu meknisme sistem pendidikan. Dengan
demikian diharapkan lembaga pendidikan tinggi akan mampu menata diri
dan memiliki ruang gerak yang luas tanpa terbelenggu oleh aturan main
yang berbelit-belit.
6.
Lembaga
penyuluhan
Keberhasilan Indonesia berswasembada beras selama kurun waktu 10
tahun (1983-1992) merupakan hasil dari kerja keras lembaga ini yang
konsisiten memperkenalkan berbagai program, seperti Bimas, Inmas,
Insus, dan Supra Insus. Peranan lembaga ini akhir-akhir ini menurun
sehingga perlu penataan dan upaya pemberdayaan kembali dengan
deskripsi yang terbaik. P peranannanya bukan lagi sebagai penyuluh
penuh, melainkan lebih kepada fasilitator dan konsultan pertanian rakyat.
7.

Lembaga
Riset
Agribinis
Lembaga ini jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan negara lain yang
dahulunya berkiblat ke Indonesia. Semua lembaga riset yang terkait
dengan agribinis harus diperdayakan dan menjadikan ujung tombak
untuk mengahasilkan komoditas yang unggul dan daya saing tinggi.
Misalnya Meksiko dapat memproduksi buah avokad yang warna daging
buahnya kuning kehijau-hijauan, kulit buah bersih dan halus, dan bentuk
buah yang besar dengan biji yang kecil.
8.
Lembaga
penjamin
dan
penanggungan
resiko.
Resiko dalam agribisnis tergolong besar, namun hampir semuanya dapat
diatasi dengan teknologi dan manajemen yang handal. Instrumen heading
dalam bursa komoditas juga perlu dikembangkan guna memberikan
sarana penjaminan bebagai resiko dalam agribisnis dan industri
pengolahannya. (Anonymouse, 2012)

2.4. Peranan sistem agribisnis dalam perekonomian nasional
Pembangunan ekonomi yang tepat perlu didasarkan pada keunggulan
komparatif yang dimiliki. Melalui proses pembangunan yang bertahap dan
konsisten, keunggulan komparatif ini dikembangkan menjadi keunggulan
kompetitif. Negara yang berdaya saing adalah Negara yang mampu
mengembangkan keunggulan komparatifnya menjadi keunggulan
kompetitif.
Indonesia
memiliki
keunggulan
komparatif
pada
keanekaragaman sumberdaya hayati. Kegiatan ekonomi yang
memanfaatkan keunggulan sumberdaya hayati di Indonesia adalah
kegiatan pertanian dalam arti luas. Sistem agribisnis tidak sama dengan
sector pertanian. Sistem agribisnis jauh lebih luas daripada sector
pertanian yang dikenal selama ini.
Peranan agribisnis dalam perekonomian Indonesia sangat penting.
Agribisnis tidak di gambarkan suatu sector yang secara jelas tercatat
kontribusinya dalam pembentukan penyerapan tenaga kerja.
1.
Peranan agribisnis dalam pembentukan PDB. Sampai saatini non
migas menyumbang sekitar 90% PDB, dan agribisnis merupakan
penyumbang terbesar dalam PDB non migas.
2.
Peranan agribisnis dalam penyerapan tenaga kerja. Karakteristik
teknologi yang digunakan dalam agribisnis bersifat akomodatif terhadap
keragaman kualitas tenaga kerja, sehingga tidak mengherankan agribisnis
menjadi penyerap tenaga kerja nasional yang terbesar.
3.
Peranan agribisnis dalam perolehan devisa. Selama ini selain eksport
migas, hanya agribisnis yang mampu memberikan non eksport secara
konsisten.
4.
Peranan agribisnis dalam penydiaan bahan pangan. Ketersediaan
berbagai ragam dan kualitas pangan dalam jumlah pada waktu dan
tempat yang terjangkau masyarakat merupakan prasyarat penting bagi
keberhasilan pembangunan di Indonesia.
5.
Peranan agribisnbis dalam mewujudkan pemerataan hasil
pembangunan.
Peranan agribisnis dalam pelestarian lingkungan. Kegiatan agribisnis yang
berlandaskan pada pendayagunaan keanekaragaman ekosistem di seluruh
tanah air memilki potensi melestarikan lingkungan hidup. (Anonymous f,
2012)
2.5. Ruang lingkup manajemen agribisnis
Manajemen agribisnis
Manajemen Agribisnis adalah suatu matakuliah yang mengaplikasikan
ilmu manajemen dalam pelaksanaan kegiatan/ usaha Agribisnis.
Kemajuan pertanian sangat tergantung dari bagaimana mengelola
sumberdaya pertanian yang dimiliki dengan seefektif dan seefisien
mungkin. Pertanian dalam arti modern tidak hanya berkutat pada

d.

kegiatan usahatani saja tetapi juga dalam kegiatan pengelolaan
penyediaan/ pengadaan sarana produksi, penanganan pasca panen,
pengolahan, serta pemasaran.
Ruang lingkup manajemen agribisnis:
a.
Agribisnis sebagai suatu “Sistem” : Interdependensi antar sub
sistem
b.
Agribisnis sebagai suatu “Praktek Bisnis”

Pasar adalah Raja

Persaingan adalah Aturan Mainnya

Perubahan adalah Sesuatu Yang Pasti
c.
Agribisnis sebagai suatu “Paradigma Pembangunan
Pertanian”
Agribisnis sebagai suatu “Keilmuan” : Ekonomi Agribisnis dan
ManajemenAgribisnis. (Anonymousg, 2012)

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara konsepsional Sistem Agribisnis adalah semua aktivitas mulai
dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada
pemasaran produk-produk yang dihasilakan oleh usaha tani dan
agroindustriyang
saling
terkait
satu
sama
lain.
Sistem agribisnis merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan
pertanian sebagai suatu kegiatan yang utuh dan komprehensif sekaligus
sebagai suatu konsep yang dapat menelaah dan menjawab berbagai
masalah dan tantangan.
Agroindustri adalah industri yangmemiliki keterkaitan ekonomi
(baik langsung maupun tidak langsung) yang kuat dengankomoditas
pertanian. Keterkaitan langsung mencakup hubungan komoditas
pertaniansebagai bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun
kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk akhir
agroindustri. Sedangkan keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan
ekonomi lain yang menyediakan bahan baku (input) lain diluar komoditas
pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan, dll.
Keberdaan kelembagaan pendukung pengembangan agribisnis
nasional sangat penting untuk menciptakan agribisnis Indonesia yang

tangguh dan kompetitif. Lembaga-lembaga pendukung tersebut sangat
menentukan dalam upaya menjamin terciptanya integrasi agribisnis dalam
mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis.
Pembangunan ekonomi yang tepat perlu didasarkan pada
keunggulan komparatif yang dimiliki. Melalui proses pembangunan yang
bertahap dan konsisten, keunggulan komparatif ini dikembangkan
menjadi keunggulan kompetitif. Negara yang berdaya saing adalah Negara
yang mampu mengembangkan keunggulan komparatifnya menjadi
keunggulan kompetitif.
Manajemen
Agribisnis
adalah
suatu
matakuliah
yang
mengaplikasikan ilmu manajemen dalam pelaksanaan kegiatan/ usaha
Agribisnis. Kemajuan pertanian sangat tergantung dari bagaimana
mengelola sumberdaya pertanian yang dimiliki dengan seefektif dan
seefisien mungkin.

a

onymous ,

onymousb,

onymousc,

onymousd,

onymouse,

onymousf,

onymousg,

DAFTAR PUSTAKA
2012. www.scribd.com/doc/55460873/Bahan-Makalah-Sistem-Agribisnis2011.Diakses pada 29 Februari 2012.
2012. http://agrimaniax.blogspot.com/2010/05/agribisnis-manajemenagribisnis.html. Diakses pada 29 Februari 2012.
2012. http://taman-agribisnis.blogspot.com/2010/02/bab-v-sistemagribisnis.html. Diakses pada 29 Februari 2012.
2012. www.scribd.com/doc/55460873/Bahan-Makalah-Sistem-Agribisnis2011. Diakses pada 01 Maret 2012.
2012.http://prihatnalameindra.blogspot.com/2011/07/kelembagaanpendukung-agribisnis.html. Diakses pada 01 Maret 2012.
2012. http://www.docstoc.com/docs/54830672/AGRIBISNIS-SEBAGAILANDASAN-PEMBANGUNAN-EKONOMI-INDONESIA-DALAM.
Diakses pada 01 Maret 2012.
2012. http://fdina.lecture.ub.ac.id/2009/06/manajemen-agribisnis/. Diakses
pada 29 Februari 2012.
http://khofifah-sikhya.blogspot.com/2012/06/makalah-manajemen-pertanianmanajemen.html

makalah
MEMBANGUN SISTEM AGRIBISNIS
A. LATAR BELAKANG
Sejak Orde pembangunan dimulai di Indonesia, pemerintah dan rakyat
Indonesia telah menetapkan Trilogi Pembangunan Nasional (pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan,
stabilitas nasional yang mantap dan dinamis) sebagai doktrin pelaksanaan
pembangunan nasional. Strategi dan kebijaksanaan, program-program
pembangunan setiap sektor pembangunan nasional dijiwai dan mengacu pada
pencapaian Trilogi Pembangunan Nasional tersebut. Upaya pencapaian Trilogi
Pembangunan diwujudkan melalui pembangunan ekonomi dengan titik berat
pada pertanian primer.
Selama 25 Tahun pembangunan ekonomi dengan titik berat pertanian
berlangsung, pertumbuhan ekonomi mampu mencapai sekitar 7 persen
pertahun, laju inflasi dapat dikendalikan dibawah dua digit, swasembada beras
tercapai pada tahun 1984, pendapatan perkapita meningkat dari sekitar US $ 70
pada tahun 1969 menjadi sekitar US $ 700 pada akhir PJP I.
Dengan perubahan struktur perekonomian nasional yang demikian, pada tahap
selanjutnya prioritas pembangunan ekonomi nasioanl mengalami perubahan.
Pembangunan industri yang didukung oleh pertanian yang tangguh menjadi titik
berat pembangunan ekonomi nasional. Disini muncul pertanyaan besar,
bagaimana wujud pembangunan industri yang didukung pertanian tangguh.
Disini dapat diartikan bahwa industri yang perlu dikembangkan adalah industriindustri yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, yakni
agroindustri. Namun sekali lagi adalah bahwa agroindustri tidak mungkin
berkembang dan bermanfaat bagi rakyat Indonesia, bila tidak didukung oleh
pertanian primer sebagai penghasil bahan baku. Kemudian, pertanian primer
tidak akan mampu berkembang bila tidak didukung oleh pengembangan
industri-industri yang menghasilkan sarana produksi (industri hulu pertanian).
Dan agroindustri, pertanian primer dan industri hulu pertanian tidak dapat
berkembang dengan baik bila tidak didukung oleh sektor atau lembaga yang
menyediakan jasa yang dibutuhkan.
B. AGRIBISNIS SEBAGAI SUATU SISTEM
Agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis merupakan seperangkat unsur
yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini
dapat diartikan bahwa agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang
tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta
terorganisir sebagai suatu totalitas.
Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi
Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan

penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana
produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input
usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu
dan tepat produk.
b. Subsistem Usahatani atau proses produksi
Sub sistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani
dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam
kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan
pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan
pada usahatani yang intensif dan sustainable (lestari), artinya meningkatkan
produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpa
meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air.
Disamping itu juga ditekankan usahatani yang berbentuk komersial bukan
usahatani yang subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka
c. Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil
Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat
petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca
panen produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan
maksud untuk menambah value added (nilai tambah) dari produksi primer
tersebut. Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan, pengekstraksian,
penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu.
d. Subsistem Pemasaran
Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan
agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama
subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan
market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri.
e. Subsistem Penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang
meliputi :
• Sarana Tataniaga
• Perbankan/perkreditan
• Penyuluhan Agribisnis
• Kelompok tani
• Infrastruktur agribisnis
• Koperasi Agribisnis
• BUMN
• Swasta
• Penelitian dan Pengembangan
• Pendidikan dan Pelatihan
• Transportasi
• Kebijakan Pemerintah
C. STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS

1. Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian
serta jasa yang dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis.
Hal ini dapat diartikan bahwa perkembangan pertanian, industri dan jasa harus
saling berkesinambungan dan tidak berjalan sendiri-sendiri. Yang sering kita
dapatkan selama ini adalah industri pengolahan (Agroindustri) berkembang di
Indonesia, tapi bahan bakunya dari impor dan tidak (kurang) menggunakan
bahan baku yang dihasilkan pertanian dalam negeri. Dipihak lain, peningkatan
produksi pertanian tidak diikuti oleh perkembangan industri pengolahan
( Membangun industri berbasis sumberdaya domestik/lokal). Sehingga perlu
pengembangan Agribisnis Vertikal.
2. Membangun Agribisnis adalah membangun keunggulan bersaing diatas
keunggulan komparatif yaitu melalui transformasi pembangunan kepada
pembangunan yang digerakkan oleh modal dan selanjutnya digerakkan oleh
inovasi. Sehingga melalui membangun agribisnis akan mampu
mentransformasikan perekonomian Indonesia dari berbasis pertanian dengan
produk utama (Natural resources and unskill labor intensive) kepada
perekonomian berbasis industri dengan produk utama bersifat Capital and skill
Labor Intesif dan kepada perekonomian berbasis inovasi dengan produk utama
bersifat Innovation and skill labor intensive. Dalam arti bahwa membangun
daya saing produk agribisnis melalui transformasi keunggulan komparatif
menjadi keunggulan bersaing, yaitu dengan cara:
• Mengembangkan subsistem hulu (pembibitan, agro-otomotif, agro-kimia) dan
pengembangan subsistem hilir yaitu pendalaman industri pengolahan ke lebih
hilir dan membangun jaringan pemasaran secara internasional, sehingga pada
tahap ini produk akhir yang dihasilkan sistem agribisnis didominasi oleh
produk-produk lanjutan atau bersifat capital and skill labor intensive.
• Pembangunan sistem agribisnis yang digerakkan oleh kekuatan inovasi. Pada
tahap ini peranan Litbang menjadi sangat penting dan menjadi penggerak utama
sistem agribisnis secara keseluruhan. Dengan demikian produk utama dari
sistem agribisnis pada tahap ini merupakan produk bersifat Technology
intensive and knowledge based.
• Perlu orientasi baru dalam pengelolaan sistem agribisnis yang selama ini
hanya pada peningkatan produksi harus diubah pada peningkatan nilai tambah
sesuai dengan permintaan pasar serta harus selalu mampu merespon perubahan
selera konsumen secara efisien..
3. Menggerakkan kelima subsistem agribisnis secara simultan, serentak dan
harmonis. Oleh karena itu untuk menggerakkan Sistem agribisnis perlu
dukungan semua pihak yang berkaitan dengan agribisnis/ pelaku-pelaku
agribisnis mulai dari Petani, Koperasi, BUMN dan swasta serta perlu seorang
Dirigent yang mengkoordinasi keharmonisan Sistem Agribisnis.
4. Menjadikan Agroindustri sebagai A Leading Sector. Agroindustri adalah
industri yang memiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung maupun tidak
langsung) yang kuat dengan komoditas pertanian. Keterkaitan langsung

mencakup hubungan komoditas pertanian sebagai bahan baku (input) bagi
kegiatan agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan perdagangan yang
memasarkan produk akhir agroindustri. Sedangkan keterkaitan tidak langsung
berupa kegiatan ekonomi lain yang menyediakan bahan baku (input) lain diluar
komoditas pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan, dll. Dalam
mengembangkan agroindustri, tidak akan berhasil tanpa didukung oleh
agroindustri penunjang lain seperti industri pupuk, industri pestisida, industri
bibit/benih, industri pengadaan alat-alat produksi pertanian dan pengolahan
agroindustri seperti industri mesin perontok dan industri mesin pengolah lain.
Dikatakan Agroindustri sebagai A Leading Sector apabila memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Memiliki pangsa yang besar dalam perekonomian secara keseluruhan
sehingga kemajuan yang dicapai dapat menarik pertumbuhan perekonomian
secara total.
b. Memiliki pertumbuhan dan nilai tambah yang relatif tinggi.
c. Memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang cukup besar sehingga
mampu menarik pertumbuhan banyak sektor lain.
d. Keragaan dan Performanya berbasis sumberdaya domestik sehingga efektif
dalam membangun daerah serta kuat dan fleksibel terhadap guncangan
eksternal.
e. Tingginya elastisitas harga untuk permintaan dan penawaran.
f. Elastisitas Pendapatan untuk permintaan yang relatif besar
g. Angka pengganda pendapatan dan kesempatan kerja yang relatif besar
h. Kemampuan menyerap bahan baku domestik
i. Kemampuan memberikan sumbangan input yang besar.
5. Membangun Sistem agribisnis melalui pengembangan Industri Perbenihan
Industri Perbenihan merupakan mata rantai terpenting dalam pembentukan
atribut produk agribisnis secara keseluruhan. Atribut dasar dari produk
agribisnis seperti atribut nutrisi (kandungan zat-zat nutrisi) dan atribut nilai
(ukuran, penampakan, rasa, aroma dan sebagainya) serta atribut keamanan dari
produk bahan pangan seperti kandungan logam berat, residu pestisida,
kandungan racun juga ditentukan pada industri perbenihan. Untuk membangun
industri perbenihan diperlukan suatu rencana strategis pengembangan industri
perbenihan nasional. Oleh karena itu pemda perlu mengembangkan usaha
perbenihan (benih komersial) berdasar komoditas unggulan masing-masing
daerah, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi industri perbenihan
modern. Pada tahap berikutnya daerah-daerah yang memiliki kesamaan
agroklimat dapat mengembangkan jenjang benih yang lebih tinggi seperti
jenjang benih induk,
6. Dukungan Industri Agro-otomotif dalam pengembangan sistem agribisnis.
Dalam rangka memodernisasi agribisnis daerah, perlu pengembangan banyak
jenis dan ragam produk industri agro-otomotif untuk kepentingan setiap sub
sistem agribisnis. Untuk kondisi di Indonesia yang permasalahannya adalah

skala pengusahaan yang relatif kecil, tidak ekonomis bila seorang petani
memiliki produk agro-otomotif karena harganya terlalu mahal. Oleh karena itu
perlu adanya rental Agro-otomotif yang dilakukan oleh Koperasi Petani atau
perusahaan agro-otomotif itu sendiri.
Dukungan Industri Pupuk dalam pengembangan sistem agribisnis.
Pada waktu yang akan datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem
Networking baik vertikal(dari hulu ke hilir) maupun Horisontal (sesama
perusahaan pupuk), yaitu dengan cara penghapusan penggabungan perusahaan
pupuk menjadi satu dimana yang sekarang terjadi adalah perusahaan terpusat
pada satu perusahaan pupuk pemerintah. Oleh karena perusahaan-perusahaan
pupuk harus dibiarkan secara mandiri sesuai dengan bisnis intinya dan bersaing
satu sama lain dalam mengembangkan usahanya. Sehingga terjadi harmonisasi
integrasi dalam sistem agribisnis. Serta perlu dikembangkan pupuk majemuk,
bukan pupuk tunggal yang selama ini dikembangkan.
7. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui Reposisi Koperasi Agribisnis.
Perlu adanya perubahan fungsi/paradigma Koperasi Agribisnis, yaitu untuk:
a. Meningkatkan kekuatan debut-tawar (bargaining position) para anggotanya.
b. Meningkatkan daya saing harga melalui pencapaian skala usaha yang lebih
optimal.
c. Menyediakan produk atau jasa, yang jika tanpa koperasi tidak akan tersedia.
d. Meningkatkan peluang pasar
e. Memperbaiki mutu produk dan jasa
f. Meningkatkan pendapatan
g. Menjadi Wahana Pengembangan ekonomi rakyat
h. Menjadikan koperasi sebagai Community based organization, keterkaitan
koperasi dengan anggota dan masyarakat sekitar merupakan hal yang paling
esensial dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.
i. Melakukan kegiatan usaha yang sejalan dengan perkembangan kegiatan
ekonomi anggota.
j. Perlu mereformasi diri agar lebih fokus pada kegiatan usahanya terutama
menjadi koperasi pertanian dan mengembangkan kegiatan usahanya sebagai
koperasi agribisnis. Perlu kegiatan-kegiatan usaha yang mendukung distribusi,
pemasaran dan agroindustri berbasis sumberdaya lokal serta perlu melakukan
promosi untuk memperoleh citra positif layaknya sebuah koperasi usaha
misalnya: Koperasi Agribisnis atau Koperasi Agroindustri atau Koperasi
Agroniaga yang menangani kegiatan usaha mulai dari hulu sampai ke hilir.
8. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui pengembangan sistem informasi
agribisnis. Dalam membangun sistem informasi agribisnis, ada beberapa aspek
yang perlu diperhatikan adalah informasi produksi, informasi proses, distribusi,
dan informasi pengolahan serta informasi pasar.
9. Tahapan pembangunan cluster Industri Agribisnis.
Tahapan pembangunan sistem agribisnis di Indonesia:
A. Tahap kelimpahan faktor produksi yaitu Sumberdaya Alam dan Tenaga Kerja

tidak terdidik. Serta dari sisi produk akhir, sebagian besar masih menghasilkan
produk primer. Perekonomian berbasis pada pertanian.
B. Akan digerakkan oleh kekuatan Investasi melalui percepatan pembangunan
dan pendalaman industri pengolahan serta industri hulu pada setiap kelompok
agribisnis. Tahap ini akan menghasilkan produk akhir yang didominasi padat
modal dan tenaga kerja terdidik, sehingga selain menambah nilai tambah juga
pangsa pasar internasional. Perekonomian berbasis industri pada agribisnis.
C. Tahap pembangunan sistem agribisnis yang didorong inovasi melalui
kemajuan teknologi serta peningkatan Sumberdaya manusia.Tahap ini dicirikan
kemajuan Litbang pada setiap sub sistem agribisnis sehingga teknologi
mengikuti pasar. Perekonomian akan beralih dari berbasis Modal ke
perekonomian berbasis Teknologi.
10. Membumikan pembangunan sistem Agribisnis dalam otonomi daerah
Pembangunan Ekonomi Desentralistis-Bottom-up, yang mengandalkan industri
berbasis Sumberdaya lokal. Pembangunan ekonomi nasional akan terjadi di
setiap daerah.
12. Dukungan perbankan dalam pengembangan sistem agribisnis di daerah.
Untuk membangun agribisnis di daerah, peranan perbankan sebagai lembaga
pembiayaan memegang peranan penting. Ketersediaan skim pembiayaan dari
perbankan akan sangat menentukan maju mundurnya agribisnis daerah. Selama
ini yang terjadi adalah sangat kecilnya alokasi kredit perbankan pada agribisnis
daerah, khususnya pada on farm agribisnis. Selama 30 tahun terakhir, keluaran
kredit pada on farm agribisnis di daerah hanya kurang dari 20 % dari total kredit
perbankan. Padahal sekitar 60 % dari penduduk Indonesia menggantungkan
kehidupan ekonominya pada on farm agribisnis. Kecilnya alokasi kredit juga
disebabkan dan diperparah oleh sistem perbankan yang bersifat Branch Banking
System. Sistem Perbankan yang demikian selama ini, perencanaan skim
perkreditan (jenis, besaran, syarat-syarat) ditentukan oleh Pusat bank yang
bersangkutan/sifatnya sentralistis, yang biasanya menggunakan standart sektor
non agribisnis, sehingga tabungan yang berhasil dihimpun didaerah, akan
disetorkan ke pusat, yang nantinya tidak akan kembali ke daerah lagi. Oleh
karena itu perlunya reorientasi Perbankan, yaitu dengan merubah sistem
perbankan menjadi sistem Unit Banking system (UBS), yakni perencanaan skim
perkreditan didasarkan pada karakteristik ekonomi lokal. Kebutuhan kredit
antara subsistem agribisnis berbeda serta perbedaan juga terjadi pada setiap
usaha dan komoditas. Prasyarat agunan kredit juga disesuaikan. Disamping
agunan lahan atau barang modal lainnya, juga bisa penggunaan Warehouse
Receipt System (WRS) dapat dijadikan alternatif agunan pada petani. .WRS
adalah suatu sistem penjaminan dan transaksi atas surat tanda bukti (Warehouse
Receipt).
13. Pengembangan strategi pemasaran
Pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat penting peranannya terutama

menghadapi masa depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami
perubahan, keadaan pasar heterogen. Dari hal tersebut, sekarang sudah mulai
mengubah paradigma pemasaran menjadi menjual apa yang diinginkan oleh
pasar (konsumen). Sehingga dengan berubahnya paradigma tersebut, maka
pengetahuan yang lengkap dan rinci tentang preferensi konsumen pada setiap
wilayah, negara, bahkan etnis dalam suatu negara, menjadi sangat penting untuk
segmentasi pasar dalam upaya memperluas pasar produk-produk agribisnis yang
dihasilkan. Selain itu diperlukan juga pemetaan pasar (market mapping) yang
didasarkan preferensi konsumen, yang selanjutnya digunakan untuk pemetaan
produk (product mapping).. Selain itu juga bisa dikembangkan strategi
pemasaran modern seperti strategi aliansi antar produsen, aliansi produsenkonsumen, yang didasarkan pada kajian mendalam dari segi kekuatan dan
kelemahan.
14. Pengembangan sumberdaya agribisnis.
Dalam pengembangan sektor agribisnis agar dapat menyesuaikan diri terhadap
perubahan pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya
pemanfaatan dan pengembangan teknologi serta pembangunan kemampuan
Sumberdaya Manusia (SDM) Agribisnis sebagai aktor pengembangan
agribisnis. Dalam pengembangan teknologi, yang perlu dikembangkan adalah
pengembangan teknologi aspek: Bioteknologi, teknologi Ekofarming, teknologi
proses, teknologi produk dan teknologi Informasi. Sehingga peran Litbang
sangatlah penting. Untuk mendukung pengembangan jaringan litbang
diperlukan pengembangan sistem teknologi informasi yang berperan
mengkomunikasikan informasi pasar, mengefektifkan arus informasi antar
komponen jaringan, mengkomunikasikan hasil-hasil litbang kepada pengguna
langsung dan mengkomunikasikan konsep dan atribut produk agribisnis kepada
konsumen. Dalam pengembangan SDM Agribisnis perlu menuntut kerjasama
tim (team work) SDM Agribisnis yang harmonis mulai dari SDM Agribisnis
pelaku langsung dan SDM Agribisnis pendukung sektor agribisnis.
15. Penataan dan pengembangan struktur Agribisnis.
Struktur agribisnis yang tersekat-sekat telah menciptakan masalah transisi dan
margin ganda. Oleh karena itu penataan dan pengembangan struktur agribisnis
nasional diarahkan pada dua sasaran pokok yaitu:
a. Mengembangkan struktur agribisnis yang terintegrasi secara vertikal
mengikuti suatu aliran produk (Product Line) sehingga subsektor agribisnis
hulu, subsektor agribisnis pertanian primer dan subsektor agribisnis hilir berada
dalam suatu keputusan manajemen.
b. Mengembangkan organisasi bisnis (ekonomi) petani/koperasi agribisnis yang
menangangani seluruh kegiatan mulai dari subsistem agribisnis hulu sampai
dengan subsistem agribisnis hilir, agar dapat merebut nilai tambah yang ada
pada subsistem agribisnis hulu dan subsistem agribisnis hilir.
Dalam penataan tersebut, ada 3 bentuk :
1. Pengembangan koperasi agribisnis dimana petani tetap pada subsektor

agribisnis usahatani, sementara kegiatan subsektor agribisnis hulu dan hilir
ditangani koperasi agribisnis milik petani.
2. Pengembangan Agribisnis Integrasi Vertikal dengan pola usaha patungan
(Joint Venture). Pada bentuk ini pelaku ekonomi pada subsektor hulu, primer
dan hilir yang selama ini dikerjakan sendiri-sendiri harus dikembangkan dalam
perusahaan agribisnis bersama yang dikelola oleh orang-orang profesional.
3. Pengembangan Agribisnis Integratif Vertikal dengan pola pemilikan
Tunggal/Grup/Publik, yang pembagian keuntungannya didasarkan pada
pemilikan saham
16. Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sektor Agribisnis
Perlu perubahan orientasi lokasi agroindustri dari orientasi pusat-pusat
konsumen ke orientasi sentra produksi bahan baku, dalam hal ini untuk
mengurangi biaya transportasi dan resiko kerusakan selama pengangkutan. Oleh
karena itu perlu pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sektor agribisnis
komoditas unggulan yang didasarkan pada peta perkembangan komoditas
agribisnis, potensi perkembangan dan kawasan kerjasama ekonomi. Serta
berdasar Keunggulan komparatif wilayah. Perencanaan dan penataan perlu
dilakukan secara nasional sehingga akan terlihat dan terpantau keunggulan
setiap propinsi dalam menerapkan komoditas agribisnis unggulan yang dilihat
secara nasional/kantong-kantong komoditas agribisnis unggulan, yang titik
akhirnya terbentuk suatu pengembangan kawasan agribisnis komoditas tertentu.
17. Pengembangan Infrastruktur Agribisnis.
Dalam pengembangan pusat pertumbuhan Agribisnis, perlu dukungan
pengembangan Infrastruktur seperti jaringan jalan dan transportasi (laut, darat,
sungai dan udara), jaringan listrik, air, pelabuhan domestik dan pelabuhan
ekspor dan lain-lain.
18. Kebijaksanaan terpadu pengembangan agribisnis.
Ada beberapa bentuk kebijaksanaan terpadu dalam pengembangan agribisnis.
a. Kebijaksanaan pengembangan produksi dan produktivitas ditingkat
perusahaan.
b. Kebijaksanaan tingkat sektoral untuk mengembangkan seluruh kegiatan
usaha sejenis.
c. Kebijaksanaan pada tingkat sistem agribisnisyang mengatur keterkaitan
antara beberapa sektor.
d. Kebijaksanaan ekonomi makro yang mengatur seluruh kegiatan
perekonomian yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap
agribisnis.
Beberapa kebijaksanaan operasional untuk mengatasi masalah dan
mengembangkan potensi, antara lain:
1, Mengembangkan forum komunikasi yang dapat mengkoordinasikan pelakupelaku kegiatan agribisnis dengan penentu-penentu kegiatan agribisnis dengan
penentu-penentu kebijaksanaan yang dapat mempengaruhi sistem agribisnis
keseluruhan, atau subsistem didalam agribisnis.

2. Forum tersebut terdiri dari perwakilan departemen terkait.
3. Mengembangkan dan menguatkan asosiasi pengusaha agribisnis.
4. Mengembangkan kegiatan masing-masing subsistem agribisnis untuk
meningkatkan produktivitas melalui litbang teknologi untuk mendorong pasar
domestik dan internasional.
18. Pengembangan agribisnis berskala kecil. Ada 3 kebijaksanaan yang harus
dilakukan adalah:
a. Farming Reorganization
Reorganisasi jenis kegiatan usaha yang produktif dan diversifikasi usaha yang
menyertakan komoditas yang bernilai tinggi serta reorganisasi manajemen
usahatani. Dalam hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan yang rata-rata
kepemilikan hanya 0,1 Ha.
b. Small-scale Industrial Modernization
Modernisasi teknologi, modernisasi sistem, organisasi dan manajemen, serta
modernisasi dalam pola hubungan dan orientasi pasar.
c. Services Rasionalization
Pengembangan layanan agribisnis dengan rasionalisasi lembaga penunjang
kegiatan agribisnis untuk menuju pada efisiensi dan daya saing lembaga
tersebut. Terutama adalah lembaga keuangan pedesaan, lembaga litbang
khususnya penyuluhan.
19. Pembinaan Sumberdaya Manusia untuk mendukung pengembangan
agribisnis dan ekonomi pedesaan. Dalam era Agribisnis, aktor utama
pembangunan agribisnis dan aktor pendukung pembangunan agribisnis perlu
ada pembinaan kemampuan aspek bisnis, manajerial dan berorganisasi bisnis
petani serta peningkatan wawasan agribisnis. Dalam hal ini perlu reorientasi
peran penyuluhan pertanian yang merupakan lembaga pembinaan SDM petani.
Oleh karena itu perlu peningkatan pendidikan penyuluh baik melalui pendidikan
formal, kursus singkat, studi banding. Serta perlu perubahan fungsi BPP yang
selama ini sebagai lembaga penyuluhan agro-teknis, menjadi KLINIK
KONSULTASI AGRIBISNIS
20. Pemberdayaan sektor agribisnis sebagai upaya penaggulangan krisis pangan
dan Devisa. Perlu langkah-langkah reformasi dalam memberdayakan sektor
agribisnis nasional, yaitu:
a. Reformasi strategi dan kebijakan industrialisasi dari industri canggih kepada
industri agribisnis domestik.
b. Kebijakan penganekaragaman pola konsumsi berdasar nilai kelangkaan
bahan pangan.
c. Reformasi pengelolaan agribisnis yang integratif, yaitu melalui satu
Departemen yaitu DEPARTEMEN AGRIBISNIS
d. Pengembangan agribisnis yang integrasi vertikal dari hulu sampai hilir
melalui koperasi agribisnis.

POLA AGRIBISNIS DAERAH OTONOMI

Pendahuluan
Konsekuensi suatu daerah otonom tentunya harus memiliki kemampuan untuk
menggerakkan perekonomian masyarakatnya sehingga menjadi makmur yang
berkeadilan. Kalau semula kita membiasakan berfikir pada skala nasional, yang
seolah-olah negara Indonesia yang besar ini harus memiliki satu pola
pembangunan untuk menghadapi era otonomi saat ini, maka kita banting setir
dalam berfikir. Masing-masing daerah otonom merupakan sel-sel pembangunan
yang harus ditata sedemikian rupa, sehingga mozaik itu jangan saling beradu
kepentingan dan bersaing secara tidak wajar. Oleh karena itu masing-masing
daerah otonom harus pandai-pandai menentukan pola pengembangannya
sehingga pada akhirnya dapat secara mandiri menghidupi masyarakatnya.
Sekiranya daerah otonom memungkinkan untuk mengembangkan pola
agribisnis, maka perlu memegang prinsip-prinsip agribisnis sebagai sebuah pola
sistem. Prinsip pertama ialah sebagai sebuah entitas yang ditopang oleh
subsistem diantara satu sama lainnya terjalin hubungan saling ketergantungan
yang agregatif dan berfungsi untuk mencapai seluruh target sistem, bukan
sekedar target masing-masing subsistem. Antar subsistem terjadi "harmonious
orderly interaction" dan agribisnis yang dibangun merupakan bentuk "social
economic organization" yang berorientasi bisnis. Prinsip kedua ialah
pembangunan agribisnis di daerah otonom harus dimulai dari subsistem hilir
atau tengah, masing-masing berupa niaga produk agroindustri dan proses
agroindustrinya. Artinya, skala ekonomi atau skala industri komoditi yang ingin
dikembangkan sebagai agribisnis harus ditetapkan secara mantap terlebih dulu
sebelum mengembangkan subsistem hulu yang berupa kegiatan "on farm" yang
menghasilkan produk bahan untuk industri atau untuk siap diniagakan. Prinsip
ketiga, dalam daerah otonomi itu harus bisa melaksanakan konsolidasi lahan
secara fisik untuk pengelolaan yang lebih efisien untuk dapat mengimbangi
kepentingan proses industri atau niaga yang berhasil dikembangkan. Prinsip
keempat, pola agribisnis di daerah otonom harus dikelola oleh SDM yang
profesional dan berbudaya industrial sehingga dapat berorientasi kearah bisnis
secara rasional.
Bukan mustahil jika salah satu daerah otonom dapat dibangun pola agribisnis
secara utuh, artinya dari subsistem hulu, tengah dan hilir dibangun di satu
daerah otonom. Daerah otonom satu dengan yang lainnya dapat mengadakan
kerjasama untuk satu macam komoditi agribisnis. Kerjasama ini berupa
penampungan bahan industri yang dapat diproses sendiri oleh daerah otonom
yang juga menghasilkan bahan tersebut di subsistem hulunya. Sebaiknya daerah
otonom yang bisa menghasilkan sarana produksi, misalnya benih atau pupuk
organik dapat menopang agribisnis di daerah otonom lainnya. Pada prinsipnya
sebuah sistem agribisnis harus secara holistik ditegakkan, sehingga masingmasing subsistem dapat saling berinteraksi secara teratur dan berkelanjutan.
Pola-pola agribisnis di daerah otonom harus direncanakan secara cermat.
Kelaikannya harus dikaji secara rasional, sehingga agribisnis benar-benar

menjadi satu sistem yang dapat mengangkat harkat pertanian di masa depan.
Institusi perencana tingkat nasional selayaknya turut campur dalam perencanaan
itu, karena sangat dimungkinkannya kemampuan daerah otonomi masih terbatas
dalam merencanakan bidang agribisnis sebagai suatu sistem yang holistik. Dari
keempat prinsip di muka dapat diajukan dua kunci sukses, apabila sistem
agribisnis hendak dikembangkan di daerah otonomi masing-masing maka yang
harus dibangun adalah SDM nya, dan bagaimana sistem agribisnis itu dapat di
bangun pada skala ekonomis yang luas.
Membangun SDM Agribisnis
Menghadapi sistem agribisnis sebagai tulang punggung ekonomi daerah yang
berotonomi luas, pembangunan SDM bukan merupakan pekerjaan ringan. SDM
ini di segala subsistem harus bisa dibangun yang sedikit banyaknya tidak sama
dengan apa yang dilaksanakan sampai sekarang. Baik dikalangan pendidikan
formal maupun non-formal harus bisa diarahkan untuk membangun SDM
agribisnis. Budaya industrial harus bisa ditanamkan dalam-dalam pada segenap
lapisan sub-sistem, dari hulu sampai hilir. Bisnis yang harus dididikan adalah
bisnis pertanian yang berorientasi lebih jauh dari "farm gate", ialah bisnis yang
berorientasi tidak saja pada "raw product" yang langsung masuk pasar, tetapi
bisnis yang berorientasi pada mencari nilai tambah yang lebih besar karena
produk itu masuk pada segmen industri.
SDM agribisnis menyadari bahwa sistem yang diemban membudayakan proses
industri. Oleh karena itu fokusnya pada agroindustri yang ada di dalam sistem
agribisnis sebagai subsistem di bagian tengah. Agroindustri ini menghela
subsistem yang ada di hulu dan mendorong yang hilir. Dalam membangun
agribisnis harus difikirkan lebih dulu agroindustri apa yang bisa dibangun.
Apapun komoditinya, apa itu tebu, tembakau, ternak, ikan, kedelai, jagung,
bahkan padipun harus dimulai membangun agroindustrinya. Budaya industrial
yang akan diisikan dalam semangat SDM agribisnis berintikan pada rasionalnya
SDM. Agribisnis sebagai jabaran baru dari apa yang kita sebut pertanian selama
ini, harus digerakkan secara rasional. SDM yang mengemban rasionalisasi
demikian memang SDM yang selalu berfikir dialektis, artinya tidak berjalan di
tempat, apalagi berhenti di tempat. Agribisnis selalu ingin maju. SDM demikian
memerlukan, moralitas dan disiplin yang tinggi.
SDM agribisnis yang berbudaya industrial demikian sudah barang tentu lain
dari SDM pertanian yang selama ini kita jumpai. Misalnya seorang petani
mengusahakan bawang merah. Dia idak dialektis karena selama ini mereka
hanya tahu produknya sebagai "final product" yang dihadapkan kepada
tengkulak/penebas. Nenek moyangnya begitu, dia juga begitu. Sebaliknya SDM
agribisnis dengan budaya industrialnya akan membangun bangsal agronomi
yang luas untuk membersihkan bawang merahnya dari segala macam kotoran
lapangan, gudang simpan yang "appropriate" untuk biaya menyimpan
bawangnya yang sudah bersih, memilah produk sehingga homogen, dan

membawa produknya ke pasar yang sudah dibentuk sebelumnya. Karena
memiliki wacana yang rasional demikian, tentu dia akan mencari bibit bawang
merah yang disesuaikan dengan kehendak pasar, dan berupaya memahami
bagaimana memproduksi "on farm’ yang efisien. Dengan demikian keseluruhan
sistem agribisnis berjalan, baik yang di hilir maupun yang di hulu. Agribisnis
sebagai suatu sistem yang berpose agregatif di antara subsistem-subsistem, tentu
tidak mendiskriminasikan nilai tambah untuk salah satu subsistem saja. Semua
subsistem merasakan kebahagiaannya secara adil. Disinilah letak moralitas
bisnis dalam agribisnis sebagai satu sistem.
Bagaimana membangun SDM agribisnis yang berkaliber begitu merupakan
tantangan bagi kita semua yang ingin membangun sistem agribisnis. SDM
agribisnis di berbagai tingkatan (levels) harus memiliki kaliber itu, baik yang
katakan relatif lebih "uneducated" maupun yang "highly educated". Sekiranya
saat ini di tingkat birokrasi pusat belum ada nuansa membangun SDM
agribisnis seperti yang dikemukakan di atas dan baru taraf retorika belaka, apa
salahnya dalam menghadapi realisasi otonomi daerah, kita di daerah
mempunyai ancang-ancang sendiri, apalagi kalau targetnya ingin dihadapkan
pada pasar bebas global.
Membangun SDM agribisnis di tingkat "grass root" kita coba melalui
pambangunan pertanian rakyat di pedesaan. Kita bangun melalui keluarga tani
dengan menanamkan persepsi sistem agribisnis dan mencarikan jalan untuk
mempunyai hubungan yang bersifat interaktif dengan suatu agroindustri.
Menanamkan budaya industrial di kalangan mereka, melebarkan wacana bisnis,
dan menyadarkan mereka bahwa produk usahataninya bukan suatu "final
product" yang dijual murah. Bagaimana "raw product" itu bisa dipoles untuk
menjadi "final industrial product" yang bernilai tambah harus bisa ditanamkan
kedalam pengertian mereka.
SDM agribisnis di tingkat "educated level" harus dicoba untuk ditanamkan
budaya industr