MAKALAH PEMIKIRAN EKONOMI MENURUT DR. M.

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Semua negara muslim masuk dalam kategori negara-negara berkembang
meskipun diantaranya relatif kaya sementara sebagian yang lain sangat miskin.
Mayoritas negeri-negeri ini, terutama yang miskin, seperti halnya negara-negara
berkembang lainnya, dihadapkan pada persoalan-persoalan yang sangat sulit.
Salah satu problemnya adalah ketidakseimbangan ekonomi makro yang
dicerminkan dalam angka pengangguran dan inflasi yang tinggi, defisit neraca
pembayaran yang sangat besar, depresi nilai tukar mata uang yang berkelanjutan,
dan beban utang yang berat.
Problem lainnya adalah kesenjangan pendapatan dan kekayaan yang
sangat lebar diantara golongan-golongan yang sangat berbeda-beda dari setiap
negara dan juga antara negara muslim. Konsekuensinya, kebutuhan pokok bagi
setiap penduduknya belum dapat dipenuhi, sementara golongan kaya dan
menengah hidup dalam kemewahan. Hal ini cenderung merusak jaringan
solidaritas sosial dan merupakan salah satu penyebab utama ketidakstabilan
sosiopolitik.

Berbagai masalah ekonomi ini telah coba dipecahkan oleh seorang
ekonom bernama Umar Chapra. Umar Chapra adalah satu dari sedikit
cendikiawan muslim kontemporer yang fokus pada bidang ekonomi. Mengupas
tuntas pemikiran ekonomi Umar Chapra bukanlah hal yang sederhana, karena

2

sedemikian komprehensifnya bahasan yang dibentangkan. Karena keterbatasan
inilah maka makalah ini hanya akan membahas seputar pemikiran ekonomi
pembangunan dan moneter buah pikiran Umar Chapra dalam bukunya: Islam dan
Pembangunan Ekonomi (2000) dan Sister Moneter Islam (2000). Penulis
menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu
penulis mengharapkan kesediaan pembaca untuk memberikan saran dan kritik
yang membangun terhadap tulisan ini.
Ketika sosialisme runtuh yang ditandainya dengan runtuhnya Uni Soviet
sebagai penopang utamanya, apakah ini berarti bahwa kapitalisme sebagai
antitesis sosialisme dan konsep negara kesejahteraan sudah “menang” sebagai
sebuah sistem ekonomi? Pada kenyataannya tidak. Kedua sistem ini sama dengan
sosialisme, yaitu gagal menciptakan kesejahteraan umat manusia yang sebenarnya
merupakan cita-cita dari ketiga sistem ini. Lalu dimanakah letak kesalahannya?

Sistem apakah yang paling representatif untuk menciptakan kesejahteraan umat
manusia?
Dr. M. Umar Chapra dengan pengalamannya yang luas dalam pengajaran
dan riset bidang ekonomi serta pemahamannya yang bagus tentang syariat Islam,
mengajukan bahwa hanya Islamlah sebagai sistem alternatif yang paling tepat
untuk menciptakan kesejahteraan umat manusia. Ia tidak hanya membahas aspek
teoritisnya saja, melainkan juga aspek aplikasinya sehingga gagasan-gagasannya
cukup realistis untuk dioperasionalkan dalam kehidupan nyata.

3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat hidup DR. M. Umar Chapra
Umer Chapra lahir pada tangal 1 februari 1933 di pakistan. Ayahnya
bernama Abdul Karim Chapra. Chapra dilahirkan dalam keluarga yang taat
beragama, sehingga ia tumbuh menjadi sosok yang mempunyai karakter yang
baik. Keluarganya termasuk orang yang berkcukupan yang memungkinkan ia
mendapatkan pendidikan yang baik pula. Masa kecilnya ia ahbiskan ditanah

kelahirannya hingga berumur 15 tahun. Kemudian ia pindah ke Karachi untuk
meneruskan pendidikannya disana sampai meraih gelar Ph.D dari universitas
Minnesota. Dalam umurnya yang ke 29 ia mengakhiri masa lajangnya dengan
menikahi Khoirunnisa jamal mundia tahun 1962.
Dalam karir intelektualnya DR. M. Umer Chapra mengawalinya ketika
mendapatkan medali emas dari universitas Sind pada tahun 1950 dengan prestasi
yang diraihnya sebagi urutan pertam,a dalm ujian masuk dari 25.000 mahasiswa.
Setelah mraih gelar S2 dari Universitas karachio pada tahun 1954 dan 1956 karir
akademisnya berada pada tingkat tertinggi ketika meraih gelar doktoralnya di
Minnesota Minepolis. Pembimbingnya Prof. Harlan Smith, memuji bahwa Chapra
adalah seorang yang baik hati dan mempunyai karakter yang baik dan
kecemerlangan akademis. Menurut Profesor ini Chapra adalah orang yang terbaik
yang pernah dikenalnya bukan hanya dikalangan mahasiswa namun juga seluruh
fakultas.

4

DR. Umer Chapra terlibat dalam berbagai organisasi dan pusat penelitian
yang berkonsentrasi ekonomi islam. Beliau menjadi penasehat pada Islamic
Research and Training Institute (IRTI) dari IDB Jeddah. Sebelumnya ia

menduduki posisi di Saudi Arabian Monetery Agency (SAMA) Riyadh selama
hampir 35 tahun sebagai penasehat peneliti senior. Lebih kurang selama 45 tahun
beliau menduduki profesi diberbagai lembaga yang berkaitan dengan persoalan
ekonomi diantaranya 2 tahun di Pakistan, 6 tahun di USA, dan 37 tahun di Arab
Saudi. Selain profesinya itu banyak kegiatan yang dikutinya antara lain yang
diselenggarkan IMF, IBRD, OPEC, IDB, OIC dll.
Beliau sangat berperan dalam perkembangan ekonomi islam. Ide ide
cemerlangnya banyak tertuang dalam karangan-karangannya. Kemudian karena
pengabdiannya ini beliau mendapatkan penghargaan dari Islamic Development
Bank dan dari King Faisal International Award. Kedua penghargaan ini diperoleh
pada tahun 1989.
B. Hasil-hasil karya DR. M. Umar Chapra
Umar Chapra menerbitkan 11 buku, 60 karya ilmiah dan 9 resensi buku,
belum artikel lepas di berbagai jurnal dan media massa. Buku dan karya
ilmiahnya banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa termasuk juga bahasa
Indonesia . Buku pertamanya, Towards a Just Monetary System, dikatakan oleh
Profesor Rodney Wilson dari Universitas Durham, Inggris, sebagai “Presentasi
terbaik terhadap teori moneter Islam sampai saat ini” dalam Bulletin of the British
Society for Middle Eastern Studies (2/1985, pp.224-5).


5

Buku ini adalah salah satu fondasi intelektual dalam subjek ekonomi Islam
dan pemikiran ekonomi Muslim modern. Inilah buku yang menjadi buku teks
wajib

di

sejumlah

universitas

dalam

subjek

ekonomi

Islam.


Buku keduanya, Islam and the Economic Challenge, dideklarasikan oleh ekonom
besar Amerika, Profesor Kenneth Boulding, dalam resensi pre-publikasinya,
sebagai analisa brilian dalam kebaikan serta kecacatan kapitalisme, sosialisme,
dan negara maju. Kenneth juga menilai buku ini merupakan kontribusi penting
dalam pemahaman Islam bagi kaum Muslim maupun non-Muslim. Buku ini telah
diresensikan dalam berbagai jurnal ekonomi barat. Profesor Louis Baeck,
meresensikan buku ini di dalam Economic Journal dari Royal Economic Society:
“ Buku ini telah ditulis dengan sangat baik dan menawarkan keseimbangan
literatur sintesis dalam ekonomi Islam kontemporer. Membaca buku ini akan
menjadi tantangan intelektual sehat bagi ekonom barat. “ (September 1993, hal.
1350).
Profesor Timur Kuran dari Universitas South Carolina, mereview buku ini
dalam Journal of Economic Literature untuk American Economic Assosiation.
Buku ini menonjol sebagai eksposisi yang jelas dari keterbukaan pasar Ekonomi
Islam. Kritiknya terhadap sistim ekonomi yang ada secara tidak biasa diungkap
dengan pintar dan mempunyai dokumentasi yang baik. Chapra, menurutnya telah
membaca banyak tentang kapitalisme dan sosialisme sehingga kritiknya berbobot.
Dan, Profesor Kuran merekomendasikan buku ini sebagai panduan sempurna
dalam pemahaman ekonomi Islam.


6

Disamping itu, ada buku-buku karya Umer Chapra yang lainnya, seperti
Islam dan Tantangan Ekonomi, Islam dan Pembangunan Ekonomi, Masa Depan
Ekonomi: Sebuah Perspektif Islam. Sementara artikel yang pernah ditulis Umer
Chapra antara lain:
1. Monetary management in an Islamic economy, New Horizon, London,
1994.
2. Islam and the international debt problem, Journal of Islamic Studies, 1992.
3. The role of islamic banks in non-muslims countries. Journal Institute of
Muslim Minority Affair, 1992.
4. The need for a new Economic System, Review of Islamic Economics/
Mahallath Buhuth al-Iqtishad al-Islami, 1991
5. The Prohibition of Riba in Islam: an Evaluation of Some Objections,
American Journal of Islamic Studies, 1984.
C. Pemikiran ekonomi DR. M. Umar Chapra
1. Kapitalisme
Kapitalisme adalah suatu system ekonomi yang secara jelas ditandai oleh
berkuasanya “kapital”. Ciri utama dari system kapitalisme ini adalah tidak adanya
perencaan ekonomi sentral. Harga pasar yang dijadikan dasar keputusan dan

perhitungan unit yang diproduksi, pada umumnya tidak ditentukan oleh
pemerintah dalam kondisi yang bersaing. Semua ini adalah hasil dari kekuatan
pasar. Dengan tidak adanya perencanaan terpusat mengandung arti adanya
kekuasaan konsumen dalam memperoleh keuntungan. Kelemahan-kelemahan
kapitalisme :
1. Menempatkan kepentingan pribadi diatas kepentingan social. Adam
Smith berpendapat bahwa melayani kepentingan diri sendiri oleh
individu pada hakikatnya adalah melayani kepentingan sosial.
2. Mengesampingkan peran nilai moral sebagai alat filterisasi dalam
alokasi dan distribusi sumber daya.
3. Memunculkan paham materialism.

7

Alasan utama mengapa kapitalisme gagal dalam mengaktualisasikan
tujuan-tujuan yang secara sosial diinginkan, ialah karena adanya konflik antara
tujuan-tujuan masyarakat dan pandangan dunia dengan strategi kapitalisme.
Tujuan-tujuannya memang humanitarian, didasarkan pada fondasi-fondasi moral,
tetapi pandangan dunia dan strateginya adalah Darwinisme sosial.
Klaim adanya keharmonisan antara kepentingan individu dan umum pada

hakikatnya didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu mengenai kondisi-kondisi
latar belakang yang salah dan tidak realistis, sehingga tidak pernah terbukti.
Mengingat kondisi latar belakang ini tidak secara terang-terangan dituturkan
dalam literatur ekonomi, maka secara normal tidak dapat dirasakan bagaimana
ketiadaannya akan menyebabkan kegagalan dalam merealisasikan “efisiensi” dan
“pemerataan” dalam alokasi sumber daya langka, yang dikaitkan dengan tujuantujuan humanitarian masyarakat dan bukan terhadap Darwinisme sosial.
2. Sosialisme
Sebenarnya dapat kita lihat bahwa sistem sosialisme hanyalah sisi lain dari
koin yang sama. Keduanya sama-sama membawa masalah pada ekonomi dunia
saat ini. Seperti sistem pasar, sistem sosialis juga gagal mencapai efisiensi dan
keadilan.Tema utama sistem sosialis sebenarnya, menurut Chapra, adalah untuk
menghilangkan bentuk-bentuk eksploitasi dan penyingkiran dalam sistem
kapitalisme. Dengan demikian, diharapkan setiap individu tidak hanya
memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Dalam sistem ini private property dan
mekanisme pasar dihapus digantikan dengan kepemilikan negara untuk semua
produksi dan perencanaan yang terpusat.

8

Dalam ulasan tentang berbagai kesalahan asumsi pada sistem sosialis,

Chapra menjelaskan bahwa sistem ini gagal menyediakan karakteristikkarakteristik yang harus dimiliki sebuah sistem. Untuk mekanisme filter yang
menyaring semua klaim terhadap sumber daya agar terjadi keseimbangan dan
ketepatan penggunanaan sumberdaya, justru sistem sosialis menunjukkan
ketidakpercayaan secara penuh kepada kemampuan manusia mengelola
kepemilikan pribadi.
Untuk karakteristik sistem motivasi yang harus mampu mendorong semua
individu untuk memberikan upaya terbaiknya, justru sistem sosialis tidak akan
mampu mendorong semua individu untuk memberikan upaya terbaiknya. Ini
disebabkan karena perencanaan yang tersentralisasi, pelarangan hak milik pribadi,
dan pengendalian penuh atas harga-harga oleh pemerintah.
3. Negara Kesejahteraan
Negara kesejahteraan memperoleh momentum setelah depresi yang terjadi
pada tahun 1930 di amerika dan sebagai respon terhadap tantangan kapitalisme
dan kesulitan-kesulitan yang terjadi karena depresi dan perang. Falsafah yang
mendasarinya menunjukkan suatu gerakan menjauhi prinsip-prinsip Darwinisme
sosial dari kapitalisme laissez-faire dan menuju kepada kepercayaan bahwa
kesejahteraan individu merupakan sasaran yang teramat penting, yang realisasinya
diserahkan kepada operasi kekuatan-kekuatan pasar. Falsafah ini berati
merupakan pengakuan formal-formal utama ekonomi bahwa kemiskinan dan
ketidakmampuan seseorangmemenuhi kebutuhannya tidaklah berarti bukti

kegagalan individu tersebut.

9

Paham ini menuntut peran negara yang lebih aktif dalam bidang ekonomi
dibandingkan peranannya dibawah paham kapitalisme laissez-faire. Walaupun
tujuan negara sejahtera berperikemanusiaan, namun ia tidak bisa membangun
strategi yang efektif untuk mencapai tujuannya. Problem ini muncul karena
negara sejahtera menhadapi kekurangan sumber daya sebagaimana yang dihadapi
oleh negara-negara lain. Apabila negara sejahtera meningkatkan pemanfaatannya
atau sumber daya itu melalui pelayanan kesejahteraan, ia harus menurunkan
pemanfaatan lain ke atas sumber-sumber daya.
4. Ilmu Ekonomi Islam
Umar Chapra mendefenisikan ekonomi islam sebagai suatu cabang
pengetahuan yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui suatu
alokasi dan distribusi sumber-sumber daya langka yang seirama dengan maqasid,
tampa mengekang kebebasan individu,menciptakan ketidakseimbangan makro
ekonomi dan ekologi yang berkepanjangan, atau melemahkan solidaritas keluarga
dan social serta jaringan moral masyarakat.
Ekonomi islam di tetapkan bertujuan untuk memelihara kemaslahatan
umat manusia,kemaslahatan hidup tersebut berkembang dan dinamis mengikuti
perkembangan dan dinamika hidup umat manusia, formulasi ekonomi yang
tersurat di dalam al-qur’an dan al-hadist,tidak mengatur seluruh persoalan hidup
umat manusia yang berkembang tersebut secara eksplisit. Oleh karena itu, dalam
rangka mengakomodir sebagai persoalan hidup termasuk persoalan ekonomi di
setiap tempat dan masa, sehingga kemaslahatan umat manusia terpelihara. Oleh

10

karena itu tugas yang akan di pikul oleh ilmu ekonomi islam jauh lebih besar dari
pada yang di emban oleh ilmu ekonomi konvensional, tugasnya yaitu:
1. Mempelajari prilaku aktual individu dan kelompok, perusahaan, pasar
dan pemerintah.
2. Ilmu ekonomi islam adalah menunjukan jenis perilaku yang diperlukan
untuk mewujudkan sasaran yang di kehendaki.
3. Ilmu ekonomi islam adalah memberikan penjelasan mengapa para agen
ekonomi bertindak seperti itu dan tidak sesuai dengan yang di haruskan.
4. Mengajukan suatu strategi bagi perubahan sosio ekonomi dan politik
suatu strategi yang dapat membantu membawa prilaku semua pemain di
pasar yang mempunyai pengaruh pada lokasi dan distribisi sumbersumber daya sedekat mungkin dengan kondisi yang di perlukan untuk
merealisasikan tujuan.
Dengan demikian, ilmu ekonomi islam harus bergerak melebihi batasbatas fungsi deskriptif, penjelasan dan prediktif seperti dalam ilmu ekonomi
konvensional kepada suatu analisis semua variable yang relevan dan kebijakankebijakan yang di perlukan untuk merelealisasikan maqashid.
1. Prinsip – prinsip paradigma islam
a. Rational Ekonomic Man
Mainstream pemikiran Islam sangat jelas dalam mencirikan tingkah laku
rasional yang bertujuan agar mampu mempergunakan sumber daya
karunia Allah dengan cara yang dapat menjamin kesejahteraan duniawi
individu. Kekayaan menurut islam akan membangkitkan berbuat salah
salah atau mengajak pada pemborosan, keangkuhan dan ketidakadilan
yang harus dikecam keras. Sedangkan kemiskinan telah dianggap sebagai
hal tidak disukai karena menumbulkan ketidakmampuan dan kelemahan.
b. Positivisme
Positivisme dalam ekonomi konvensional memiliki arti ”kenetralan mutlak
antara seluruh tujuan”atau ”beban dari posisi etika atau pertimbanganpertimbangan normatif”. Hal ini berseberangan dengan islam. Para ulama
telah mengakui bahwa al Quran dan Sunnah telah menjelaskan bahwa
seluruh sumber daya adalah amanah dari Allah dan manusia akan diminta
pertanggungjawabannya.
c. Keadilan
Harun Ar Rasyid mengatakan bahwa memperbaiki kesalahan dengan
menegakkan keadilan dan mengikis keadilan akan meningkatkan
pendapataaan pajak, mengeskalasi pembangunan negara, serta akan
membawa berkah yang menambah kebajikan di akhirat. Ibnu Khaldun

11

juga mengatakan bahwa mustahil bagi sebuah negara untuk dapat
berkembang tanpa keadilan.
d. Pareto Optimum
Dalam islam penggunaan sumber daya yang paling efisien diartikan
dengan maqashid. Setiap perekonomian dianggap telah mencapai efisiensi
yang optimum bila telah menggunakan seluruh potensi sumber daya
manusia dan materi yang terbatas sehingga kualitas barang dan jasa
maksimum dapat memuaskan kebutuhan.
e. Intervensi Negara
Al Mawardi telah mengatakan bahwa keberadaan sebuah pemerintahan
yang efektif sangat dibutuhkan untuk mencegah kedzaliman dan
pelanggaran. Nizam al Mulk menyebutkan bahwa tugas dan tanggung
jawab negara atau penguasa adalah menjamin keadilan.dan menjalankan
segala sesuatu yang penting untuk meraih kemakmuran masyarakat luas.
2. Elemen – elemen starategis yang penting dalam ekonomi islam.
a. Penyaringan
yang
merata
atas
klaim
yang
berlebihan
Masalah yang dihadapi setiap masyarakat adalah bagaimana menyaring
klaim-klaim yang tidak terbatas terhadap sumber-sumber daya yang ada.
Agar terciptanya pemerataan terhadap sumber daya yang ada, maka islam
adalah filter supaya terciptanya pemerataan tersebut.
b. Motivasi
Masalah selanjutnya yang dihadapi adalah bagaimana memotivasi individu
untuk melayani kepentingan social karena setiap individu selalu ingin
melayani dan memenuhi kepentingannya sendiri. Menurut pendekatan
islam, melayani kepentingan sosial pada hakikatnya adalah melayani
kepentingan diri sendiri, harus ada harmonisasi antara kepentingan
individu dengan kepentingan sosial
c. Restrukturisasi sosioekonomi
Restrukturisasi dilakukan dengan cara memperkuat nilai-nilai moral dan
mereformasi sistem perekonomian agar terciptanya kestabilan ekonomi.
d. Peran Negara
Restrukturisasi tidak mungkin dapat dilaksanakan secara efektif apabila
tidak adanya peran Negara atau pemerintah. Dalam hal ini pemerintah
harus berperan positif dan berorientasi pada sasaran di dalam ekonomi.
3. Lima tindakan kebijakan.
Ada lima tindakan kebijakan yang diajukan bagi pembangunan yang
disertai dengan keadilan dan stabilitas, yaitu :
a. Memberikan kenyamanan kepada faktor manusia .
b. Mereduksi konsentrasi kekayaan.
c. Melakukan restrukturisasi ekonomi

12

d. Melakukan restrukturisasi keuangan.
e. Rencana kebijakan strategis.
Di antara tindakan-tindakan kebijakan ini mungkin sudah sangat akrab
bagi mereka yang sudah bergelut dalam literatur pembangunan. Akan tetapi, yang
lebih penting adalah injeksi dimensi moral ke dalam parameter pembangunan.
Tanpa sebuah integrasi moral, tidak mungkin dapat diwujudkan adanya efisiensi
atau pemerataan seperti yang sudah didefinisikan diatas.
4. Keuangan Publik
a. Zakat
Zakat merupakan kewajiban religius bagi seorang muslim
sebagaimana shalat, puasa dan naik haji, yang harus dikeluarkan sebagai
proporsi tertentu terhadap kekayaan atau output bersihnya. Hasil zakat ini
tidak bias dibelanjakan oleh pemerintah sekehendak hatinya sendiri.
Namun demikian, pemerintahan islam harus tetap menjaga dan
memainkan peranan penting dalam memberikan kepastian dijalankannya
nilai-nilai islam.
Agar zakat memainkan peranannya secara berarti, sejumlah ilmuan
menyarankan bahwa zakat ini seharusnya menjadi suplemen pendapatan
yang permanen hanya bagi orang-orang yang tidak mampu menghasilkan
pendapatan yang cukup melalui usaha-usahanya sendiri. Untuk
kepentingan lainnya, zakat dipergunakan hanya untuk menyediakan
pelatihan dan modal unggulan baik secara kredit yang bebas bunga
ataupun sebagai bantuan untuk membuat mereka mampu membentuk
usaha-usaha kecil sehingga dapat berusaha mandiri
b. Pajak
Pemberlakuan pajak harus adil dan selaras dengan semangat islam.
Sistem pajak yang adil harus memenuhi 3 kriteria, yaitu :
 Pajak harus dipungut untuk membiayai hal-hal yang benar-benar
dianggap perlu dan untuk kepentingan mewujudkan maqashid.
 Beban pajak tidak boleh terlalu memberatkan dibandingkan dengan
kemampuan orang yang memikulnya.
 Hasil pajak harus dibelanjakan secara hati-hati sesuai dengan
tujuan awal dari pengumpulan pajak tersebut.
5. Prinsip-Prinsip Pengeluaran
Ada enam prinsip umum untuk membantu memberikan dasar yang
rasional dan konsisten mengenai belanja publik, yaitu :

13

a. Kriteria utama untuk semua alokasi pengeluaran adalah untuk
kemaslahatan masyarakat.
b. Penghapusan kesulitan hidup dan penderitaan harus diutamakan dari
pada penyediaan rasa tentram.
c. Kepentingan mayoritas yang lebih besar harus didahulukan dari pada
kepentingan minoritas yang lebih sedikit.
d. Pengorbanan individu dapat dilakukan untuk menyelamatkan
pengorbanan atau kerugian publik.
e. Siapapun yang menerima manfaat harus menanggung biayanya.
f. Sesuatu dimana tanpa sesuatu tersebut kewajiban tidak dapat
terpenuhi, maka sesuatu itu hukumnya wajib.

14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Umar Chapra adalah seorang pemikir ekonomi islam abad modern. Beliau
sangat berperan dalam perkembangan ekonomi islam. ide ide cemerlangnya
banyak tertuang dalam karangan-karangannya. Umar Chapra mendefenisikan
ekonomi islam sebagai suatu cabang pengetahuan yang membantu merealisasikan
kesejahteraan manusia melalui suatu alokasi dan distribusi sumber-sumber daya
langka

yang

seirama

dengan

maqasid,

tampa

mengekang

kebebasan

individu,menciptakan ketidakseimbangan makro ekonomi dan ekologi yang
berkepanjangan, atau melemahkan solidaritas keluarga dan social serta jaringan
moral masyarakat.
Ekonomi islam di tetapkan bertujuan untuk memelihara kemaslahatan
umat manusia,kemaslahatan hidup tersebut berkembang dan dinamis mengikuti
perkembangan dan dinamika hidup umat manusia, formulasi ekonomi yang
tersurat di dalam al-qur’an dan al-hadist,tidak mengatur seluruh persoalan hidup
umat manusia yang berkembang tersebut secara eksplisit. Oleh karena itu, dalam
rangka mengakomodir sebagai persoalan hidup termasuk persoalan ekonomi di
setiap tempat dan masa, sehingga kemaslahatan umat manusia terpelihara. Elemen
– elemen starategis yang penting dalam ekonomi islam
1. Penyaringan yang merata atas klaim yang berlebihan
2. Motivasi
3. Restrukturisasi sosioekonomi
4. Peran Negara

15

Menurut Umar Chapra, ada lima tindakan kebijakan yang diajukan bagi
pembangunan yang disertai dengan keadilan dan stabilitas, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Memberikan kenyamanan kepada faktor manusia .
Mereduksi konsentrasi kekayaan.
Melakukan restrukturisasi ekonomi
Melakukan restrukturisasi keuangan.
Rencana kebijakan strategis.
Di antara tindakan-tindakan kebijakan ini mungkin sudah sangat akrab

bagi mereka yang sudah bergelut dalam literatur pembangunan. Akan tetapi, yang
lebih penting adalah injeksi dimensi moral ke dalam parameter pembangunan.
Tanpa sebuah integrasi moral, tidak mungkin dapat diwujudkan adanya efisiensi
atau pemerataan seperti yang sudah didefinisikan diatas.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, yang membahas tentang “Pemikiran Ekonomi
DR. M. Umar Chapra”, penulis berharap agar kita semua mengetahui seluk beluk
sejarah perekonomian islam dan pemikiran-pemikiran penting para tokoh-tokoh
ekonomi islam. Dan selanjutnya, penulis berharap agar pemikiran-pemikiran para
tokoh tersebut dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama
dalam kegiatan perekonomian. Mudah-mudahan, perekonomian bangsa kita yang
saat ini dikuasai oleh kaum kapitalis-neoliberalisme yang mengakibatkan
ketidakadilan dimana-mana, terutama bagi rakyat kecil, bisa diminimalisir dan
digantikan oleh sistem ekonomi islam yang menjamin keadilan bagi seluruh
lapisan masyarakat.Marilah kita berjuang secara bersama-sama agar ketidakadilan
ini terhapuskan dari bumi Indonesia yang kita cintai ini, ekonomi islam adalah
jawaban yang tepat untuk merealisasikan itu semua.

16

Latar Belakang dan Pendidikan
Dalam karier akademiknya DR. M. Umer Chapra mengawalinya ketika
mendapatkan medali emas dari Universitas Sindh pada tahun 1950 dengan
prestasi yang diraihnya sebagai urutan pertama dalm ujian masuk dari 25.000
mahasiswa. Setelah meraih gelar S2 dari Universitas Karachi pada tahun 1954 dan
1956, dengan gelar B.Com / B.BA ( Bachelor of Business Administration ) dan
M.Com / M.BA ( Master of Business Administration ), karier akademisnya berada
pada tingkat tertinggi ketika meraih gelar doktoralnya di Minnesota, Minneapolis.
Pembimbingnya, Prof. Harlan Smith, memuji bahwa Chapra adalah seorang yang
baik hati, mempunyai karakter yang baik dan kecemerlangan akademis. Menurut

17

Profesor ini, Chapra adalah orang yang terbaik yang pernah dikenalnya, bukan
hanya dikalangan mahsiswa namun juga seluruh fakultas.
DR. Umer Chapra terlibat dalam berbagai organisasi dan pusat penelitian yang
berkonsentrasi pada ekonomi Islam. Saat ini dia menjadi penasehat pada Islamic
Research and Training Institute (IRTI) dari IDB Jeddah. Sebelumnya ia
menduduki posisi di Saudi Arabian Monetary Agency (SAMA) Riyadh selama
hampir 35 tahun sebagai penasihat peneliti senior. Aktivitasnya di lembagalembaga ekonomi Arab Saudi ini membuatnya di beri kewarganegaraan Arab
Saudi oleh Raja Khalid atas permintaan Menteri Keuangan Arab Saudi, Shaikh
Muhammad Aba al-Khail. Lebih kurang selama 45 tahun dia menduduki profesi
diberbagai lembaga yang berkaitan dengan persoalan ekonomi diantaranya 2
tahun di Pakistan, 6 tahun di Amerika Serikat, dan 37 tahun di Arab Saudi. Selain
profesinya itu banyak kegiatan ekonomi yang dikutinya, termasuk kegiatan yang
diselenggarakan oleh lembaga ekonomi dan keuangan dunia seperti IMF, IBRD,
OPEC, IDB, OIC dan lain-lain.
Pembangunan Ekonomi Islam
Dia sangat berperan dalam perkembangan ekonomi Islam. Ide-ide cemerlangnya
banyak tertuang dalam karangan-karangannya. Kemudian karena pengabdiannya
ini dia mendapatkan penghargaan dari Islamic Development Bank dan meraih
penghargaan King Faisal International Award yang diperoleh pada tahun 1989.

18

Dia adalah sosok yang memiliki ide-ide cemerlang tentang ekonomi islam. Telah
banyak buku dan artikel tentang ekonomi islam yang sudah diterbitkan samapai
saat ini telah terhitung sebanyak 11 buku, 60 karya ilmiah dan 9 resensi buku.
Buku dan karya ilmiahnya banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa termasuk
juga bahasa Indonesia.
Buku pertamanya, Towards a Just Monetary System, Dikatakan oleh Profesor
Rodney Wilson dari Universitas Durham, Inggris, sebagai "Presentasi terbaik
terhadap teori moneter Islam sampai saat ini" dalam Bulletin of the British
Society for Middle Eastern Studies (2/1985, pp. 224–5). Buku ini adalah salah
satu fondasi intelektual dalam subjek ekonomi Islam dan pemikiran ekonomi
Muslim modern sehingga buku ini menjadi buku teks di sejumlah universitas
dalam subjek tersebut.
Buku keduanya, Islam and the Economic Challenge, di deklarasikan oleh ekonom
besar Amerika, Profesor Kenneth Boulding, dalam resensi pre-publikasinya,
sebagai analisis brilian dalam kebaikan serta kecacatan kapitalisme, sosialisme,
dan negara maju serta merupakan kontribusi penting dalam pemahaman Islam
bagi kaum Muslim maupun non-Muslim. Buku ini telah diresensikan dalam
berbagai jurnal ekonomi barat. Profesor Louis Baeck, meresensikan buku ini di
dalam Economic Journal dari Royal Economic Society dan berkata: “ Buku ini
telah ditulis dengan sangat baik dan menawarkan keseimbangan literatur sintesis
dalam ekonomi Islam kontemporer. Membaca buku ini akan menjadi tantangan
intelektual sehat bagi ekonom barat. “ ( September 1993, hal. 1350 ). Profesor

19

Timur Kuran dari Universitas South Carolina, mereview buku ini dalam Journal
of Economic Literature untuk American Economic Assosiation dan mengatakan
bahwa buku ini menonjol sebagai eksposisi yang jelas dari keterbukaan pasar
Ekonomi Islam. Kritiknya terhadap sistem ekonomi yang ada secara tidak biasa
diungkap dengan pintar dan mempunyai dokumentasi yang baik. Chapra,
menurutnya telah membaca banyak tentang kapitalisme dan sosialisme sehingga
kritiknya berbobot. Dan, Profesor Kuran merekomendasikan buku ini sebagai
panduan sempurna dalam pemahaman ekonomi Islam.
Pendapat M. Umer Chapra terhadap ekonomi Islam pernah dikatakannya dan
didefinisikannya sebagai berikut: Ekonomi Islam didefinisikan sebagai sebuah
pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia yang berada
dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan
individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa
ketidakseimbangan lingkungan.
Karya M. Umer Chapra
 Toward a Just Monetary System (1985)
 Islam and Economic Challenge (1992)
 Islam and the Economic Development (1994)
 The Future of Economics; an Islamic Perspective (2000)


20

PEMIKIRAN M. UMER CHAPRA TENTANG MASA
DEPAN EKONOMI ISLAM
Tantangan yang dihadapi umat Islam adalah bagaimana menyiapkan
sebuah konsep dan tatanan ekonomi yang selaras dengan prinsip
dasar ajaran Islam. Di tengah globalisasi dan perubahan lanskap
politik, dibutuhkan sebuah konsep ekonomi yang dapat berakselerasi
dengan tuntutan realitas dunia global. Umat Islam, di belahan mana
pun memiliki kesempatan untuk berperan aktif mempengaruhi sistem
ekonomi dunia dengan konsep ekonomi Islamnya. Peluang bagi masa
depan ekonomi Islam sangat terbuka selama stakeholder; pelaku,
pemikir dan penggiat ekonomi Islam mampu menerjemahkan konsep
ekonomi Islam ke ranah praktis dan solutif. Sejak kegagalan
komunisme, sosialisme dan kini kapitalisme, keinginan untuk
mengedepankan
sebuah
sistem
ekonomi
alternatif
kembali
mengemuka. Ekonomi Islam dipandang mampu menjawab kebutuhan
terhadap sebuah sistem ekonomi yang mengedepankan tatanan yang
normatif dan adil bagi problem-problem ekonomi kontemporer.
Sosialisme sejak awal hadir dengan konsep kesetaran dan distribusi
kekayaan secara adil dan merata. Sosialisme memandang masalah
ekonomi muncul akibat distribusi yang tidak merata dan adil sebagai
akibat sistem ekonomi yang membolehkan eksploitasi pihak yang kuat
terhadap pihak yang lemah. Yang kuat memiliki akses terhadap
sumber daya sehingga sangat kaya, sementara yang lemah tidak
memiliki akses terhadap sumber daya sehingga menjadi miskin.
Sebaliknya, kapitalisme sebagai antitesa sosialisme, bertumpu kepada
kebebasan individu dan kapital yang tersentralisir dianggap hanya
akan menciptakan sebuah disparasi gap di tengah masyarakat.
Akibatnya, akan muncul masalah-masalah sosial baru yang berujung
pada instabilitas ekonomi, sosial maupun politik. Model atau sistem
ekonomi semacam ini dipercaya hanya menciptakan problem-problem
sosial baru dan eksploitasi terhadap masyarakat miskin. Kedua sistem
ekonomi tersebut, faktanya belum dapat menyelesaikan masalahmasalah ekonomi, khususnya tentang kesejahteraan. Kemiskinan,
kesenjangan, eksploitasi, ketimpangan dan kejahatan ekonomi yang
sistematis adalah hasil dari keduanya. Karena itu, diperlukan sebuah
sistem ekonomi alternatif yang dapat mewujudkan perekonomian yang
berkeadilan, kesejahteraan dan keseimbangan. Dr. M. Umer Chapra,
seorang pakar ekonomi asal Pakistan dan penasehat ekonomi senior
pada Monetary Agency Saudi Arabia, mengemukakan pentingnya
ekonomi Islam sebagai satu-satunya alternatif bagi negara-negara
berkembang
–seperti
Indonesia—
dalam
mengembangkan
ekonominya. Meski tergolong baru, ekonomi Islam diyakini mampu
menjawab tantangan-tantangan ekonomi di masa mendatang dengan
segala permasalahannya. Salah satu partikulasinya, ekonomi Islam
memiliki landasan tauhid dan kesatuan umat, di mana semua institusi,
perangkat, sistem dan prosedur serta variabelnya harus dijalankan dan
diatur dan dikelola untuk sebesar-besarnya kepentingan dan
kemakmuran umat. Ekonomi Islam dilaksanakan di atas prinsip
keadilan, di mana setiap pelaku ekonomi memiliki akses yang sama

21
terhadap sumber-sumber ekonomi. Dengan demikian, ekonomi Islam
layak dijadikan alternatif sistem ekonomi masa depan.

PEMIKIRAN UMAR CHAPRA

PEMIKIRAN UMAR CHAPRA

A. Pendahuluan
Semua negara muslim masuk dalam kategori negara-negara
berkembang meskipun diantaranya relatif kaya sementara sebagian
yang lain sangat miskin. Mayoritas negeri-negeri ini, terutama yang
miskin, seperti halnya negara-negara berkembang lainnya, dihadapkan
pada persoalan-persoalan yang sangat sulit. Salah satu problemnya
adalah ketidakseimbangan ekonomi makro yang dicerminkan dalam
angka

pengangguran

dan

infasi

yang

tinggi,

defsit

neraca

pembayaran yang sangat besar, depresi nilai tukar mata uang yang
berkelanjutan, dan beban utang yang berat. Problem lainnya adalah

22
kesenjangan pendapatan dan kekayaan yang sangat lebar diantara
golongan-golongan yang sangat berbeda-beda dari setiap negara dan
juga antara negara muslim. Konsekuensinya, kebutuhan pokok bagi
setiap penduduknya belum dapat dipenuhi, sementara golongan kaya
dan menengah hidup dalam kemewahan. Hal ini cenderung merusak
jaringan solidaritas sosial dan merupakan salah satu penyebab utama
ketidakstabilan sosiopolitik.1[2]
Berbagai masalah ekonomi ini telah coba dipecahkan oleh
seorang ekonom bernama Umar Chapra. Umar Chapra adalah satu dari
sedikit cendikiawan muslim kontemporer yang fokus pada bidang
ekonomi. Mengupas tuntas pemikiran ekonomi Umar Chapra bukanlah
hal yang sederhana, karena sedemikian komprehensifnya bahasan
yang dibentangkan. Karena keterbatasan inilah maka makalah ini
hanya akan membahas seputar pemikiran ekonomi pembangunan dan
moneter buah pikiran Umar Chapra dalam bukunya: Islam dan
Pembangunan Ekonomi (2000) dan Sister Moneter Islam (2000).
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu penulis mengharapkan kesediaan pembaca untuk
memberikan saran dan kritik yang membangun terhadap tulisan ini.

B.

Riwayat Hidup dan Karya Umar Chapra
Umar Chapra lahir tanggal 1 Februari 1933 di Pakistan Saudi
Arabia-

Ayahnya

bernama

Abdul

Karim

Chapra.

Beliau

adalah

penasehat riset di Institut Pelatihan dan Riset Islam (IRTI) tentang IDB
di Jeddah. Sebelum posisi ini, ia bekerja di Agen Moneter Saudi Arabia
(SAMA)

di

Riyadh

selama

hampir

35

tahun

dan

akhirnya

mengundurkan diri sebagai penasehat ekonomi senior. Beliau telah
memberi kuliah secara luas pada sejumlah universitas dan institut
professional di negara-negara yang berbeda. la ikut ambil bagian pada

1

23
sejumlah pertemuan IMF, IBRD, OPEC, IDB, OIC dan GCC. la merupakan
editorial dewan sejumlah jurnal professional.
Kontribusi yang paling terkemuka yaitu dalam 3 bukunya: Ke
Arah Sistem Moneter yang Adil (1985), Islam dan Tantangan Ekonomi
(1992), dan Masa Depan Ekonomi: Suatu Perspektif Islam (2000). 2[3]
Berkat kontribusinya yang beragam bagi ekonomi Islam dan
peranannya yang begitu besar dalam pengembangan subjek ini, ia
menerima anugrah (medali) pada tahun 1990 dari IDB dalam bidang
ekonomi Islam dan King Faisal International Prize dalam bidang kajian
Islam.

C.

Pemikiran Ekonomi Umar Chapra

1. Ekonomi Pembangunan

Inkonsistensi Pembangunan Ekonomi
Menurut Umar Chapra, ilmu ekonomi konvensional yang selama ini
mendominasi pemikiran ilmu ekonomi modem telah menjadi sebuah
disiplin ilmu yang sangat maju dan bahkan terdepan. Dampak yang
lebih mengagumkan lagi dari akselerasi perkembangan di negaranegara industri Barat adalah tersedianya sumber-sumber kajian yang
substansial bagi para pakar untuk membantu program riset mereka.
Lain halnya dengan ilmu ekonomi Islam, ilmu ekonomi dengan
perspektif Islam ini baru menikmati kebangkitannya pada tiga atau
empat dekade terakhir ini telah mengalami tidur panjang pada
beberapa abad yang lalu. Hal ini dikarenakan sebagian besar negara
Muslim adalah negara miskin dengan tingkat pembangunan ekonomi
yang rendah.
Ilmu ekonomi konvensional telah dibangun oleh dua himpunan tujuan
yang berbeda. Salah satunya disebut tujuan positif, yang berhubungan
2

24
erat dengan usaha realisasi secara efsien dan adil dalam proses
alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas. Dan tujuan yang lain
disebut dengan tujuan normatif yang diekspresikan dengan usaha
penggapaian secara universal tujuan sosial ekonomi untuk pemenuhan
kebutuhan hidup dan lain-lain.3[4]
Hingga saat ini, pembangunan ekonomi telah melewati 3 fase yang
berbeda. Fase pertama adalah ekonomi pembangun kuno yang
dikembangkan oleh para ekonom klasik yang mencoba menjelaskan
pertumbuhan ekonomi jangka panjang dalam kerangka kerja liberal
kapitalisme laissez faire. Ini terus menjadi perhatian utama lebih
kurang satu abad setelah publikasi The Wealth of Nation karya Adam
Smith tahun 1776. Setelah itu, isu tersebut menjadi usang dan
perhatian ekonom klasik berpindah ke area ekonomi yang lain.
Fase kedua ekonomi pembangunan dimulai setelah Perang Dunia
Kedua ketika sejumlah negara dari "dunia ketiga" memperoleh
kemerdekaan

dan

analisis

problem

yang

berkaitan

dengan

pembangunan mereka mulai mendapat perhatian. Namun, kapitalisme
laissez faire telah kehilangan peran pada saat itu akibat dari peristiwa
"Great Depression" dan masalah-masalah rekonstraksi pasca perang
dunia, sementara ekonomi Keynesian dan sosialisme menjadi popular.
Pada fase ekonomi pembangunan kedua, fokus perhatian berpindah
dari

ekonomi

liberalisme

klasik

dan

ekonomi

neoklasik.

Ia

mempropagandakan ketergantungan yang lebih kecil pada pasar dan
peranan yang besar dari pemerintah dalam perekonomian. Fase;
ketiga, ditandai dengan melemahnya strategi Kcynesian dar sosialis di
Barat pada dasa warsa I970-an dan sebuah kebangkitan kembali
ekonomi liberalisme klasik dan ekonomi neoklasik.
Meskipun telah jelas ketidakmampuan sistem pasar dan sosialisme
untuk merealisasikan pembangunan den-an keadilan, namun seluruh
negara
3

muslim

tetap

menggunakan

kebijakan-kebijakan

yang

25
diberikan oleh ekonomi pembangunan, yang merupakan tunas dari
kedua sistem ini.4[5]
Sistem kapitalis dan sosialis
Tujuan dari sebuah sistem ekonomi pada prinsipnya ditentukan oleh
pandangan

tentang

dunia,

yang

mengetengahkan

pertanyaan-

pertanyaan tentang bagaimana alam semesta ini muncul, makna dari
tujuan hidup manusia, prinsip kepemilikan, dan tujuan manusia
memiliki sumber- sumber daya yang ada ditangannya, serta hubungan
antara sebagian manusia dengan sebagian yang lain (yang melibatkan
hak-hak

dan tanggung

jawab

mereka) dan dengan lingkungan

sekitarnya. Misalnya, jika alam semesta ini terjadi dengan sendirinya
maka manusia tidak akan bertanggung jawab kepada siapapun dan
mereka akan bebas berbuat sesukanya. Tujuan mereka hanya untuk
mencapai kepuasan maksimum, dengan mengabaikan bagaimana cara
merealisasikan hal tersebut dan pengaruhnya terhadap orang lain.
Nafsu ingin memenuhi kepentingan diri sendiri dan hukum rimba "si
kuat yang menang" tentu akan menjadi norma perilaku yang paling
masuk akal.
Lain halnya jika pandangan dunia itu berpijak pada prinsip bahwa umat
manusia hanyalah bidak di atas papan catur sejarah dan kehidupan
mereka telah ditentukan oleh kekuatan eksternal yang tidak dapat
mereka kendalikan maka keyakinan ini akan mengarah pada pendapat
bahwa manusia tidak bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi
disekitarnya dan karena itu tidak perlu ada usaha untuk mengusik
ketidakadilan yang tengah berjalan. Akan tetapi, jika umat manusia
dan apa yang mereka miliki adalah ciptaan Tuhan dan mereka
bertanggung

jawab

kepada-Nya,

maka

mereka

tidak

mungkin

menganggap dirinya bebas mutlak dan berperilaku seenaknya atau
seperti bidak malang di atas papan catur sejarah yang tidak
menghiraukan arah perjalanan sejarah.

4

26
Karena itulah tujuan dan strategi dari sebuah sistem ekonomi pada
hakikatnya adalah hasil logis dari pandangannya terhadap dunia.
Tentu saja, bisa terjadi sebuah sistem ekonomi mengambil tujuantujuan dari suatu pandangan hidup, tetapi strategi yang dipakai
diambil dari pandangan hidup yang lain.
mungkin

diambil

menganggap

dari

umat

sebuah

manusia

Misalnya, tujuan ekonomi

pandangan
sebagai

hidup

anggota

agama
dari

yang

sebuah

persaudaraan. Yang satu dan berprinsip bahwa mereka bertanggung
jawab atas nasib orang lain, tetapi strateginya diambil dari suatu
pandangan hidup yang berazazkan bahwa si kuat adalah yang menang
dan

konfik

kelas-suatu

pandangan

hidup

yang

secara

implisit

meniadakan persaudaraan dan kesejahteraan umat manusia secara
kolektif. Dalam hal ini akan terjadi konfik antara tujuan dan strategi.
Konfik tidak saja akan menyulitkan sistem itu un[uk merealisasikan
tujuan-tujuannya, tetapi juga akan menambah jumlah problem sosio
ekonomi yang tidak terpecahkan.5[6]
Sekularisme adalah pandangan dunia yang dominan di dunia Barat.
Sebagai akibat dari dominasi ekonomi, intelektual dan politik Barat
atas

negara-negara

lain,

sekularisme

akhirnya

juga

menjadi

pandangan yang berlaku di dunia ketiga. Ia merupakan produk
sekunder dari gerakan pencerahan (enlightment movement) yang
mencoba menggeser kedudukan agama sebagai kekuatan kolektif
dalam masyarakat dan menempatkan kepercayaan yang kuat akan
kemampuan akal untuk menemukan kebenaran-kebenaran metafsik
yang fnal sebagaimana direkomendasikan dalam wujud nilai-nilai bagi
penataan kehidupan manusia. Sekularisme tidak selalu mengingkari
eksistensi Tuhan, tetapi ia menganggap bahwa eksistensi-Nya tidak
membawa bobot apapun bagi kehidupan manusia. Urusan kehidupan
diselenggarakan atas dasar asumsi bahwa tidak ada kehidupan setelah
kematian dan tidak ada pertanggungjawaban di depan Tuhan. Tidak
seperti agama, pandangan dunia yang dominan tersebut hanya
mementingkan aspek kehidupan yang bersifat mated dan prinsip
5

27
pokoknya adalah bahwa kebahagiaan yang dicapai hanya dengan
sarana-sarana materi.
Aksi-aksi manusia umpamanya, dilihat dari kacamata utilitarianisme
yang menurutnya "benar" dan "salah", "baik" dan "buruk" ditentukan
oleh

sensasi

"kesenangan"

atau

"kesakitan".

Apa

yang

dapat

mendatangkan kesenangan adalah baik dan apa yang menyebabkan
sakit adalah jahat. Dengan demikian, sebuah basis logika telah
dibangun paling tidak secara psikologis untuk satu tujuan pikiran, yaitu
untuk memperoleh kekayaan dan kesenangan sensual. Kehidupan
ekonomi dipandang sebagai suatu arena persaingan yang diatur oleh
sebuah sistem pasar bebas yang menjamin hukum rimba (si kuat yang
menang). Dengan demikian Darwinisme sosial telah merembet ke
dalam dunia ekonomi.
Pandangan dunia sekularis inilah yang menjadi pangkal kapitalisme
dalam pengertian klasik disebut laissez faire, tidak terw-ujud dalam
kenyataan. Ia telah dimodifkasi selama beberapa kurun dan kini
dikenal dengan istilah yang lebih sopan dengan sistem pasar yang
mengacu

kepada

kapitalisme

yang

telah

diperbaharui,

yang

menyandang prinsip-prinsip kapitalisme laissez faire maupun konsep
negara sejahtera. Biarpun begitu, pandangan dunianya tetap sama
sekulernya dengan kapitalisme laissez faire, namun sasarannya lebih
humanitarian. Untuk mewujudkan sasaran ini, ia membela intervensi
pemerintah

yang

lebih

besar

dalam

pasar

untuk

mengoreksi

kekurangan model laissez faire, dan mengganti, paling tidak secara
parsial, sebagian ketidakmerataan yang ditimbulkan. Namun begitu,
model aslinya tetap saja berkelanjutan, bahkan memperoleh kekuatan
yang lebih besar lagi setelah kegagalan sosialisme.
Dalam perspektif nilai yang tengah berlaku, sistem pasar dibedakan
atas dasar titik tekanannya sebagai berikut:
1.

Adanya kebebasan individu yang tidak terbatasi untuk memenuhi
kepentingan pribadi, kepemilikan, dan pengelolaan properti privat.

28
2.

Ekspansi kekayaan yang dipercepat dan produksi maksimum serta
pemenuhan kebutuhan menurut preferensi individual.

3.

Lebih mengutamakan kekuatan-kekuatan pasar dalam alokasi dan
distribusi

sumber-sumber

daya

dan

"meminimalkan"

peranan

pemerintah atau penilaian kolektif.
Sebenarnya tuntutan kepentingan diri yang tidak terbatas - dalam
prinsip

laissez

faire-memiliki

stigma

keagamaan,

yang

sukses

dihilangkan oleh Adam Smith, sehingga dapat diterima dengan baik
oleh

masyarakat

Kristen

yang

komitmen

pada

perlindungan

kepentingan sosial dan realisasi tujuan kemanusiaan. Dia berdalih
bahwa melayani kepentingan sendiri oleh setiap individu pada
gilirannya adalah melayani kepentingan sosial. Logikanya adalah
bahwa untuk melayani kepentingan diri sendiri akan mendorong
menjadi pelaku yang paling efsien. Persaingan, bagaimanapun juga,
akan bertindak sebagai suatu batasan bagi pemenuhan nafsunya dan
menghalanginya

dari

usaha-usaha

melampaui

batas-batas

kepentingan sosial. Konsumen akan membeli produk dengan harga
paling rendah sesuai dengan preferensinya. Preferensi akan diketahui
oleh produsen saat konsumen menjatuhkan pilihannya di pasar melalui
kesediaannya untuk membayar harga pasaran yang ditentukan oleh
interaksi penawaran dan permintaan. Produsen akan memproduksi apa
saja yang diinginkan konsumen dengan menekan biaya yang paling
murah untuk memaksimalkan keuntungannya.
Perilaku dari produsen dan konsumen ini akan menjamin efsiensi dan
pemerataan.

Dalam perspektif rasional ini, istilah efsiensi dan

pemerataan tidak memiliki suatu hubungan langsung dengan tujuantujuan

egalitarian

seperti

pengentasan

kemiskinan,

pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan pokok, pencapaian kesempatan kerja penuh,
mengurangi kesenjangan dan kekayaan. Diasumsikan bahwa tujuantujuan tersebut dengan sendirinya akan dapat direalisasikan sebagai
suatu hasil langsung dari proses efsiensi dan pemerataan disebabkan
oleh keseimbangan persaingan.

29
Penalaran diatas sebetulnya memiliki sejumlah asumsi yang tidak
realistis. Pertama, diasumsikan bahwa segala sesuatu yang menjadi
kepentingan individu, dengan sendirinya adalah menjadi kepentingan
masyarakat dan tidak ada kemungkinan konfik diantara keduanya.
Asumsi ini tentu saja keliru, karena kedua kepentingan tersebut tidak
selalu seirama Contohnya, mencegah polusi air sungai tidak selalu
memberikan

kepuasan

duniawi

kepada

produsen

karena

akan

meningkatkan biaya dan mengurangi keuntungan.
Kedua, diasumsikan bahwa walaupun dalam sebuah sistem sekuler
yang berdasarkan nilai-nilai utilitarian, sang konsumen yang berkuasa
atas kepentingan dirinya akan membatasi klaim-klaimnya atas sumber
daya pada pemuasan kebutuhan saja. Asumsi inipun terbukti keliru,
sebab tanpa keinginan untuk menahan diri yang komitmen kepada
nilai-nilai moral dalam penggunaan sumber daya maka pilihan yang
dijatuhkan pasar botch jadi tidak merefeksikan prioritas sosial.
Buktinya, si kaya tidak mau mengalihkan sumber daya yang terbatas
untuk memenuhi kebutuhan mereka yang kurang mampu, malah
dipergunakan untuk memuaskan preferensi mereka sekadar sebagai
sumber prestise.
Ketiga,

diasumsikan

bahwa

terdapat

distribusi

pendapatan

dan

kekayaan yang merata sebab hanya distribusi yang meratalah yang
memberikan

setiap

orang

kemampuan

yang

sama

untuk

mempengaruhi proses pembuatan keputusan di pasar dalam sebuah
lingkungan sekuler, dimana nilai-nilai moral tidak lagi berfungsi
sebagai suatu tatanan dalam penggunaan sumber daya-sumber daya.
Padahal; karena kesenjangan pendapatan yang besar menyebabkan si
kaya lebih mudah mendapat akses kredit sehingga mereka dapat
membeli apa saja yang mereka inginkan dengan harga yang berlaku di
pasar.
Keempat, diasumsikan bahwa kesediaan konsumen untuk membayar
sesuai dengan harga pasar merefeksikan urgensi kebutuhan. Asumsi
ini juga keliru sebab meskipun urgensi untuk membeli susu adalah

30
sama bagi semua anak-anak, dengan mengabaikan apakah mereka
kaya atau miskin, jumlah uang yang digunakan oleh si miskin untuk
membeli susu tidaklah sama dengan yang dikeluarkan oleh si kaya
untuk memperoleh status simbol.
Kelima, diasumsikan bahwa kondisi pasar adalah persaingan sempurna
dengan ciri-ciri banyak pembeli, banyak penjual, tidak ada hambatan
untuk masuk dan ada informasi yang sempurna. Akan tetapi,
persaingan

sempurna

telah

menjadi

impian

yang

tidak

dapat

terwujudkan terutama karena tendensi dibawah kapitalisme menuju ke
arah promosi bisnis besar dan konsentrasi kekayaan dan kekuasaan. 6
[7]

Ketidakmerataan

kapitalis

laissez

faire

telah

menaikkan

pamor

sosialisme untuk sementara waktu. Bertolak belakang dengan sistem
ekonomi

kapitalis

laissez

faire

"sistem

pasar",

kaum

sosialis

menganggap pemilikan pribadi dan sistem upah sebagai sumber
kejahatan dan menekankan bahwa keadilan tidak dapat diberikan
kepada si miskin tanpa mensosialisasikan pemilikan pribadi dalam
berbagai tingkatan.
Konsep prinsip dalam analisis Marx tentang sosialisme adalah 'alienasi'
atau keterasingan yang timbul dalam suatu masyarakat kapitalis
sebagai akibat dari eksploitasi kaum ploletar oleh kaum borjuis.
Alienasi akan hilang jika masyarakat bebas kelas telah ditegakkan.
Satu-satunya

cara

mengakhiri

alienasi

adalah

menghapuskan

kepemilikan pribadi, sebagai penyebab utamanya. Akan tetapi strategi
Marxis tentang pemilikan negara atas seluruh sarana produksi dan
perencanaan pada praktiknya telah terbukti salah tempat karena
beberapa kelemahan dalam penalarannya.
Pertama,

ia

secara

diam-diam

mengasumsikan

bahwa

setelah

pengenalan sosialisme, manusia yang sama dalam kapasitasnya
sebagai
6

konsumen,

pekerja,

manajer

perusahaan,

dan

pegawai

31
pemerintah, akan selalu didorong untuk melakukan yang terbaik dalam
rangka kebaikan sosial tanpa memperhatikan kepentingan pribadinya.
Kedua, diasumsikan bahwa mesin kekuasaan negara akan dijalankan
oleh

sekelompok

orang

yang

kepentingannya

selaras

dengan

kepentingan seluruh masyarakat. Hal ini tidak dibenarkan, karena
negara tidak terlepas dari pluralitas kepentingan dan hak-hak istimewa
yang timbul dari faktor-faktur semisal kedudukan dalam struktur
kekuasaan, bangsa dan kawasan geografs.
Ketiga,

diasumsikan

bahwa

mesin

perencanaan

pusat

akan

melengkapi semua informasi mengenai preferensi konsumen, biaya
produksi

dan

harga

yang

perlu

untuk

pengambilan

berbagai

keputusan. Namun informasi demikian tidak ada. Tidak mungkin
informasi sedemikian dapat dimiliki tanpa ada interaksi bebas dari
penawaran dan permainan pasar.
Keempat,

diasumsikan

diimplikasikan

dalam

bahwa
sistem

subsidi

umum

penentuan

yang

harga

di

besar

yang

Soviet

akan

menguntungkan si miskin. Namun pada kenyataannya hal ini malah
menguntungkan si kaya, pada sisi lain ia menyiksa para petani yang
memperoleh harga rendah dari produk mereka dan insentifnya untuk
bekerja secara efsien.7[8]

Strategi Ekonomi Pembangunan Islam
Pandangan hidup Islam didasarkan pada tiga konsep fundamental,
yaitu tauhid (k