MAKALAH PENDIDI KAN KEWARGANEGARAAN Disus

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Dosen pengampuh :
Ronald Frasyaigu M.Pd

Disusun oleh:
1.Meisya Putri
2.Nahdina Ramadhani

FKIP (PGSD)
UNIVERSITAS SAMUDERA
TAHUN 2015/2016

KATA PENGANTAR
Puja dan Puji Syukur hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kasih sayang-Nya dan memberikan waktu kepada penulis untuk menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Kewarganegaraan yang berjudul “Rule of Law” Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Makalah tentang ulasan mengenai Rule of Law ini diajukan untuk memenuhi salah
satu tugas semester Genap mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memberikan informasi lebih jauh mengenai pengertian, konsep dasar Rule of

Law.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis ataupun secara lisan, agar
penulis bisa mengembangkan ilmu pengetahuannya, khususnya memahami tentang
Kewarganegaraan pada materi Rule of Law.
Langsa,

April 2016

Penulis

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Perumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. Latar Belakang Rule of Law....................................................................................2
B. Pengertian Law of Law............................................................................................3
C. Prinsip-prinsip Rule of Law....................................................................................4
D. Pelaksanaan Rule of Law.......................................................................................6
E. Dinamika pelaksanaan Rule of Law di Indonesia...................................................7
F. Konsep Rule of Law bagian terpenting dalam negara hukum.................................9
G. Hubungan antara Konstitusi dan Rule of Law Indonesia........................................11
BAB III PENUTUP.............................................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................................13
B. Saran........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari hukum, mulai dari norma, nilai,
tata krama, hingga hukum perundang-undangan dalam peradilan. Sayangnya hukum di

Negara Indonesia masih kurang dalam proses penegakkannya, terutama penegakkan hukum
di kalangan pejabat-pejabat dibandingkan dengan penegakkan hukum dikalangan menengah
ke bawah. Hal ini terjadi karena di Negara kita, hukum dapat dibeli dengan uang. Siapa yang
memiliki kekuasaan, dia yang memenangkan peradilan. Dengan melihat kenyataan seperti
itu, pembenahan peradilan di Negara kita dapat dimulai dari diri sendiri dengan mempelajari
norma atau hukum sekaligus memahami dan menegakkannya sesuai dengan keadilan yang
benar. Dalam bahasan ini dibahas supaya keadilan dapat ditegakkan, maka akan terkait semua
aspek yang ada didalamnya yang mempengaruhi dan menjadi penentu apakah keadilan dapat
ditegakan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Rule of Law?
2. Apa konsep dasar Rule of Law?
3. Apa prinsip dasar Rule of Law?
4. Bagaimana hubungan Rule of Law dengan Negara?
5. Bagaimana hubungan Rule of Law dengan Konstitusi?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian Rule of Law
2. Agar mengetahui konsep dasar Rule of Law
3. Untuk mengetahui prinsip dasar Rule of Law
4. Untuk mengetahui hubungan Rule of Law dengan Negara

5. Untuk mengetahui bagaimana hubungan Rule of Law dengan Konstitusi?

1

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Latar Belakang Rule of Law
Latar belakang kelahiran Rule of Law

1. Diawali oleh adanya gagasan untuk melakukan pembatasan kekuasaan pemerintahan
Negara
2. Sarana yang dipilih untuk maksud tersebut yaitu Demokrasi Konstitusional
3. Perumusan yuridis dari Demokrasi Konstitusional adalah konsepsi negara hukum.
Rule of law adalah doktrin hukum yang muncul pada abad ke-19, seiring dengan
negara konstitusi dan demokrasi. Rule of Law adalah konsep tentang common law, yaitu
seluruh aspek negara menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun di atas prinsip
keadilan dan egalitarian. Rule of law adalah rule by the law, bukan rule by the man.
Unsur-unsur rule of law menurut A.V. Dicey terdiri dari

1. Supremasi aturan-aturan hukum.
2. Kedudukan yang sama didalam menghadapi hukum.
3. Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang serta keputusan-keputusan
pengadilan.
Paham rule of law di Inggris diletakan pada hubungan antara hukum dan keadilan, di
Amerika di letakan pada hak-hak asasi manusia, dan di Belanda paham rule of law lahir dari
paham kedaulatan Negara, melalui paham kedaulatan hukum untuk mengawasi pelaksanaan
tugas kekuatan pemerintah. Di Indonesia, inti dari rule of law

adalah jaminan adanya

keadilan bagi seluruh masyarakatnya, khususnya keadilan social.
Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokrasi menurut rule of
law adalah:
Adanya perlindungan konstitusional
1. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
2. Pemilihan umum yang bebas.
3. Kebebasan untuk menyatakan pendapat
4. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi
5. Pendidikan kewarganegaraan

2

Ada tidaknya rule of law pada suatu negara ditentukan oleh “kenyataan”, apakah
rakyat menikmati keadilan, dalam arti perlakuan adil, baik sesama warga Negara maupun
pemerintah. Untuk membangun kesadaran di masyarakat maka perlu memasukkan materi
instruksional Rule of Law sebagai salah satu materi di dalam mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn).
B.

Pengertian Rule Of Law

Gerakan

masyarakat

yang

menghendaki

bahwa


kekuasaan

raja

maupun

penyelenggaraan negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan perundangundangan dan pelaksanaan dalam hubungannya dengan segala peraturan perundangundangan itulah yang sering diistilahkan dengan Rule of Law. Misalnya gerakan revolusi
Perancis serta gerakan melawan absolutisme di Eropa lainnya, baik dalam melawan
kekuasaan raja, bangsawan maupun golongan teologis. Oleh karena itu menurut Friedman,
antara pengertian negara hukum atau rechtsstaat dan Rule of Law sebenarnya saling mengisi
(Friedman, 1960: 546). Berdasarkan bentuknya sebenarnya Rule of Law adalah kekuasaan
publik yang diatur secara legal.
Setiap organisasi atau persekutuan hidup dalam masyarakat termasuk negara
mendasarkan pada Rule of Law. Dalam hubungan ini pengertian Rule of Law berdasarkan
substansi atau isinya sangat berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dalam suatu negara. Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechsstaat atau Rule
Of Law. Rechsstaat atau Rule Of Law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan
yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Oleh karena itu, konstitusi dan negara hukum
merupakan dua lembaga yang tidak terpisahkan.

Negara Indonesia pada hakikatnya menganut prinsip “Rule of Law, and not of Man”,
yang sejalan dengan pengertian nomocratie, yaitu kekuasaan yang dijalankan oleh hukum
atau nomos. Dalam negara hukum yang demikian ini, harus diadakan jaminan bahwa hukum
itu sendiri dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip demokrasi. Karena prinsip
supremasi hukum dan kedaulatan hukum itu sendiri pada hakikatnya berasal dari kedaulatan
rakyat. Oleh karena itu prinsip negara hukum hendaklah dibangun dan dikembangkan
menurut prinsip-prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat atau democratische rechstssaat.
Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan dan ditegakkan dengan tangan besi
berdasarkan kekuasaan belaka atau machtsstaat. Karena itu perlu ditegaskan pula bahwa
3

kedaulatan berada di tangan rakyat yang dilakukan menurut Undang-Undang Dasar atau
constitutional democracy yang diimbangi dengan penegasan bahwa negara Indonesia adalah
negara hukum yang berkedaulatan rakyat atau demokratis (democratische rechtsstaat) Asshid
diqie, 2005: 69-70).
Berdasarkan pengertiannya, Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi dua
yaitu :
a. Pengertian Secara formal (in the formal sense)
Rule of Law diartikan sebagai kekuasaan hukum yang terorganisasi (organized
public power).

Misalnya : Negara.
b. Pengertian secara hakiki /materi (ideological sense)
Rule of Law terkait dengan penegakan rule of law karena menyangkut ukuran
hukum yang baik dan buruk (just and unjust law).
Rule of law terkait erat dengan keadilan sehingga rule of law harus menjamin keadilan
yang dirasakan oleh masyarakat. Rule of Law merupakan suatu legalisme sehingga
mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan system peraturan
dan prosedur yang bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom.

C.

Prinsip–Prinsip Rule of Law

1. Prinsip–Prinsip Rule of Law Secara Formal
Di Indonesia, prinsip–prinsip rule of law secara formal tertera dalam pembukaan UUD 1945
yang menyatakan :
a. Bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa,…karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan ”peri keadilan”;
b. …kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, ”adil” dan makmur;
c. …untuk memajukan ”kesejahteraan umum”,…dan ”keadilan social”;

d. …disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indoensia itu dalam suatu ”Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia”;
e. ”…kemanusiaan yang adil dan beradab”;
f.

…serta dengan mewujudkan suatu ”keadilan sosial” bagi seluruh rakyat Indonesia.

4

Dengan demikian, inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakat,
terutama keadilan social. Penjabaran prinsip-prinsip Rule of law secara formal termuat di
dalam pasal – pasal UUD 1945, yaitu :
a. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3);
b. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggaraakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan (pasal 24 ayat 1)
c. Segala warga Negara bersamaan kedudukanya didalam hokum dan pemerintahan,
serta menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (pasal 27
ayat 1)
d. Dalam Bab X A Tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10 pasal, antara lain bahwa
setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum

yang adil, serta perlakuan yang sama dihadapan hukum (pasal 28 D ayat 1);
e. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28 D ayat 2).
2. Prinsip–Prinsip Rule of Law secara Hakiki
Prinsip-prinsip rule of

law secara hakiki (materiil) erat kaitannya dengan

(penyelenggaraan menyangkut ketentuan-ketentuan hukum) “the enforcement of the rules of
law” dalam penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam penegakan hukum dan
implementasi prinsip-prinsip rule of law. Berdasarkan pengalaman berbagai Negara dan hasil
kajian, menunjukan keberhasilan “the enforcement of the rules of law” bergantung pada
kepribadian nasional setiap bangsa (Sunarjati Hartono: 1982). Hal ini didukung kenyataan
bahwa rule of law merupakan institusi social yang memiliki struktur sosiologis yang khas dan
mempunyai akar budayanya yang khas pula.
Karena bersifat legalisme maka mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani
dengan pembuatan system peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat objektif, tidak
memihak, tidak personal dan otonom. Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang
terkait rule of law telah banyak dihasilkan di Indonesia, tetapi implementasinya belum
mencapai hasil yang optimal sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan rule of
law belum dirasakan dimasyarakat.

5

Prinsip-prinsip Rule of Law :
a. Berkaitan erat dengan the enforcement of the Rule of Law
b. Keberhasilan the enforcement of the rule of law tergantung pada kepribadian
nasional masing-masing bangsa (Sunarjati Hartono, 1982)
c. Rule of law mempunyai akar sosial dan akar budaya Eropa (Satdjipto Rahardjo,
2003)
d. Rule of law juga merupakan suatu legalisme, aliran pemikiran hukum, mengandung
wawasan sosial, gagasan tentang hubungan antarmanusia, masyarakat dan negara.
e. Rule of law merupakan suatu legalisme liberal (Satdjipto Rahardjo, 2003).
D.

Pelaksanaan Rule of Law

Agar pelaksanaan rule of law bisa berjalan dengan yang diharapkan, maka:
a. Keberhasilan “the enforcement of the rules of law” harus didasarkan pada corak
masyarakat hukum yang bersangkutan dan kepribadian masing-masing setiap
bangsa.
b. Rule of law yang merupakan intitusi sosial harus didasarkan pada budaya yang
tumbuh dan berkembang pada bangsa.
c. Rule of law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan social, gagasan tentang
hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus ditegakan secara adil juga
memihak pada keadilan.
Untuk mewujudkannya perlu hukum progresif (Setjipto Raharjo: 2004), yang memihak
hanya pada keadilan itu sendiri, bukan sebagai alat politik atau keperluan lain. Asumsi dasar
hokum progresif bahwa ”hukum adalah untuk manusia”, bukan sebaliknya. Hukum progresif
memuat kandungan moral yang kuat. Arah dan watak hukum yang dibangun harus dalam
hubungan yang sinergis dengan kekayaan yang dimiliki bangsa yang bersangkutan atau “back
to law and order”, kembali pada hukum dan ketaatan hukum negara yang bersangkutan itu.
Adapun negara yang merupakan negara hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ada pengakuan dan perlindungan hak asasi.
2. Ada peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak terpengaruh oleh kekuasaan
atau kekuatan apapun.
3. Legalitas terwujud dalam segala bentuk.
6

Contoh: Indonesia adalah salah satu Negara terkorup di dunia (Masyarakat Transparansi
Internasional: 2005).
Beberapa kasus dan ilustrasi dalam penegakan rule of law antara lain:
a. Kasus korupsi KPU dan KPUD
b. Kasus illegal logging
c. Kasus dan reboisasi hutan yang melibatkan pejabat Mahkamah Agung (MA)
d. Kasus-kasus perdagangan narkoba dan psikotripika
e. Kasus perdagangan wanita dan anak.
E.

Dinamika Pelaksanaan Rule Of Law di Indonesia

Dalam Proses Penegakan hukum di Indonesia di lakukan oleh lembaga penegak hukum yang
terdiri dari:
1. Kepolisian
fungsinya memelihara keamanan dalam negeri. Yang memiliki tugas pokok yaitu:
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
b. Menegakan Hukum.
c. Memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
wewenang kepolisian adalah sebagai berikut:
d. Mengawasi aliran yang menimbulkan perpecahan dan mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa.
e. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.
f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam
rangka pencegahan.
g. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan,
kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat.
h. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat
lainnya.
i. Memberikan izin melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam.
2. Kejaksaan
wewenang dan tugas kejaksaan
a. Melakukan penuntutan
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusa pengadilan yang telah memperoleh
7

kekuatan hukum tetap.
c. melakukan pengawasan tehadap pelaksanaan putusan pidana masyarakat, putusan
pidana pengawasan, dan keputusa lepas bersyarat.
d. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang.
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan dan dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik.
3. KPK( komisi Pemberantasn Korupsi)
KPK di tetapkan dengan UU no 20 tahun 2002 dengan tujuan meningkatkan daya guna
dan hasil guna terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi.
Tugas KPK
a. berkoordinasi dengan instansi lain yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi
b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi.
c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.
d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.
e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara.
wewenang KPK
f. Melakukan pengawasan, penelitian, penelaahan, terhadap instansi yang menjalankan
tugas dan wewenang dengan pemberantasan tindak korupsi.
g. Mengambil alih penyidikan dan penuntutan terhadap pelaku tindak korupsi yang
sedang dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaan.
h. Menetapkan system pelaporan dalam kegiatan pemberantasan korupsi.
i. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.
j. hanya menangani perkara korupsi yang terjadi setelah 27 Desember 2002.
k. peradilan tindak pidana korupsi tidak bisa berjalan dengan landasan hukum UU KPK.
4. Badan peradilan
1) Mahkamah Agung (MA) merupakan puncak kekuasaan kehakiman di Indonesia. MA
mempunyai kewenangan:
a. Mengadili pada tingkat kasai terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir
oleh peradilan.
8

b. Menguji peraturan perundang- undangan di bawah undang-undang terhadap
Undang-undang
c. Kewnangan lain yang ditentukan undang-undang.
2) Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan lembaga peradilan pada tignkat pertama dan
terakhir:
a. Menguji undang-undang terhadap UUD 1945
b. Memutuskan sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945
c. Memutuskan pembubaran parpol
d. Memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum
3) Peradilan Tinggi dan Negeri merupakan peradilan umum di tingkat provinsi dan
kabupaten. Fungsi kedua peradilan tersebut adalah menyelenggarakan peradilan baik
pidana dan perdata di tingkat kabupaten, dan tingkat banding di peradilan tinggi. Pasal
57 UU No. 8 tahun 2004 menetapkan agar peradilan memberikan prioritas peradilan
terhadap tindak korupsi, terorisme, narkotika atau psikotropika pencucian uang, dan
selanjutnya, tindak pidana.

F.

Konsep Rule Of Law bagian terpenting dalam negara hukum

Munculnya demokrasi konstitusional sebagai suatu program dan sistem politik yang
konkrit pada akhir abad ke-19, dengan gagasan, dimana pemerintah yang demokratis adalah
pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang
terhadap warganegaranya. Konstitusi tertulis secara tegas menjamin hak-hak asasi dari
warga negara, adanya pembagian kekuasaan. Perumusan yuridis dari prinsip-prinsip ini
dikenal dengan istilah Rechtsstaat dan Rule of Law.
Walaupun demokrasi baru pada akhir abad ke-19 mencapai wujud yang konkrit, akan
tetapi pemikiran tentang negara hukum atau Rechtsstaat sebenarnya sudah sangat tua. Konsep
negara hukum pertama sekali dikemukakan oleh Plato dalam bukunya Politea (the
Republica), Politicos (the Stateman), dan Nomoi (the Law) yang kemudian dipertegas oleh
Aristoteles dalam karyanya Politica yang merupakan kelanjutan dari pemikiran Plato dalam
bukunya Namoi.

9

Pemikiran Plato tentang cita negara hukum ini lama dilupakan orang, dan baru pada
awal abad ke-17 timbul kembali di Barat yang merupakan reaksi terhadap pemikiran
kekuasaan absolut, terutama sekali pada kekuasaan raja yang sewenang-wenang. Sedangkan
istilah negara hukum itu sendiri baru muncul pada abad ke-19.
Gagasan mengenai perlunya pembatasan kekuasaan pemerintah serta adanya jaminan
atas hak-hak asas dari warga negara mendapat perumusan yang yuridis. Ahli-ahli hukum
Eropa Barat Kontinental seperti Immanuel Kant dan Friedrich Julius Stahl memakai istilah
Rechtsstaat, sedang ahli-ahli hukum Anglo Saxon seperti A.V. Dicey memakai istilah Rule of
Law.
Menurut Friedrich Julius Stahl negara hukum secara formal memiliki:
1. Hak asasi manusia;
2. Pembagian kekuasaan;
3. Wetmatigheid van bestuur, atau pemerintahan berdasarkan peraturanperaturan;
4. Peradilan tata usaha dalam perselisihan.
Dari keempat unsur utama negara hukum formal yang dikemukakan Stahl ini dapatlah
disimpulkan bahwa negara hukum bertujuan untuk melindungi hak-hak azasi warga
negaranya dengan cara membatasi dan mengawasi gerak langkah dan kekuasaan negara
dengan undang-undang. Sedangkan A V. Dicey mengemukakan unsur-unsur Rule of Law
dalam Introduction to Study of the Law of the Constitution, mencakup:
1. Supremasi aturan-aturan hukum (Supremacy of Law); tidak adanya kekuasaan
sewenang-wenang (absence of arbitary power), dalam arti bahwa seseorang hanya
boleh dihukum kalau melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (Equality before the Law). Dalil ini
berlaku baik untuk orang biasa, maupun untuk pejabat.
3. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang (di negara lain oleh undangundang dasar) serta keputusan-keputusan pengadilan.
Rumusan tentang unsur-unsur rechtsstaat yang dikemukakan oleh Stahl maupun
rumusan tentang unsur-unsur The Rule of Law yang di kemukakan oleh

A. V. Dicey

tersebut diatas, adalah merupakan pandangan klasik, sebab dalam perkembangan selanjutnya,
khususnya dalam memenuhi tuntutan perkembangan abad ke-20, perkembangan negara10

negara hukum, penyelenggaraan negara oleh pemerintah yang berubah, kegiatan negara telah
menyebar untuk mengatur berbagai pokok persoalan kehidupan bernegara, negara hukum
klasik berubah menjadi negara ke sejahteraan modern (wefare state).
Dari rumusan konsep Rule Of Law baik yang klasik maupun yang dinamis hasil
Konres ICJ tahun 1965 di Bangkok, di katakan bahwa konsep Rule Of Law dalam kaitannya
dengan negara hukum memang sangat identik dan tak dapat dipisahkan karena maksud dasar
dari Rule Of Law itu sendiri adalah penyelenggaraan negara berdasarkan demokrasi
konstitusi,yang dengan tegas adanya keharusan untuk menjamin hak-hak asasi warga
negaranya, persamaan di depan hukum, dan pengawasan atas jalannya pemerintahan.

G. Hubungan antara konstitusi dan Rule of Law Indonesia
UUD adalah konstitusi dan pancasila sebagai Rule of Law. Penegakan
Rule of Law di Indonesia tergantung lima faktor saling terkait yaitu:
1. Faktor Hukumnya.
Dalam hal ini yang berlaku adalah undang undang dalam arti materiil,
yaitu peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa
pusat maupun penguasa daerah yang sah.
2. Faktor Penegak Hukum.
Ruang penegakan Hukum itu luas karena mencakup keterlibatan pihakpihak yang langsung dan tidak langsung yang terlibat dalam bidang
penegakan Rule of Law .
3. Faktor Sarana atau Fasilitas
Tanpa adanya sarana atau fasilitas yang memadai, maka tidaklah
mungkin penegakkan hukum akan berlangsung dengan baik dan bila tidak
memadai fasilitas atau sarana maka mustahil penekan hukum akan
mencapai tujuannya.
4. Faktor Masyarakat
Seorang penegak hukum harus mengenal stratifkasi sosial atau pelapisan
masyarakat yang ada disuatu lingkungan beserta tatanan status atau
kedudukan dan peran yang ada.
5. Faktor Kebudayaan

11

Kebudayaan Hukum mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang
berlaku maka nilai nilai merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang
dianggap baik dan buruk.
Yang dimaksud faktor disini adalah sebab kedua warganegara
bersedia untuk taat kepada konstitusi. Faktor tersebut adalah :

1. Aspek Hukum
Mengikat, karena ditetapkan oleh Badan atas nama rakyat yang
berwenang mem bentuk hukum yg di dalamnya terkandung ketentuan
sanksi yg diatur lebih lanjut dalam UU organik (KC.Wheare-Positivisme).
Sedangkan

Zippellius

dengan

berdasarkan

konsep

Negara

Hukum

(Rechtstaat) dikatakan bahwa konstitusi merupakan alat untuk mem
batasi kekuasaan, krn di dlmnya terkandung jaminan HAM, pembagian
kekuasaan, penye lenggaraan negara berdasar UU, dan pengawasan
yudisial. Ini berarti antara pemahaman negara hukum dan konstitusi
adalah sama
2. Aspek Politik
Karena hukum itu merupakan produk politik, sehingga setiap produk
hukum merupakan kristalisasi pemikiran atau proses politik. Menurut
Mulyana W. Kusuma, dikatakan bahwa hukum merupakan sarana
kekuasaan politik dengan indikasi negara sebagai suatu organisasi
kekuasaan mempunyai kompetensi untuk mencip takan keadaan dimana
rakyat dpt memenuhi ke butuhannya dg maksimal.
3. Aspek Moral
karena konstitusi ditetapkan berdasarkan nilai -nilai moral dan bahkan
kons titusi merupakan landasan

fundamental tidak boleh bertentangan

dengannilai-nilai universal dari etika moral. Dengan demikian moral mem
punyai kedudukan yang lebih tinggi dr konstitusi. Maka konstitusi yang
bertentangan dg etika moral dapat disimpangi, jika menopang etika moral
maka mempunyai daya berlaku ditengah masyarakat.

12

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Rule of law sangat diperlukan untuk Negara seperti Indonesia karena akan

mewujudkan keadilan. Tetapi harus mengacu pada orang yang ada di dalamnya yaitu
orang-orang yang jujur tidak memihak dan hanya memikirkan keadilan tidak terkotori hal
yang buruk. Ada tidaknya rule of law pada suatu negara ditentukan oleh “kenyataan”,
apakah rakyat menikmati keadilan, dalam arti perlakuan adil, baik sesame warga Negara
maupun pemerintah. Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi dua yaitu:
Pertama, pengertian secara formal (in the formal sence) diartikan sebagai kekuasaan
umum yang terorganisasi (organized public power), misalnya negara. Kedua, secara
hakiki/materiil (ideological sense), lebih menekankan pada cara penegakannya karena
menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk (just and unjust law). Prinsip-prinsip
rule of law secara formal tertera dalam pembukaan UUD 1945. Penjabaran prinsipprinsip rule of law secara formal termuat didalam pasal-pasal UUD 1945.Strategi
pelaksanaan pengembangan rule of law perlu dikembangkan hukum progresif (Sajipto
Rahardjo : 2004) yang memihak pda keadilan bukan pada kekuasaan.

B.

SARAN

13

1. Sebagai warga Negara Indonesia kita tetap harus menjunjung tinggi rasa keadilan
agar tercipta Negara yang harmonis, dengan tetap menekankan pengembanganya
sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah termuat dalam pasal-pasal UUD 1945
2. Sebaiknya, hak dan kewajiban kita sebagai warga negara senantiasa kita berikan
kontribusi bagi negara.

DAFTAR PUSTAKA
Widodo, SRI dkk. 2011.pendidikan pancasila dan kewarganegaraan.UMC press.
Winarno. 2007. Paradigma Baru “Pendidikan Kewarganegaraan” Panduan Kuliah Di
Perguruan Tinggi. PT.Bumi Aksara;Jakarta.

14