Analisis Segregasi Quantitative Trait Lo

JURNAL AGROTEK

Vol. xx, No. xx, Tahun xxxx

EVALUASI SEGREGASI QUANTITATIVE TRAIT LOCI (QTL) PADA TANAMAN
PADI SAWAH VARIETAS LOKAL YANG DIGOGO-ORGANIKKAN
Zelwia Tiasmitha Astorhie1 Saiful Hikam2 Paul B. Timotiwu3
1

Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Jl.Prof.
Soemantri Brodjonegoro, No.1, Bandar Lampung 35145 (zelwiatm@yahoo.co.id)
2
Dosen Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Jl. Prof. Soemantri
Brodjonegoro, No. 1, Bandar Lampung 35141
3
Dosen Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Jl. Prof. Soemantri
Brodjonegoro, No. 1, Bandar Lampung 35141
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendapatkan ekspresi yang menunjukkan segregasi QTL
untuk tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah gabah pada padi varietas lokal yang
digogoorganikkan; (2) mendapatkan varietas sawah-QTL rekomendasi yang dapat bertahan di

lingkungan gogo; (3) mendapat peubah yang dapat dijadikan seleksi langsung untuk QTL
tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah gabah pada tanaman padi varietas lokal terhadap
peningkatan produksi padi varietas lokal tersebut; dan (4) mendapatkan varietas QTL yang
memiliki ragam genetik dan heritabilitas broad-sense pada padi varietas lokal yang
digogoorganikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012─April 2013 di
Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Benih Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Rancangan perlakuan disusun berdasarkan kuasi RTS (Rancangan Teracak
Sempurna) dengan 3 ulangan untuk setiap sampel. Sebelum dianalisis ragam, rerata
pengamatan pada masing-masing variabel diuji Bartlett dan Levene untuk kehomogenan
ragam. Bila hasil analisis ragam nyata pada P ≤ 0.01 atau 0.05 maka dilakukan
pemeringkatan nilai tengah dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Seluruh
statistika data menggunakan software Statistic Analysis System (SAS) 9.1 for Windows, sesuai
model matematika berdasarkan Hallaeur dan Miranda (1986). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) ekspresi fenotipe QTL untuk tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah gabah
masih dapat terlihat pada lingkungan gogo organik; (2) karakter untuk jumlah anakan total
dapat dijadikan seleksi tidak langsung yang dapat meningkatkan hasil produksi; (3) semua
peubah yang diamati mampu memberikan perbedaan ragam genetik dan heritabilitas broadsense; (4) produksi varietas-QTL yaitu PB Bogor-tinggi tanaman (801.50 g/m2) adalah
varietas yang memilki hasil produksi yang tertinggi, serta Kesit tinggi tanaman dan Tewe
Jumlah anakan dapat dijadikan rekomendasi sebagai varietas-QTL untuk program pemuliaan
tanaman.

Kata Kunci : Heritabilitas broad-sense, padi, ragam genetik, segregasi, seleksi tidak
langsung, quantitative trait loci (qtl), varietas lokal.

PENDAHULUAN
Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan pertumbuhan sekitar
1,6% tahun-1, sehingga mendorong pemintaan pangan yang terus meningkat. Sementara lahan

JURNAL AGROTEK

Vol. xx, No. xx, Tahun xxxx

pertanian khususnya lahan sawah, yang luas mencapai 7,75 juta ha (BPS, 2002) ternyata
belum mampu memenuhi kebutuhan pangan Indonesia.
Sedangkan, kebutuhan beras yang terus meningkat menuntut peningkatan produktivitas padi
dengan segera. Untuk itu pemerintah melakukan upaya untuk meningkatan produksi dengan
cara ekstensifikasi pertanian dengan memanfaatkan lahan kering dengan menanam padi gogo.
Namun menurut (De Datta dan Vergara, 1975 dalam Perwira, 2004) pada kenyataannya
penanaman padi gogo banyak mengalami hambatan, karena padi gogo banyak dibudidayakan
pada lahan tadah hujan maka air menjadi salah satu unsur yang mempengaruhi
pertumbuhannya. Keadaan lingkungan yang tidak digenangi air ini yang menyebabkan

tanaman padi gogo mengalami kekeringan. Kondisi lahan yang kering cenderung bersifat
masam dengan kelarutan alumunium (Al) tinggi yang akan mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan tanaman padi (Hariyanto, 2009). Sehingga untuk produksi yang dihasilkan
hanya 23,45 kw/ha sedangkan untuk padi sawah mencapai 4,7 ton/ha (BPS, 2003).
Untuk membantu memperbaiki kondisi lahan kering dilakukan penambahan bahan organik.
Bahan organik berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik tanah, sebagai penjerap air dalam
tanah agar air yang masuk tidak langsung hilang terdegradasi, serta memenuhi nutrisi dalam
tanah dengan cara memanfaatkan aktivitas organisme untuk dapat mendekomposisikan bahan
organik yang tersedia.
Selain pemanfaatan lahan kering dan penggunaan bahan organik, peningkatan produksi padi
dapat pula dengan mengembangkan varietas-varietas unggul. Salah satunya yaitu dengan
penggunaan padi hibrida dan inbrida. Padi hibrida mempunyai potensi hasil lebih tinggi
dibandingkan dengan varietas padi inbrida yang menurut penelitian International Rice
Research Institute (IRRI) mulai tahun 1986 sampai 1995 peningkatan hasil padi hibrida
mencapai 17% dibandingkan padi inbrida. Padi lokal (land race) merupakan salah satu
plasma nutfah yang potensial sebagai sumber gen yang mengendalikan sifat penting pada
tanaman. Keragaman genetik yang tinggi pada padi-padi lokal dapat dimanfaatkan dalam
program pemuliaan padi secara umum dan juga untuk perbaikan tetua padi secara umum
(Hairmansis dkk., 2005).
Namun padi hibrida tidak dapat diturunkan menjadi benih, sehingga petani harus membeli

benih setiap musim tanam. Penyerbukan sendiri pada hibrida bersegregasi pada F2
menyebabkan kehilangan 50% Aa dalam satu musim tanam. Menurut Hikam (2011), residu

JURNAL AGROTEK

Vol. xx, No. xx, Tahun xxxx

heterozigot sebaliknya berasal dari segregan generasi lanjut yaitu pada generasi residu
heterozigot akan sebesar {(1/2)n} x 100% = {(1/2)9} x 100% = 0.195%.
Segregasi yang terjadi pada tanaman padi dapat dilihat secara visual adalah segregasi
fenotipe yang meliputi antara lain, tinggi tanaman, dan jumlah anakan. Segregasi fenotipe
dapat terlihat apabila tanaman padi yang ditanam dilahan budidaya memiliki tinggi yang tidak
seragam dan jumlah anakan yang berbeda-beda. Nilai fenotipe suatu tanaman tidak hanya
terdiri dari pengaruh genotipe, tetapi juga oleh pengaruh lingkungan dan interaksi genotipe
dan lingkungan (Falconer and Mackay, 1996)
Untuk itu dilakukan salah satu alternatif agar dapat meningkatkan produksi padi dengan
intensifikasi pertanian dengan analisis Quantitaive Trait Loci (QTL). QTL berperan dalam
pengendalian sifat/karakter suatu gen yang dimiliki tanaman yang sifat tersebut harus
dideteksi terlebih dahulu. Pendeteksian dilakukan dengan cara pemetaan gen untuk melacak
lokus genetik yang mengendalikan sifat/karakter yang diinginkan.

BAHAN DAN METODE
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2012─April 2013 di Politeknik Negeri
Lampung dan Laboratorium Benih Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah bahan organik (kotoran sapi) dan 6 varietas padi, yaitu
Gendut (V3), PB Bogor (V5), Kesit (V8), Tewe (V9), Inpari 14 (kontrol), dan Inpari 15
(kontrol). Sedangkan alat yang digunakan adalah bendera sampel, kantung plastik, gunting,
cutter, penggaris, pensil, timbangan, seed blower, seed counter, oven, kamera digital, kertas,
dan paranet. Dalam Penelitian ini disusun berdasarkan kuasi RTS (Rancangan Teracak
Sempurna) karena dalam penelitian ini tidak menggunakan ulangan kelompok namun ulangan
berada di dalam kelompok dengan 3 ulangan untuk setiap sampel. Sebelum dianalisis ragam,
rerata pengamatan pada masing-masing variabel diuji Bartlett dan Levene untuk
kehomogenan ragam. Bila hasil analisis ragam nyata pada P ≤ 0,01 atau 0,05 maka
dilakukan pemeringkatan nilai tengah dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Besar ragam genetik dan heritabilitas broad-sense juga diduga berdasarkan nilai kuadrat nilai
tengah harapan pada hasil analisis ragam.

Metode Budidaya

JURNAL AGROTEK


Vol. xx, No. xx, Tahun xxxx

Lahan yang digunakan terlebih dahulu diolah dengan cangkul. Pengolahan tanah dilakukan
untuk menciptakan kondisi yang optimal bagi pertumbuhan tanaman. Pada pengolahan lahan
ini juga dilakukan pengaturan petak untuk tanaman yang akan ditanam serta jarak tanam.
Setelah persiapan lahan penanaman benih dilakukan dengan cara tabela (tanam benih
langsung) yang setiap lubang tanam diberikan masing-masing 2 benih. Pemeliharaan
tanaman dilakukan dengan cara penyiraman, pemupukan, dan pengendalian predator. Untuk
penyiraman dilakukan sehari 2 kali dengan menggunakan alat bantu sprinkle irrigation.
Dalam penelitian ini pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang diaplikasikan
sebanyak 2x yaitu, pertama pada saat pengolahan lahan dilakukan dengan dosis 5 ton/ha dan
pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 3 MST dengan dosis yang sama.
Untuk mencegah terjadinya kerusakan tanaman akibat predator digunakan paranet yang
dipasang mengelilingi areal pertanaman. Setiap petak diberikan 9 sampel yang kemudian
diamati. Penetapan sampel yang dilakukan menggunakan bambu yang diberi bendera dengan
nomor 1─9. Lalu, padi yang siap untuk di panen harus memiliki kriteria 90% bulir padi telah
menguning serta bulir gabah terasa keras apabila ditekan serta tidak mengeluarkan cairan
putih susu lagi.
Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan yang diamati dalam penelitian ini yaitu, tinggi tanaman, jumlah anakan

produktif, jumlah anakan non-produktif, jumlah anakan total, jumlah malai, bobot kering
malai, jumlah benih per malai, jumlah gabah isi, bobot gabah isi, jumlah gabah hampa, bobot
gabah hampa, jumlah gabah total, bobot gabah total, bobot 100 biji, dan produksi per m2.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Kuadrat Nilai Tengah untuk Peubah Vegetatif dan Generatif Varietas-QTL
Nilai kuadrat nilai tengah dan hasil evaluasi karakter vegetatif disajikan pada Tabel 1. Tinggi
tanaman dan jumlah anakan total berbeda sedangkan jumlah anakan produktif tidak berbeda.
Perbedaan tersebut sangat mungkin terjadi karena secara genotipe dan fenotipe yang
digunakan pada varietas dan QTL berbeda-beda. Nilai KK pada tinggi tanaman, jumlah
anakan produktif, dan jumlah anakan total berturut-turut sebesar 3,92; 17,77; dan 15,68.
Sedangkan nilai koefisien keragaman lebih dari 25,6 % populasi sudah homogen (Hallauer
dan Miranda, 1981 dalam Saputri, 2011).

JURNAL AGROTEK

Vol. xx, No. xx, Tahun xxxx

Nilai kuadrat nilai tengah dan hasil evaluasi karakter generatif disajikan pada Tabel 2. Dari
keseluruhan karakter generatif menunjukkan perbedaan antar tanaman yang diamati.
Walaupun karakter generatif yang memiliki KK yang tinggi hanya jumlah gabah isi dan bobot

gabah isi serta produksi, namun untuk karakter lainnya harus dilakukan seleksi lebih lanjut
untuk mendapatkan karakter yang dapat meningktkan hasil produksi.
Analisis Peringkat pada Varietas-QTL
Tabel 3 menunjukkan peringkat varietas-QTL berdasarkan BNJ0.05. Pada tabel tersebut
menunjukkan respon yang ditunujukkan pada setiap tanaman sama, namun fenotipe yang
muncul pada karakter berbeda-beda. Tabel 3 varietas-QTL PB-Bogor tinggi tanaman dan PBBogor jumlah anakan berada pada peringkat pertama tetapi terdapat perbedaan untuk hasil
produksi. PB-Bogor tinggi tanaman mempunyai produksi lebih tinggi dibandingkan PBBogor jumlah anakan. Dengan demikian, jumlah huruf “a” untuk setiap karakter belum tentu
dapat meningkatkan jumlah produksi.
Tampilan setiap karakter tersebut diduga karena gen pembawa sifat yang dimiliki berbedabeda. Perbedaan tersebut diduga disebabkan karena adanya segregasi dari tetua terdahulu.
Pendugaan Ragam Genetik, Heritabilitas Broad Sense, dan Koefisien Keragaman
Genetik
Pendugaan nilai dugaan ragam genetik, galat, koefisien keragaman genetik, heritabilitas, dan
nilai tengah karakter disajikan pada Tabel 4. Untuk keberhasilan program pemuliaan sangat
ditentukan oleh tersedianya ragam genetik. Setiap karakter akan mempunyai kriteria rentang
keragaman yang berbeda maka, kriteria keragaman diabsolutkan terhadap nilai keragaman
yang tertinggi. Tabel 4 menunjukkan bahwa keragaman genetik yang dimiliki hanya
sebagaian yang tinggi karena ≥ 2 GB σ2g yaitu karakter tinggi tanaman, bobot gabah isi, bobot
gabah total, bobot 100 biji, dan produksi per meter. Sehingga dapat diduga genetik lebih
berperan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun karakter tersebut dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, namun peran faktor genetik cukup besar. Stanfield (1991 dalam Jambormias,

2007) menyatakan bahwa tingginya ragam genetik berimplikasi pada tingginya nilai
heritabilitas arti luas.
Nilai heritabilitas merupakan nilai duga pewarisan sifat yang diturunkan ke zuriatnya. Hasil
penelitian ini memiliki nilai heritabilitas atau daya waris yang tinggi. Besarnya nilai peluang

JURNAL AGROTEK

Vol. xx, No. xx, Tahun xxxx

suatu sifat yang diturunkan dari tetua kepada turunannya dapat dilihat dari nilai hBS. Kriteria
tanaman yang memiliki heritabilitas tinggi apabila h2BS >50, sedang bekisar 20 ≤ h2BS ≤ 50, dan
rendah berkisar h2BS< 20.
Penduga heritabilitas menjadi penting karena lingkungan tidak dapat diulang secara persis.
Potensi genotipe merupakan penduga potensi ragam genetik yang diwariskan (Hikam, 2010
dalam Suprayogi, 2011).
Keragaman genetik di dalam populasi terhadap karakterpertumbuhan tanaman dapat dihitung
dengan menggunakan nilai KKg tiap parameter tersebut. Menurut Jamilah (2011),
menyatakan bahwa keragaman genetik yang tinggi akan memberikan kesempatan yang luas
untuk melakukan seleksi, namun jika keragaman genetik rendah maka seleksi harus dilakukan
secara ketat agar diperoleh genotipe yang diinginkan pada karakter tertetntu. Hallaur dan

Miranda (1986 dalam Suprayogi, 2011) menyatakan nilai KKg yang baik pada kondisi ideal
bekisar antara 5–10%. Nilai KKg ≤ 10% dianggap tidak bias yang berarti kinerja fenotipe
berarti penduga kinerja genotipe, sedangkan ≥ 10% pengaruh antara genotipe dengan
lingkungan tidak dapat diabaikan.
Hasil Pengujian Korelasi Antar Peubah Pengamatan
Korelasi merupakan keeratan hubungan antara dua karakter yang berbeda. Informasi tentang
adanya korelasi merupakan hal yang terpenting dalam pemuliaan tanaman. Tabel 5
menunjukkan terdapat korelasi positif nyata antara karakter bobot gabah isi terhadap karakter
tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah gabah per malai, jumlah serta bobot gabah total, bobot
100 biji isi, dan produksi per m2. Karakter yang memiliki nilai korelasi positif terhadap
produksi selain bobot gabah isi juga dimiliki oleh jumlah gabah per malai, jumlah gabah isi,
bobot gabah isi, jumlah gabah total, dan bobot gabah total.
Penetapan Peubah untuk Seleksi Tidak Langsung (Indirect Selection)
Seleksi merupakan langkah awal bagi pemuliaan tanaman dalam merakit suatu varietas dan
merupakan dasar dari seluruh perbaikan tanaman untuk mendapatkan varietas unggul baru.
Seleksi tidak langsung merupakan pemilihan secara tidak langsung yang berhubungan dengan
hasil produksi yang bertujuan untuk mendapatkan individu-indiviu yang memiliki karakter
tertentu yang diharapkan.

JURNAL AGROTEK


Vol. xx, No. xx, Tahun xxxx

Agar peubah sesuai untuk dijadikan seleksi tidak langsung maka harus memenuhi kriteria
sebagai berikut yaitu, (1) memiliki korelasi positif dengan produktifitas; (2) mempunya nilai
σ2g dan h2BS yang > GB masing-masing; (3) mudah diukur dengan alat ukur yang sederhana
atau tersedia; dan (4) dapat diukur pada saat vegetatif dan tidak perlu menunggu sampai
panen (Hikam dan Yuliadi, 1996 dalam Ramadhana 2013), dan (5) logis. Sehingga tidak
hanya nilai korelasi yang positif dengan hasil yang dapat dijadikan salah satu kriteria seleksi
untuk mendapatkan produksi tinggi, namun harus didukung dengan nilai heritabilitas.
Karakter yang dapat dijadikan indikator seleksi tidak langsung adalah yang memiliki
hubungan dengan karakter yang menunjang ke produksi. Pada penelitian ini dipilih jumlah
anakan total (Gambar. 1) karena, karakter tersebut memenuhi kriteria.
KESIMPULAN DAN UCAPAN TERIMAKASIH
Kesimpulan
(1)

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) ekspresi fenotipe masih dapat terlihat
sesuai dengan gen yang dibawa oleh QTL yang diamati yaitu, QTL tinggi tanaman,
jumlah anakan, dan jumlah gabah; (2) karakter untuk jumlah anakan total dapat
dijadikan seleksi tidak langsung yang dapat meningkatkan hasil produksi; (3) semua
peubah yang diamati mampu memberikan perbedaan ragam genetik dan heritabilitas
broad-sense; dan (4) produksi varietas-QTL yaitu PB Bogor-tinggi tanaman (801,50
g/m2) adalah varietas yang memilki hasil produksi yang tertinggi.

Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih saya saya sampaikan kepada Ir. Saiful Hikam, M.Sc., Ph.D., Ir. Paul B.
Timotiwu, M.S., Ph.D., dan Ir. Denny Sudrajad, M.P., atas semua bantuannya selama
melaksanakan penelitian.
PUSTAKA ACUAN
Alnopri R, Setiamihardja S, Moeljopawiro, dan Hermiati N. 2004. Kriteria Seleksi
Berdasarkan Sifat Morfologi Tanaman Kopi Robusta. Zuriat. 3: 18─22.
BPS. 2002. Badan Pusat Statistik. Jakarta
_____ 2003. Badan Pusat Statistik. Jakarta
Falconer, D.S. and T.F.C Mackay. 1996. Introduction to Quantitative Genetics 4th eds.
Longman England.

JURNAL AGROTEK

Vol. xx, No. xx, Tahun xxxx

Hadiati S, Murdaningsih H. K, dan Rostini N. 2003. Parameter Karakter Komponen buah
pada Beberapa Aksesi Nanas. Zuriat 14 (2): 53─58.
Hairmansis, A., Aswidinnoor, Trikoesoemaningtyas, dan Suwarno. 2005. Evaluasi Daya
Pemulihan Kesuburan Padi Lokal dari Kelompok Tropikal Japonica. Bul. Agron.
(33) (3) 1─6.
Hartati, Rr. S., Asep, S., Bambang, H., dan Sudarsono. 2012. Keragaman Genetik,
Heritabilitas, dan Korelasi antar Karakter 10 Genotipe Terpilih Jarak Pagar (Jatropha
curcas L.). Jurnal Littri Vol. 18 No.2.
Jambormias, E., Surjono, H.S., Muhammad, J., dan Suharsono. 2007. Keragaan dan
Keragaman Genetik Sifat-sifat Kuantitatif Kedelai (Glycine max L. Merrill) pada
Generasi Seleksi F6 Persilangan Varietas Slamet x Nokhonsawan. Bul. Agron. (35)
(3) 168─175 (2007).
Jamilah, C., Budi W., dan Agung K. 2011. Parameter Genetik Aksesi Tanaman Kerabat Liar
Ubi Jalar Koleksi Unpad untuk Peningkatan Genetik dan Sumber Perbaikan Karakter
Ubi Jalar. Makalah Seminar Nasional Pemuliaan Berbasis Potensi dan Kearifan
Lokal Menghadapi Tantangan Globalisasi.
Perwira, A.D. 2004. Keragaan Karakter Agronomi Generasi F3 Enam Persilangan Padi
Gogo. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ramadhana R. 2013. Evaluasi Fenotipe Quantitaive Trait Loci (QTL) yang Tersegregasi
Transgresif pada Varietas Padi Nasional dan Lokal di Lingkungan Sawah Baru.
Skripsi Sarjana Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Samudin S. dan M. Salim. 2009. Parameter Genetik Tanaman Aren (Arenga Pinnata L.).
Jurnal Agroland 16 (1) : 17 – 23
Saputri Y.S. 2012. Pendugaan Komponen Genetik, Daya Gabung, dan Segregasi Biji pada
Jagung Manis Kuning Kisut. Jurnal Agrotek Tropika. Vol. 1, No. 1: 25─31.
Suprayogi, L. 2011. Evaluasi Plasma Nutfah Padi yang Tersegregasi Transgresif sebagai
tetua Inbred pada Perakitan Padi Inbrida dan Hibrida. Skripsi Sarjana Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
LAMPIRAN
Tabel 1. Rekapitulasi kuadrat nilai tengah pada varietas-QTL untuk peubah vegetatif
Sumber
Tinggi
Jumlah anakan
Jumlah anakan
keragaman
Db
tanaman
produktif
non produktif
Entri
Galat
Total
KK (%)
Xbar
Stdev

10
22
32

154,52 **
10,39

19,23
7,89

3,92
82,30
7,40

17,77
15,80
3,37

0,97 *
0,37
36,92
1,65
0,75

Jumlah anakan
total
21,65 *
6,95
15,68
16,82
3,39

JURNAL AGROTEK

Vol. xx, No. xx, Tahun xxxx

Max
93,33
21,33
Min
69,67
9,50
Keterangan: * dan ** berbeda pada P≤0.01 dan P≤0.05

Tabel 2. Karakter pertumbuhan vegetatif pada varietas-QTL
Sumber
Bobot kering
keragaman
Db
Jumlah malai
malai
Entri
10
21,30
0.50 *
Galat
22
13,47
0,19
Total
KK (%)
Xbar
Stdev
Max
Min
Sumber
keragaman

3,33
0,83

Jumlah gabah per
malai
1916.93 **
285,56

23,33
10,00

Jumlah gabah isi
114401,77 **
15342,75

32
20,83
17,62
3,98
26,67
10,50
Bobot gabah
isi

Db

Entri
Galat

10
22

Total
KK (%)

32

Xbar
Stdev
Max
Min

24,95
1,74
0,53
3,18
1,09

20,67
81,74
28,06
133,39
33,15

Jumlah gabah
hampa

70,64 **
6,46

Bobot gabah
hampa

500427,46 **
67902,55

11,79 **
1,13

29,26
423,34
214,06
802,00
7,50
Jumlah gabah
total
776294,58 **
109482,17

26,73

26,00

19,78

23,21

9,50
5,12
19,98
0,14

1002,23
448,32
2023,00
343,50

5,37
2,10
8,75
1,67

1425,57
560,94
2362,50
351,00

Sumber
keragaman
dk
Bobot gabah total
Entri
10
96,22 **
Galat
22
9,58
Total
32
KK (%)
20,81
Xbar
14,88
Stdev
6,02
Max
27,96
Min
1,81
Keterangan: * dan ** berbeda pada P≤0.01 dan P≤0.05

Bobot 100 biji isi
0,14 **
0,03

Produksi per m2
145577,21 **
13177,51

7,73
2,35
0,26
2,73
1,66

30,14
380,88
23,20
959,20
4,48

Tabel 3. Peringkat tanaman berdasarkan BNJ0.05

Entri
Gendut Tgi
Gendut Jan
Gendut Jgb
Kesit Tgi
Kesit Jgb
Pb Bogor Tgi

Tinggi
tanaman
92,17 a
78,22
78,17
73,11
73,22
91,78 a

Jumlah
anakan
produktif
13,06 a
14,67 a
12,00 a
17,33 a
18,56 a
15,89 a

Jumlah
anakan
non
produktif
2,25
1,39
1,08
2,61
1,67
2,17

Jumlah
anakan
total
14,89 a
15,22 a
12,17
19,55 a
19,67 a
17,56 a

Jumlah
malai
13,89 a
17,00 a
14,17 a
17,89 a
19,67 a
17,00 a

Bobot
kering
malai
1,35 a
1,80 a
1,67 a
1,36 a
1,33
2,07 a

JURNAL AGROTEK

Pb Bogor Jan
Tewe Jan
Tewe Jgb
BNJ0.05
Standar
komersial

Entri
Gendut Tgi
Gendut Jan
Gendut Jgb
Kesit Tgi
Kesit Jgb
Pb Bogor Tgi
Pb Bogor Jan
Tewe Jan
Tewe Jgb
BNJ0.05
Standar
komersial

Entri
Gendut Tgi
Gendut Jan
Gendut Jgb
Kesit Tgi
Kesit Jgb
Pb Bogor Tgi
Pb Bogor Jan
Tewe Jan
Tewe Jgb
BNJ0.05
Standar
komersial
Keterangan :

Vol. xx, No. xx, Tahun xxxx

86,00 a
85,56 a
82,50
9,22

14,00 a
17,33 a
19,33 a
8,03

107-115

Jumlah
gabah per
malai
91,47 a
76,99 a
41,57
63,32
49,27
103,04 a
100,31 a
97,08 a
112,61 a
48,35

1,50
1,00
1,19
1,74

15,00 a
17,33 a
20,00 a
7,54

16,67 a
20,78 a
21,50 a
10,50

1,60 a
1,87 a
2,58 a
1,24

14-15

Jumlah
gabah isi
438,60 a
378,30 a
21,20
506,20 a
269,10
645,40 a
668,70 a
452,60 a
430,00 a
354,37

Bobot
gabah isi
8,81
7,59
0,42
11,39 a
6,35
16,70 a
15,45 a
10,16 a
8,67
7,23

Jumlah
gabah
hampa
855,40 a
900,80 a
613,70 a
560,00 a
692,20 a
1112,40
1007,30 a
1503,90
1774,30
745,49

Bobot
gabah
hampa
4,23 a
3,59 a
3,01 a
3,46 a
8,41
6,31
5,58
5,65
8,11
3,04

Jumlah
gabah total
1294,00 a
1279,10 a
634,80
1066,20
961,30
1757,90 a
1676,00 a
1956,40 a
2204,30 a
946,61

± 90
Bobot gabah
total
13,04
11,17
3,43
14,85 a
14,77 a
23,01 a
21,03 a
15,80 a
16,77 a
8.86

Bobot 100 biji
2,29 a
2,09
1,96
2,44 a
2,45 a
2,68 a
2,53 a
2,32 a
2,38 a
0.52

Produksi per m2
388,48
364,16
9,87
546,77 a
304,91
801,55 a
247,20
487,57 a
277,39
328,41

Jumlah
huruf a
11
9
6
11
6
12
12
11
9

Peringkat
2
3
4
2
4
1
1
2
3

2,80
6500,00
Tgi = Tinggi tanaman; Jan = Jumlah anakan; Jgb = Jumlah gabah. Standar komersial yang
dipakai yaitu Varietas Ciherang.

Tabel 4. Nilai dugaan ragam genetik, galat, koefisien keragaman genetik, heritabilitas, dan nilai tengah karakter
generatif
KKg
Variabel
σ2g ± GB σ2g
h2BS ± GB h2BS (%)
(%)
**
**
Tinggi tanaman
48,04 ±
23,06
93,28 ± 44,77
8,42
Jumlah anakan produktif
3,78 ±
2,98 *
58,94 ± 46,57*
12,30
Jumlah anakan non prod
0,20 ±
0,15 *
61,74 ± 46,33*
27,08
*
Jumlah anakan total
4,90 ±
3,31
67,88 ± 45,86*
13,16
Jumlah malai
2,61 ±
3,48 *
36,80 ± 48,99*
9,17
Bobot kering malai
0,10 ±
0,08 *
62,33 ± 46,28*
18,52
Jumlah gabah per malai
543,79 ±
287,34 *
85,10 ± 44,97*
28,53
Jumlah gabah isi
33019,67 ±
17130,52 *
86,59 ± 44,92**
42,92
Bobot gabah isi
21,39 ±
10,55 **
90,85 ± 44,81**
48,66
Jumlah gabah hampa
144175,00 ±
74941,91 *
86,43 ± 44,93**
37,88

JURNAL AGROTEK

Vol. xx, No. xx, Tahun xxxx

Bobot gabah hampa
3,55 ±
1,76 **
90,04 ± 44,83**
35,09
*
Jumlah gabah total
222270,80 ±
116297,20
85,90 ± 44,93**
33,07
Bobot gabah total
28,88 ±
14,38 **
90,04 ± 44,83**
36,13
Bobot 100 biji
0,04 ±
0,02 **
77,09 ± 45,30*
8,19
Produksi per m2
44133,23 ±
21745,78 **
90,95 ± 44,81**
55,16
Keterangan :
HBS = Heritabilitas broad-sense; * = berbeda dari nol (σ2g atau h2BS ≥ 1 GB); ** = berbeda dari
nol (σ2g atau h2BS ≥ 2 GB); GB = Galat baku; KKg = Koefisien keragaman genetik.
Tabel 5. Korelasi untuk karakter vegetatif dan generatif
Variabel
JAP
JANP
JM
BKM
JGPM
JGI
BGI
JGH
BGH
JGT
BGT
B100
Prod
Variabel

TT

JAP

JANP

JAT

JM

BKM

-0,086
0,012
-0,013
0,295
0,575**
0,471*
0,499**
0,411*
0,123
0,509**
0,469*
0,331
0,359

-0,114
0,878**
0,600**
0,092
0,306
0,307
0,449*
0,641**
0,472*
0,480*
0,269
0,399

-0,329
-0,344
0,075
0,273
0,277
-0,359
-0,178
-0,172
0,177
0,256
0,359

0,767**
0,483*
0,112
0,388**
0,390*
0,330
0,586**
0,413*
0,532**
0,348
0,485*

0,590**
0,038
0,272
0,276
0,522**
0,611**
0,516**
0,443*
0,195
0,302

JGI

BGI

JGH

BGH

JGT

0,416*
0,217
0,229
0,731**
0,418*
0,658**
0,337
-0,011
0,227
BGT

JGPM

0,662**
0,576**
0,760**
0,291
0,857**
0,591**
0,195
0,396*
B100

**

BGI
0,965
JGH
0,372
0,306
BGH
0,231
0,265
0,561**
**
**
JGT
0,689
0,624
0,929**
0,530**
**
**
*
BGT
0,904
0,945
0,452
0,566**
0,713**
**
**
*
B100
0,541
0,674
0,017
0,415
0,229
0.717**
**
**
*
Prod
0,736
0,775
0,236
0,190
0,478
0.727** 0,555**
Keterangan: TT = Tinggi tanaman, JAP = Jumlah anakan produktif, JANP = Jumlah anakan non produktif, JAT =
Jumlah anakan total, JM = Jumlah malai, BKM = Bobot kering malai, JGPM = Jumlah gabah
per malai, JGI = Jumlah gabah isi, BGI = Bobot gabah isi, JGH = Jumlah gabah hampa, BGH
= Bobot gabah hampa, JGT = Jumlah gabah total, BGT = Bobot gabah total, B100 = Bobot 100
isi, Prod = Produksi per m2.
* korelasi antarpeubah nyata pada α 0.05
** korelasi antarpeubah sangat nyata pada α 0.01
Seleksi Tidak Langsung

Seleksi Langsung

r = 0,388**
r = 0,390**
Jumlah anakan total
σ2g = 4,90 ± 3,31*
h2BS = 67,88 ± 45,86*

r = 0,413*

Jumlah gabah isi
σ2g = 33019,67 ±
17130,52*
2
h BS = 86,59 ± 44,92**
Bobot gabah isi
σ2g = 21,39 ± 10,55**
h2BS = 90,85 ± 44,81**

Jumlah gabah total
σ2g = 222270,80 ±
116297,20*
2
h BS = 85,90 ± 44,93**

r = 0,736**
r = 0,775**
Produksi per m2
σ2g = 44133,23 ±
21745,78**
r = 0,478* 2
h BS = 90,95 ± 44,81

JURNAL AGROTEK

Vol. xx, No. xx, Tahun xxxx

Gambar 1. Penetapan peubah untuk seleksi tidak langsung yang berpengaruh terhadap seleksi langsung
(produksi) menggunakan nilai σ2g, h2BS, dan r varietas yang memenuhi persyaratan : r =*/**; σ2g
=*/**; dan h2BS =*/**.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63