NYEPI SEPI SEBUAH PERENUNGAN MENUJU KESA

NYEPI, SEPI SEBUAH PERENUNGAN
MENUJU KESADARAN DIRI
(Sebuah Kajian Filosofis)
Oleh : Ngakan Ketut Juni

PENDAHULUAN
Umat hindu memiliki begilu banyak han raya keagamaan yang dipakai
sebagai media untuk pebelajaran din. Setiap han raya memiliki makna yang
mendalam jika dikaji secara mendalam juga. Selain itu semua perayaan han
rayajuga mengandung nilai filosofis tang tinggi seperti han raya galungan
merupakan perayaan kemenangan dharma melawan adharma, han tumpeh uduh
dan tumpek kandang merupakan perayaan tentang kelestarian alam sernesta dan
yang Iainnya. Han raya nyepi juga memiliki nilai filosofis yang tinggi yaitu
sebagai sarana dan momentum unluk introspeksi din untuk dapat melaksanakan
kegiatannya di tahun yang barn agar apa yang sekiranya baik hams dilanjutkan
ditahun yang baru dan apa yang sekirany tidak balk agar ditinggalkan dan tidak
dilaksanakand I tahun yang baru.
Hari raya nyepi merupoakan salah satu had raya agama hindu yang
pertama kalinya mendapatkan pengakuan secara hokum oleh pernenintah yaitu
berdasarkan keputusan presiden No. 3. Tanggal 9 januari 1983 (Tim
Penyusun,1996: 30-31). Semua umat hindu sepatutnya berbahagia dan

melaksanakan ban raya Nyepi sebagai salah saW dan han-han raya yang ada di
dalam agama Hindu. Kata Nyepi berasal dan kata sepi atau hening. Jadi han raya
Nyepi adalah han raya yang dilaksanakan dengan jalan mewujudkan keheningan,
menghentikan segala aktivitas yang bersifat duniawi, mengendalikan nafsu,
sehingga menimbulkan ketenangan. Dengan adanya ketenagan di dalarn din maka
seseorang akan dapat berfikin yang jemih, introspeksi din sehingga dapat
menjalankan swadharmanya masing-masing sesuai dengan tujuan akhir agama
Hindu yaitu moksartham jagadhitaya ca iti dharma.
Han raya nyepi juga disebut dengan sebutan pergantian tahun barn yaitu
tahun Caka. Kata caka diambil dan nama seorang Raja yang sangat terkenal di

India yang bennama Raja Kaniska sekitar tahun 78 masehi dengan tujuan untuk
menciptakan kedamaian masyarakat. Raja kasiska terkenal dibidang ilmu
keagamaan dan kebudayaan, sehingga pada saat itu peperangan berhenti dan
terciptalah ketenleraman, dan akhirnya tahun caka berkembang sampai ke
Indonesia
Menurut Sudarsana (2004) han-han raya agama Hindu mengandung nilainilai yang luhur jika dilaksanakan akan menyebabkan kebahagiaan hidup.
Penlunya pemahaman yang mendalam tentang han-han raya keagamaan sehingga
setiap han raya memiliki makna dalam kehidupan sehingga tidak sekedar han raya
tanpa ada hikmah yang dapat dipetik sebagai pedoman hidup. Han Raya nyepi

perayaannya benbeda dengan han raya Iainnya, di mana han raya lainnya
dilaksanakan dengan meriah melalui upacara dan upakara naniun ban raya nyepi
dilaksanakan dengan penuh kekosongan, tanpa adanya aktivitas baik upacara
maupun upakara. mi beranli bahwa setiapa adanya sesuatu yang barn maka urnat
hindu harus rnem!aui proses pemikiran perenungan sehingga dapat berfikir secara
jernih. Dapat dikatakan bahwa han raya nyepi merupakan salab satu wujud bhakti
kepada Tuhan Yang Maha Esa bukan dalam bentuk upakara atau upacara namun
diwujudkan melaui yoga macga yang merupakan salah satu dan catur marga.
Wiana (2009), menyatakan bahwa untuk mempertahankan eksistensi han
raya Hindu, sebagai ritual yang bersumber dan Weda, maka kita hams mencegab
pelaksanaan han raya Hindu yang bersifat menduniawi supaya tidak kehilangan
intinya. Dinamika duniawi sebagai pengejawantahan inti sari rohani. Dengan
demikian penyimpangan dinamika kehidupan duniawi akan semakin kecil karena
benlandaskan rohani. Bentuk luar dan pelaksanaan han raya Hindu jangan sampai
mengorbankan nilainilai intinya. Nilai spiritual dan budaya hams dijaga
keseimbangan eksistensinya.
Dalam bra/a penyepian agar manusia menyepikan ruang gerak dan sifatsifat kiesa yang dapat menghalangi pengembangan dan ekspresi unsur-unsur citta
yang membawa manusia melakukan d‟harma dengan baiknya. Citta terdini dan; 1)
Dhartm mendorong manusia untuk berbuat baik dan benar, 2) Jnana: mendorong
manusia untuk mencari ilmu pengetahuan yang suci, 3) Wairaggia: mendorong


manusia untuk iklas berkorban demi kebenaran, 4) Aeswa,ya: mendorong manusia
untuk terus menerus meningkatkan kesucian dininya. Sedangkan Kiesa terdiri
dan: 1) Awidya: sifat gelap karena rendahnya pemahaman akan pengetahuan suci,
2) Asmita: sifat yang menyebabkan manusia sombong dan mementingkan din
sendini, 3) Raga: sifat yang mendorong manusia mengumbar hawa nafsu, 4)
Dwesa : sifat-sifat pemarah, benci dan dendam, 5) Abhiniwesa : sifat-sifat yang
membawa hidup manusia selalu ketakutan karena keterikatannya pada kehidupan
duniawi belaka (Suryadana, 2012)
Agama Hindu dalam ajarannya menyangkut Tatwa, Susila dan Upacara.
Pengalaman ajaran agama Hindu yang sepotong sepotong itu akan menimbulkan
masalah kalau tidak dipahami dengan seimbang. Begitu pula dalam pelaksanaan
perayaan hari raya Nyepi

dan Brata Penyepian. Konsep Tattwa Susila dan

Upacara, semestinya berjalan seimbang seperti hubungannya dengan kerukunan
sosial yaitu salah saW hakekat dan makia han raya keagamaan adalah untuk
membangun kerukunan hidup sesama manusia dengan tidak melihat perbedaan
suku, ras, kepercayaan dan paham politik.

PEMBAHASAN
Sejarab ban Raya Nyepi
Sepenti diketahui bahwa agama Hindu berasal dan India dengan kitab
sucinya Weda. Di awal abad masehi bahkan sebelunmya Negeni India dan
wilayah sekitarnya digambarkan selalu mengalami knisis dan konflik sosial
berkepanjangan. Pertikaian antar suku-suku bangsa, antara lain: Suku Saka,
Pahiava, Yueh Chi, Yavana dan Malaya. Suku suku tersebut sating berperang,
menang dan kalah silih berganti. Gelombang perebutan kekuasaan antar suku
rnenyebabkan terombang-ambingnya kehidupan beragama saat 1W Pola
pembinaan kehidupan beragama menjadi beragam, baik karena kepengikutan
umat terhadap kelompok-kelompok suku bangsa, maupun karena adanya
penafsiran yang saling berbeda terhadap ajanan yang diyakini. Dan pertikaian
yang panjang pada akhirnya suku Saka menjadi pemenang dibawah pimpinan
Raja Kaniskha I yang dinobatkan rnenjadi Raja dan turunan Saka. Kernenangan
tersebut terjadi pada tanggal I (satu han sesudah tiiem) bulan I (caitramasa) tahun

01 Saka, pada bulan Maret tahun 78 masehi. Dan sini dapat diketahui bahwa
peningatan pergantian tarikh saka adalah han. kebenhasilan kepetnimpinan Raja
Kaniskha I menyatukan bangsa yang tadinya bentikai dengan paharn keagamaan
yang saling benbeda. tahun 78 Masehi itulah ditetapkan adanya tanilth atau

perhitungan tahun Saka, yang saW tahunnya juga sama-sama memiliki 12 bulan
dan bulan pentamanya disebut Caitnamasa, bersamaan dengan bulan Manet tanikh
Masehi dan Sasih Kesanga dalam tarikh Jawa dan Bali di Indonesia. Sejak itu pula
kehidupan bemegara, bermasyanakat dan benagama di India ditata ulang. Oleh
karena peringatan Tahun Baru Saka bermakna sebagai han kebangkitan, hari
pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), han toleransi, hari
kedamaian sekaligus han kerukunan nasional.
Rangkaian Han Raya Nyepi Seperti telah dibahas di depan hahwa hari raya
nyepi jatuh pada Penanggai I (apisan) sasih kedasa (bulan kesepuluh) menurut
perhitungan tahun çaka. Namun kalau dilihat dan pelaksanaannya hari raya Nyepi
memiliki rangkaian yang tidak bisa dipisahkan salu dengan yang Iainnya. Han
traya Nyepi di samping sebagai suatu jalan untuk mendekalkan din dengan Tuhan
yang Maha Esa juga sebagai jalan untuk introspeksi din sehingga terciptanya
suatau iklim yang sejuk seimbang atau harmonisasi di antara umat Hindu.

Rangkaian han raya Nyepi sebenamya dimulai dan tileming Kaulu,
dilanjutkan pda Purnamaning kesanga dan akhirnya pada tileming kesanga yang
dilanjutkan dengan ban nyepi path pananggal I, dan yang paling akhir adalah
pelaksanaan Dharma cantih. Pada Tileming kaulu dilaksanakan upacara nyayut
ketipat, pada purnamaning kesanga diadakanupacara ngeresi gana, dan diakhiri

pada tileming kesanga diadakan upacara tawur kesanga
Melasti
Me/as/i bertujuan untuk melebur segala macam kekotoran pikiran.
perkataan dan perbuatan serta memperoleh air suci untuk kehidupan. Makna
Me/ac/i sesuai dengan Lou/ar sang Hyang Aji Swainandala dalam (Wiana,2009),
menyatakan

sebagai

berikut”Me/astingai-ania

ngiring

prawatek

Dewata

anganyutaken /araneng jagat, papa k/esa, letuhing Bhuana” Tenjemahannya:

meningkatkan bakti


kepada Tuhan, menghanyutkan penderitaan

rakyat,

menghilangkan papa kiesa dan kekotoran alam semesta. Dan dalam Lou/ar
Sunarigama menyebutkan tujuan melasti, sebagai berikut “Ametsaiiningamertha
kainanda/u ring telenging segara “. Terjemhannya: mengambil sari-sari kehidupan
ditengah Samudra. Dan kedua teks lontan yang disebutkan diatas tentang upacara
inc/ash‟, memberikan empat langkah dalam hidup agar hidup menjadi bermakna
untuk mendapatkan sari-sari kehidupan yaitu: a) Membangun sikap hidup untuk
senantiasa menguatkan, meningkatkan stud/ia dan bhakti kepada Tuhan.
b)Dengan upacara me/asti, umat dimotivasi secara ritual untuk membangkitkan
spiritual, dan berusaha menghilangkan kekotonan dunia. c)Memotivasi umat agar
selalu berusaha meningkatkan dan menjaga kesucian din („anganyutaken papa
k/esa).Makna dan ungkapan teks tersebut adalah berusaha mengatasi jima
kekuatan negatip dalam din manusia „panca kfesa). d) Menjaga kesejahteraan dan
unsur hhuta (panca inaha hhuta) atau unsun alam. Tempat-tempat untuk
melaksanakan melasti adalah sumber mata air seperti laut, sungai, mata air yang
diyakini memiliki nilai sakral keagamaan Hindu. Peserta me/as/i adalah simbol

dan Bhatara-bhatari atau Dewa-dewi yang

disembah di Pura dalam wilayah fri

Kahyangan dalam simbolik pretima atau /ingga besenta penginingnya yaitu umat
Hindu penyungsung Pura Trikahyangan dan Pura-Puna lain diwilayah Desa
Pakratnan, diiringi dengan berbagai jenis sarana upacara seperti Gamelan
(be/eganjur), dan Fandita, Pemangku yang akan memimpin upacara inc/as/i
tensebut.
Setelah upacara inc/as/i, acara selanjutnya adalah Nyejer Ida Sesuhunan
(Betara-betari,.) simbolsimbol di stnnakan di piyasan (masandekan) di dan
dipensembahkan bantei a/au sesajen (Racem,punjung rayunan, air bersih dan
segehan,), umat penyungsung kembali melakukan pensembahyangan bensama.
Selanjutnya pretima dan simbol-simbol sakral lainya kembali distanakan di
stananya atau Pura masingmasing diwilayah Desa Pakrainan yang diiningi dengan
gamelan (be/eganjur).
Me/as/i sebenamya memiliki makna yang sangat mendalam, namun bagi
masyarakat hawam bahwa me/as/i adalah ngirig Ida Sesuwunan, Bataraba/an,

yang di sungsung Tn Kahya,igan Desa Pakraman untuk mesucian kesagara dan

nunas tirta amen/ia. Kalau ditinjau dani sastra yang tendapat dalam kitab
sundarigama dijelaskan bahwa tujuan melasti bagi umat adalah menghanyutkan
/eteh, dasa ma/a, nunaspenge/ukatan agan menjadi suci kembali. Tujuan lainnya
adalah menghanyutkan letehjagat.
Melasti menggambarkan suatu proses penyucian alam besenta isinya
dalam hal mi segala hal yang negatif baik berwujud mateni maupun pikinan,
disimbolisasikan dengan prosesi upacara me/as/i, diyakini sebagai suatu media
saknal, dalam rangka menghanyutkan ma/a, kiesa atau Ic/c/i jagat ke Segana
(laut), karena laut diyakini dan dianggap memiliki nilai kesucian berdasarkan
keyakinan ketuhanan (Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Wanuna),
diyakini sanggup untuk melebun segala hal negatif (kekotoran dunia), serta
diyakini pula bahwa laut (Dewa Waruna) adalah sebagai tempat memohon tin/ha
amer/ha (air kehidupan dan penyucian) tenhadap alam dan isinya. Tirtha dalam
hal mi adalah simbolik dan anugrah Tuhan (Dewa Waruna). Dengan
berlangsungnya upacara rnelasti, diyakini oleh masyanakat bahwa kekotoran alam
tenmasuk pnelingga Batara-Batari telah tersucikan demikian pula warga
masyanakat telah tersucikan hatinya terbebas dani mala. klesa, leluhing jagat,
disimbolisasikan dengan pensembahyangan bersama di pantai dan nunas tintha
amer/ha, bersama dengan semua pre/ingga Batara-Batani yang di sungsung
(disembah) dalam Lingkup wilayah TN Kahyangan. Jadi inelasti ad&ah

menggambarkan suatu prosesi penyucian alam dan isinya, dengan tradisi
masyarakat BaIi,jugadengansegenapsaranayangmenggamharkan proses penyucian
terhadap alam dan isinya khususnya terhadap Batara-Bataui dan prelingganya
(stananya), dan diyakini telah tersucikan kembali.
Tawur Kesanga
Tawur kesanga, adalah rangkaian upacara perayaan han raya Nyepi
selanjutnya. Dilaksanakan setelah selesai upacara me/as/i atau sath han sebeluni
han bra/a penyepian. Thwur tergolong upacara Bhuta Yadnya, di Bali disebut
Mecaru. Mecaru artinya harmonis atau cantik (Wiana, 2009). Tujuan bhuta
Yadnya atau Mecaru adalah untuk mengharmoniskan hubungan manusia dengan

alam. Pengertian Rhuta Yadnya dalani Lou/au Agasteya Pauwa sebagai berikut
“Bhuta yadnya ngarania tattu inuang kapujan ring tuwuh „. Artinya : Bhuta
Yadnya adalah mengembalikan dan melestanikan turnbuh-tumbuhan. Berdasarkan
teks Jontar tersebut diatas, makna Bhuta Yadnya ada!ah untuk menumbuhkan
keseimbangan jiwa (nohani) mengambil dan megembalikan benbagai sumbersuinber alarn seperti air, tanah, api, udara, dan akasa. Hasil-hasil dan alam seperti
tumbuh-tumbuhan dan hewan. Rhuta Yadnva maksudnya adalah suatu Yadnya
untuk merawat badan Jasmani tuhan yang berbentuk alam semesta mi. Dalam
pustaka Sarasainuscaya, 135, disebutkan Tawur kesanga yang diselenggarakan
setiap them kesanga dengan upacara Bhuta Yadnya dan tingkat Rumah tangga,

lingkungan Banjar, Desa, Kecamatan, Kabupaten, dan tingkat Propinsi.( Arwati,
2008) upacara tawur kesanga mi seluruh urnat manusia rnelaksanakan
persembahyangan di masing-masing sanggah merajan, menghaturkan sesajen
berupa

canu

baik

di

halaman

sanggah,dihalamanrurnah,

di

lebuh,

ataupundimasing masing perempatan/pesimpangan. Uopacara tawur kesanga
bertujuan untuk mengharmoniskan alam semesta, serta seluruh umat manusia
mendapatkan keselamatan nienyongsong tahun yang baru.

Catur Barata Penyepian
Anvati Gni
Ketentuan tidak rnenyalakan api wujud pisiknya tidak menyalakan api
secara nyata, tidak menyalakan lampu penerangan pada malam han, tidak
inenyalakan Televisi, tidak menyalakan rokok, dan lain-lain, singkatnya tidak
menggunakan api. Prilaku jasmaniah lainnya yang terkandung dalam inata atnati
gent yaltu tidak nienyalakan api, berarti tidak memasak, dan melakukan puasa,
menahan rasa lapar dan haus. Keduanya hila dilaksanakan dengan benar adalah
laku pengekangan mulai dan tingkat dasar dalam laku kerohanian. Maksud yang
terkandung dalam laku A,nati Geni secara jasmaniah adalah puasa berdasarkan
anti rnakna simboliknya. Masyarakat di dalarn melaksanakan catur berate
penyepian terulama amati gni diharapkan mampu memaknai bahwa arnati gni
tidak hanya dilarang menyalakan api, namun memiliki tnakna yang lebih

mendaiam yaitu tidak merniliki sifat-sifat yang panas, membakar, tetapi mampu
meredarn sifat-sifat yang negative, mampu menekan sifat amarab dalarn dininya
sendiri.
Ansati Karya
Amati karya secara Iahiniah adalah tidak melakkan pekenjaan yaitu tidak
melakukan kegiatan sesuai dengan profesi keseharian. Untuk umat dan
masyarakat kebanyakan, maksud dan laku hiata mi adalah untuk niembuat situasi
lingkungan situasi serta pikiran tidak aktif mernikirkan hal-hal keduniawian atau
kegiatan pada han-han biasanya. Dengan demikian umat dapat berdiam diri,
merenung tentang segala hat yang telah dan akan dilakukannya. Laku ini adalah
laku dasardalam melaksanakan laku kenohanian yaitu tapa (melakukan kegialan
kenohanian), dengan mengintrospeksi diri. Menimbang-nimbang hal yang baik
dan buruk. mi adalah laku kerohanian untuk masyarakat umurn.
Brata amati karya mempunyai arti dan rnaksud melaksanakan kegiatan

kenohanian berdasarkan rnakiia sirnboliknya. Jadi makna simbolik yang
terkandung dalam brata amati karya , adalah melakukan kegiatan kerohanian.
Kegiatan kerohanian banyak jenisnya, seperti; mempelajani sastra agama, belajar
dan mendiskusikan ajaran agama, sembahyang, bet japa. monobratu, tapa dan
yoga, sesuai dengan kemainpuan masing-rnasing umat. Kegiatan kerohanian
sebaiknya dilakukan dirumah, di tempat suci, tenang bersama dengan guru
spiritual di pasratnait atau paguyuban, dan lain sejenisnya. Dengan dernikian tidak
melakukan kegiatan rutin sehars-hari dalam han brata pnyepian. setidaknya brata
penyepian dapat bermakna sesuai dengan harapan ajaran sastra Hindu. Laku ini
adalah untuk masvarakat kehanvakan dalam rangka mendukung btrata penyepian
Arti yang lebih dalam dan Amati Karva adalah melakukan yoga untuk nencapai
Sarnadhi. Adalab untuk umat yang mengetahui tattn‟a juana ataupun yang mulai
menapak jalan kerohanian.Terkait dengan teori simbol, Brata Ainati Katya
menggambarkan sesuatu yang immaterial, proses yaitu melakukan kegiatan
kerohanian yang telah disebutkan diatas.
Bratapenyepian adalah mu/at sartia. Brata amati kaiya adu!ah tidak bekcrja
berarti harus melakoni penyepian (nyepi). Arti Amati Karya menurutnya adalah

nyepi tidak melakukan apa-apa, tetapi taat melaksanakan ketentuan agama,
memahami arti kata secara kenyataan, mulat sarira atau pengekangan indria
diketahui teksnya saja. Jadi makna simbolik dan ketentuan itu belum atau kurang
di pahami sehingga tidak dilakukan.

Amati Lelungan
Brata amati le/ungan dalam bentuk lahiriah adalab tidak bepergian. laku
brata tidak pergi secara jasmaniah, adalah laku hi nta ditujukan kepada umat
masyarakat umum yaltu diam dirumah adalah mendukung pelaksnaan tapa atau
yoga. Amati lelungan mengandung makna simbolik yaitu pemusatan pikiran.
Tidak pergi jasmaniah bermakna simbolik tidak memikirkan hal-hal keduniawian,
pikiran tidaak kemana-mana dipusatkan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa.

Amati Letanguan
Yaitu tidak memenuhi keinginan-keinginan yang menyenangkan atau
mengasyikkan, demi terpenuhinya rasa senang, aman dan nyaman, atau meredam
semua keinginan indria. Makna dan maksud brata Arnati Le/anguan, mi adalah
brata yang paling abstrak diantara ketiga bentuk brata, yang didahului dengan laku
pisik nyata(jasmaniah),sedangkan brata aniati telanguan aktifitasnya tidak
berwujud nyata, yaitu tentang pengekangan indria benipa naisu indria. meilputi
rasa senang, nyaman aman serta rasa puas akan pemenuhan berbagai keinginan
indria.
Keinginan dan kepuasan pikiran mi, yang mempunyai sifat rajas, selalu
ingin dipuaskan, selalu ingin tahu, fri dan dengki. Dalam wujud Jasmaniah
dihubungkan oleh alat pengindraan Iahiriah, organ dan anggota tubuh. antara lain;
1) Hidung puas akan bau, 2) Lidah puas akan rnakanan dan minuman, 3) Mata
puas akan melihat rupa dan warna, 4) Kulit puas akan bersentuhan, 5) Telinga
puas akan suara yang didengar, 6) Kaki puas bila berjalan dan berhenti, 7)
Kemaluan puas akan kenikmazan nafsu, 8) Dubur puas bila kentut dan buang air
besar, 9) Tangan puas bila mengambil atau memegang, 10) Suara puas akan
ucapan yang menyenangkan. Kepuasan-kepuasan indnia mi dikekang agar

menjadi sifat yang dimiliki oleh Bhudi satwa yang berkembang, yaitu menjadi
antara lain; I )Budi puas akan kesenagan bathiniah, 2) Brahma Mantra puas akan
yang abstrak, puas akan amal, 3) Sangjiyang Purusa puas akan kesadacan dan
ketidak sadaran, 4) Sanghyang Mahadewa puas akan hakikat penyebab
kesenangan itu. Keinginan rajas itu tidak jauh dan din kita, sifatnya yang
demikian itu hams diserasikan antar ketiganya. Setelah serasi nafsu/keinginan itu,
baru dapat dikatakan din kita dalam keadaan suci, selanjutnya disebut perwujudan
dewa bila demikian (Bhuana Kosa, 111.53- 111.62).
Konsep dan refrensi tersebut diatas menjelaskan dorongan kebutuhan
indria yang mempengaruhi pikiran untuk dipuaskan. Dalam Brata Amati
Lelanguan dorongan indria itulah yang semetinya tidak dipenuhi. Sehingga dalam
bentuk brata lelanguan mempunyai makna simbolik pengekangan indria dan
pengendalian pikiran. Bagi umat yang melaksanakan yoga, brata mi adalah
sesuatu yang sangat mendasar dan mutlak hams dilaksanakan.

Nyepi Sepi Hening, Menuju Kesadaran Diri
Seperti telah dipaparkan di atas bahwa perayaan han raya nyepi diawali
berbagai kegiatan balk yang bersifat fisik maupun spiritual. Jika dipandang dan
kediatan fisik maka rangakaian perayaan hari raya nyepi di mulai dan tileming
kaulu sampai pelaksanaan dharma santih. Namun jika ditinjau dan spiritual maka
setiap pehksanaan han raya nyepi mengandung nilai-nilai pendidikan, etika, moral
dan filosofis yang sangat tinggi. Secara pendidikan han raya nyepi menuntun dan
mengantarkan manusia menuju ke jalan yang baik (dharma) sehingga nilai
tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan seharihan. Secara etika dan
moral diharapkan manusia dapat berperilaku yang baik dan benar sesuai dengan
ajaran agama yang diimplementasikan melalui sikap dan prilaku dalam kehidupan
bermasyarakat. Secara fliosofis perayaan han raya nyepiharus dimaknai bahwa
setiap berbagai aktivitas yang didukung oleh berbagai ritual mengandung makna
yang nantinya dapat digunakan dalam usaha manusia menuju tujuan akhir yaitu
,noksartham jagadhitaya ca iii dharrna. Perayaan nyepi terutama dalam catur
barata penyepian mengandung makna filosofis yang tinggi terutama untuk

mencapai kesadaran din. Catur barata penyepian tidak hanya sekedar tidak
menyalakan api, tidak keluar rumah, tidak menghibur din, dan tidak bekerja.
Namun semua itu merupakan cara atau jalan bagaimana manusia dapat memahami
bahwa hal tersebut menrupakan jalan untuk mencapai sebuah kesadaran din.
Kesadaran yang dimaksud adalah tentang pendalaman tentang hakikat hidup,
hakikat Tuhan dan bagaimana manusia dapat menyatu dengan Tuhan itu sendiri.
Dengan pelaksanaan han raya nyepi diharapkan mampu menjadikan dininya
memiliki kesadaran. Sepi dan hening tatkala dimaknai sebgai sesuatu yang kosong
maka secaratidak Iangsung manusia yelah berpikir tentang Tuhan. Tuhan adalah
yang kosong (meraga sunia) namun dibalik kosong ada suatu kekuatan yang maha
dahsyat yaitu kekuatan yang mafia suci yaitu kemahakuasaan Tuhan. Di dalam
sebuah kekawin disebutkan jika ingin melihat sinarnya bulan di dalam air maka
aimya harus jernih. Begitupulajika iingin memahami tentang Tuhan maka din
manusia harus disucikan sehingga Tuhan akan terwujud dalam dirinya. Bagimana
Tuhan itu terlihat terwujud dalam dirinya ?, Tuhan terwujud dalam dirinya talkala
manusia mampu mengimplementasikan sifat-sifat Tuhan dalam kehidupannya.
Dalarn filsafat manusia, manusia adalah wakil Tuhan di muka bumi mi, Sebagai
wakil Tuhan manusia diharapkan mampu mengimplementasikan sifat-sifat Tuhan
dalam kehidupannya.

KASIMPULAN
Dari pemaparan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
1. Perayaan han raya nyepi merupakan suatu hari raya yang bertujuan
utuk menuntun manusia kearah jalan Tuhan
2. Catur berata penyepian tidak hanya dimaknai sebagai perayaan ritual
semata, melainkan harus dimaknai sebagai jalan spiritual
3. Dengan

catur

berata

penyepian

diharapkan

mengendalikan dirinya melalui sebuah perenungan.

manusia

mampu

DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya, Putu. 2010. Acara Agana Hindu. Sunabaya: Paramita
Subagiasta, I Ketut. 2008. Pengantar Acara Agama. Surabaya: Paramita
Arwati, Ni Made, 2008. Upacara Yadnya. Surabaya: Paramita
Suryadhana, I Made. 2012. Pelaksanaan catur Barata vpenyepian di desa
TiyingGading tabanan, Denpasar: Skripsi IHDN Denpasar