KULIAH HAK ASASI MANUSIA

  

KULIAH

HAK ASASI MANUSIA

O l e h : Prof. Dr. H. Deddy Ismatullah, SH., MH (Dosen)

  Makalah ini dapat diunduh pada alamat: www.rumahpendidikan.wordpress.com Drs. H. Syafruddin Amir,

  

Course Outline

HAK ASASI MANUSIA (HAM)

DESKRIPSI MATA KULIAH HAM

  Mata kuliah ini mengkaji HAK ASASI MANUSIA (HAM) secara umum, mulai dari sejarah perkembangan pemikiran HAM, Cakupan HAM, Deklarasi Universal HAM, Ciri – cirri HAM, HAM dalam Perundang-undangan dan Pancasila, Genosoida, Kajian Konstitusi Konstitusionalisme dan Komparatif, Politik Hukum, Anak dalam

B. TUJUAN UMUM PERKULIAHAN

  Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan mendeskripsikan HAK ASASI MANUSIA (HAM) secara umum, terutama yang berkaitan dengan Sejarah perkembangan pemikiran tentang HAM, Nilai- nilai HAM, Ruang lingkup HAM, HAM dalam perspektif Teologis, HAM dalam Perundang-undangan Nasional dan Konvensi Internasional, HAM dalam realitas empirik kontemporer, Peradilan HAM, dan Strategi penegakkan HAM.

  Dengan pengetahuan teoretik tersebut diharapkan terjadi internalisasi nilai-nilai HAM pada mahasiswa yang pada gilirannya dapat menggugah komitmen dan kesadaran mahasiswa untuk ikut serta dalam upaya pemajuan dan perlindungan HAM, atau setidaknya tidak melakukan

C. TUGAS PERKULIAHAN

  Setiap mahasiswa wajib mengerjakan tugas perkuliahan berupa:

  1. Memberikan respons berupa pertanyaan, sanggahan, ataupun tanggapan dalam kegiatan perkuliahan;

  2. Membuat laporan kegiatan perkuliahan setiap pertemuan dalam bentuk jurnal atau portofolio;

  3. Membuat karya tulis (makalah/ artikel/ resensi/ studi kasus, dan sejenisnya) yang relevan dengan materi perkuliahan; 4. Mempresentasikan karya tulisnya jika diminta.

D. EVALUASI DAN SISTEM PENILAIAN

  Evaluasi dilakukan setiap saat. Hasil evaluasi dijadikan acuan perbaikan kegiatan perkuliahan.

  Dalam rangka perbaikan sistem perkuliahan, mahasiswa dan dosen memiliki hak dan kewajiban yang sama, antara lain menyangkut :

  1. Kehadiran. Dosen dan mahasiswa yang tidak hadir karena suatu alasan yang jelas dan bisa diterima, wajib saling memberikan informasi, maksimal satu jam sebelum perkuliahan berlangsung.

2. Penyempurnaan Materi dan Sistem Perkuliahan,

  Yakni :

A. Bila mahasiswa menganggap materi perkuliahan tidak relevan

  

dengan aspirasi, situasi, dan tuntutan profesi, mahasiswa dapat

mengajukan materi perbaikan/ tambahan untuk didiskusikan oleh

bagian akademik, dosen (team teaching), dan mahasiswa;

  B. Bila strategi perkuliahan yang diterapkan dirasakan kurang efektif, dengan alasan yang jelas dan rasional, mahasiswa dapat mengusulkan kepada dosen yang bersangkutan agar segera melakukan penyesuaian/ perbaikan;

  C. Bila mahasiswa merasa kurang cocok dengan dosen pengampu, dengan alasan yang jelas dan rasional, serta disepakati oleh setengah plus satu orang mahasiswa yang mengikuti kuliah dosen yang bersangkutan, diperkenankan mengajukan keberatan kepada bagian akademik, untuk dilakukan pergantian atau diupayakan alternatif lain.

  

D. Bila mahasiswa tidak puas dengan nilai yang diperoleh, mahasiswa

dapat mengajukan keberatan disertai alasan dan bukti-bukti yang kuat dan logis.

  

E. Penilaian ditentukan sesuai dengan acuan akademik yang berlaku,

dengan komponen-komponen dan bobot penilaian sebagai berikut:

  • Nilai Formatif (kehadiran, aktivitas kelas, tugas) : 40 % dari nilai total

E. REFERENSI :

  Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia; UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM); UU Nomor 26 tahun 2000 tentang Peradilan HAM; Memorandum OKI tentang Hak Asasi Manusia; International Committee of the Red Cross Review, Nomor 328, 1998; Berbagai Konvensi Internasional tentang HAM; seperti; Deklarasi Universal HAM (DUHAM); Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik, Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan erendahkan Martabat Manusia, Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Ras, Konvensi Hak-hak Abak, dan lain-lain; Mochtar Kusumaatmadja, Konvensi-Konvensi Palang Merah Internasional, Alumni, Bandung, 1999; The Geneva Conventions Of August 12 1949, International Committee Of The Red Cross; Protocols Additional To The Geneva Conventions Of 12 August 1949, International Committee Of The Red Cross; Bagir Manan, Perkembangan

  

Pemikiran dan Pengaturan Hak Asasi Manusia Di Indonesia, YDHS

  bekerja sama dengan Alumni, Bandung, 2001; James W. Nickel,

  

“Making Sense Of Human Rights”, diterjemahkan Titis Eddy Arini, Hak

REFERENSI LAIN:

  KOMNAS HAM, Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Budaya

  

Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1997; Buku Panduan untuk Fasilitator

HAM, Jakarta, 2002; Buku Panduan untuk Fasilitator Rohaniawan

HAM, Jakarta, 2002; M. Luqman Hakiem, Deklarasi Islam tentang

Hak Asasi Manusia, Risalah Gusti, Surabaya, 1993; Scott Davidson,

“Human Rights”, diterjemahkan A. Hadyana Pudjaatmaka, Hak

Asasi Manusia, Grafiti, Jakarta, 1994; Subhi Mahmassani, “Arkan

Huquq’l Insan”, diterjemahkan Hasanuddin, Konsep Dasar Hak-hak

Asasi Manusia Studi Perbandingan Dalam Syariat Islam dan

Perundang-undangan Modern, Tintamas Indonesia, Jakarta, 1993;

  Abu A’la Al-Maududi, Hak Asasi Manusia dalam Islam, Jakarta, YAPI, 1998; Baeher, Peter (et.al), Instrumen Internasional Pokok

  

HAM, Jakarta, Yayasan Obor, 2001; Baharuddin Lopa, Al-Quran dan

Hak Asasi Manusia, Yogyakarta, PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1999;

  E. Shobirin Nadj, Diseminasi HAM, Perspektif dan Aksi, Jakarta, CESDA-LP3ES, Jakarta 2000; James W Nickel, HAM; Refleksi

  

Filosofis atas Deklarasi Universal HAM, Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta, 1996. http://www.ipl.org. . .

  http://www.komisihukum.go.id http://www.hrw.org.

PEMAHAMAN HAK ASASI PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA MANUSIA 1.

  1. Hak asasi merupakan hak dasar seluruh umat manusia dari

Hak asasi merupakan hak dasar seluruh umat manusia dari

  tuhan tanpa ada perbedaan, maka Hak Asasi Manusia adalah

  tuhan tanpa ada perbedaan, maka Hak Asasi Manusia adalah

  hak dari kodrati yang melekat pada diri manusia, ia bersifat

  

hak dari kodrati yang melekat pada diri manusia, ia bersifat

  universal serta abadi berkaitan dengan harkat dan martabat

  

universal serta abadi berkaitan dengan harkat dan martabat

manusia. manusia.

  2.

  2. Setiap manusia mempunyai hak asasi yang sama tanpa Setiap manusia mempunyai hak asasi yang sama tanpa

  perbedaan jenis kelamin, RAS, bangsa, pandangan politik,

  

perbedaan jenis kelamin, RAS, bangsa, pandangan politik,

  status sosial dan posisi lainnya. Pengabaian dan

  status sosial dan posisi lainnya. Pengabaian dan

  perampasannya mengakibatkan hilang harkat dan martabatnya

  

perampasannya mengakibatkan hilang harkat dan martabatnya

sebagai manusia. sebagai manusia.

  3.

  3. Bangsa Indonesia menyadari bahwa hak asasi manusia yang Bangsa Indonesia menyadari bahwa hak asasi manusia yang

  

UNSUR-UNSUR HAK :

  1. Mengidentifikasi suatu pihak sebagai pemilik atau pemegang hak

  2. Hak adalah untuk suatu kebebasan atau keuntungan

  3. Mengidentifikasi pihak atau pihak-pihak yang harus berperan mengusahakan

tersedianya kebebasan atau keuntungan

yang diidentifikasi oleh ruang lingkup hak tersebut

  

4. Bobot atau hak menentukan urutan atau

arti pentingnya dalam hubungannya dengan norma-norma lain.

  

CIRI-CIRI HAK :

CIRI-CIRI HAK :

  1. Merupakan pertimbangan2 berprioritas tinggi yang penting (high priority)

  2. Hak tersebut baku (definiteness) dilihat dari right-holders maupun (high priority)

  3. Hak tersebut memiliki kemengikatan (bindingness)

  

JENIS -JENIS HAK

  • Hak moral: hak dibenarkan berdasarkan

    etika atau nilai - nilai moral
  • Hak hukum: hak yang tertulis di dalam

    hukum domestik dan diterapkan didalam pengadilan domestik
  • Hak asasi manusia: hak yang dikenal dalam

    hukum internasional yang merupakan hasil konsensus dari komunitas internasional yang melekat dalam manusia

  CIRI-CIRI KHUSUS DARI HAK ASASI MANUSIA

  • Melekat • Universal • Tak dapat dicabut
  • Tidak dapat terbagi
  • Saling tergantung

  

Cakupan Hak Asasi Manusia

  • Hak sipil dan politik
  • Hak ekonomi dan sosial
  • Hak individual
  • Hak kolektif
  • Hak untuk ikut serta dalam pembangunan

DEKLARASI UNIVERSAL DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA HAK ASASI MANUSIA 1.

  1. Hak untuk mendapatkan perlakuan sama dan Hak untuk mendapatkan perlakuan sama dan bebas dari diskriminasi bebas dari diskriminasi 2.

  2. Hak untuk hidup, kebebasan dan keamanan

Hak untuk hidup, kebebasan dan keamanan

pribadi pribadi 3.

  3. Bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang Bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan martabat manusia merendahkan martabat manusia 4.

  4. Hak untuk mendapatkan persamaan di dalam Hak untuk mendapatkan persamaan di dalam hukum hukum 5.

  5. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam pengadilan dalam pengadilan 6.

  6. Hak untuk mendapatkan keleluasaan pribadi

Hak untuk mendapatkan keleluasaan pribadi

  DEKLARASI UNIVERSAL

HAK ASASI MANUSIA

  8. Kebebasan mengeluarkan pendapat

  

9. Kebebasan untuk berserikat dan berkumpul

secara damai

  10. Hak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan

  11. Hak untuk mendapatkan keamanan sosial

  12. Hak untuk kesempatan kerja

  

13. Hak untuk mendapatkan tingkat hidup yang

layak

  14. Hak untuk mendapatkan pendidikan

  ENAM PAKTA UTAMA HAK ASASI MANUSIA

  1. Kovenan internasional tentang hak-hak sipil dan politik (ICCPR)

  2. Kovenan internasional tentang hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (ICESCR)

  3. Konvensi memgenai penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial (CERD)

  4. Konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita (CEDAW)

5. Konvensi hak - hak anak (CROC)

  6. Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak

FUNGSI HAK

  • Menurut teori kepentingan (interest

  theories) hak berfungsi untuk mengembangkan kepentingan orang dengan memberikan serta melindungi keuntungan.

  • Menurut teori keinginan (will theories) hak berfungsi untuk mengembangkan otonomi dengan memberikan dan melindungi otoritas, keleluasaan atau

    kontrol di sejumlah bidang kehidupan.

KERANGKA TEORI KEBERADAAN HAK

  • Teori Pemberian Hak (entitlements)
  • Teori Pemberian Hak Plus

  (entitlements-plus theory)

  • Teori Pemberian Hak yang

  Diimplementasikan Menurut Hukum

(legally imlpemented entitlements

theory)

HAK ANAK-ANAK HAK ANAK-ANAK

ANAK-ANAK DALAM PANDANGAN ANAK-ANAK DALAM PANDANGAN HUKUM HUKUM

  Anak - anak sebagai kekayaan Ayah

  Anak - anak sebagai kekayaan Ayah

  Anak - anak sebagai makhluk yang

  Anak - anak sebagai makhluk yang

  tergantung membutuhkan perlindungan

  tergantung membutuhkan perlindungan

  dan perawatan

  dan perawatan

  Anak - anak sebagai manusia memiliki hak

  

Anak - anak sebagai manusia memiliki hak

  • hak dan tanggung jawab
  • >hak dan tanggung jawab Anak - anak adalah manusia.

      

    Sebagai manusia mereka

    memiliki seluruh hak asasi

    manusia. Akan tetapi terdapat

    ketentuan hukum hak asasi

    manusia internasional yang

    berlaku khusus pada anak -

    anak sebagai anak

      1979 Tahun Internasional Anak - anak 1989 Konvensi Hak Anak

    1990 Indonesia meratifikasi CROC

    pada 5 September

      2003 CROC diratifikasi oleh 192 negara – semua kecuali Somalia dan Amerika

    TIGA PRINSIP DASAR

      

    1. Prinsip kepentingan yang terbaik (pasal

    3)

    2. Prinsip partisipasi (pasal 12 )

      3. Prinsip bimbingan orangtua (pasal 5 &18)

      

    KETENTUAN UMUM DALAM

    CROC (KONVENSI ANAK-ANAK)

      1. Definisi dari anak - anak (pasal 1)

      

    2. Hak untuk menikmati secara penuh tanpa

    diskriminasi (pasal 2)

      3. Wajib untuk diketahui secara luas (pasal 42)

      

    4. Hak - hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan

    budaya

      HAK - HAK SIPIL DAN POLITIK

      1. Hak - hak berhubungan dengan kehidupan anak, identitas dan keluarga

      2. Hak - hak yang berhubungan dengan kehidupan dan aktivitas sipil dan politik

    3. Hak sipil dan politik lainnya

      HAK - HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

      1. Tindakan “untuk memaksimalkan semaksimal tersedianya seluruh sumber daya ” (pasal 4)

      2. Media massa (pasal 17 )

      3. Anak - anak cacat (pasal 23)

      4. Anak - anak yang secara etnis, bahasa dan agamanya minoritas serta anak - anak penduduk asli (pasal 30)

      MELINDUNGI ANAK DARI PELECEHAN & PENELANTARAN

      1. Penganiayaan dan penelantaran oleh orang tua, walinya atau yang memeliharanya (pasal 19)

      2. Ekploitasi ekonomi dan pekerjaan yang berbahaya (pasal 32 )

      3. Penggunaan gelap obat - obatan narkotika dan zat - zat psikotropika (pasal 33)

      4. Eksploitasi dan pelecehan seksual (pasal 34)

      5. Penculikan, penjualan dan perdagangan (pasal 35)

      

    6. Bentuk lain dari hal - hal yang merugikan kesejahteraan anak (pasal 36)

      

    HUBUNGAN DENGAN BAGIAN LAIN

    DARI HUKUM INTERNASIONAL

    • Konvensi mengenai pengungsi (pasal 22)
    • Hukum humaniter internasional (pasal 38)
    • Perlindungan hak anak yang ada dalam pakta internasional lainnya (pasal 41)

    PROTOKOL TAMBAHAN

    • Usia diperbolehkan ikut dinas militer
    • • Perdagangan dan penggunaan anak

      • anak untuk tujuan eksploitasi seksual komersial

      

    KETENTUAN PAKTA

    YANG LAIN

      1. Kovenan internasional hak - hak sipil dan politik

      2. Kovenan internasional hak - hak ekonomi, sosial dan budaya

      3. Konvensi Genewa yang berhubungan dengan perlindungan warga sipil pada saat perang

      INDONESIA

      KEWAJIBAN - KEWAJIBAN

    • Menghormati hak - hak anak : mencegah

      pelanggaran terhadap seluruh hak - haknya

    • Melindungi hak - hak anak : mencegah pelanggaran dari pihak lain
    • Memenuhi hak - hak anak : mengadopsi seluruh tindakan yang dibutuhkan

    TINDAKAN-TINDAKAN UNTUK

       Mekanisme hukum, undang-undang dan lembaga hukum

       Aksi politik

       Lembaga nasional HAM

       Rencana aksi nasional HAM

       Kepemimpinan masyarakat

       Informasi dan pendidikan

    ATURAN-ATURAN HUKUM

    • • Kerangka kerja resmi yang baik untuk hukum

      • hukum dan institusi - institusi resmi dan cara kerjanya

      >Memasukan CROC menjadi hukum nasional
    • Hukum - hukum yang melindungi anak dari penganiayaan dan penelantaran
    • • Hukum yang berlaku mutlak untuk para korban

      

    PENGADILAN

    • Bertanggung jawab terhadap penegakan hukum
    • Mendengar dan memutuskan perselisihan
    • • Menangani kasus yang berhubungan dengan

      anak - anak :

      Kepentingan terbaik bagi anak (pasal 3) Untuk lebih cenderung mendengarkan pandangan anak (pasal 12) Memperlakukan anak secara bermartabat (pasal 40)

    TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH

      1. Pemerintah berkewajiban untuk menjamin dipertahankannya aturan hukum.

      2. Hukum pidana dapat juga dipakai untuk melindungi pihak yang lemah dan rentan dalam situasi HAM.

      3. Pemerintah tidak dapat berpangku tangan dan membiarkan kekerasan berlangsung tanpa hukuman.

    TINDAKAN-TINDAKAN UNTUK MEMAJUKAN HAK ANAK

       Mekanisme hukum, termasuk undang- undang dan lembaga hukum

       Aksi politik

       Lembaga nasional HAM

       Rencana aksi nasional HAM

       Kepemimpinan masyarakat

       Informasi dan pendidikan

      

    LEMBAGA-LEMBAGA

    NASIONAL HAM

       Didirikan berdasarkan undang-undang, bersifat independen, dan memiliki mandat yang luas.

       Melengkapi peran pengadilan. 

      Dapat menangani pengaduan individu  Dapat melakukan penyelidikan- penyelidikan sendiri.

       Dapat menangani berbagai persoalan sistemik

      

    KEBUTUHAN UNTUK

    MERUBAH SIKAP

       Hukum mempromosikan HAM dan sampai tingkat tertentu mempengaruhi perilaku

       Kepemimpinan masyarakat : formal dan informal

       Pendidikan dan informasi untuk menangani berbagai persoalan yang mendasar selama ini

       Penggunaan media yang efektif

       Dialog antar berbagai kelompok masyarakat

    PRINSIP-PRINSIP POKOK

      NEGARA HUKUM NEGARA HUKUM

      

    1. Supremasi Hukum (Supremacy of Law)

      

    1. Supremasi Hukum (Supremacy of Law)

      2. Persamaan dalam Hukum

      2. Persamaan dalam Hukum (Equalitybefore the Law) (Equalitybefore the Law)

      3. Asas Legalitas (Due Process of Law)

      3. Asas Legalitas (Due Process of Law)

      4. Pembatasan Kekuasaan

      4. Pembatasan Kekuasaan

      5. Organ-Organ Eksekutif Yang Bersifat

      5. Organ-Organ Eksekutif Yang Bersifat

      6. Peradilan Bebas dan Tidak Memihak

      7. Peradilan Tata Usaha Negara

      8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court)

      9. Perlindungan Hak Asasi Manusia

      10. Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaat):

      

    11. Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan

    Tujuan Kesejahteraan (Welfare Rechtsstaat)

      12. Transparansi dan Kontrol Sosial

    HAK ASASI MANUSIA DALAM

    HAK ASASI MANUSIA DALAM

      

    PANCASILA DAN UUD 1945

    DALAM PANCASILA Sila ke-1 “Ketuhanan Yang Maha Esa”, adalah hak kebebasan • memeluk agama.

      Sila ke-2 “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, adalah hak • kebebasan dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan. Sila ke-3 “Persatuan Indonesia”, adalah hak atas status • kewarganegaraan yang dan bertempat tinggal serta berpenghidupan layak. Sila ke-4 “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam • permusyawaratan perwakilan”, adalah hak atas kebebasan menyatakan pikiran dan menyampaikan pendapat di muka umum.

    DALAM UUD 1945

      1. Kesamaan hak di hadapan hukum

      Pasal 27 ayat (1). Menyatakan kesamaan kedudukan warga negara tanpa pengecualian.hal ini menunjukkan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban tanpa diskriminasi.

      2. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.

      Pasal 27 ayat (2). menyatakan hak setiap warga negara untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang laya. Pasal ini memancarkan asas keadilan sosial dan kerakyata.

      3. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul

      Pasal 28. menetapkan warga negara untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dan sebagainya. pasal ini mencerminkan kedemokratisan negara Indonesia.

      4. Kemerdekaan memeluk agama

      Pasal 29 ayat (1). Menyatakan tentang kebebasan meyakini dan memeluk agama tanpa paksaan, dengan senantiasa berlandaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa.

      5. Hak dan kewajiban membela diri

      Pasal 30 ayat (1). Menyatakan hak dan kewajiban setiap warga

    6. Hak mendapat pangajaran

    Pasal 31 ayat (1). Menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.

      7. Kebudayaan Nasional Indonesia

      Pasal 32. menetapkan agar agar pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Dalam pengertian kebudayaan bangsa itu ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya. Termasuk kebudayaan lama dan asli yang terdapat di daerah-daerah di seluruh Indonesia.

      8. Kesejahteraan sosial

      Pasal 33 dan 34. berisi: A. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. B. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara

    C. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung

      Undang-undang No. 39 Tahun Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM 1999 Tentang HAM

      Prinsip Dasarnya meliputi

      Prinsip Dasarnya meliputi

      1. Hak Untuk Hidup

      1. Hak Untuk Hidup (Pasal 9 ayat 1, 2, dan 3 UU tersebut)

      (Pasal 9 ayat 1, 2, dan 3 UU tersebut)

      2. Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan

      2. Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan (Pasal 10 ayat 1 dan 2)

      (Pasal 10 ayat 1 dan 2)

      3. Hak Mengembangkan Diri

      3. Hak Mengembangkan Diri (Pasal 11, 12, 13, 14, 15, dan 16) (Pasal 11, 12, 13, 14, 15, dan 16)

      4. Hak Memperoleh Keadilan

      4. Hak Memperoleh Keadilan (Pasal 17, 18 ayat 1,2,3,4,5, dan Pasal 19)

      (Pasal 17, 18 ayat 1,2,3,4,5, dan Pasal 19)

      5. Hak Atas Kebebasan Pribadi

      5. Hak Atas Kebebasan Pribadi

      6. Hak Atas Rasa Aman

      (Pasal 29,30,31,32,33,34, dan 35 )

      7. Hak Atas Kesejahteraan

      (Pasal 36,37,38,39,40,41, dan 42) 8. Hak Turut Serta dalam Pemerintahan.

      (Pasal 43 dan 44)

      9. Hak Wanita

      (Pasal 45,46,47,48,49,50, dan 51)

      10. Hak Anak

      (Pasal 52,53,54,55,56,57,58,59,60,61,62,63,64,65, dan 66)

      Kewajiban Dasar Manusia dalam UU HAM

      1. Setiap orang yang ada di wilayah negara Republik Indonesia wajib patuh pada peraturan perundang-undangan mengenai HAM, baik tertulis maupun tak tertulis serta hukum internasional yang diterima di Indonesia.

      (Pasal 67)

      2. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara sesuai dengan peraturan perundang- undangan (Pasal 68)

      3. Setiap orang wajib menghormati hak orang lain, baik yang yang bersifat moral, etika, dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

      4. Setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab untuk menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik serta menjadi tugas pemerintah untuk memeliharanya.

      (Pasal 69)

      Dalam menjalankan hak dan kebebasan, setiap orang wajib 5. tunduk kepada batasan yang ditetapkan oleh UU. Untuk menjamin tentang keadilan dengan pertimbangan moral, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat yang demokratis.

      (Pasal 70) Penegasan HAM dalam TAP MPR No. IV/ MPR/1999 Tentang GBHN

      1. Menegakkan Hukum secara konsisten untuk lebih menjamin kepastian hukum, keadilan, dan kebenaran,

      (BAB IV SUBBAB

      supremasi hukum, serta menghargai HAM

      A Butir 3)

      2. Melanjutkan ratifikasi konvensi internasional, terutama yang berkaitan dengan HAM dalam bentuk UU sesuai

      (BAB IV

      dengan kebutuhan dan kepentingan bangsa

      SUBBAB A Butir 4)

      3. Meningkatkan pemahaman dan penyadaran, serta meningkatkan perlindungan, penghormatan, dan

      (BAB IV penegakan HAM dalam seluruh aspek kehidupan. SUBBAB A Butir 9)

      4. Menyelesaikan berbagai proses peradilan terhadap pelanggaran hukum dan HAM yang belum ditangani

    PREDIKAMENTA INDONESIANA

      Social Issues

    • Perkembangan ilmu dan teknologi dan akseleratif
      • Proses-proses globalisasi Hak Asasi Manusia.

    • Perkembangan cepat ekonomi dan pasar bebas
      • Kemiskinan, Kesenjangan, sosial

    • Interaksi kultural dan pergeseran nilai dan keadilan sosial.
    • Perubahan sikap dan perilaku
      • Kejahatan,narkotika, minuman keras, terorisme, premanisme.

      KRISIS MORAL (Carfe Diem) Krisis Identitas • Protes masyarakat dan “urban (Krisis Harga diri) riots” (hooliganism / bonek).

      1.Dekadensi Moral

    • Mutu SDM,

      2.Kerakusan,Materialis,Hedonis Pendidikan,perlindungan anak

      3.Kemiskinan Spiritual dan wanita.

    • Transformasi demografik.

    KRISIS NILAI:

      Krisis Hukum

    • Penyalahgunaan
      • Pengutamaan Rasionalitas

      Krisis Kepercayaan kewenangan/kekuasaan.

    • Otonomi Subjek berlebihan
      • Kerusakan ekologis.

      Krisis Legitimasi

    • Otoritas tradisi dan agama memudar

      Krisis Ekonomi

    • Kebaikan dan kebenaran hanya

    KEMUNGKINAN RESPONS:

      sededar option saja, keputusan cost of dilandaskan pertimbangan

    • Puritan/Konservatif/isolasi Tantangan Survival

      benefit

    HUKUM KONSTITUSI DAN

      1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama

      1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or general acceptance (the general goals of society or general acceptance

      NEGARA of the same philosophy of government) of the same philosophy of government)

      “Organisasi Kekuasaan“

      2. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai

      2. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan landasan pemerintahan atau penyelenggaraan negara (the basis of government) negara (the basis of government)

      3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi

      3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi ketetanegaraan ketetanegaraan (the form of institutions and (the form of institutions and procedures) procedures)

      4. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang

      4. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau lampau

      5. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan

      5. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa ketatanegaraan bangsa

      Power Power

      6. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak

      6. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik untuk waktu sekarang maupun diwujudkan, baik untuk waktu sekarang maupun

      Tends to corrupt Tends to corrupt untuk waktu yang akan datang untuk waktu yang akan datang

      Check and Balance Check and Balance SUPRA STRUKTUR SUPRA STRUKTUR The Government Political Sphere The Government Political Sphere

      UUD 1945 Ketetapan MPR No. II/

    • UUD 1945 Ketetapan MPR No. II/

      MPR 1978

      MPR 1978

      KOnstitusi RIS 1949

    • KOnstitusi RIS 1949

      UUDS 1950

    • UUDS 1950

      Parpol/Partai Politik Infra Struktur Parpol/Partai Politik Infra Struktur The Socio Political Sphere The Socio Political Sphere

      Political Education

    • Political Education

      Political Articulation

    • Political Articulation

      Political Agregation

    • Political Agregation

    FUNGSI KONSTITUSI

      1. Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara

      2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara

      3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dengan warga negara

      4. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan penyelenggaraan negara

      5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (yang dalam sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara

      6. Fungsi simbolik sebagai pemersatu (symbol of unity)

      7. Fungsi sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identity of nation)

      8. Fungsi simbolik sebagai pusat upacara (center of ceremony)

      9. Fungsi simbolik sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik dalam arti sempit hanya dibidang politik, maupun dalam arti luas menyangkut bidang sosial dan ekonomi

      10. Fungsi sebagai sarana perekayasa dan pembaruan

    MATERI MUATAN KONSTITUSI

      

    Secara Umum Terbagi Menjadi Tiga

      Jaminan Terhadap Hak Asasi How the various Manusia agencies are organized

      Ditetapkannya Susunan What power is entrusted Ketatanegaraan yang Bersifat to those agencies Fundamental

    • in what manner such
    • Adanya Pembagian dan power is to be exercised Pembatasan Tugas Ketatanegaraan yang Juga Bersifat Fundamental

      Muatan lain

    PRINSIP-PRINSIP KONSTITUSI

      

    Anatomi kekuasaan tunduk

    pada hukum  Jaminan dan perlindungan hak asasi manusia

       Peradilan yang bebas dan mandiri  Akuntabilitas public

    NILAI-NILAI KONSTITUSI

    • NILAI NORMATIF; bahwa konstitusi berlaku bukan hanya dalam arti hukum (legal), melakinkan juga dalam kenyataan (realitas).
    • NILAI NOMINAL; menurut hukum masih berlaku, namun dalam kenyataanya tidak sempurna karena ada pasal- pasal yang tidak dilakssanakan.
    • NILAI SEMANTIK; bahwa konstitusi secara hukum memang berlaku tetapi hanya sekedar untuk memberi bentuk atau melaksanakan kekuasaan politik, konstitusi hanya dilaksanakan untuk kepentingan pemegang

    SCOPE DARI HUKUM KONSTITUSI

    • Cara memilih Kepala Negara •

      Kekuasaannya dan preoregatif

    • Status menteri-menteri
    • Hubungan pusat dan daerah
    • Treaty making proses
    • Kewarganegaraan •

      Civil liberties

    • Hal-hal menyangkut parlemen

    KLASIFIKASI KONSTITUSI

      1. Writen Constitution dan Unwritten Constitution

      (konstitusi tertulis dan tidak tertulis )

      2. Flexible Constitution dan Rigd Constitution (Konstitusi

      Fleksibel dan Konstitusi Kaku)

      3. Supreme Constitution dan not Supreme Constitution

      (Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi bukan derajat tinggi)

      4. Unitary Constitution dan federal Constitution (Konstitusi

      Kesatuan dan Konstitusi Serikat)

      5. Presidential Executive Constitution dan Parliamentary Executive Constitution (Konstitusi sistem Presidensil dan

      Konstitusi sistem Parlementer)

    PERUBAHAN KONSTITUSI

    • By the legislature under special restrictions (perubahan konstitusi melalui legislatif dengan persyaratan khusus)
    • By the people through a referendum (perubahan konstitusi oleh rakyat melalui referendum)
    • That methods peculiar to federal state where all, or a

      

    proportion of the federating units must agree too the

    change (perubahan konstitusi di negara serikat dan

      perubahan itu harus disetujui secara proporsional oleh negara bagian)

    • By a special convention for the pupose (perubahan konstitusi melalui konvensi khusus atau dilakukan oleh suatu lembaga negara khusus yang dibentuk untuk keperluan perubahan)

      KEJAHATAN GENOSIDA KEJAHATAN GENOSIDA Sejarah :

      1. Turki : Armenia & Kurdi; 2. Nazi: Holocaust;

      3. Kamboja: Muslim Cham, Khmer Buddhist; 4. Yugoslavia: Muslim Bosnia, Croatia, Kosovo; 4. Rwanda: Hutu vs Tutsi.

      Genocide: ‘genos’ & ‘cide’ Lemkin : - Penghancuran kelompok etnis Tdk selalu harus memusnahkan segera, kecuali pembunuhan masal suatu bangsa;

    • Rencana yg terkoordinasi yg bermaksud utk menghancurkan dasar2 kehidupan yg penting dr suatu
    • Tujuan rencana disintegrasi kelompok:

    • – institusi politik & sosial, budaya, bahasa, kebangsaan, agama, ekonomi, penghansucran keamanan pribadi, kesehatan, martabat, kehidupan.
      • IMT: genosida overlap dgn KTK tetapi telah menghasilkan fondasi hukum
      • Resolusi 1946: “genosida: penyangkalan thdp hak existensi suatu kelompok, sbgmn pembunuhan yg menyangkal hak hidup seseorang”

      

    Konvensi Genosida 1948

    • Genosida pd masa damai / perang adalah kejahatan menurut hk internasional melibatkan penyangkalan thdp hak hidup seluruh kelompok
    • Mengejutkan nurani umat manusia

      Hostis humanis generis

    • Berlawanan dgn hukum, moral, jiwa & tujuan PBB

      

    Kejahatan Genosida

    • • Setiap perbuatan yg dilakukan dgn maksud utk

      menghancurkan / memusnahkan sebagian /seluruh kelompok: bangsa, ras, etnis, agama, dgn cara:
      • – Membunuh – Mengakibatkan penderitaan berat fisik /mental
      • – Meciptakan kondisi kehidupan yg akan mengakibatkan kemusnahan fisik, seluruh / sebagian
      • – Memaksakan tindakan2 yg bertujuan mencegah kelahiran di dlm suatu kelompok
      • – Memindahkan paksa anak2 dr klp tertentu ke klp lain

      

    Konvensi Genosida 1948

    • Persyaratan ‘maksud’ (intent)
    • Tdk termasuk political groups
    • Kewajiban umum negara:
      • – mencegah kejahatan genosida
      • – menghukum pelaku
      • – diadili di fora nasional / internasional / negara lain
      • – Individual criminal responsibility & State responsibility

    • Advisory opinion ICJ 1951: ‘genosida mrpkn hukum kebiasaan internasional, shg mengikat semua negara’

      Non-applicability of Statutory

    Limitations Convention1968

    • Tidak ada daluwarsa bagi KTK, Genosida & kejahatan perang
    • Jika kejahatann terjadi, Konvensi hrs diterapkan kpd perwakilan otoritas neg & perorangan (pelaku utama, kaki tangan,

      partisipan, penghasut, yg bersekongkol utk

      melakukan kjhtn, tanpa mempertimbangkan

      tingkat penuntasan kjhtn, & thdp otoritas neg yg memberikan toleransi thdp kjhtn
    • Kewajiban neg: mengambil langkah2 yg diperlukan, bid legislasi, ekstradiksi

      Unsur-unsur

    • “dengan maksud”: hrs spesifik, menghancurkan, keseluruhan / sebagian dr kelompok
    • Sub-kategori dr KTK

      The crime of the crimes (Kambanda case) •

    • Persyaratan “dgn maksud” sangat tinggi
    • “seluruhnya atau sebagian”
      • – maksud utk menghancurkan seluruh atau sebagian hrs diiartikan dgn merujuk kpd maksud yg spesifik utk menghancurkan lebih dr sekedar sejumlah kecil orang2 yg mrpkn anggota kelompok” (WG 1997)
      • – pelaku tdk harus bermaksud utk menghancurkan seluruh kelompok ttp sebagian kecil saja sudah

    • Kelompok yg dilindungi:
      • – bangsa
      • – etnis
      • – ras
      • – pemeluk agama

      >Tdk termasuk kelompok pengguna bahasa, ekonomi, sosial, politik tertentu
    • “Stable” groups, constituted in a permanent fashion; dan yang keanggotaannya ditentukan oleh kelahiran (ICTR)

      Perbuatan genosida

    • – Membunuh anggota kelompok
    • – Mengakibatkan penderitaan berat thdp fisik / mental thdp anggota kelompok
    • – Meciptakan kondisi anggota kehidupan kelompok yg akan mengakibatkan kemusnahan sec fisik, baik seluruh / sebagian
    • – Memaksakan tindakan2 yg bertujuan mencegah kelahiran di dlm kelompok
    • – Memindahkan sec paksa anak2 dr kelompok tertentu ke kelompok lain

    • Hanya yang bersifat fisik & biologi, tdk yg kultural
    • “ethnic cleansing”?
      • – Tindakan yg memaksa anggota klp utuk meninggalkan tpt tinggalnya utk melarikan diri dr ancaman perlakuan yg kejam (Syrian proposal)
      • – Commission of experts ICTY: “termasuk

      KTK dan bisa disamakan dgn kejahatan perang yg spesifik”

    • – Kebijakan pembersihan etnis pd akhirnya memang bersifat genocidal (ICTY)
    • “maksud menhancurkan … dst”: spesifik hrs dilihat dr beratnya (gravity).
    • pembersihan etnis di Srebenica & sktr (pembunuhan masal klp muslim) setelah

      jatuhnya Srebenica thn 1995: ‘kekejaman yg

      (Karadzic and Mladic) sangat berbeda …’

    • Mensyaratkan kehendak khusus utk

      (Akayeshu) menghancurkan suatu klp.

    • “membunuh anggota kelompok”: sengaja & tdk sengaja
    • • Penurunan populasi Aborigin mel penguasaan /

      pengambilalihan hak atas tanah mrk bukan

      (Kevin Buzzacot v Hill & Downer, 1999) genosida

    • “Mengakibatkan penderitaan berat thdp fisik / mental anggota kelompok”
      • – Penderitaan tsb tdk usah bersifat permanen / tdk dpt disembuhkan (ICTR)
      • – Termasuk kekerasan seksual (ICTR)
      • – “penderitaan mental”: tdk yg sifatnya minor / temporer (Prepcom)
      Meciptakan kondisi anggota kehidupan klp yg akan mengakibatkan kemusnahan sec fisik, baik seluruh / sebagian

    • – ICC: “Dgn sengaja” (Deliberately)
    • – Termasuk deportasi:

      Membuat kelaparan • Mengurangi pelayanan kesehatan smp di bwh minimum • Mengurangi fasilitas hidup / • Pengusiran paksa •

      “mencegah kelahiran”

    • – Sterilisasi, aborsi paksa, pemisahan pria – wanita, menghambat perkawinan
    • – Instruksi utk melakukan tindakan yg bermaksud utk mencegah kelahiran (Eichmann)
    • – Melalui perkosaan yg sistematik

    • Menghasut terjadinya genosida:
      • – “direct and public incitement to commit genocide” (Art. 3 Genocide Convention) hrs dihukum.
      • – Melalui radio & televisi, media lain:

      >RTLM: “hrs lebih giat lagi, kuburan belum penuh!”
    • “kamu hrs membunuh Tutsi”
    • “gunakan senjata yg ada…”
    • Kita hrs berjuang utk memusnahkan suku orang-orang jahat ini, jangan ada pengungsi.
    • “Kita hrs membunuh mereka tidak ada jalan lain” Jean Kambanda & Akayeshu dihukum krn terbukti direct and public incitement to commit geno
    • “pemindahan paksa anak2”
      • – ICTR: tdk hanya perbuatan pemindahan yg langsung tetapi juga meliputi pengenaan sanksi ancaman atau

      Kenapa perlu ICC (International Criminal Court) ?

    • Mewujudkan keadilan universal / global
    • Mengakhiri impunitas
    • Menanggulangi kelemahan sistem ad hoc
    • Mengefektifkan hukum nasional
    • Mencegah konflik & Memelihara perdamaian

      S E K I A N

    T e r i m a K a s i

    h

Dokumen yang terkait

ALOKASI WAKTU KYAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DI YAYASAN KYAI SYARIFUDDIN LUMAJANG (Working Hours of Moeslem Foundation Head In Improving The Quality Of Human Resources In Kyai Syarifuddin Foundation Lumajang)

1 46 7

STUDI ANALISA PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI JAWA TIMUR

24 197 1

ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN PERJANJIAN BANGUN GUNA SERAH (BUILD OPERATE AND TRANSFER) OLEH PEMERINTAH DAERAH SERTA AKIBAT HUKUM BAGI INVESTOR YANG MENGALIHKAN HAK PENGELOLAAN KEPADA INVESTOR LAIN

3 64 161

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENGHAPUSAN ATAS MEREK DAGANG "SINKO" DARI DAFTAR UMUM MEREK OLEH DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (Studi Putusan Pengadilan Niaga No. 03/Merek/2001/PN.Jkt.Pst)

0 23 75

KAJIAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN TANAH PERDIKAN MENJADI HAK MILIK DI KELURAHAN TAMAN KECAMATAN TAMAN KOTA MADIUN SETELAH KELUARNYA UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA

2 44 14

KEKUATAN PEMBUKTIAN PERJANJIAN ADAT TERHADAP WANPRESTASI DALAM HAK NUMPANG KARANG (PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 110

1 42 17

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI SUMATERA SELATAN

3 52 68

TUGAS KULIAH TEKNIK REAKSI KIMIA I

0 32 4

PENGARUH ALOKASI PRO-POOR BUDGET TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DENGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) SEBAGAI VARIABEL MODERASI DITINJAU DARI EKONOMI SYARIAH Oleh: Meri Lustianah ABSTRAK - View of PENGARUH ALOKASI PRO-POOR BUDGET TERHADAP INDEKS

0 0 14