Ali TtphS Barisan and Deret

BARIS DAN DERET

OLEH:
ALI TUTUPOHO, SE., M.SI.

Oleh:
Ali
Tutupoho,
SE., M.Si.

1

BARIS DAN DERET
Pola dan Barisan
Bilangan

P
R
O
F
I

L

Barisan Arimatika dan
Barisan Geometri

Deret Aritmetika dan
Deret Geometri

Sifat-sifat Deret

2

POLA DAN BARISAN
BILANGAN

3

Pola Bilangan
Pola bilangan yaitu susunan angka-angka yang mempunyai pola-pola
tertentu. Misalnya pada kalender terdapat susunan angka" baik

mendatar, menurun, diagonal (miring).

Barisan Bilangan

4

1. Pola Garis Lurus dan Persegi Panjang

Garis Lurus

Persegi Panjang

Pola bilangan persegi
panjang :: 2, 6, 12, ...
Un = n(n+1)

2. Pola persegi

Pola bilangan persegi :: 1 , 4 , 9 , ... merupakan bilangan kuadrat dari bilangan
asli . Un= n2


5

3. Pola Segi tiga
(segitiga sama sisi)
Cara 1
Mengikuti pola berikut

Urutan1

Urutan2

CARA 2
Pola bilangan segitiga :: 1,
3, 6, 10, ... Un = n/2 (n+1)

Urutan3
6

4. Pola Kubus


• Pola kubus terbentuk dari bilangan kubik Un = n3

5. Pola bilangan ganjil dan genap

Bilangan kedua dan selanjutnya diperoleh dari bilangan sebelumnya ditambah dua.

7

a. Pola bilangan ganjil



Tetapkan angka 1 sebagai bilangan awal
Bilangan selanjutnya diperoleh dari bilangan sebelumnya ditambah dua

1

3


5
+2

+2

7

9

+2

+2

b. Pola bilangan genap



Tetapkan angka 2 sebagai bilangan awal
Bilangan selanjutnya diperoleh dari bilangan sebelumnya ditambah dua


2

4
+2

6
+2

8
+2

10
+2

8

6. Pola Bilangan Segitiga Pascal
1
1
2


1
1

1

1

3

4

1
3

6

1

4


1

Jumlah bilangan pada baris ke-n adalah Sn = 2 n-1

9

9. Pola Bilangan Fibonaci

1

1

+

2

+

3


+

8

5

+

+

...

+

10

Barisan Bilangan
• Barisan bilangan adalah sekumpulan bilangan yang telah
diurutkan menurut suatu aturan tertentu.

Un

U1

Barisan bilangan biasanya ditulis :

Suku Pertama

U1, U2,`U3, . . . . , Un

Dengan
U2

Suku ke-2

Un adalah suku ke – n

dan n = 1,2,3, . . .

Contoh : Barisan 0,2,4 berarti

U1 = 0, U2 = 2 , U3 = 4
Un

Suku ke - n

(menambahkan 2 pada suku
sebelumnya)

11

1. Menentukan Suku Berikutnya Suatu Barisan Bilangan

• Contoh:
• Tentukan tiga suku berikutnya dari barisan
bilangan 2, 5, 8, 11, . . .
Barisan 2, 5, 8, 11,. . .

3

3

3

U1 = 2
U2= 5 = 2 + 3
U3 = 8 = 5 +3
U4 = 11 = 8 +3
Maka barisan selanjutnya adalah (2, 5, 8 ,11, 14, 17, 20, . . .n +3)

12

2. Menentukan Suku Ke-n Suatu Barisan Bilangan

Un = f (n)
Pola tingkat satu satu barisan
bilangan berselisih tetap

Pola tingkat satu satu barisan
bilangan berasio tetap

Pola tingkat dua satu barisan
bilangan berselisih tetap
13

Pola tingkat satu satu barisan bilangan berselisih tetap (b)
U1

U2

U3

+b

U4

+b

+b

Un =?
Un = bn + (U1 - b)

Contoh :
Tentukan rumus suku ke-n dari barisan bilangan ganjil.
Barisan bilangan ganjil
1

3

+2

5

+2

Maka rumus suku ke-nnya adalah

7

+2

Un = bn + (U1 - b)

Un = ?

b=2
= Un =2n+(1-2) = 2n -1

14

Pola tingkat satu satu barisan bilangan berasio tetap
U1

U2

xr

U3

xr

U4

Un

=?

Un = rn x U1/r

xr

Contoh :
Tentukan suku ke-n dari barisan bilangan (1, 10, 100, 1000, . . . Un )
1

10

x10

1000

100

x10

x10

Rumus suku ke-n : Un = 10n x 1/10 = 10n -1

Un

=?

Tahapan pertama
dengan r=10
15

Pola tingkat dua satu barisan bilangan berselisih tetap
Suku ke-n dari barisan bilangan berselisih tetap pada pola tingkat dua
diberikan formula berikut :
Un = b/2 . n (n-1) + c
Dengan c = Suku ke-n barisan bilangan pola
b = Selisih tetap
Tuliskan suku ke-n dari barisan bilangan (3,6, 10, 15, 21, . . . )
Jawab:
3
6
10
15
21 U1 = 3=1/2 x 1 0 +3
U2 = 6 = ½ x 2x 1 +5
U3 = 10 = ½ x 3x2 + 7
U4 = 15= ½ x 4 x 3 +9
+3
+4
+5
+6
U5 = 21 = ½ x 5 x 4 +11
:
+1
+1
+1
:
Un = ½. n(n-1) +c
pola tingkat2, dengan b=1
16

LANJUTAN

Menentukan c yang berupa barisan bilangan yang
berpola tingkat satu
Barisan:
3
5
7
9 11
Pola tingkat 1, b= 2

+2

+2

+2

+2

C= 2n + (U1 - b) = 2n+(3-2)= 2n +1
Jadi, suku ke-n adalah:
Un = ½. n(n-1) +c
Un = ½. n(n-1) + 2n + 1
Un = ½ n2 – ½ n + 2n +1
Un = ½ n2 – 3/2 n +1
17

BARISAN ARIMATIKA DAN
BARISAN GEOMETRI

18

Barisan Arimatika atau Barisan
Hitung
Barisan Aretmatika

barisan bilangan yang tiap sukunya
diperoleh dari suku sebelumnya dengan cara
menambah atau mengurangi dengan suatu
bilangan tetap

Perhatikan baarisan U1, U2, U3, . . . . . .,Un-1, Un. Dari definisi di atas, diperoleh
hubungan sebagai berikut :
U1 = a
U2 = U1 + b = a + b
U3 = U2 + b = a + b + b = a + 2b
Un = a + (n – 1 )b
U4 = U3 + b = a + 2b + b = a + 3b
Dengan n = 1, 2, 3,..
.
.
.
Un = Un-1 + b = a + (n - 2)b + b = a + (n - 1)b
19

Bilangan b adalah suatu bilangan tetap yang sering disebut dengan beda. Penentuan
rumus beda dapat di uraikan sebagai berikut :
U2 = U1 + b => b = U2 - U1
U3 = U2 + b => b = U3 - U2
U4 = U3 + b => b = U4 - U3
.
.
.
Un = Un-1 + b => b = Un - Un-1
Dengan melihat nili b, kita dapat menentukan barisan aritmetika itu naik atau turun.

Bila b ˃ 0 maka barisan aritmetika itu naik
Bila b ˂ 0 maka barisan aritmetika itu turun

20

Contoh:
Tentukan suku ke sepuluh ( U10 ) dari barisan aritmetika berikut ini dan tulis jenis
barisan aritmetika tersebut.
a. 1, 3, 5, 7,. . . .
b. 4, 2, 0, -2,. . .
Jawab :
Gunakan rumus beda untuk menentukan suku ke sepuluh ( U10 ) dari masing-masing
barisan aritmetika.
a. Barisan 1, 3, 5, 7 . . .
berdasarkan rumus Un = U1 + (n – 1) . b diperoleh ..
U1 = 1
U2 = 3
U3 = 5
b = U2 - U1 = 2 b = U3 - U2 = 2
b = U4 - U3 = 2
karena b = 2 > 0 barisan aritmetika merupakan barisan naik.
U10 = U1 (10 - 1) . b
U10 = 1 + 9 . 2 = 19

21

b. Barisan 4, 2, 0, -2, . .
U1 = 4
; U2 = 2 ; U3 = 0 ; U4 = -2
b = U2 - U1 = - 2 ; b = U3 - U2 = -2 ; b = U4 - U3 = - 2
karena b = - 2 < 0 barisan aritmetika merupakan barisan turun, berdasarkan rumus
Un = U1 (n - 1) . b
U10 = 4 + (9 . (- 2) ) = - 14
Jadi, suku ke sepuluh barisan tersebut adalah -14

22

Barisan Geometri atau Barisan
Ukur
Barisan Geometri

barisan bilangan yang tiap sukunya
diperoleh dari suku sebelumnya dengan
mengalikan atau membagi dengan suatu
bilangan tetap

Misalkan, barisannya U1, U2, U3, . . . . . .,Un-1, Un, maka :
U1 = a
U2 = U1 . r = ar
U3 = U2 . r = ar2
U4 = U3 . r = ar3
Un = Un-1 . r = arn-1

23

Berdasarkan nilai rasio (r) kita dapat menentukan suatu barisan geometri naik atau
turun.

Bila r > 1 maka barisan geometri naik.
Bila 0 < r < 1 maka barisan geometri turun.

Contoh :
a. Tentukan suku ke delapan dari barisan geometri :

b. Tulliskan rumus suku ke – n dari barisan geometri :

24

Jawab:
a.

Jadi, suku kedelapan dari barisan geometri diatas adalah 729
b.

Jadi, suku ke-n dari barisan geometri di atas adalah

25

DERET ARITMETIKA DAN
DERET GEOMETRI

26

Deret Aritmetika atau Deret
Hitung
Deret bilangan

jumlah yang ditunjuk untuk sukusuku dari suatu barisan bilangan

Bentuk umum:

27

Contoh:

28

Deret aritmetika

jumlah suku yang ditunjukkan oleh
barisan aritmetika

Deret aritmetika

Rumus n suku pertama
deret aritmetika:

29

Contoh:

30

Deret Geometri atau Deret Ukur
Deret geometri

Barisan geometri:

jumlah suku-suku yang ditunjuk
oleh barisan geometri
Rumus n suku pertama
deret geometri:

Deret geometri:

31

Contoh:

32

33

SIFAT-SIFAT DERET

34

35

Contoh:

36

Sifat Dasar Deret Aritmetika

37

Contoh:

38

Selain kedua sifat di atas dapat pula kita turunkan beberapa sifat dari deret aritmatika
yang lain.
Perhatikan kembali formula suku ke-n berikut ini :

Dengan formula di atas dapat disusun kembali formula baru yang menyatakan
hubungan antara suatu suku dengan suku yang lainnya.
Memo

Secara umum dapat dituliskan:

7= 1+6
7=4+3
7=5+2
7=3+4

39

Contoh:

40

Sift Dasar Deret Geometri

41

Contoh:

42

Selain kedua sifat di atas dapat juga kita menemukan sifat-sifat yang lain dari deret
geometri.
Perhatikan Un = arn-1
Memo
Dengan formula itu didapat:
Lihat Indeks
U10 = ar9
U10 = (ar2) . r7= U3 . r7
10 = 1 + 9
U10 = (ar4 ). r7 = U5 . r5
10 = 3 + 7

10 = 5 + 5
Secara umum di tuliskan:

43

Contoh:

44

DAFTAR PUSTAKA
 Wilson Simangunsong. Matematika untuk SMP Kelas IX.
Erlangga

45

46

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Improving the VIII-B Students' listening comprehension ability through note taking and partial dictation techniques at SMPN 3 Jember in the 2006/2007 Academic Year -

0 63 87

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

The correlation intelligence quatient (IQ) and studenst achievement in learning english : a correlational study on tenth grade of man 19 jakarta

0 57 61

An analysis of moral values through the rewards and punishments on the script of The chronicles of Narnia : The Lion, the witch, and the wardrobe

1 59 47

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Transmission of Greek and Arabic Veteri

0 1 22