MAKALAH LENGKAP dasar2 manajemen pendidi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami Panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dari hasil diskusi kami kelompok 6, yang berjudul
“Mutu Pendidikan dan Permasalahannya”.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada segala pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bisa membantu bagi siapa saja yang membutuhkan
sedikit pengetahuan tentang Mutu Pendidikan dan Permasalahannya serta cara-cara untuk
meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Namun demikian makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk
perbaikan di masa yang akan datang.
Penyusun
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan bukanlah hal yang asing terdengar bagi masyarakat. Semua telah
sepakat bahwa pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Tapi dalam kenyataan kita
sering lupa bahwa pendidikan saat ini khususnya dari kualitasnya tidak sebagus
Negara-negara lain. Untuk mengantisipasinya perubahan-perubahan dan tantangan
yang semakin besar.
Maka lembaga pendidikan mengupayakan beberapa cara untuk meningkatkan
lulusan yang berkualitas. Segala keberhasilan pun tidak lepas dari segala kodisi.
Untuk mencapai keberhasilan meningkatkan mutu pendidikan maka kami membuat
makalah ini yang berjudul ‘Mutu Pendidikan dan Permasalahan’ yang akan
membahas upaya-upaya apa saja yang akan dilakukan untuk untuk pendidikan dan
bagaimana cara mengatasi permasalahan dalam pendidikan.
B. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui bahwa kualitas pendidikan di Indonesia perlu di tingkatkan agar siswa
dapat lebih maju dan tidak tertinggal oleh Negara-negra lainnya.
b. Mengetahui strategi apa yang harus di terapkan agar dapat mengatasi segala
permasalahan dalam pendidikan.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat bagi pengajar : Pengajar dapat mengetahui tentang mutu
pendidikan saat ini, permasalahannya dan cara mengatasi permasalahan
pendidikan tersebut. Maka, dalam hal ini pengajar dapat mengambil
bagian mengatasi permasalahan dalam pendidikan.
Manfaat bagi siswa : Siswa pun dapat mengetahui mutu pendidikan saat
ini, permasalahannya maupun cara mengatasi permasalahan tersebut.
Siswa dapat mengambil bagian dalam mengatasi permasalahan dalam
mutu pembelajaran saat ini melalui giat belajar.
BAB II. PEMBAHASAN
A. MUTU PENDIDIKAN
1. Pengertian
Pengertian mutu memiliki konotasi yang bermacam-macam tergantung orang yang
memakainya. Kata mutu diambil dari bahasa latin “Qualis” yang artinya what kind of
(tergantung dengan kata apa yang mengikutinya). Pengertian mutu sendiri menurut Deming ialah
kesesuaian dengan kebutuhan. Sedangkan menurut Juran, mutu ialah kecocokan dengan
kebutuhan. Sallis (2003) mengemukakan bahwa mutu adalah konsep yang absolut dan relatif.
Mutu yang absolut adalah mutu yang mempunyai idealisme tinggi dan berstandar tinggi yang
harus dipenuhi, dengan sifat produk bergengsi yang tinggi. Sedangkan mutu relatif adalah sebuah
alat yang sudah ditetapkan dan harus memenuhi standar yang telah dibuat.
Definisi pendidikan menurut undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional atau Sisdiknas, pasal 1 ( ayat 1 dan 4), bahwa “pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
akhlak mulia, pengendalian diri, kecerdasan, keperibadian, serta keterampilan yang diperlukan
untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan juga negara.” Menurut Sunario seperti dikutip Usman
(2006:7) potensi otak manusia yang digunakan untuk barpikir baru 4% .Jadi masih 96% dari otak
manusia yang belum digunakan untuk berpikir.
Sedangkan menurut Husaini Usman (2006:7), bahwa “Peserta didik adalah anggota dari
masyarakat yang berusaha mengambangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jenjang, jalur, dan jenis pendidikan.”
Mutu di bidang pendidikan meliputi 4 mutu input, proses, output, dan outcome, yaitu :
1. Input pendidikan dinyatakan bermutu apabila telah berproses.
2. Proses pendidikan bermutu jika mampu menciptakan suasana yang aktrif, kreatif dan juga
menyenangkan.
3. Output dinyatakan bermutu jika hasil belajar dalam bidang akademik dan nonakademik siswa
tinggi.
4. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji yang wajar,
dan semua pihak mengakui kehebatannya lulusannya dan merasa puas.
Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berperoses. Proses pendidikan bermutu apabila
mampu menciptakan suasana yang PAKEM (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan
Menyenangkan). Output dinyatakan bermutu apabila hasil belajar akademik dan nonakademik
siswa tinggi. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji
wajar, semua pihak mengakui kehebatannya lulusannya dan merasa puas (Usman, 2006 : 410).
Mutu dalam konteks manajemen mutu terpadu atau Total Quality Management (TQM) bukan
hanya suatu gagasan, tetapi suatu filosofi dan metodologi untuk membantu lembaga dalam
mengelola perubahan secara sistematik dan totalitas, melalui suatu perubahan visi, misi, nilai,
serta tujuan. Di dalam dunia pendidikan untuk menilai mutu lulusan suatu sekolah dilihat dari
keseuaian dalam kemampuan yang dimilikinya dengan tujuan yang telah ditetapkan di dalam
kurikulum.
Sedangkan menurut Hari Sudradjad (2005 : 17) pendidikan yang bermutu adalah pendidikan
yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan atau kompotensi, baik
kompetensi akademik maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal
dan sosial, serta nilai-nilai akhlak mulia, yang keseluruhannya merupakan kecakapan hidup (life
skill), lebih lanjut Sudradjat megemukakan pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu
menghasilkan manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau manusia dengan pribadi yang integral
(integrated personality) yaitu mereka yang mampu mengintegralkan iman, ilmu, dan amal.
Namun untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan, maka sekolah harus melaksanakan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang berorientasi pada peningkatan mutu.
2.
Karaktersitik Mutu Pendidikan
Husaini Usman (2006 : 411) mengemukakan 13 (tiga) belas karakteristik yang dimiliki oleh
mutu pendidikan yaitu :
Kinerja (performa) yakni berkaitan dengan aspek fungsional sekolah meliputi : kinerja
guru dalam mengajar baik dalam memberikan penjelasan meyakinkan, sehat dan rajin
mengajar, dan menyiapkan bahan pelajaran lengkap, pelayanan administratif dan edukatif
sekolah baik dengan kinerja yang baik setelah menjadi sekolah vaforit
Waktu wajar (timelines) yakni sesuai dengan waktu yang wajar meliputi memulai dan
mengakhiri pelajaran tepat waktu, waktu ulangan tepat.
Handal (reliability) yakni usia pelayanan bertahan lama. Meliputi pelayanan prima yang
diberikan sekolah bertahan lama dari tahun ke tahun, mutu sekolah tetap bertahan dan
cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Data tahan (durability) yakni tahan banting, misalnya meskipun krisis moneter, sekolah
masih tetap bertahan
Indah (aesteties) misalnya eksterior dan interior sekolah ditata menarik, guru membuat
media-media pendidikan yang menarik.
Hubungan manusiawi (personal interface) yakni menunjung tinggi nilai-nilai moral dan
profesionalisme. Misalnya warga sekolah saling menghormati, demokrasi, dan
menghargai profesionalisme.
Mudah penggunaanya (easy of use) yakni sarana dan prasarana dipakai. Misalnya aturanaturan sekolah mudah diterapkan, buku-buku perpustakaan mudah dipinjam di
kembalikan tepat waktu.
Bentuk khusus (feature) yakni keuggulan tertentu misalnya sekolah unggul dalam hal
penguasaan teknologi informasi (komputerisasi).
Standar tertentu (comformence to specification) yakniu memenuhi standar tertentu.
Misalnya sekolah tetlah memenuhi standar pelayanan minimal.
Konsistensi (concistency) yakni keajengan, konstan dan stabil, misalnya mutu sekolah
tidak menurun dari dulu hingga sekarang, warga sekolah konsisten dengan perkataanya.
Seragam (uniformity) yakni tanpa variasi, tidak tercampur. Misalnya sekolah
melaksanakan aturan, tidak pandang bulu, seragam dal berpakaian.
Mampu melayani (serviceability) yakni mampu memberikan pelayanan prima. Misalnya
sekolah menyediakan kotak saran dan saran-saran yang masuk mampu dipenuhi dengan
baik sehingga pelanggan merasa puas.
Ketepatan (acuracy) yakni ketepatan dalam pelayanan misalnya sekolah mampu
memberikan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan pelanggan sekolah.
Lebih lanjut Usman (2006 : 413) mengemukakan secara sederhana mutu memiliki 4 (empat)
karakteristik sebagai berikut :
Spesifikasi,
Jumlah,
Harga dan
Ketepatan waktu penyerahan.
Sedangkan ruang lingkup mutu meliputi :
Mutu produk,
Mutu biaya,
Mutu penyerahan dan
Mutu keselamatan.
B. KUALITAS PENDIDIKAN INDONESIA SEBAGAI SUATU REFLEKSI
Perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia telah berlangsung dalam empat era yaitu: 1). Era
kolonial, 2). Era Orde Lama, 3). Era Orde Baru. 4). Era Reformasi.
a. Era Kolonial
Pada jaman kolonial pendidikan hanya diberikan kepada para penguasa serta kaum feodal.
Pendidikan rakyat cukup diberikan untuk memenuhi kebutuhan dasar penguasa kolonial.
Pendidikan diberikan hanya terbatas kepada rakyat di sekolah-sekolah kelas 2 atau ongko loro
tidak diragukan mutunya. Para pemimpin nasional kita kebanyakan memperoleh pendidikan di
sekolah-sekolah kolonial bahkan beberapa mahasiswa yang dapat melanjutkan di Universitas
terkenal di Eropa.
b. Era Orde Lama
Masa revolusi pendidikan nasional mulai meletakkan dasar-dasarnya. Pada masa revolusi sangat
terasa serba terbatas, tetapi bangsa kita dapat melaksanakan pendidikan nasional sebagaimana
yang diamanatkan dalam UUD 1945. Kita dapat merumuskan Undang Undang Pendidikan No.
4/1950 junto no. 12/ 1954. Kita dapat membangun sistem pendidikan yang tidak kalah mutunya.
Pada Orde Lama sudah mulai diadakan ujian-ujian negara yang terpusat dengan sistem
kolonial yang serba ketat tetapi tetap jujur dan mempertahankan kualitas. Citra guru sebagai
pahlawan tanpa tanda jasa yang diciptakaan era Orde Baru sebenarnya telah dikembangkan pada
Orde Lama.
c. Era Orde Baru
Dalam era ini dikenal sebagai era pembangunan nasional. Dalam bidang pembangunan
pendidikan, khususnya pendidikan dasar terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan dengan
adanya INPRES Pendidikan Dasar. Tetapi sayang sekali INPRES Pendidikan Dasar belum
ditindaklanjuti dengan peningkatan kualitas tetapi baru kuantitas. Oleh sebab itu era Orde Baru
pendidikan telah dijadikan sebagai indikator palsu mengenai keberhasilan pemerintah dalam
pembangunan.
d. Era Reformasi
Indonesia sejak tahun 1998 merupakan era transisi dengan tumbuhnya proses demokrasi.
Demokrasi juga telah memasuki dunia pendidikan nasional antara lain dengan lahirnya UndangUndang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam bidang pendidikan
bukan lagi merupakan tanggung jawab pemerintah pusat tetapi diserahkan kepada tanggung
jawab pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang – Undang No 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, hanya beberapa fungsi saja yang tetap berada di tangan pemerintah pusat.
Perubahan dari sistem yang sentralisasi ke desentralisasi akan membawa konsekuensikonsekuensi yang jauh di dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.
Sistem Pendidikan Nasional Era Reformasi yang diatur dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 diuraikan dalam indikator-indikator akan keberhasilan atau kegagalannya, maka
lahirlah Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang
kemudian dijelaskan dalam Permendiknas RI.
Dunia pendidikan sekarang ini bukan merupakan pemersatu bangsa tetapi merupakan suatu ajang
pertikaian dan persemaian manusia-manusiaa yang berdiri sendiri dalam arti yang sempit,
mementingkan diri dan kelompok.
Menurut H.A.R. Tilaar, hal tersebut disebabkan adanya dua kekuatan besar yaitu kekuatan
politik dan kekuatan ekonomi.
Kekuatan Politik :
Pendidikan masuk dalam subordinasi dari kekuatan-kekuatan politik praktis, yang berarti
pendidikan telah dimasukkan ke dalam perebutan kekuasaan partai-partai politik, untuk
kepentingan kekuatan golongannya.
Kekuatan Ekonomi:
Manusia Indonesia tidak terlepas dari modernisasi seperti teknologi informasi dan teknologi
komunikasi.
Demi mencapai efisiensi dan kualitas pendidikan maka disusunlah beberapa upaya
standardisasi. Untuk usaha tersebut maka muncul konsep-konsep seperti : Ujian Nasional.
C. PERMASALAHAN MUTU PENDIDIKAN
Seiring perkembangan zaman yang sangat cepat dan modern membuat dunia pendidikan semakin
penuh dengan dinamika, Di Indonesia sendiri dinamika itu tampak dari tidak henti-hentinya
sejumlah masalah yang melingkupi dunia pendidikan. Permasalahan-permasalahn yang
melingkupi dunia pendidikan kita saat ini menurut Suryati Sidharto (Dirto Hadisusanto, Suryati
Sidharto, dan Dwi Siswoyo, 1995), problem yang dihadapi bangsa Indonesia mencakup lima
pokok problem, yaitu: Pemerataan Pendidikan, Daya Tampung Pendidikan, Relevansi
Pendidikan, Kualitas/Mutu Pendidikan, dan Efisiensi & Efektifitas Pendidikan (Memahami
Pendidikan & Ilmu Pendidikan, Arif Rohman, Hal: 245).
Mutu pendidikan merupakan cerminan dari mutu sebuah bangsa. Manakala mutu
pendidikannya bagus, maka bagus pula kualitas peradaban bangsa tersebut. Untuk itu
seyogyanya masalah mutu pendidikan harus menjadi perhatian serius Pemerintah sebagai
pembuat kebijakan. Tentu dalam pengimplementasian-nya upaya peningkatan mutu pendidikan
menjadi tanggungjawab kita bersama, dan bukan hanya Pemerintah.
Menurut Achmad , mutu pendidikan di sekolah dapat diartikan sebagai kemampuan sekolah
dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan
dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut
norma/standar yang berlaku. Engkoswara melihat mutu/keberhasilan pendidikan dari tiga sisi;
yaitu: prestasi, suasana, dan ekonomi.
Hasil belajar yang bermutu hanya bisa dicapai melalui proses belajar yang bermutu pula. Dan
proses belajar yang bermutu membutuhkan SDM serta biaya yang relative besar. Pemerintah pun
akhirnya mengambil langkah awal mengeluarkan kebijakan sertifikasi guru,dengan dalih
peningkatan kesejahteraan guru/pendidik. Setelah para guru/pendidik sejahtera diharapkan
mampu memacu semangat keprofesionalan mereka dalam mengajar dan mendidik para peserta
didik.
Program sertifikasi guru yang ada saat ini belum menampakkan dampak pada peningkatan
mutu pendidikan secara umum. Ini tentu perlu menjadi perhatian dan sebagai bahan evalusi oleh
Pemerintah khususnya dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Dan pada akhirnya
perlu kita sadari bersama bahwa upaya peningkatan mutu/kualitas pendidikan di negeri ini tidak
akan pernah berhasil tanpa dukungan dari seluruh komponen bangsa. Mari kita dukung segala
upaya yang positif demi perbaikan mutu/kualitas pendidikan kita.
D. PERMASALAHAN MUTU PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
Dalam perspektif Pembangunan Pendidikan Nasional, pendidikan harus lebih berperan dalam
membangun seluruh potensi manusia agar menjadi subyek yang berkembang secara optimal dan
bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan nasional.
Dalam konteks demikian, pembangunan pendidikan itu mencakup berbagai dimensi yang sangat
luas yang meliputi dimensi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Dalam perspektif sosial,
pendidikan akan melahirkan insan-insan terpelajar yang mempunyai peranan penting dalam
proses perubahan sosial di dalam masyarakat. Dalam perspektif budaya, pendidikan merupakan
wahana penting dan medium yang efektif untuk mengajarkan norma, mensosialisasikan nilai,
dan menanamkan etos di kalangan warga masyarakat. Dalam perspektif politik, pendidikan harus
mampu mengembangkan kapasitas individu untuk menjadi warga negara yang baik (good
citizens), yang memiliki kesadaran akan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan
bermasyarakat , berbangsa, dan bernegara. Karena itu, pendidikan harus dapat melahirkan
individu yang memiliki visi dan idealisme untuk membangun kekuatan bersama sebagai bangsa.
Dalam tiga tahun mendatang, pembangunan pendidikan nasional di Indonesia masih dihadapkan
pada berbagai tantangan serius, terutama dalam upaya meningkatkan kinerja yang mencakup (a)
pemerataan dan perluasan akses; (b) peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; (c) penataan
tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik; dan (d) peningkatan pembiayaan. Dalam upaya
meningkatkan kinerja pendidikan nasional, diperlukan suatu reformasi menyeluruh yang telah
dimulai dengan kebijakan desentralisasi dan otonomi pendidikan sebagai bagian dari reformasi
politik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
E. KENDALA DAN SOLUSI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Dengan melihat masalah mutu pendidikan yang rupanya sudah sangat menggelitik dunia
pendidikan dewasa ini. Bukan saja bagi para professional, juga bagi masyarakat luas pun
terdapat suatu gerakan yang menginginkan adanya perubahan sekarang juga dalam hal usaha
peningkatan mutu atau mutu pendidikan.
a. Kendala Peningkatan Mutu Pendidikan
Kendala peningkatan mutu pendidikan ini, perlu di teliti dan di cermati agar kelak bangsa
Indonesia dapat meningkatkan mutu pendidikan dengan lancar dan dapat bersaing di Era
Globalisasi.
Menurut pendapat para ahli pendidikan tentang kendala peningkatan mutu pendidikan, yaitu:
1. Menurut DR. Soedijarto, MA bahwa rendahnya mutu atau mutu pendidikan di samping
disebabkan oleh karena pemberian peranan yang kurang proporsional terhadap sekolah, kurang
memadainya perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan system kurikulum, dan penggunaan
prestasi hasil belajar secara kognitif sebagai satu-satunya indikator keberhasilan pendidikan, juga
disebabkan karena system evaluasi tidak secara berencana didudukkan sebagai alat pendidikan
dan bagian terpadu dari system kurikulum.
2. Secara umum, Edward Sallis (1984) dalam Total Quality Management in Education
menyebutkan, kondisi yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan dapat berasal dari
berbagai macam sumber, yaitu miskinnya perancangan kurikulum, ketidak cocokan pengelolaan
gedung, lingkungan kerja yang tidak kondusif, ketidaksesuaian system dan prosedur
(manajemen), tidak cukupnya jam pelajaran, kurangnya sumber daya, dan pengadaan staf.
Sedangkan menurut laporan Bank Dunia, terdapat empat factor yang diidentifikasi menjadi
kendala mutu atau mutu pendidikan di Indonesi, yaitu:
a. Kompleksitas pengorganisasian pendidikan antara Depdiknas (bertanggung jawab dalam hal
materi pendidikan, evaluasi buku teks dan kelayakan bahan-bahan ajar) dan Depagri dalam
bidang (ketenagaan, sumber daya material, dan sumber daya lainnya). Di samping itu,
Departemen Agama bertanggung jawab dalam membina dan mengawasi sekolah-sekolah
keagamaan negeri maupun swasta. Dualisme ini berakibat fatal karena rancunya pembagian
tanggung jawab dan peranan manajerial, keterlambatan dan terpilahnya system pembiayaan,
serta perebutan kewenangan atas guru.
b. Praktik manajemen yang sentralistik pada tingkat SLTP. Pembiayaan dan perencanaan oleh
pemerintah pusat yang melibatkan banyak departemen. Hal ini menghambat pencapaiaan tujuan
wajib belajar pendidikan dasar.
c. Praktik penganggaran yang terpecah dan kaku. Kompleksitas organisasi yang menyiapkan
anggaran pembangunan menjadi rumitnya pengelolaan pendidikan. Bappenas, Depdiknas, dan
Depagri, termasuk Depag, dalam menyiapkan anggaran pendidikan. Akibatnya, hal ini
menimbulkan dampak negatif, yaitu tidak adanya tanggung jawab yang jelas antar unit, tidak ada
evaluasi reguler terhadap kebutuhan riil, dan tidak ada jaminan dana yang dialokasikan secara
benar dan merata.
d. Manajemen sekolah yang tidak efektif. Sebagai pelaku utama, kepala sekolah banyak yang
kurang mampu melakukan peningkatan mutu sekolahnya karena tidak dilengkapi dengan
kemampuan kepemimpinan dan manajerial yang baik. Pelatihan yang kurang dan rekruitmen
kepala sekolah yang belum didasarkan atas kemampuan memimpin dan profesionalitas.
b. Solusi Peningkatan Mutu Pendidikan
Dalam rangka peningkatan mutu atau mutu pendidikan, telah dilakukan berbagai kegiatan
diantaranya adalah:
a. Pengembangan kurikulum termasuk cara penyajian pelajaran dan system study pada
umumnya.
b. Pengadaan buku-buku pelajaran pokok untuk murid serta buku pedoman guru sekolah dasar
dan sekolah-sekolah lanjutan, buku-buku pelajaran kejuruan dan tehnik untuk sekolah-sekolah
yang memerlukannya dan buku-buku perpustakaan dalam berbagai bidang study pada
pendidikan tinggi.
c. Pengadaan alat-alat peraga dan alat-alat pendidikan lainnya pada sekolah dasar (SD), TK, dan
SLB, laboratorium IPA dan SMP&SMA, fasilitas dan perlengkapan latihan dan praktik pada
sekolah-sekolah kejuruan dan tehnik serta laboratorium untuk berbagai bidang ilmu pendidikan
untuk Perguruan Tinggi.
d. Penataran guru-guru dan dosen
e. Pengadaan buku bacaan yang sehat dan bermutu melalui perpustakaan sekolah.
Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah,
antara lain:
1. Peserta Didik
2. Pendidik
3. Sarana dan Prasarana
4. Lingkungan
1.Peserta Didik
Dalam kaitannya dengan pendidikan, peserta didik merupakan suatu factor atau komponen
dalam pendidikan. Karena itu pembinaan terhadap anak harus dilaksanakan secara terus menerus
kearah kematangan dan kedewasaan. Dengan memahami karakteristik peserta didik di atas, maka
diharapkan guru mampu melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik sehingga tercipta
peningkatan mutu pendidikan yang diinginkan oleh sekolah.
2.Pendidik
Masalah mutu pendidikan, rupanya sudah sangat menggelitik dunia pendidikan dewasa ini.
Bukan saja bagi para professional, juga bagi masyarakat luas terdapat suatu gerakan yang
menginginkan adanya perubahan sekarang juga dalam hal usaha peningkatan mutu atau mutu
pendidikan.
Dengan melihat keadaan mutu pendidikan yang rendah, maka telah diupayakan usaha-usaha
dalam meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan
sasaran sentralnya yang dibenahi adalah mutu guru dan mutu pendidikan guru.
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, maka perlu kiranya dilakukan kegiatan-kegiatan
dalam usaha peningkatan mutu guru, yaitu:
a. Absensi dan Kedisiplinan Guru
Hal ini sangat menentukan mutu pendidikan guru, karena absensi dan kedisiplinan guru sangat
berpengaruh demi kelancaran proses belajar mengajar. Dan bagi guru hendaknya selalu
mempunyai komitmen sebagai pendidik untuk meningkatkan mutu pendidikan.
b. Membentuk Teacher Meeting
Teacher Meeting dapat diartikan dengan pertemuan atau rapat guru yang merupakan salah satu
teknik supervisi dalam rangka usaha memperbaiki situasi belajar mengajar di sekolah.
c. Mengikuti Penataran
Penataran merupakan salah satu saran yang tepat untuk meningkatkan mutu guru terutama dalam
hal kemampuan profesionalisme.
Kegiatan penataran tersebut dimaksudkan untuk:
i. Mempertinggi mutu petugas dalam bidang profesinya masing-masing
ii. Meningkatkan efisiensi kerja menuju ke arah tercapainya hasil
d. Mengikuti Kursus Pendidikan
Dengan mengikuti kursus akan menambah wawasan dan pengetahuan guru. Hal ini juga akan
dapat meningkatkan profesionalisme guru lebih bermutu.
e. Mengadakan Lokakarya atau Workshop
Lokakarya atau Workshop merupakan suatu kegiatan pendidikan “in-service” dalam rangka
pengembangan profesionalisme tenaga-tenaga kependidikan.
Lokakarya merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan bekerja
bersama-sama baik mengenai masalah teoritis maupun praktis, dengan maksud untuk
meningkatkan mutu hidup pada umumnya serta mutu dalam hal pekerjaan.
Dengan adanya lokakarya ini, guru diharapkan akan memperoleh pengalaman baru dan dapat
menumbuhkan daya kreatifitas serta dapat memproduksi hasil yang berguna dari proses belajar
mengajar.
f. Mengadakan Studi Tour
Kegiatan seperti ini biasanya dilakukan oleh guru-guru yang mengajar mata pelajaran yang
sejenis dan berkumpul bersama untuk mempelajari masalah dari pelajaran tersebut, atau
sejumlah ilmu pengetahuan yang lain.
3.Sarana dan Prasarana
Berbicara tentang sarana dan prasarana, maka pengertian ini tidak hanya menyangkut
gedungnya, akan tetapi termasuk juga berbagai komponen dan fasilitas yang terdapat di sekolah
tersebut. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai dapat menunjang proses belajar
mengajar sehingga mampu meningkatkan mutu pendidikan.
Sarana pendidikan merupakan semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara
langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sarana merupakan komponen yang
sangat penting dalam setiap aktifitas pendidikan, maka keberadaannya merupakan factor penting
dalam usaha untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Sedangkan pengertian
sarana atau alat adalah hal yang tidak saja memuat kondisi-kondisi yang memungkinkan
terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi alat pendidikan itu telah mewujudkan diri sebagai
perbuatan atau situasi, dengan perbuatan dan situasi mana, dicita-citakan dengan tegas, untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Prasarana pendidikan di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu: Pertama,
prasarana pendidikan yang secara langsung di gunakan untuk proses belajar mengajar, seperti:
ruang perpustakaan, ruang teori, ruang praktek keterampilan, ruang laboratorim. Kedua,
prasarana pendidikan yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar belajar, tetapi
sangat menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar seperti: ruang kantor, kantor sekolah,
tanah dan jalan menuju sekolah, kamar keci, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang
kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.
4. Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah segala sesuatu yang berada di luar diri manusia,
baik berwujud makhluk hidup maupun yang mati. Termasuk di dalam lingkungan ini adalah
manusia, hewan, tumbuhan-tumbuhan, keadaan geografis, buku-buku, gambar/lukisan, dan hasil
hasil budaya manusia lainnya. Semua ini berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian
peserta didik sebagai makhluk hidup.
Lingkungan ada dua macam, lingkungan fisik dan lingkungan social. Lingkungan fisik yakni
suasana dan keadaan berlangsungnya pendidikan. Sedangkan lingkungan social yakni iklim dan
suasana kependidikan. Iklim yang kondusif akan memudahkan pencapaian tujuan pendidikan.
F. MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Dalam upaya peningkatan SDM, peranan pendidikan cukup menonjol. Oleh karena itu
sangat penting bagi pembangunan nasional untuk memfokuskan peningkatan mutu pendidikan.
Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada sekolah yang bermutu, dan sekolah yang bermutu
akan menghasilkan SDM yang bermutu pula.
Berkaitan dengan mutu, Joseph. M. Juran yang pikiran-pikirannya begitu terkenal dan
berpengaruh di Jepang sehingga pada tahun 1981 dia dianugerahi Order of the Sacred Treasure
oleh Kaisar Jepang, mengemukakan bahwa 85% dari masalah-masalah mutu terletak pada
manajemen (pengelolaan), oleh sebab itu sejak dini manajemen haruslah dilaksanakan seefektif
dan seefisien mungkin. (M. Jusuf Hanafiah dkk, 1994:101). Salah satu bentuk manajemen yang
berhasil dimanfaatkan dalam dunia industri dan bisa diadaptasi dalam dunia pendidikan adalah
TQM (total quality management) pada sistem pendidikan yang sering disebut sebagai: Total
Quality Management in Education (TQME).
1. Konsep Manajemen Peningkatan Mutu Pada Industri Modern
Manajemen sekolah seyogyanya memahami pula perkembangan manajemen sistem industri
modern, sehingga mampu mendesain, menerapkan, mengendalikan, dan meningkatkan kinerja
sistem pendidikan yang memenuhi kebutuhan manajemen sistem industri modern.
Total quality manajement merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang
mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas
produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya.
Agar peningkatan proses industri dapat berjalan secara konsisten, maka dibutuhkan
manajemen sistem industri, yang pada umumnya akan dikelola oleh lulusan perguruan tinggi.
2. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah
Ada tiga faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu : kebijakan dan penyelenggaraan
pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function atau input-input
analisis yang tidak consisten; 2) penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik; 3)
peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat
minim (Husaini Usman, 2002).
Untuk merealisasikan kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam
meningkatkan mutu pendidikan untuk mengembangkan SDM maka sekolah perlu melakukan
manajemen peningkatan mutu. Manajemen Peningkatan Mutu (MPM) ini merupakan suatu
model yang dikembangkan di dunia pendidikan, seperti yang telah berjalan di Sidney, Australia
yang mencakup : a) School Review, b) Quality Assurance, dan c) Quality Control, dipadukan
dengan model yang dikembangkan di Pittsburg, Amerika Serikat oleh Donald Adams, dkk. Dan
model peningkatan mutu sekolah dasar yang dikembangkan oleh Sukamto, dkk. Dari IKIP
Yogyakarta (Hand Out, Pelatihan calon Kepala Sekolah).
Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu yang bertumpu
pada sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan
data kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen sekolah untuk secara
berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi
kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
Manajemen Peningkatan Mutu memiliki prinsip :
1.Peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah
2.Peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik
3.Peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik bersifat kualitatif maupun
kuantitatif
4.Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di sekolah
5.Peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada siswa,
orang tua dan masyarakat. (Hand out, pelatihan calon kepala sekolah :2000)
3. Manajemen Mutu Terpadu Di Sekolah
Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan yang termuat dalam buku Panduan
Manajemen Sekolah (2000: 191) adalah 1) siswa : kesiapan dan motivasi belajarnya, 2) guru :
kemampuan profesional, moral kerjanya (kemampuan personal), dan kerjasamanya (kemampuan
social). 3) kurikulum : relevansi konten dan operasionalisasi proses pembelajarannya, 4) dan,
sarana dan prasarana : kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran, 5)
Masyarakat (orang tua, pengguna lulusan, dan perguruan tinggi) : partisipasinya dalam
pengembangan program-program pendidikan sekolah. Mutu komponen-komponen tersebut di
atas menjadi fokus perhatian kepala sekolah.
Adapun prinsip dari MMT dalam buku tersebut yaitu selama ini sekolah dianggap sebagai
suatu Unit Produksi, dimana siswa sebagai bahan mentah dan lulusan sekolah sebagai hasil
produksi. Dalam MMT sekolah dipahami sebagai Unit Layanan Jasa, yakni pelayanan
pembelajaran.
Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah ) adalah: 1)
Pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi, 2) Pelanggan
eksternal terdiri atas : pelanggan primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah dan
masyarakat), pelanggan tertier (pemakai/penerima lulusan baik diperguruan tinggi maupun dunia
usaha).
G. UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU UNTUK MENINGKATKAN
MUTU PENDIDIKAN.
Mutu pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang menentukan martabat atau kemajuan
suatu bangsa. Dengan mencermati mutu pendidikan suatu bangsa/negara, seseorang akan dapat
memperkirakan peringkat negara tersebut di antara negara-negara di dunia. Oleh karena itulah,
bangsa yang maju akan selalu menaruh perhatian besar terhadap dunia pendidikannya, dengan
melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
KINERJA adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Sedangkan KINERJA GURU adalah persepsi guru terhadap prestasi kerjanya yang berkaitan
dengan kualitas kerja, tanggung jawab, kejujuran, dan kerjasama.
Menerima kehadiran baru dengan baik; Memberi tugas mengajar sesuai dengan bidang dan
kompetensi yang dikuasi olehguru baru; Melakukan supervisi administrasi dan akedemik
terhadap guru sebagai bahan perbaikan dan menentukan kebijakan; Melukukan pembinaan baik
bersifat administratif, akademik, maupun karier guru; Memberi kesempatan pada guru untuk
mengikuti pelatihan akademik Memberi reward (penghargaan) pada guru yang berprestasi dan
memberikan hukuman pada guru yang malas dan bermasalah; Membentuk ikatan keluarga di
sekolah masing-masing dengan pertemuan dilaksanakan di rumah anggota ikatan keluarga.
Guru adalah salah satu komponen pendidikan yang memegang peran penting dalam
keberhasilan pendidikan, guru diharapkan mampu memainkan peran sebagai guru yang ideal.
Masyarakat mengharapkan agar ‘guru’ menjadi sosok yang dapat ‘digugu’ dan ‘ditiru’. PERAN
KEPALA SEKOLAH PEMBERIAN KOMPENSASI KEDISIPLINAN GURU
PENGEMBANGAN SDM.
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat kami simpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan rendahnya mutu SDM pada era otomomi daerah dan menyongsong era global,
maka perlu bagi pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional. Dalam perbaikan
mutu pendidikan tersebut manajemen mutu yang diadaptasi dari Total Quality Management
yang ada Industri Modern, layak untuk diadaptasai dalam Manajemen Pendidikan. Pada
prinsipnya manajemen mutu ini berbasis sekolah memberdayakan semua komponen sekolah, dan
sekolah sebagai unit produksi yang melayani siswa, orang tua, pihak pemakai/penerima lulusan,
dan guru/karyawan.
2. Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu adalah sikap
mental para pengelola pendidikan, tidak adanya tindak lanjut dari evaluasi program, gaya
kepemimpinan yang tidak mendukung, kurangnya rasa memiliki para pelaksana pendidikan.
Dan belum membudayanya prinsip melakukan sesuatu secara benar dari awal. Kendala-kendala
itu disebabkan oleh adanya kepemimpinan yang tidak berjiwa entrepeneur dan tidak tangguh,
adanya sentralistrik manajemen pendidikan, dan rendahnya etos kerja apara pengelola,
kurangnya melibatkan semua pihak untuk berpartisipasi.
3. Mutu pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang menentukan martabat atau kemajuan
suatu bangsa. Dengan mencermati mutu pendidikan suatu bangsa/negara, seseorang akan dapat
memperkirakan peringkat negara tersebut di antara negara-negara di dunia. Guru adalah salah
satu komponen pendidikan yang memegang peran penting dalam keberhasilan pendidikan, guru
diharapkan mampu memainkan peran sebagai guru yang ideal. Salah satu cara meningkatkan
mutu pendidikan adalah memperbaiki kinerja guru. Kinerja guru adalah persepsi guru terhadap
prestasi kerja guru yang berkaitan dengan kualitas kerja, tanggung jawab, kejujuran, kerjasama
dan prakarsa. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru antara lain adalah peran
kepemimpinan kepala sekolah, pemberian kompensasi, kedisiplinan guru, dan pengembangan
Sumber Daya Guru (SDM).
B. Saran
Dari kesimpulan tersebut penulisan ini perlu kami sarankan :
1. Manajemen Peningkatan Mutu kebanyakan hanya diketahui oleh kepala sekolah, dan calon
kepala sekolah. Disarankan agar hal ini disebarluaskan dan betul-betul bisa dilaksanakan di
sekolah-sekolah.
2. Perlu ditingkatkan etos kerja, motivasi, kerjasama tim, moral kerja yang baik, punya rasa
memiliki, mau bekerja keras agar Manajemen Mutu Pendidikan dapat terlaksana secara optimal
sehingga mampu menghasilkan Mutu SDM. Disamping itu diperlukan seorang kepala sekolah
yang berjiwa pemimpin dengan visi yang baik.
3. Bagi kita warga negara Indonesia, kita wajib menentukan martabat atau kemajuan bangsa
kita yaitu dengan meningkatkan mutu pendidikan Kita. Karna mutu pendidikan menentukan
peringkat negara kita diantara negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000. Panduan Manajemen Sekolah, Depdiknas, Dikmenum
Anonim, 2000. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan/Kultur Sekolah, Depdiknas, hand
out pelatihan calon kepala sekolah, Direktorat Sekolah lanjutan Pertama, 2000
Gaspersz, Vincent. 2000. Penerapan Total Management In Education (TQME) Pada Perguruan
Tinggi di Indonesia, Jurnal Pendidikan (online), Jilid 6, No. 3 (http://www.ut.ac.id diakses 20
Januari 2001).
Hanafiah, M. Jusuf, dkk, 1994. Pengelolaan Mutu Total Pendidikan Tinggi, Badan Kerjasama
Perguruan Tinggi Negeri
Nasution, MN, 2000. Manajemen Mutu Terpadu, Ghalia Indonesia, Jakarta
Slamet, PH. 2000. Karakteristik Kepala Sekolah Yang Tangguh, Jurnal Pendidikan, Jilid 3, No. 5
(online) (http://www.ut.ac.id diakses 20 Januari 2001).
Usman, Husaini, Peran Baru Administrasi Pendidikan dari Sistem Sentralistik Menuju Sistem
Desentralistik, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Februari 2001, Jilid 8, Nomor 1.
http://gracesmada.wordpress.com/mutu-pendidikan-indonesia/
http://www.slideshare.net/chomandou/upaya-peningkatan-kinerja-guru-untuk-meningkatkanmutu-pendi...
http://www.geocities.ws/guruvalah/Manaj_Pening_Mutu_Pend.html
Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktek Dan Riset Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2006.
Suderadjat, Hari, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Peningkatan Mutu
Pendidikan Melalui Implementasi KBK, Bandung : Cipta Lekas Garafika, 2005.
Puji dan syukur kami Panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dari hasil diskusi kami kelompok 6, yang berjudul
“Mutu Pendidikan dan Permasalahannya”.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada segala pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bisa membantu bagi siapa saja yang membutuhkan
sedikit pengetahuan tentang Mutu Pendidikan dan Permasalahannya serta cara-cara untuk
meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Namun demikian makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk
perbaikan di masa yang akan datang.
Penyusun
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan bukanlah hal yang asing terdengar bagi masyarakat. Semua telah
sepakat bahwa pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Tapi dalam kenyataan kita
sering lupa bahwa pendidikan saat ini khususnya dari kualitasnya tidak sebagus
Negara-negara lain. Untuk mengantisipasinya perubahan-perubahan dan tantangan
yang semakin besar.
Maka lembaga pendidikan mengupayakan beberapa cara untuk meningkatkan
lulusan yang berkualitas. Segala keberhasilan pun tidak lepas dari segala kodisi.
Untuk mencapai keberhasilan meningkatkan mutu pendidikan maka kami membuat
makalah ini yang berjudul ‘Mutu Pendidikan dan Permasalahan’ yang akan
membahas upaya-upaya apa saja yang akan dilakukan untuk untuk pendidikan dan
bagaimana cara mengatasi permasalahan dalam pendidikan.
B. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui bahwa kualitas pendidikan di Indonesia perlu di tingkatkan agar siswa
dapat lebih maju dan tidak tertinggal oleh Negara-negra lainnya.
b. Mengetahui strategi apa yang harus di terapkan agar dapat mengatasi segala
permasalahan dalam pendidikan.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat bagi pengajar : Pengajar dapat mengetahui tentang mutu
pendidikan saat ini, permasalahannya dan cara mengatasi permasalahan
pendidikan tersebut. Maka, dalam hal ini pengajar dapat mengambil
bagian mengatasi permasalahan dalam pendidikan.
Manfaat bagi siswa : Siswa pun dapat mengetahui mutu pendidikan saat
ini, permasalahannya maupun cara mengatasi permasalahan tersebut.
Siswa dapat mengambil bagian dalam mengatasi permasalahan dalam
mutu pembelajaran saat ini melalui giat belajar.
BAB II. PEMBAHASAN
A. MUTU PENDIDIKAN
1. Pengertian
Pengertian mutu memiliki konotasi yang bermacam-macam tergantung orang yang
memakainya. Kata mutu diambil dari bahasa latin “Qualis” yang artinya what kind of
(tergantung dengan kata apa yang mengikutinya). Pengertian mutu sendiri menurut Deming ialah
kesesuaian dengan kebutuhan. Sedangkan menurut Juran, mutu ialah kecocokan dengan
kebutuhan. Sallis (2003) mengemukakan bahwa mutu adalah konsep yang absolut dan relatif.
Mutu yang absolut adalah mutu yang mempunyai idealisme tinggi dan berstandar tinggi yang
harus dipenuhi, dengan sifat produk bergengsi yang tinggi. Sedangkan mutu relatif adalah sebuah
alat yang sudah ditetapkan dan harus memenuhi standar yang telah dibuat.
Definisi pendidikan menurut undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional atau Sisdiknas, pasal 1 ( ayat 1 dan 4), bahwa “pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
akhlak mulia, pengendalian diri, kecerdasan, keperibadian, serta keterampilan yang diperlukan
untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan juga negara.” Menurut Sunario seperti dikutip Usman
(2006:7) potensi otak manusia yang digunakan untuk barpikir baru 4% .Jadi masih 96% dari otak
manusia yang belum digunakan untuk berpikir.
Sedangkan menurut Husaini Usman (2006:7), bahwa “Peserta didik adalah anggota dari
masyarakat yang berusaha mengambangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jenjang, jalur, dan jenis pendidikan.”
Mutu di bidang pendidikan meliputi 4 mutu input, proses, output, dan outcome, yaitu :
1. Input pendidikan dinyatakan bermutu apabila telah berproses.
2. Proses pendidikan bermutu jika mampu menciptakan suasana yang aktrif, kreatif dan juga
menyenangkan.
3. Output dinyatakan bermutu jika hasil belajar dalam bidang akademik dan nonakademik siswa
tinggi.
4. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji yang wajar,
dan semua pihak mengakui kehebatannya lulusannya dan merasa puas.
Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berperoses. Proses pendidikan bermutu apabila
mampu menciptakan suasana yang PAKEM (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan
Menyenangkan). Output dinyatakan bermutu apabila hasil belajar akademik dan nonakademik
siswa tinggi. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji
wajar, semua pihak mengakui kehebatannya lulusannya dan merasa puas (Usman, 2006 : 410).
Mutu dalam konteks manajemen mutu terpadu atau Total Quality Management (TQM) bukan
hanya suatu gagasan, tetapi suatu filosofi dan metodologi untuk membantu lembaga dalam
mengelola perubahan secara sistematik dan totalitas, melalui suatu perubahan visi, misi, nilai,
serta tujuan. Di dalam dunia pendidikan untuk menilai mutu lulusan suatu sekolah dilihat dari
keseuaian dalam kemampuan yang dimilikinya dengan tujuan yang telah ditetapkan di dalam
kurikulum.
Sedangkan menurut Hari Sudradjad (2005 : 17) pendidikan yang bermutu adalah pendidikan
yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan atau kompotensi, baik
kompetensi akademik maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal
dan sosial, serta nilai-nilai akhlak mulia, yang keseluruhannya merupakan kecakapan hidup (life
skill), lebih lanjut Sudradjat megemukakan pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu
menghasilkan manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau manusia dengan pribadi yang integral
(integrated personality) yaitu mereka yang mampu mengintegralkan iman, ilmu, dan amal.
Namun untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan, maka sekolah harus melaksanakan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang berorientasi pada peningkatan mutu.
2.
Karaktersitik Mutu Pendidikan
Husaini Usman (2006 : 411) mengemukakan 13 (tiga) belas karakteristik yang dimiliki oleh
mutu pendidikan yaitu :
Kinerja (performa) yakni berkaitan dengan aspek fungsional sekolah meliputi : kinerja
guru dalam mengajar baik dalam memberikan penjelasan meyakinkan, sehat dan rajin
mengajar, dan menyiapkan bahan pelajaran lengkap, pelayanan administratif dan edukatif
sekolah baik dengan kinerja yang baik setelah menjadi sekolah vaforit
Waktu wajar (timelines) yakni sesuai dengan waktu yang wajar meliputi memulai dan
mengakhiri pelajaran tepat waktu, waktu ulangan tepat.
Handal (reliability) yakni usia pelayanan bertahan lama. Meliputi pelayanan prima yang
diberikan sekolah bertahan lama dari tahun ke tahun, mutu sekolah tetap bertahan dan
cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Data tahan (durability) yakni tahan banting, misalnya meskipun krisis moneter, sekolah
masih tetap bertahan
Indah (aesteties) misalnya eksterior dan interior sekolah ditata menarik, guru membuat
media-media pendidikan yang menarik.
Hubungan manusiawi (personal interface) yakni menunjung tinggi nilai-nilai moral dan
profesionalisme. Misalnya warga sekolah saling menghormati, demokrasi, dan
menghargai profesionalisme.
Mudah penggunaanya (easy of use) yakni sarana dan prasarana dipakai. Misalnya aturanaturan sekolah mudah diterapkan, buku-buku perpustakaan mudah dipinjam di
kembalikan tepat waktu.
Bentuk khusus (feature) yakni keuggulan tertentu misalnya sekolah unggul dalam hal
penguasaan teknologi informasi (komputerisasi).
Standar tertentu (comformence to specification) yakniu memenuhi standar tertentu.
Misalnya sekolah tetlah memenuhi standar pelayanan minimal.
Konsistensi (concistency) yakni keajengan, konstan dan stabil, misalnya mutu sekolah
tidak menurun dari dulu hingga sekarang, warga sekolah konsisten dengan perkataanya.
Seragam (uniformity) yakni tanpa variasi, tidak tercampur. Misalnya sekolah
melaksanakan aturan, tidak pandang bulu, seragam dal berpakaian.
Mampu melayani (serviceability) yakni mampu memberikan pelayanan prima. Misalnya
sekolah menyediakan kotak saran dan saran-saran yang masuk mampu dipenuhi dengan
baik sehingga pelanggan merasa puas.
Ketepatan (acuracy) yakni ketepatan dalam pelayanan misalnya sekolah mampu
memberikan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan pelanggan sekolah.
Lebih lanjut Usman (2006 : 413) mengemukakan secara sederhana mutu memiliki 4 (empat)
karakteristik sebagai berikut :
Spesifikasi,
Jumlah,
Harga dan
Ketepatan waktu penyerahan.
Sedangkan ruang lingkup mutu meliputi :
Mutu produk,
Mutu biaya,
Mutu penyerahan dan
Mutu keselamatan.
B. KUALITAS PENDIDIKAN INDONESIA SEBAGAI SUATU REFLEKSI
Perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia telah berlangsung dalam empat era yaitu: 1). Era
kolonial, 2). Era Orde Lama, 3). Era Orde Baru. 4). Era Reformasi.
a. Era Kolonial
Pada jaman kolonial pendidikan hanya diberikan kepada para penguasa serta kaum feodal.
Pendidikan rakyat cukup diberikan untuk memenuhi kebutuhan dasar penguasa kolonial.
Pendidikan diberikan hanya terbatas kepada rakyat di sekolah-sekolah kelas 2 atau ongko loro
tidak diragukan mutunya. Para pemimpin nasional kita kebanyakan memperoleh pendidikan di
sekolah-sekolah kolonial bahkan beberapa mahasiswa yang dapat melanjutkan di Universitas
terkenal di Eropa.
b. Era Orde Lama
Masa revolusi pendidikan nasional mulai meletakkan dasar-dasarnya. Pada masa revolusi sangat
terasa serba terbatas, tetapi bangsa kita dapat melaksanakan pendidikan nasional sebagaimana
yang diamanatkan dalam UUD 1945. Kita dapat merumuskan Undang Undang Pendidikan No.
4/1950 junto no. 12/ 1954. Kita dapat membangun sistem pendidikan yang tidak kalah mutunya.
Pada Orde Lama sudah mulai diadakan ujian-ujian negara yang terpusat dengan sistem
kolonial yang serba ketat tetapi tetap jujur dan mempertahankan kualitas. Citra guru sebagai
pahlawan tanpa tanda jasa yang diciptakaan era Orde Baru sebenarnya telah dikembangkan pada
Orde Lama.
c. Era Orde Baru
Dalam era ini dikenal sebagai era pembangunan nasional. Dalam bidang pembangunan
pendidikan, khususnya pendidikan dasar terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan dengan
adanya INPRES Pendidikan Dasar. Tetapi sayang sekali INPRES Pendidikan Dasar belum
ditindaklanjuti dengan peningkatan kualitas tetapi baru kuantitas. Oleh sebab itu era Orde Baru
pendidikan telah dijadikan sebagai indikator palsu mengenai keberhasilan pemerintah dalam
pembangunan.
d. Era Reformasi
Indonesia sejak tahun 1998 merupakan era transisi dengan tumbuhnya proses demokrasi.
Demokrasi juga telah memasuki dunia pendidikan nasional antara lain dengan lahirnya UndangUndang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam bidang pendidikan
bukan lagi merupakan tanggung jawab pemerintah pusat tetapi diserahkan kepada tanggung
jawab pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang – Undang No 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, hanya beberapa fungsi saja yang tetap berada di tangan pemerintah pusat.
Perubahan dari sistem yang sentralisasi ke desentralisasi akan membawa konsekuensikonsekuensi yang jauh di dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.
Sistem Pendidikan Nasional Era Reformasi yang diatur dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 diuraikan dalam indikator-indikator akan keberhasilan atau kegagalannya, maka
lahirlah Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang
kemudian dijelaskan dalam Permendiknas RI.
Dunia pendidikan sekarang ini bukan merupakan pemersatu bangsa tetapi merupakan suatu ajang
pertikaian dan persemaian manusia-manusiaa yang berdiri sendiri dalam arti yang sempit,
mementingkan diri dan kelompok.
Menurut H.A.R. Tilaar, hal tersebut disebabkan adanya dua kekuatan besar yaitu kekuatan
politik dan kekuatan ekonomi.
Kekuatan Politik :
Pendidikan masuk dalam subordinasi dari kekuatan-kekuatan politik praktis, yang berarti
pendidikan telah dimasukkan ke dalam perebutan kekuasaan partai-partai politik, untuk
kepentingan kekuatan golongannya.
Kekuatan Ekonomi:
Manusia Indonesia tidak terlepas dari modernisasi seperti teknologi informasi dan teknologi
komunikasi.
Demi mencapai efisiensi dan kualitas pendidikan maka disusunlah beberapa upaya
standardisasi. Untuk usaha tersebut maka muncul konsep-konsep seperti : Ujian Nasional.
C. PERMASALAHAN MUTU PENDIDIKAN
Seiring perkembangan zaman yang sangat cepat dan modern membuat dunia pendidikan semakin
penuh dengan dinamika, Di Indonesia sendiri dinamika itu tampak dari tidak henti-hentinya
sejumlah masalah yang melingkupi dunia pendidikan. Permasalahan-permasalahn yang
melingkupi dunia pendidikan kita saat ini menurut Suryati Sidharto (Dirto Hadisusanto, Suryati
Sidharto, dan Dwi Siswoyo, 1995), problem yang dihadapi bangsa Indonesia mencakup lima
pokok problem, yaitu: Pemerataan Pendidikan, Daya Tampung Pendidikan, Relevansi
Pendidikan, Kualitas/Mutu Pendidikan, dan Efisiensi & Efektifitas Pendidikan (Memahami
Pendidikan & Ilmu Pendidikan, Arif Rohman, Hal: 245).
Mutu pendidikan merupakan cerminan dari mutu sebuah bangsa. Manakala mutu
pendidikannya bagus, maka bagus pula kualitas peradaban bangsa tersebut. Untuk itu
seyogyanya masalah mutu pendidikan harus menjadi perhatian serius Pemerintah sebagai
pembuat kebijakan. Tentu dalam pengimplementasian-nya upaya peningkatan mutu pendidikan
menjadi tanggungjawab kita bersama, dan bukan hanya Pemerintah.
Menurut Achmad , mutu pendidikan di sekolah dapat diartikan sebagai kemampuan sekolah
dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan
dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut
norma/standar yang berlaku. Engkoswara melihat mutu/keberhasilan pendidikan dari tiga sisi;
yaitu: prestasi, suasana, dan ekonomi.
Hasil belajar yang bermutu hanya bisa dicapai melalui proses belajar yang bermutu pula. Dan
proses belajar yang bermutu membutuhkan SDM serta biaya yang relative besar. Pemerintah pun
akhirnya mengambil langkah awal mengeluarkan kebijakan sertifikasi guru,dengan dalih
peningkatan kesejahteraan guru/pendidik. Setelah para guru/pendidik sejahtera diharapkan
mampu memacu semangat keprofesionalan mereka dalam mengajar dan mendidik para peserta
didik.
Program sertifikasi guru yang ada saat ini belum menampakkan dampak pada peningkatan
mutu pendidikan secara umum. Ini tentu perlu menjadi perhatian dan sebagai bahan evalusi oleh
Pemerintah khususnya dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Dan pada akhirnya
perlu kita sadari bersama bahwa upaya peningkatan mutu/kualitas pendidikan di negeri ini tidak
akan pernah berhasil tanpa dukungan dari seluruh komponen bangsa. Mari kita dukung segala
upaya yang positif demi perbaikan mutu/kualitas pendidikan kita.
D. PERMASALAHAN MUTU PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
Dalam perspektif Pembangunan Pendidikan Nasional, pendidikan harus lebih berperan dalam
membangun seluruh potensi manusia agar menjadi subyek yang berkembang secara optimal dan
bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan nasional.
Dalam konteks demikian, pembangunan pendidikan itu mencakup berbagai dimensi yang sangat
luas yang meliputi dimensi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Dalam perspektif sosial,
pendidikan akan melahirkan insan-insan terpelajar yang mempunyai peranan penting dalam
proses perubahan sosial di dalam masyarakat. Dalam perspektif budaya, pendidikan merupakan
wahana penting dan medium yang efektif untuk mengajarkan norma, mensosialisasikan nilai,
dan menanamkan etos di kalangan warga masyarakat. Dalam perspektif politik, pendidikan harus
mampu mengembangkan kapasitas individu untuk menjadi warga negara yang baik (good
citizens), yang memiliki kesadaran akan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan
bermasyarakat , berbangsa, dan bernegara. Karena itu, pendidikan harus dapat melahirkan
individu yang memiliki visi dan idealisme untuk membangun kekuatan bersama sebagai bangsa.
Dalam tiga tahun mendatang, pembangunan pendidikan nasional di Indonesia masih dihadapkan
pada berbagai tantangan serius, terutama dalam upaya meningkatkan kinerja yang mencakup (a)
pemerataan dan perluasan akses; (b) peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; (c) penataan
tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik; dan (d) peningkatan pembiayaan. Dalam upaya
meningkatkan kinerja pendidikan nasional, diperlukan suatu reformasi menyeluruh yang telah
dimulai dengan kebijakan desentralisasi dan otonomi pendidikan sebagai bagian dari reformasi
politik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
E. KENDALA DAN SOLUSI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Dengan melihat masalah mutu pendidikan yang rupanya sudah sangat menggelitik dunia
pendidikan dewasa ini. Bukan saja bagi para professional, juga bagi masyarakat luas pun
terdapat suatu gerakan yang menginginkan adanya perubahan sekarang juga dalam hal usaha
peningkatan mutu atau mutu pendidikan.
a. Kendala Peningkatan Mutu Pendidikan
Kendala peningkatan mutu pendidikan ini, perlu di teliti dan di cermati agar kelak bangsa
Indonesia dapat meningkatkan mutu pendidikan dengan lancar dan dapat bersaing di Era
Globalisasi.
Menurut pendapat para ahli pendidikan tentang kendala peningkatan mutu pendidikan, yaitu:
1. Menurut DR. Soedijarto, MA bahwa rendahnya mutu atau mutu pendidikan di samping
disebabkan oleh karena pemberian peranan yang kurang proporsional terhadap sekolah, kurang
memadainya perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan system kurikulum, dan penggunaan
prestasi hasil belajar secara kognitif sebagai satu-satunya indikator keberhasilan pendidikan, juga
disebabkan karena system evaluasi tidak secara berencana didudukkan sebagai alat pendidikan
dan bagian terpadu dari system kurikulum.
2. Secara umum, Edward Sallis (1984) dalam Total Quality Management in Education
menyebutkan, kondisi yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan dapat berasal dari
berbagai macam sumber, yaitu miskinnya perancangan kurikulum, ketidak cocokan pengelolaan
gedung, lingkungan kerja yang tidak kondusif, ketidaksesuaian system dan prosedur
(manajemen), tidak cukupnya jam pelajaran, kurangnya sumber daya, dan pengadaan staf.
Sedangkan menurut laporan Bank Dunia, terdapat empat factor yang diidentifikasi menjadi
kendala mutu atau mutu pendidikan di Indonesi, yaitu:
a. Kompleksitas pengorganisasian pendidikan antara Depdiknas (bertanggung jawab dalam hal
materi pendidikan, evaluasi buku teks dan kelayakan bahan-bahan ajar) dan Depagri dalam
bidang (ketenagaan, sumber daya material, dan sumber daya lainnya). Di samping itu,
Departemen Agama bertanggung jawab dalam membina dan mengawasi sekolah-sekolah
keagamaan negeri maupun swasta. Dualisme ini berakibat fatal karena rancunya pembagian
tanggung jawab dan peranan manajerial, keterlambatan dan terpilahnya system pembiayaan,
serta perebutan kewenangan atas guru.
b. Praktik manajemen yang sentralistik pada tingkat SLTP. Pembiayaan dan perencanaan oleh
pemerintah pusat yang melibatkan banyak departemen. Hal ini menghambat pencapaiaan tujuan
wajib belajar pendidikan dasar.
c. Praktik penganggaran yang terpecah dan kaku. Kompleksitas organisasi yang menyiapkan
anggaran pembangunan menjadi rumitnya pengelolaan pendidikan. Bappenas, Depdiknas, dan
Depagri, termasuk Depag, dalam menyiapkan anggaran pendidikan. Akibatnya, hal ini
menimbulkan dampak negatif, yaitu tidak adanya tanggung jawab yang jelas antar unit, tidak ada
evaluasi reguler terhadap kebutuhan riil, dan tidak ada jaminan dana yang dialokasikan secara
benar dan merata.
d. Manajemen sekolah yang tidak efektif. Sebagai pelaku utama, kepala sekolah banyak yang
kurang mampu melakukan peningkatan mutu sekolahnya karena tidak dilengkapi dengan
kemampuan kepemimpinan dan manajerial yang baik. Pelatihan yang kurang dan rekruitmen
kepala sekolah yang belum didasarkan atas kemampuan memimpin dan profesionalitas.
b. Solusi Peningkatan Mutu Pendidikan
Dalam rangka peningkatan mutu atau mutu pendidikan, telah dilakukan berbagai kegiatan
diantaranya adalah:
a. Pengembangan kurikulum termasuk cara penyajian pelajaran dan system study pada
umumnya.
b. Pengadaan buku-buku pelajaran pokok untuk murid serta buku pedoman guru sekolah dasar
dan sekolah-sekolah lanjutan, buku-buku pelajaran kejuruan dan tehnik untuk sekolah-sekolah
yang memerlukannya dan buku-buku perpustakaan dalam berbagai bidang study pada
pendidikan tinggi.
c. Pengadaan alat-alat peraga dan alat-alat pendidikan lainnya pada sekolah dasar (SD), TK, dan
SLB, laboratorium IPA dan SMP&SMA, fasilitas dan perlengkapan latihan dan praktik pada
sekolah-sekolah kejuruan dan tehnik serta laboratorium untuk berbagai bidang ilmu pendidikan
untuk Perguruan Tinggi.
d. Penataran guru-guru dan dosen
e. Pengadaan buku bacaan yang sehat dan bermutu melalui perpustakaan sekolah.
Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah,
antara lain:
1. Peserta Didik
2. Pendidik
3. Sarana dan Prasarana
4. Lingkungan
1.Peserta Didik
Dalam kaitannya dengan pendidikan, peserta didik merupakan suatu factor atau komponen
dalam pendidikan. Karena itu pembinaan terhadap anak harus dilaksanakan secara terus menerus
kearah kematangan dan kedewasaan. Dengan memahami karakteristik peserta didik di atas, maka
diharapkan guru mampu melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik sehingga tercipta
peningkatan mutu pendidikan yang diinginkan oleh sekolah.
2.Pendidik
Masalah mutu pendidikan, rupanya sudah sangat menggelitik dunia pendidikan dewasa ini.
Bukan saja bagi para professional, juga bagi masyarakat luas terdapat suatu gerakan yang
menginginkan adanya perubahan sekarang juga dalam hal usaha peningkatan mutu atau mutu
pendidikan.
Dengan melihat keadaan mutu pendidikan yang rendah, maka telah diupayakan usaha-usaha
dalam meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan
sasaran sentralnya yang dibenahi adalah mutu guru dan mutu pendidikan guru.
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, maka perlu kiranya dilakukan kegiatan-kegiatan
dalam usaha peningkatan mutu guru, yaitu:
a. Absensi dan Kedisiplinan Guru
Hal ini sangat menentukan mutu pendidikan guru, karena absensi dan kedisiplinan guru sangat
berpengaruh demi kelancaran proses belajar mengajar. Dan bagi guru hendaknya selalu
mempunyai komitmen sebagai pendidik untuk meningkatkan mutu pendidikan.
b. Membentuk Teacher Meeting
Teacher Meeting dapat diartikan dengan pertemuan atau rapat guru yang merupakan salah satu
teknik supervisi dalam rangka usaha memperbaiki situasi belajar mengajar di sekolah.
c. Mengikuti Penataran
Penataran merupakan salah satu saran yang tepat untuk meningkatkan mutu guru terutama dalam
hal kemampuan profesionalisme.
Kegiatan penataran tersebut dimaksudkan untuk:
i. Mempertinggi mutu petugas dalam bidang profesinya masing-masing
ii. Meningkatkan efisiensi kerja menuju ke arah tercapainya hasil
d. Mengikuti Kursus Pendidikan
Dengan mengikuti kursus akan menambah wawasan dan pengetahuan guru. Hal ini juga akan
dapat meningkatkan profesionalisme guru lebih bermutu.
e. Mengadakan Lokakarya atau Workshop
Lokakarya atau Workshop merupakan suatu kegiatan pendidikan “in-service” dalam rangka
pengembangan profesionalisme tenaga-tenaga kependidikan.
Lokakarya merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan bekerja
bersama-sama baik mengenai masalah teoritis maupun praktis, dengan maksud untuk
meningkatkan mutu hidup pada umumnya serta mutu dalam hal pekerjaan.
Dengan adanya lokakarya ini, guru diharapkan akan memperoleh pengalaman baru dan dapat
menumbuhkan daya kreatifitas serta dapat memproduksi hasil yang berguna dari proses belajar
mengajar.
f. Mengadakan Studi Tour
Kegiatan seperti ini biasanya dilakukan oleh guru-guru yang mengajar mata pelajaran yang
sejenis dan berkumpul bersama untuk mempelajari masalah dari pelajaran tersebut, atau
sejumlah ilmu pengetahuan yang lain.
3.Sarana dan Prasarana
Berbicara tentang sarana dan prasarana, maka pengertian ini tidak hanya menyangkut
gedungnya, akan tetapi termasuk juga berbagai komponen dan fasilitas yang terdapat di sekolah
tersebut. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai dapat menunjang proses belajar
mengajar sehingga mampu meningkatkan mutu pendidikan.
Sarana pendidikan merupakan semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara
langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sarana merupakan komponen yang
sangat penting dalam setiap aktifitas pendidikan, maka keberadaannya merupakan factor penting
dalam usaha untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Sedangkan pengertian
sarana atau alat adalah hal yang tidak saja memuat kondisi-kondisi yang memungkinkan
terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi alat pendidikan itu telah mewujudkan diri sebagai
perbuatan atau situasi, dengan perbuatan dan situasi mana, dicita-citakan dengan tegas, untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Prasarana pendidikan di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu: Pertama,
prasarana pendidikan yang secara langsung di gunakan untuk proses belajar mengajar, seperti:
ruang perpustakaan, ruang teori, ruang praktek keterampilan, ruang laboratorim. Kedua,
prasarana pendidikan yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar belajar, tetapi
sangat menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar seperti: ruang kantor, kantor sekolah,
tanah dan jalan menuju sekolah, kamar keci, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang
kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.
4. Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah segala sesuatu yang berada di luar diri manusia,
baik berwujud makhluk hidup maupun yang mati. Termasuk di dalam lingkungan ini adalah
manusia, hewan, tumbuhan-tumbuhan, keadaan geografis, buku-buku, gambar/lukisan, dan hasil
hasil budaya manusia lainnya. Semua ini berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian
peserta didik sebagai makhluk hidup.
Lingkungan ada dua macam, lingkungan fisik dan lingkungan social. Lingkungan fisik yakni
suasana dan keadaan berlangsungnya pendidikan. Sedangkan lingkungan social yakni iklim dan
suasana kependidikan. Iklim yang kondusif akan memudahkan pencapaian tujuan pendidikan.
F. MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Dalam upaya peningkatan SDM, peranan pendidikan cukup menonjol. Oleh karena itu
sangat penting bagi pembangunan nasional untuk memfokuskan peningkatan mutu pendidikan.
Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada sekolah yang bermutu, dan sekolah yang bermutu
akan menghasilkan SDM yang bermutu pula.
Berkaitan dengan mutu, Joseph. M. Juran yang pikiran-pikirannya begitu terkenal dan
berpengaruh di Jepang sehingga pada tahun 1981 dia dianugerahi Order of the Sacred Treasure
oleh Kaisar Jepang, mengemukakan bahwa 85% dari masalah-masalah mutu terletak pada
manajemen (pengelolaan), oleh sebab itu sejak dini manajemen haruslah dilaksanakan seefektif
dan seefisien mungkin. (M. Jusuf Hanafiah dkk, 1994:101). Salah satu bentuk manajemen yang
berhasil dimanfaatkan dalam dunia industri dan bisa diadaptasi dalam dunia pendidikan adalah
TQM (total quality management) pada sistem pendidikan yang sering disebut sebagai: Total
Quality Management in Education (TQME).
1. Konsep Manajemen Peningkatan Mutu Pada Industri Modern
Manajemen sekolah seyogyanya memahami pula perkembangan manajemen sistem industri
modern, sehingga mampu mendesain, menerapkan, mengendalikan, dan meningkatkan kinerja
sistem pendidikan yang memenuhi kebutuhan manajemen sistem industri modern.
Total quality manajement merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang
mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas
produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya.
Agar peningkatan proses industri dapat berjalan secara konsisten, maka dibutuhkan
manajemen sistem industri, yang pada umumnya akan dikelola oleh lulusan perguruan tinggi.
2. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah
Ada tiga faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu : kebijakan dan penyelenggaraan
pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function atau input-input
analisis yang tidak consisten; 2) penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik; 3)
peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat
minim (Husaini Usman, 2002).
Untuk merealisasikan kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam
meningkatkan mutu pendidikan untuk mengembangkan SDM maka sekolah perlu melakukan
manajemen peningkatan mutu. Manajemen Peningkatan Mutu (MPM) ini merupakan suatu
model yang dikembangkan di dunia pendidikan, seperti yang telah berjalan di Sidney, Australia
yang mencakup : a) School Review, b) Quality Assurance, dan c) Quality Control, dipadukan
dengan model yang dikembangkan di Pittsburg, Amerika Serikat oleh Donald Adams, dkk. Dan
model peningkatan mutu sekolah dasar yang dikembangkan oleh Sukamto, dkk. Dari IKIP
Yogyakarta (Hand Out, Pelatihan calon Kepala Sekolah).
Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu yang bertumpu
pada sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan
data kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen sekolah untuk secara
berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi
kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
Manajemen Peningkatan Mutu memiliki prinsip :
1.Peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah
2.Peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik
3.Peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik bersifat kualitatif maupun
kuantitatif
4.Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di sekolah
5.Peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada siswa,
orang tua dan masyarakat. (Hand out, pelatihan calon kepala sekolah :2000)
3. Manajemen Mutu Terpadu Di Sekolah
Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan yang termuat dalam buku Panduan
Manajemen Sekolah (2000: 191) adalah 1) siswa : kesiapan dan motivasi belajarnya, 2) guru :
kemampuan profesional, moral kerjanya (kemampuan personal), dan kerjasamanya (kemampuan
social). 3) kurikulum : relevansi konten dan operasionalisasi proses pembelajarannya, 4) dan,
sarana dan prasarana : kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran, 5)
Masyarakat (orang tua, pengguna lulusan, dan perguruan tinggi) : partisipasinya dalam
pengembangan program-program pendidikan sekolah. Mutu komponen-komponen tersebut di
atas menjadi fokus perhatian kepala sekolah.
Adapun prinsip dari MMT dalam buku tersebut yaitu selama ini sekolah dianggap sebagai
suatu Unit Produksi, dimana siswa sebagai bahan mentah dan lulusan sekolah sebagai hasil
produksi. Dalam MMT sekolah dipahami sebagai Unit Layanan Jasa, yakni pelayanan
pembelajaran.
Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah ) adalah: 1)
Pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi, 2) Pelanggan
eksternal terdiri atas : pelanggan primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah dan
masyarakat), pelanggan tertier (pemakai/penerima lulusan baik diperguruan tinggi maupun dunia
usaha).
G. UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU UNTUK MENINGKATKAN
MUTU PENDIDIKAN.
Mutu pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang menentukan martabat atau kemajuan
suatu bangsa. Dengan mencermati mutu pendidikan suatu bangsa/negara, seseorang akan dapat
memperkirakan peringkat negara tersebut di antara negara-negara di dunia. Oleh karena itulah,
bangsa yang maju akan selalu menaruh perhatian besar terhadap dunia pendidikannya, dengan
melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
KINERJA adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Sedangkan KINERJA GURU adalah persepsi guru terhadap prestasi kerjanya yang berkaitan
dengan kualitas kerja, tanggung jawab, kejujuran, dan kerjasama.
Menerima kehadiran baru dengan baik; Memberi tugas mengajar sesuai dengan bidang dan
kompetensi yang dikuasi olehguru baru; Melakukan supervisi administrasi dan akedemik
terhadap guru sebagai bahan perbaikan dan menentukan kebijakan; Melukukan pembinaan baik
bersifat administratif, akademik, maupun karier guru; Memberi kesempatan pada guru untuk
mengikuti pelatihan akademik Memberi reward (penghargaan) pada guru yang berprestasi dan
memberikan hukuman pada guru yang malas dan bermasalah; Membentuk ikatan keluarga di
sekolah masing-masing dengan pertemuan dilaksanakan di rumah anggota ikatan keluarga.
Guru adalah salah satu komponen pendidikan yang memegang peran penting dalam
keberhasilan pendidikan, guru diharapkan mampu memainkan peran sebagai guru yang ideal.
Masyarakat mengharapkan agar ‘guru’ menjadi sosok yang dapat ‘digugu’ dan ‘ditiru’. PERAN
KEPALA SEKOLAH PEMBERIAN KOMPENSASI KEDISIPLINAN GURU
PENGEMBANGAN SDM.
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat kami simpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan rendahnya mutu SDM pada era otomomi daerah dan menyongsong era global,
maka perlu bagi pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional. Dalam perbaikan
mutu pendidikan tersebut manajemen mutu yang diadaptasi dari Total Quality Management
yang ada Industri Modern, layak untuk diadaptasai dalam Manajemen Pendidikan. Pada
prinsipnya manajemen mutu ini berbasis sekolah memberdayakan semua komponen sekolah, dan
sekolah sebagai unit produksi yang melayani siswa, orang tua, pihak pemakai/penerima lulusan,
dan guru/karyawan.
2. Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu adalah sikap
mental para pengelola pendidikan, tidak adanya tindak lanjut dari evaluasi program, gaya
kepemimpinan yang tidak mendukung, kurangnya rasa memiliki para pelaksana pendidikan.
Dan belum membudayanya prinsip melakukan sesuatu secara benar dari awal. Kendala-kendala
itu disebabkan oleh adanya kepemimpinan yang tidak berjiwa entrepeneur dan tidak tangguh,
adanya sentralistrik manajemen pendidikan, dan rendahnya etos kerja apara pengelola,
kurangnya melibatkan semua pihak untuk berpartisipasi.
3. Mutu pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang menentukan martabat atau kemajuan
suatu bangsa. Dengan mencermati mutu pendidikan suatu bangsa/negara, seseorang akan dapat
memperkirakan peringkat negara tersebut di antara negara-negara di dunia. Guru adalah salah
satu komponen pendidikan yang memegang peran penting dalam keberhasilan pendidikan, guru
diharapkan mampu memainkan peran sebagai guru yang ideal. Salah satu cara meningkatkan
mutu pendidikan adalah memperbaiki kinerja guru. Kinerja guru adalah persepsi guru terhadap
prestasi kerja guru yang berkaitan dengan kualitas kerja, tanggung jawab, kejujuran, kerjasama
dan prakarsa. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru antara lain adalah peran
kepemimpinan kepala sekolah, pemberian kompensasi, kedisiplinan guru, dan pengembangan
Sumber Daya Guru (SDM).
B. Saran
Dari kesimpulan tersebut penulisan ini perlu kami sarankan :
1. Manajemen Peningkatan Mutu kebanyakan hanya diketahui oleh kepala sekolah, dan calon
kepala sekolah. Disarankan agar hal ini disebarluaskan dan betul-betul bisa dilaksanakan di
sekolah-sekolah.
2. Perlu ditingkatkan etos kerja, motivasi, kerjasama tim, moral kerja yang baik, punya rasa
memiliki, mau bekerja keras agar Manajemen Mutu Pendidikan dapat terlaksana secara optimal
sehingga mampu menghasilkan Mutu SDM. Disamping itu diperlukan seorang kepala sekolah
yang berjiwa pemimpin dengan visi yang baik.
3. Bagi kita warga negara Indonesia, kita wajib menentukan martabat atau kemajuan bangsa
kita yaitu dengan meningkatkan mutu pendidikan Kita. Karna mutu pendidikan menentukan
peringkat negara kita diantara negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000. Panduan Manajemen Sekolah, Depdiknas, Dikmenum
Anonim, 2000. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan/Kultur Sekolah, Depdiknas, hand
out pelatihan calon kepala sekolah, Direktorat Sekolah lanjutan Pertama, 2000
Gaspersz, Vincent. 2000. Penerapan Total Management In Education (TQME) Pada Perguruan
Tinggi di Indonesia, Jurnal Pendidikan (online), Jilid 6, No. 3 (http://www.ut.ac.id diakses 20
Januari 2001).
Hanafiah, M. Jusuf, dkk, 1994. Pengelolaan Mutu Total Pendidikan Tinggi, Badan Kerjasama
Perguruan Tinggi Negeri
Nasution, MN, 2000. Manajemen Mutu Terpadu, Ghalia Indonesia, Jakarta
Slamet, PH. 2000. Karakteristik Kepala Sekolah Yang Tangguh, Jurnal Pendidikan, Jilid 3, No. 5
(online) (http://www.ut.ac.id diakses 20 Januari 2001).
Usman, Husaini, Peran Baru Administrasi Pendidikan dari Sistem Sentralistik Menuju Sistem
Desentralistik, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Februari 2001, Jilid 8, Nomor 1.
http://gracesmada.wordpress.com/mutu-pendidikan-indonesia/
http://www.slideshare.net/chomandou/upaya-peningkatan-kinerja-guru-untuk-meningkatkanmutu-pendi...
http://www.geocities.ws/guruvalah/Manaj_Pening_Mutu_Pend.html
Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktek Dan Riset Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2006.
Suderadjat, Hari, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Peningkatan Mutu
Pendidikan Melalui Implementasi KBK, Bandung : Cipta Lekas Garafika, 2005.