View of Upaya Peningkatan Efektivitas Pembelajaran Pai Melalui Pendekatan Discovery Inquiry
Upaya Peningkatan Efektivitas Pembelajaran Pai Melalui Pendekatan
Discovery Inquiry
Subaidah
Dinas Pendidikan Bangkalan
E-mail: Subaidah@gmail.com
Abstract
The teaching method is flexible and very dependent on various factors. In other words
it can be said "No Single method is the best", there is no one best method, there is a
suitable method, so in accordance with the findings of the problem in this study then
the formulation of the problem How efforts to improve the effectiveness of learning
PAI through discovery inquiry approach on Grade 4 students of East Serabi Timur 2
Bangkalan? Classroom Action Research (PTK) in Grade IV of SD Negeri Serabi
Timur 2 Kecamatan Modung of Bangkalan Regency is adjusted to the implementation
of teaching of even semester which runs in school. This research is conducted for 2
(two) months, starting from February 2015 until March 2015, Three cycles. Data
collection techniques use observation and test.
Student learning outcomes Class IV SD Serabi Timur 2 District Modung Kabupaten
Bangkalan on basic competence about Telling the story of Prophet Ibrahim a.s. And
the Prophet Ismail a. Can experience a significant improvement after applied learning
activities through "Model Learning discovery inquiry" can motivate student's learning
interest so that, result of learning value obtained by student have increase. With the
average score of understanding of students in paying attention to the problem, the first
cycle of 72.41 in the second cycle in the second cycle of 75.33 while in the third cycle
of 79.30, is quite good as well as about learning mastery in the first cycle 69.44 % And
in the second cycle to 83.33% while in the third cycle to 100%. Keywords : Effectiveness, Discovery, Inquiry
Abstrak
Metode mengajar bersifat fleksibel dansangat tergantung dengan berbagai faktor.
Dengan kata lain dapat dikatakan “No Single method is the best”, tidak ada satu
metode yang terbaik, yang ada adalah metode yang sesuai, sehingga sesuai dengan
temuan masalah dalam penelitian ini maka rumusan masalah Bagaimana upaya
peningkatan efektivitas pembelajaran PAI melalui pendekatan discovery inquiry pada
siswa Kelas IV SDN Serabi Timur 2 Bangkalan?Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Kelas IV SD Negeri Serabi Timur 2 Kecamatan
Modung Kabupaten Bangkalan disesuaikan dengan pelaksanaan pengajaran Semester
genap yang berjalan di sekolah, Penelitian ini dilakukan selama 2 (dua) bulan, yaitu
mulai bulan Pebruari 2015 sampai dengan maret 2015, melalui tiga siklus. Teknik
pengumpulan datanya menggunakan observasi dan test.Hasil belajar siswa Kelas IV SD Negeri Serabi Timur 2 Kecamatan Modung
Kabupaten Bangkalan pada .kompetensi dasar tentang Menceritakan kisah Nabi
setelah diterapkan kegiatan pembelajaran melalui “Model Pembelajaran discovery
inquiry ” dapat memotivasi minat belajar siswa sehingga, hasil nilai belajar yang
diperoleh siswa mengalami peningkatan. Dengan Nilai rata-rata pemahaman siswa
dalam memperhatikan permasalahan, pada siklus pertama sebesar 72,41 pada siklus
kedua pada siklus kedua sebesar 75,33 sedangkan pada siklus ketiga sebesar 79,30,
tergolong baik demikian juga tentang ketuntasan belajar pada siklus pertama 69,44%
dan pada siklus kedua menjadi 83,33 % sedangkan pada siklus ketiga menjadi 100 %.
Kata Kunci : Efektivitas, Discovery dan Inquiry I.Pendahuluan
Pendidikan agama di lembaga pendidikan tingkat rendah merupakan pangkal dari pendidikan secara sekolah dan peranannya amat penting bagi individu- individu yang mana akan menentukan kadaaan keagamaanya di belakang hari baik di sekolah menengah, di perguruan tinggi atau dalam masyarakat, pendidikan disini merupakan basis atau dasar untuk selanjutnya. Beberapa keistimewaannya adalah sebagai dasar yang bersifat permulaan dalam pendidikan formal. Kesempatan terbaik untuk memberi pelajaran agama secara sekolah oleh karena nantinya tidak setiap anak akan terus ke perguruan menengah apalagi ke perguruan tinggi, sedang perguruan rendah pastilah setiap anak memasukinya. Karena pikiran dan jiwa mereka masih bersih dari ideologi- ideologi, nilai-nilai, norma-norma yang menyesatkan atau yang aneka ragam itu, sehingga apabila nantinya mereka ini menemukan atau mendapatkan juga pengaruhnya maka ia telah didasari lebih dahulu oleh pelajaran Islam yang tentunya, keadaanya akan berlainan jika lepas sama sekali dari pengaruh pendidikan agama.
Dalam Alqur'an dijelaskan pentingnya kewajiban mengajarkan agama kepada orang lain. Firman Allah, QS. Ali Imran ayat 104 “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf mereka itulah orang- orang yang beruntung”. Berdasarkan ayat di atas pendidikan agama inheren dalam kehidupan umat Islam, artinya dimana dan kapan saja ada orang Islam niscaya ada pendidikan agama. Manakala telah berkembang suatu komunitas muslim, maka berkembang pula lembaga pendidikan agama untuk memenuhi kebutuhan bersama akan pendidikan agama bagi anak-anak dan keluarganya.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, sebagai salah satu mata pelajaran yang mengandung muatan ajaran-ajaran Islam dan tatanan nilai hidup dan kehidupan Islami, perlu diupayakan melalui perencanaan pembelajaran pendidikan agama yang baik agar dapat mempengaruhi pilihan, putusan, dan pengembangan kehidupan peserta didik. Karena itu salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang PAI.
Penetapan strategi pengorganisasian isi bidang studi pendidikan agama merupakan langkah penting dalam perencanaan pembelajaran. Synthesizing membuat isi-isi bidang studi pendidikan agama menjadi tertata lebih bermakna bagi perserta didk. Kebermaknaan pembelajaran membuat peserta didik memiliki retensi yang lebih baik dan lebih lama terhadap isi bidang studi pendidikan agama yang dipelajari. Sequencing penting untuk menunjukkan urutan-urutan yang perlu diikuti dalam mempelajari isi-isi bidang studi pendidikan Agama. mengetahui dunia nyata yang merupakan lingkungannya. Tidak jarang ada anak yang menanyakan dari mana keluarnya adik dari dalam perut ibu. Untuk itu orang tua dituntut untuk pandai-pandai meramu jawaban yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia anak. Misalnya kepada anak dapat diperlihatkan bagaimana kucing atau anjing melahirkan atau bagaimana ayam bertelur kemudian dijelaskan hingga menjadi ayam.
Pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan discovery inquiry merupakan pembaharuan pendidikan yang mana siswa didorong untuk belajar secara aktif dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Pembelajaran dengan Pendekatan discovery inquiry memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka agar melanjutkan pekerjaannya hingga menemukan jawaban. Siswa juga belajar memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki ketrampilan berfikir kritis karena mereka harus selalu menganalisis dan menangani informasi. Selama proses discovery inquiry berlangsung, seorang guru tidak boleh banyak bertanya atau berbicara, karena akan mengurangi proses belajar discovery inquiry. Dengan Pendekatan ini siswa dituntut untuk bertanggung jawab pada pendidikan mereka sendiri.
Guru yang menaruh perhatian pada pribadi siswa akan menemukan kegiatan- kegiatan yang disukai siswa dan hal-hal yang baik yang ada dalam diri siswa serta kesulitan-kesulitan yang mengganggu siswa dalam proses belajar, guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya.
Pembelajaran pendidikan agama Islam yang berlangsung pada siswa memungkinkan siswa dapat menginternalisasikan diri dengan nilai-nilai agama Islam, supaya terbentuk character building pada siswa yakni mengantarkan siswa pada situasi pilihan nilai yan lebih cepat, tanpa harus ragu. Sehingga pembelajaran pendidikan agama Islam diarahkan untuk membentuk siswa yang kreatif, aktif dan lebih bermoral. Dengan menggunakan pendekatan discovery inquiry ini peserta didik dituntut aktif dan proaktif dalam mempelajari Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, pengalaman pembelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi sangat penting untuk menumbuhkan pribadi siswa untuk memiliki pengalaman keilmuan, ide, gerakan dan sikap melalui pendidikan agama Islam.
Berdasarkan hal-hal tersebut itulah yang mendorong pelaksanaan penelitian ini, sehingga penelitian ini merupakan upaya peningkatan efektivitas pembelajaran PAI melalui pendekatan discovery-inquiry sekaligus membantu memecahkan permasalahan pembelajaran yang dihadapi.
Dalam penelitian, pokok masalah akan menentukan penelitian itu sendiri. Rumusan masalah secara jelas akan dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya. Berdasarkan latar belakang tersebut perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Faktor-Faktor Yang Mendorong digunakanya pendekatan discovery inquiry dalam efektivitas pembelajaran PAI pada siswa Kelas IV SDN Serabi Timur 2 Bangkalan? 2. Langkah-langkah apa yang digunakan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran PAI melalui pendekatan discovery inquiry pada siwa Kelas IV SDN Serabi Timur 2 Bangkalan?
Adapun yang menjadi tujuan pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mendorong digunakanya pendekatan discovery inquiry Bangkalan 2) Mengetahui Langkah-langkah apa yang digunakan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran PAI melalui pendekatan discovery inquiry pada siwa Kelas IV SDN Serabi Timur 2 Bangkalan
Dengan adanya penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh komponen akademik sebagai berikut: 1) Membantu siswa dalam rangka peningkatan efektivitas pembelajaran PAI melalui pendekatan discovery inquiry, sehingga siswa tidak merasa bosan dan bersifat aktif dalam menerima pelajaran 2) Membantu guru dalam rangka penggunanaan pendekatan, metode dan strategi pengajaran yang tepat dan sesuai dengan keadaan siswa. 3) Membantu pihak sekolah dalam rangka mencerdaskan siswa. Dengan menggunakan pendekatan discovery inquiry dalam proses pembelajaran PAI maka akan meningkatkan pula prestasi para siswa dan akan membawa nama baik sekolah.
Di negara kita, Indonesia, pendidikan agama diselenggarakan dan diatur oleh Departemen Agama bekerja sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Karena pendidikan agama harus sudah dimulai sedini-dininya, sejak anak masih kecil. Tentu saja hal ini merupakan tugas orang tua masing-masing. Orang tua yang menyadari pentingnya agama itu bagi perkembangan jiwa anak dan bagi kehidupan manusia umunya akan berusaha menanamkan pendidikan agama pada anak-anaknya sejak kecil sesuai dengan agama yang dianutnya. Oleh karena itu pembelajaran pendidilkan agama Islam di sekolah juga harus selalu diimbangi dengan penggunaan metode yang tepat agar siswa dapat aktif dan mampu berfikir lebih maju.
Faktor yang dapat membantu meningkatkan efektivitas pembelajaran PAI melalui pendekatan discovery inquiry agar anak mampu mengembangkan potensi dan kemampuan diri yang ada pada masing-masing peserta didik. a. Penentuan Tujuan Pengajaran merupakan proses mengajar atau mengajarkan. Jadi pengajaran berfokus pada pelaku mengajar atau teaching, yaitu pengajar, sedangkan pembelajaran berfokus pada kegiatan belajar atau learning. Agar siswa dapat memahami materi subyek yang disampaikan oleh guru dengan mudah, guru perlu mempersiapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang cocok untuk materi subyek yang telah diolah secara pedagogi tersebut. b. Penghubungan Tujuan dengan Materi Pelajaran Discovery inquiry pada dasarnya merupakan dua tekhnik yang saling berkaitan bahkan erat hubungannya dengan pemecahan masalah, sebab dari sanalah ide pengembangannya. Jika inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri. Sedangkan discovery berarti suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi, seminar, membaca dan mencoba sendiri. Jadi upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran PAI melalui pendekatan discovery inquiry yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh seorang guru agar pelajar merasa tertarik untuk terus menerus mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan dengan menemukan sendiri dan menyelidiki sendiri agar siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran.
Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Pendekatan inquiry dalam mengajar termasuk Setiap adanya tuduhan bahwa sekolah menciptakan kultur bisu, tidak akan terjadi apabila pendekatan ini digunakan. Pendekatan inquiry dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas dan sesuai dengan daya nalar siswa b. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan c. Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup d. Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi e. Partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar Menurut hemat penulis discovery inquiry adalah sebuah pendekatan walaupun ada beberapa yang menyatakan discovery inquiry sebagai metode. Akan tetapi metode dan pendekatan merupakan dua hal yang berkaitan satu sama lain sehingga sering terjadi pencampuradukan pemakaian kedua pengertian tersebut. Suatu pendekatan akan banyak mempengaruhi cara guru mengajar dan cara anak yang sedang belajar, diantara pengertian metode mengajar dan pendekatan mengajar, keduanya mempunyai maksud yang sama tetapi ada sedikit perbedaan arti dalam pemakaian- pemakaian tertentu. Metode adalah suatu jalan atau cara yang ditempuh oleh guru agar tercapai suatu tujuan. Sedangkan pendekatan diartikan sebagai orientasi atau cara memandang terhadap sesuatu. Dengan alasan tersebut maka discovery inquiry adalah solusi dari berbagai persoalan pembelajaran pada saat ini, karena discovery inquiry berpusat pada “student centered” siswalah yang memegang peranan utama, siswa harus berpikir sendiri, mencari jalan dan jawaban atas soal- soal yang dihadapinya sendiri, gurupun tidak kurang aktifnya, ia menolong setiap murid dalam kesulitan yang dihadapi, seperti: memperjelas tujuan, mencari sumber-sumber, membantu murid dalam segala hal yang memerlukan bimbingan guru dan sebagainya.
Menurut bahasa discovery artinya penemuan, sedangkan inquiry menurut bahasa adalah penyelidikan. Sund berpendapat bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Inquiry adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya.
Proses belajar mengajar dengan pendekatan discovery inquiry menghendaki guru untuk menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final (utuh dari awal sampai akhir) atau dengan kata lain, guru hanya menyajikan sebagian. Selebihnya diserahkan kepada siswa untuk mencari dan menemukannya sendiri kemudian guru memberikan seluas-luasnya kepada siswa untuk mendapatkan apa-apa yang belum disampaikan oleh guru dengan pendekatan belajar problem solving. Adapun tahapan dan prosedur pelaksanaan discovery inquiry meliputi: 1) Stimulation (stimulasi/pemberi rangsangan), yakni memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah; 2) Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah), yakni memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah); 3) Data collection (pengumpulan data), yakni memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis; 4) Verification (pentahkikan), yakni melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi, dihubungkan kesimpulan yan dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
II. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran.
Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Class Action
Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk peneliti dan
decision maker tentang variable yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.
Obyek dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah tindakan yang dilakukan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Kelas IV Semester 2 Tahun
Pelajaran 2014/2015 di SD Negeri Serabi Timur 2 Kecamatan Modung Kabupaten Bangkalan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dengan jumlah sebanyak 36 siswa, kondisi kekhususan siswa ini memungkinkan tingkat kemampuan dan daya serap siswa tersebut sangat bervariasi. Peneliti adalah guru Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Serabi Timur 2 Kecamatan Modung Kabupaten Bangkalan
Untuk menyesuaikan dengan program pengajaran Semester genap tahun 2014/2015 maka waktu peneliti dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Kelas IV SD Negeri Serabi Timur 2 Kecamatan Modung Kabupaten Bangkalan disesuaikan dengan pelaksanaan pengajaran Semester genap yang berjalan di sekolah, Penelitian ini dilakukan selama 2 (dua) bulan, yaitu mulai bulan Pebruari 2015 sampai dengan maret 2015, melalui tiga siklus. Secara umum siklus penelitian ini melalui langkah-langkah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi kegiatan. Setiap siklus berlangsung sesuai dengan jumlah tatap muka dalam sub konsep yang dipelajari. Ketika proses pembelajaran berlangsung guru mengamati dan mencatat kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar. Kemudian data yang diperoleh dianalisis setiap akhir kegiatan belajar mengajar. Perencanaan tindakan meliputi analisa materi pembelajaran penyusunan rencana pembelajaran dan penyusunan model pembelajaran yang berpedoman pada rancangan pembelajaran bagi siswa.Hal-hal yang perlu disiapkan sebelum melakukan penelitian adalah memilih model pembelajaran yang dinilai sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Teknik pengumpulan data, menggunakan a) Observasi penelitian ini dilakukan secara langsung pada saat Pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam di Kelas IV dengan Standar Kompetensi Menceritakan Kisah Nabi pada Kompetensi Dasar Menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s.
b) Dalam penelitian ini digunakan tes setelah mendapat perlakuan (postest) untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketuntasan belajar siswa terhadap materi yang disampaikan dengan menggunakan
“Pembelajaran discovery inquiry”
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif. Data yang dianalisis ini adalah nilai rata-rata tes prestasi belajar materi Pendidikan Agama Islam Pada Kompetensi Dasar Menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s., serta data pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan dengan menggunakan “Pembelajaran discovery inquiry”.
Analisis data yang digunakan adalah data hasil ketuntasan belajar siswa sebagai berikut : Secara individual siswa telah tuntas belajar jika mencapai skor 75 % atau nilai 75 dengan perhitungan sebagai berikut:
Skor yang diperoleh
Skor Siswa = x 100 %
Skor maksimum
Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar jika terdapat > 85 % dari jumlah siswa telah tuntas belajar. Perhitungan untuk menyatakan ketuntasan belajar siswa secara klasikal: jumlah siswa yang tuntas
= x 100 % jumlah siswa seluruhnya
III. Hasil Dan Pembahasan
Bentuk penelitian yang disajikan dalam karya tulis ini meliputi : Data utama yang meliputi : data hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran berdasarkan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran discovery inquiry. Data aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Data pendukungnya meliputi : data respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran discovery inquiry dan penampilan guru dalam pembelajaran.
Hasil belajar siswa pada materi Pendidikan Agama Islam Pada Kompetensi Dasar
Menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. melalui pembelajaran Model
Pembelajaran discovery inquiry1. Hasil belajar siswa
diketahui dengan mengadakan test, meliputi : a.
Post test dilaksanakan setiap akhir siklus b.
Ulangan harian dilaksanakan setelah siklus ke-3 selesai Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada analisis hasil evaluasi belajar sebagai berikut :
UH awal : Ulangan harian materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Kompetensi Dasar Menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s.
sebelum menerapkan Model Pembelajaran discovery inquiry yang digunakan sebagai refleksi awal
Nilai siklus 1-3 : Nilai dari post test setiap siklus UH akhir : Ulangan harian setelah siklus 3 selesai materi PAI Pada
Kompetensi Dasar dengan kegiatan pembelajaran berdasarkan Model Pembelajaran
discovery inquiry
Sesudah Pembelajaran Model Discovery Inquiry
No.75 T
80 T
27 Risma Nilam
85 T
75 T
26 Rahmad
75 T
65 TT
25 Putri Agillya
85 T
80 T
24 Prita Nanda
75 T
28 Risqi Ari R
23 Noviyanto Dwi
75 T
65 TT
22 Nando D
75 T
70 T
21 M.Rivaldi
75 T
65 TT
20 M.Jenius R
80 T
85 T
65 TT
19 M.Abdurrahman
33 Yuliati Dwi
75 T Rata-rata 72,36 77,91 Ketuntasan (%) 69,44 100
70 T
36 Eka Sulistiyanto
75 T
75 T
35 Frida Prasiska
75 T
65 TT
34 Abd .Rahmad
85 T
75 T
75 T
75 T
65 TT
32 Yazidul Ilmi
80 T
80 T
31 Wiyana Ningsih
75 T
65 TT
30 TiffaniEka Siwi
75 T
75 T
29 Risqi Novita A
75 T
75 T
Nama UH Awal UH Akhir N Ktn N Ktn
5. AstriAlifian A
80 T
75 T
8. Dony Setiawan
85 T
75 T
7. Dimas Prasetyo
80 T
75 T
6. Balqis Surhanda
75 T
75 T
75 T
85 T
65 TT
4. Aprilia Sa’idah
75 T
75 T
3. Ameliyya Dwi
75 T
75 T
2. A.Faisal Rizki
75 T
65 TT
1. Abdurrohim S
9. Elfira Eris
85 T
65 TT
65 TT
18 M.Ardian Seva
75 T
75 T
17 Mellynia Dewi
75 T
75 T
16. Miftakhul K
85 T
80 T
15. Livia Afrilia
75 T
14. Laitul Hamidah
10. Elfita Eris
85 T
80 T
13. Jeny Maulia
80 T
75 T
12. Izsa Husna
75 T
65 TT
11. Hendri Afianto
75 T
75 T
Keterangan : N: Nilai TT: Tidak Tuntas Ktn: Ketuntasan UH Awal : UH sebelum pembelajaran T: Tuntas UH Akhir: UH setelah pembelajaran
Pembelajaran Model Discovery Inquiry
No.75 T
85 T
90 T
85 T
25 Putri Agillya
65 TT
65 TT
26 Rahmad
75 T
70 T
75 T
85 T
27 Risma Nilam
75 T
80 T
24 Prita Nanda
80 T
28 Risqi Ari R
21 M.Rivaldi
75 T
80 T
20 M.Jenius R
65 TT
70 T
80 T
70 T
75 T
75 T
75 T
22 Nando D
65 TT
65 TT
85 T
23 Noviyanto Dwi
85 T
75 T
19 M.Abdurrahman
35 Frida Prasiska
80 T
85 T
34 Abd .Rahmad
65 TT
65 TT
75 T
80 T
33 Yuliati Dwi
75 T
85 T
36 Eka Sulistiyanto
80 T
80 T
80 T Rata-rata 72,41 75,33 79,30 Ketuntasan (%) 69,44 83,33 100
75 T
75 T
70 T
65 TT
75 T
29 Risqi Novita A
80 T
85 T
75 T
30 TiffaniEka Siwi
70 T
65 TT
75 T
31 Wiyana Ningsih
80 T
85 T
80 T
32 Yazidul Ilmi
65 TT
70 T
75 T
Nama Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 N Ktn N Ktn N
70 T
75 T
6. Balqis Surhanda
70 T
75 T
80 T
7. Dimas Prasetyo
75 T
75 T
85 T
8. Dony Setiawan
75 T
80 T
80 T
9. Elfira Eris
75 T
5. AstriAlifian A
90 T
75 T
1. Abdurrohim S
75 T
75 T
75 T
2. A.Faisal Rizki
75 T
75 T
75 T
3. Ameliyya Dwi
75 T
70 T
85 T
4. Aprilia Sa’idah
65 TT
70 T
85 T
85 T
70 T
70 T
15. Livia Afrilia
80 T
85 T
85 T
16. Miftakhul K
65 TT
75 T
75 T
17 Mellynia Dewi
75 T
80 T
85 T
18 M.Ardian Seva
65 TT
75 T
70 T
10. Elfita Eris
75 T
75 T
80 T
75 T
11. Hendri Afianto
65 TT
65 TT
12. Izsa Husna
14. Laitul Hamidah
62 TT
67 TT
80 T
13. Jeny Maulia
80 T
85 T
85 T
Keterangan : N : Nilai T : Tuntas Ktn : Ketuntasan TT : Tidak Tuntas
Dalam KBM yang menggunakan modul pembelajaran dengan Model Discovery Inquiry siswa dapat melakukan aktifitas belajar antara lain :
1. Mendengarkan penjelasan guru 2.
Menjawab pertanyaan guru 3. Mencatat materi penting, 4. Memperhatikan permasalahan, 5. Mendiskusikan tugas dari guru 6. Mengumpulkan hasil belajar kelompok 7. Bertanya kepada guru
Ketrampilan Melakukan Model Pembelajaran discovery inquiry
Dalam pengelolaan KBM dengan pembelajaran berdasarkan masalah dengan Model Pembelajaran discovery inquiry diharapkan akan meningkatkan ketrampilan dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Kompetensi Dasar Menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. antara lain : Mendengarkan penjelasan guru, Menjawab pertanyaan guru, Mencatat materi penting, Memperhatikan permasalahan, Mendiskusikan tugas dari guru, Bertanya kepada guru, dan Mengumpulkan hasil belajar kelompok
Diskripsi frekwensi ketrampilan siswa dalam melaksanakan Model Pembelajaran discovery inquiry dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3 Data Jumlah yang Menunjukkan Ketrampilan Dalam Melakukan Model
Pembelajaran discovery inquiry Kelas X
Frekwensi No. Ketrampilan Siswa Siklus I Siklus II Siklus III
1. Mendengarkan penjelasan dengan aktif Sedang Sedang Sedikit
2. Kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan Merumuskan materi penting Banyak Banyak Banyak
3. Merespon permasalahan Sedang Banyak Banyak
4. Melatih siswa untuk bertanya Banyak Banyak Banyak
5. Memberikan kesempatan pada teman Sedang Sedikit Banyak
6. Menyimpulkan bersama hasil diskusi Sedikit Banyak Banyak
7.Banyak Banyak Banyak
Keterangan : Sedikit= Kurang dari 12 siswa Sedang= Antara 13 -24 siswa Banyak= Antara 25-36 siswa 3.
Data Pendukung Data pendukung adalah data yang dianggap dapat mendukung penelitian ini.
Yang digunakan sebagai data pendukung adalah data respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran berdasarkan Model Pembelajaran discovery inquiry dan penampilan guru dalam pembelajaran tersebut.
a.
Respon siswa terhadap KBM ini diperoleh dengan memberikan soal kepada siswa setelah siklus III berakhir. Data respon siswa dalam KBM dapat disajikan berikut ini :
Tabel 4. Data Respon Siswa dalam KBM
Setuju Tidak Setuju Uraian (%) (%) Pelajaran Pendidikan Agama Islam bermanfaat.90
10 Pembelajaran Model Pembelajaran discovery inquiry
80
20 menyenangkan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran discovery inquiry
85
15 menantang Anda berusaha mempelajari Pendidikan Agama Islam lebih baik
85
15 Anda berusaha memiliki buku Pendidikan Agama Islam
80
20 Materi pelajaran Pendidikan Agama Islam mudah dipelajari
80
20 Rata-rata 83,33 16,66 4.
Penjelasan Tiap-tiap Siklus
Keadaan awal sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran discovery inquiry pada materi Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Serabi Timur 2 Kecamatan Modung Kabupaten Bangkalan Kelas IV Semester 2 yang membahas Pada Kompetensis Dasar Menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. meliputi : Ceramah, Penugasan, Diskusi dan Tanya jawab.
Hasil tes ulangan Pendidikan Agama Islam ini rata-rata nilai 72,36, ketuntasan secara klasikal 69,44 %, dan terdapat 11 siswa yang tidak tuntas.
Siklus I
Perencanaan, Pada siklus I yang dilakukan Pada Kompetensi Dasar Menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Perangkat pembelajaran yang disiapkan meliputi : Rencana Pembelajaran, Soal dan Evaluasi.
Dalam RP dirancang dengan kegiatan pendahuluan yang meliputi : Apersepsi, Menjelaskan tujuan pembelajaran Pre Tes
Kegiatan inti yang direncanakan antara lain : 1. Menjelaskan materi secara singkat 2. Membentuk kelompok, 3. Melaksanakan kegiatan diskusi 4. Mengadakan presentasi : sebelum kegiatan pembelajaran ditutup pada siklus I ini diadakan kuis sebanyak 10 soal.
Kegiatan yang dilakukan guru pada saat pembelajaran antara lain : menyampaikan informasi tentang materi Pendidikan Agama Islam Pada Kompetensi Dasar Menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s., kegiatan praktek menggunakan Model Pembelajaran discovery inquiry diarahkan untuk melatih siswa memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa dengan harapan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. diperlukan, dan mengawasi kegiatan siswa. Setelah diadakan kuis guru memberikan pengumuman pada siswa yang memperoleh nilai tertinggi. Kemudian ditutup dengan membimbing memberikan kesimpulan dan memberi tugas rumah untuk minggu depan.
Pengamatan
Sesuai dengan hasil observasi yang terlihat adanya sebuah kenaikan jumlah siswa yang tuntas hasil belajarnya. Nilai rata-rata yang dicapai pada UH awal sebesar 72,36, sedangkan pada siklus I 72,41. Ketuntasan klasikal pada UH awal hanya mencapai 69,44%,sama dengan ketuntasan dengan siklus I.
Aktifitas siswa dalam KBM rata-ratanya mencapai 61 %. Dari data aktifitas siswa tersebut kegiatan yang paling menonjol yang dilakukan siswa diwaktu Model Pembelajaran discovery inquiry adalah kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru mencapai 78 % dan memperhatikan permasalahan sebesar 71 %.
Keterampilan siswa dalam melakukan Model Pembelajaran discovery inquiry pada siklus I yaitu :
1. Mendengarkan penjelasan guru (Sedang) 2.
Menjawab pertanyaan guru (Banyak) 3. Mencatat materi penting (Sedang) 4. Memperhatikan permasalahan (Banyak) 5. Mendiskusikan tugas dari guru (Sedang) 6. Bertanya kepada guru, (Sedikit) 7. Mengumpulkan hasil belajar kelompok (Banyak)
Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat di evaluasi/ refleksi dengan ditemukan hambatan seperti :
1. Sebagian siswa ada yang terlalu mendominasi dalam diskusi kelompok dalam menjawab pertanyaan sehingga kesempatan teman untuk menjawab pertanyaan masih belum optimal.
2. Penjelasan guru pada materi pelajaran dianggap cukup menyita waktu sehingga perlu dikurangi pada siklus berikutnya.
Siklus II Perencanaan
Pada siklus II materi yang akan dibahas dibahas Pada Kompetensi Dasar Menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. . Perangkat yang disiapkan meliputi diantaranya : Melanjutkan rencana pembelajaran pada siklus I, Soal dan Evaluasi dengan 10 soal. memberikan penjelasan kepada murid perlu dikurangi dan kesempatan memberikan giliran kepada siswa lain dalam menjawab pertanyaan dioptimalkan.
Pelaksanaan
Tindakan guru pada siklus II ini telah sesuai dengan yang direncanakan pada Rencana Pembelajaran, sehingga tidak banyak memakan waktu. Sebelum kegiatan pembelajaran selesai diadakan kuis dan pemberian penghargaan kepada kelompok yang memperoleh nilai terbaik.
Pengamatan
Berdasarkan observasi pada siklus II ditemukan adanya kenaikan jumlah siswa yang tuntas belajarnya. Pada siklus I ketuntasan belajar secara klasikal 69,44 %, siklus II naik menjadi 83,33 % dan nilai rata-rata siklus I sebesar 72, 41, siklus II menjadi 75,33. Siswa yang tidak tuntas pada siklus II ada 6 anak. Aktivitas siswa pada siklus I mencapai 61 %, pada siklus II meningkat menjadi 72 %.
Keterampilan siswa dalam melakukan Model Pembelajaran discovery inquiry meliputi:
1. Mendengarkan penjelasan guru (Sedang) 2.
Menjawab pertanyaan guru (Banyak) 3. Mencatat materi penting (Banyak) 4. Memperhatikan permasalahan (Banyak) 5. Mendiskusikan tugas dari guru (Sedikit) 6. Bertanya kepada guru, (Banyak) 7. Mengumpulkan hasil belajar kelompok (Banyak)
Refleksi
Refleksi pada siklus II ini ditemukan permasalahan sebagai berikut : 1. Penyediaan buku bacaan selain buku paket bagi siswa masih terbatas oleh karena itu siswa yang tidak memiliki buku bacaan dianjurkan untuk pinjam di perpustakaan sekolah dan pihak sekolah dapat mempersiapkan atau memperbanyak buku bacaan selain buku bacaan Pendidikan Agama Islam yang penting bisa berkaitan dengan masalah kemerdekaan.
2. Masih ada 6 siswa yang belum tuntas belajarnya. Bimbingan kepada siswa yang belum tuntas pada saat KBM perlu dioptimalkan.
Siklus III Perencanaan
Pada siklus II materi yang diajarkan adalah materi Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Kompetensi Dasar Menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Perangkat pembelajaran yang disiapkan meliputi : Rencana awal, Evaluasi dan 10 soal. Rencana pembelajaran dan pelaksanaan kuis, secara garis besar masih sama dengan siklus I dan II. Namun berdasarkan refleksi siklus II terdapat 6 siswa yang belum tuntas, pada siklus III bacaan selain buku Pendidikan Agama Islam dilengkapi dari pinjaman perpustakaan.
Pengamatan
Hasil observasi pada siklus III menunjukkan ada peningkatan. Nilai rata-rata pada siklus II 75,33, pada siklus III naik menjadi 79,30. Presentasi ketuntasan klasikal naik dari 83,33 % menjadi 100 %. Aktifitas siswa dalam KBM meningkat dari 72 % pada siklus II menjadi 88 % pada siklus III. Keterampilan siswa dalam melakukan Model Pembelajaran discovery inquiry rata-rata banyak. Data respon siswa terhadap KBM rata- rata mencapai 83,33 %. Berdasarkan hasil supervisi Kepala Sekolah skor rata-rata mencapai 3,6, angka ini tergolong baik. Hasil ulangan harian siswa pada UH awal 72,36, sedangkan pada UH akhir mencapai nilai 77,91. Ketuntasan belajar klasikal naik dari 69,44 % menjadi 100%.
Refleksi.
Pada siklus III ini menunjukkan adanya peningkatan dari berbagai hal. Tetapi berdasarkan refleksi siklus III ini masih ditemukan permasalahan yaitu :
1. Buku referensi siswa dan guru kurang. Oleh karena itu pengadaan buku referensi perlu diperbanyak selain buku paket sangat diperlukan.
2. Saat presentasi hasil melakukan Model Pembelajaran discovery inquiry tidak tersedia sarana dengan lengkap. Untuk ketercapaian tujuan maka perlu adanya sarana pendukung agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih optimal.
Pembelajaran berdasarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran discovery inquiry mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar itu dapat dilihat dari hasil kuis dari siklus I, siklus II dan siklus III .bahkan dapat dilihat dari hasil UH. Dengan menggunakan Model Pembelajaran discovery inquiry ini mampu meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran, dengan demikian dalam KBM tidak berpusat pada guru lagi.
IV. Kesimpulan
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka secara umum dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa di SD Negeri Serabi Timur 2 Kecamatan Modung Kabupaten Bangkalan, dapat meningkatkan melalui pembelajaran dengan menggunakan “Model Pembelajaran discovery inquiry ”. Secara khusus dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa Kelas IV SD Negeri Serabi Timur 2 Kecamatan Modung
Kabupaten Bangkalan pada .kompetensi dasar tentang Menceritakan kisah Nabi
Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. dapat mengalami peningkatan yang cukup
signifikan setelah diterapkan kegiatan pembelajaran melalui
“Model Pembelajaran
discovery inquiry
” dapat memotivasi minat belajar siswa sehingga, hasil nilai
belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan. Dengan Nilai rata-rata pemahaman siswa dalam memperhatikan permasalahan, pada siklus pertama sebesar 72,41 pada siklus kedua pada siklus kedua sebesar 75,33 sedangkan pada siklus ketiga sebesar 79,30, tergolong baik demikian juga tentang ketuntasan belajar pada siklus pertama 69,44% dan pada siklus kedua menjadi 83,33 % sedangkan pada siklus ketiga menjadi 100 % Aktifitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran dapat meningkat sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih berpusat pada siswa.
3. Dalam penggunaan “Model Pembelajaran discovery inquiry ” guru hendaknya juga memperhatikan pentingnya pengelolaan kelas. Hal ini demi kelancaran proses pembelajaran. Sebab walaupun dalam pembelajaran sudah menggunakan media bergambar yang baik namun jika dalam mengelola kelas kurang baik, maka proses pembelajaran akan terganggu dan hasilnya kurang memuaskan
Setelah mengetahui hasil dan kesimpulan selama penelitian berlangsung di Kelas
IV SD Negeri Serabi Timur 2 Kecamatan Modung Kabupaten Bangkalan peneliti memberikan saran antara lain:
1. Guru pelajaran Pendidikan Agama Islam ketika membahas Stamdar Kompetensi
Menceritakan Kisah Nabi pada kompetensi dasar Menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. hendaknya menggunakan “Model Pembelajaran discovery
inquiry (Teams Games Tournaments
” dengan menggunakan alat atau bahan
percobaan agar siswa dapat lebih mudah untuk memahaminya dan juga dapat memotivasi minatnya dalam belajar sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dan menjadikan siswa mampu.
2. Dengan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran “Model Pembelajaran discovery inquiry
”, guru dapat dengan mudah merespon potensi atau