PENGARUH MODEL STAD BERBANTUAN FLIPBOOK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI

  

PENGARUH MODEL STAD BERBANTUAN FLIPBOOK TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI

Widya Andari Putri, Eka Ariyati, Reni Marlina

  

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan Pontianak

Ema

  Abstract

The aim of this research knew the influence of cooperative learning model type of

STAD helped by flipbook on student learning outcomes in material biodiversity at 1

st

grade SMA Muhammadiyah 1 Ketapang. This research was a quasi experimental with

on equivalent control group design. The study sample consisted of two classes namely

grade XC as class experiment and grade XB as grade control, the samples took by

intact group. The instrument had learned outcome experiment and control class were

15,32 and 13,78. According to t test, t count > t table (2,96 > 1,68), it mean there were

differences between students taught by cooperative learning model type STAD helped

by flipbook with students who taught by conventional model helped by power point.

  

The value of effect size was 0,83 with high category and contribution in 29,67%

toward learning outcome in material biodiversity on grade X SMA Muhammadiyah 1

Ketapang.

  

Keywords: Flipbook, Learning Outcome, Material Biodiversity, Cooperatif

Learning Model Type by STAD

  Belajar merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan perubahan perilaku dari hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar sangat penting dalam kehidupan manusia karena dengan belajar diharapkan dapat mengubah perilaku manusia menjadi lebih baik dari sebelumnya. Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan (Hamdani, 2011: 20). Setelah melalui proses belajar siswa diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut sebagai hasil belajar (Jihad dan Haris, 2013: 15). Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, penting bagi siswa untuk memahami konsep- konsep pada materi pelajaran.

  Salah satu materi biologi pada kelas X semester genap adalah keanekaragaman hayati. Materi keanekaragaman hayati mencakup konsep keanekaragaman hayati, keanekaragaman hayati di Indonesia, manfaat dan nilai keanekaragaman hayati, upaya pelestarian keanekaragaman hayati, dan klasifikasi makhluk hidup. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ketapang pada tanggal 18 November 2016 diperoleh informasi bahwa pembelajaran yang berlangsung selama ini guru masih menggunakan model konvensional yaitu ceramah dan diskusi. Dalam hal ini interaksi antara guru dan siswa cenderung menjadi satu arah, sehingga materi pembelajaran terus menerus hanya disampaikan oleh guru dan proses pembelajaran menjadi kurang bervariasi. Berdasarkan hasil wawancara juga diketahui bahwa pada materi keanekaragaman hayati siswa masih belum mampu membedakan tingkat keanekaragaman gen dan spesies, menentukan persebaran fauna di Indonesia, serta memahami pengelompokan hewan dan tumbuhan atau sistem pengklasifikasian. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi keanekaragaman hayati yang memiliki nilai rata-rata paling rendah jika dibandingkan dengan materi lainnya yang dapat dilihat pada Tabel 1.

  

Tabel 1. Nilai Rata-rata Ulangan Harian Biologi Semester Genap Siswa Kelas X SMA

Muhammadiyah 1 Ketapang Tahun Pelajaran 2015/2016

Kelas Materi Biologi Kelas X Semester Genap Keanekaragaman Hayati Ekosistem Pencemaran Lingkungan dan Upaya Mengatasinya

  X A 64,46 70,89 70,78

  X B 61,88 66,87 70,44

  X C 62,68 70,29 71,61 Rata-rata Nilai 63,00 69,35 70,94

  KKM

  75 Sumber: Guru Mata Pelajaran Biologi SMA Muhammadiyah 1 Ketapang Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang bisa melatih kerja sama dalam kelompok, siswa aktif membantu dan memotivasi untuk berhasil bersama, menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri siswa, dan memacu siswa untuk bersaing secara sehat antar kelompok. Model pembelajaran yang bisa diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD

  (Student Team Achievement Division )

  berbantuan media flipbook. STAD merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang di dalamnya terdapat beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak hanya secara akademik, siswa juga dikelompokkan secara beragam berdasarkan gender, ras, dan etnis (Huda, 2014: 201). Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran (Rusman, 2014: 214). Berdasarkan penelitian Harahap (2013:68) ada perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.Hal ini juga diperkuat oleh hasil uji t yang menunjukkan perbedaan signifikan rata-rata hasil belajar kognitif kedua kelas pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan penerapan model STAD siswa didorong untuk saling membantu satu sama lain jika siswa ingin kelompok mereka memperoleh penghargaan. Sehingga melalui model STAD siswa sangat terbantu saat memahami materi karena mereka bisa berdiskusi dengan teman yang lain, siswa juga terlihat lebih aktif karena mereka bersaing antar kelompok.

  Adapun kelebihan dari menggunakan model STAD adalah siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok, siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama, aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat, meningkatkan kecakapan individu, meningkatkan kecakapan kelompok (Shoimin, 2014: 188- 189). Menurut Slavin (2005: 143) model kooperatif tipe STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor kemajuan individu, dan rekognisi tim. Ada 3 tingkatan penghargaan diberikan yaitu good team, great team, dan

  super team yang dihitung berdasarkan tingkat

  kenaikan skor kuis dibandingkan dengan skor awal. Skor awal diperoleh pada saat pre-test yang diberikan sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan. Selanjutnya siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka. Berikut adalah kriteria poin perkembangan skor individu.

  • 2 6 ≤ N ≤ 15

  Model pembelajaran kooperatif tipe

  Flipbook dalam penelitian ini selain memuat

  pembelajaran karena mempunyai beberapa keunggulan, yaitu mampu menyajikan pesan pembelajaran secara ringkas dan praktis, dapat digunakan di dalam ruangan atau luar ruangan, bahan pembuatan relatif murah, mudah dibawa kemana-mana (moveable), dan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa (Susilana dan Cepi, 2009: 88-89).

  flipbook . Flipbook dipilih sebagai media

  Selain media power point, siswa juga dibantu dengan bahan ajar berupa LKS. LKS yang digunakan memiliki uraian materi dan soal- soal namun sedikit menampilkan gambar untuk contoh-contoh flora dan fauna.Oleh karena itu diperlukan media yang dapat membantu siswa mengatasi keterbatasan tersebut, yaitu dengan menggunakan

  guru menjelaskan materi. Akibatnya konsentrasi siswa terpecah antara mencatat materi dan mendengarkan penjelasan guru.

  point yang ditampilkan sambil mendengarkan

  Hal lain yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa SMA Muhammadiyah 1 Ketapang adalah keterbatasan sumber belajar dan media pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara, guru menggunakan power point sebagai media. Media power point digunakan oleh guru pada saat menjelaskan materi dan hanya guru yang memilikinya. Sedangkan siswa hanya mencatat materi dari slide power

  bagi siswa hal ini didukung oleh penelitian terdahulu, yaitu Harahap (2013: 67) yang menyatakan bahwa ada perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan hasil belajar kognitif siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Juga diperkuat oleh hasil uji t yang menunjukkan perbedaan signifikan rata-rata hasil belajar kognitif kedua kelas pada tingkat kepercayaan 95%.

  STAD memberikan hasil belajar yang baik

  Sumber: Rusman, 2014: 216

  

Tabel 2. Penghitungan Perkembangan Skor Individu

No Nilai Tes Skor Perkembangan

  4 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang istimewa (Super Team)

  3 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang baik sekali (Great Team)

  Tim yang baik (Good Team)

  1 0 ≤ N ≤ 5

  

Tabel 3. Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok

No Rata-rata Skor Kualifikasi

  5 Pekerjaan sempurna (tanpa memerhatikan skor dasar) 30 poin Sumber: Rusman, 2014: 216. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Ada 3 tingkatan penghargaan diberikan, yaitu:

  4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin

  3 Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin

  1 Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin 2 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin

  materi keanekaragaman hayati juga memuat konten lokal Kalimantan Barat yaitu flora dan fauna endemik Kalimantan Barat. Hal ini dilakukan untuk menambah wawasan siswa tentang keanekaragaman hayati di Kalimantan Barat dan menumbuhkan rasa pada diri siswa untuk melestarikan flora dan fauna endemik Kalimantan Barat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2017: 12-13) model Word Square disertai media flipbook yang diterapkan peneliti berpengaruh positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada sub materi Lumut (Bryophyta) dengan rata-rata skor hasil belajar siswa sebesar 17,09.

  Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media

  berikut: pemberian skor sesuai dengan pedoman penskoran, uji normalitas menggunakan uji Liliefors, pada soal post-

  flipbook ; (6) Melakukan uji coba soal tes; (7)

  1 Ketapang melalui wawancara kepada guru mata pelajaran biologi; (3) Merumuskan permasalahan penelitian dan menentukan pemecahan masalah penelitian; (4) Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS)dan soal tes; (5) Melakukan validasi perangkat pembelajaran, instrumen penelitian dan

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan, antara lain: (1) Mencari referensi studi pustaka berupa buku dan jurnal mengenai penelitian yang akan dilakukan; (2) Melakukan pra riset di SMA Muhammadiyah

  Tahap persiapan

  3 tahap, yaitu: 1) Tahap persiapan, 2) Tahap pelaksanaan, 3) Tahap penyusunan laporan akhir (skripsi).

  Size . Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari

  sehingga dilakukan uji homogenitas menggunakan uji Fisher, kemudian diperoleh bahwa data homogenmaka dilakukan uji t dan dilanjutkan dengan menghitung Effect

  test diperoleh kedua data berdistribusi normal

  test dianalisis menggunakan rumus sebagai

  flipbook terhadap hasil belajar siswa pada

  XC sebagai kelas eksperimen dan kelas XB sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa tes tertulis (pre-test dan post-test) berbentuk pilihan ganda berjumlah 20 soal. Instrumen penelitian berupa Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan soal tes yang telah divalidasi oleh dua orang dosen Pendidikan Biologi FKIP Untan dan satu orang guru biologi SMA Muhammadiyah 1 Ketapang dengan hasil validasi bahwa instrumen layak digunakan. Berdasarkan hasil uji coba soal diperoleh keterangan bahwa tingkat reliabilitas soal yang disusun tergolong cukup dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,46.Hasil post-

  XB. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara intact group. Kelas

  Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ketapang tahun pelajaran 2016/2017 yang belum menerima pelajaran materi keanekaragaman hayati. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XC dan kelas

  O 3 : Pre-test pada kelas kontrol O 4 : Post-test pada kelas kontrol

  flipbook

  O 3 O 4 Keterangan: O1 : Pre-test pada kelas eksperimen O 2 : Post-test pada kelas eksperimen X : Perlakuan pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan

  O 1 X O 2 …………………………………..

  Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian semu (quasi experimental) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group design, dengan rancangan oleh Sugiyono (2011: 73) sebagai berikut:

  materi keanekaragaman hayati di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ketapang.

  Menganalisis hasil uji coba tes; (8) Menentukan jadwal penelitian yang disesuaikan dengan jadwal pelajaran biologi di sekolah.

  Tahap pelaksanaan

  Sampel dalam penelitian ini terdiri atas 2 kelas yaitu kelas XC (kelas eksperimen) dan kelas XB (kelas kontrol) dengan teknik pengambilan sampel intact group. Hasil pre-

  Liliefors karena jumlah data < 30. Hasil uji

  Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase ketuntasan pre-test untuk kelas eksperimendan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan adalah sama. Namun setelah diberi perlakuan yang berbeda, kedua kelas menunjukkan hasil yang berbeda. Pada kelas eksperimen rata-rata hasil belajar siswa sebesar 15,32 sedangkan rata-rata hasil belajar kelas kontrol adalah sebesar 13,78. Hal ini terkait dengan berbedanya perlakuan yang diterapkan pada kedua kelas. Pada kelas eksperimen siswa diajarkan dengan menggunakan model STAD berbantuan media flipbook dan pada kelas kontrol siswa diajarkan dengan model pembelajaran konvensional berbantuan power point. Data hasil post-test digunakan untuk melihat hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan serta untuk melihat seberapa besar pengaruh yang diberikan. Maka dilakukan uji prasyarat yaitu dengan uji normalitas menggunakan uji

  SD % Ketuntasan Pre-test 7,96 1,96 7,69 2,95 Post-test 15,32 1,91 76,00 13,78 1,85 56,52

  ̅

  SD % Ketuntasan

  ̅

  

Tabel 4. Hasil Pre-test dan Post-test Siswa

Skor Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

  kelas kontrol secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.

  test dan post-test siswa kelas eksperimen dan

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (1) Memberikan tes awal (pre-test) di kelas XA,

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir antara lain: (1) Mendeskripsikan hasil analisis data dan memberikan kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah; (2) Menyusun laporan penelitian.

  Tahap akhir

  Memberikan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan akhir siswa; (5) Analisis data.

  power point pada kelas kontrol; (4)

  memberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran konvensional disertai

  flipbook pada kelas eksperimen dan

  sehingga diperoleh hasil bahwa kedua kelas tersebut memiliki kemampuan awal yang sama; (3) Memberikan perlakuan dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model STAD berbantuan media

  pre-test kelas eksperimen dan kontrol

  XB, dan XC untuk menentukan sampel yang akan dipilih berdasarkan rata-rata skor dan standar deviasi yang hampir sama antara 3 kelas yang diuji; (2) Menganalisis data hasil

  normalitas post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah L hitung < L tabel (0,047 < 0,114) dan (0,173 < 0,183), maka kedua data berdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan uji homogenitas menggunakan uji Fisher. Hasil uji homogenitas adalah F hitung < F tabel (1,06 < 2,03) yang artinya kedua data homogen, maka selanjutnya dilakukan uji t. Hasil dari uji t data post-test adalah t hitung > t tabel (2,96 > 1,68) artinya terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan flipbook dengan siswa kelas kontrol yang diajar menggunakan model konvensional berbantuan power point. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diterapkan pada kelas eksperimen maka dilakukan perhitungan menggunakan effect

  size (Sutrisno, 2010:1). Hasil perhitungan effect size diperoleh nilai sebesar 0,83 yang

  tergolong tinggi. Jika nilai tersebut dikonversikan ke dalam tabel kurva normal dari tabel O-Z, maka diperoleh luas daerah sebesar 0,2967 hal ini menunjukkan pembelajaran dengan model pembelajaran

  STAD berbantuan flipbook memberikan

  pengaruh sebesar 29,67% terhadap hasil belajar siswa pada materi Keanekaragaman Hayati kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ketapang.

  Pembahasan Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 6 Februari 2017 sampai 7 Maret 2017 pada kelas

  XC dan

  XB di SMA Muhammadiyah 1 Ketapang. Kelas XC sebagai kelas eksperimen berjumlah 25 orang dan kelas XB sebagai kelas kontrol berjumlah 23 orang. Pada kelas eksperimen diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan flipbook sedangkan pada kelas kontrol diajar menggunakan model pembelajaran konvensional berbantuan power point . Penelitian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x45 menit tiap pertemuan.

  Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media flipbook yang terdiri dari 5 tahapan, yaitu (1) Presentasi kelas; (2) Kerja tim; (3) Kuis individu; (4) Skor kemajuan individu; (5) Rekognisi tim (Slavin, 2005: 143). Perbedaan presentasi kelas dalam model STAD dengan presentasi kelas pada pembelajaran konvensional adalah adanya penekanan bahwa siswa dituntut untuk fokus karena diakhir pembelajaran akan diberikan kuis individu dan penghargaan bagi kelompok yang berprestasi. Selain itu tingginya hasil belajar pada kelas eksperimen karena adanya fase kerja tim. Dalam kerja tim siswa dibagi ke dalam 7 kelompok belajaryang beranggotakan sekitar 4-5 orang secara heterogen. Dimana siswa yang memiliki kemampuan sedang dan rendah dapat belajar dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi. Isjoni dalam Andri (2011: 6) menyatakan bahwa dengan mengelompokkan siswa dengan kemampuan yang berbeda, maka siswa yang kurang pandai akan termotivasi dan terbantu oleh siswa yang lebih pandai, sedangkan siswa yang lebih pandai akan terasah kemampuannya.

  Selama kerja tim siswa berdiskusi mengerjakan LKS dengan bantuan media

  flipbook keanekaragaman hayati. Media ini

  terdiri atas 39 halaman, dengan masing- masing halaman berisi topik, gambar, dan keterangan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran keanekaragaman hayati. Topik, gambar, dan keterangan dalam flipbook ini menjelaskan konsep yang meliputi pengertian keanekaragaman hayati, tingkat keanekaragaman hayati, keanekaragaman hayati di Indonesia dimana juga dibahas flora dan fauna endemik di Kalimantan Barat dan keanekaragaman hayati di Kalimantan Barat, persebaran fauna di Indonesia, manfaat dan nilai keanekaragaman hayati, aktivitas manusia yang mempengaruhi keanekaragaman hayati, upaya pelestarian keanekaragaman hayati, dan klasifikasi makhluk hidup. Dengan adanya flipbook dapat mengatasi masalah keterbatasan sumber belajar siswa dan membantu siswa dalam memahami materi karena flipbook disusun dengan lebih ringkas, memuat konsep penting yang mudah ditemukan, serta dengan adanya gambar dan warna yang beragam membuat siswa tertarik untuk membacanya, serta ukurannya yang tidak terlalu besar dan ringan sehingga mudah dibawa kemana-mana.Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2017: 12) yang menyatakan penyajian gambar pada media flipbook dapat membuat konsep yang abstrak menjadi konkret sehingga dengan melihat gambar yang sama siswa juga memiliki persepsi yang sama pada materi yang diberikan.Menurut Andri (2011: 6) penggunaan media flipbook dapat membantu peserta didik untuk memahami materi dan membuat peserta didik tertarik pada informasi yang disampaikan guru. Dengan meningkatnya aktivitas siswa tentunya dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.Pada saat mengerjakan LKS selain berdiskusi siswa ditutut untuk membantu anggota kelompoknya memahami materi. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan diri mengikuti kuis individu yang akan diberikan diakhir pembelajaran. Dimana hasilnya nanti akan mempengaruhi predikat kelompokapakah termasuk kelompok good

  team, great team, atau super team.

  5 Menjelaskan manfaat dan nilai keanekaragaman hayati 11,12,13 70,6 62,3

  Rata-rata 79,84 72,43

  8 Menjelaskan sistem klasifikasi keanekaragaman hayati 18,19,20 69,3 66,6

  63

  68

  7 Menjelaskan upaya pelestarian keanekaragaman hayati 14,17

  6 Menjelaskan aktivitas manusia yang memengaruhi keanekaragaman hayati 15,16 86 69,55

  5,6,7,8,9,10 78 68,06

  Sedangkan pada kelas kontrol kegiatan pembelajaran terdiri atas 3 tahap, yaitu (1) Pendahuluan; (2) Kegiatan inti; (3) Penutup. Pada kelas kontrol yang diajar dengan model pembelajaran konvensional guru yang lebih aktif, serta media power point yang mengoperasikannya adalah guru, siswa hanya mendengar penjelasan dan mencatat materi yang disampaikan melalui power point sehingga siswa menjadi pasif dan sulit diketahui apakah seluruh siswa sudah mengerti atau belum dengan materi yang disampaikan. Meskipun pada kelas kontrol juga dilakukan diskusi kelompok untuk menumbuhkan kerja sama antar siswa, namun diskusi pada kelas kontrol berbeda dengan diskusi pada kelas eksperimen. Pada kelas kontrol siswa tidak ditekankan untuk saling membantu temannya untuk memahami pelajaran dan diakhir pembelajaran pun tidak diberikan penghargaan, serta pemilihan kelompok juga dilakukan secara acak (tidak berdasarkan nilai).

  4 Menjelaskan keanekaragaman hayati Indonesia.

  3 Menjelaskan faktor-faktor yang menentukan keanekaragaman ekosistem 4 92 82,6

  2 Membedakan keanekaragaman tingkat gen, jenis, dan ekosistem 2,3 72 67,35

  1 Menjelaskan konsep keseragaman dan keberagaman makhluk hidup 1 100 100

  Rata-rata Persentase Jawaban Benar Per Tujuan Pembelajaran Eksperimen (%) Kontrol (%)

  Tabel 5. Persentase Perbedaan Hasil Belajar Siswa di Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol Per Tujuan Pembelajaran

No Tujuan Pembelajaran No Soal

  Untuk melihat lebih jelas peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, maka dilanjutkan dengan menghitung persentase ketuntasan hasil belajar per tujuan pembelajaran yang dapat dilihat pada Tabel 5.

  Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada materi keanekaragaman hayati berdasarkan persentase siswa yang menjawab benar soal

  post-test per tujuan pembelajaran secara

  keseluruhan pada kelas eksperimen adalah 79,84% sedangkan kelas kontrol adalah 72,43%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibanding siswa kelas kontrol. Meskipun hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol jika dilihat dari rata-rata persentase jawaban benar per soal post-test ada beberapa tujuan pembelajaran yang masih belum tercapai atau di bawah nilai KKM (75) yaitu, tujuan pembelajaran kedua pada soal nomor 3, tujuan pembelajaran keempat pada soal nomor 5 dan 7, tujuan pembelajaran kelima pada soal nomor 11 dan 13, tujuan pembelajaran ketujuh pada soal nomor 17 dan tujuan pembelajaran kedelapan pada soal nomor 18 dan 19.

  Pada tujuan pembelajaran kedua, soal nomor 3 tentang keanekaragaman tingkat gen siswa banyak terkecoh dengan pilihan jawaban antara pilihan jawaban D dan E. Hal ini dikarenakan pada flipbook contoh keanekaragaman tingkat gen tidak sama dengan pilihan jawaban pada soal sehingga siswa kesulitan untuk menjawab. Sawitri dkk (2014: 410) dalam penelitiannya menyatakan bahwa materi keanekaragaman hayati mempelajari mengenai keberagaman makhluk hidup pada tingkat gen, jenis, dan ekosistem. Materi ini diajarkan pada semester gasal kelas X, padahal siswa belum memperoleh pengetahuan mengenai gen dan ekosistem. Materi mengenai genetika disampaikan pada semester genap kelas XII.

  Pada tujuan pembelajaran keempat soal nomor 5 siswa diminta menentukan fauna daerah Australia. Dalam menjawab soal tersebut siswa keliru dalam menentukannya dimana pada soal dituliskan juga beberapa nama hewan dari daerah Oriental maupun Peralihan sehingga membuat siswa bingung menentukannya. Padahal jika siswa ingat ciri-ciri dan contoh fauna tipe Australia yang sudah dimuat dalam flipbook kemungkinan besar siswa tidak keliru menjawab soal tersebut. Saat diskusi pengerjaan LKS pun siswa juga masih ada yang keliru dalam menentukan letak daerah Australia, Oriental dan Peralihan. Pada soal nomor 7 tentang garis khayal siswa juga banyak terkecoh dengan gambar soal dimana terdapat dua garis dan mereka keliru menentukan antara garis Wallace dan garis Weber. Saat presentasi kelas guru sudah menjelaskan dan menggambarkan pembagian wilayah fauna Indonesia dipapan tulis. Namun nyatanya masih ada siswa yang belum memahami. Menurut Imaniar (2014: 4) pada tahap presentasi kelas guru terlalu lama menyampaikan materi di depan kelas, sehingga menyebabkan peserta didik merasa bosan dan kurang memperhatikan penjelasan guru.

  Pada tujuan pembelajaran kelima soal nomor 11 tentang nilai keanekaragaman hayati. Soal ini dirasa sudah jelas dan pada

  flipbook juga sudah dimuat. Namun karena

  pada flipbook pembahasan tentang nilai keanekaragaman hayati digabung dengan manfaat keanekaragaman hayati sehingga siswa kurang teliti dalam membaca dan konsep penting ini terlewatkan oleh siswa. Pada soal nomor 13 melalui gambar siswa diminta menentukan tumbuhan yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Jika dilihat pada flipbook sudah mencantumkan satu contoh dari gambar tersebut tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan yaitu mengkudu. Namun siswa kurang teliti dalam membaca sehingga konsep penting ini terlewatkan oleh siswa.Pada tujuan pembelajaran ketujuh, soal nomor 17 tentang contoh pelestarian secara

  in situ . Berdasarkan dari proses pembelajaran

  saat presentasi kelas guru sudah menjelaskan perbedaan antara pelestarian secara in situ dan ex situ. Ketika siswa ditanya kembali ada beberapa siswa yang masih terlihat bingung dan belum memahami perbedaan pelestarian secara in situ dan ex situ, guru pun kembali menjelaskan. Jika dilihat contoh pada

  flipbook berbeda dengan pilihan jawaban

  pada soal sehingga membuat siswa kesulitan dalam menjawab soal.Menurut Suroso (2016: 14) siswa juga salah konsep karena kurang memperhatikan ketika pembelajaran dan tidak berani mengajukan pertanyaan ketika ada materi yang belum paham. Pada tujuan pembelajaran kedelapan, soal nomor 18 cara penulisan nama berdasarkan sistem tata nama ganda (Binomial Nomenclature) siswa juga banyak yang keliru dalam hal ini. Pada saat presentasi kelas guru sudah mencontohkan dipapan tulis cara penulisan nama jenis yang benar sesuai sistem tata nama ganda. Pada

  flipbook juga sudah dijelaskan, namun

  nyatanya masih ada siswa yang kurang memahami dan kurang teliti. Pada soal nomor 19 seperti yang sudah dijelaskan diatas urutan takson sebenarnya juga sudah ditampilkan dalam flipbook namun nyatanya masih ada siswa yang kurang teliti dalam membaca sehingga mereka melewatkan konsep penting yang ada dalam flipbook. Selain itu guru juga kurang memberikan penekanan pada konsep tersebut saat presentasi kelas.Menurut Suroso (2016: 16) siswa juga melakukan kesalahan strategi dalam penentuan langkah penyelesaian soal karena kurang teliti, kurang latihan soal, kurang variasi dalam latihan penyelesaian soal, terburu-buru, dan kekurangan waktu.

  Secara keseluruhan, persentase ketuntasan. Hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran STAD berbantuan media

  flipbook yang membuat siswa menjadi lebih

  aktif dan termotivasi dengan kegiatan diskusi dimana tiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap kelompoknya untuk mencapai tujuan diakhir pembelajaran yaitu penghargaan atas usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota kelompok. Dengan adanya flipbook yang memuat materi secara ringkas dan dengan adanya gambar yang menarik membuat siswa lebih mudah memahami materi dan menarik perhatian siswa untuk membacanya.

  Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran STAD berbantuan media flipbook pada materi keanekaragaman hayati dapat diketahui melalui perhitungan effect size. Berdasarkan hasil perhitungan effect size diperoleh nilai sebesar 0,83 yang termasuk dalam kategori tinggi. Jika nilai effect size 0,83 dikonversikan ke dalam tabel kurva normal di tabel 0-Z, maka diperoleh luas daerah sebesar 0,2967. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD berbantuan media flipbook pada materi keanekaragaman hayati memberi pengaruh sebesar 29,67% terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ketapang pada materi keanekaragaman hayati.

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi keanekaragaman hayati yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan flipbook memperoleh rata-rata skor post-test sebesar 15,32 sedangkan hasil belajar siswa pada materi keanekaragaman hayati yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional berbantuan

  power point memperoleh rata-rata skor post- test sebesar 13,78. Terdapat perbedaan hasil

  belajar siswa kelas X yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan flipbook dengan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional berbantuan power point yang dibuktikan dengan perhitungan statistik uji t dengan t hitung > t tabel (2,96 > 1,68), sehingga pada perhitungan effect size diperoleh harga sebesar 0,83 yang tergolong tinggi dan diperoleh luas daerah pada tabel distribusi normal sebesar 0,2967. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD berbantuan flipbook pada materi kenaekaragaman hayati memberikan pengaruh sebesar 29,67% terhadap hasil belajar.

  Saran

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan kepada peneliti lain jika ingin melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan flipbook agar menggunakan materi yang berbeda dan jika ingin melakukan penelitian serupa disarankan untuk meneliti tentang motivasi dan aktivitas siswa.

  Andri, Y. (2011). Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Media

  Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

  Square Disertai Media Flipbook Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Brophyta SMA. Jurnal

  akses 24 April 2016). Yunita, A.R. (2017). Pengaruh Model Word

  Sutrisno, L. (2010). Effect Size.(online).

  Suroso. (2016). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan Soal-Soal Fisika Termodinamika Pada Siswa SMA Negeri 1 Magetan. Jurnal Edukasi Matematikan dan Sains. 4 (1): 14-16.

  Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

  Jakarta: Alfabeta. Susilana, R., dan Cepi, R. (2009). Media

  Bandung: Nusa Media. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

  Slavin, R. E. (2005). Cooperative Learning.

  68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar- ruzz Media.

  3 (3): 410. Shoimin, A. (2014).

  Sawitri D.N, dkk. (2014). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Bahan Ajar Brosur Pada Konsep Keanekaragaman Hayati. Jurnal Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi.

  Rusman. (2014).

  Flipbook Terhadap Hasil Belajar Siswa

  Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

  Jihad, A. dan Haris, A. (2013). Evaluasi

  Pembelajaran. 2 (6): 1-9.

  Isjoni dalam Andri, Y. (2011). Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Media Flipbook Terhadap Hasil Belajar Siswa Sistem Gerak Manusia di SMP. Jurnal Pendidikan dan

  Pendidikan dan Pembelajaran. 4 (2): 1-11.

  Imaniar, N. (2014). Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw dan STAD Terhadap Tingkat Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik. Jurnal

  dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

  Huda, M. (2014). Model-model Pengajaran

  Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Kognitif, Motivasi, dan Aktivitas Belajar Siswa Pada Materi Konsep Ekosistem di MTsN Model Banda Aceh. Jurnal Pendidikan. 4 (2): 67-72.

  Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Harahap, N. (2013). Penerapan Model

  Pendidikan dan Pembelajaran.2 (6): 1-9.

  Sistem Gerak Manusia di SMP. Jurnal

  Pendidikan dan Pembelajaran. 6 (2): 12-13.

  1