KAJIAN LITERATUR MODIFIKASI KEKERASAN KO

KAJIAN LITERATUR MODIFIKASI KEKERASAN KOMPON
DITINJAU DARI ELASTOMER, BAHAN PENGISI, PROCESS
OIL DAN ACCELERATOR

Karya Tulis Ilmiah

Oleh:

Victor Tulus Pangapoi Sidabutar
NIP. 19771018 200912 1 002

BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN EKSPOR INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN EKSPOR NASIONAL
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
JAKARTA
2014

ABSTRAK

Salah satu permasalahan yang dihadapi pada saat pembuatan barang jadi karet adalah
menentukan secara tepat harga dari kekerasan dari barang jadi karet karena kekerasan

merupakan salah satu sifat fisik penting dalam mendisain barang jadi karet. Kekerasan
dari barang jadi karet dapat diperkirakan sebelumnya dengan memperhatikan beberapa
bahan yang memberikan kontribusi terhadap kekerasan akhir dari barang jadi karet.
Nilai kekerasan dari barang jadi karet dapat ditetapkan pada suatu nilai atau diubah
dengan melakukan modifikasi pada bahan elastomer, bahan pengisi, process oil dan
accelerator yang digunakan dalam proses pembuatan kompon barang jadi karet dan
terdapat bahan yang tidak terlalu memberikan kontribusi signifikan pada kekerasan
pada kompon seperti bahan anti oksidan, anti ozonan, pengaktif, pembantu pendispersi
dan penghambat terjadinya scorching.
Kata Kunci : kekerasan barang jadi karet, kompon, elastomer

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Pada saat ini salah satu permasalahan yang dihadapi pada saat pembuatan barang jadi
karet adalah menentukan secara tepat harga dari kekerasan dari barang jadi karet

karena kekerasan merupakan salah satu sifat fisik penting dalam mendisain barang jadi
karet. Untuk pelaku usaha, cara trial and error dalam menentukan harga kekerasan
dirasa sangat merugikan karena menghabiskan waktu dan uang dalam pembuatan
kompon dengan kekerasan yang mereka inginkan.
Kekerasan

dari

barang

jadi

karet

dapat

diperkirakan

sebelumnya


dengan

memperhatikan beberapa bahan yang memberikan kontribusi terhadap kekerasan akhir
dari barang jadi karet. Dalam hal ini penulis mempersempit kajian hanya pada
penggunaan material dalam pencampuran hanya pada elastomer, bahan pengisi,
process oil dan accelerator.
1.2.

Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dibuatnya Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan pengetahuan tentang aplikasi ilmu material dalam menunjang
pelayanan terhadap masyarakat terutama para pelaku usaha industri kecil
pembuatan barang jadi karet.
b. Pemahaman tentang pentingnya pengetahuan bahan
c. Implementasi Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam barang jadi karet dalam
meningkatkan standar keamanan penggunaan produk di Indonesia, misalnya
SNI 06-7213-2006/amd 1:2008 tentang selang karet untuk kompor gas dan sifat
mekanis berupa tegangan dan regangan berdasarkan SNI 06-4966-1999 tentang
penentuan sifat-sifat tegangan dan regangan dari karet vulkanisat dan karet

termoplastik.

a. Ruang Lingkup dan Rumusan Masalah
Implementasi yang dimaksudkan adalah untuk meningkatkan kemampuan para pelaku
usaha kecil dan menengah dalam menghadapi permasalahan teknis khususnya
mengenai pengetahuan bahan sehingga diharapkan para pelaku usaha ini siap
menghadapi tantangan kedepan terutama dalam hal menghasilkan produk jadi karet
yang aman dan sesuai SNI yang berlaku dan dapat bersaing dengan barang jadi karet
impor yang ada.
b. Metoda Penelitian
Metoda yang digunakan dalam pengumpulan data adalah Metoda Sekunder. Menurut
Martono (2011) Metoda Sekunder adalah studi literatur dimana penulis mencari datadata yang berasal dari literatur-literatur yang dianggap memiliki tingkat validasi yang
dapat di pertanggung jawabkan.
c. Hasil yang Diharapkan
Para pelaku usaha kecil dan menengah memiliki wawasan yang lebih luas mengenai
ilmu material dan dapat memakainya dalam mengatasi permasalahan dalam mendisain
sifat fisik dari barang jadi karet.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1.

Sifat Fisik Barang Jadi Karet

Karet adalah material yang bersifat unik yang dapat bersifat elastis dan viskos. Bagian
dari karet dapat digunakan sebagai isolator guncangan, getaran dan benturan.
Meskipun arti dari karet sudah meluas, arti karet biasanya ditujukan untuk material
kompon dan yang tervulkanisasi. Dalam keadaan mentah, arti karet ditujukan untuk
elastomer. Material elastomer dan karet memiliki berbagai macam variasi sifat
spesifikasi penting dari material elastomer dan karet diantaranya mekanik, termal,
listrik, optik, pengolahan, dan sifat fisik.
Sifat mekanis meliputi kekuatan sobek (Tear Strength), kekuatan tarik tertinggi (Ultimate
Tensile Strength), modulus tarik atau modulus elastisitas, perpanjangan dan kekuatan
impak terukur dengan pengujian izod dan sampel yang diberi notch. Sifat termal
meliputi temperatur maksimum penggunaan, temperatur transisi gelas, konduktivitas
termal, dan koefisien ekspansi termal (Coefficient of Thermal Expansion). Sifat listrik
dan optik meliputi resistivitas listrik, kekuatan dielektrik, konstanta dielektrik atau
permitivitas relatif, indeks bias, dan transmisi cahaya. Menurut Sommer (2009),
pemrosesan dan sifat fisik meliputi densitas bulk atau individu, penyerapan air,

viskositas, temperatur prosesan, dan indeks aliran lelehan (Melt Flow Index).
a. Kekerasan
Kekerasan

menunjukkan

keelastisan

dari

suatu

material.

Semakin

rendah

kekerasannya maka semakin elastis material tersebut. Kekerasaan secara umum
didefinisikan menurut Callister (1997) sebagai ukuran resistansi bahan terhadap

deformasi plastis lokal (misalnya lekukan, notch atau zigzag).

Gambar 2.1. Perbandingan beberapa harga kekerasan shore A dan D dari elastomer (sumber :
http://erapol.com.au/english/Technical/Elastomer-Systems/properties-elastomer.html)

Menurut Sommer (2009), nilai kekerasan suatu barang jadi karet dapat menjadi
petunjuk tingkat vulkanisasi atau degradasi yang telah dialami oleh karet tersebut. Dua
skala yang umumnya digunakan: Shore-A dan mikro-IRHD. Semakin tinggi nilai
durometernya maka semakin keras kompon tersebut. Kompon yang lunak dapat
meregangkan lebih mudah dan dapat menutup lebih baik pada permukaan yang kasar.
Kompon yang keras akan memberikan ketahanan terhadap abrasi dan ekstrusi yang
lebih baik. Ketahanan ekstrusi harus selalu dipertimbangkan saat mendisain barang jadi
karet yang akan digunakan pada tekanan tinggi. Sebagai contoh, menurut Hertz (1991)
kekerasan yang diinginkan dapat dipilih berdasarkan gambar dibawah ini dengan cara
mencocokkan tekanan fluida dengan perubahan maksimal dari ekstrusi.
Terlihat bahwa 60 shore A lebih lunak dibandingkan 70 dan 90 shore A bersifat sangat
kaku.

Gambar 2.2. Perbandingan nilai kekerasan Shore A terhadap tekanan fluida


2.2.

Pembuatan Kompon Karet

Pembuatan kompon karet adalah suatu ilmu yang kompleks dan multidisiplin dalam
cara memilih dan mencampuran kombinasi dari elastomer yang tepat dan bahan
lainnya untuk memenuhi kinerja, proses manufaktur, lingkungan, dan biaya yang
dibutuhkan agar barang jadi karet dapat dibuat dan diperdagangkan. Ada berbagai jenis
elastomer dan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam membuat barang jadi karet, yang
mencakup semua jenis berikut produk, seperti: ban, ban dalam, ban vulkanisir, alas
kaki, karet gulungan, selang, sabuk, weatherstripping, O-ring, segel , diafragma,
perpipaan, sarung tangan karet dan lateks, bola dalam, peralatan medis, bemper, dan
barang produk barang jadi karet lainnya.

Gambar 2.3. Beberapa barang jadi karet

Bahan baku untuk pembuatan kompon umumnya dipilih dalam urutan sebagai berikut:
1) polimer (karet alam atau sintetis)
2) bahan pengisi atau memperkuat agen
3) antioksidan dan antiozonan

4) plasticizer atau minyak
5) bonding agent atau perekat (jika diperlukan)
6) tackifer (jika diperlukan)
7) sistem untuk vulkanisasi (bahan curing, akselerator, bahan pembantu)
Persyaratan kinerja dari produk akhir sering menjadi acuan untuk menentukan jenis
elastomer tertentu yang dapat digunakan.Waktu penggunaan yang diharapkan untuk
suatu produk dikendalikan oleh banyak faktor seperti oleh kebutuhan dari pelanggan,
kompetitifnya situasi di pasar, keamanan, dan kehandalan yang diinginkan. Barang jadi
karet hampir selalu digunakan sebagai bagian yang penting dari sistem lainnya.
Misalnya, ban, selang, sabuk, O-ring dan masih banyak komponen karet yang
digunakan dalam manufaktur mobil dan truk.Waktu pakai dari keseluruhan kendaraan
serta tingkat kinerjanya sering dihubungkan dengan waktu pakai dan kualitas dari suku
cadang karetnya.
Bahan kimia utama adalah bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan sifat-sifat
fisis karet, sehingga produk karet yang dihasilkan akan memiliki sifat fisis dan kimiawi
yang lebih stabil. Bahan kimia utama menurut Sommer (2009) terdiri dari accelerator,
filler, bahan pemvulkanisasi, dan antioksidan.
a. Bahan pemercepat
Senyawa kimia yang digunakan untuk mempercepat / mengurangi waktu untuk proses
vulkanisasi dan dapat mengurangi bahan vulkanisasi yang digunakan. Berikut klasifikasi

accelerator menurut Simpson (2002).

Tensile

No

Accelerator

Modulus

1

Dithiocarbamate

H

H

2


2

Xanthates

H

H

1

3

Theurans disulfide

L

L

3

H

H

6

Mercapto benzo

4

thiarok

strength

Activity

5

Vulkanol

H

H

7

6

Aldehyde amine

H

H

8

L

L

5

7

P. Nitroso dimethyl
amine

8

Echylidene aniline

L

L

9

9

Aldehyde ammonia

L

L

10

10

Guanidine

H

H

11

11

Hexa

H

H

12

Keterangan:
H = high , L = low
Activity: urutan aktivitas bahan pencepat, makin tinggi nilainya makin bagus aktivitasnya
b. Filler
Berfungsi mengubah atau memperbaiki sifat fisik barang jadi karet, seperti daya tahan
terhadap gesekan, irisan, dan lain - lain.
Filler dibagi menjadi dua:
-

Reinforcing filler: filler yang selain berfungsi sebagai pengisi juga akan
berpengaruh terhadap sifat-sifat fisis karet dan akan menambah kekuatan tarik,
daya tahan terhadap gesekan, dll.
Contoh : carbon black, ZnO, Magnesium karbonat

-

Inert filler: filler yang hanya berfungsi sebagai penambah volume saja.
Contoh : CaCO3, kaolin, BaSO4

c. Bahan pemvulkanisasi
Bahan pemvulkanisasi menurut Rodgers (2004) adalah bahan kimia yang dapat
bereaksi dengan gugus aktif pada molekul karet membentuk ikatan silang tiga dimensi.
Bahan pemvulkanisasi yang pertama dan paling umum digunakan adalah belerang
yang khusus digunakan untuk memvulkanisasi karet alam atau karet sintetis jenis SBR,
NBR, IR, dan EPDM. Bahan-bahan lain yang dapat digunakan adalah selenium,
peroksida, oksida logam, dinitro benzen, dll.
d. Anti oksidan
Penambahan anti oksidan pada kompon karet menurut Rodgers (2004) akan
menghambat kerusakan karet karena udara (O2 ), sinar matahari, dan ozon. Karet tanpa
anti oksidan akan mudah teroksidasi sehingga menjadi lunak kemudian lengket dan
akhirnya menjadi keras dan retak-retak (aging).
Pemakaian anti oksidan harus memenuhi babarapa syarat, antara lain:
-

Mudah terdispersi pada seluruh bagian karet

-

Inert terhadap hasil-hasil vulkanisasi pada setiap jenis tegangan

-

Tidak mempunyai pengaruh terhadap warna hasil vulkanisasi

Contoh bahan anti oksidan adalah:
-

Waxes, dipakai terutama untuk mencegah proses aging yang disebabkan oleh
sinar matahari dan ozon

-

Phenol, baik digunakan untuk mencegah proses aging yang disebabkan oleh
flexing

Sedangkan bahan kimia pembantu proses adalah bahan kimia yang digunakan dengan
tujuan untuk meningkatkan performansi/tampilan dari produk karet. Bahan-bahan ini
ditambahkan pada kompon karet sesuai dengan kebutuhan atau tujuan. Processing
aids terdiri dari anti degradant, color dan inhibitor (penghambat), softener (pelunak),
deodor (pewangi), blowing agent (bahan peniup atau penghembus), bahan pembantu
lain seperti homogenizer, peptizer, senyawa pendispersi, tackifier, dll.

e. Bahan pelunak (softener)
Adalah bahan yang berfungsi untuk melunakkan karet mentah agar mudah diolah
menjadi kompon karet. Jenis bahan pelunak antara lain jenis aromatik, naftenik, ester,
dsb.
f. Bahan kimia tambahan
Bahan ini ditambahkan ke dalam kompon karet dengan tujuan tertentu dan sesuai
dengan kebutuhan, misalkan :
- Bahan pewarna
- Bahan penghambat (inhibitor)
- Bahan pewangi
- Bahan peniup (blowing agent)
- Bahan bantu olah (homogenizer, peptizer, senyawa pendispersi, tackifier, dsb.)
g. Penyusunan Kompon Karet (formulasi)
Pada penyusunan formulasi kompon karet yang paling penting menurut Rodgers (2004)
adalah menentukan jenis atau campuran karet mentah. Kemudian baru ditentukan
bahan pengisi, sistem vulkanisasi, bahan pencepat, dan aktivator. Terakhir adalah
penentuan processing aids yang diperlukan sesuai dengan spesifikasi teknis barang
jadi karet yang akan dibuat. Dalam menyusun formula kompon yang spesifikasinya
ditentukan oleh konsumen, selain harus memperhatikan sifat-sifat vulkanisatnya yang
harus memenuhi persyaratan juga perlu memperhatikan biaya kompon dan tahap–
tahap pengolahan.
Untuk membuat bahan jadi karet yang bahan penyusunnya terdiri dari karet (elastomer)
dan bahan-bahan kimia karet (bahan aditif), pertama yang harus ditentukan adalah
penentuan jenis karet (elastomer) yang tepat dan bahan-bahan penyusun kompon yang
diperlukan untuk memenuhi spesifikasi teknis harus benar-benar dipahami mengenai:



Sifat-sifat karet yang dipilih
Vulkanisasi atau sistem curing untuk memperoleh sifat-sifat utama yang
dikehendaki



Bahan-bahan lain yang mempunyai peran dalam mempengaruhi spesifikasi



teknisdan ketahanan usang yang dikehendaki



Kompon yang mempunyai nilai komersial



Peralatan yang tepat untuk pengolahan kompon

Cara pengujian dan evaluasi bahan baku juga produk akhir

h. Pemilihan karet (elastomer)
Dalam merancang kompon menurut Simpson (2002), tahap yang terpenting dan
biasanya tahap pertama adalah memilih jenis karet (elastomer). Sifat umum yang
dimiliki semua elastomer antara lain elastis, fleksibel, liat, dan kedap ter hadap air dan
udara. Selain itu setiap elastomer memiliki sifat-sifat khusus dan unik demikian juga
dengan harganya. Maka pemilihan jenis elastomer untuk mendapatkan spesifikasi
teknis

yang

tertentu

selain

mempertimbangkan

sifat

dasarnya

juga

perlu

mempertimbangkan harga dan cara pengolahannya.
i. Pemilihan sistem vulkanisasi
Vulkanisasi, menurut Simpson (2002), adalah kunci dari keseluruhan teknologi karet,
walaupun kadar barang yang terlibat dalam proses vulkanisasi tidak lebih dari 0,5-5%
dari berat keseluruhan campuran, namun proses ini memegang peranan penting dalam
pembentukan sifat kimia dan fisika yang dikehendaki. Proses vulkanisasi adalah proses
pematangan karet mentah dengan menggunakan panas belerang (S), disamping itu
daya guna karet mentah akan bertambah karena sifat-sifat fisisnya menjadi lebih baik.
2.3.

Peralatan yang digunakan dalam Pembuatan Kompon

Pada tempat teknologi pencampuran karet menurut Sommer (2009) digunakan
beberapa kantong bubuk, drum cairan dan bal atau butiran atau serpihan dari elastomer
karet mentah. Bahan-bahan tersebut ditimbang dengan tepat, untuk mencocokkan baik
berat batch yang diperlukan dan rasio perbandingan bahan didalam formulasi. Mesin
diperlukan untuk mencampur bahan kimia tersebut, sehingga tercampur dengan baik,
suatu campuran padat yang homogen.Dalam banyak kasus, pengkompon dan operator
produksi mengeluarkan tenaga mereka untuk mengurangi komponen elastis dari

kompon karet yang belum di curing dan kemudian meningkatkan kembali elastisitasnya
selama vulkanisasi. Pencampuran dapat dilakukan dengan penggilingan dan / atau
mesin pencampuran internal. Kompon yang dihasilkan kemudian diperbaiki dengan
penggilingan, pengekstrusi atau pengkalenderan, untuk mempersiapkannya saat akan
divulkanisasi. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan cetakan (yang selanjutnya
dapat membentuk produk), autoklaf, dan kadang-kadang dengan oven. Pada akhirnya
akan meninggalkan proses finishing, seperti menghapus sisa terbakar (flash), atau
melakukan rol karet (setelah curing didalam autoklaf) ke dimensi akhir, dan kemudian
produk dikemas.

BAB III
ANALISIS MODIFIKASI KEKERASAN KOMPON

3.1.

Analisis

Proses komponding biasanya menggunakan alat pencampur (mixer), yang dapat
berupa internal mixer (mesin giling tertutup) dan open mill (mesin giling terbuka). Alat
pencampur yang paling sederhana adalah mesin giling terbuka yang terdiri dari dua rol
keras dan permukaannya

licin. Kecepatan dari kedua rol tersebut berbeda

(penggilingan dengan friksi). Lebar celah di antara kedua rol dapat diatur disesuaikan
dengan banyaknya kompon dan keadaan kompon. Sebelum proses pencampuran,
karet mentah terlebih dahulu dilunakkan yang disebut sebagai proses mastikasi yang
bertujuan untuk mengubah karet yang padat dan keras menjadi lunak (viskositas
berkurang) agar proses pencampuran dengan bahan kimia menghasilkan dispersion
yang merata (homogen). Pencampuran dimulai setela h karet menjadi plastis dan suhu
rol hangat. Celah antara dua rol (nip) sedemikian rupa sampai diperoleh tumpukan
material di atas rol yang disebut bank, kemudian bahan-bahan kimia yang berbentuk
serbuk segera ditambahkan kecuali belerang. Penggulungan dan pemotongan juga
dilakukan. Penambahan bahan pengisi dilakukan sedikit demi sedikit. Langkah terakhir
adalah pemasukan belerang. Setelah semua bahan kimia tercampur, kompon karet
yang dihasilkan dipotong dan dikeluarkan dari mesin giling, kemudian dimasukkan
kembali ke dalam gilingan untuk dibentuk sebagai lembaran dengan ketebalan sesuai
dengan kebutuhan. Dalam menyusun formula yang spesifikasi teknisnya ditentukan
oleh konsumen, selain harus memperlihatkan sifat – sifat vulkanisatnya yanng harus
memenuhi

persyaratan

juga

perlu memperhatikan biaya

kompon dan

tahap

pengolahan. Untuk membuat barang jadi karet yang bahan penyusunnya terdiri dari
karet (elastomer) dan bahan – bahan kimia karet (bahan aditif), seorang compounder
pertama-tama harus menetukan jenis karet (elastomer) yang tepat dan bahan- bahan
penyusun kompon yang diperlikan untuk memenuhi kondisi produk akhir, oleh karena
itu, beberapa hal berikut perlu dipahami betul, yaitu :




Sifat- sifat karet yang dipilih



dikehendaki



teknis dan ketahanan usang yang dikehendaki



Kompon yang mempunyai nilai komersial



Vulkanisasi atau sistem curing untuk memperoleh sifat – sifat utama yang
Bahan – bahan lain yang mempunyai peran dalam mempengaruhi spesifikasi
Peralatan yang tepat untuk pengolahan kompon

Cara pengujian dan evaluasi bahan baku dan produk akhir

a. Contoh perhitungan komposisi dan kekerasan kompon menurut modul
Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta (2008)
Berat
No

Bahan

Phr

Gram

jenis
g/cm2

1

Pale crep (karet

Volume
(cm3) =
berat/berat
jenis

100

300*

0,93

322,58

40

40/100 x

1,8

66,67

2,7

33,3

0,85

5,294

5,57

1,6157

2

7,5

0,9

6,67

Kontribusi
kekerasan
(shore A)
40

alam)
2

carbon black (filter
penguat)

0,5/phr

300 =
120

3

CaCO3 / kaolin

30

(filler)
4

Asam stearat

300 = 90
1,5

(activator/ penggiat)
5

ZnO ( activator /

Minarex oil ( softener

3

Dispergator FL
(dispersing agent)

3/100 x
300 = 9

5

/ pelunak )
7

1,5/100 x
300 = 4,5

penggiat )
6

30/100 x

5/100 x
300 = 15

2

2/100 x
300 = 6

0,25/phr

8

Pilnox TDQ (anti

1

oksidan )
9

Piflex IP.13 (anti

PVI

1,1

2,727

1

6

1,3

0,46

1,7

1,235

1-2

1,5

1,4

1-2

1,4

1,71

2,07

3,62

24,8

460,7818

300 = 3
2

ozon)

10

1/100 x

2/100 x
300 = 6

0,2

(inhibitor/penghambat

0,2/100 x
300 = 0,6

scorching )
11

MBT ( accelerator /

0,7

pencepat )
12

MBTS ( accelerator /

300 = 2,1
0,7

pencepat )
13

TMT ( accelerator /

Sulfur/belerang

0,7/100 x
300 = 2,1

0,8

pencepat )
14

0,7/100 x

0,8/100 x
300 = 2,4

2,5

(bahan

2,5/100 x
300 = 7,5

pemvulkanisasi)
Jumlah

189,4

568,2

catatan:
phr (per hundred rubber) merupakan satuan yang digunakan dalam formulasi kompon.
Phr = (berat bahan/berat karet) x 100
berat bahan = ( berat karet / 100 ) x Phr
volume = berat bahan (gram) / berat jenis (gram/cm3)
Spesific Gravity = berat awal (gram)/Total volume (cm3) = 568,2 gram / 460,7818 cm3 =
1,233 gram / cm3
Persen lost weight = (berat awal – berat akhir x 100 %) / Berat awal
= (568,2 – 562,5 ) gram x 100 % / 568,2 gram = 1,003 %
Kontribusi kekerasan



Karet alam = + 40 shore/100 phr
Carbon black = + 0,5 shore A/1 phr



CaCO3/Kaolin = +0,25 shote A/1 phr

Perkiraan kekerasan kompon adalah sebagai berikut:





Karet alam

= + 40

Carbon Black

= + 0,5 x 40
= + 20

Kaolin

= + 0,25 x 30
= + 7,5

Minarex Oil

= - 0,5 x 5
= - 2,5

Total

= 65

b. Kontribusi kekerasan pada kompon:
Elastomer
 Karet alam = + 40 shore A / 100 phr
 Karet Butil = + 37 shore A / 100 phr

 CR, NBR, EPDM, SBR, BR = 44 shore A / 100 phr
Bahan Pengisi
 SAF = + 0,5 shore A / 1 phr

 ISAF = + 0,5 shore A / 1 phr

 HAF, GPF = + 0,5 shore A / 1 phr

 N990 black = + 0,33 shore A / 1 phr

 Carbon Black = + 0,5 shore A / 1 phr
 Silika = + 0,5 shore A / 1 phr

 Al-silikat = + 0,33 shore A / 1 phr

 CaCO3 / Kaolin = + 0,25 shore A / 1 phr

 Whiting = + 0,165 shore A atau (1/6) / 1 phr
Process Oil
 Mineral Oil = - 0,5 shore A / 1 phr

 Factice = - 0,2 shore A / 1 phr
Accelerator
 Bahan pencepat primer (misal = MBT, CBS, TMT, dll = + 1-2 shore A)

 Bahan pemvulkanisasi (misal = belerang = + 1-2 shore A)
phr = bahan yang ditambahkan per 100 dari berat karet

Bahan yang tidak terlalu memberikan kontribusi signifikan pada kekerasan pada
kompon:
 Bahan anti oksidan (misal = pilnox TDQ)

 Bahan anti ozonan (misal = Pilflex IP.13)

 Bahan pengaktif (misal = ZnO, asam stearat)

 Bahan pembantu dispersi (misal = Dispergator FL)
 Bahan penghambat scorching (misal = PVI)

Bahan-bahan yang digunakan diasumsikan memiliki ukuran partikel yang sama.
kekerasan dari barang jadi karet sangat dipengaruhi oleh ukuran (mesh) partikel bahan
yang penguat yang ditambahkan. Semakin besar ukuran partikelnya maka semakin
keras kompon yang dihasilkan, tetapi semakin menurun kekuatan sobeknya.
3.2.

Pembahasan

Modifikasi kekerasan barang jadi karet ditentukan oleh bahan elastomer, bahan pengisi,
process oil dan accelerator yang digunakan dalam proses pembuatan kompon barang
jadi karet. Dengan menggunakan komposisi bahan yang tepat diharapkan nilai
kekerasan yang dibutuhkan dapat diperoleh sesuai dengan standar sifat fisik yang
diinginkan dari barang jadi karet. Bahan yang paling memainkan peranan penting dalam
penetapan nilai kekerasannya adalah elastomer dasar yang digunakan. Untuk
menaikan nilai kekerasan dari suatu elastomer dapat dilakukan dengan menambahkan
bahan pengisi dan/atau accelerator dalam jumlah tertentu. Cara ini dapat meningkatkan
kekerasan dari 0,33 hingga 2 shore A , sedangkan untuk menurunkan kekerasan dapat
dilakukan dengan menambahkan process oil dalam jumlah tertentu.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelusuran literatur mengenai penentuan nilai kekerasan dari
barang jadi karet maka dapat disimpulkan:
1. Nilai kekerasan dari barang jadi karet dapat ditetapkan pada suatu nilai atau
diubah dengan melakukan modifikasi pada bahan elastomer, bahan pengisi,
process oil dan accelerator yang digunakan dalam proses pembuatan kompon
barang jadi karet.
2. Terdapat bahan yang tidak terlalu memberikan kontribusi signifikan pada
kekerasan pada kompon seperti bahan anti oksidan, anti ozonan, pengaktif,
pembantu disperse dan penghambat scorching.
4.2. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dalam tulisan ini adalah perlu adanya penelitian
lebih lanjut mengenai bahan peningkat kekerasan lain terutama untuk bahan penguat
yang berasal dari alam, terutama untuk menghasilkan barang jadi karet yang mudah
didaur ulang dan dapat didegradasi secara alamiah oleh bakteri.

DAFTAR RUJUKAN

Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta . 2008. Pembuatan Produk Karet dan Plastik.
Yogyakarta : Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik, TBKKP.TPL.
Callister Jr.,William D. 1997. Materials Science and Engineering an Introduction, 4th
Edition. Canada : John Willey & Sons, Inc.
Hertz, Dan. 1991. Theory of Rubber Compounding. Canada : Seal Eastern, Inc., Energy
Rubber Group Educational Symposium.
Martono, Nanang. 2011. Metoda Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis
Data Sekunder. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Rodgers, Brendan. 2004. Rubber Compounding, Chemistry and Applications, New York
: Marcel Dekker, Inc.
Simpson, R.B. 2002. Rubber Basics, United Kingdom : Rapra Technology Ltd.
Sommer, John G. 2009. Engineered Rubber Product, Introduction to Design,
Manufacture and Testing. German : Hanser Publications.

Website
www.erapol.com.au
www.oringsusa.com

BIODATA PENULIS
Victor Tulus Pangapoi Sidabutar, lahir di Jakarta pada
tanggal

18

Oktober

1977,

lulus

S-1

dari

Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Kimia,
Institut Teknologi Bandung pada tahun 2001 dan S -2 dari
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Program studi Ilmu
dan Teknik Material, Institut Teknologi Bandung pada tahun
2003. Pernah bekerja sebagai pengajar di beberapa sekolah
menengah berstandar Internasional baik di Jakarta dan Bandung dari tahun 2007
hingga 2012. Pada tahun 2009 menjadi Pegawai Negeri Sipil di Balai Diklat
Metrologi Departemen Perdagangan Bandung sebagai calon widyaiswara dan saat
ini menjabat Widyaiswara Muda di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor
Indonesia. Pengalaman mengajar pada Diklat Fungsional Penera Ahli pada tahun
2011, mata diklat yang diajarkan adalah Teknologi Mekanik, pada Diklat Fungsional
Pembinaan Penguji Mutu Barang pada tahun 2011 dan 2012 di Balai Diklat
Metrologi, mata diklat yang diajarkan adalah Teknik Pembuatan Pereaksi Kimia,
Pengetahuan Dasar Analisa Kimia dan Pengetahuan Dasar Uji Mekanik dan Fisika
di Balai Diklat Penguji Mutu Barang , dan pada Diklat Desain Kompon dan Barang
Jadi Karet, dan mata diklat yang diajarkan adalah Analisis Kimia Barang Jadi Karet
dan Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet di Balai Besar Pendidikan dan
Pelatihan Ekspor Indonesia. Diklat yang pernah diikuti adalah Diklat Fungsional
Penera tahun 2010, berbagai inhouse training yang diadakan di Balai Diklat
Metrologi, Diklat

TOT-Calon

Widyaiswara

di

Pusdiklat Perdagangan

yang

bekerjasama dengan LAN-RI pada tahun 2011, Training of Coaches, Manajemen
Ekspor Impor dan SE O for Business di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan
Ekspor Indonesia. Saat ini penulis memiliki Certificate IV in Training and
Assessment dari Victoria University, Australia pada tahun 2011 dan Welding
Inspector dari B4T pada tahun 2012.