5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum

  Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material, yang bahan utamanya terdiri dari medium campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Karena beton merupakan komposit, maka kualitas beton sangat tergantung dari kualitas masing-masing material pembentuk (Tjokrodimulyo,1992).

  Agar dihasilkan kuat tekan beton yang sesuai dengan rencana diperlukan untuk menentukan jumlah masing-masing bahan susun yang

  mix design

  dibutuhkan. Disamping itu, adukan beton harus diusahakan dalam kondisi yang benar-benar homogen dengan kelecakan tertentu agar tidak terjadi segregasi.

  Selain perbandingan bahan susunnya, kekuatan beton ditentukan oleh padat tidaknya campuran bahan penyusun beton tersebut. Semakin kecil rongga yang dihasilkan dalam campuran beton, maka semakin tinggi kuat desak beton yang dihasilkan. Syarat yang terpenting dari pembuatan beton adalah:

  1. Beton segar harus dapat dikerjakan atau dituang.

  2. Beton yang dikerjakan harus cukup kuat untuk menahan beban dari yang telah direncanakan.

  Semen dan air dalam adukan beton membuat pasta yang disebut pasta semen. Adapun pasta semen ini selain berfungsi untuk mengisi pori-pori antara butiran agregat halus dan agregat kasar juga mempunyai fungsi sebagai pengikat sehingga terbentuk suatu massa yang kompak dan kuat. Oleh karena itu penyusun pada penelitian ini memanfaatkan bahan Minarex H dari PT Pertamina UP IV Cilacap. Minarex H digunakan sebagai bahan tambahan pada campuran beton.

  Ketika semen dan air dicampur, partikel-partikel semen cenderung berkumpul menjadi gumpalan yang dikenal sebagai gumpalan semen.

  Penggumpalan mencegah pencampuran antara semen dan air yang menghasilkan kehilangan kemampuan kerja (loss of workability) dari campuran beton sebagaimana hal tersebut mencegah campuran hidrasi yang sempurna. Ini berarti bahwa pengurangan kekuatan potensial penuh dari pasta semen akan ditingaktkan.

  Pada beberapa kejadian dalam 28 hari perawatan hanya 50% kandungan semen sudah terhidrasi (Smith dan Andreas, 1989).

  Gumpalan relatif besar dari semen mempunyai permukaan yang kasar dan kesat yang memerlukan jumlah air yang lebih besar untuk memproduksi campuran beton yang mudah dikerjakan. Pada saat dicampur Minarex H dapat meningkatkan keplastisan yang menghasilkan campuran beton yang lebih cair .

2.2 Pengaruh Bahan Tambah

  Bahan tambah adalah bahan selain unsur pokok beton (air, semen, dan agregat) yang ditambahkan pada adukan beton. Tujuannya adalah untuk mengubah satu atau lebih sifat-sifat beton sewaktu masih dalam keadaan segar atau setelah mengeras. Bahan tambah seharusnya hanya berguna kalau sudah ada evaluasi yang teliti tentang pengaruhnya pada beton, khususnya dalam kondisi dimana beton diharapkan akan digunakan. Bahan tambah ini biasanya diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit, dan pengawasan yang ketat harus diberikan agar tidak berlebihan yang justru akan dapat memperburuk sifta beton. Sifat-sifat beton yang diperbaiki itu antara lain kecepatan hidrasi (waktu pengikatan), kemudahan pengerjaan, dan kekedapan terhadap air.

  Menurut SK SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton, 1990), bahan tambah kimia dapat dibedakan menjadi 5 (lima) jenis yaitu:

  1. Bahan tambah kimia untuk mengurangi jumlah air yang dipakai. Dengan pemakaian bahan tambah ini diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai kekentalan yang sama,atau diperoleh kekentalan adukan lebih encer pada faktor air semen yang sama.

  2. Bahan tambah kimia untuk memperlambat proses ikatan beton. Bahan ini digunakan misalnya pada satu kasus dimana jarak antara tempat pengadukan beton dan tempat penuangan adukan cukup jauh, sehingga selisih waktu antara mulai pencampuran dan pemadatan lebih dari 1 jam.

  3. Bahan tambah kimia untuk mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton.

  Bahan ini digunakan jika penuangan adukan dilakukan dibawah permukaan air, atau pada struktur beton yang memerlukan waktu penyelesaian segera, misalnya perbaikan landasan pacu pesawat udara, balok prategang,jembatan dan sebagainya.

  4. Bahan tambah kimia berfungsi ganda, yaitu untuk mengurangi air dan memperlambat proses ikatan.

  5. Bahan kimia berfungsi ganda, yaitu untuk mengurangi air dan mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton.

  Selain 5 (lima) jenis diatas, ada dua jenis bahan tambah kimia lain yang lebih khusus, yaitu:

  1. Bahan kimia tambahan yang digunakan untuk mengurangi jumlah air campuran sampai sebesar 20% atau bahkan lebih, untuk menghasilkan adukan beton dengan kekentalan sama (air dikurangi sampai 12% lebih namun tidak menambah kekentalan pada adukan beton).

  2. Bahan tambah kimia tambahan dengan fungsi ganda, yaitu mengurangi air sampai 12% atau lebih dan memperlambat waktu ikat awal.

2.3 Beton

Gambar 2.1 Beton

  Beton dibentuk dari pencampuran bahan batuan yang diikat dengan bahan perekat semen. Bahan batuan yang digunakan untuk menyusun beton umumnya dibedakan menjadi agregat kasar (krikil/batu pecah) dan agregat halus (pasir). Aregat halus dan agregat kasar disebut sebagai bahan susun kasar campuran dan merupakan komponen utama beton. Umumnya penggunaan bahan agregat dalam adukan beton mencapai jumlah ± 70%-75% dari seluruh beton.

  Nilai kekuatan dan daya tahan (durability) beton merupakan fungsi dari banyak faktor, antaranya adalah nilai banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pembuatan adukan beton, temperatur dan kondisi perawatan pengerasannya. Nilai kuat tekan beton relatif tinggi dibanding kuat tariknya, dan merupakan bahan getas. Nilai kuat tariknya berkisar antara 9%-15% dari kuat tekannya, pada penggunaan sebagai komponen struktural bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerjasama dan mampu membantu kelemahannya, terutama pada bagian yang bekerja menahan tarik (Dipohusodo, 1994).

2.4 Semen Portland (PC)

  Semen portland merupakan bubuk halus yang diperoleh dengan menggiling klinker (yang didapat dari pembakaran suatu campuran yang baik dan merata antara kapur dan bahan-bahan yang mengandung silika, aluminia, dan oxid besi), dengan batu gips sebagai bahan tambah dalam jumlah yang cukup. Bubuk halus ini bila dicampur dengan air, selang beberapa waktu dapat menjadi keras dan digunakan sebagai bahan ikat hidrolis (Kardiyono, 1989)

Gambar 2.2 Semen Portland (PC)

  Semen jika dicampur dengan air akan membentuk adukan yang disebut pasta semen, jika dicampur dengan agregat halus (pasir) dan air, maka akan terbentuk adukan yang disebut mortar, jika ditambah lagi dengan agregat kasar (kerikil) akan terbentuk adukan yang biasa disebut beton. Dalam campuaran beton, semen bersama air sebagai kelompok aktif sedangkan pasir dan kerikil sebagai kelompok pasif adalah kelompok yang berfungsi sebagai pengisi (Tjokrodimulyo, 1995).

  Sifat-sifat kimia dari bahan pembentuk ini mempengaruhi kualitas semen yang dihasilkan, sebagaimana hasil susunan kimia yang terjadi diperoleh senyawa dari semen portland. Senyawa-senyawa kimia dari semen portland adalah tidak stabil secara termodinamis, sehingga sangat cenderung untuk bereaksi dengan air.

  Untuk membentuk produk hidrasi dan kecepatan bereaksi dengan air dari setiap komponen adalah berbeda-beda, maka sifat-sifat hidrasi masing-masing komponen perlu dipelajari.

  2

  1. Tricalsium Silikat (C3S) = 3CaO.SiO Senyawa ini mengalami hidrasi yang sangat cepat yang menyebabkan pengerasan awal, menunjukkan desintegrasi (perpecahan) oleh sulfat air tanah, oleh perubahan volume kemungkinan mengalami retakretak.

  2

  2. Dicalsium Silikat (C2S) = 2CaO.SiO Senyawa ini mengeras dalam beberapa jam dan dapat melepaskan panas, kualitas yang terbentuk dalam ikatan menentukan pengaruh terhadap kekuatan beton pada awal umurnya, terutama pada 14 hari pertama.

  2

  

3

  3. Tricalsium Alumat (C3A) = 3CaO.Al O Formasi senyawa ini berlansung perlahan dengan pelepasan panas yang lambat, senyawa ini berpengaruh terhadap proses peningkatan kekuatan yang terjadi dari 14 hari sampai 28 hari, memiliki ketahanan agresi kimia yang relatif tinggi, penyusutan yang relatif rendah.

  3

  3

  4. Tetracalsium Aluminoferit (C4Af) = 4CaO.Al2O FeO

  Adanya senyawa Aluminoferit kurang penting karena tidak banyak pengaruh terhadap kekuatan dan sifat semen.

  Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara mengubah prosentase empat komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa tipe semen yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen portland di Indonesia (PUBI, 1982) dibagi menjadi 5 jenis sebagai berikut:

Tabel 2.1 Jenis – jenis semen Portland ( PC ) Panas Kadar Senyawa (%) Jenis Sifat

  Hidrasi Semen Pemakaian

  7 Hari C3S C2S C3A C4Af (J/g)

  I Normal

  50

  24

  11 8 330

  II Modifikasi

  42

  33

  5 13 250

  III Kekuatan Awal Tinggi

  60

  13

  9 8 500

  IV Panas Hidrasi Rendah

  26

  50

  5 12 210

  V Tahan Sulfat

  40

  40

  9 9 250

  Sumber : ASTM C.150

  Keterangan: a Jenis I adalah semen portland untuk tujuan umum, biasa tidak memerlukan sifat- sifat khusus misalnya, gedung, trotoar, jembatan, dan lainlain. b Jenis II semen portland yang tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang dan ketahanan terhadap sulfat lebih baik, penggunaannya pada pir (tembok di laut dermaga), dinding tahan tanah tebal dan lain-lain. c Jenis III adalah semen portland dengan kekuatan awal tinggi. Kekuatan dicapai umumnya dalam satu minggu. Umumnya dipakai ketika acuan harus dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur harus cepat dipakai.

2.5 Air

  Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena air dapat bereaksi dengan semen, yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air juga berpengaruh terhadap kuat desak beton, karena kelebihan air akan menyebabkan penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu kelebihan air akan mengakibatkan beton menjadi bleeding, yaitu air bersama-sama semen akan bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Hal ini akan menyebabkan kurangnya lekatan antara lapis-lapis beton dan merupakan yang lemah.

Gambar 2.3 Air

  Air pada campuran beton akan berpengaruh terhadap : 1 Sifat workability adukan beton.

  2 Besar kecilnya nilai susut beton

  3 Kelansungan reaksi dengan semen portland, sehingga dihasilkan dan kekuatan selang beberapa waktu.

4 Perawatan keras adukan beton guna menjamin pengerasan yang baik.

  Air untuk pembuatan beton minimal memenuhi syarat sebagai air minum yaitu tawar, tidak berbau, bila dihembuskan dengan udara tidak keruh dan lainlain, tetapi tidak berarti air yang digunakan untuk pembuatan beton harus memenuhi syarat sebagai air minum.

  Penggunaan air untuk beton sebaiknya air memenuhi persyaratan sebagai berikut ini (Kardiyono Tjokrodimulyo, 1992) :

  1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr.

  2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik) lebih dari 15 gr/ltr.

  3. Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.

  4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.

2.6 Agregat

  Agregat adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi alami batu-batuan atau juga berupa hasil mesin pemecah batu dengan memecah batu alami. Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun demikian peranan agregat pada beton sangatlah penting. Kandungan agregat dalam beton kira-kira mencapai 70%-75% dari volume beton. Agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan beton. agregat dibedakan menjadi dua macam yaitu agregat halus dan agregat kasar yang didapat secara alami atau buatan.

Gambar 2.4 Agregat

  Untuk menghasilkan beton dengan kekompakan yang baik, diperlukan gradasi agregat yang baik. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekasaran butiran agregat. Gradasi diambil dari hasil pengayakan dengan lubang ayakan 10 mm, 20 mm, 30 mm dan 40 mm untuk kerikil. Untuk pasir lubang ayakan 4,8 mm, 2,4 mm, 1,2 mm, 0,6 mm, 0,3 mm dan 0,15 mm. Penggunaan bahan batuan dalam adukan beton berfungsi: 1. Menghemat Penggunaan semen portland.

  2. Menghasilkan kekuatan yang besar pada betonnya.

  3. Mengurangi susut pengerasan.

  4. Mencapai susunan pampat beton dengan gradasi beton yang baik.

  5. Mengontrol workability adukan beton dengan gradasi bahan batuan baik (A.

  Antono, 1995)

  Cara membedakan jenis agregat yang paling banyak dilakukan adalah dengan berdasarkan pada ukuran butir-butirnya. Agregat yang mempunyai butirbutir yang besar disebut agregat kasar yang ukurannya lebih besar dari 4,8 mm. Sedangkan butir agregat yang kecil disebut agregat halus yang memiliki ukuran lebih kecil dari 4,8 mm. Menurut peraturan SK-SNI-T-15-1990-03 kekasaran pasir dibagi menjadi empat kelompok menurut gradasinya, yaitu pasir halus, agak halus, agak kasar dan kasar.

  Pasir yang digunakan dalam adukan beton harus memenuhi syarat sebagai berikut:

  1. Pasir harus terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Hal ini dikarenakan dengan adanya bentuk pasir yang tajam, maka kaitan antar agregat akan lebih baik, sedangkan sifat keras untuk menghasilkan beton yang keras pula.

  2. Butirnya harus bersifat kekal. Sifat kekal ini berarti pasir tidak mudah hancur oleh pengaruh cuaca, sehingga beton yang dihasilkan juga tahan terhadap pengaruh cuaca.

  3. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering pasir, lumpur yang ada akan menghalangi ikatan antara pasir dan pasta semen, jikakonsentrasi lumpur tinggi maka beton yang dihasilkan akan berkualitas rendah.

  4. Pasir tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak.

  Agregat halus adalah pasir alam sebagai disintegrasi alami dari batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran terbesar 4,8 mm. Pasir alam dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) macam (Kardiyono

  Tjokrodimulyo, 1992), yaitu: 1. Pasir galian.

  Pasir ini diperoleh lansung dari permukaan tanah atau dengan cara menggali. Bentuk pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan bebas dari kandungan garam walaupun biasanya harus dibersihkan dari kotoran tanah dengan jalan dicuci terlebih dahulu.

  2. Pasir sungai.

  Pasir ini diperoleh lansung dari dasar sungai, yang pada umumnya berbutir halus, bulat-bulat akibat proses gesekan. Daya lekatan antar butiran agak kurang karena bentuk butiran yang bulat.

  3. Pasir laut. Pasir laut adalah pasir yang diambil dari pantai. Butir-butirnya halus dan bulat karena gesekan. Pasir ini merupakan pasir yang jelek karena mengandung banyak garam. Garam ini menyerap kandungan air dari udara dan mengakibatkan pasir selalu agak basah serta menyebabkan pengembangan volume bila dipakai pada bangunan. Selain dari garam ini mengakibatkan korosi terhadap struktur beton, oleh karena itu pasir laut sebaiknya tidak dipakai.

  Agregat kasar berupa pecahan batu, pecahan kerikil atau kerikil alami dengan ukuran butiran minimal 5 mm dan ukuran butiran maksimal 40 mm.

  Ukuran maksimum dari agregat kasar dalam beton bertulang diatur berdasarkan kebutuhan bahwa agregat tersebut harus dengan mudah dapat mengisi cetakan dan lolos dari celah-celah yang terdapat di antara batang-batang baja tulangan. Berdasarkan berat jenisnya, agregat kasar dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan (Kardiyono Tjokrodimulyo, 1992), yaitu:

  Agregat kasar berupa pecahan batu, pecahan kerikil atau kerikil alami dengan ukuran butiran minimal 5 mm dan ukuran butiran maksimal 40 mm.

  Ukuran maksimum dari agregat kasar dalam beton bertulang diatur berdasarkan kebutuhan bahwa agregat tersebut harus dengan mudah dapat mengisi cetakan dan lolos dari celah-celah yang terdapat di antara batang-batang baja tulangan.

  Berdasarkan berat jenisnya, agregat kasar dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan (Kardiyono Tjokrodimulyo, 1992), yaitu:

  Dalam pelaksanaan pekerjaan beton, besar butir agregat selalu dibatasi oleh ketentuan maksimal persyaratan agregat, ketentuan itu antara lain: a. Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih dari 4/3 kali jarak bersih antara baja tulangan atau antara tulangan dan cetakan.

  b. Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih besar dari 3/1 kali tebal pelat.

  c. Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih besar dari 5/1 kali jarak terkecil antara bidang samping cetakan.

  Besar ukuran maksimum agregat mempengaruhi kuat tekan betonnya. Pada pemakaian ukuran butir agregat maksimum lebih besar memerlukan jumlah pasta semen lebih sedikit untuk mengisi rongga-rongga antar butirannya, berarti sedikit pula pori-pori betonnya (karena pori-pori beton sebagian besar berada dalam pasta, tidak dalam agregat) sehingga kuat tekannya lebih tinggi. Namun sebaliknya, karena butir-butir agregatnya besar maka luas permukaannya menjadi lebih sempit sehingga lekatan antara permukaan agregat dan pastanya kurang kuat (Kardiyono Tjokrodimulyo, 1992)

Tabel 2.2 Gradasi Pasir Persen bahan butiran yang lewat ayakan Lubang Ayakan (mm) Berat butir maksimum 40 mm 20 mm

  40 95-100 100 20 30-70 95-100 10 10-35 25-55

  4,8 0-5 0-10 Sumber : Kardiyono Tjokrodimulyo, 1992

2.7 Bahan Tamnahan ( Minarex H )

2.7.1 Minarex H

  Minarex H yaitu Processing Oil untuk Industri Karet dan Tinta Cetak Industri dalam negeri membutuhkan bermacam-macam jenis minyak proses (Processing oil) untuk pembuatan ban, industri barang jadi karet (tali kipas, suku cadang kendaraan). Selain itu, processing oil juga dapat digunakan sebagai bahan baku pada industri tinta cetak dan sebagai plasticizer / extender pada industry kompon PVC. Lihat pada tabel 1.2 tentang Minarex H. adalah senyawa hidrokarbon yang dihasilkan dari minyak

  Processing oil

  bumi. Produk ini digunakan sebagai processing aid dalam pengolahan karet alam ataupun karet sintetis, sebagai plasticizer (extender) dalam PVC kompon, dan sebagai base oil pada tinta cetak. Secara umum, ada beberpa jenis processing oil, diantaranya adalah golongan paraffine (paraffinic), aromatic (Minarex) dan

  .

  Napthenic

  Walaupun sama-sama processing oil, namun aplikasi dari masing-masing jenis berbeda satu sama lain. Sebagai contoh Paraffinic dan Minarex H. Bila

  

paraffini c cocok untuk pembuatan barang jadi karet yang berwarna terang, maka

  Minarex H yang lebih tepat dipakai untuk pembautan barang jadi karet yang berwarna gelap (misalnya ban kendaraan, sol sepatu, barang plastik dan tinta cetak). Sejalan dengan pertumbuhan industri di Indonesia, maka kebutuhan akan processing oil juga terus mengalami peningkatan. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, Pertamina memproduksi processing oil baik dari golongan paraffine

  

(paraffinic) maupun aromatic (Minarex H). Khusus Minarex , ada beberapa jenis

yang diproduksi yaitu Minarex-A, B, dan H (Hybrid).

  Adapun aplikasi dari masing-masing jenis tersebut pada industri tergantung pada kebutuhan konsumen sendiri. Dalam hal mutu, processing oil produksi Pertamina sudah sama bahkan lebih unggul dari produk impor. Sebagai contoh Minarex H yang berfungsi sebagai processing aid dalam pembuatan kompon karet pada industri ban vulkanisir dan industri barang karet. Dalam pembuatan kompon karet , produk ini bisa memperbaiki proses pelunakan dan pemekaran karet, serta menurunkan kekentalan kompon karet. Dengan demikian bahan ini membantu mendispersikan carbon black ke dalam molekul-molekul karet sehingga memperbaiki sifat-sifat mekanis komponnya.

  Selain sebagai processing oil, Minarex-H dapat juga digunakan pada industri kompon PVC, yaitu sebagai substitusi Diactyl Phihalate (DOP). Dalam hal ini Minarex-H memberikan keuntungan kelebihan, yaitu :

  1. Molekul PVC mengalir pada suhu yang lebih mudah dari titik lelehnya yang mengakibatkan daya alir.

  2. PVC kompon menjadi lebih baik.

  3. Homogenitas kompon lebih baik.

  4. Produk akhir lebih fleksibel/lentur

  5. Minarex H dapat juga digunakan dalam industri tinta cetak, yang telah dibuktikan oleh beberapa produsen tinta cetak.

  6. Penggunaan bahan Minarex-H sebagai pelarut pendukung dapat menghasilkan tinta cetak dengan kualitas yang lebih baik.

  Fungsi Minarex H lainnya adalah : - Pembuatan karpet lantai, suku cadang kendaraan, karet talang.

  • Digunakan dalam vulkanisir.
  • Proses produksi mur/baut.
  • Industri plywood dan teak plywood - Bantalan karet pada dermaga dan kereta api.
  • Proses pembuatan cutting oil

  Keunggulan lain dari processing oil buatan dalam negeri ini adalah suplai yang terjamin karena kapasitas produksi yang ada sekarang cukup untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Guna menjamin kelancaran suplai dan distribusi, pertamina juga telah menyediakan sarana-sarana tangki penimbunan dan fasilitas bongkar muat untuk kapal maupun mobil tangki di kilang Cilacap.

2.8 Faktor Air Semen (FAS)

  Faktor air semen (fas) adalah perbandingan berat air dan berat semen yang digunakan dalam adukan beton. Faktor air semen yang tinggi dapat menyebabkan beton yang dihasilkan mempunyai kuat tekan yang rendah dan semakin rendah faktor air semen kuat tekan beton semakin tinggi. Namun demikian, nilai faktor air semen yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Nilai faktor air semen yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang akhirnya akan menyebabkan mutu beton menurun. Oleh sebab itu ada suatu nilai faktor air semen optimum yang menghasilkan kuat desak maksimum. Umumnya nilai faktor air semen minimum untuk beton normal sekitar 0,4 dan maksimum 0,65 (Tri

  

Mulyono, 2003). Perbandingan faktor air semen dengan kondisi lingkungan dapat

  dilihat pada tabel 2.3 :

Tabel 2.3 Faktor Air Semen Kondisi Lingkungan Kondisi Basah kering Dibawah Normal Berganti pengaruh sulfat/air laut ganti

  Koreksi langsing atau yang hanya mempunyai 0,53 0,49 0,40 penutup tulangan kurang dari 25 mm. Struktur dinding penahan tanah, pilar, balok, 0,53 * 0,44 abutmen. Beton yang tertanam

  0,44 0,44 - dalam pilar, balok,kolom Struktur lantai beton di

  • atas tanah Beton yang terlindung dari perubahan udara
  • 9konstruksi interior bangunan).
    • Rasio air semen ditentukan berdasarkan persyaratan kekuatan tekan rencana. Sumber : (Tri Mulyono, 2003).

  Hubungan antara faktor air semen dengan kuat tekan beton secara umum dapat ditulis dengan rumus dari Duff Abrams (1919) sebagai berikut:

  1,5.X f c= A/B = .............................................................................................(2.1)

  Keterangan : f’c = Kuat desak beton

  X = faktor air semen A,B = konstanta

  Semakin besar faktor air semen semakin rendah kuat tekan betonnya, walaupun apabila dilihat dari rumus tersebut tampak bahwa semakin kecil faktor air semen semakin tinggi kuat desak beton, tetapi nilai fas yang rendah akan menyulitkan pemadatan, sehingga kekuatan beton akan rendah karena beton kurang padat. Dapat disimpulkan bahwa hampir untuk semua tujuan beton yang mempunyai fas minimal dan cukup untuk memberikan workability tertentu yang dibutuhkan untuk pemadatan yang berlebihan, merupakan beton yang baik.

  Pada beton mutu tinggi atau sangat tinggi, faktor air semen dapat diartikan sebagai water to cementious ratio, yaitu rasio total berat air (termasuk air yang terkandung dalam agregat dan pasir) terhadap berat total semen dan additive cementious yang umumnya ditambahkan pada campuran beton mutu tinggi. Pada beton mutu tinggi nilai faktor air semen ada dalam rentang 0,2-0,5 (SNI 03-6468-

  

2000). Bahan ikat yang digunakan pada penelitian ini adalah Minarex H (sebagai

  bahan tambah campuran beton). Rumus yang digunakan pada beton mutu tinggi adalah:

  Fas =W / ( c + p) ..........................................................................................(2.2)

  Keterangan : Fas = Faktor air semen W = Rasio total berat air c = Berat semen p = Berat bahan tambah pengganti semen

2.9. Kuat Tekan

  Kuat tekan pada beton sangat penting dan diperlukan dalam perencanaan struktur. Demikian juga pada mortar. Kekuatan tekan pada beton dapat digunakan sebagai kriteria utama dalam pemilihan type mortar, karena selain relatif mudah untuk diukur juga pada umumnya berkaitan dengan properties yang lain. Seperti kuat tarik dan penyerapan air. Pada dasarnya terdapat dua faktor yang sangat menentukan kuat tekan pada mortar yaitu berat semen dan water / cement. Kuat tekan pada mortar akan bertambah bila berat semen bertambah dan water / cement ratio berkurang. Kekuatan tekan yang tinggi sangat penting karena mortar konsikan untuk menahan tekan untuk beberapa keparluan.

  Persamaan kekuatan tekan (compressive strength) suatu bahan merupakan perbandingan besarnya beban maksimum yang dapat ditahan bahan dengan luas penampang bahan yang mengalami gaya tersebut.

  Secara matematis besarnya kuat tekan suatu bahan dapat ditentukan sebagai berikut (Andrita, 2008): P = F maks / A ………………………………………….……………………..……..(2.2) Dimana P = Kuat Tekan (N/m2)

  F = Gaya Maksimum ( N ) A = Luas Permukaan benda Uji (m2)