BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Bilangan Kompleks - Mella Tanu Wijaya Bab II
BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Bilangan Kompleks Sistem bilangan kompleks dapat diperkenalkan secara formal dengan menggunakan konsep “ pasangan terurut” (ordered pair) bilangan riil (a,b). Himpunan semua pasangan itu dengan operasi-operasi tertentu yang sesuai
padanya dapat didefinisikan sebagai sistem bilangan kompleks. (Pallouras, 1975).
Definisi II. A.1 Himpunan bilangan kompleks berbentuk a + ib atau a + bi
2 dengan a dan b adalah bilangan riil dan i = -1.
Jika z = a + ib merupakan suatu bilangan kompleks, maka a dinamakan bagian riil (real part) dari z dan b dinamakan bagian imajiner (imaginary
part) dari z, kadang-kadang masing-masing diberi simbol R(z) dan I(z).
Lambang z, yang dapat ditempatkan untuk sesuatu dari himpunan bilangan kompleks dinamakan peubah kompleks.
Himpunan bilangan riil sebagai bagian dari himpunan bilangan kompleks dengan b = 0. Jika a = 0, maka bilangan kompleks 0 + bi atau bi dinamakan bilangan imajiner sejati. (Spiegel, 1994).
B. Sifat-sifat Aljabar Bilangan Kompleks
Operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian dua bilangan kompleks dapat dikerjakan seperti pada operasi aljabar bilangan riil dengan
2 menggantikan i dengan -1 bila muncul.
Operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian dua bilangan kompleks adalah sebagai berikut: (Spiegel, 1994).
Jika z = a + b i dan z = a + b i adalah bilangan kompleks, maka:
1
1
1
2
2
2
i. z
1 + z 2 = (a 1 + b 1 i) + (a 2 + b
2 i) = (a
1 + a 2 ) + (b 1 + b 2 )iii. z = (a + b i) + b i) = (a ) + (b )i
1 – z
2
1 1 – (a
2
2 1 – a
2 1 – b
2 iii. z z = (a + b i) (a + b i) = (a a b ) + (a b + a b )i.
1
2
1
1
2
2
1
2 – b1
2
1
1
2
2 Pada bilangan kompleks juga terdapat suatu operasi yang disebut
kesekawanan (conjugation), yang didefinisikan sebagai berikut:
Definisi II. B. 1 Jika z = a + bi, maka bilangan kompleks sekawan dari z yang didefinisikan = a – bi.
Kesekawanan (conjugation) dikenakan pada satu bilangan kompleks dan berakibat menegatifkan bagian imajinernya.
Operasi aljabar bilangan kompleks sekawan di dalam himpunan bilangan kompleks memenuhi sifat-sifat sebagai berikut:
Teorema II. B. 2
i. Jika z bilangan kompleks, maka 1)
= z
2
2 2) z + [I(z)]
= [R(z)] ii. Jika z , z bilangan kompleks, maka
1
2
1) = +
- 1
2
1
2 2)
=
1 1
2 1
1
2 3) = , 2 2 2 ≠ 0
Bukti: i. Misalkan
= + , maka = − , maka 1)
= − = + = . 2)
= + −
2
2 = a
- – (bi)
2
2 = a . (-1)
- – b
2
2
2
2 = = [ + [ .
- =
- = ii. Misalkan
] ]
1
1
2
2
2 1) + + +
1 dan , maka
1
2
1 1 ) + (
2 2 ) = (
=
1
2
1
2 = + +
1
2
1
2 −
= ( 1 − 1 ) + ( 2 − 2 )
- =
1
2 2)
= (
1
2
1 1 )(
2 2 )
1 2 −
1
2
1
2
2
1
- = +
- =
1 2 −
1
2
1
2
2
1 −
=
1 2 −
1
2
1 2 −
2
1
- − = (
1
1
2
2 − )( − )
=
1
2 1 + 1 1 3) = 2 2 2
- (
- 1 1 )( 2 − 2 )
=
- ( 2 2 )( 2 − 2 ) 1 2 1 2 1 2
- (−
+ + )
2
1<= 2 2 2 2
- 1 2 + + ) 1 2 − (− 1 2
- (
- ( 1 − 1 )(
- 2 2 )
- Arti geometri dari modulus z adalah merupakan jarak dari titik
- – z
- 2
- ( = = 2) = − , sehingga = − ) .
- = 3)
- = =
- − = ii. Misalakan z
- 1
- 1)
- = +
- =
- 2) = 2 2 + 2 1 + ( 1 )( 2 − 2 ) =
- 2 )( − )
- = 2 2 2 2<
- 1 2 1 2 1 2 − 2 1<
- 2
- 1 1 2 2
- = 2 2 2 2 + ( ) 2 2 1 + 1 = 2 2 1 2 2<
- = 2
- r = = : sudut antara sumbu x positif dengan OP.
- – 5, L = -1 + 4i z = 1 + i
- – L| = |4z – 5 – (-1 + 4i)|
- – 5 + 1 – 4i| = |4z
- – 4 – 4i|
- – 4(1 + i)| = 4|z – (1 + i)|
- – L| < , ambil 4 = =
- – z =
- – w
- – w
- – w – f(z) + f(z) – w
- 2 = .
- lim
- = lim
- – (A + B)| = |( − ) + (g (z) – B)|
- – A)| + |g (z) – B)|
+
<- = lim + lim = +
- 1
- – z |f(z)g(z)
- – AB| = |f(z)g(z) – Ag(z) + Ag(z) – AB|
- – A) + A(g(z) – B)| |g(z) − | + |A(g(z) – B)|
- – A| + |A||g(z) – B|
- <
- – B| <
- – z yang menunjukkan
- = = cos + sin , =
- 2
- cosb
- – sinb
- = (cos(b
- = .
- – = ((cosb cosb + sinb sinb ) + i(sinb cosb
- – i sinb
- – ib
- –ib
- – i sinb)
- = = (
- ) .
- sin ) = = cos + sin
- –ib
- cosb = ; sinb = ,
- cos z = (1.1)
- cosh z = (1.4)
- – 1) = 1, (1) = − sehingga,
- →∞
- ) = , tan
- – x) =
- 1 +2 …( + ) dimana z bilangan riil atau kompleks.
- = 4
- −1 − −1 −1
- −1 − −1 −1
2
1= 2 2 2 2
- 1 2 1 2 1 2 − 2
1
= 2 2 2 2
= 2 + ( 2 )( 2 − 2 ) ( 1 1 − ) =
( 1 2 − 2 )
= 2
C. Geometri Bilangan Kompleks
Arti geometri pada bilangan kompleks dalam hal ini dapat dipahami sebagai vektor di bidang xy, dengan sumbu x dan sumbu y secara berturut- turut dinamakan sumbu riil dan sumbu imajiner. Bilangan kompleks a + bi pada bidang datar xy dapat diidentifikasikan sebagai vektor berpangkal pada titik pusat dan berujung pada titik (a,b). (Pallouras, 1975).
Im(z)/y z=a +ib bi
|z| a Re(z)/x Gambar 1.
a. Modulus dari Bilangan Kompleks
Untuk sembarang bilangan kompleks z = a +bi, modulus (nilai mutlak) dari bilangan kompleks yang merupakan panjang vektor z didefinisikan sebagai berikut:
Definisi II. C. 1 Jika bilangan kompleks z = a + bi, maka modulus dari z ditulis
2
2
didefinisikan sebagai .
= + =
O(0,0) ke z = (a,b). Akibatnya, jarak antara dua bilangan kompleks
z 1 =a
1 +b 1 i dan z
2 = a 2 +b 2 i ditulis |z
1 2 | dan didefinisikan
2
2 ) + ( )
|z 1 – z 2 | = .
( 1 −
2 1 −
2 Berikut ini terdapat teorema yang menjelaskan sifat-sifat dari modulus atau nilai mutlak dari bilangan kompleks yaitu:
Teorema II. C. 2
i. Jika z bilangan kompleks, maka
2
2
2 = ( + (
1)
) )
2)
=
2 =
3) ii. Jika z ,z bilangan kompleks, maka
1
2 1) 1
1 2 = 1
1
2
2) ,
2 2 = ≠ 0 2 Bukti: i. Misalkan z = a + bi , maka
2
2
2
2
2
2
2
2 1) = = ( + = + + ( .
) )
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1 = a 1 + b 1 i, z 2 = a 2 + b 2 i bilangan kompleks, maka
1
2
1 =
2
2
1 2 −
1
2
1
2
2
1
2
2 = + +
1
2
1
2
1
2
2
1 −
2
2
2
2 = ) + +
1
1
2
2 (
2
2
2
2
1
1
2
2 =
1
2 Jadi
1
2
1
2 = 1 1 1
( 2 2 2
2 1 2 + 1 2 1 2 2
1
− 2 2 + = 22
2 2 2 + + 2 2 2 2 2 22
2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 + + +2 + 1 2 2 1 1 2 1 2−2 = 2 2 2 2 2 2 2 2 2
= 2 2 2 2 2 2 2 2 2 + + 2 1 1
1 1 Jadi 2 = 2 b.
Bentuk Polar dan Eksponen
Notasi z = a + bi pada bilangan kompleks dapat juga dinyatakan dengan z = (a,b). Dalam koordinat polar, bilangan kompleks z = (a,b) dinyatakan dalam r dan yaitu z = (r, ). Pada gambar 2 diperoleh hubungan sebagai berikut:
a = r cos ; b = r sin , dengan:
2
2
y
P z =(a,b) b
r
O a x
Gambar 2. Untuk z dan untuk z = 0 maka
≠ 0, sudut dihitung dari tan =
r = 0 dan dapat dipilih sebarang. Dengan demikian bilangan kompleks z = a + bi dapat dinyatakan dalam bentuk polar, yaitu: z = r (cos + sini).
Dari rumus Euler = cos + sin i, maka bentuk polar bilangan kompleks z dapat diubah menjadi
z = r(cos + sin i) = .
Penulisan z = merupakan bentuk eksponen dari bilangan kompleks z. Selanjutnya biangan kompleks sekawan dari z adalah: = r(cos sin i)
= r(cos() + sin() i) −
= D.
Limit Fungsi Kompleks
Secara formal definisi limit untuk fungsi kompleks f(z) ditulis sebagai berikut:
Definisi II. D. 1 Diberikan fungsi w = f(z) terdefinisi pada daerah D, kecuali di z (titik z di o o dalam D atau pada batas D). limit f(z) adalah w o untuk z mendekati z o , jika untuk setiap > 0, terdapat > 0 sedemikian hingga |f(z) – w |< , apabila o
lim f ( z ) w o
0 <|z – z |< ,ditulis: o z z
o
Contoh: Buktikan lim
→1+ Jawab:
4 − 5 = −1 + 4 .
f(z) = 4z
|f(z)
= |4z
= |4z
Untuk 0 < |z – (1 + i)| < , maka 4|z – (1 + i)| < 4.
|f(z) – L | = 4|z – (1 + i)| < 4. Untuk > 0, agar |f(z) .
4 Jadi, > 0, = < 0 0 < |z – (1 + i)| < , |f(z) – (-1 +4i)| < .
4 Teorema II. D. 1
Jika suatu fungsi mempunyai limit pada titik z yang diberikan, maka
o limitnya mempunyai nilai tunggal.Bukti: Misal
lim , > 0, > 0 0 < |z | <
1
1 →
|f(z) 1 | <
2 lim , > 0, > 0 0 < |z | <
=
2 2 – z →
|f(z) 2 | <
2 Pilih = min { 1 , 2 }; yaitu pilih sebagai yang terkecil diantara 1 dan
, maka untuk 0 < |z | < berakibat 2 – z
1 |w
1 2 | = |w
1 2 |
|w | 1 – f(z)| + |f(z) – w
2
→ 0
→
) . (lim
→ ) = .
3) lim
→ ( ) ( )
= lim → 0
( ) lim
( )
→
=
jika B ≠ 0
Bukti: 1) Jika sebarang bilangan positif yang diberikan, maka
2 adalah positif.
Karena lim →
= , maka terdapat suatu bilangan positif
1
sedemikian sehingga 0 < − <
1 ⇒ − <
. = (lim
= + 2) lim
<
1 = w 2 .
2
|w 1 – w
2 | < , 0 |w
1 – w
2 | maka |w
1 – w
2 | = 0
w
Jadi, terbuktilah teorema di atas.
→
Teorema berikut menyatakan jika dua fungsi kompleks yang diberikan masing-masing mempunyai limit, maka jumlah, selisih, perkalian dan pembagian fungsi-fungsi itu mempunyai limit berturut-turut sama dengan jumlah, selisih, perkalian dan pembagian masing-masing limit diberikan.
Teorema II. D. 2 Jika lim
→
= dan lim
→ = , maka
1) lim
→
→
2 . Karena lim
2
= , maka terdapat suatu bilangan positif → sedemikian sehingga
0 < .
2
− < ⇒ − <2 Pilih = min{
1 , 2 }; yaitu pilih sebagai yang terkecil di antara
1
dan , maka 0 < menunjukkan
2 <
− |f (z) + g(z)
|f (z)
2
2 lim
Jadi,
→ → →
1 2) Jika sebarang bilangan positif yang diberikan, maka adalah
2 ( ) +1 positif. Karena lim
= , maka terdapat suatu bilangan → positif sedemikian sehingga
1
1 0 < − < 1 ⇒ − <
2 ( ) + 1 lim
Karena , maka terdapat suatu bilangan positif
2 =
→ sedemikian sehingga
1
0 < .
2 − < ⇒ − <2
Pilih = min{ 1 , 2 }, yaitu pilih sebagai yang terkecil di antara
1
dan
2 , maka 0 <|z |< menunjukkan
= |g(z)(f(z)
= |g(z)||f(z)
| ( )
|
2
2 ( ) +1 +1
< = . +
2
2
Jadi, lim . = (lim ) . (lim ) = .→ → → 3) Berdasarkan bukti 2), maka dapat ditunjukkan
1 ( ) lim = lim ( )
→ →
( ) ( )
1
= lim ,
( ) lim → →
( )
1
1 dengan lim = , yaitu dengan diberikan > 0, maka
→ lim ( ) ( )
→ 0
1 |g(z)||B| > 0. Karena lim
1 > 0
= , maka terdapat →
2 sedemikian sehingga
1 |g(z) |g(z)||B| |< .
1
⇒ 0< |z – z
2 Dengan demikian terdapat suatu sedemikian sehingga 0 < |z | <
1
1 −
=
−− −
=
−=
− =| |
1
1 = .
2 | |
=
2 <
1
1
1 Jadi, lim = = . → lim
( ) ( )
→ 0
Oleh karena itu,
1 lim = lim lim
→ → → = .
E. Fungsi Pangkat Bilangan Kompleks
Fungsi pangkat didefinisikan sebagai berikut :
di mana e = 2,71828... adalah bilangan dasar logaritma natural (asli). Jika a ln bilangan riil positif, maka didefinisikan = , dengan ln a adalah ln logaritma natural (asli) dari a. Jika a = e maka = direduksikan menjadi w. (Spiegel, 1994).
Berikut ini adalah sifat-sifat aljabar yang paling pokok untuk fungsi pangkat dengan bilangan dasar logaritma natural, yaitu:
Theorema II. E. 1 i. dan z berlaku sifat-sifat berikut:
1
2 Untuk setiap peubah kompleks z 1 2 1
=
1) 1 2
1
− = 2) .
2 ii.
Jika = + , maka
=
1)
2) ) = b. z
= arg(e Bukti: i. Misalkan z 1 1 = a 1 + ib 1 1 dan z 2 = a 2 + ib 2 , maka 2 2
= = + +
1
1
2 2 . 1 2 1 2 dan 1) = (cos b 1 2 1 + i sin b 1 )(cos b 2 + i sin b 2 )
= ((cosb 1 cosb
2 1 sinb 2 ) + i(cosb 1 sinb
2
2 sinb 1 )) 1 2
1 + b 2 ) + i sin(b 1 + b 2 )) 1 2
2) z 1 – z 1 2 2 = (a 1 – a 1 2 2 ) + i(b 1 – b 2 ), maka − −
= (cos(b 1 – b 2 ) + i sin(b 1 – b 2 ))
1
1
2
1
2
1
2
2 cosb 1 sinb 2 ))
1 = ((cosb + i sinb )cosb + i sinb )i
1
1 2 – (cosb
1
1
2 sinb )
2
1 = (cosb 1 + i sinb 1 )(cosb
2 2 )
2
1 1 2 = .
2
1
1 = .
2
2
1+ 1 =
2+ 2
1 =
2 z a a a ii. Misalkan z = a + ib, maka e = e (cosb + isinb) = e cosb + i e sinb, sehingga:
1) Karena z = a + ib maka = a – ib, sehingga:
a
= e
a
= e e
a
= e (cosb
a a
= e cosb – ie sinb
= (cos
2)
a
= e . 1
a
= e , sin
z Dan arg(e ) = arc tan ( ) = arc tan(tanb) = b.
cos F.
Fungsi Trigonometri Bilangan Kompleks
Definisi yang diberikan cukup konsisten dengan menggunakan Rumus Euler, yaitu untuk setiap b bilangan riil,
ib
e = cosb + i sinb dan e = cosb – i sinb. Dengan menjumlahkan dan mengurangkan kedua rumus tersebut maka akan diperoleh
− −
−
2
2 sehingga dapat didefinisikan fungsi trigonometri dengan peubah kompleks z, sebagai berikut:
−
2 dan
−
− sin z = (1.2)
2 (Spiegel, 1994).
G. Fungsi Hiperbolik Bilangan Kompleks
Fungsi hiperbolik didefinisikan sebagai kombinasi dari fungsi pangkat (eksponen), sebagai berikut:
Sinus hiperbolik didefinisikan dengan
−
− sinh z = (1.3)
2 dan cosinus hiperbolik dengan
−
2 (Spiegel, 1994).
H. Fungsi Logaritma Bilangan Kompleks w
Jika z = e , maka dapat dituliskan w = ln z , yang dinamakan logaritma natural (asli) dari z. Jadi fungsi logaritma natural adalah invers dari fungsi pangkat dan dapat didefinisikan sebagai berikut:
Jika bilangan kompleks z= a + bi, yang dalam bentuk eksponen ditulis z = i re , maka i i w = ln z = ln(re ) = ln r + ln e = ln r + i dengan ln r adalah logaritma bilangan riil biasa dengan bilangan pokok e, dan r adalah suatu bilangan riil positif.
I. Notasi Faktorial
Notasi faktorial dinyatakan sebagai berikut:
Definisi II. I. 1 Diberikan n adalah bilangan bulat positif. Besaran n faktorial (simbol n!) didefinisikan sebagai hasil kali semua bilangan bulat dari 1 hingga n. n! = 1.2.3 ... (n – 1).n.
J. Fungsi Gamma
Definisi dari fungsi gamma adalah:
Definisi II. J. 1 Fungsi gamma pada bilangan riil dinyatakan oleh (n) didefinisikan sebagai berikut:
∞ − −1
(n) = ; n > 0 (1.5) dengan n dan t adalah sebarang bilangan riil.
Dari persamaan (1.5) diperoleh: Misal n = 1, maka
∞ − − ∞
| = = - (0
(1) = 1
(2) = 1.(1) = 1 (3) = 2.(2) = 2.1 = 2! (4) = 3.(3) = 3.2! = 3! (5) = 4.(4) = 4.3! = 4! ...
(n + 1) = n(n) = n!.
(6) Contoh 1: Hitung . 2(3) (6) 5! 3 .4 .5
Jawab : = = = 30.
2(3) 2(2!)
2 Sifat dasar fungsi gamma pada bilangan riil adalah: i.
( n 1 ) n ( n ) ii. ( n 1 ) n ! iii.
( n 1 ) ( n )
n
iv. (1/2) v.
( x ) ( 1 x ) sin x
(Silaban, 1997) Bukti:
∞ − i.
(n + 1) =
− = lim
→∞ − − −1
= lim |
− − − →∞
− −1 − = lim
−
−1 − = lim
→∞ = n(n) ii. (n + 1) = n! , n = 1, 2, 3, ...
− − (1) = = lim
→∞ −
= lim (1 ) = 1 −
→∞ Dari (i) diperoleh n = 1, 2, 3, ..., (n + 1) = n(n) Sehingga untuk (2) = 1 (1) = 1 (3) = 2 (2) = 2.1 = 2! (4) = 3 (3) = 3.2! = 3! ...
(n + 1) = n (n) = n! iii. Dari (ii) diperoleh (n + 1) = n (n) Maka
( n 1 ) ( n )
n
1 ) iv. ( =
2 1
1 ∞
−1 2 − )
( =
2
1 ∞
− =
2 t = y , dt = 2ydy. 2 2
1
1
1
1 ∞ ∞
− − ) )
( = 2 = 2 , (
2
2
2 2 2
1 ∞ ∞
)
2
2
2 −(
= 4 , (
=
2 2 /2 ∞
− = 4
−0
− 2
= 4 |
2 −2
=
2
1 )
= (
2
1 )
( = .
2 v. (x) (1
sin
1 Dari (iv) ( ) = maka:
2
1 ( ) =
(kedua ruas dikuadratkan)
2 1 2
= π 2
1
1 ( ) ( ) =
2
2
1
1
1 ( ) (1 ) = 1
−
2
2
sin 2
1 dimisalkan x, maka:
2 (x) (1 – x) = .
sin Nilai (n) untuk 1 n 2 dapat dibaca dari tabel. Tabel berikut ini adalah tabel beberapa nilai (n) untuk 1 n 2.
Tabel 1. Tabel Fungsi Gamma N
(n)
1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9
2
1 0,9513507699 0,9181687424 0,8974706963 0,8872638175 0,8862269255 0,8935153493 0,9086387329 0,9313837710 0,9617658319
1 Nilai (n) dapat ditentukan untuk semua n > 1, dengan n sebarang bilangan riil dengan rumus rekursif (n + 1) = n(n).
Contoh 3: Hitunglah nilai (2,4). Jawab: (2,4) = 1,4 . (1,4) = 1,4 . 0,8872638175 = 1.2421693.
Catatan: Untuk n < 1, nilai (n) dapat dihitung dengan rumus
(n+1) (n) = .
Contoh 4: Hitunglah nilai (0,5). Jawab:
(1,5) 0,8862269255 (0,5) = = = 1,7724539.
0,5 0,5 Namun (n) tidak terdefinisi untuk n sama dengan nol atau bilangan bulat
(1) (0)
1 negatif, sebab (0) = = (tidak terdefinisi). Demikian pula (-1) = ,
−1 (−1)
(-2) = , dan seterusnya, dan ini dinamakan sebagai sifat dasar dari −2 fungsi gamma pada bilangan riil (Spiegel, 1994).
Selain definisi dari fungsi gamma di atas, fungsi gamma dapat juga didefinisikan dalam bentuk yang dikenal sebagai rumus Euler sebagai berikut:
Definisi II. J. 2
1.2.3 …
(z) = lim →∞
K. Fungsi Beta Definisi II. K. 1 Fungsi beta adalah
1 −1 −1
(1 , = − ) , untuk m > 0 dan n > 0.
Hubungan fungsi beta dan fungsi gamma adalah: ( )
, = ( + )
(Remmert, 1996) Bukti:
2 Misalkan t = x dapat ditulis: 2 ∞ ∞
2 −1 − −1 −
= 2 (m) =
2 Misalkan t = y dapat ditulis: 2 ∞ ∞
2 −1 − −1 −
(n) = = 2 2 2 ∞ ∞
2
2 −1 − −1 −
Maka (m).(n) = 4 2 2 ∞ ∞
2
2 −1 −1 −
Mentransformasikan ke koordinat polar
x = r cos , y = r sin diperoleh:
2
/2 ∞
2
2
2
(m).(n) = 4 =0 2
∞ /2
2
2
2
= 4
/2
2
2 −1 −1
= 2(m + n) (m).(n) = (m + n) . B(m,n)
( )
B(m,n) =
( + ) Contoh 5: Hitunglah nilai B(3,5).
( )
Jawab: B(m,n) = ( + )
3 (5)
B(3,5) =
(3+5)
2!4!
=
7! 2 .4!
=
7.6.5.4!
1
=
105
1
2
8 Contoh 6: hitunglah 1 −
1 −1 −1
(1 Jawab:
− ) , =
1
2
8 (1
− ) , =
1
3
9 −1 −1
(1 − )
, =
3 (9)
B(3,9) =
(3+9) 2!8!
=
11!
2
1
= =
11.10.9 495 Sifat-sifat dari fungsi beta pada bilangan real adalah: i.
B(m,n) = B(n,m)
/2
2
2 −1 −1 ii.
B(m,n) = 2
(Arfken,1985) Bukti: i. B(m,n) = B(n,m)
1 −1 −1
1 −
B(m,n) = , substitusikan x = 1 – y.
1 −1 −1
= 1 −
1 −1 −1
= = B(n,m) 1 − /2
2
2 −1 −1 ii.
B(m,n) = 2
1
2 −1 −1
B(m,n) = , substitusikan x = sin
1 − /2
2
2 −1 −1
2 =
/2
2
2 −1 −1
= 2