ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN TRIMESTER III, PERSALINAN, NIFAS, MASA ANTARA DAN BAYI BARU LAHIR PADA NY. C UMUR 20 TAHUN G1P0A0 DI PUSKESMAS SOMAGEDE KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI
1. KEHAMILAN
a. Definisi kehamilan Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Menurut Prawirohardjo (2009 ; h. 139), Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (
ovum) dan sel mani
( spermatozoa).
Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila
ovum dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai
menjadi fetus yang aterm (Sukarni, 2013 ; h. 63).
Dari beberapa teori dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari
ovum dan spermatozoa yang dilanjutkan nidasi/implantasi yang berlangsung 9 bulan/40 minggu.
b. Etiologi Kehamilan Menurut Prawirohardjo (2009 ; h. 139), Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut yaitu :
1)
Ovum Ovum adalah suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang terdiri dari
suatu
nukleus yang terapung-apung dalam vitelus dilingkari oleh zona pellusida oleh kromosom radiata.
2)
Spermatozoa
Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti, leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ekor yang dapat bergerak sehingga
sperma dapat bergerak cepat.
9
3) Konsepsi Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di tuba fallopii.
4)
Nidasi Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium.
5)
Plasentasi Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna
untuk pertukaran zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya.
c. Tanda dan gejala kehamilan Menurut Manuaba (2009 ; h. 106), tanda dan gejala kehamilan ada 3 kriteria yaitu tanda dugaan hamil, tanda kemungkinan hamil dan tanda pasti hamil. 1) Tanda dugaan kehamilan
a) Amenorea
b) Panyudara membesar, tegang dan sedikit nyeri
c) Perasaan menyidam (ingin makanan khusus)
d) Mual muntah di pagi hari (
morning sickness)
e) Hipersalivasi
f) Kurang suka makan
g) Tidak tahan bau-bauan
h) Kepala sakit dan pusing i) Gangguan pencernaan dan perkemihan
j) Konstipasi k) Sering miksi
l)
Pigmentasi kulit (pada wajah, sekitar buah dada dan dinding perut)
2) Tanda kemungkinan hamil
a) Pembesaran rahim dan perut
b) Pada pemeriksaan dijumpai petunjuk adanya kehamilan
c) Tanda
Braxton hiks, adanya kontraksi rahim saat diraba
d) Tanda
hegar, konsistensi rahim menjadi lunak
e) Tanda
chadwick, warna selaput lendir vulva dan vagina menjadi
ungu f) Tanda piscaseck, uterus membesar kesalah satu jurusan pembesaran tersebut 3) Tanda-tanda pasti hamil (Saifuddin, 2007 ; h. 95) :
a) Dapat diraba kemudian dikenal bagian-bagian janin
b) Dapat dicatat dan didengar bunyi jantung janin dengan beberapa cara c) Dapat dirasakan gerakan janin dan
ballottement
d) Pada pemeriksaan sinar
rontgen tampak kerangka janin
e) Dengan
USG dapat diketahui ukuran kantong janin, panjangnya
janin dan diameter
biparietalis hingga dapat diperkirakan tuanya
kehamilan dan selanjutnya dapat dipakai untuk menilai pertumbuhan janin.
d. Standar pelayanan kehamilan (
ANC)
Standar pelayanan
ANC meliputi standart 14 T, sehingga ibu hamil yang
datang memperoleh pelayanan yang komprehensif dengan harapan
Ante Natal Care dengan standart 14 T dapat sebagai daya ungkit
pelayanan kehamilan dan diharapkan ikut andil dalam menurunkan AKI sebagai berikut : 1) Ukur tinggi Badan / berat badan 2) Ukur tekanan darah 3) Ukur fundus uteri 4) Pemberian imunisasi
TT (Tetanus Toxsiod) lengkap
5) Pemberian tablet zat gizi (minimal 90 tablet) selama kehamilan 6) Test terhadap penyakit menular seksual (
VDRL)
7) Temu wicara / konseling 8) Tes/ pemeriksaan
Hb 9) Tes / pemeriksaan urine protein
10) Tes reduksi urin 11) Perawatan payudara (senam payudara, pijat tekan payudara) 12) Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam ibu hamil) 13) Terapi yodium kapsul (khusus daerah endemik gondok) 14) Terapi anti malaria (khusus daerah endemik malaria) (Suherni, 2011 ; h. 19-20). e. Kategori kehamilan Menurut Prawirohardjo (2009), Kehamilan biasanya terdiri dari 3 tahapan trimester yaitu : 1) Trimester pertama (0-12 minggu) : pembelahan sel telur yang telah dibuahi 2) Trimester kedua (13-28 minggu) : perkembangan penting organ tubuh janin.
3) Trimester ketiga (29-40 minggu) : pertumbuhan janin sampai di lahirkan.
f. Perubahan fisiologis pada trimester III kehamilan Menurut Prawirohardjo (2009 ; h. 175), Saat kehamilan trimester III terjadi perubahan fisiologis diantaranya : 1) Sistem reproduksi
Uterus
Pada trimester III
itmus lebih nyata menjadi bagian korpus uteri dan
berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR). Pada kehamilan tua karena kontraksi otot-otot bagian atas
uterus, SBR menjadi lebih
lebar dan tipis, tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah yang lebih tipis. Batas itu dikenal sebagai lingkaran retraksi fisiologis dinding
uterus, diatas lingkaran ini jauh lebih tebal daripada dinding SBR.
a) 28 minggu : fundus uteri terletak kira-kira 3 jari diatas pusat pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke
prosesus xifoideus (25 cm).
b) 32 minggu : fundus uteri terletak kira-kira antara ½ jarak pusat dan prosesus xifoideus (27 cm).
c) 40 minggu : fundus uteri terletak kira-kira 3 jari dibawah
prosesus xifoideus (33 cm).
Setelah minggu ke-28 kontraksi
braxton hicks semakin jelas,
terutama pada wanita langsing. Umumya akan menghilang bila wanita tersebut melakukan latihan fisik atau berjalan (Kusmiyati Y. 2008 ; h. 66). 2) Sistem
traktus urinarius
Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun kepintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar. Pada kehamilan lebih lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi daripada pelvis kiri akibat pergeseran
uterus yang berat kekanan akibat terdapat
kolon rektosigmoid disebelah kiri. Perubahan-perubahan ini membuat
pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam volume yang lebih
besar dan juga memperlambat laju aliran
urine (Kusmiyati Y. 2008 ; h. 66).
3) Sistem respirasi Pada 32 minggu keatas karena usus-usus tertekan
uterus yang
membesar kearah
diafragma kurang leluasa bergerak mengakibatkan
kebanyakan wanita hamil mengalami derajat kesulitan bernafas (Kusmiyati Y. 2008 ; h. 66). 4) Kenaikkan berat badan
Terjadi kenaikkan berat badan sekitar 5, 5 kg, penambahan BB dari mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11-12 kg (Kusmiyati Y. 2008 ; h. 67). 5) Sirkulasi darah
Hemodilusi penambahan volume darah sekitar 25% dengan puncak
pada usia kehamilan 32 minggu, sedangkan
hematokrit mencapai
level pada minggu 30-32 karena setelah 34 minggu massa RBC terus meningkat tetapi volume
plasma tidak. Peningkatan RBC
menyebabkan penyaluran oksigen pada wanita dengan hamil lanjut mengeluh sesak nafas dan nafas pendek (Kusmiyati. 2008 ; h.67). 6) Sistem
musculoskeletal
Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara menyolok.
Lordosis progresif merupakan gambaran yang karakteristik
pada kehamilan normal, akibat kompensasi dari pembesaran
uterus
ke posisi
anterior, lordosis menggeser pusat daya berat kebelakang
kearah dua tungkai. Sendi
sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan
meningkat mobilitasnya, yang di perkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan (Prawirohardjo. 2009 ; h. 186).
g. Ketidaknyamanan pada trimester III Ketidaknyamanan dalam kehamilan pada trimester III menurut Kusmiyati (2008 ; h. 123), antara lain : 1) Cairan Vagina (keputihan)
Fisiologi : Peningkatan cairan
vagina selama
kehamilan adalah normal, disebabkan akibat dari peningkatan kadar
estrogen.
Cairan biasanya jernih, pada awal kehamilan biasanya agak kental dan mendekati persalinan lebih cair. Solusi : Tetap jaga kebersihan, memakai pakaian dalam yang terbuat dari katun bukan nilon. Hubungi dokter bila cairan berbau, terasa gatal dan sakit. 2) Bengkak
(oedema) pada kaki
Fisiologi : Pertumbuhan bayi akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu, disebabkan oleh perubahan hormonal yang menyebabkan
retensi cairan.
Solusi : Menghindari makanan asin, ganjal kaki dengan bantal ketika berbaring/duduk, jangan berdiri terlalu lama. 3) Sesak Nafas
Fisiologi : Hal ini terjadi karena rahim mendesak paru-paru dan
diafragma.
Solusi : Atasi dengan tidak membawa berat, berjalan tegak menarik nafas dalam- dalam, tidur miring kiri dan olahraga teratur yang ringan seperti jalan-jalan dipagi hari.
4) Varises Fisiologi : Sirkulasi darah selama hamil lebih banyak sehingga tidak teratasi oleh katub yang mengalirkan darah ke jantung. Akibatnya, pembuluh darah kaki mekar, bahkan sampai menonjol agar tertampung darah lebih banyak. Solusi : Jangan berdiri atau duduk terlalu lama, duduk atau berbaring dengan kaki diganjal bantal, sehingga posisi kaki lebih tinggi dari jantung, cobalah sering berjalan-jalan, sebagian besar
varises
akan lenyap ± 2-3 bulan setelah melahirkan. 5) Merasa Kepanasan
Fisiologi : Hal ini terjadi karena kecepatan metabolisme ibu hamil rata-rata meningkat ± 20% selama kehamilan sehingga suhu tubuh juga tinggi. Solusi : Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, seringlah mandi, gunakan pakaian yang mudah menyerap keringat, jangan lupa untuk minum lebih banyak untuk menggantikan cairan yang keluar melalui pori-pori tubuh bumil. 6) Kontraksi Perut
Fisiologi :
Broxton Hicks kontraksi palsu, kontraksi
berupa rasa sakit ringan, tidak teratur dan hilang bila duduk atau istirahat. Solusi : Istirahat cukup, hindari pekerjaan yang memberatkan, berdiri dan berjalan dengan punggung dan bahu yang tegak, pakailah kasur yang nyaman.
7) Konstipasi Fisiologi : Selain karena adanya peningkatan hormon progesteron konstipasi juga karena tekanan rahim yang semakin membesar ke daerah usus.
Solusi : Makan makanan berserat tinggi (buah dan sayur), minum air yang banyak dan olahraga ringan. 8) Sering Kencing
Fisiologi : Pembesaran rahim dan ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin menekan kandung kencing ibu hamil. Solusi : Batasi
intake cairan sebelum tidur,
tenangkan hati, memakai pembalut
perineum.
9) Terganggunya Tidur (Insomnia)
Fisiologi : Setelah perut membesar, bayi menendang semakin sering, sehingga ibu sulit untuk tidur nyenyak selain itu ada perasaan cemas menanti waktu persalinan. Solusi : Menenangkan hati ibu,
message atau
memijat pinggang, minum susu hangat atau mandi hangat sebelum tidur, batasi minum setelah jam 4 sore agar saat tidur tidak terbangun karena sering BAK.
h. Faktor resiko kehamilan dan tanda bahaya pada kehamilan lanjut 1) Kehamilan resiko tinggi
Rochyati, dkk mengemukakan kriteria KRT adalah primimuda, primitua, umur 35 tahun atau lebih, tinggi badan kurang dari 145 cm,
grandemulti, riwayat persalinan yang buruk, bekas seksio sesaria, pre-eklampsia, hamil serotinus, perdarahan antepartum, kelainan
letak, kelainan medis, dan lain-lain (Manuaba. 2010 ; h. 241).
2) Tanda bahaya pada kehamilan lanjut
a) Perdarahan lanjut ( plasenta previa, solution placenta, gangguan pembekuan darah) b) Sakit kepala yang hebat
c) Penglihatan Kabur
d) Bengkak diwajah dan jari-jari tangan
e) Keluar cairan pervaginam f) Gerakkan janin tidak terasa (Kusmiyati. 2008 ; h. 158). i. Kebutuhan gizi ibu hamil
Menurut Kusmiyati (2008 ; h. 81), agar perkembangan janin berjalan dengan baik, dan ibu hamil dapat menjalani hari-hari kehamilannya dengan sehat, makan konsumsi ibu hamil harus mengandung gizi sebagai berikut : 1) Kalori
Selama kehamilan konsumsi kalori haruslah bertambah dikisaran 300-400 kkal perharinya. Kalori yang di dapat haruslah berasal dari sumber makanan yang bervariasi, dimana pola makan 4 sehat 5 sempurna harus sebagai acuannya. Baiknya, 55% kalori di peroleh dari umbi-umbian serta nasi sebagai sumber karbohidrat, lemak baik nabati maupun hewani sebanyak 35%, 10% dari protein dan sayuran serta buahan bisa melengkapi (Kusmiyati Y. 2008 ; h. 81).
2) Asam folat Janin sangat membutuhkan asam folat dalam jumlah banyak guna pembentukan sel dan sistem syaraf. Selama trimester pertama janin akan membutuhkan tambahan asam folat sebanyak 400 mikrogram per harinya. Jika janin mengalami kekurangan akan asam folat, maka hal ini akan membuat perkembangan janin menjadi tidak sempurna dan dapat membuat janin terlahir dengan kelainan seperti mengalami
anenchephaly (tanpa batok kepala), mengalami bibir sumbing dan
menderita
spina bifida (kondisi dimana tulang belakang tidak
tersambung). Asam folat yang bisa di dapat pada buah-buahan, beras merah dan sayuran hijau (Kusmiyati. 2008 ; h. 82).
3) Protein Selain menjadi sumber bagi kalori dan zat pembangun, pembentukan darah dan sel merupakan salah satu fungsi protein. Protein dibutuhkan oleh ibu hamil dengan jumlah sekitar 60 gram setiap harinya atau 10 gram lebih banyak dari biasanya. Protein bisa didapatkan dari kacang-kacangan, tempe, putih telur, daging dan tahu (Kusmiyati Y. 2008 ; h. 82).
4) Kalsium Berfungsi dalam pertumbuhan dan pembentukan gigi dan tulang janin. Dengan ada kalsium yang cukup selama kehamilan, ibu hamil dapat terhindar dari penyakit
osteoporosis. Susu dan produk olahan
lainnya merupakan sumber kalsium yang baik, selain kalsium, susu memiliki kandungan vitamin lain yang dibutuhkan ibu hamil, seperti vitamin A, Vitamin D, Vitamin B2 vitamin B3 dan vitamin C. Selain dari susu, kacang-kacangan dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga (Kusmiyati Y. 2008 ; h 82). 5) Vitamin A
Sangat bermanfaat bagi pemeliharaan fungsi mata, pertumbuhan tulang dan kulit. Selain itu vitamin A juga berfungsi sebagai
imunitas dan pertumbuhan janin (Kusmiyati Y. 2008 ; h. 83).
6) Zat Besi Berfungsi di dalam pembentukan darah terutama membentuk sel darah merah
hemoglobin dan mengurangi resiko ibu hamil terkena
anemia. Zat besi akan diperlukan pada saat kehamilan memasuki
usia 20 minggu. Kebutuhan akan zat besi sebanyak 30 mg per harinya. Zat besi dapat diperoleh pada hati, daging atau ikan (Kusmiyati Y. 2008 ; h. 82). 7) Vitamin C Tubuh ibu hamil memerlukan vitamin C guna menyerap zat besi.
Selain itu vitamin C sangat baik guna kesehatan gusi dan gigi. Fungsi lain dari vitamin C adalah melindungi jaringan dari organ tubuh dari berbagai macam kerusakan serta memberikan otak berupa sinyal kimia, hal terjadi karena vitamin C banyak mengandung antioksidan (Kusmiyati Y. 2008 ; h. 83).
8) Vitamin D Dapat meneyerap kalsium sehingga sangat bermanfaat dalam pembentukan dan pertumbuhan tulang bayi. Vitamin D dapat didapat dari sumber makanan, susu, kuning telur atau hati ikan (Kusmiyati Y. 2008 ; h. 83). j. Asuhan kehamilan
Menurut Astuti (2012; h. 205), dalam memberikan asuhan kepada ibu hamil, bidan harus memberikan pelayanan secara komprehensif atau menyeluruh. Adapun ruang lingkup pada ibu hamil meliputi : 1) Asuhan kebidanan pada trimester I
a) Catat identitas ibu hamil
b) Catat kehamilan sekarang
c) Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan yang lalu
d) Catat penggunaan alat kontrasepsi sebelum kehamilan
e) Melaksanakan pemeriksaan fisik secara sistematis dan lengkap
f) Melakukan pemeriksaan
abdomen
g) Pemeriksaan obstetrik
h) Pemeriksaan laboratorium i) Pemberian imunisasi
tetanus toxsoid (TT)
j) Menjelaskan ketidaknyamanan pada kehamilan k) Menjelaskan tanda bahaya trimester satu l) Pemberian obat rutin m) Konseling (Astuti. 2012 ; h. 205). 2) Asuhan kebidanan pada trimester II
a) Mengevaluasi penemuan masalah yang terjadi pada kunjungan sebelumnya.
b) Menilai keadaan janin selama kehamilan
c) Melakukan pemeriksaan
abdomen
d) Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan
e) Mendeteksi ketidaknyamanan dan komplikasi
f) Pemberian obat secara rutin g) KIE (Astuti. 2012 ; h. 205).
3) Asuhan kebidanan pada trimester III
a) Mengevaluasi penemuan masalah yang terjadi pada kunjungan sebelumnya b) Menilai keadaan janin selama kehamilan
c) Melakukan pemeriksaan kehamilan
d) Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan
e) Mendeteksi ketidaknyamanan dan komplikasi
f) Menjelaskan tanda-tanda persalinan
g) Memberikan bimbingan dan persiapan persalinan, kelahiran menjadi orang tua (Astuti. 2012 ; h. 205). k. Jadwal kunjungan ulang Jadwal kunjungan ulang (Saifudin, dkk. 2006 ; H. 98).
1) Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk : penapisan dan pengobatan perencanaan persalinan pengenalan
anemia komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
2) Kunjungan II (24
- – 28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatanya penapisan
preeklampsia, gamelli, infeksi alat
reproduksi dan saluran perkemihan, mengulang perencanaan persalinan. 3) Kunjungan IV (36 minggu sampai akhir), sama seperti kegiatan kunjungan II dan III : mengenali adanya kelainan letak dan
- – presentasi, memantapkan rencana persalinan, mengenali tanda tanda persalinan.
2. PERSALINAN
a. Definisi Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi dan normal, persalinan adalah proses membuka dan menipisnya
serviks,
dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2009 ; h. 109).
Persalinan adalah proses dimana bayi,
plasenta dan selaput
ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (
inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada
serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap (Asuhan Persalinan Normal, 2008 ; h. 39).
Dapat disimpulkan, persalinan adalah serangkaian proses dimana bayi,
plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu
dikatakan normal jika terjadi pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan presentasi belakang kepala tanpa ada penyulit.
b. Etiologi Menurut Sondakh (2013 ; h. 2), terdapat beberapa teori antara lain :
1) Penurunan kadar
progesterone Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan
terdapat keseimbangan antara kadar
progesterone dan estrogen
didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesterone
menurun sehingga timbul His (Sondakh. 2013 ; h. 2). 2) Teori
oksitosin
Pada akhir kehamilan kadar
oksitosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim (Sondakh. 2013 ; h. 2).
3) Keregangan otot-otot Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kotraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan (Sondakh. 2013 ; h. 2). 4) Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan oleh karena pada
anenchepalus kehamilan sering lebih lama dari biasa (Sondakh. 2013 ; h. 2).
5) Teori
prostaglandin Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, disangka menjadi salah
satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukan bahwa
prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intravena, intra dan extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada
setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah
perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan (Sondakh. 2013 ; h. 2).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan Menurut Sondakh (2013 ; h. 4), factor yang mempengaruhi adalah
1)
Power
Kontraksi uterus, dinding perut dan daya meneran. Ibu melakukan kontraksi
involunter dan volunteer secara bersamaan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus (Sondakh. 2013 ; h. 4). 2)
Passage
Jalan lahir terdiri panggul ibu yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina dan introitus (lubang luar janin) janin harus dapat menyesuaikan diri dengan jalan lahir tersebut (Sondakh. 2013 ; h. 4).
3)
Passanger
Cara penumpang (
passanger) atau janin bergerak disepanjang jalan
lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor yakni ukuran kepala janin, presentasi letak kepala, letak, sikap dan posisi janin (Sondakh. 2013 ; h. 4).
Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida kepala janin mulai
Ialah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar (diameter
turun pada umur kehamilan kira
4) Psikoligikal respon Penampilan dan perilaku wanita serta pasangannya secara keseluruhan merupakan petunjuk yang berharga tentang jenis dukungan yang akan ia perlukan (Sondakh. 2013 ; h. 4). 5) Posisi ibu Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.
Posisi tegak memberikan keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa letih hilang, memberi rasa rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi (Melzack, dkk, 1991). Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk dan jongkok.
d. Mekanisme Persalinan 1) Pengertian
Denominator atau petunjuk adalah kedudukan dari salah satu bagian dari bagian depan janin terhadap jalan lahir.
Hipomoklion adalah titik putar atau pusat pemutaran (Prawirohardjo. 2009 ; h. 310).
2) Mekanisme persalinan letak belakang kepala
a)
Engagement (fiksasi) = masuk
- – kira 36 minggu, sedangkan pada
multigravida pada kira
- – kira 38 minggu, kadang – kadang baru pada permulaan partus. (Wiknjosastro, 2005, h.129).
Engagement lengkap terjadi bila kepala sudah mencapai Hodge
III. Bila engagement sudah terjadi maka kepala tidak dapat
berubah posisi lagi, sehingga posisinya seolah
- – olah terfixer di dalam panggul, oleh karena itu
engagement sering juga disebut fiksasi. Pada kepala masuk PAP, maka kepala dalam posisi
melintang dengan sutura
sagitalis melintang sesuai dengan bentuk
yang bulat lonjong. Seharusnya pada waktu kepala masuk PAP, sutura sagitalis akan tetap berada di tengah yang disebut
Synclitismus. Tetapi kenyataannya, sutura sagitalis dapat bergeser
kedepan atau kebelakang disebut Asynclitismus.
Asynclitismus dibagi 2 jenis :
(1) Asynclitismus anterior : naegele obliquity yaitu bila sutura sagitalis bergeser mendekati promontorium. (2)
Asynclitismus posterior : litzman obliquity yaitu bila sutura
sagitalis mendekati symphisis (Prawirohardjo. 2009 ; h. 311).
b) Descensus = penurunan
- – Ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul. Faktor faktor yang mempengaruhi
descensus : tekanan air ketuban,
dorongan langsung fundus uteri pada bokong janin, kontraksi otot – otot abdomen, ekstensi badan janin (Prawirohardjo. 2009 ; h. 311).
c) Fleksi
Ialah menekannya kepala dimana dagu mendekati
sternum
sehingga lingkaran kepala menjadi mengecil
suboksipito
bregmatikus ( 9,5 cm). Fleksi terjadi pada waktu kepala terdorong
His kebawah kemudian menemui jalan lahir. Pada waktu kepala
tertahan jalan lahir, sedangkan dari atas mendapat dorongan, maka kepala bergerak menekan kebawah (Prawirohardjo. 2009 ; h. 311).
d) Putaran Paksi Dalam (internal rotation) Ialah berputarnya oksiput ke arah depan, sehingga ubun -ubun kecil berada di bawah
symphisis (HIII). Faktor-faktor yang
mempengaruhi :perubahan arah bidang PAP dan PBP, bentuk jalan lahir yang melengkung, kepala yang bulat dan lonjong ( Prawirohardjo. 2009 ; h. 312).
e) Defleksi
Ialah mekanisme lahirnya kepala lewat
perineum. Faktor yang
menyebabkan terjadinya hal ini ialah : lengkungan panggul sebelah depan lebih pendek dari pada yang belakang. Pada waktu
defleksi, maka kepala akan berputar ke atas dengan suboksiput
sebagai titik putar (
hypomochlion) dibawah symphisis sehingga
berturut
- – turut lahir ubun – ubun besar, dahi, muka dan akhirnya dagu (Prawirohardjo. 2009 ; h. 313).
2009 ; h. 314).
(3) Fase deselerasi, pembukaan
Asuhan kebidanan pada kala I :
mekonium kental (JNPK-KR. 2008 ; h. 48).
e) Ketuban pecah disertai dengan keluarnya
d) DJJ ≤ 100 atau ≥ 180x/menit
c) Tinggi fundus uteri ≥40 cm
b) Temperatur ≥38°C, menggigil dan nyeri abdomen
urine.
a) Tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg dan terdapat protein dalam
Tanda bahaya kala I
serviks menjadi lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm (lengkap).
dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
g) Expulsi : lahirnya seluruh badan bayi (Cunningham, F Gary, dkk.
(2) Fase
akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
b) Fase aktif, dibagi dalam 3 fase yaitu : (1) Fase
serviks membuka 3 cm dan berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
hingga
serviks secara bertahap. Berlangsung
hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I terbagi atas dua fase, yaitu : a) Fase laten : dimulai sejak awal kontraksi, yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya),
Menurut Sondakh (2013 ; h. 5) dimulai sejak terjadinya kontraksi
e. Tahapan Persalinan 1) Kala 1
2005 ; h. 225).
a) Identitas b) Mengkaji riwayat kesehatan : riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kehamilan dahulu, his, ketuban, perdarahan per vaginam.
c) Pemeriksaan fisik
d) Pemeriksaan
abdomen
e) Pemeriksaan dalam
f) Kemajuan pada kondisi janin harus dinilai dan dicatat yaitu denyut jantung janin setiap ½ jam (JNPK-KR. 2008 ; h. 58).
g) Kemajuan pada kondisi ibu : frekuensi dan lamanya kontraksi
uterus setiap ½ jam, nadi setiap ½ jam, pembukaan serviks setiap
4 jam, penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam, tekanan darah setiap 4 jam, suhu setiap 2 jam, produksi
urine, aseton dan protein setiap 2-4 jam (JNPK-KR. 2008 ; h. 58).
h) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi i) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan j) Memberikan asuhan sayang ibu k) Pengurangan rasa sakit l) Dukungan emosional m) Mengatur posisi n) Pemberian cairan dan nutrisi o) Kebutuhan psikologi p) Pencegahan infeksi q) Persiapan persalinan r) Persiapan rujukan (Sondakh, 2013 ; h. 106-120). 2) Kala II
Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir (JNPK-KR. 2008 ; h. 79).
Uterus dengan
kekuatan
his-nya ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi
hingga lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosis persalinan kala
II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.
Asuhan Kala II
a) Pemantauan ibu Menurut JNPK-KR (2008 ; h. 79), tanda-tanda kala II seperti : (1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi (2) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum atau
vagina
(3)
Perineum terlihat menonjol
(4)
Vulva-vagina dan sfinger ani membuka
(5) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah Tindakan untuk mengevaluasi kesejahteraan ibu adalah : (a) Tanda-tanda vital (b) Kandung kemih (c)
Urine protein, keton
(d) Hidrasi : cairan, mual, muntah (e) Kondisi umum (f) Kontraksi setiap 30 menit
b) Kemajuan persalinan
c) Pemantauan janin
d) Asuhan dukungan Beberapa asuhan dan dukungan yang dapat diberikan adalah : (1) Pemberian rasa aman, dukungan, keyakinan kepada ibu bahwa ibu mampu bersalin (2) Mengajari teknik rileksasi (3) Mengajari teknik meneran (4) Ikut sertakan dan hormati keluarga yang menemani (5) Berikan tindakan yang menyenangkan (6) Penuhi kebutuhan hidrasi (7) Penerapan pencegahan infeksi (8) Pastikan kandung kemih kosong (Sondakh. 2013 ; h. 133-134).
Menurut JNPK-KR (2008 ; h. 79-117), 58 langkah Asuhan Persalinan Normal diantaranya :
1. Memastikan adanya tanda kala II
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran b. Ibu merasa ada tekanan yang meningkat pada rectum dan
vagina
c. Perineum menonjol d.
Vulva-vagina dan sfingter anal membuka
2. Memastikan kelengkapan partus set dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dengan tambahan : a. Menggelar kain di atas perut ibu
b. Menyiapkan
oksitosin dan alat suntik steril
3. Memakai alat pelindung diri
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan dan mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir
5. Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan
VT
6. Memasukkan
oksitosin ke dalam tabung suntik dengan
menggunakan tangan yang memakai sarung tangan
7. Melakukan
vulva hygiene
8. Melakukan periksa dalam (
VT)
9. Mendekontaminasikan sarung tangan yang telah di pakai ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
10. Memeriksa denyut jantung janin
11. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap
12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi serta ibu dalam keadaan mengejan
13. Melaksanakan bimbingan untuk meneran ketika ada kontraksi
14. Menganjurkan ibu untuk barbering miring ke kiri jika belum ada dorongan meneran
15. Meletakkan handuk bersih si perut ibu apabila kepala bayi telah membuka dengan diameter 5-6 cm
16. Meletakkan 1/3 kain (
underpad) bersih di bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan peiksa kembali kelengkapannya
18. Memakai sarung tangan DTT
19. Melakukan tindakan setelah kepala Nampak 5-6 cm membuka
vulva, melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering, tangan yang lain (kiri) menahan kepala bayi agar mampu mengatur laju
defleksi supaya tidak terlalu cepat, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat
30. Menjepit tali pusat menggunakan klem dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir dengan jarak 3 cm dari
(
uterus kearah belakang-atas
36. Menegangkan tali pusat setelah
dan tangan kanan melakukan penegangan tali pusat
simpisis
35. Meletakkan satu tangan diatas kain perut ibu di tepi atas
vulva
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga bejarak 5-10 cm dari
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
skin to skin
32. Melakukan IMD dengan prinsip
31. Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat
klem dorong tali pusat (pijat) kearah ibu dan lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari klem pertama
umbilicus bayi, sisi luar
distal lateral
21. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar
24. Melakukan penelusuran sebelah tubuh dan lengan bayi lahir, berlanjut ke punggung bokong, tungkai serta kaki, memegang kedua mata kaki
22. Menggerakkan atau memegang secara
biparietal setelah adanya
putaran paksi luar dengan cara gerakan kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu depan kemudian gerakan kearah atas untuk melahirkan bahu belakang
23. Menggeser tangan bawah kearah
perineum untuk menyangga
kepala lengan dan siku sebelah bawah menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan serta siku sebelah atas
25. Melakukan penilaian bayi sepintas
di 1/3 paha atas
26. Mengeringkan dan memposisikan tubuh bayi di atas perut ibu
27. Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan janin tunggal
28. Memberitahu pada ibu bahwa akan disuntik
oksitosin
29. Menyuntikkan
oksitosin dalam waktu satu menit setelah bayi lahir
dorsokranial) secara hati-hati
37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga
48. Mengevaluasi dan estimasi jumlah perdarahan/ kehilangan darah
a. 2-3x dalam 15 menit pertama pasca persalinan
b. 15 menit pada satu jam kedua pasca persalinan
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
47. Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan
masase uterus dan
menilai kontraksi
49. Memantau kontraksi
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per
uterus jumlah perdarahan, TFU, Nadi setiap
15 menit pada jam pertama
post partum serta setiap 30 menit,
pada jam kedua
post partum dan mengukur suhu setiap 2 jam
50. Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60x/menit) serta suhu normal (36,5-37,5 derajat Celcius)
vaginam, yaitu :
hepatitis B 1 jam setelah vitamin K
plasenta lepas
tidak ada bagian yang tertinggal
38. Melahirkan plasenta dengan kedua tangan saat plasenta muncul di
introitus vagina, pegang dengan kedua tangan dan putar hingga
selaput ketuban terpilin
39. Melakukan masase uterus segera setelah plasenta lahir selama 10 detik
40. Memeriksa kelengkapan
plasenta bagian fetal dan maternal serta
41. Mengevaluasi kemungkinan
45. Memberikan suntikan imunisasi
laserasi pada vagina dan perineum
42. Memastikan
uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
43. Memberi cukup waktu untuk kontak kulit ibu dengan bayi
44. Melakukan penimbangan/pengukuran bayi, memberikan salep mata dan suntik vitamin K
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk didekontaminasi selama 10 menit cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasikan
52. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai
(1) Saat bayi dilahirkan, rahim berubah mengecil dan setelah bayi lahir uterus merupakan organ dengan dinding yang tebal dan rongganya hampir tidak ada. Posisi fundus
plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematom
seolah-olah
plasenta yaitu antara plasenta dan desidua basalis terjadi perdarahan, karena hematom membesar maka
(2) Ditempat pelepasan
implantasi plasenta.
menjadi berlipat-lipat pada bagian yang terlepas dari dinding rahim karena tidak dapat mengikuti dari tempat
plasenta juga sangat mengecil sehingga plasenta
perlekatan
uterus, maka tempat
dibawah pusat, karena terjadi pengecilan
uterus turun sedikit
plasenta (JNPK-KR. 2008 ; h. 99) :
53. Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir darah dan memastikan ibu dalam keadaan bersih dan nyaman
b) Sebab terlepasnya
(2) Talipusat bertambah panjang (3) Darah menyembur secara tiba-tiba
Uterus globuler
(1)
plasenta (JNPK-KR. 2008 ; h. 100) :
a) Tanda-tanda lepasnya
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta. Setelah lahirnya bayi dan selaput ketuban (JNPK-KR. 2008 ; h. 99) :
58. Melengkapi partograf 3) Kala III
57. Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir
56. Mencelupkan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%
55. Mendekontaminasikan tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
54. Memastikan ibu merasa nyaman, memantau ibu dalam pemberian ASI dan menganjurkan keluarga untuk memberikan minuman kepada ibu dan makanan yang diinginkan
tersebut sehingga daerah pelepasan plasenta meluas. c) Manajemen aktif kala III Tujuan manjemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III (JNPK-KR. 2008 ; h. 100). Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah yaitu:
(1) Pemberian suntikan
oksitosin
(2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (3)
Masase fundus uteri
d) Kebutuhan ibu pada kala III Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu antara lain (Sondakh J.J.S.
2013 ; h. 141) : (1) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk segera memeluk bayinya (2) Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan (3) Pencegahan infeksi pada kala III (4) Memantau keadaan ibu (5) Melakukan kolaborasi atau rujukan bila terjadi kegawatdaruratan (6) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi (7) Memberikan motivasi dan mendampingi selama persalinan kala
III 4) Kala IV
Kala IV merupakan tahapan pemulihan, yaitu periode yang kritis untuk ibu dan bayi baru lahir. Mereka bukan saja pulih dari proses fisik persalinan, tetapi juga memulai suatu hubungan baru (Bobak. 2006 ; h. 347).
a) Perubahan fisiologis pada kala IV (1)
Uterus Uterus terletak ditengah abomen kurang lebih 2/3 sampai ¾,