BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Esti Apriliyani BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pembentukan kemampuan dasar yang

  menyeluruh, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada siswa agar siswa aktif dalam proses pembelajaran dan mampu mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Munib (2004: 34) pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.

  Fokus tujuan pendidikan di Indonesia adalah terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan hidup dalam dunia yang makin kompetitif serta dapat memilih dan mengolah informasi untuk digunakan dalam mengambil keputusan, sekaligus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi di lingkungan sekitarnya. Perubahan-perubahan tersebut memberikan keberhasilan dalam proses pembelajaran.

  Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru, siswa, kurikulum, danlingkungan sosial. Namun dari faktor- faktor itu guru dan siswa adalah faktor terpenting. Pentingnya faktor guru dan siswa tersebut dapat dicapai melalui pemahaman hakikat pebelajaran, yakni

  1 sebagai usaha sadar guru untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan kebutuhan minatnya. Proses pengajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara guru dengan siswa yang tidak hanya menekan apa yang dipelajari tetapi menekan bagaimana ia harus belajar, sehingga proses pengajaran yang baik akan memberikan manfaat bagi siswa terutama dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

  Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkatSekolah Dasar (SD). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menempatkan pembelajaran IPA sebagai salah satu komponen penting dalam rangka menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah, oleh karena itu pembelajaran IPA di SD ini menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung melalui pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah sehingga siswa dapat memahami konsep dengan lebih baik dan berkualitas. Guru sebagai pelaksanaan pembelajaran dituntut untuk menyediakan dan memperkaya pengetahuan atau pengalaman belajar siswa dalam meningkatkan proses dan prestasi belajar siswa. Pembelajaran IPA tidak sekedar memindahkan pengetahuan saja, tetapi menemukan dan membuktikan sendiri kebenaran pengetahuan yang sudah ada sebelumnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa akan tersimpan lebih lama dan dapat membekali siswa dalam memecahkan masalah yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

  Pada proses pembelajaran IPA tidak cukup dilaksanakan hanya dengan menyampaikan informasi saja tetapi juga harus memahami proses terjadinya fenomena IPA yang diamati. Pembelajaran yang diharapkan yaitu pembelajaran yang mengarah pada peran aktif peserta didik terhadap materi yang sedang diajarkan, sehingga bersifat student centered. Peserta didik akan memaknai kegiatan belajar yang dilakukan apabila mereka mempraktikkan langsung konsep yang dipelajarinya kemudian menciptakan sebuah kreativitas tersendiri dalam mengembangkan pengetahuan yang dimiliki.

  Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri 1 Kalitengah, terdapat beberapa permasalahan terkait dengan pembelajaran IPA. Permasalahan dari kondisi siswa antara lain siswa kurang memperhatikan penjelasan materi dari guru, sehingga materi yang disampaikan guru hanya sekilas dalam pikiran siswa. Rendahnya rasa ingin tahu siswa, ditunjukkan dengan siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran, dari 20 siswa di kelas hanya satu atau dua siswa yang berani bertanya dan memberikan pendapatnya. Hal ini terjadi karena interaksi di dalam kelas banyak didominasi oleh peran guru, sehingga siswa tidak terlatih untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan pendapatnya di depan kelas, siswa kurang antusias dalam mencari informasi dari sumber belajar lain terkait dengan pembelajaran dan penyelesaian tugas dari guru, sehingga berdampak pada prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA, selain itu kebanyakan siswa tidak mempersiapkan materi pembelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Kurangnya siswa dalam mempersiapkan materi yang akan diajarkan menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami materi pembelajaran. Siswa hanya mengenal konsep tetapi belum sampai kepada tahap pemahaman konsep sehingga siswa cepat lupa dengan materi yang diajarkan, dengan kata lain bahwa kompetensi, pendidikan karakter dan keterampilan proses peserta didik belum berkembang atau belum dimaksimalkan dengan sepenuhnya.

  Terkait dengan hasil wawancara yang dilakukan di SD Negeri 1 Kalitengah pada siswa kelas V, prestasi belajar IPA yang didapat masih rendah. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang diterapkan di SD Negeri

  1 Kalitengah pada mata pelajaran IPA adalah 70, sedangkan nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh dari 20 siswa, hanya 9 siswa yang tuntas dan 11 siswa yang belum tuntas. Hasil tersebut menunjukan bahwa prestasi belajar siswa masih rendah.

  Setiap model pembelajaran pada dasarnya mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri. Mengingat pada mata pelajaran IPA ini merupakan mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik maka diharapkan guru dapat merencanakan pembelajaran yang membuat peserta didik memahami konsep

  IPA. Aktivitas belajar siswa dirancang sedemikian rupa sehingga siswa akan lebih tertarik untuk mengikuti pelajaran.

  Melihat kondisi demikian, perlu dilakukan sebuah upaya melalui Penelitian Tindakan Kelas. Penerapan metode pembelajaran yang tepat dan inovatif perlu dilakukan agar tercipta pembelajaran yang mampu mendorong siswa untuk aktif mengikuti pembelajaran, mendorong rasa ingin tahu siswa serta mampu menyelesaikan masalah yang ditemuinya. Peran guru dalam meningkatkan rasa ingin tahu siswa adalah dengan mengajak siswa secara aktif dalam lingkungan belajar. Guru dapat menggunakan model pembelajaran yang memudahkan siswa memahami konsep melalui proses sehingga siswa menjadi pribadi yang aktif belajar dan tentunya prestasi belajar akan meningkat. Model pembelajaran yang dirasakan tepat untuk mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran Snowball Throwing.

  Menurut Huda ( 2013: 226) Snowball Throwing merupakan pembelajaran yang dapat digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat digunakan untuk mengetahui pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut, sehingga model pembelajaran tersebut akan meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V sekolah dasar. Model pembelajaran

  

Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari

  orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran

  

Snowball Throwing dilakukan dengan cara siswa dibentuk menjadi beberapa

  kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapatkan tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Penggunaan model ini akan dapat membuat siswa saling memberikan informasi dan melatih kesiapan siswa dalam melakukan kegiatan. Siswa akan mudah memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih banyak dan lebih baik dengan adanya saling memberi informasi pengetahuan.

  Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti sepakat dengan guru kelas V akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwinguntuk meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar IPA materi sifat-sifat cahaya di kelas V SD Negeri 1 Kalitengah, yang diharapkan dapat menarik perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan baik supaya siswa dapat berpartisipasi secara aktif dan dapat meningkatkan prestasi siswa secara maksimal.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Apakah melalui model pembelajar menggunakan Snowball Throwingdapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa di kelas V SD Negeri 1 Kalitengah pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya?

  2. Apakah melalui model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi sifat-sifat cahaya di kelas V SD Negeri 1 Kalitengah? C.

   Tujuan Penelitian

  Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk:

  1. Meningkatkan rasa ingin tahu siswa kelas V SD Negeri 1 Kalitengah pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui model pembelajaran

  Snowball Throwing.

  2. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Kalitengah pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui model pembelajaran

  Snowball Throwing.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

  a. Penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran Snowball

  Throwing ini diharapkan dapat memperkuat penelitian yang sudah

  dikembangkan sebelumnya dan menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya.

  b. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Snowball Throwing.

2. Manfaat Praktis

  Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberi manfaat yang besar bagi: a. Siswa

  1) Meningkatkan prestasi belajar IPA, khususnya pada materi sifat-sifat cahaya.

  2) Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah.

  3) Meningkatkan rasa ingin tahu siswa sehingga memunculkan sifat

  inquiry dengan cara siswa menemukan sendiri permasalahan yang ada dalam pembelajaran. b. Guru 1) Memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing.

  2) Membantu guru untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.

  3) Membantu guru untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas. 4) Sebagai masukan yang bermanfaat bagi guru agar dapat meningkatkan merasa ingin tahu siswa dan prestasi belajar IPA.

  5) Membantu guru dalam memperoleh dan menerapkan alat serta teknik penunjang pembelajaran yang lebih inovatif.

  c. Sekolah 1) Memberikan masukan bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses belajar dengan pemilihan model pembelajaran yang inovatif sehingga meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. 2) Meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa pada mata

  pelajaran IPA sehingga mampu menghasilkan lulusan yang siap bersaing di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

  d. Peneliti Memperoleh pengetahuan dan pengalaman khususnya dalam menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif untuk bekal dimasa yang akan datang.