BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS KREATIF BERBASIS PROYEK DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK PESERTA DIDIK SMP/ MTs KELAS VIII - repository perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan

  sikap sesorang. Pendidikan yang baik terbentuk dari pola dan sistem pendidikan yang baik pula. Sistem dan pola pendidikan yang baik terwujud dengan kurikulum yang baik.

  Di Indonesia sendiri, pengertian kurikulum terdapat dalam Pasal 1 butir

  19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu kurikulum adalah adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

  Kurikulum dalam setiap pembelajaran menyadari peran penting bahasa sebagai wahana untuk menyebarkan pengetahuan dari seseorang ke orang- orang lain. Penerima akan dapat menyerap pengetahuan yang disebarkan tersebut hanya bila menguasai bahasa yang dipergunakan dengan baik, dan demikian juga berlaku untuk pengirim. Ketidaksempurnaan pemahaman bahasa akan menyebabkan terjadinya distorsi dalam proses pemahaman terhadap pengetahuan. Apa pun yang akan disampaikan pendidik kepada peserta didiknya hanya akan dapat dipahami dengan baik oleh kedua belah pihak.

  Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia meliputi empat keterampilan berbahasa dan satu apresisasi. Keempat keterampilan berbahasa itu adalah menulis, berbicara, membaca, dan menyimak. Sedangkan apresiasi adalah mengapresiasi bahasa dan sastra Indonesia. Keempat aspek keterampilan tersebut terdiri atas materi kebahasaan dan kesastraan. Dalam Kurikulum secara terpisah tetapi menyatu dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan alokasi waktu empat jam pelajaran dalam 40 menit setiap minggu.

  Kenyataannya seiring dengan perkembangan waktu pembelajaran sulit dilakukan karena adanya beberapa kendala. Kendala-kendala ini dapat berasal dari siswa sendiri maupun dari seorang guru itu sendiri. Misalnya terlalu banyaknya materi yang harus dikuasai oleh siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran yang dia ampu, beban belajar siswa dan termasuk guru terlalu berat sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama, termasuk parahnya lagi kurangnya pemahaman guru terhadap kurikulum.

  Bahasa merupakan alat komunikasi. Berbahasa terjadi karena adanya interaksi sosial seseorang terhadap orang lain. Namun, tidak setiap orang dapat berinteraksi secara spontanitas. Terkadang seseorang melakukan kesalahan dalam berbahasa. Kesalahan dalam berbahasa ini terbagi menjadi dua, yakni kesalahan dalam ucapan atau tulisan.

  Keterampilan berbahasa bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian atau penjelasan semata, atau kegiatan menghafal melainkan hanya dapat diraih dengan melakukan kegiatan berbahasa. Dalam pembelajaran itu, ada empat aspek keterampilan yang harus dikuasai, ada keterampilan menyimak/mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara. Semua aspek keterampilan tersebut memiliki ranah sendiri-sendiri. Namun, keempat keterampilan tersebut selalu berkaitan antara yang satu dengan yang lain. untuk dapat berkomunikasi dengan baik, terutama dalam hal menulis. Namun, kenyataannya selama ini para siswa merasa kesulitan dalam membuat suatu tulisan sehingga malas dalam mengikuti pembelajaran menulis. Peran guru sebagai fasilitator dan motivator perlu dikedepankan untuk memecahkan masalah tersebut. Guru harus mencari suatu metode yang memudahkan siswa dalam membuat suatu tulisan. Oleh karena itu, berbagai metode perlu diterapkan, seperti metode langsung, metode komunikatif, metode konstruktivistik, dan sebagainya.

  Namun disamping kendala-kendala itu tadi mestinya dapat diantisipasi dengan adanya kreativitas, inovasi, dan pengembangan bahan ajar, terutama dilakukan oleh seorang guru. Dengan demikian, pembelajaran ini tidak terhambat yang nantinya juga akan merugikan peserta didik.

  Kegiatan menulis merupakan hal yang menakutkan bagi seorang peserta didik. Karena disamping kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru, juga minimnya petunjuk pembelajaran tentang menulis, baik itu contoh, atau petunjuk teknis dalam mengarang sebuah tulisan.

  Dalam arti sederhana, menulis atau mengarang itu berarti mencoret-coret dengan alat tulis pada lembaran kertas, papan tulis atau pada alat sejenisnya.

  Dalam hal ini, menulis tersebut belum tentu menghasilkan tulisan atau karangan yang teratur dan mengandung suatu kesatuan ide atau tujuan yang ingin dicapai, tetapi kegiatan itu hanya sekedar penyaluran gerakan motoris pada kebiasaan anak-anak kecil.

  Pembelajaran keterampilan menulis termasuk kategori sulit. Kesulitan itu bukan hanya dialami oleh siswa, tetapi juga pelaksanaan pembelajaran oleh guru. Ada anggapan bahwa keterampilan menulis hanya diperuntukkan bagi orang-orang tertentu saja. Tidak semua orang dapat memiliki keterampilan tersebut, begitulah anggapan itu menjadi pegangan. Akibatnya, menulis benar- benar dianggap sulit dibandingkan dengan ketiga keterampilan berbahasa lainnya.

  Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur. Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling sulit dikuasai sekalipun oleh seorang penutur asli. Dibutuhkan proses belajar dan latihan yang terus menerus sistematik, dan penuh kedisiplinan agar dapar menulis dengan baik. Disamping itu berlatih, untuk dapat menulis dengan baik diperlukan juga pengetahuan, konsep, prinsip, dan prosedur yang harus ditempuh dalam kegiatan menulis. Jadi ada dua hal yang diperlukan untuk mencapai keterampilan menulis yakni pengetahuan kebahasaan untuk dapat menyusun tulisan dan waktu berlatih untuk menulis yang cukup, termasuk dalam menulis sebuah naskah drama.

  Terkait dengan penguasaan keterampilan menulis siswa di SMP, ceramah, tanya jawab, tugas, dan diskusi, guru sudah menggunakan media, baik media langsung berupa lingkungan alam sekitar dan alat peraga berupa gambar. Namun, ternyata cara yang dilakukan guru belum juga bisa membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Siswa mempelajari teori tentang drama tetapi tidak bisa mengaplikasikannya teori tersebut ke dalam kegiatan menulis teks drama, sedangkan guru masih terkendala dengan waktu pembelajaran Bahasa Indonesia yang cukup terbatas, namun semua materi harus tersampaikan sesuai tuntutan dari kurikulum. Akibatnya, siswa masih kesulitan menemukan ide, menggunakan bahasa Indonesia yang baik sesuai EYD, merangkai kalimat, mengembangkan imaginasi dan kalimat untuk membentuk sebuah cerita. Kesulitan yang dialami guru yaitu merasa kesulitan mengembangkan keberanian siswa untuk menulis, dan guru belum menemukan bahan ajar yang tepat untuk pembelajaran menulis naskah drama. Pembelajaran dalam menulis naskah drama lebih menekankan pada pembelajaran apresiasi yaitu manganalisis unsur instrinsik drama, dan teori tentang naskah drama. Hal ini menyebabkan keterampilan siswa dalam menulis cerita drama kurang terlatih sehingga kemampuan menulis drama menjadi rendah. Dalam kegiatan pembelajaran menulis drama, masih banyak pula yang dijumpai siswa yang kesulitan untuk memulai menulis ide naskah drama, yang mana penyebabnya itu karena terbatasnya sumber belajar untuk pembelajaran menulis cerita drama di Sekolah Menengah Pertama (SMP) juga termasuk kendala dalam pembelajaran sastra. yang bekerja di balik layar. Kita lupa bagaimana artis dapat memerankan peran sehebat itu karena arahan sutradara dan kerja sama crew film/ teater yang solid.

  Dan kita enggan pula mencari tahu siapa yang menuliskan cerita drama (film) tersebut sehingga penonton dibuat penasaran, emosi, kita dibuat berkecamuk, dan terngiang-ngiang selalu ceritanya.

  Dari hasil studi pendahuluan dan juga pengalaman peneliti selama ini dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis siswa masih rendah meskipun guru selama ini sudah berusaha untuk membantu dan mendampingi siswa dalam proses menulis dan juga telah menerapkan berbagai metode pembelajaran.

  Pembelajaran menulis teks naskah drama yang dilakukan oleh pendidik selama ini masih memisahkan antara pengetahuan formal peserta didik tantang menulis teks naskah drama dengan pengalaman sehari-hari peserta didik, sehingga peserta didik berasumsi bahwa pembelajaran menulis teks naskah drama tidak mempunyai hubungan dengan materi yang diajarkan. Materi bahan ajar yang disajikan tersebut tidak pernah dikaitkan dengan objek-objek atau kejadian-kejadian aktual di lingkungan sekitar yang akrab dengan kehidupan peserta didik. Pembelajaran materi bahan ajar yang disajikan berupa teori, sebagai akibatnya peserta didik tidak dapat membuat hubungan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan akan digunakan, dengan demikian, peserta didik menjadi tidak tertarik/ berminat dalam pembelajaran menulis teks naskah drama, atau bahakan peserta didik akan mengatakan kalau

  Oleh karena itu, untuk menjadikan pembelajaran menulis teks naskah drama lebih diminati, mudah, dan menyenangkan, tentunya tidak lepas dari pengalaman dan lingkungan hidup siswa sehari-hari.

  Dengan mengacu pada kondisi yang yang terjadi dalam pembelajaran menulis di SMP penting dilakukan terobosan dalam upaya yang lain untuk mengatasi permasalahan ini. Peneliti melihat perlunya jembatan yang mampu menghubungkan berbagai permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran. Jika guru merasakan beban materi yang cukup banyak dengan waktu yang sebenarnya cukup, tapi masih saja terdapat kesulitan dalam menyusun sebuah teks drama langsung jadi oleh peserta didik, sehingga pembelajaran lebih banyak dilakukan dengan menyampaikan teori dan tanya jawab tanpa banyak melakukan kegiatan praktik di mana di sisi lain siswa merasa selama ini mereka tidak punya cukup waktu untuk berlatih, maka perlu dikembangkan sebuah cara yang mampu menjembatani kondisi tersebut.

  Peneliti merasa perlu dan penting untuk mengembangkan bahan ajar yang dapat meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menulis teks naskah drama, meningkatkan kemampuan atau hasil belajar siswa pada kompetensi dasar menulis kreatif naskah drama.

  Pengembangan bahan ajar ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi peserta didik agar dapat belajar lebih mandiri secara terbimbing atau tertuntun terutama dalam kegiatan menulis kreatif naskah melakukan praktik menulis kreatif naskah drama di kelas, mereka bisa melakukan dengan bantuan bahan ajar atau modul yang disusun sesuai kebutuhan dan tujuan pembelajaran.

  Bahan ajar yang dikembangkan untuk pembelajaran menulis kretif naskah drama adalah bahan ajar menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual. Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran mandiri, agar siswa dapat melakukan pengamatan, bertanya, mengajukan dugaan, mengumpulkan data, dan menyimpulkan sendiri, yang nantinya kesemuanya ini juga dari, oleh, dan untuk mereka sendiri selaku peserta didik.

  Jadi salah satu hal yang dapat diharapkan untuk memecahkan masalah rendahnya hasil belajar menulis kreatif naskah drama peserta didik SMP Negeri 1 Ajibarang adalah dengan menggunakan bahan ajar berupa modul menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual adalah modul menulis kreatif naskah drama yang komponen pembelajarannya dikaitkan dengan objek-objek di sekitar kehidupan peserta didik.

  Pembelajaran berbasis proyek adalah merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang ada. Siswa dengan kemampuan berpikir secara kritis dan analisis cenderung akan lebih mampu menemukan suatu hal yang baru dalam rangka menyelesaikan

  Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang dilakukan guru dengan mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sebagai bagian dari keluarga maupun masyarakat.

  Salah satu bentuk inovasi pembelajaran Bahasa Indonesia yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar (modul) menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual. Pengembangan tersebut penting dilakukan karena di dalamnya terdapat kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik umtuk belajar menemukan, menggali kemampuan yang mereka miliki dengan bimbingan guru. Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar (modul). Berdasarkan pada permasalahan dalam menulis kreatif naskah drama tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk dilakukan pengembangan bahan ajar (modul) menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontektual pada siswa SMP khususnya kelas VIII.

  B. Rumusan Masalah

  Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah kebutuhan bahan ajar menurut guru dan siswa yang dikembangkan untuk pembelajaran menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual di SMP kelas VIIII ? kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual pada SMP kelas VIIII ?

  3. Bagaimanakah respon ahli dan siswa terhadap pembelajaran menggunakan bahan ajar menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual yang telah dikembangkan ?

  4. Apakah bahan ajar menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual yang dikembangkan efektif ?

  C. Tujuan Pengembangan

  Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

  1. Merumuskan kebutuhan bahan ajar menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual menurut guru dan siswa di SMP Kelas VIIII.

  2. Mengembangkan prototype/ kelayakan bahan ajar menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual di SMP kelas VIIII.

  3. Mengetahui repon ahli dan siswa terhadap pembelajaran menggunakan bahan ajar menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual yang telah dikembangkan.

  4. Mengetahui keefektifan penggunaan bahan ajar menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual pada siswa SMP

D. Manfaat Penelitian Pengembangan 1. Manfaat Teoretis

  a. Bahan ajar menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual di SMP kelas VIII dapat memberikan sumbangan terhadap teori pembelajaran khususnya pengembangan kompetensi dalam menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual.

  b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, khususnya pelajaran bahasa Indonesia di SMP.

2. Manfaat Praktis a. Guru

  1) Hasil penelitian ini menawarkan salah satu alternatif bahan ajar untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP.

  2) Memberi solusi kesulitan bahan ajar bahasa Indonesia sesuai kurikulum.

  3) Meningkatkan kualitas pembelajaran yang bervariatif, inovatif, dan kreatif.

  b. Siswa 1) Terciptanya suasana belajar yang menyenangkan.

  2) Menumbuhkan kreativitas dan inivatif siswa dalam menyikapi 3) Tumbuhnya rasa empati dan partisipasi aktif dalam membantu masyarakat untuk mengatasi masalah yang ada di sekitar siswa.

  4) Melatih siswa agar terampil berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

  c. Penulis 1) Dapat mengetahui keefektifan bahan ajar yang dikembangkan.

  2) Menambah wawasan penulis. 3) Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman menyusun bahan ajar sesuai kebutuhan dan kemampuan siswa, guru, dan sekolah.

  d. Peneliti Berikutnya 1) Menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar penelitian berikutnya.

  2) Dapat memperluas dan mendalami penelitian sejenis pada masa mendatang baik dari aspek substansi maupun desain penelitian.

  e. Pengambil Kebijakan

  Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai alternatif bahan ajar dan sumber informasi untuk menemukan bahan ajar yang tepat, sesuai dengan kurikulum.

  E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

  Produk pengembangan dalam penelitian ini berupa modul. Modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau

  Produk pengembangan berupa modul menulis kreatif naskah drama yang berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2016) yang di dalamnya terdapat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

  Modul menulis kreatif naskah drama ini secara garis besar berisi: judul/ identitas, pendahuluan, peta konsep, petunjuk balajar, materi pembelajaran, altihan-latihan, evaluasi (dalam bentuk proyek), rubrik penilaian, dan LKS, yang diharapkan dapat menjadi bahan ajar mandiri bagi siswa di luar kelas dan dapat membantu siswa memcahkan permasalahan terkait dengan penulisan kreatif naskah drama malaui interaksi dengan lingkungannya agar lebih mudah menemukan dan mengembangkan ide menulsinya.

  F. Pentingnya Pengembangan

  Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pembalajaran menulis di sekolah adalah perbaikan proses pembelajaran menulis. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses pembelajaran menulis harus berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Pembelajaran menulis adalah prosedur atau tahap-tahap kegiatan belajar mengajar yang dilakuakan oleh siswa dan guru dengan penekanan pada penciptaan kondisi belajar menulis untuk mencapai kompetensi dasar menulis yang ditentukan dengan pembelajaran berpusat pada siswa dan pemanfaatan media belajar.

  Pengembangan bahan ajar menulis kreatif naskah drama ini tulisan atau karangan, apalagi pembelajaran menulis ini dilakukan pada siswa SMP kelas VIII, tentu dalam pembelajarannya ini mengalami kesulitan dalam menulis sebuah kreatif naskah drama sebagai salah satu kompetensi yang harus mereka kuasai dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

  Kesulitan ini disebabkan (a) kurangnya minat dan pemahaman siswa terhadap aktivitas menulis, (b) kurangnya aktivitas siswa dalam melakukan penjelajahan terhadap tulisan melalui membaca atau menyimak secara langsung, (c) kurangnya kesempatan umtuk mengidentifikasi unsur-unsur tulisan dalam diskusi kelompok, (d) kurangnya kesempatan siswa mendemonstrasikan atau menuliskan karyanya secara langsung dan mendikusikannya dengan teman-teman dan guru, (e) kurangnya kesempatan siswa untuk memperbaiki kembali karyanya, dan (f) kurangnya pengakuan hasil kerja keras siswa dari teman-teman dan guru.

  Akibatnya (a) siswa mengalami kesulitan menuangkan pikirannya dan perasannya dalam tulisan, (b) siswa sulit memunculkan ide, (c) siswa sulit mengembangkan ide menjadi tulisan jadi, (d) siswa sulit mengembangkan kerangka tulisan menjadi tulisan jadi, dan (e) siswa sulit memanfaatkan berbagi pengalaman dengan teman sejawat maupun guru dalam belajar menulis. Padahal dengan bekal menulis, siswa diharapkan dapat menambah bekal dan rasa percaya diri untuk memperoleh pekerjaan yang layak.

  Oleh karena itu diperlukan sebuah langkah strategis untuk menjembatani kondisi ini salah satunya adalah dengan membuat bahan ajar kepada siswa belajar mandiri namun tetap terbimbing dalam melakukan praktik menulis kreatif naskah drama, sehingga alasan keterbatasan waktu dan muatan materi yang banyak dapat teratasi dengan siswa dapat mempelajari modul yang dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan belajar yang telah ditetapkan.

  Dengan demikian, pengembangan mengembangan modul menulis kreatif naskah drama yang mudah dan menyenangkan bagi peserta didik menjadi sangat diperlukan. Modul ini diberi nama “Modul menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual.

  ” G.

   Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1. Asumsi

  Asumsi dalam penelitian dan pengembangan modul menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual yaitu; (1) Modul pembalajaran menulis kreatif naskah drama sampai saat ini belum dikembangkan, (2) Modul menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual ini diharapkan dapat digunakan di SMP khususnya di SMP Muhammadiyah Ajibarang, sebagai pilihan penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran menulis kreatif naskah drama yang sesuai dengan Kurikulum, (3) Di SMP Negeri 1 Ajibarang sebagai sekolah percontohan belum menggunakan modul pembelajaran menulis kreatif naskah drama.

   Keterbatasan Pengembangan

  Penelitian pengembangan ini, menghasilkan produk bahan ajar berupa modul. Namun demikian, dalam pengembangannya modul ini memiliki keterbatasan pengembangan. Adapun keterbatasannya yaitu (1) modul menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual dikembangkan dari salah satu Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, (2) Modul menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual dinilai oleh ahli materi, isi, bahasa, guru bahasa Indonesia, dan guru TIK untuk memberi masukan, (3) madul menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual yang telah peneliti kembangkan sebagai produk penelitian pengembangan diimplementasikan di SMP Negeri 1 Ajibarang pada kelas

  VIII.

H. Definisi Istilah

  Untuk memberikan kejelasan arti dan menhindari penafsiran yang salah pada istilah yang digunakan dalam judul dan rumusan masalah, maka diberikan batasan-batasan iatilah atau definisi istilah sebagai berikut :

  1. Pengembangan

  Pengembangan adalah proses penyusunan bahan ajar (modul) yang memenuhi kriteria mudah, menyenangkan, praktis, dan efektif. Model pengembangan bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah ada 10 langkah namun demikian, menurut Borg and Gall kesepuluh langkah penelitian itu dapat disederhanakan menjadi lima langkah utama yaitu (1) Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan, (2) Mengembangkan produk awal, (3) Validasi ahli dan revisi, (4) Uji coba lapangan skala kecil dan revisi poduk, dan (5) uji coba lapangan skala besar dan produk akhir.

  2. Bahan Ajar

  Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

  Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan komponen pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai bahan belajar bagi siswa dan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.

  3. Modul

  Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, di dalamnya memuat seperangkat penglaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu pserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul minimal memuat tujuan pembelajaran,, materi/ substansi belajar, dan evaluasi. Modul berfungsi sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan masing-masing.

  4. Menulis

  Menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Aktivitas yang pertama menekankan unsur bahasa, sedang yang kedua gagasan.

  5. Naskah Drama

  Naskah adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan. Drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (peran) atau dialog yang dipentaskan.

  6. Berbasis Proyek Projek Based Learning (PBL) atau model pembelajaran berbasis

  proyek (PBP) merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek/ kegiatan sebagai media.

  7. Contextual Teaching and Learning (CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar di

  mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa yang memperoleh pengetahuan dan keterampilannya dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.