MODEL ATAP RUMAH SEBAGAI KOLEKTOR PELAT DATAR ENERGI SURYA UNTUK DAERAH JALUR KHATULISTIWA - Politeknik Negeri Padang

  

MODEL ATAP RUMAH SEBAGAI KOLEKTOR PELAT DATAR ENERGI SURYA

UNTUK DAERAH JALUR KHATULISTIWA

Yazmendra Rosa 1,2 , Rino Sukma

  3 , Dian Wahyu

  3 , Eka Sunitra

  2 1)

  

Labor Refrigerasi & Pengkondisian Udara, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang

2)

  

Labor Perawatan dan Perbaikan, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang

3)

  

Bengkel Teknik Alat Berat, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang

Kampus Politeknik Negeri Padang Limau Manis, Padang – Sumatera Barat

E-mail: yazmendra@yahoo.com

  1) , rosa@yazmendra.com

  2) ABSTRAKS

Model atap rumah sebagai kolektor pelat datar energi surya untuk memanfaatkan sumber utama energi telah

dipelajari secara eksperimental di dalam penelitian ini. Model ini mengkonversikan energi surya ke energi

panas, yang selanjutnya dapat mengerakkan turbin (energi mekanik), sehingga dapat digunakan generator yang

sesuai untuk menghasilkan energi listrik. Indonesia yang terletak di jalur khatulistiwa merupakan suatu

kekayaan karena kita dapat memanfaatkan sumber utama energi yaitu energi surya. Tujuan jangka panjang

adalah pemanfaatan kolektor energi surya menjadi salah satu alternatif sistem untuk memperoleh dan

menanggulangi krisis energi listrik agar semua daerah yang belum dapat energi listrik dapat memanfaatkannya.

Pada penelitian ini akan menghasilkan alternatif sistem alat konversi energi surya dengan sistem kolektor pelat

datar energi surya yang dapat mengumpulkan energi elektromagnetik surya sepanjang tahun dan yang belum

dimanfaatkan secara langsung dan tidak perlu menunggu beribu tahun seperti halnya minyak bumi. Atap rumah

ini dibuat dengan ukuran 3x3 m

  2 dengan kemiringan 10 o sesuai kondisi radiasi yang mengenai kolektor pada jalur khatulistiwa. Temperatur udara keluaran kolektor yang diperoleh besar dari 80 o

  C. Udara ini akan

mengalir ke atas sehingga dapat dipasang turbin untuk mengubah ke energi mekanik dan generator untuk

pemanfaatan energi listrik. Kondisi ini merupakan salah satu pemanfaatan energi surya yang kita terima

sepanjang tahun dan belum termanfaatkan secara langsung.

  Kata Kunci: Roof model, Flat plate collector, Solar Energy 1.

   PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  o

  /hari dengan variasi bulanan sekitar 10%; dan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m

  masih menjadi kendala bagi penerapannya di

  solar cell

  Tingginya biaya modul surya yang merupakan komponen utama teknologi energi surya

  2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%.

  Dengan demikian, potensi rata-rata Indonesia sekitar 4,8 kWh/m

  2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%.

  2

  Indonesia merupakan salah satu negara yang berada pada lintasan sumber energi yaitu pada garis khatulistiwa 6

  Terkait dengan energi surya, sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi energi surya yang cukup besar. Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut: untuk kawasan barat dan timur Indonesia dengan distribusi penyinaran di Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m

  Pengembangan energi surya solar cell di Indonesia terutama ditujukan bagi penyediaan energi listrik di daerah perdesaan. Kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau yang kecil serta banyak yang terpencil menyebabkan sulit untuk dijangkau oleh jaringan listrik terpusat. Dengan demikian, energi surya dapat dimanfaatkan untuk penyedian listrik dalam rangka mempercepat rasio elektrifikasi desa. Pemanfaatan energi surya sebagai sumber energi listrik ditargetkan akan mencapai 25 MW pada tahun 2020.

  Daerah Provinsi Sumatera Barat tepat dilalui oleh garis khatulistiwa (garis lintang nol derajat) di kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman. Secara umum daerah Sumatera Barat beriklim panas dengan suhu udara berkisar dari 22,6° C sampai dengan 31,5° C. Dari 19 kabupaten /kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki wilayah terluas yaitu 6.100 Km², sedangkan Kota Padang Panjang memiliki luas daerah terkecil yakni 23 Km². Kondisi alam Sumatera Barat sampai saat ini masih diliputi oleh kawasan lindung yang mencapai 45,17% dari luas keseluruhan .

  Sumatera Barat terletak diantara O° LU – 102° LS dan 98° - 102° bujur timur. Secara geografis Provinsi Sumatera Barat memiliki luas wilayah 42.297,30 KM ², yang memiliki dataran rendah di pantai barat serta dataran tinggi yang membentuk bukit barisan dan membentang dari barat laut ke tenggara.

  LS. Posisi yang sangat strategis ini membawa negara ini menjadi negara yang sangat kaya sumber energi, tentunya pemanfaatan energi yang terorganisasi dan efisien akan dapat dipertahankan untuk anak cucu dimasa mendatang.

  o

  LU sampai 11

  • A = iradiasi nyata surya, W/m
  • - B = koefisien pemandangan atmosfir, tak berdimensi.

  dimana C dan F ss adalah masing-masing angka perbandingan antara radiasi surya difussi dengan radiasi surya langsung yang jatuh pada permukaan horizontal dan faktor sudut antara permukaan dan langit

  , I

  DN

  , I

  DS

  dan I

  r

  berturut-turut adalah total radiasi matahari pada suatu permukaan, komponen radiasi langsung , radiasi diffusi dan radiasi gelombang pendek yang dipantulkan oleh permukaan lain. Semua variabel dalam satuan W/m

  2 .

  Harga dari komponen radiasi diffuse, (Dufie, 1995),

  I C I F DS DN ss

   (3)

  Untuk mencari harga F

  (2) dimana I

  ss

  dirumuskan (Dufie, 1995):

  F ss

   

  1

  2

  2 cos

  ... (4) dimana

  

  2

  adalah sudut kemiringan permukaan terhadap bidang datar di bumi. Dalam perhitungan biasanya komponen I r bukanlah komponen utama.

  Radiasi yang mengenai suatu material akan mengalami tiga proses yaitu:

  io

     cos

  Indonesia. Kendala lainnya adalah ketergantungan impor sel surya akibat belum adanya industri pembuatan sel surya di Indonesia. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai pemeliharaan sel surya juga menyebabkan kinerja sel surya tidak optimal dan sering mengalami kerusakan.

  Issu krisis energi memerlukan energi alternatif dengan memanfaatkan kondisi wilayah Indonesia yang berada di khatulistiwa. Posisi ini memungkinkan akan menerima secara maksimal energi surya secara berkelanjutan selama setahun perjalanan surya menyinari bumi. Negara Eropa seperti Spayol telah membuat dengan kapasitas 50 kW, kolektor surya ber-radius 126 m, panjang sudu turbin 5 m dan 1500 rpm (....., 2008).

  Sumber energi masih dimanfaatkan dengan mengandalkan sumber minyak bumi, dimana pada suatu saat akan habis jika tidak memperhitungkan siklusnya yang beribu tahun. Untuk memutus rantai sumber energi minyak bumi, maka perlu mencari alternatif energi dengan jalan memanfaatkan langsung sumber dari segala sumber energi yaitu energi surya.

  Kolektor surya menangkap radiasi dengan absorber sehingga udara yang mengalir dipermukaannya akan panas, sehingga dapat digunakan untuk proses pemanasan dan pengeringan. Kondisi udara panas ini akan secara alamiah akan mengalirkan udara tersebut ke tempat udara yang mempunyai temperatur yang rendah, sehingga aliran udara jika kita rencanakan sebuah alat transfer energi misalkan turbin yang berputar tentu dapat merubahnya ke energi mekanik.

  Penomena sebuah mesjid, banyak mesjid dibangun dengan gubah yang tinggi ditengah bangunannya. Gubah tersebut berventilasi ditengahnya, pada saat jemaah banyak tentunya akan terjadi sirkulasi udara menuju gubah sehingga terjadi secara alamiah. Ini merupakan penomena yang terjadi jika kolektor digunakan untuk memperoleh panas dari radiasi matahari, sehingga terjadi aliran udara menuju ke menaranya.

  Solar konstan yang sampai ke permukaan bumi berkisar antara 1350 Watt/m

  2

  . Posisi kota padang dapat radiasi surya antara 700 s/d 1000 Watt/m

  2

  (Adly, 1997 & Rosa, 2004-2008). Jika kolektor pelat datar surya digunakan mempunyai efisiensi 55% (Rosa, 2004, 2007), untuk menghasilkan udara panas sehingga diperoleh energi

  400 Watt/m

  2

  . Energi sebesar ini dilakukan transfer energi ke energi mekanik dengan menghasilan putaran, jika diasumsikan saja efisiensi 10% maka diperoleh energi 40 Watt/m

  2 .

  Bangunan gedung dan rumah menghasilkan panas radiasi surya yang terbuang dan menjadi permasalahan dalam pendinginan ruangan. Konstruksi bangunan ini jika dimanfaatkan dengan kondisi alam Indonesia tentunya bisa memanfaatkan energi panas dari surya ini untuk pemanfaatan yang lebih baik

  I I io DN DS r

  1.2 Referensi

  Energi surya adalah sumber energi yang terdapat di alam, dimana tidak bersifat polutif, tidak habis dan gratis. Energi ini tersedia dalam jumlah yang besar dan bersifat kontinue bagi kehidupan makhluk di bumi. Untuk memanfaatkan energi surya diperlukan pengetahuan dan teknologi yang tinggi agar dapat efisiensi yang lebih baik serta ekonomis.

  Radiasi surya yang diterima oleh permukaan bumi tergantung pada hal-hal berikut:  Posisi surya  Lokasi permukaan.

   Hari dalam tahun.  Keadaan cuaca dan kemiringan permukaan.

  Besarnya radiasi langsung yang diterima dari matahari yaitu:

  I A B DN

  ( sin )

  

  (1) dengan,

  2 .

  Radiasi yang diterima langsung dari surya disebut radiasi langsung, sedangkan yang diterima setelah melewati rintangan disebut dengan radiasi diffusi. Intensitas radiasi surya total pada sebuah kolektor adalah (Dufie, 1995):

  I I

  1. Absorbsivitas yaitu kemampuan suatu material untuk menyerap beberapa bagian dari total radiasi yang terjadi pada permukaan material,

    

  1. Absorber dari bahan yang berwarna hitam untuk memaksimalkan penyerapan radiasi surya.

  (7)

  Kolektor surya adalah suatu alat yang dapat mengumpulkan atau menyerap radiasi surya dan mengkonversikan menjadi panas. Panjang gelombang radiasi surya yang dapat diserap adalah 0, 29 sampai 2, 5 m. Besarnya panas dari kolektor yang akan dapat dimanfaatkan adalah:

  Q m c T u p

  

   

  (8) maka temperatur udara keluaran dapat dihitung dengan persamaan:

  T Q m c T ko u p kin

   

   (9) Komponen kolektor pelat datar adalah:

  2. Penutup berupa bahan transparan, mempunyai transmisi yang besar untuk gelombang pendek dan menghalangi perpindahan panas konveksi dan radiasi.

  Cos s s s s             

  3. Isolasi untuk menghindari kehilangan panas ke lingkungan.

  4. Rangka yang kokoh, mudah dibentuk dan tahan lama.

  E reff E glob T in T out Q L

  Gambar 2 Kesetimbangan energi pada kolektor Persamaan kesetimbangan energi pada kolektor:

  Q Q Q Q a u l s

     (10)

  Prinsip kerja kolektor adalah pelat absorber menyerap radiasi surya yang jatuh ke permukaan dan dikonversikan dalam bentuk panas, sehingga temperatur pelat tersebut menjadi naik. Panas dipindahkan ke fluida kerja yang mengalir pada pelat absorber. Perpindahan panas akan terjadi secara konduksi, konveksi dan radiasi.

  Gambar 3 Prinsip

  solar chimney (Andre, 2008)

       sin (sin cos cos sin cos ) cos (cos cos sin sin cos cos sin sin sin )

  Sudut Insiden Surya adalah hubungan antara luas sebuah kolektor dengan radiasi langsung dari surya ditentukan oleh besar sudut antara sinar datang dengan vektor garis normal dari permukaan kolektor.

   

   

  I I absorb tot

  , ,

  2. Koefisien Reflektivitas adalah ratio antara radiasi yang dipantulkan dengan radiasi yang terjadi. 

    

  

  I I ref tot

  , ,

  Koefisien Transmissivitas adalah ratio antara kemampuan suatu material untuk meneruskan radiasi matahari yang terjadi dengan total yang terjadi,

    

  I I trans tot

  (6) Untuk matahari terbit berharga positif dan terbenam berharag negatif.

  , ,

  Deklinasi matahari adalah sudut yang terbentuk antara sinar datang matahari dengan garis tegak lurus terhadap sumbu polar dalam bidang matahari. Dengan mengetahui deklinasi matahari maka posisi orbit bumi dapat ditentukan.

  The American Epherimes and Naval Almanac merumuskan:

     23 45 360 365 ( 284 , ( )) Sin n

  (5) dimana: n = hari ke berapa dihitung dari tanggal 1 Januari

    Polar axis Equatorial plane Surya Collector site at latitude 

  Gambar 1. Deklinasi matahari Pada gambar dapat ditentukan sudut jam siang matahari:

  Cos s

       tan .tan

  Radiasi surya mengenai sistem kolektor, maka pada pelat absorber menyerap radiasi surya yang jatuh ke permukaan dan dikonversikan dalam bentuk panas, sehingga temperatur pelat tersebut menjadi naik. Panas dipindahkan ke fluida kerja yang mengalir pada pelat absorber. Karena adanya perbedaan temperatur terjadilah aliran udara secara alamiah dari udara bertemperatur tinggi ke udara bertemperatur rendah. Pada point (a) udara masuk ke bermanfaat dalam mencari sumber energi alternatif sistem solar chimney, point (b) udara menjadi panas, bagi ketersediaan energi dalam menghadapi krisis sehingga terjadi aliran udara karena perbedaan energi listrik yang lebih alamiah dan tersedia density dan kemudian point (c) aliran udara sebenarnya dalam kehidupan kita sehari-hari. dihambat dengan sebuah turbin sehingga turbin Tujuan khusus yang akan dicapai adalah merubah ke energi mekanik, selanjutnya udara akan pemanfaatan sumber dari segala energi yaitu energi keluar ke point (d) dengan adanya perbedaan surya dengan memanfaatkan kondisi indonesia yang tekanan dan sifat-sifat udara tersebut. berada pada jalur khatulistiwa yang menerima energi

  Power output yang dapat dihasilkan oleh sistem surya paling maksimal dan tersedia sepanjang tahun ini adalah yang belum termanfaatkan.

   

  Penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan

  .  .  .  .  (11) PQQ solar coil tower turbin solar plant

  akan bermanfaat untuk menanggulangi krisis energi Perbedaan tekanan yang terjadi antara cerobong dan mencari energi alternatif dalam rangka

  ( tower) dan keluaran kolektor serta lingkungan menjawab krisis energi yang terjadi. Sistem yang diperoleh dengan hubungan (Andre, 2008): direncanakan ini akan memutus rantai proses energi

  H tower

  minyak bumi yang membutuhkan siklus yang lama sehingga anak cucu kita masih menikmati energi

   pg .    . dH (12)   tot a tower

   tersebut nantinya.

  Salah satu contoh nyata dapat terlihat pada (13)

   p   p   p tot s d

  semua bangunan akan menerima radiasi surya tanpa dimana disadari dan kadang kala menjadi permasalahan gesekan diabaikan, dalam konteks untuk pengkondisian udara dalam ruangan tersebut. Kondisi ini jika direncanakan

  = perbedaan tekanan statik,

   p s

  mekanisme sistem untuk mengorganisirnya tentunya = perbedaan tekanan dinamik

   p d dapat dimanfaatkan lebih maksimal dan bermanfaat.

  Dengan total perbedaan tekanan dan laju aliran Kontruksi atap bangunan cukup sesuai dengan sudut jatuh radiasi surya sehingga dapat dimanfaakan udara pada maka daya P dari aliran

   p  tot s tanpa merusak design bangunan.

  diperoleh: Bangunan rumah dan gedung di Sumatera Barat

  (14)

  P   p . v . A , max dan seluruh Indonesia pada umumnya dapat tot tot tower coil

  digunakan sebagai kolektor surya. Pembangunan Maka efisiensi cerobong ( tower) adalah: saat ini sangat pesat sekali baik pengembangan baru

  P tot

  maupun renovasi akibat bencana gempa. Sistem

    (15)  tower

  yang akan direncanakan ini akan dapat merubah

  Q

  wawasan kita untuk mengoptimalkan desain dari Tanpa turbin , kecepatan maksimum ( ),

  v sebuah atap bangunan yang selama ini tidak , max tower

  termanfaatkan malahan beban bagi ruangan yang yang dikonversi ke energi kinetik adalah: memerlukan pengkondisian udara.

   1

2 Pada bidang pertanian telah memanfaatkan

   tower , max (16) P m v tot

  2 dengan menggunakan rumah kaca. Kondisi ini jika

  di senergikan dengan mekanisme sistem yang Menggunakan persamaan Boussinesq (Unger, direncanakan akan bisa saling bermanfaat. Bagi

  1988): pertanian memanfaatkan efek rumah kaca untuk pertanian dan dapat dimanfaakan juga untuk

   T

  penghasil energi listrik dengan melakukan sistem

  v  2 . g . H . (17) , max tower tower

  

T konversi energinya

  dimana

   = Perbedaaan temperatur yang terjadi antara T

  keluaran kolektor (

  in tower) denagn

  lingkungan Sedangkan menurut persamaan (Schlaich, 1995) efisiensi cerobong adalah:

  g . H  (18)

   tower c . T p

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah pemanfaatan energi surya secara langsung melalui kolektor yang

1.4 Metodologi

  ENERGI SURYA Radiasi surya 0, 29 - 2, 5 m.

  ENERGI PANAS Kolektor Pelat Datar ENERGI MEKANIK Turbin

  ENERGI LISTRIK Generator

  Gambar 4. Bagan alur pemanfaatan energi surya

  ENERGI SURYA Radiasi surya 0, 29 - 2, 5 m. Kolektor Pelat Datar

   Efisiensi = 45% 2

   Luas Kolektor 3x3 m (sesuai dgn lahan yag ada)

   Atap bangunan (sketsa gambar)

   Cerobong Energi Panas

  

Temperatur (T ,

inkolektor

T , T ,

outkolektor outcerobong

T ) lingkungan

  

Laju aliran massa udara

(perbedaan temperatur,

m ) udara  Intensitas matahari

  Energi Mekanik (Turbin)  rpm

   kecepatan udara mengalir Tidak/Belum Energi Mekanik (Generator) Energi Listrik Ya/sudah Energi listrik Alternatif Sumber Energi

  (Selesai)

  Gambar 5. Bagan Alur Penelitian

ENERGI SURYA

  Tidak Langsung Langsung

  Minyak Bumi dll ...... Sistem

  Thermal Solar Cell .........

  Pengering (Kolektor) Kolektor Pelat Parabolik, dll...... Datar Rancang Bangun Alat Konversi Energi Surya menjadi Energi Mekanik

  Gambar 6. Peta Jalan Penelitian (

  Road Map) 2.

   PEMBAHASAN

  Gambar 7. Gambar Model atap rumah kolektor pelat datar Gambar 8. Sistem alat kolektor pelat datar dan cerobong tipe 1

  100 1200

  90 1000

  80 ) tt

  800 a o

  C)

  70 (

  W r ( s tu

  60 600 ita ra s e n p te m e

50 In

  T 400

  40 200

  30

  20 10:48 11:16 11:45 12:14 12:43 13:12 13:40 14:09 14:38

T~ Tin- kolektor Tout - kolektor Intensitas Surya

Waktu (WIB)

  Gambar 9. Grafik Temperatur dan Intensitas Terhadap Waktu (Pengujian 1)

  100 800

  90 700

  80 600 ) tt o

  C) a (

  70 r

  500 W ( tu s ra

  60 400 ita e s p n m

  50 te e

  300 T

  In

  40 200

  30 100

  20 10:48 11:45 12:43 13:40 14:38 15:36 Waktu (WIB) T~ Tout-kolektor (in cerobong) T(out -cerobong)

  Intensitas 2 per. Mov. Avg. (Intensitas)

  Gambar 10. Grafik Temperatur dan Intensitas Terhadap Waktu (Pengujian 2) 100 90 800 o ( e ra m T r tu e C) p 50 70 80 60 300 700 400 ita 500 W 600 ) a te ( s tt s n 20 30 40 10:48 11:45 12:43 13:40 14:38 15:36 100 200 In Intensitas 2 per. Mov. Avg. (Intensitas) T~ Tout-kolektor (in cerobong) T(out -cerobong) Waktu (WIB) Gambar 11. Grafik Temperatur dan Intensitas Terhadap Waktu (Pengujian 3)

  300 400 500 600 700 800 900 1000

  2

  Model dibuat akan menambah pelajaran dan informasi bagi mahasiswa tentang energi terbarukan. Kondisi negara kita yang berada digaris khatulistiwa akan menerima energi dari sumber utama energi yaitu energi surya.

  Pemanfaatan sistem alat ini untuk pembangkit energi listrik perlu menyesuaikan putaran yang dihasilkan terhadap generator yang ada (yg dapat dibuat).

  Pembuatan model menggunakan bahan yang ada dipasaran dan mudah diperoleh. Pembangunan atap rumah menjadi kolektor pelat datar akan dapat meningkatkan pemanfaatan energi surya walaupun masih perlu dikaji dari segi ekonomis terutama bagi pemerintah dalam membangun gedung baru atau renovasi gedung, misalkan saja skala kecil untuk posko satpam yang terpisah sendiri dari gedung utama.

  ) dengan melihat sifat perputaran energi surya selama setahun dan setiap hari serta berbentuk profil atap rumah.

  2

  , dengan perhitungan pemanfaatan luas kolektor secara rata- rata setengahnya (4,5 m

  o

  , dengan sudut kemiringan kolektor 10

  2

  Model yang dibuat mempunyai luas kolektor 3x3 m

  3. KESIMPULAN

  diperoleh kenaikan temperatur yang mendekati sama, diharapkan pada kolektor yang lebih besar ini mempunyai laju aliran massa udara yang jauh lebih besar agar konversi energi ke listrik melalui generator dapat dihasilkan.

  Penelitian sebelumnya Gambar (8), kondisi luas kolektor 1 m

  1100 1200

9:36 10:48 12:00 13:12 14:24 15:36

Waktu

  Gambar (9), Gambar (10), dan Gambar (11), hasil putaran turbin dapat lebih stabil pada kondisi stedi yang diakibatkan oleh sistem alat masih cukup menyimpan panas walaupun terjadi penurunan radiasi surya. Perlu dipertimbangkan penggunaan penyimpan energi dalam sistem ini.

  Penelitian ini sedang berlangsung pengujian sampai menghasilkan energi listrik walaupun dalam skala kecil dengan memanfaatkan motor listrik yang mudah di dapatkan. Diharapkan dengan penelitian ini menjadi cikal bakal pengembangan sumber alternatif energi dengan memanfaatkan secara langsung dari sumber utama energi yang ada berada dilingkungan.

  Kondisi sekarang semua atap belum termanfaatkan bahkan menjadi masalah karena akan membuat suhu ruang tinggi. Jika semua atap dibuat menjadi kolektor dan dapat dimanfaatkan energi panas ini maka dapat digunakan untuk pembangkit listrik (generator yang sesuai), pengering atau penyimpanan (ruang atau sistem).

  Aliran udara diperoleh keluar cerobong yang diberikan fan yang ada dipasaran sehingga dapat berputar menghasilkan energi mekanik. Perlu dipelajari variabel diameter dan tinggi cerobong untuk memaksimalkan pemanfaatannya. Semua komponen yang dibuat ini menggunakan yang ada dan mudah didapatkan dilingkungan sekitarnya. Pada prinsipnya menggunakan muatan lokal yang nantinya dapat dikembangkan menjadi efisien dan efektif serta meningkatkan unjut kerja alat alternatif ini.

  o C.

  Gambar 12. Grafik intensitas dan putaran (rpm) terhadap waktu (Pengujian 2) Pengujian alat ini terkendala kondisi lingkungan yang banyak asap, sehingga intensitas surya kurang maksimal sehingga kondisi maksimal dari pengujian tidak begitu diperoleh. Gambar (9) pengujian pada kondisi asap cukup menganggu yang dilakukan pada saat tengah hari. Temperatur keluaran kolektor diperoleh maksimal 70

  Intensitas putaran 3 per. Mov. Avg. (putaran) 2 per. Mov. Avg. (Intensitas)

  P u ta ra n ( rp m )

  90 110 130 150 170

  70

  50

  30

  In te n s it a s ( W a tt )

  Perlunya pengetahuan tentang energi terbarukan diajarkan di kampus pada program studi yang relevan (“energy entrepreneur”)

  PUSTAKA

  Adly Havendry, Rosa. Yazmendra, Hanif, 1997,

  Kolektor Energi Surya untuk Sistem Pengering Kulit Manis, Jurnal TeknikA Tahun IV,

  Universitas Andalas.

  A. Bejan, G. Tsatsaronis dan M. Moran, 1996,

  Thermal Design and Optimization, John Wiley & Sons, New York.

  Andre G Ferreira

  , 2008, Technical Feasibility Assessment of a Solar Chimney for Food Drying,

  Solar Energy 82, 198-205, Elsevier.

C. P. Arora, 2000, Refrigeration and Air Conditioning, McGraw-Hill, Singapore.

  Dickinson, William C & Cheremisinoff, Paul N., 1980,

  Solar Energy Technology Handbook Part A, Marcel Dekker, New York.

  Dufie, John A., & Beckman, William A., 1995,

  Solar Energy Thermal Processes, John Wiley & Sons, New York.

  George A. Lane, Ph.D, 2000, Solar Heat Storage: Latent Heat Materials, CRC Press, Inc., Florida. Rosa. Yazmendra, Hanif & Zulhendri, 2004,

  Optimasi Udara Panas Keluaran Kolektor Surya, Jurnal Teknik Mesin, Vol.1 No.1

  Politeknik Negeri Padang. Rosa. Yazmendra, Maimuzar & Nasrullah, 2006,

  Rancang Bangun Pengering Gambir dengan Memanfaatkan Energi Surya, Jurnal Teknik

  Mesin, Vol.3 No.1 Politeknik Negeri Padang. Rosa. Yazmendra & Hanif, 2007, Rancang Bangun

  Penyimpan Panas pada Kolektor dalam Sistem Pengering dengan Memanfaatkan Energi Surya,

  Jurnal Teknik Mesin, Vol.4, No.2 Des. Rosa. Yazmendra & Menhendry, 2008, Kaji

  Eksperimental Penyimpan Panas Sementara dari Hasil Udara Panas Keluaran Kolektor Energi Surya, Jurnal Poli Rekayasa, Vol.4, No.1 Oktober.

  Rosa. Yazmendra & Rino Sukma, 2008,

  Rancang Bangun Alat Konversi Energi Surya menjadi Energi Mekanik, Jurnal Teknik Mesin, Vol. 5 No.2 Desember.

  Sukhatme, 2001,

  Solar Energi: Principles of Thermal Collection and Storage, Tata McGraw-

  Hill Publishing Company Limited, New Delhi, India. ..........September 2008,

  Floating Solar Chimney Technology