HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN (Studi Penelitian di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

  

SKRIPSI

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI

PADA ANAK USIA 6 SAMPAI DENGAN 24 BULAN

(Studi di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan

Jombang, Kabupaten Jombang)

  

DEWI MASRUROH

143210115

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIA

  

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI

PADA ANAK USIA 6 SAMPAI DENGAN 24 BULAN

(Studi di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo,

Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang)

SKRIPSI PENELITIAN

  Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Program Study S1 Ilmu Keperawatan

  Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

  

Dewi Masruroh

  143210115

  

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIA

RIWAYAT HIDUP

  Penulis dilahirkan di Lumajang pada tanggal 26 November 1995, penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan BapakSumartodan IbuYusi Oktavia.

  Pada tahun 2008 penulis lulus dari SD Negeri 1 Karanglo, tahun 2011 penulis lulus dari SMPN 1 Kunir, tahun 2014 penulis lulus dari SMK Negeri 1 Lumajang, dan pada tahun 2014 masuk seleksi di STIKES ICME Jombang.

  Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

  Jombang, 13 September 2018 Penulis

  

MOTTO

Do’a adalah bara api yang memetangkannya.

  

Kegagalan di setiap langkah adalah pengawetnya. Maka dari itu bersabarlah

Allah selalu menyertai orang-orang yang penuh dengan kesabaran

Dalam proses menunjukkan keberhasilan.

  

(Penulis) PERSEMBAHAN Seiring do’a dan puji syukur aku persembahkan skripsi ini untuk :

  1. Ayah dan ibuku tersayang yang dengan sabar mengasuh dan mendidikku serta senantiasa memberikan dukungan dan do’a, material dan kasih sayang selalu mengiringi langkahku dan selalu mendengarkan keluh kesahku, serta selalu ada di saat aku senang maupun dalam kesulitan, terima kasih sudah membimbing dan merawatku dengan sabar aku sayang kalian.

  2. Adik dan saudara-saudaraku terima kasih sudah menjadi penyemangat dan memberi dukungan kepadaku setiap aku berkeluh kesah dan memberikan dukungan kepadaku untuk semangat dalam menyelesaikan skripsiku.

  3. Para pembimbing skripsi terima kasih telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan lebih dalam serta kesabaran dalam membimbingku sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

  4. Buat sahabat- sahabatku terima kasih atas do’a dan semangat yang telah diberikan, semoga Allah membalas kebaikan kalian dan kan ku kenang selalu kebersamaan yang telah kita lalui, keceriaan, kesedihan, dan kepanikan kita saat menghadapi ujian.

  5. Buat semua pihak yang pernah membantuku terima kasih banyak.

  Sekian persembahan terimakasih dari saya, mohon maaf mungkin tidak bisa saya sebutkan semua. Betapapun pahitnya sebuah proses, tapi dengannya saya belajar dan memahami banyak hal. Dengan segala syukur yang tak terhingga serta bahagia yang memecah, saya hanya bisa mengucapkan hamdalah.

  

ABSTRAK

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK

USIA 6-24 BULAN

(Studi Penelitian di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo,

  

Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang)

  Oleh : Dewi Masruroh, Inayatur Rosyidah,

  Imam Fatoni Masa penyapihan adalah masa yang sangat kritis karena masa ini terjadi perpindahan dari ASI menuju ke makanan dewasa. Pada masa transisi ini bayi umumnya mudah terkena gangguan gizi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang.

  Desain penelitian ini adalah metode analytic design dengan pendekatan

  

Cross Sectional . Populasinya sebagian Ibu yang mempunyai Anak usia 6-24 bulan

  di Posyandu Dusun Candimulyo sebanyak 100 responden. Teknik sampling menggunakan Proportional Random Sampling dengan sampel berjumlah 80 sampel. Variabel Independent Usia Penyapihan dan Variabel Dependent Status Gizi. Instrumen Penelitian menggunakan kuesioner dengan pengolahan data

  

editing, coding, scoring, tabulating dan analisa data menggunakan uji (chi Square)

  dengan alpha 0,05 Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar Status Gizi adalah Normal berjumlah 51 Responden (63.8%), Gemuk berjumlah 7 responden (8.8%), Kurus berjumlah 22 responden (27.5%). Dan sebagian besar usia penyapihan pada anak usia 6- 24 bulan adalah tidak tepat ≤12 bulan berjumlah 69 responden (86.2%), tepat ≥12 bulan berjumlah 11 responden (13.8%). Hasil uji statistik Uji Chi-

  

Square Test di peroleh angka signifikan atau angka p<0,05 yaitu p=0,027,

  sehingga H 1 diterima.

  Kesimpulan penelitian ini ada hubungan usia penyapihan dengan Status gizi pada anak usia 6-24 bulan di Posyandu dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang.

  

ABSTRACK

RELATIONSHIP BETWEEN AGE OF WEANING AND NUTRITIONAL

STATUS IN CHILDREN AGED 6-24 MONTHS

(Research Study at Posyandu, Candimulyo Hamlet, Candimulyo Village,

  

Jombang District, Jombang Regency)

By:

  Dewi Masruroh, Inayatur Rosyidah, Imam Fatoni

  Weaning period is a very critical period because this time there is a shift

from ASI to adult food. In this transition period babies are generally susceptible to

nutritional disorders. The purpose of this study was to determine the relationship

between weaning age and nutritional status in children aged 6-24 months at the

Posyandu in Candimulyo Hamlet, Candimulyo Village, Jombang District,

Jombang Regency.

  The design of this study was an analytic design method with a Cross

Sectional approach. Most of the population of mothers who have children aged 6-

24 months in Posyandu Dusun Candimulyo are 100 respondents. The sampling

technique uses proportional random sampling with a sample of 80 samples.

Independent Variable Weaning Age and Dependent Variable Nutritional Status.

Research Instruments using questionnaires with data processing editing, coding,

scoring, tabulating and analyzing data using the test (chi Square).

  The results showed that most of the Nutritional Status was Normal totaling

51 respondents (63.8%), Fat people were 7 respondents (8.8%), Skinny was 22

respondents (27.5%). And most of the weaning age for children aged 6-24 months

is not exactly 12 months totaling 69 respondents (86.2%), exactly tepat12 months

is 11 respondents (13.8%). The results of the statistical test Chi-Square Test Test

obtained a significant number or number p <0.05 which is p = 0.027, so H

  1 is accepted.

  The conclusion of this study is the relationship between age of weaning and

nutritional status in children aged 6-24 months at the Posyandu in Candimulyo

Hamlet, Candimulyo Village, Jombang District, Jombang Regency.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT atas melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA Sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Usia Penyapihan dengan Status Gizi pada Anak usia 6-24 bulan Di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabu paten Jombang” sebagai salah satu persyaratan dalam rangka penyelesaian kuliah dalam program S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ICME Jombang. Terselesaikannya laporan penelitian ini tak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi

  • – tingginya kepada yang terhormat, H.Imam Fatoni,SKM,.MM selaku Ketua STIKES

  ICME Jombang, Inayatur Rosyidah,S.Kep.,Ns.M.Kep selaku Ketua Program Studi STIKES ICME Jombang, Endang Yuswatiningsih,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku penguji utama dalam laporan penelitian ini yang telah banyak memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan laporan penelitian ini, Inayatur Rosyidah,S.Kep.,Ns.M.Kep selaku pembimbing utama dalam penelitian ini yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingannya hingga laporan penelitian ini selesai, H. Imam Fatoni,SKM,.MM selaku pembimbing dalam penelitian ini yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingannya, dan tak juga lupa kepada Sufredo Herlan selaku Kepala Desa Candimulyo Jombang yang telah memberikan izin untu melaksanakan penelitian sebagai lokasi penelitian, serta tak lupa kepada orang tua waktu, semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang telah diberikan dan semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat.

  Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan penelitian ini.

  Jombang, 20 September 2018 Penulis

  

DAFTAR ISI

  SAMPUL LUAR .............................................................................................. i SAMPUL DALAM .......................................................................................... ii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN............................................................ iii SURAT BEBAS PLAGIASI ........................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. v LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vii MOTTO ........................................................................................................... viii LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... ix ABSTRAK ....................................................................................................... x

  

ABSTRACK ...................................................................................................... xi

  KATA PENGANTAR ..................................................................................... xii DAFTAR ISI .................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ................................................. xix

  BAB 1 PENDAHULUAN 1 …………………………………………………. .

  1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................

  1 1.2 Rumusan Masalah................................ ..........................................

  4 1.3 Tujuan Penelitian..................................................................... ......

  4

  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 …………………………………………. ....

  2.1 Konsep Balita........................................................... ......................

  6 2.2 Status Gizi Balita........................................................... ................

  8 2.3 Konsep Penyapihan....................................................... .................

  19 2.4 Hubungan Usia Penyapihan dengan status gizi .............................

  27 BAB 3KERANGKA KONSEP dan HIPOTESIS .......................................

  30

  3.1 Kerangka Konseptual ..................................................................... 30

  3.2 Hipotesis Penelitian ........................................................................ 32 BAB 4 METODE PENELITIAN ....................................................... ..........

  33 4.1 Desain Penelitian....................................................... .....................

  33 4.2 Lokasi dan waktu penelitian...........................................................

  33

  4.3 Populasi Sampel dan Sampling ...................................................... 34 4.4 Jalannya Penelitian (Kerangka Kerja)............................................

  37 4.5 Identifikasi Variabel....................................................... ................

  38 4.6 Bahan dan Instrumen......................................................................

  39 4.7 Definisi operasional..................................................... ..................

  39

  4.8 Etika Penelitian ............................................................................. 44 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................

  46

  5.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 46

  5.2 Pembahasan …………………………………………………….. 52

  

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 62

  6.1 Kesimpulan ................................................................................... 62

  6.2 Saran .............................................................................................. 62

  DAFTAR PUSTAKA …………………………………………. .................... 64 DAFTAR LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  Definisi Operasional .................................................................................. 39 Distribusi karakteristik berdasarkan usia Ibu ........................................... 48 Distribusi karakteristik berdasarkan pendidikan Ibu ............................... 48 Distribusi karakteristik berdasarkan pekerjaan Ibu .................................. 49 Distribusi karakteristik berdasarkan jenis kelamin anak .......................... 49 Distribusi karakteristik berdasarkan umur anak ....................................... 49 Distribusi frekuensi berdasarkan umur sapihan anak .............................. 50 Ditribusi frekuensi berdasarkan status gizi anak ..................................... 50 Tabulasi silang antara umur sapihan dengan status gizi .......................... 51

  

DAFTAR GAMBAR

  Gb. 3.1 Kerangka Konseptual .......................................................................... 30 Gb. 4.1 Kerangka Kerja ................................................................................... 37

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2 Informed Consent Lampiran 3 Lembar Persetujuan Lampiran 4 Lembar Kuesioner Data Umum dan Data Khusus Lampiran 5 Tabel Z-skor Lampiran 6 Jadwal Kegiatan Lampiran 7 Tabulasi Data Umum Lampiran 8 Tabulasi Data Khusus Lampiran 9 Hasil uji statistik kuesioner Lampiran 10 Lembar pernyataan dari perpustakaan Lampiran 11 Lembar surat Pre Survey Data Lampiran 12 Lembar surat studi pendahuluan dan ijin penelitian Lampiran 13 Lembar surat telah melakukan penelitian Lampiran 14 Lembar konsultasi

  DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN 1. Daftar Lambang

  1. H

  1 : Hipotesis Alternatif

  2. : Kurang dari

  3. : Lebih dari

  4. N : Jumlah Populasi 5. n : Jumlah Sampel

  6. P : Nilai yang di dapat 7. f : Frekuensi Variabel

  8. N : Jumlah jawaban yang di butuhkan

  9. Sp : Skor yang di dapat

  10. Sm : Skor maksimal

2. Daftar Singkatan

  1. STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

  2. ICME : Insan Cendekia Medika

  3. BAKESBANGPOL : Badan Kesatuaan Bangsa dan Politik

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Masa penyapihan adalah masa yang sangat kritis karena masa ini terjadi perpindahan dari ASI menuju ke makanan dewasa. Pada masa transisi ini bayi umumnya mudah terkena gangguan gizi. Pengaruh penyakit infeksi dan kurangnya makanan pendamping ASI menyebabkan turunnya status kesehatan dan status gizi bayi (Handayani, 2012). Akibat kekurangan gizi, anak balita tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Pemenuhan masalah gizi juga berkaitan dengan terggangunya pertumbuhan bayi (Nursalam, 2012).

  Status gizi menurut indeks tinggi badan per usia (TB/U) didapatkan hasil 71% normal, dan 29,9% balita pendek dan sangat pendek.

  Status gizi menurut indeks berat badan per tinggi badan (BB/TB) didapatkan hasil 82,7% normal, 8,2% kurus, 5,3% gemuk dan 3,7% kurus.

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hastoety (2009), besarnya peluang usia penyapihan anak bawah dua tahun di Indonesia dari 7929 responden didapatkan 4579 anak (57,8%) di sapih sebelum usia 24 bulan, dengan kata lain anak dibawah usia dua tahun yang masih mendapatkan ASI sesudah usia 24 bulan sebesar 3350 anak (42,2%). Hasil dari Studi Pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Dusun candimulyo, desa Candimulyo dengan metode wawancara di dapatkan bahwa dari 30 gizi di bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 8 orang, bayi yang memiliki status gizi yang rendah disebabkan oleh penyapihan yang terlalu dini.

  Tidak hanya itu saja kurangnya pengetahuan ibu, wanita karier atau pekerja belum mengerti tentang manfaat ASI. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada Anak usia 6-24 bulan di posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamtan Jombang, Kabupaten Jombang. Hasil ukur berat badan dan umur bayi akan dimasukan kedalam rumus Z-skore dan diklafikasikan menjadi 5 yaitu sangat gemuk > (+3SD), gemuk > (+2SD), normal (+2SD- (-2SD), kurus < (-2 SD), dan sangat kurus < (-3 SD).

  Masalah kurang gizi pada anak balita dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain konsumsi makan yang kurang, penyakit infeksi, kemiskinan, pola asuh yang salah, dan pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau (Depkes RI, 2007). Salah satu faktor yang dapat mengatasi masalah kurang gizi pada anak adalah pemberian ASI. Menurut IDAI (2010), ASI dapat mencegah terjadinya malnutrisi karena mengandung nutrien yang dibutuhkan bayi dengan jumlah yang tepat, dapat digunakan dengan efisien oleh tubuh, serta melindungi bayi dari infeksi. Bayi yang mendapatkan ASI mendapatkan kekebalan dari berbagai penyakit seperti radang paru-paru, radang telinga, diare, dan mengurangi risiko alergi. . Kekurangan energi dan protein pada bayi sering disebabkan karena ASI menuju ke makanan dewasa. Pada masa transisi ini bayi umumnya mudah terkena gangguan gizi. Pengaruh penyakit infeksi dan kurangnya makanan pendamping ASI menyebabkan turunnya status kesehatan dan status gizi bayi (Handayani, 2012).

  Strategi dalam memutuskan penyapihan diantaranya lakukan secara berlahan, hindari penyapihan di saat anak menyusu di gantikan ke benda lain seperti empeng, hindari menyapih secara mendadak, mengenali tingkat kemampuan anak menghadapi proses penyapihan, pastikan sang anak mendapat perhatian eksklusif setiap hari serta batasi kegiatan menyusui dengan penunjuk waktu, maka dapat disimpulkan bahwa jika proses penyapihan di lakukan dengan baik, maka anak-anak akan tumbuh menjadi anak yang cerdas, sehat, dan berakhlak baik karena sang ibu mendidiknya melalui masa menyusu dan masa menyapih dengan penuh perhatian dari kedua orangtua dan keluarga (Uci, 2013). Maka dari itu pemenuhan gizi pada bayi merupakan hal yang penting untuk dipenuhi karena pada masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan. Pada masa ini, bayi akan mengalami adaptasi pada lingkungan, dampak yang akan muncul meliputi peningkatan kematia pada bayi. Pada saat ini di dunia terdapat kematia pada 3,5 juta anak di bawah usia 5 tahun yang di sebabkan karena masalah gizi. Selain itu, dampak yang akan muncul adalah terganggunya pertumbuhan, gangguan perkembangan mental dan kecerdasan anak.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “apakah ada Hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada Anak usia 6-24 bulan?”

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum Menganalisis hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada Anak usia 6-24 bulan.

  1.3.2 Tujuan Khusus

  1. Mengidentifikasi usia penyapihan Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Candimulyo, desa Candimulyo, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Jombang.

  2. Mengidentifikasi status gizi Anak usia 6-24 bulan yang di lakukan penyapihan di posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang.

  3. Menganalisis hubungan usia penyapihan dengan status gizi pada Anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang.

1.4 Manfaat Penelitian

  1.4.1 Manfaat teoritis Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya disiplin Ilmu Kesehatan Masyarakat Keperawatan Anak.

  1.4.2 Manfaat Praktis Hasil Penelitian ini di harapkan dapat menambah informasi kepada ibu ibu terkait kejadian gizi lebih pada anak usia 6-24 bulan, sehingga dapat dijadikan sebagai pengembangan Ilmu Keperawatan Anak.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Anak Usia 6-24 Tahun

  2.1.1 Pengertian Anak Anak merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Usia balita, anak masih bergantung sepenuhnya dengan orang tua, misalnya untuk mandi, buang air kecil, buang air besar, makan dan minum. Sementara untuk proses berjalan dan komunikasi masih belum sempurna (Sutomo, 2010).

  Anak adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun, dimana umur 5 bulan berat badan naik 2 kali berat badan lahir dan berat badan naik 3 kali dari berat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4 kali pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan berat badan kurang lebih 2 kg per tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir (Soetjiningsih, 2014).

  Anak merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya, pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi serta menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,

  2.1.2 Karakteristik Anak.

  Menurut karakteristik, Anak terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1

  • – 3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2014). Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering. Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya.

  Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan. Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak mengalami gangguan status gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki. Septiari (2012) menyatakan karakteristik balita dibagi menjadi dua yaitu: 1) Anak usia 1-3 tahun

  Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak menerima makanan yang disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan usia balita lebih besar dari usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Perut yang lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih besar oleh sebab itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering. 2) Anak usia prasekolah (3-5 tahun)

  Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif. Anak sudah mulai memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak beraktivitas lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak makanan yang disediakan orang tuanya.

2.2 Satus Gizi Anak

  Status gizi diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi sangat ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam kombinasi waktu yang tepat di tingkat sel tubuh agar berkembang dan yang diperlukan tubuh dan faktor yang menentukan besarnya kebutuhan, penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut (Triaswulan, 2012) Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2007). Tahapan pertumbuhan pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa paska neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan. Masa neonatus merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh, dan pada paska neonatus bayi akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Perry & Potter, 2005).

  Status gizi merupakan keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharan kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh.

  Kebutuhan bahan makanan pada setiap individu berbeda karena adanya variasi genetik yang akan mengakibatkan perbedaan dalam proses metabolisme. Sasaran yang dituju yaitu pertumbuhan yang optimal tanpa disertai oleh keadaan defisiensi gizi. Status gizi yang baik akan turut berperan dalam pencegahan terjadinya berbagai penyakit, khususnya penyakit infeksi dan dalam tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal (Depkes RI, 2008). Menurut Notoatmodjo (2003), kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan anak balita. Oleh sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah melalui status gizi balita.

  Menurut Depkes (2010), pemeliharan status gizi anak sebaiknya :

  a. Dimulai sejak dalam kandungan. Ibu hamil dengan gizi yang baik, diharapkan akan melahirkan bayi dengan status gizi yang baik pula.

  b. Setelah lahir segera beri ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.

  c. Pemberian makanan pendampingan ASI (weaning food )bergizi, mulai usia 6 bulan secara bertahap sampai anak dapat menerima menu lengkap keluarga.

  d. Memperpanjang masa menyususi (prolog lactation) selama ibu dan bayi menghendaki.

  Anak memerlukan zat gizi untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kebutuhan gizi bayi lebih sedikit dari kebutuhan orang dewasa, namun jika dibandingkan per unit berat badan maka kebutuhan gizi bayi jauh lebih besar dari usia perkembangan lain. Makanan bergizi menjadi kebutuhan utama bayi pada proses tumbuh kembangnya, sehingga kelengkapan unsur pada gizi hendaknya perlu diperhatikan dalam makanan sehari

  • – hari yang dikonsumsi bayi (Sulistyoningsih, 2011)

  Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi.Pada masa bayi, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi.Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan dalam ukuran fisik tubuh berkaitan dengan suatu peningkatan dalam jumlah atau ukuran sel (Supariasa, 2002).

  Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan, bila anak mendapat gizi yang baik adalah berkisar antara : a. 700

  • – 1000 gram/ bulan pada triwulan I

  b. 500 -600 gram/ bulan pada triwulan II

  c. 350

  • – 450 gram/ bulan pada triwulan III

  d. 250

  • – 350 gram/ bulan pada triwulan IV Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh sejumlah faktor diantaranya adalah nutrisi yang tidak hanya pada pasca natal tetapi juga pada saat pra dan perinatal. Bayi cukup bulan biasanya akan memiliki berat badan 2 kali berat badan lahir pada usia 4 sampai 5 bulan dan 3 kali lipat pada usia 1 tahun. Kebanyakan bayi baru lahir akan kehilangan 5 % sampai 10 % berat badannya selama beberapa hari pertama kehidupannya karena urine, tinja, dan cairan diekskresi melalui paru
  • – paru dan karena asupan bayi sedikit. Bayi cukup bulan akan memperoleh berat badannya seperti semula dalam waktu 10 hari (Bobak, 2005).

  2.2.1 Penelitian status gizi Menurut (Supariasa, 2001), pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.

  2.2.2 Penilaian status gizi secara langsung Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2001).

  2.2.3 Penilaian status gizi secara tidak langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

  a. Survei konsumsi makanan merupakan metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

  b. Statistik vital merupakan pengukuran dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian bedasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu.

  c. Faktor ekologi digunakan untuk mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya (Hidayat, 2008).

  2.2.4 Status Gizi Bedasarkan Antropometri Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode antropometri, sebagai cara untuk menilai status gizi.

  Antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Keunggulan antropometri antara lain alat yang digunakan mudah didapatkan dan digunakan, pengukuran dapat dilakukan berulang- ulang dengan mudah dan objektif, biaya relatif murah, hasilnya mudah disimpulkan, dan secara ilmiah diakui keberadaannya (Supariasa, 2001).

  2.2.5 Parameter Antropometri Supariasa (2002) menyatakan bahwa antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain:

  1. Umur Faktor umur sangat penting dalam penetuan status gizi.

  Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.

  2. Berat Badan Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir

  (neonates) . Pada masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan

  untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi.Berat badan merupakan pilihan utama karena parameter yang paling status gizi sekarang.Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin (Nursalam, 2005).

  3. Tinggi badan Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua terpenting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan. Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukuran tinggi mikrotoa (microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 (Supariasa, 2002).

  2.2.6 Indeks Antropometri Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks

  Antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dalam penelitian ini digunakan (BB/U) (Sudariyati, 2005).

1. Berat Badan menurut Umur (BB/U)

  Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.Berat badan merupakan parameter antopometri yang sangat labil.(Hidayat, 2008).

  Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.

  Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Supariasa, 2001).

  Kelebihan indeks BB/U antara lain lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis, sangat sensitif terhadap perubahan- perubahan kecil, dan dapat mendeteksi kegemukan. Kelemahan indeks BB/U adalah dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun acites, memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia 5 tahun, sering terjadi kesalahan pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan (Hidayat,

2. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

  Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal.Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Bedasarkan karakteristik tersebut di atas, maka indeks ini menggambarkan konsumsi protein masa lalu (Supariasa, 2002). Kelebihan indeks TB/U:

  a) Baik untuk menilai status gizi masa lampau

  b) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawa.

  Status gizi dapat diperoleh dengan pemeriksaan antopometri. Indikator yang digunakan berdasarkan Depkes (2010) adalah (BB/U), (TB/U), (BB/TB), (IMT/U) klasifikasi status gizi berat badan per umur (BB/U) adalah sebagai berikut : a) sangat gemuk > (+3SD),

  b) gemuk> (+2SD),

  c) normal (+ 2SD- (-2 SD),

  d) kurus< (-2 SD)

  2.2.7 Faktor-faktor yang berhubungan dengan status Gizi Menurut perry dan potter (2005) factor yang mempegaruhi status gizi antara lain :

  1) Tempat tinggal atau Lingkungan fisik Balita yang tinggal di tempat yang udaranya segar (cukup oksigen) dapat melakukan proses pembakaran yang lebih baik di bandingkan dengan balita yang tinggal ditempat yang udaranya penuh dengan polusi. Demikian pula apabila, suhu panas / dingin dan tidak terlalu lembab / kering akan mempengaruhi proses metabolisme tubuh secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan berat badan pada balita. 2) Faktor genetik

  Factor genetic di tentuka oleh pembawa faktor keturunan (gen) yang terdapat dalam sel tubuh. Gen akan di wariskan orang tua pada keturunannya. Orang tua yang bertubuh besar akan akan mempunyai anak yang posturnya menyerupai dirinya sebaliknya orang tua yang bertubuh kecil akan memiliki anak yag tubuhnya relative kecil. Hal ini di sebabkan oleh gen yang di turunkan orang tua kepada anaknya.

  3) Faktor Budaya Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan.

  4) Pendidikan Orangtua.

  Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang balita. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orangtua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara perawatan anak yang baik. 5) Status Ekonomi Sosial

  Tubuh balita atau anak yang di besarkan dalam kondisi social ekonomi yang kurang cenderung akan lebih kecil di bandingkan dengan balita-balita yang kondisi social ekoniminya cukup terjamin.

  6) Tingkat Kesehatan Orangtua Balita yang dilahirkan dari pasangan suami istri yang sehat dan senantiasa dijaga kesehatannya, akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik atau normal. Namun bagi balita yang memiliki penyakit bawaan dari orang tua nya atau sedang sakit maka gizi yang di makannya akan digunakan terlebih dahulu untuk mengatasi berbagai penyakit tadi. Kemudian sisanya baru digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangannya sehingga balita tertentu terhambat dalam peningkatan berat badannya/ tumbuh kembangnya.

2.3 Konsep Penyapihan

  2.3.1 Definisi Penyapihan Penyapihan adalah suatu proses berhentinya masa menyususi secara berangsur-angsur atau sekaligus. Proses tersebut dapat disebabkan oleh berhentinya sang anak dari menyusu pada ibunya atau bisa juga berhentinya sang ibu untuk menyusui anaknya atau bisa juga berhentinya sang ibu untuk menyusui anaknya ( Nugroho, 2011).

  Berhenti menyusui berarti mengakhiri sebuah relasi yang sangat khusus antara seorang ibu dengan bayinya (Jane Moody,2006 : 215).

  Anda mungkin mengakhirimya tidak lama sesudah Anda mencoba dan menemukan banyak kesulitan atau memutuskan bahwa menyusui bukanlah untuk Anda. Terlepas dari berapa lama Anda telah menyusui, tidak diragukan bahwa telah tercipta suatu ikatan yang unik. Pengalaman menyusui juga mendatangkan imbalan lain, misalnya perasaan puas dan sukses, serta meningkatkan percaya diri.

  Jadi , tidak mengherankan jika perasaan Anda campur baur saat mengakhiri tahapan ini dan masuk ke dalam tahap baru kehidupan bayi, seperti yang dialami oleh para ibu.

  2.3.2 Penyebab Penyapihan

  a) Faktor Ibu

  1. Pekerjaan Kegiatan menyusui bagi sebagian anak merupakan pekerjaan yang menyita waktu, sehingga hanya punya waktu berduaan dengan anak saat menyusui. Tetapi bagi seorang ibu yang sibuk bekerja yang berpengaruh pada kurangnya wkatu dalam menyusui anak cenderung akan cepat melakukan penyapihan lebih awal. Kesibukan pada ibu yang sedang menyusui akan lebih cepat melakukan penyapihan lebih dini dengan alasan untuk mempermudah sang ibu dalam bekerja serta tidak adanya waktu menyusui.

  2. Pengetahuan ibu Penegtahuan seorang ibu tentang ASI dan waktu yang tepat untuk menyapih anaknya akan berpengaruh pada perilaku dalam penyapihan nantinya. Peningkatan jumlah wanita menyusui biasanya berpengaruh oleh gencarnya para tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan secara terus menerus di setiap kegiatan ibu-ibu misalnya di acara Posyandu, kegiatan PKK. Pada ibu yang mempunyai pengetahuan baik tentang manfaat ASI selama 2 tahun bagi anak, dimungkinkan akan mempengaruhi waktu penyapihan pada anaknya.

  3. Status kesehatan ibu Status kesehatan ibu berpengaruh pada penyapihan seorang anak, dimana seorang ibu yang sakit cencerung kesulitan memberikan ASI saja serta kualitas ASI yang berkurang, terpaksa sang ibu akan memberikan makanan selain ASI, atau jika perlu dilakukan penyapihan secepatanya.

  b) Faktor Anak

  1. Status gizi anak Penilaian status gizi antropometri yaitu pengukuran keadaan fisik dan komposisi tubuh pada umur dan tingkat gizi yang baik. Baku antropometri yang digunakan NCHS atau National Center of Health Statistic USA adalah grafik perbandingan yang merupakan data baru yang dikatakan sesuai dengan perkembangan zaman (Depkes, 2011). Hasil pengukuran berat badan berdasarkan hasil dari NCHS (1) diatas normal: (>120 %), (2) normal (80%-120%), (3) kurang normal (70%-79,9%).

  2. Anak dalam keadaan sakit Keadaan kesehatan anak yang mengalami sakit cenderung akan mempengaruhi keadaan fisik sang anak, dimana sang anak yang menderita sakit terkadang mempunyai nafsu makan yang kurang serta membutuhkan nutrisi lebih, maka jalan satu-satunya dengan pemberian makanan selain ASI. Keadan kesehatan anak yang sedang sakit terkadang menjadi alasan ibu untuk melakukan penyapihan dini, hal ini dimungkinkan karena keadaan anak yang rewel dan mempunyai nafsu makan yang berkurang.

  3. Sedang tumbuh gigi Sebagian besar seorang anak telah tumbuh gigi pada usia 6 bulan, biasanya anak mengalami panas karena gigi yang tumbuh. Disisi lain dengan tumbuhnya gigi akan mempengaruhi putting susu ibu akan menjadi sasaran untuk digigit oleh anak. Dengan tumbuhnya gigi pada anak dapat menjadi alasan ibu melakukan penyapihan, Karena pada saat menyusu terkadang menggigit dan mebuat ibu menjadi tidak sabar untuk secepatnya melakukan penyapihan.

  c) Faktor Sikap

  1. Pengalaman pribadi Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya pendidikan yang tinggi, pengalaman yang sesuai dengan umur yang semakin bertambah. Perlu diperhatuikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar, maka perlu berfikir kritis dan logis (Notoatmodjo,2013). Begitu pula dengan penyapihan maka perlu pemikiran yang kritis dan logis.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU DALAM PELAKSANAAN SENAM HAMIL (Studi Di Desa Jombang, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 12

HUBUNGAN FREKUENSI BABY SPA DENGAN KUALITAS TIDUR BAYI USIA 3-12 BULAN (Di BPM Ny. Farochah Kalami, SST Desa Pulo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 114

HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA USIA PREMENOPAUSE TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS (Di Dusun Bareng Desa Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 147

HUBUNGAN RESPON SPIRITUAL DENGAN DERAJAT KESEHATAN LANSIA (Studi di Posyandu lansia Dusun Gedangan Desa Ngudirejo, Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 3 128

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT (Studi di Dusun Mojosongo Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 108

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA USIA 60-74 TAHUN (Di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 2 104

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP KELUARGA TENTANG PERAWATAN Activities Daily Living (ADL) (Di Dusun Candimulyo, Desa candimuyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP KELUARGA TENTANG PERAWATAN Activities Daily Living (ADL) (Di Dusun Candimulyo, Desa candimuyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 3 114

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN TERJADINYA DEMENSIA PADA LANSIA (Di Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 2 101

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN TERJADINYA DEMENSIA PADA LANSIA (Di Dusun Candimulyo, Desa Candimulyo, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 7