HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA USIA 60-74 TAHUN (Di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

  

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA

LANSIA USIA 60-74 TAHUN

(Studi di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang)

  

Disusun Oleh:

TRY YULI ANGGARA

13.321.0052

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

  

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2017

  

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA

LANSIA USIA 60-74 TAHUN (Studi di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang) SKRIPSI

  Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi S1 Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

TRY YULI ANGGARA 13.321.0052 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

  iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  Penulis bernama Try Yuli Anggara, dilahirkan di Kabupaten Madiun pada

tanggal 12 Agustus 1995, penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari

pasangan Bapak Sukarno dan Ibu Suminem. Memiliki kakak Perempuan dan kakak laki-

laki bernama Sulis Setyani dan Joko Susanto.

  Pendidikan yang ditempuh penulis mulai dari Taman Kanak-kanak Dharma

Wanita Bagi 01, pada tahun 2007 penulis lulus dari SD Negeri Bagi 03, pada tahun 2010

penulis lulus dari SMP Negeri 1 balerejo Kabupaten Madiun, pada tahun 2013 penulis

lulus dari MA Negeri 1 Kota Madiun. Dan pada tahun 2013 penulis lulus seleksi masuk

STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur PMDK. Penulis memilih

program studi S1 Keperawatan dari lima pilihan program studi yang ada di STIKes

“ICMe” Jombang.

  Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar - benarnya.

  Jombang, 2017 Try Yuli Anggara 13.321.0052

  

PERSEMBAHAN

  Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya yang telah memberi kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai sesuai dengan yang dijadwalkan. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan. Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

  1. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Sukarno dan Ibu Suminem yang telah memberikan do’a yang tidak ternilai harganya. Terimakasih untuk doa yang boleh jadi doa itu telah membuka kunci-kunci kesempatan, menjauhkan bala dan marabahaya, menyingkirkan hambatan atau mengangkat beban dipundak kita. Terimakasih untuk kasih sayang yang tak terhingga, semangat, nasehat dan dukungan yang tiada henti sehingga penulis semakin semangat untuk meraih cita-cita dan masa depan yang lebih baik.

  2. Kakak pertama Sulis Setyani dan kakak kedua Alm.Joko Susanto yang telah mendoakan dan memberi support baik secara mental maupun finansial.

  3. Penguji utama Bapak Dr.H.M. Zainul Arifin,M.Kes dan kedua dosen pembimbing Ibu Endang Y,S.Kep.,Ns.,M.Kes dan Bapak Baderi, S.Kom.,MM yang telah membimbing dengan baik, sabar dan sangat teliti.

  4. Seluruh dosen S-1 Keperawatan terima kasih atas semua ilmu, nasehat serta motivasi yang telah diberikan semoga bermanfaat.

  5. Kepala Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian dan membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

  6. Seluruh teman-teman seperjuangan S-1 Keperawatan angkatan 2013 STIKes Insan Cendekia Medika Jombang yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

  Semoga kesuksesan selalu menyertai kita.

7. Partner belajar, partner bertukar pikiran, dan partner hati saudara Septa Prananca Putra terimakasih telah memberikan do’a dan semangat.

  8. Seluruh Civitas Akademik Insan Cendekia Medika Jombang terimakasih banyak telah menjadi bagian dari cerita selama kuliah.

  

MOTTO

“Jangan pernah menyerah sekalipun itu sulit. Tetap semangat, ikhtiar dan tawakal.

  InsyaAllah segala proses yang kita lalui akan menemukan hasil yang kita inginkan. “

Try Yuli Anggara

iii

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia

  • –Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kejadian Depresi Pada LansiaUsia 60-74 Tahun (Studi di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang) “ ini dengan sebaik-baiknya.

  Dalam penyusunan proposal ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat H.Bambang Tutuko S.H.,S.Kep.,Ns.,M.H. selaku ketua STIKes

  ICMe Jombang, Ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns,.M.Kep.selaku Kaprodi S1 Keperawatan, Ibu Endang Y,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta motivasi kepada penulis sehingga terselesaikannya proposal ini, Bapak Baderi S.Kom.,MM selaku pembimbing II yang telah rela meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya demi terselesaikannya proposal ini, Kepala Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang yang telah memberikan ijin penelitian. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil selama menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang hingga terselesaikannya proposal ini, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan bantuannya dalam penyusunan proposal ini, dan teman-teman yang ikut serta memberikan saran dan kritik sehingga penelitian ini dapat terselesaikan tepat waktu.

  Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, Amin.

  Jombang, Mei 2017 Penulis

  

ABSTRAK

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA

LANSIA USIA 60-74 TAHUN

(Di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang)

  

Oleh:

TRY YULI ANGGARA

  Orang yang berusia lanjut akan menjadi sangat rentan terhadap gangguan kesehatan, termasuk depresi yang disebabkan oleh stres dalam menghadapi perubahan-perubahan kehidupan yang berhubungan dengan apa yang disebut sebagai tahun emas. Perubahan kehidupan yang dimaksud antara lain adalah pensiun, penyakit atau ketidakmampuan fisik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan kejadian depresi pada Lansia usia 60-74 tahun di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

  Desain penelitian ini adalah Analitik korelasional dengan metode cross

  

sectional. Populasinya Semua lansia di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan

  Diwek Kabupaten Jombang sejumlah 36 orang. Tehnik sampling menggunakan

  

Simple random sampling dengan sampelnya sejumlah 42 orang. Instrumen

  penelitian menggunakan lembar kuesioner dengan pengolahan data editing, dan uji statistik menggunakan uji rank spearman.

  coding, scoring, tabulating

  Hasil penelitian hampir dari setengah responden (47,2%) dukungan keluarga baik sejumlah 17 orang, sebagian besar responden (66,7%) adalah tidak depresi sejumlah 24 orang. Uji rank spearman menunjukkan bahwa nilai signifikansi p = 0,000 <  (0,05), sehingga H ditolak.

  Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan dukungan sosial keluarga dengan kejadian depresi pada Lansia usia 60-74 tahun di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Dapat memberikan edukasi dan informasi yang adekuat bagi lansia dan keluarga seperti, gaya hidup, pola kehidupan dan cara adaptasi sehari-hari, kekuatan kepribadian dan minat.

  Kata Kunci : Dukungan sosial keluarga, depresi, lansia

  

ABSTRACT

RELATIONSHIP OF SOCIAL SUPPORT FAMILY WITH DEPRESSION EVENTS IN

ELDERLY AGE 60-74 YEARS

(In Dusun Bandung Village Bandung District Diwek Jombang)

  

By:

TRY YULI ANGGARA

  The elderly will be particularly vulnerable to health problems, including depression caused by stress in the face of life changes associated with the so- called golden years. Changes in life in question include retirement, illness or physical disability. The purpose of this study was to determine the relationship of family social support with the incidence of depression in the elderly aged 60-74 years in Bandung Village Bandung Village District Diwek Jombang.

  The design of this research is correlational analysis with cross sectional method. Population All elderly in Dusun Bandung Village Bandung District Diwek Jombang a number of 36 people. The sampling technique used Simple random sampling with a sample of 42 people. The research instrument used questionnaires with data processing editing, coding, scoring, tabulating and statistical test using spearman rank test.

  The result of research almost half of the respondents (47,2%) support good family of 17 people, most of respondent (66,7%) is not depressed counted 24 people. Spearman rank test shows that the significance value p = 0,000 <  (0,05), so H0 is rejected.

  This study can be concluded that the relationship of family social support with the incidence of depression in the elderly aged 60-74 years in Bandung Village Bandung Village District Diwek Jombang. Can provide adequate education and information for elderly and families such as, lifestyle, lifestyle and everyday adaptation, personality and interests.

  Keywords: Family social support, depression, elderly

  

DAFTAR GAMBAR

No. Daftar Gambar Halaman 3.1 Kerangka konseptual .............................................................................................

  26 .......................................................................................................

  4.1 Kerangka kerja

  30

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Lembar Permohonan Menjadi Responden

  2. Lembar Pernyataan Menjadi Responden

  3. Kuesioner

  4. Lembar Pernyataan Dari Perpustakanan

  5. Lembar Surat Studi Pendahuluan

  6. Lembar Surat Balasan

  7. Lembar Tabulasi Dukungan Sosial

  8. Lembar Tabulasi Depresi

  9. Lembar Uji Validitas

  10. Lembar Uji Reabilitas

  11. Lembar Jadwal Penelitian

  12. Lembar Konsultasi

  13. Lembar Pernyataan Keaslian (Bebas Plagiat)

DAFTAR LAMBANG

  1. H1/Ha : hipotesis alternatif 2. % : prosentase 3.  : alfa (tingkat signifikansi)

  4. K : Subjek 5. X : perlakuan

  6. N: jumlah populasi 7. n: jumlah sampel

  8. S: total sampel 9. >: lebih besar 10. < : lebih kecil

DAFTAR SINGKATAN

  STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

  ICMe : Insan Cendekia Medika

  GDS

  : Geriatic Depression Scale

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Menurut WHO usia harapan hidup orang di dunia pada tahun 2013 meningkat menjadi 71 tahun. Semakin meningkatnya usia harapan hidup tentunya mempunyai dampak lebih banyak terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Banyak orang takut memasuki masa lanjut usia, karena asumsi mereka lansia itu adalah tidak berguna, lemah, tidak punya semangat hidup, penyakitan, pelupa, pikun, tidak diperhatikan oleh keluarga dan masyarakat, menjadi beban orang lain, maka dari itu sebagian orang sudah merasa depresi karena tidak tahu kehidupan macam apa yang dihadapi (Wirakusuma, 2011). Orang yang berusia lanjut akan menjadi sangat rentan terhadap gangguan kesehatan, termasuk depresi yang disebabkan oleh stres dalam menghadapi perubahan-perubahan kehidupan yang berhubungan dengan apa yang disebut sebagai tahun emas. Perubahan kehidupan yang dimaksud antara lain adalah pensiun, penyakit atau ketidakmampuan fisik (Nevid, 2011).

  Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Data WHO pada tahun 2009 menunjukan lansia berjumlah 7,49% dari total populasi, tahun 2011 menjadi 7,69% dan pada tahun 2013 didapatkan proporsi lansia sebesar 8,1% dari total populasi (WHO, 2015).

  Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 jumlah Lansia (Lansia) di Jawa Timur mencapai 4.209.817 jiwa atau (11,14%) dari jumlah penduduk di Jatim yang tercatat 37.794.003 jiwa. Di Jawa Timur angka kejadian depresi pada lansia mencapai 7,18%, depresi menjadi salah satu problem gangguan mental yang sering ditemukan pada lansia (Kaplan, 2010). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang pada tahun 2016 didapatkan bahwa data jumlah lansia sejumlah 182.096 orang, (Dinas Kesehatan Jombang, 2016). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Bandung, Kecamatan Diwek Kabupaten jombang diketahui 10 lansia yang diteliti menggunakan kuisioner Geriatric Depression Scale berjumlah 15 pertanyaan, terdapat 6 lansia mengalami depresi dan 4 lansia tidak mengalami depresi (normal).

  Secara umum kemunduran fisiologis yang terjadi pada lansia baik secara fisik maupun mental menyebabkan lansia kurang peka terhadap berbagai rangsangan baik internal maupun eksternal sehingga seorang usia tua rentan mengalami gangguan mental seperti depresi. Seseorang yang mengalami depresi dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada kondisi fisiknya. Keluhan yang sering dirasakan pada seseorang yang mengalami depresi adalah pemarah, pemurung, cemas, gelisah, sedih, depresi, pesimis, menangis, mood atau suasana hati sering berubah-ubah, harga diri menurun atau merasa tidak aman, mudah tersinggung, mudah menyerah pada orang dan mempunyai sikap bermusuhan, mimpi buruk, serta mengalami gangguan konsentrasi dan daya ingat (Hawari, 2011). Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta resiko bunuh diri. Depresi dapat menjadi masalah yang kronik dan berulang yang akan berdampak seorang lansia tidak mampu untuk mengurus diri sendiri, selain itu depresi juga dapat mengarah pada tindakan bunuh diri. (Wiguna, 2010).

  Depresi pada lansia dapat dicegah dengan adanya dukungan keluarga, dukungan keluarga merupakan gabungan antara sikap dan penerimaan yang dapat membantu usia tua menghadapi masalah. Ada beberapa bentuk dari dukungan keluarga seperti dukungan informasi, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional (Wiguna, 2010). Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk dari terapi keluarga yang dapat diberikan pada lansia yang mengalami depresi, melalui keluarga berbagai masalah-masalah kesehatan muncul sekaligus dapat diatasi. Jadi dengan adanya dukungan keluarga yang mempunyai ikatan emosional setidaknya akan memberikan kekuatan pada lansia untuk menjalani hari tua yang lebih baik, karena itu perlu dukungan dari berbagai pihak, mulai dari instansi pemerintah hingga tingkatan keluarga untuk ikut peduli terhadap kehidupan lansia baik melalui posyandu lansia, meningkatkan peran lansia dalam organisasi, pembinaan hubungan antargenerasi, maupun pelatihan keterampilan bagi para lansia (Amareta, 2012).

  Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ”Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kejadian Depresi pada Lansia Usia 60-74 Tahun di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang”.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian dari latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah ada Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kejadian Depresi pada Lansia Usia 60-74 Tahun di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang tahun 2017?”

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan umum Menganalisis hubungan dukungan sosial keluarga dengan kejadian depresi pada Lansia usia 60-74 tahun di Dusun Bandung Desa Bandung

  Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

  1.3.2 Tujuan khusus

  a. Mengidentifikasi dukungan sosial keluarga di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

  b. Mengidentifikasi kejadian depresi pada lansia usia 60-74 tahun di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

  c. Menganalisis hubungan dukungan sosial keluarga dengan kejadian depresi pada Lansia usia 60-74 tahun di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

  1.4 Manfaat Penelitian

  1.4.1 Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi institusi, selain itu dapat dijadikan sebagai pengalaman serta ketrampilan lapangan dalam melakukan penelitian khususnya yang berhubungan dukungan sosial keluarga pada lansia yang mengalami depresi dan diharapkan dapat dijadikan data awal penelitian berikutnya mengenai dukungan sosial keluarga dengan tingkat depresi pada lansia.

  1.4.2 Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi tempat penelitian mengenai pemberian dukungan sosial keluarga kepada lansia yang mengalami depresi dan responden bisa merespon dan bertindak positif dalam mengatasi depresi pada lansia.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar lansia

  2.1.1 Pengertian Lansia Menurut (Bandiyah, 2009) usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya.

  Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu (WHO, 2009).

  2.1.2 Batasan - Batasan Lansia WHO mengelompokkan lansia menjadi 4 kelompok yang meliputi:

  1. Usia pertengahan (Midle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun

  2. Lanjut usia (Elderly) ialah antara 60 dan 74 tahun

  3. Lanjut usia tua(Old) ialah antara 75 dan 90 tahun 4. Usia sangat tua (Very old) ialah usia diatas 90 tahun (Bandiyah, 2009).

  Menurut Prof Dr. Ny Sumiati Ahmad Mohamad, membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut : 1. 0-1 tahun = masaa bayi. 2. 1-6 tahun = masa pra sekolah. 3. 6-10 tahun = masa sekolah 4. 10-20 tahun = masa pubertas.

  5. 40-65 tahun = masa setengah umur (prasenium)

  

24

  6. 65 tahun ke atas = masa lanjut usia(senium) (Bandiyah, 2009).

  Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang dikutip oleh Suardiman (2011), sebagai berikut:

  Dalam pasal 1 ayat 2 Undang-undang No. 13 Tahun 1998 tersebut dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas.

  Berdasarkan beberapa teori diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa batasan lanjut usia (khususnya secara umum di Indonesia) dapat dimulai dari usia kronologis setelah dewasa akhir, yang dimulai dari usia 60 tahun.

  Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) mengelompokkan lansia menjadi tiga, yaitu : a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun) b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun) c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia 65- 74 tahun)

  2.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan

  ketuaan

  Menurut Bandiyah (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi adalah

  1. Keturunan

  2. Nutrisi

  3. Status kesehatan

  4. Pengalaman hidup

  5. Lingkungan

  6. Stress

  2.1.4 Perubahan - Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

  1. Sel a. Lebih sedikit jumlahnya.

  b. Lebih besar ukurannya.

  c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.

  d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal dan darah dan hati.

  e. Jumlah sel otak menurun.

  f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

  g. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.

  2. Sistem pernafasan

  a. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya).

  b. Cepat menurunnya hubungan persyarafan.

  c. Lembar dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.

  d. Mengecilnya saraf panca indra.

  e. Mengurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium dan perasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

  f. Kurang sensitive terhadap sentuhan.

  3. Sistem pendengaran

  a. Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi atau suara-suara nada-nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengeri kata-kata 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.

  b. Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

  c. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.

  4. Sistem penglihatan a. Stringter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

  Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

  b. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan.

  c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan sudah melihat dalam cahaya gelap.

  d. Hilangnya daya akomodasi.

  e. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandanganya.

  f. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala. (Bandiyah, 2009).

  Menurut Hurlock (2010) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu:

  1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.

  2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.

  3. Menua membutuhkan perubahan peran Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.

  4. Penyesuaian yang buruk pada lansia Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk

  2.1.6 Proses Menua

  1. Definisi Menua adalah proses suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toddler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini di mulai baik secara biologis maupun psikologis (Padila, 2013)..

  Aspek Fisiologik dan Patologik Akibat Proses Menua 2.

  Perubahan akibat proses menua dan usia biologis, dengan makin lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan fungsional atas organ-organnya makin besar. Peneliti Andres dan Tobin (seperti di kutip oleh Kane) mengintroduksi Hukum 1% yang menyatakan bahwa fungsi organ-organ akan menurun sebanyak satu persen setiap tahunnya setelah usia 30 tahun walaupun penelitian oleh Svanborg menyatakan bahwa penurunan tersebut tidak sedramatis seperti di atas, tetapi memang terdapat penurunan yang fungsional dan nyata setelah usia 70 tahun. Sebenarnya lebih tepat bila dikatakan bahwa penurunan anatomik dan fungsi organ tersebut tidak dikaitkan dengan umur kronologik melainkan dengan umur biologiknya. Dapat disimpulkan, mungkin seseorang dengan usia kronologik baru 55 tahun sudah menunjukkan berbagai penurunan anatomik dan fungsional yang nyata akibat umur biologiknya yang sudah lanjut sebagai akibat tidak baiknya faktor nutrisi, pemeliharaan kesehatan, dan kurangnya aktivitas. Penurunan anatomik dan fungsional dari organ-organ tersebut akan menyebabkan lebih mudah timbulnya penyakit pada organ tersebut. Batas antara penurunan fungsional dan penyakit seringkali para ahli lebih suka menyebutnya sebagai suatu perburukan gradual yang manifestasinya pada organ tergantung pada ambang batas tertentu dari organ tersebut dan pada dasarnya tergantung atas: derajat kecepatan terjadinya perburukan atau deteriorisasi, tingkat tampilan organ yang dibutuhkan Pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pada seorang lanjut usia, perbedaan penting dengan perkataan lain: pertanda penuaan adalah bukan pada tampilan organ atau organisme saat istrahat, akan tetapi bagaimana organ atau organisme tersebut dapat beradaptasi terhadap stres dari luar (Kane, 2010). Sebagai contoh, seorang lansia mungkin masih menunjukkan nilai gula darah normal pada saat puasa, akan tetapi mungkin menunjukkan nilai gula darah normal pada saat puasa, akan tetapi mungkin menunjkkan nilai yang abnormal tinggi dengan pembebanan glukosa. Oleh karena itu pengguna tes darah 2 jam post pradial kurang memberikan arti ketimbang nilai gula darah puasa. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia kadang bekerja bersama-sama untuk menghasilkan nilai fungsional yang terlihat normal pada lansia. Sebagai contoh, walaupun filtrasi glomerulus dan aliran darah ginjal sudah menurun, banyak lansia menunjukkan nilai kreatinin serum dalam batas normal. Ini disebabkan karena masa otot bersih dan produksi kreatinin yang sudah menurun pada usia lanjut. Oleh karena itu pada usia lanjut kreatinin serum tidak begitu tepat uuntuk dijadikan sebagai indikator fungsi ginjal dibanding dengan pada usia muda. Oleh karena fungsi ginjal sangat penting untuk menentukan berbagai hal (pemberian obat, nutrisi, dan prognosis penyakit), maka diperlukan cara lain untuk menentukan parameter fungsi ginjal. Pada lansia oleh karenanya dianjurkan memakai formula Cocroft-gault (Kane, 2010).

2.2 Depresi

  2.2.1 Definisi depresi Depresi adalah gangguan alam perasaan hati (mood) yang ditandai oleh kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sampai hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan menilai realitas (reality testing

  

ability / RTA masih baik), kepribadian tetap utuh (tidak ada splitting of

personality ), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari,

  2011).

  Depresi merupakan gangguan suasana perasaan yang menurun, dengan gejala utama berupa kesedihan. Gejala ini ternyata cukup banyak dijumpai dengan angka prevalensi 4-5 % populasi, dengan derajat gangguan bertaraf ringan, sedang, atau berat. Ditinjau dari aspek klinis, depresi dapat berdiri sendiri, merupakan gejala dari penyakit lain, mempunyai gejala fisik beragam, atau terjadi bersama dengan penyakit lain (komorbiditas), sehingga dapat menyulitkan penatalaksanaan (Sudiyanto, 2010).

  2.2.2 Epidemiologi Menurut Jain, 2004 dan Manning, 2003 (dalam Himawati, 2010) depresi adalah penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2020, depresi akan naik dari nomor empat menjadi nomor dua dibawah penyakit jantung iskemik sebagai penyebab disabilitas.

  Gangguan depresi berat merupakan kelainan umum dengan prevalensi sepanjang umur sekitar 15% dan sekitar 25% pada wanita. Insiden gangguan depresi berat sebesar 10% pada pasien rawat jalan dan 15% pada pasien rawat inap (Kaplan, Sadock, 2010).

  Menurut Andreasen, 2001 (dalam Himawati, 2010) usia rerata gangguan depresi berat sekitar 40 tahun, dimana sekitar 50% pasien berkisar antara 20-50 tahun. Inseden meningkat pada usia < 20 tahun.

  Gangguan depresi berat terjadi pada orang tanpa hubungan interpersonal dekat atau pada mereka yang tidak menikah atau yang cerai (Kaplan, Sadock, 2010).

  2.2.3 Penyebab depresi Faktor-faktor penyebab depresi menurut Durand & Barlow (2010) sebagai berikut, a. Dimensi Biologis

  Prevalensi keluarga yang memiliki anggota pernah mengalami depresi ada kemungkinan dialami oleh anggota keluarga yang lain.

  b. Dimensi Psikologis

  1. Peristiwa lingkungan yang stressfull

  2. Learned Helpnessless, orang menjadi cemas dan depresi ketika membuat atribusi bahwa mereka tidak memiliki kontrol atas stress dalam kehidupanya.

  3. Negative Cognitive Style, adanya pikiran negatif atas suatu fenomena yang sudah terpola atau menjadi gaya hidup.

  c. Dimensi Sosial Kultural Meliputi berbagai masalah sosial misalnya hubungan interpersonal, hubungan dengan keluarga, dukungan sosial dan pengaruh budaya setempat.

  Pada dasarnya faktor penyebab depresi dapat ditinjau dari berbagai segi baik fisik (biologis), psikologis, ataupun sosial (lingkungan/kultural) yang ketiganya tidak berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi terbentuknya depresi.

  2.2.4 Gejala Depresi Gejala depresi meliputi trias depresi, yang terdiri dari mood yang terdepresi, hilangnya minat dan kegembiraan, serta berkurangnya energi yang ditandai dengan keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas.

  Gejala tambahan lainnya meliputi :

  a. Konsentrasi dan perhatian berkurang

  b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

  c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna

  d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

  e. Gagasan dan perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

  f. Tidur terganngu

  g. Nafsu makan berkurang Tingkat depresi yang muncul merupakan gambaran dari banyaknya gejala trias depresi serta gejala tambahannya (Hawari, 2011).

  Ciri-ciri depresi menurut American Psychology Association-APA (2011):

  a. Mood yang depresi hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari. Dapat berupa mood yang mudah tersinggung.

  b. Penurunan kesenangan atau minat secara drastis dalam seluruh aktivitasnya

  c. Suatu kehilangan atau pertambahan berat badan yang signifikan (5% dari berat tubuh dalam sebulan) atau suatu peningkatan atau penurunan selera makan yang drastis.

  d. Agitasi yang berlebihan atau melambatnya respon gerakan hamper setiap hari. e. Perasaan lelah atau kehilangan energi setiap hari

  f. Perasaan berharga atau salah tempat ataupun rasa bersalah yang berlebihan hampir setiap hari g. Berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi atau berfikir jernih atau untuk membuat keputusan h. Pikiran yang muncul berulang tentang kematian atau bunuh diri.

  Depresi sebagai suatu diagnosa gangguan jiwa adalah suatu keadaan jiwa dengan ciri sedih, merasa sendirian, putus asa, rendah diri, disertai perlambatan psikomotorik, atau kadang malah agitasi, menarik diri dari hubungan sosial, dan terdapat gangguan vegetatif seperti anoreksia serta insomnia (Kaplan & Sadock, 2010).

  Orang yang rentan terkena depresi menurut Hawari (2011) biasanya mempunyai ciri-ciri:

  1. Pemurung, sukar untuk bisa merasa bahagia

  2. Pesimis menghadapi masa depan

  3. Memandang diri rendah

  4. Mudah merasa bersalah dan berdosa

  5. Mudah mengalah

  6. Enggan bicara

  7. Mudah merasa haru, sedih, dan menangis

  8. Gerakan lamban, Lemah, Lesu, Kurang energik

  9. Keluhan psikosomatik

  10. Mudah tegang, agitatif, gelisah

  11. Serba cemas, khawatir, dan takut

  12. Mudah tersinggung

  13. Tidak ada percaya diri

  14. Merasa tidak mampu, merasa tidak berguna

  15. Merasa selalu gagal dalam usaha, pekerjaan ataupun studi

  16. Suka menarik diri, pemalu, dan pendiam

  17. Lebih suka menyisih diri, tidak suka bergaul, pergaulan sosial amat 18. terbatas

  19. Lebih suka menjaga jarak, menghindar keterlibatan dengan orang

  20. Suka mencela, mengkritik, konvensional

  21. Sulit mengambil keputusan

  22. Tidak agresif, sikap oposisinya dalam bentuk pasif-agresif

  23. Pengendalian diri terlampau kuat, menekan dorongan/impuls diri

  24. Menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan

  25. Lebih senang berdamai untuk menghindari konflik atau konfrontasi 2.2.5 Tipe Depresi Kategorisasi depresi menurut Durand & Barlow (2010) berdasarkan berat tidaknya gangguan ada dua yaitu; a. Depresi berat disebut episode depresi mayor Ini adalah depresi yang paling sering didiagnosis dan paling berat.

  Mengindikasikan keadaan suasana ekstrem yang berlangsung paling tidak salama 2 minggu dan meliputi gejala-gejala kognitif (perasaan tidak berharga dan tidak pasti) dan fungsi fisik yang terganggu (seperti perubahan pola tidur, perubahan pola makan, dan berat badan yang signifikan atau kehilangan banyak energi). Episode ini biasanya disertai dengan hilangnya interes secara umum terhadap berbagai hal dan ketidakmampuan mengalami kesenangan apapun dalam hidup.

  b.

   Mania

  Periode kegirangan atau eforia eksesif yang tidak normal yang berhubungan pada beberapa gangguan suasana perasaan.

  c.

   Hypomanic Episode

  Versi episode hipomanik yang tidak begitu berat yang tidak menyebabkan terjadinya hendaya berat pada fungsi sosial atau okupasional. Episode manik tidak selalu bersifat problematik, tetapi memberikan kontribusi pada penetapan beberapa gangguan suasana perasaan d. Episode Manik Campuran

  Suatu kondisi di mana individu mengalami kegirangan dan depresi atau kecemasan di waktu yang sama. Juga dikenal dengan sebutan episode manik disforfik.

  2.2.4 Alat ukur derajat Depresi Tenaga kesehatan biasanya hanya memberikan tindakan sesuai dengan gejala fisik yang ditemukan, sehingga depresinya tidak mendapat penanganan yang tepat (Greenberg, 2010). Hal ini disebabkan ketidakmampuan tenaga kesehatan di tempat pelayanan primer melakukan penilaian terhadap depresi.

  Penilaian depresi pada lansia di tempat pelayanan primer hendaknya menggunakan alat ukur depresi yang sederhana tetapi handal.

  Depresi pada lansia memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga untuk menilai diperlukan instrument yang khusus. Secara umum dikenal beberapa alat ukur depresi antara : geriatric depression scale (GDS), the zung scale, Hamilton rating scale. Dari uji perbandingan yang dilakukan terhadap alat tersebut GDS memiliki tingkat prediksi positif terbaik. GDS sangat tepat digunakan untuk melakukan skrening depresi pada lansia di komunitas.

  Kuesioner penilaian depresi menggunakan geriatric depression scale dengan 15 pernyataan. Tiap jawaban benar diberikan nilai 1 dan jika salah diberi 0. Total skor yang diperoleh antara 0 sampai 15. Untuk kebutuhan uji bivariat skor akan dikelompokkan menjadi 3 kategori yakni nilai 0 artinya normal bila skor GDS yang didapat antara 0-5, skor 1 depresi sedang jika skor GDS yang diperoleh antara 6-10 dan skor 2 depresi berat, jika hasil GDS yang diperoleh yang diperoleh antara 11-15. Pengukuran depresi pada lansia (Greenberg, 2010).

  8 Secara umum saya menganggap hidup ini indah

  14 Saya merasa penuh semangat memandang suatu kegiatan

  13 Saya mengungkapkan perasaan yang sangat berharga

  12 Saya memiliki banyak masalah

  11 Saya lebih suka tinggal di rumah daripada keluar melakukan hal-hal yang baru

  10 Saya merasa paling bahagia minggu ini

  9 Saya merasa hidup ini bahagia

  7 Saya merasa tak berdaya

  No Pernyataan Ya Tidak

  6 Saya merasa akan terjadi sesuatu yang buruk

  5 Saya memiliki semangat yang berlebihan sepanjang waktu

  4 Saya merasa hidup membosankan

  3 Saya merasa hidup tak berarti

  2 Saya mengalami penurunan aktivitas dan minat

  1 Saya merasa hidup sangat memuaskan

  15 Saya merasa orang-orang disekitar saya baik Ya : skor 1 Tidak : skor 0

2.3 Dukungan Sosial Keluarga

  2.3.1 Pengertian dukungan sosial keluarga Menurut Friedman (1998) dalam Akhmadi (2009), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap keluarga yang sakit ataupun keluarga yang sehat. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

  Dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial (Setiadi, 2008).

  2.3.2 Bentuk Dukungan Sosial Keluarga Menurut Caplan (1964) dalam Akhmadi (2009) menjelaskan bahwa keluarga memiliki empat bentuk dukungan yaitu:

  1. Dukungan informasional Yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Bentuk dukungan yang diberikan oleh keluarga adalah dorongan semangat, pemberian nasehat atau mengawasi tentang pola makan sehari-hari atau pengobatan. Dukungan keluarga juga merupakan perasaan individu yang mendapat perhatian, disenangi, dihargai dan termasuk bagian dari masyarakat. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

  2. Dukungan penilaian atau penghargaan, Yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.

  3. Dukungan instrumental, Yaitu keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit.

  Mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong dengan pekerjaan waktu mengalami stress.

  4. Dukungan emosional Yaitu keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

  Misalnya umpan balik, penegasan.

  Menurut Friedman (1998) dalam Setiadi (2008) jenis dungkungan sosial keluarga ada empat, yaitu :

  1. Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit.

  2. Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar informasi).

  3. Dukungan penilaian, yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga.

  4. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

  2.3.3 Faktor

  • – Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Sosial Keluarga Menurut Kodriati (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga antara lain :

  a. Usia Dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia, dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan. Dengan demikian setiap rentang usia (bayi- lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.

  b. Jenis kelamin Pada wanita diketahui memiliki hubungan sosial yang lebih luas dan lebih erat dibandingkan dengan kaum pria. Secara teori jenis kelamin adalah sesuatu yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi atau merupakan identitas responden yang dapat digunakan untuk membedakan laki-laki dan perampuan (Kodriati, 2010).

  c. Tingkat pendidikan Menurut Ihsan (2010) dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai- nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan.

  Semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan akan mendapatkan dukungan sosial dari orang yang berada disekitarnya. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat (Kodriati, 2010).

  d. Status pernikahan Pernikahan akan memberikan keuntungan bagi kesehatan seseorang karena akan mendapatkan perhatian dari pasangannya. Penelitian membuktikan bahwa seseorang yang menikah hidupnya akan lama dari pada yang tidak menikah atau bercerai (Kodriati, 2010).

  e. Lamanya menderita Seseorang yang semakin lama menderita suatu penyakit ada kemungkinan dukungan sosial yang diterima semakin berkurang (Kodriati, 2010).

2.4 Konsep Keluarga

  2.4.1 Pengertian keluarga Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban satu orang dengan lainnya (Johnson, 2010).

  2.4.2 Struktur keluarga Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :

  a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

  b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

  c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

  d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

  e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembimbing keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri. (Johson, 2010).

  2.4.3 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan, antara lain:

  a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA (Di Posyandu Lansia Dusun Gedangan Desa Ngudirejo kecamatan Diwek Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 2 142

HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA USIA PREMENOPAUSE TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS (Di Dusun Bareng Desa Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 147

HUBUNGAN RESPON SPIRITUAL DENGAN DERAJAT KESEHATAN LANSIA (Studi di Posyandu lansia Dusun Gedangan Desa Ngudirejo, Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 3 128

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA (Di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 2 94

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET HIPERTENSI PADA LANSIA (Studi Di Dusun Mojongapit Desa Mojongapit Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

3 33 120

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA (Di Dukuh Kebunturi Desa Katur Gayam Bojonegoro) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 1 117

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIAPER RASH PADA BAYI (Di Desa Ngelele Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 2 117

PENGARUH PERAN IBU TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BALITA USIA 1-5 TAHUN (Di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 2 139

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT (Studi di Dusun Mojosongo Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 108

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI-HARI (Studi di Dusun Ngudirejo Desa Nguirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 94