PERUBAHAN POLITIK DI DESA: IMPLIKASI PENETRASI KAPITAL TERHADAP KEKUASAAN DI DESA DIWEK, KECAMATAN DIWEK, KABUPATEN JOMBANG Repository - UNAIR REPOSITORY

  

PERUBAHAN POLITIK DI DESA: IMPLIKASI PENETRASI KAPITAL TERHADAP

HUBUNGAN ELITE - MASSA DI DESA DIWEK, KECAMATAN DIWEK, KABUPATEN

JOMBANG

  Muhammad Yusron Romadhon

  Abstrak

Proses masuknya perusahaan di desa tidak bisa lepas dari kekuasaan yang ada di desa, dimana

kekuasaan ini ada dipegang elite-elite yang ada di desa. Penelitian ini membahas tentang

implikasi dari penetrasi kapital terhadap perubahan proses politik di Desa Diwek, Kecamatan

Diwek, Kabupaten Jombang. Studi ini menggunakan perspektif Keith R. Legg mengenai hubungan

elite massa patron-client. Data diperoleh melalui indepth interview dengan beberapa narasumber

yaitu mantan Kepala Desa Diwek, elite Desa Diwek, pihak PT Sejahtera Usaha Bersama, dan

masyarakat Desa Diwek. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pola hubungan elite massa di

Desa Diwek memiliki pola hubungan patron-client dimana sosok Kepala Desa menjadi patron

tunggal di Desa Diwek. Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa terjadi perubahan proses

politik di Desa Diwek dimana pengaruh yang dimiliki oleh Kepala Desa yang lama mulai

berkurang dan berpindah kepada Kepala Desa yang sekarang menjabat.

  Kata Kunci: Penetrasi Kapital, Desa, Elite, Kekuasaan, Teori Patron-client Abstract

The entry process of the company in the village can not be separated from the existing power in

the village, where this power is held by the elites in the village. This research discusses the

implications of capital penetration on changes in political processes in Diwek Village, Diwek Sub-

district, Jombang District. This research uses Keith R. Legg's perspective on the relationship of

patron-client mass elites. The data was obtained through indepth interviews with several

speakers, namely former Head of Diwek Village, Diwek Village elite, PT Sejahtera Usaha Bersama,

and Diwek Village community. The results of the research indicate show that the pattern of elite

mass relations in Diwek Village has patron-client relationship pattern where the figure of the

Village Head becomes the sole patron in Diwek Village. The results also indicate that there was a

change in the political process in Diwek village where the influence of the old village head began

to decrease and move to the current village head.

  Keywords: Capital Penetration, Village, Elite, Power, Patron-client Theory

Mahasiswa Program Sarjana Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Airlangga. myusronr@gmail.com

  Pendahuluan

  Desa sampai saat ini masih dianggap sebagai daerah yang terbelakang dan tertinggal dibandingkan dengan kota. Padahal mayoritas dari penduduk Indonesia tinggal di pedesaan. Hal ini disebabkan karena banyak pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat hanya terkonsentrasi pada kota

  • – kota besar. Sejak masa Orde Baru dengan tujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi maka Pemerintah menetapkan kebijakan terbuka bagi masuknya modal asing. Dengan begitu maka banyak perusahaan-perusahaan yang menanamkan modalnya, tidak terkecuali di desa.

  Ekspansi modal ke desa memang berdampak sangat besar. Alih fungsi lahan menjadi sangat cepat terjadi dengan dalih pembangunan. Di pihak rakyat sendiri menghadapi tekanan yang sangat dilematis ketika mereka menolak untuk memberikan atau menjual lahannya maka mereka akan dianggap melawan dan menghampat proses pembangunan desa.

  Proses masuknya perusahaan-perusahaan swasta di desa tidak bisa lepas dari peran Pemerintahan Desa sebagai pemegang kekuasaan di Desa, karena itu Pemerintah Desa disini menjadi penghubung antara desa dengan perusahaan. Para elite ini adalah kelompok orang yang memiliki status sosial tinggi di desa tersebut yang terdiri dari Kepala Desa beserta orang-orang yang memegang jabatan struktural di Pemerintahan Desa; dan orang-orang yang diangap tokoh di desa tersebut. Dalam hal ini, para elite ini juga memiliki kepentingan di dalamnya, yaitu agar penetrasi kapital di desa ini tidak mengganggu kekuasaan para elite di desa dan agar bagaimana para elite ini masih bisa mengambil keuntungan dari adanya penetrasi kapital di desanya.

  Keberadaan PT Sejahtera Usaha Bersama di Desa Diwek, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang yang menjadi perhatian peneliti. Hadirnya perusahaan swasta di desa atau lebih dikenal dengan penetrasi kapital memberikan dampak terhadap pola hubungan antar elite di desa tersebut juga hubungan dengan perusahaan swasta yang ada di tersebut. Dalam awal berdirinya perusahaan di Desa Diwek, hampir tidak nampak permasalahan antara pihak perusahaan dengan elite Desa Diwek. Elite desa disini diwakili oleh Kepala Desa yang merupakan elite pemegang kekuasaan tertinggi di desa. Menarik untuk dilihat apakah elite yang ada di Desa Diwek mampu mengambil keuntungan dari keberadaan PT Sejahtera Usaha Bersama di Desa Diwek.

  Fenomena lain yang ada di masyarakat desa setelah hadirnya perusahaan swasta di desa adalah terjadi pergeseran patron yang ada pada masyarakat desa. Patron sendiri merupakan seseorang maupun kelompok yang dianggap oleh masyarakat memiliki pengaruh dan kekuasaan yang besar di lingkungannya. Sebelum terjadi liberalisasi desa dan maraknya perusahaan-perusahaan masuk di desa, sebagian besar masyarakat Desa Diwek memiliki mata pencaharian sebagai petani. Namun terjadi perubahan dimana masyarakat Desa Diwek mulai berpindah dari yang awalnya bekerja sebagai petani berganti bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta di desa tersebut. Dengan fakta seperti itu maka terjadi pula pergeseran patron pada diri masyarakat, dari yang semula tuan tanah sebagai patron berganti menjadi pimpinan perusahaan yang menjadi patron mereka.

  Ada beberapa kajian terdahulu yang membahas mengenai permasalahan aktivitas pertambangan. Pertama, penelitian dengan lokasi dan objek yang sama yaitu di Desa Diwek, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, namun dengan fokus masalah yang berbeda. Penelitian sebelumnya berbicara mengenai relasi antara kekuasaan dengan pembangunan di Desa Diwek (Nasoeka, 2014). Hasil penelitian menunjukkan distribusi kekuasaan yang tidak merata disebabkan oleh para elite yang mempunyai tujuan untuk memperlancar kepentingan elite di Desa Diwek. Hubungan elite Desa Diwek bersifat patronase terhadap beberapa para elite tetentu dan bersifat tradisional mampu mengarahkan semua tujuan-tujuan para elite di Desa tersebut dan juga menggiring opini masyarakat Desa agar mampu mengikuti kehendak elite yang ada Desa Diwek. Disparitas distribusi kekuasaan yang ada di Desa Diwek pun berdampak pada adanya disparitas alokasi ekonomi di Desa Diwek. Kedua, penelitian yang membahas tentang dampak penetrasi kapital di desa dengan studi kasus PT Sadhana Arif Putra di Desa Lamongrejo, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan (Brahmantya, 2014). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan yang berpola antara PT Sadhana Arif Nusa dengan masyarakat desa dapat memberikan dampak yang positif untuk kemajuan para petani tembakau dengan adanya program kemitraan yang dimiliki perusahaan.

  Selain itu, perubahan yang terjadi juga membawa dan memunculkan kekuatan politik baru yang dapat mempengaruhi demokratisasi di desa tersebut.

  Beberapa kasus mengenai permasalahan penetrasi kapital di desa dengan fokus dan objek penelitian yang berbeda, menjadikan penulis mencoba untuk melengkapi penelitian terdahulu dengan penelitian kali ini mengenai penetrasi kapital di desa dan kekuasaan di Desa Diwek, serta guna memperkaya kajian penelitian tentang penetrasi kapital di desa. Penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian

  • – penelitian terdahulu karena, fokus penelitian ini adalah mengenai bagaimana implikasi dari penetrasi kapital di Desa Diwek terhadap kekuasaan pola hubungan elite massa, serta
  • – membahas mengenai bagaimana penetrasi kapital di Desa Diwek mengubah proses proses politik yang ada di Desa Diwek. Sedangkan penelitian pertama memang berada pada lokasi yang sama namun memiliki fokus yang berbeda yaitu pada bagaimana kekuasaan yang ada di Desa Diwek mempengaruhi distribusi pembangunan di Desa Diwek. Pada penelitian kedua memiliki fokus kajian yang sama namun dengan lokasi yang berbeda, serta perbedaan pada subjek yang melakukan penetrasi kapital di Desa. Penelitian kedua dilakukan oleh PT Sadhana Arif Putra yang memiliki program kemitraan dengan para petani tembakau. Sedangkan pada penelitian ini, penetrasi kapital di desa dilakukan oleh PT Sejahtera Usaha Bersama yang dimana memiliki hubungan dengan elite desa pada awal proses pendirian perusahaan.

  Hasil dari penelitian yang penulis lakukan menjelaskan bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam pemilihan lokasi di Desa Diwek. Terdapat pula kesepakatan antara pihak perusahaan dengan pihak Desa dimana kesepakatan tersebut menguntungkan pihak desa. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pola hubungan elite massa di Desa Diwek memiliki pola hubungan patron-client dimana sosok Kepala Desa menjadi patron tunggal di Desa Diwek. Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa terjadi perubahan proses politik di Desa Diwek dimana pengaruh yang dimiliki oleh Kepala Desa yang lama mulai berkurang dan berpindah kepada Kepala Desa yang sekarang menjabat.

  Temuan dan Analisis

  Dipilihnya Desa Diwek sebagai lokasi pendirian pabrik oleh PT Sejahtera Usaha Bersama Pitu menjadikan penulis tertarik untuk mencari tahu bagaimana hubungan antara pihak Pemerintah Desa dengan PT Sejahtera Usaha Bersama pada masa awal proses berdirinya pabrik di Desa Diwek. Berdasarkan temuan data yang peneliti dapatkan, dalam upaya mendirikan pabrik di Desa Diwek perusahaan mendapatkan bantuan dari Kepala Desa Diwek. Saat PT Sejahtera Usaha Bersama hendak mendirikan pabrik di Desa Diwek yang sedang menjabat menjadi Kepala Desa adalah Kartijo. Kartijo lah yang memegang peran penting dalam keberhasilan PT Sejahtera Usaha Bersama mendirikan pabrik di Desa Diwek terutama dalam hal pembebasan lahan milik masyarakat desa. Selain itu ada banyak kesepakatan yang dicapai dengan pihak pemerintah Desa Diwek, salah satunya adalah terkait dengan masalah ketenagakerjaan. Namun kesepakatan ini bukanlah kesepakatan yang tertulis melainkan hanya kesepakatan lisan antara PT Sejahtera Usaha Bersama dengan Kartijo selaku Kepala Desa yang saat itu sedang menjabat.

  Di setiap masyarakat desa selalu terdapat seseorang maupun sekelompok orang yang dihormati, disegani, dan berkuasa di desa tersebut. Mereka itulah yang digolongkan sebagai elite. Menurut Koentjoroningrat (1983:141-142) dalam menentukan siapa saja yang termasuk dalam kelompok elite desa, bisa dengan cara membagi elite lokal desa menjadi dua yaitu elite formal dan elite informal. Elite formal adalah elite yang mempunyai komponen kekuasaan, yaitu kewibawaan, wewenang, kharisma, dan kekuasaan fisik (Kuncoro: 2013). Maka secara empirik, elite formal di Desa Diwek yaitu Abdul Chafid sebagai Kepala Desa beserta dengan para aparatusnya, yang memiliki wewenang dalam pembuatan kebijakan yang terkait dengan desa. Lalu elite informal adalah yang hanya memiliki tiga komponen kekuasaan, yaitu kewibawaan, kharisma, dan kekuasaan fisik, serta mempunyai pengaruh karena faktor kepribadiannya, namun tidak memiliki wewenang dalam hal pembuatan kebijakan desa. Maka yang termasuk ke dalam elite informal adalah seperti Kartijo sebagai mantan Kepala Desa Diwek yang pernah menjabat selama 17 tahun.

  Pola hubungan elite massa yang ada di Desa Diwek bersifat patron client. Elite memanfaatkan kepercayaan yang diberikan oleh massa, dan massa tidak menyadari hal tersebut karena terdapat imbalan yang telah diberikan oleh elite baik berupa imbalan materiil maupun non-materiil. Dan yang menjadi patron di Desa Diwek merupakan Kartijo, mantan Kepala Desa Diwek. Kartijo merupakan sosok yang memiliki kekuasaan paling besar di Desa Diwek. Pusat patron yang ada adalah Kepala Desa memiliki peran yang sangat besar. Oleh karena itu mengapa Kepala Desa diposisikan dalam posisi yg paling atas, diatas dari elite-elite pemerintah desa yang lain.

  Dalam kasus penetrasi kapital di desa, setiap perusahaan yang ingin mendirikan pabrik bisa mendirikan pabrik di desa tersebut karena bantuan dari Kepala Desa. Begitu pula dengan yang terjadi di Desa Diwek. Dalam upaya mendirikan pabrik di Desa Diwek perusahaan mendapatkan bantuan dari Kepala Desa Diwek. Saat PT Sejahtera Usaha Bersama hendak mendirikan pabrik di Desa Diwek yang sedang menjabat menjadi Kepala Desa adalah Kartijo. Kartijo lah yang memegang peran penting dalam keberhasilan PT Sejahtera Usaha Bersama mendirikan pabrik di Desa Diwek terutama dalam pembebasan lahan milik masyarakat desa.

  Disebut hubungan patron-klien dimana posisi patron adalah Kepala Desa dengan masyarakat berposisi sebagai klien. Jackson (1990: 206) mengungkapkan bahwa klien dengan jelas mengakui patron sebagai sekutu yang lebih unggul dalam hubungan dwitunggal. Melihat dari data yang telah diperoleh oleh peneliti menyimpulkan bahwa pola hubungan elite yang terdapat di Desa Diwek bersifat elite yang memerintah dimana hanya sosok Kepala Desa, yaitu Kartijo yang mampu mempengaruhi perangkat-perangkat desa di bawah kepemimpinannya dan juga mampu untuk mempengaruhi masyarakat. Jika dikorelasikan dengan teori patron-klien maka kedudukan Kepala Desa berada di puncak dibandingkan dari elite-elite pemerintahan desa yang lain karena tidak ada yang memiliki kekuasaan lagi sebesar kekuasaan yang dimiliki oleh Kepala Desa.

  Dengan dihormatinya sosok Kartijo oleh masyarakat desa maka perusahaan sangat terbantu sehingga cukup mudah bagi perusahaan untuk mendapatkan lahan di Desa Diwek. Bahkan meskipun Kartijo sudah tidak lagi menjabat sebagai Kepala Desa Diwek dan tidak memiliki jabatan apapun dalam struktur pemerintahan desa, pihak PT Sejahtera Usaha Bersama masih menggunakan sosok Kartijo untuk berfungsi sebagai jembatan penghubung jika ada urusan yang berhubungan dengan masyarakat Desa Diwek. Tidak hanya di Desa Diwek, pihak PT Sejahtera Usaha Bersama juga menggunakan sosok Kartijo dalam proses pendirian pabrik di Desa Pundong. Desa Pundong sendiri merupakan desa yang berbatasan langsung dengan Desa Diwek sehingga terdapat banyak warga Desa Pundong yang mengenal atau mengetahui sosok dari Kartijo.

  Kehadiran perusahaan di sebuah desa tidak bisa dilepaskan hubungan antara perusahaan tersebut dengan pemerintah desa yang bersangkutan. Pemerintah desa berfungsi sebagai jembatan penghubung antara pihak perusahaan dengan masyarakat desa. Hubungan antara perusahaan dengan pemerintah desa lebih sering terjadi hubungan antar elite yaitu hubungan antara elite perusahaan dengan elite desa. Dan hubungan komunikasi antar elite ini terkadang berkaitan tentang berbagai proses kebijakan yang berhubungan dengan desa. Terkadang semakin erat hubungan antara pemerintah desa dengan pihak perusahaan swasta yang ada di desa bisa mengakibatkan semakin besar pula kemungkinan adanya intervensi oleh perusahaan swasta terhadap berbagai proses politik yang ada di desa tersebut.

  Dalam kasus penetrasi kapital di Desa Diwek menurut pengamatan peneliti saat Kartijo masih menjabat sebagai Kepala Desa Diwek beliau nampaknya tidak ingin kalau pihak PT Sejahtera Usaha Bersama turut serta dalam proses politik di Desa Diwek.

  Kartijo meskipun saat masih menjabat sebagai Kepala Desa beliau juga berhubungan dengan pihak PT Sejahtera Usaha Bersama namun beliau tetap menjaga jarak dengan pihak perusahaan. Menjaga jarak disini memiliki artian bahwa Kartijo tidak membiarkan pihak perusahaan untuk mengintervensi kebijakan yang ada di desa.

  Menurut Kartijo hubungan antara perusahaan dengan pemerintah desa adalah murni demi kesejahteraan warga Desa Diwek dan beliau tidak ingin jika nantinya terjadi intervensi kebijakan desa oleh perusahaan bisa mengakibatkan terganggunya kesejahteraan warganya.

  Akan tetapi dalam kasus penetrasi kapital yang terjadi di Desa Diwek, Kartijo yang saat itu masih menjabat sebagai Kepala Desa nampak menggunakan kekuasaannya dalam mempengaruhi masyarakat agar mau menjual lahannya untuk bisa digunakan oleh PT Sejahtera Usaha Bersama. Dan keputusan itu pun menghasilkan keuntungan bagi Kartijo dan masyarakat Diwek sendiri, yaitu Kartijo mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri berupa uang yang diberikan oleh perusahaan melalui proses pelepasan lahan oleh warga Desa Diwek. Kartijo juga menggunakan kekuasaan untuk mempengaruhi masyarakat Desa Diwek pada masa Pemilihan Kepala Desa Diwek tahun 2007. Saat itu Kartijo yang sudah habis masa kepemimpinannya rupanya mendukung salah satu calon yaitu Abdul Chafid. Beliau secara terang-terangan mencoba mempengaruhi masyarakat Desa Diwek agar memilih calon Kepala Desa yang didukungnya.

  Pada saat Pemilihan Kepala Desa tahun 2007 Kartijo yang sudah tidak bisa mencalonkan kembali menjadi Kepala Desa mendukung Abdul Chafid sebagai calon Kepala Desa Diwek yang baru. Kartijo mencoba mempengaruhi masyarakat Desa Diwek dengan cara menggunakan PT Sejahtera Usaha Bersama sebagai alat kampanye agar masyarakat Desa Diwek mau memilih Abdul Chafid sebagai Kepala Desa yang baru. Peneliti menilai ada alasan-alasan tertentu mengapa Kartijo bersedia untuk mendukung dan membantu Abdul Chafid menjadi Kepala Desa Diwek. Alasan pertama adalah faktor kekuatan dana. Kartijo melihat bahwa Abdul Chafid disokong oleh dana kampanye yang sangat besar sehingga jika Kartijo menjadi pendukung Abdul Chafid maka beliau pasti akan mendapatkan keuntungan berupa uang untuk dirinya sendiri. Selain faktor lainnya adalah karena Kartijo menguasai salah satu sumber kekuasaan di Desa Diwek yaitu PT Sejahtera Usaha Bersama yang baru berdiri di desa tersebut. Kartijo merupakan orang yang berperan dalam berdirinya perusahaan tersebut di Desa Diwek. Selain itu Kartijo juga diberi kemudahan oleh perusahaan dalam hal perekrutan karyawan. Karena itulah Kartijo bisa menggunakan PT Sejahtera Usaha Bersama sebagai alat kampanye dan mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri. Temuan dari peneliti ini sejalan dengan pernyataan dari Jackson (1990: 208) bahwa hubungan patron-klien dengan penekanannya yang lebih besar atas kualitas hubungan yang membantu menambah bobot ciri-ciri yang dicapai (achievel characteristics) si patron. Meskipun si patron sudah memiliki darah bangsawan dari keluarga, akan tetapi tetap penting bagi si patron untuk menguasai sumber-sumber daya, kedudukan resmi atau penegtahuan khusus untuk dikuasainya sendiri.

  Hadirnya PT Sejahtera Usaha Bersama di Desa Diwek nampaknya juga sedikit mempengaruhi proses politik di Desa Diwek. Hal itu bisa dilihat ketika Pemilihan Kepala Desa Diwek tahun 2014. Saat itu terdapat satu calon Kepala Desa ketika pemilihan yang merupakan salah satu tokoh pemuda di Desa Diwek yang bernama Agus Mulya Abadi atau biasa dipanggil

  Agus Badi’. Dan yang menjadi lawannya merupakan Kepala Desa incumbent Abdul Chafid.

  Agus Badi’ merupakan salah satu karyawan yang bekerja di PT Sejahtera Usaha Bersama. Selain itu dia juga menjadi salah satu pengurus serikat pekerja yang ada di perusahaan. Dengan statusnya yang bekerja di PT Sejahtera Usaha Bersama ditambah dengan menjadi pengurus serikat kerja; yang dimana banyak pula warga Desa Diwek yang bekerja di perusahaan itu; tentu dia memiliki pengaruh yang cukup besar di kalangan pekerja pabrik PT Sejahtera Usaha Bersama. Pengaruhnya bertambah besar karena

  Agus Badi’ ini juga didukung oleh Kartijo. Beliau mencoba untuk menggunakan pengaruhnya di Desa Diwek agar warga Desa Diwek baik yang bekerja di PT Sejahtera Usaha Bersama maupun yang tidak bekerja di perusahaan tersebut agar memilih

  Agus Badi’. Akan tetapi saat itu berbarengan pula dengan persiapan Kartijo untuk maju menjadi salah satu calon legislatif (caleg) DPRD Kabupaten Jombang sehingga menyebabkan Kartijo tidak memberikan dukungan penuh kepada

  Agus Badi’. Akan tetapi meskipun Agus Badi’ ini memiliki pengaruh yang cukup besar ditambah pula dengan dukungan dari Kartijo nyatanya dia kalah dari pesaingnya dalam pemilihan Kepala Desa Diwek yaitu Abdul Chafid. Kartijo mengungkapkan bahwa calon Kepala Desa yang dia dukung kalah karena

  Agus Badi’ kalah dalam “permainan uang” dengan lawannya yaitu Abdul Chafid. Kartijo mencurigai bahwa dalam pemilihan Kepala Desa Diwek pesaing dari

  Agus Badi’ ini membeli suara sebelum pemilihan Kepala Desa.

Agus Badi’ pun mengakui bahwa dirinya kalah dalam Pilkades karena beliau kalah dalam kekuatan uang. Beliau kalah dari Abdul Chafid yang merupakan

  seorang pengusaha dan mendapat bantuan dana dari kakaknya. Selain itu beliau mengungkapkan bahwa yang menyebabkan kalah tipis adalah karena kalah di perangkat desa. Selain itu strategi lain yang digunakan oleh kubu Pak Chafid adalah dengan membuat calon lain yang satu kubu dengan Pak Chafid. Tujuannya adalah agar dapat memecah suara dari warga Desa Diwek.

  Sebelum PT Sejahtera Usaha Bersama hadir di Desa Diwek, diketahui bahwa sosok yang memiliki pengaruh dan kekuasaan yang paling besar di Desa Diwek adalah Kartijo yang menjabat sebagai Kepala Desa Diwek. Dengan hadirnya perusahaan tersebut di Desa Diwek maka memungkinkan untuk memunculkan elite baru bahkan patron baru di Desa Diwek. Namun yang terjadi justru pengaruh dan kedudukan Kartijo semakin besar di Desa Diwek. Setelah tidak menjabat Kepala Desa Diwek lagi, Kartijo memilih untuk tidak lagi menjabat sebagai perangkat desa. Akan tetapi oleh PT Sejahtera Usaha Bersama Kartijo justru direkrut dan diangkat menjadi pegawai disana.

  Kartijo sendiri oleh perusahaan ditempatkan di bagian Humas dimana bagian itu adalah bagian yang diberikan oleh perusahaan guna memudahkan hubungan masyarakat dengan perusahaan. Tidak perlu melalui Pemerintah Desa terlebih dahulu tetapi bisa langsung hubungan dengan perusahaan melalui Kartijo. Jadi dengan hadirnya perusahaan PT Sejahtera Usaha Bersama yang terjadi bukanlah munculnya elite baru di desa atau terjadinya pergeseran patron menjadi orang lain tetapi malah justru semakin menguatkan pengaruh Kartijo di Desa Diwek. Kepala Desa yang sekarang menjabat, Pak Chafid pun nampaknya enggan berurusan langsung dengan PT Sejahtera Usaha Bersama karena ada Kartijo di perusahaan tersebut. Pak Chafid seperti “sungkan” kepada Kartijo karena Kartijo sudah membantu Pak Chafid sewaktu Pemilihan Kepala Desa tahun 2007.

  Simpulan

  Dalam pemilihan lokasi pabrik ada beberapa faktor yang membuat PT Sejahtera Usaha Bersama memutuskan memilih Desa Diwek sebagai lokasi berdirinya pabrik yaitu faktor pasar, faktor akses lokasi pabrik, faktor peraturan pemerintah, dan faktor masyarakatnya. Selain itu dalam kesepakatan-kesepakatan yang dicapai antara PT Sejahtera Usaha Bersama dengan pihak pemerintahan desa, hampir semua kesepakatan memiliki dampak positif terhadap Desa Diwek, seperti pemberian jatah rekrutmen karyawan, perbaikan jalan-jalan desa, dan pemberian bantuan dana desa oleh perusahaan.

  Pola hubungan elite massa yang ada di Desa Diwek adalah pola hubungan patron-klien dimana yang menjadi patron di Desa Diwek adalah Kartijo, yang pernah menjabat Kepala Desa Diwek periode 1990-2007. Kartijo memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan elite-elite desa yang lain, baik saat masih menjabat sebagai Kepala Desa maupun saat sudah tidak menjabat sebagai Kepala Desa Diwek. Begitu pula dalam hal hubungan dengan PT Sejahtera Usaha Bersama, tidak ada elite Desa Diwek lain yang memiliki hubungan lebih dekat dibandingkan Kartijo.

  Hadirnya PT Sejahtera Usaha Bersama di Desa Diwek memberikan implikasi terhadap proses-proses politik yang ada di Desa Diwek. Hal itu bisa dilihat ketika masa pemilihan Kepala Desa tahun 2007 dimana Kartijo menggunakan PT Sejahtera Usaha Bersama sebagai alat kampanye untuk memenangkan calon Kepala Desa yang didukungnya, Abdul Chafid. Selain itu juga bisa dilihat dari ketika masa Pemilihan Kepala Desa tahun 2014. Pada saat itu Kartijo beralih dengan mendukung

  Agus Badi’ yang notabene merupakan salah satu karyawan di PT Sejahtera Usaha Bersama. Namun calon yang didukung Kartijo kalah dalam pemilihan dikarenakan baik Kartijo maupun Agus Badi’ tidak berhasil merangkul perangkat-perangkat desa yang lain yang pro mendukung Abdul Chafid

  Daftar Pustaka

  Brahmantya, Akbar (2014) Dampak Penetrasi Kapital Di Desa Studi Kasus PT Sadhana Arif Nusa Di Desa Lamongrejo, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan.

  Skripsi, Universitas Airlangga. Dahlan, Nasoeka A. (2014) Kekuasaan dan Pembangunan di Desa Diwek: Studi Kasus Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya.

  Horrison, Lisa (2007) Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana Pernada Group. Jackson, Karl D. (1990) Kewibawaan Tradisional, Islam, dan Pemberontakan. Pustaka Grafiti: Jakarta.

  Keith R. Legg diterjemahkan oleh Affan Gaffar (1983) Tuan, Hamba, dan Politisi. Jakarta: Sinar Harapan.

  Koentjaraningrat (1983) Kepemimpinan dan Kekuasaan Tradisonal, Masa Kini, Resmi, dan Tak Resmi, dalam Miriam Budiardjo (1983) Aneka Pemikiran Tentang Kuasa dan Wibawa. Jakarta: Sinar Harapan. Kuncoro, Bambang (2013) Hubungan Desa dan Negara: Studi Relasi Kekuasaan Kepala

  Desa dan Negara dalam Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Pasca Orde Baru. Disertasi, Universitas Airlangga, Surabaya.

  Surbakti, Ramlan (1992) Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.