ringkasan Eks kalsel

R i n g k a sa n E k se k u t i f

Potensi, Preferensi
dan Perilaku Masyarakat
terhadap
di Wilayah Kalimantan Selatan

Bank
Syariah

Kerjasama
Direktorat Perbankan Syariah - Bank Indonesia
dengan
Institut Pertanian Bogor
2004

PEN DA H U LU A N
Berdirinya perbankan dengan sistem bagi hasil, didasarkan pada dua alasan utama yaitu (1)
adanya pandangan bahwa bunga (interest) pada bank konvensional hukumnya haram karena termasuk
dalam kategori riba yang dilarang dalam agama, bukan saja pada agama Islam tetapi juga oleh agama
samawi lainnya, (2) dari aspek ekonomi, penyerahan resiko usaha terhadap salah satu pihak dinilai

melanggar norma keadilan.

Dalam jangka panjang sistem perbankan konvensional akan

menyebabkan penumpukan kekayaan pada segelintir orang yang memiliki kapital besar (Sjahdeini, S.
Remy, 1999). Faktor utama yang membedakan bank konvensional dengan bank syariah adalah suku
bunga (interest) sebagai balas jasa atas penyertaan modal yang diterapkan pada bank konvensional,
sementara pada bank syariah balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau
kerugian yang diperoleh yang didasarkan pada “akad”. Prinsip utama dari “akad” ini adalah keadilan
antara pemberi modal dan pemakai modal. Prinsip ini berlaku baik bagi debitur maupun kreditur.
Kelahiran bank syariah di Indonesia didorong oleh keinginan masyarakat Indonesia (terutama
masyarakat Islam) yang berpandangan bunga merupakan riba, sehingga dilarang oleh agama. Dari
aspek hukum, yang mendasari perkembangan bank syariah di Indonesia adalah UU No 7 Tahun
1992. Dalam UU tersebut prinsip syariah masih samar, yang dinyatakan sebagai prinsip bagi hasil.
Prinsip perbankan syariah secara tegas dinyatakan dalam UU No 10 Tahun 1998, yang kemudian
diperbaharuhi dengan UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan UU No 3 tahun
2004. Dengan demikian, perkembangan lembaga keuangan yang menggunakan prinsip syariah
dimulai pada tahun 1992, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai
bank yang menggunakan prinsip syariah pertama di Indonesia. Sampai dengan bulan Mei 2004,
perkembangan jumlah kantor bank syariah telah mencapai 353 kantor bank, dengan nilai asset

sebesar 11.6 trilyun rupiah. Jumlah pembiayaan yang disalurkan mencapai 7.56 trilyun rupaih dan
dana pihak ketiga sebesar 7.77 trilyun rupiah. Meskipun dari pertumbuhan usaha dan jumlah cukup
banyak, tetapi peranan secara nasional masih kecil dibandingkan dengan peranan bank secara
nasional, yaitu sebesar satu persen.
Bank syariah memiliki potensi pengembangan yang cukup besar. Namun seberapa besar
potensi tersebut, pada segmentasi pasar mana yang memiliki potensi yang baik, produk-produk apa
yang diharapkan oleh masyarakat dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengambilan keputusan
untuk memilih lembaga keuangan dan bagaimana perilakunya, perlu dikaji lebih lanjut. Hal ini
penting dilakukan untuk memutuskan strategi pengembangan dan skala pengembangannya di masa
yang akan datang. Penelitian ini didesain untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Disamping itu penelitian ini tentang potensi, preferensi dan perilaku masyarakat tehadap
sistem perbankan di Kalimantan Selatan ini merupakan bagian (building block ) dari upaya Bank
Indonesia dalam memetakan potensi pengembangan bank syariah di Indonesia, yang merupakan
salah satu bentuk implementasi dari blue print pengembangan perbankan syariah. Hasil penelitian ini
diharapkan juga bermanfaat bagi pihak-pihak yang terjun langsung dalam perbankan syariah sebagai
masukan untuk mengembangkan jaringan perbankan syariah pada lokasi-lokasi yang potensial.

1

Tujuan penelitian ini adalah: (1) memberikan informasi mengenai potensi pengembangan

perbankan syariah yang didasarkan pada analisis potensi ekonomi dan pola sikap/preferensi dari
pelaku ekonomi terhadap produk dan jasa bank syariah, (2) mempelajari karakteristik dan perilaku
dari kelompok masyarakat yang digolongkan sebagai (a) hanya mau berhubungan dengan lembaga
keuangan/bank syariah saja dan (b) yang mau berhubungan dengan bank syariah dan juga bank
konvensional tergantung pada persepsi keuntungan dan pelayanan yang lebih baik, dan (c) yang tidak
berkeinginan untuk berhubungan dengan bank syariah, (3) menganalisis keterkaitan antara faktor
yang menentukan preferensi masyarakat

terhadap produk dan jasa bank syariah, baik dari sisi

penghimpunan dana maupun penyaluran dana sebagai dasar penetapan strategi sosialisasi dan
pemasaran bagi bank-bank syariah, (4) memberikan informasi yang berguna berupa analisis trend dan
proyeksi mengenai perkembangan perbankan syariah dalam wilayah penelitian untuk jangka waktu
beberapa tahun ke depan, (5) memberikan informasi yang mengenai tingkat kejenuhan usaha
(economic need test) pasar perbankan syariah dalam wilayah penelitian yang didasarkan kepada potensi
nasabah, potensi usaha dan pertumbuhan perekonomian daerah serta faktor-faktor pendukung
lainnya, dan (6) menganalisis respon masyarakat terhadap dikeluarkannya fatwa MUI tentang bunga
bank dan pembukaan bank syariah dengan sistem windows.
Ruang lingkup penelitian ini mencakup analisis potensi pengembangan bank syariah dilihat
dari aspek ekonomi, kelembagaan, preferensi masyarakat dalam memilih lembaga perbankan, dan

analisis faktor-faktor yang mempengaruhinya serta analisis trend perkembangan perbankan syariah,
kejenuhan dan persaingan usaha pada industri perbankan syariah
Cakupan wilayah penelitian meliputi 8 kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kalimantan
Selatan, dengan jumlah total responden sebesar 880 responden yang mencakup nasabah bank syariah
saja (19 orang), nasabah bank konvensional dan syariah (141 orang), nasabah bank konvensional saja
(605 orang) dan non nasabah bank (115 orang). Jumlah responden untuk tiap kabupaten/kota
sekitar 100 orang kecuali Kota Banjarmasin, sebesar 151 responden. Perbedaan jumlah responden
ini untuk menangkap perilaku nasabah bank syariah, karena konsentrasi bank syariah berada di kota
ini.
Kriteria wilayah penelitian didasarkan pada kondisi aktual dan potensial yang menyangkut
variabel-variabel sosial ekonomi antara lain: jumlah rumah tangga, jumlah tempat ibadah, jumlah
penduduk menurut lapangan kerja, dan potensi pertumbuhan perekonomian daerah.

M ETO DO LO GI PEN ELI TI A N
KE RANGKA PE MIKIRAN

Banyak motivasi orang dalam berhubungan dengan bank, baik sebagai kreditor maupun
debitor. Alasan masyarakat berhubungan dengan lembaga perbankan antara lain: balas jasa dari
modal yang disetor, keamanan, fasilitas/kemudahan, memperoleh jasa pembiayaan, dan
pertimbangan sistem perbankan yang berlaku. Dengan demikian pilihan masyarakat terhadap sistem

perbankan (sistem bunga atau bagi hasil) tergantung pada motivasi yang mendasari. Perlu disadari
bahwa motivasi yang mendasarinya bisa saja bersifat interaksi (beberapa) motivasi diatas. Keputusan

2

akhir akan ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan diantara berbagai motivasi tersebut.
Motivasi nasabah dipengaruhi oleh banyak faktor, yang secara umum dapat dikategorikan
menjadi: (1) varabel demografi, (2) variabel ekonomi, dan (3) variabel sosial. Variabel demografi
antara lain terdiri dari: tingkat pendidikan, umur, jenis dan kelamin. Sementara variabel ekonomi
antara lain:

tingkat pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga, jenis pekerjaan/usaha, dan

aksesibilitas (transportasi dan komunikasi).

Sementara variabel sosial antara lain terdiri dari:

kekosmopolitanan, kedudukan sosial, agama, dan keterbukaan terhadap ide.
Pendapat atau respon masyarakat tentang Bank Syariah akan tergantung kepada konsep Bank
Syariah dan karakteristik masyarakat yang akan diwawancarai (responden). Maka dari itu, sebelum

responden memberikan pendapat tentang Bank Syariah, terlebih dahulu konsep Bank Syariah perlu
dipahami secara baik oleh responden. Jawaban yang akan diberikan diperkirakan akan tergantung
pada pekerjaan, ada tidaknya pengalaman responden berhubungan dengan bank, pendidikan, agama
serta hal–hal yang berkaitan lainnya dari responden.

Sementara pekerjaan dan pengalaman

berhubungan dengan bank khususnya dengan Bank Syariah akan dipengaruhi oleh karakteristik
kabupaten/kota. Responden yang berdomisili dekat dengan pusat Bank Syariah berpeluang untuk
memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang Bank Syariah, daripada responden yang berdomisili
jauh dengan Bank Syariah.
JE NIS DAN SUMB E R DAT A

Jenis data yang digunakan terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder antara
lain meliputi kondisi kelembagaan perbankan, terutama jumlah dan sebarannya, kondisi sosial
ekonomi masyarakat di wilayah penelitian yang meliputi: jumlah penduduk, struktur kesempatan
kerja, struktur pendidikan, umur dan sebagainya. Data primer terutama berkaitan dengan persepsi
masyarakat terhadap sistem perbankan (syariah dan konvensional), dan variabel-variabel yang
mempengaruhi keputusan responden dalam memilih sistem lembaga perbankan.
Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Bappeda, Kantor Kecamatan, dan

lembaga departemen terkait. Sedangkan data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden
dengan bantuan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Adapun rancangan pokok-pokok isi
kuesioner adalah : 1) Screening awal terhadap responden, 2) Karakteristik responden yang mencakup
sifat-sifat pribadi/demografi seperti pendidikan, umur, jenis kelamin, sifat-sifat sosial seperti
kekosmopolitanan, kedudukan sosial, agama, keterbukaan terhadap ide, dan variabel ekonomi yang
mencakup pendapatan, jenis pekerjaan/usaha, aksesibilitas wilayah, dan pengeluaran rumah tangga,
3) Variabel menyangkut pendirian dan pemahaman mengenai bunga bank yang dipraktekkan dalam
perbankan konvensional dapat dikhawatirkan sama dengan riba atau praktek perbankan
konvensional diyakini terdapat ketidaksesuaian dengan prinsip syariah,

4) Variabel menyangkut

faktor-faktor penting yang menjadi pendorong/motivasi masyarakat dalam bertransaksi

dengan

lembaga keuangan/bank, 5) Variabel menyangkut tingkat pemahaman responden mengenai sistem
operasi, produk dan jasa serta seluk beluk perbankan syariah, serta pemahaman bahwa terdapat
perbedaan mendasar antara bank syaraih dengan bank konvensional, 6) variabel menyangkut faktorfaktr yang mendorong responden untuk berinteraksi dan memahami bank syariah (self driven effort dan
informasi dari kontak personal), 7) Sikap nasabah bank syariah akan konsistensinya terhadap bank


3

syariah, 8) Sikap masyarakat terhadap perubahan sistim perbankan
ME T ODE AN AL ISIS

Sebelum melakukan analisis, perlu dilakukan pengujian terhadap alat ukur yang digunakan
(kuesioner), sebelum kuesioner digunakan sebagai alat pengumpulan data.

Uji coba kuesioner

dimaksudkan untuk mengevaluasi item-item pertanyaan dalam kuisioner secara verbal, mengetahui
tingkat validitas dan keterandalan kuisioner. Untuk menguji validitas kuisioner akan dilakukan
dengan korelasi product moment (pearson). Jika nilai koefesien korelasi ini lebih besar dibandingkan
dengan nilai kritis (tabel korelasi Pearson) pada taraf nyata 5% maka kuisioner dapat dinyatakan
valid, jika tidak maka perlu dilakukan revisi untuk item-item yang berkorelasi rendah. Sedangkan
untuk menguji keterandalan kuisioner akan dilakukan dengan uji C robanch A lpha. Jika nilai Cr lebih
besar dari 0.75 maka dapat disimpulkan bahwa kuisioner sudah terandal.
Analisis penelitian dilakukan dengan (1) analisis kualitatif yaitu dengan analisis deskripsi, dan
(2) analisis kuantitatif yaitu dengan model logit, untuk menganalisis peluang masyarakat memilih jenis

lembaga perbankan dan variable-variabel yang mempengaruhinya, (3) model ekonometrik untuk
menganalisis kinerja industri perbankan dan peluang pengembangannya melalui proyeksi, dan (4)
analisis bi plot untuk melihat aspek psikografis responden.
T E KNIK PE N ARIKAN CONT OH DAN PE NGUMPUL AN DAT A

Teknik penarikan contoh responden digunakan metode systematic sampling

Pemilihan

kabupaten dilakukan berdasarkan kriteria jumlah rumah tangga, jumlah tempat ibadah, jumlah
penduduk menurut lapangan kerja, dan potensi pertumbuhan ekonomi serta pertimbangan peneliti.
Dari masing-masing kabupaten/kota dipilih dua atau tiga kecamatan dengan pertimbangan kriteria
yang sama sebagaimana dilakukan pada pemilihan kabupaten/kota terutama kecamatan dengan
perekomonian yang relatif maju dan terdapat bank umum syariah atau bank perkreditan rakyat
syariah (BPRS). Tiap kabupaten/kota akan diambil dua atau tiga kecamatan sebagai sampel, dengan
jumlah responden sekitar 100 untuk tiap kabupaten/kota. Untuk daerah (kabupaten/kota atau
kecamatan) yang relatif banyak bank umum syariah dan bank perkreditan rakyat syariah, maka
pengambilan jumlah nasabah bank syariahnya akan lebih diperbesar untuk mengantisipasi beberapa
daerah yang tidak memiliki BUS dan BPRS. Berdasarkan metode ini diperoleh responden nasabah
bank syariah saja sebanyak 19 orang, nasabah bank syariah dan konvensional 141 orang, nasabah

bank konvensional saja 605 orang dan non nasabah 115 orang.
L OKASI DAN WAKT U PE NE L IT IAN

Penelitian dilakukan di Provinsi Kalimantan Selatan, dengan mengambil 8 kabupaten/kota.
Kriteria yang dijadikan dasar dalam memilih kabupaten/kota yaitu berdasarkan variabel-variabel
sosial ekonomi yang digunakan meliputi kriteria jumlah rumah tangga, jumlah tempat ibadah, jumlah
penduduk menurut lapangan kerja, dan potensi pertumbuhan ekonomi serta pertimbangan peneliti.
Berdasarkan variabel-variabel tersebut maka terpilih 8 kabupaten/kota contoh adalah: Kota
Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tapin, Banjar Baru, Tanah Laut, Hulu Sungai Selatan,
dan Hulu Sungai Utara. Pengambilan data lapang dilakukan secara serentak pada bulan maret 2004.

4

H A SI L PEN ELI TI A N
PE RKE MB ANGAN BANK SYARIAH DAN KARAKT E RIST IK RE SPONDE N

Setelah dua perangkat perundang-undangan yaitu UU No. 7 dan PP No. 72 tahun 1992
diberlakukan, industri perbankan syariah berkembang sangat pesat.

Pada tingkat nasional,


perkembangan ini terlihat dari peningkatan jumlah jaringan kantor selama 4 tahun ini dan
peningkatan aset yang sangat sigifikan yaitu 479 milyar rupiah pada tahun 1998 menjadi 7.4 triliun
rupiah pada akhir tahun 2003. Begitu juga halnya dengan industri perbankan syariah di wilayah kerja
KBI Banjarmasin yang dapat dilihat secara jelas dari perkembangan aktivitas penghimpunan dana
dan pembiayaan. Dari sisi penghimpunan dana (giro, deposito dan tabungan) perkembangannya
mencapai 160 persen. Sedangkan dari sisi penyaluran dana, produk baru yang telah diluncurkan dan
menunjukkan perkembangan yang bagus adalah piutang mudharabah dengan nilai yang sudah
mencapai 6 milyar rupiah.
Karakteristik responden dilihat dari variabel demografi dan sosial ekonomi responden.
Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh sebagian besar responden dan kelompok nasabah bank syariah
adalah akademi/perguruan tinggi.

Sedangkan jenis pekerjaan utama kelompok responden dari

nasabah bank syariah adalah pegawai/pensiun/karyawan dan bagi pengusaha atau non pengusaha
yang memiliki usaha lebih banyak menggeluti usaha perdagangan. Bahkan pada kelompok nasabah
bank syariah hampir 87 persennya memiliki usaha bidang perdagangan. Kelompok responden dari
nasabah bank syariah sebagian besar berpenghasilan sedang, sedangkan nasabah dua bank ( bank
syariah dan konvensional) mempunyai penghasilan pada selang sedang dan tinggi. Aksesibilitas tidak
menjadi masalah bagi seluruh responden karena hampir sebagian besar responden menyatakan
aksesibilitas ke pusat ekonomi mudah dan sangat mudah karena dapat dicapai dengan menggunakan
kendaraan pribadi dan angkutan umum yang hampir selalu ada setiap saat. Sementara aksesibilitas
masyarakat terhadap sumber informasi cukup baik. Media informasi yang banyak diakses adalah
telvisi, radio dan koran. Sementara jenis acara yang paling banyak diikuti untuk ketiga media tersebut
relatif sama yaitu siaran berita, hiburan, dan dialog, baik dialog politik maupun ekonomi.
PE RSE PSI DAN PE RIL AKU MASYARAKAT T E RH ADAP BANK KONVE N SION AL

Sebagian besar responden menyatakan setuju terhadap peranan perbankan dalam kehidupan
sehari-hari (94.5%).

Alasan utamanya adalah bahwa lembaga perbankan menguntungkan bagi

masyarakat, dan dapat membantu permodalan. Responden yang menyatakan tidak setuju terhadap
keberadaan lembaga perbankan (5.5%), terutama karena alasan bunga bank (konvensional) termasuk
dalam kategori riba sehingga dinilai haram. Sebesar 84.8 persen responden merupakan nasabah bank
konvensional. Pemilihan lembaga bank konvensional didasarkan pada alasan utama, adalah lokasi
bank (aksesibilitas), kredibilitas/ keamanan bank, profesionalisme pelayanan, dan diwajibkan. Status
bank, popularitas bank, bonus dan hadiah maupun tingkat bunga tidak menjadi pertimbangan yang
dominan. Bagi responden yang tidak memanfaatkan bank konvensional, didasarkan pada alasan
bunga bank termasuk dalam kategori riba dan tidak memerlukan lembaga bank. Sumber informasi
bagi responden tentang lembaga perbankan sebagian besar diperoleh dari teman/keluarga/rekan

5

kerja (49.5%), langsung dari bank (32.3%), media televisi (30.8%), surat kabar (21.8%), dan brosur
(16.5%).
Sebagian responden memanfaatkan lebih dari satu jenis produk/jasa perbankan baik dari satu
bank atau lebih.

Jenis produk yang dominan adalah tabungan (96.5%), dengan diikuti dengan

pemanfaatan produk ATM.

Jasa transfer juga merupakan layanan yang banyak dimanfaatkan

(37.4%), dan pinjaman (35.4%). Dilihat dari komposisi jumlah nasabah menurut produk bank yang
dimanfaatkannya, nasabah penabung lebih dominan dibandingkan dengan produk pembiayaan
(kredit).

Alasan atau motivasi utama dalam memanfaatkan produk penghimpunan dana adalah

keamanan, pelayanan yang cepat, dan kemudahan dalam bertransaksi. Hadiah/undian dan tingkat
bunga tabungan bukan merupakan alasan atau motivasi utama masyarakat dalam menabung.
Sementara alasan dalam pemanfaatan produk penyaluran dana (pembiayaan) yang dominan adalah
pelayanan yang cepat, tingkat bunga yang rendah dan kenyamanan pelayanan.

Dalam hal

pembiayaan, aspek bunga menjadi pertimbangan yang cukup dominan, namun masih dibawah
pelayanan yang cepat.
Persepsi responden terhadap kelebihan bank konvensional adalah lokasi bank konvensional
yang umumnya strategis, adanya fasilitas dan penyebaran ATM yang luas, pelayanan yang cepat dan
akurat serta ramah, dan adanya jaminan pemerintah serta bunga pinjaman yang dinilai relatif rendah.
Secara umum, sangat sedikit responden yang menyatakan adanya kelemahan bank konvensional,
beberapa yang dominan adalah jumlah dan sebaran kantor cabang dan ATM yang dinilai masih
kurang, prosedur berbelit dan pendapat bahwa bunga bank termasuk dalam kategori haram.
PE RSE PSI DAN PE RIL AKU MASYARAKAT T E RH ADAP BANK SYARIAH

Sebagian besar responden dari delapan kabupaten di Kalimantan Selatan menyatakan pernah
mendengar tentang bank syariah (88.2%). Kesan awal yang tertangkap oleh responden tentang bank
syariah yang dominan adalah: bank syariah merupakan bank yang islami (64.3%), bank dengan sistem
bagi hasil (45.2%), kurang dikenal (14.7%), dan bank khusus orang islam (13.2%). Lebih jauh, jika
responden ditanya tentang pengetahuannya tentang bank syariah, sebagian responden menjawab
tidak memiliki pengetahuan sama sekali (24.4%). Pada umumnya responden mengetahui bahwa
bank syariah adalah: bank dengan sistem bagi hasil (51.6%), bank yang beroperasi tidak dengan
sistem bunga (34.3%), bank yang berbasis pada syariah agama (29.0%), dan bank yang beroperasi
sesuai dengan prinsip syariah Islam (20.1%). Dalam hal menjawab kesan dan pengetahuan tentang
bank syariah,dimungkinkan satu responden menjawab lebih dari satu jawaban.
Informasi tentang bank syariah umumnya diperoleh responden dari: media elektronik (televisi)
(47.7%), teman /keluarga/rekan kerja (36.8%), dan media cetak (surat kabar) (33.9%). Ketiga media
informasi ini merupakan media utama bagi masyarakat dalam memperoleh informasi tentang bank
syariah pada semua lokasi penelitian. Informasi ini penting sebagai masukan bagi pihak terkait dalam
rangka memilih media informasi untuk sosialisasi bank syariah. Lebih jauh, untuk ketiga media
informasi ini jenis acara yang paling banyak diikuti oleh masyarakat adalah siaran berita, hiburan, dan
dialog politik maupun ekonomi.
Lebih jauh, tentang perilaku adopsi terhadap bank syariah, dari 160 responden (18.2%)
mengatakam bahwa alasan responden dalam memilih bank syariah yang dominan adalah:

6

kesesuaian dengan syariah agama (72.5%), lokasi/aksesibilitas (35%), profesionalisme pelayanan
(16.9%), kredibilitas (16.9%) dan fasilitas (16.9%). Sementara itu, jenis produk bank syariah yang
banyak dimanfaatkan adalah produk penghimpunan dana, yaitu tabungan mudharabah (90.6%).
Produk pembiayaan masih relatif sedikit, dengan sistem yang dominan adalah murabahah.
Sementara untuk jasa, hanya wakalah yang relatif sudah ada yang memanfaatkannya.

Motivasi

responden dalam memanfaatkan produk penghimpunan dana bank syariah adalah: dalam rangka
menjalankan syariah agama (58.8%), bank syariah tidak menggunakan sistem bunga (43.1%), sistem
bagi hasil yang jelas (38.1%), dan pelayanan yang cepat (25.6%). Dalam memanfaatkan produk
pembiayaan, alasan yang dominan adalah tidak menggunakan sistem bunga, menjalankan syariah
agama. Alasan lainnya adalah penanggungan risiko bersama (lebih adil) dan pelayanan yang cepat.
Pada pemanfaatan jasa, alasan dominan adalah pelayanan yang cepat, menjalankan syariah agama dan
biaya transaksi yang murah.
Sebagian besar responden tidak menjawab ketika ditanya tentang kelebihan bank syariah.
Beberapa responden yang menjawab tentang kelebihan bank syariah adalah bahwa sistem bank
syariah tidak mengandung riba (halal), sistem bagi hasil tidak memberatkan, produk bank syariah
telah mampu memenuhi harapan dan keinginan sebagian responden, dan pelayanan yang ramah,
cepat dan akurat. Sementara itu menurut persepsi masyarakat adalah belum yakin apakah prinsip
syariah diterapkan dengan benar, informasi tentang produk yang dinilai masih sangat kurang dan
perhitungan bagi hasil tidak jelas.
KONSIST E N SI SIKAP MASYARAKAT T E RH ADAP PRINSIP DAN PE N E RAPAN SIST E M
BUNGA

Konsistensi sikap masyarakat didasarkan pada jawaban terhadap dua pertanyaan: ”apakah
menurut bapak/ibu sistem bunga bertentangan dengan agama yang dianut? Dan apakah bapak/ibu
setuju dengan penerapan sistem bunga dalam perbankan? Pertanyaan pertama terdapat tiga jenis
jawabahn yaitu: ya, tidak atau tidak tahu sementara pertanyaan kedua terdapat dua jawaban yaitu ya
atau tidak. Responden yang konsisten apabila menjawab ”ya-tidak” atau ”tidak-ya” untuk kedua
pertanyaan berikut.

Sebaliknya jika menjawab ”ya-ya” atau ”tidak-tidak” maka responden tidak

konsisten. Responden yang menjawab ”tidak tahu” digolongkan pada responden yang tidak bersikap.
Responden yang konsisten dalam bersikap sebesar (66.4%), yang terdiri atas 60 persen yang
cenderung konsisten syariah dan 6.4 persen cenderung pada bank konvensional. Sementara
responden yang tidak konsisten sebesar (16.5%) dan yang tidak bersikap sebesar (17.2%). Hasil ini
cukup menarik, dimana hanya 66.4 persen saja responden yang konsisten. Jika dilihat berdasarkan
kelompok responden, sebagian besar (79.3%) responden bank konvensional menyatakan bunga bank
bertentangan dengan agama, sehingga menolak penggunaanya pada sistem perbankan. Pada sisi lain
kelompok ini menjadi nasabah bank konvensional. Jadi konsistensi ini baru pada tahap sikap, belum
diikuti oleh perilaku. Alasan yang mendasarinya adalah belum tersedianya lembaga bank syariah dari
aspek sebaran wilayah, jumlah, fasilitas pendukung juga layanan transaksi yang diberikan,
dibandingkan dengan bank konvensional. Terdapak kecenderungan dengan semakin tinggi tingkat
pengetahuan tentang bank syariah maka tingkat konsistensi dalam bersikap juga makin tinggi,
meskipun tidak sepenuhnya bersifat linear.

7

RE SPON MASYARAKAT T E RH ADAP F AT WA MUI T E NT ANG BUNGA BANK DAN
PE MBUKAAN BANK SYARIAH DE NGAN SIST E M WINDOW

Terhadap fatwa MUI, sebagian besar responden telah mengetahui adanya fatwa MUI (68.9%),
terutama dari kelompok responden nasabah bank syariah-konvensional. Sumber informasi bagi
responden yang telah mengetahui tentang fatwa MUI umumnya berasal dari media elektronik dan
median cetak. Informasi dari ulama relatif sangat kecil dikemukakan oleh responden. Meskipun
menyatakan mendukung dikeluarkannya fatwa tersebut (70.1%), sebagian besar responden
menyatakan tidak melakukan tindakan apa-apa dalam merespon fatwa tersebut. Respon sebagian
responden yang dilakukan adalah membuka rekening bank syariah tanpa meninggalkan bank
konvensional dan mengalihkan rekening ke bank syariah. Lebih jauh tentang rencana yang akan
dilakukan dikaitkan dengan dikeluarkannya fatwa tersebut, sebagian responden akan memindahkan
rekening ke bank syariah dan akan membuka rekening syariah tanpa menutup rekening bank
konvensional sebesar, namun sebagian besar tetap menyatakan tidak akan melakukan apa-apa.
Hampir semua responden menyatakan tidak tahu tentang bentuk-bentuk dan perbedaan
kantor bank syariah. Hal ini menunjukkan sebagian besar masyarakat tidak mengetahui dan tidak
ingin tahu terhadap mekanisme dan bentuk pendirian suatu lembaga keuangan dan hanya konsen
pada apa yang dirasakan dalam bentuk pelayanan, produk dan fasilitas penunjangnya.
PRE F E RE NSI MASYARAKAT T E RH ADAP B ANK SYARIAH

Analisis preferensi masyarakat terhadap bank syariah dilakukan dengan menggunakan model
logit, yaitu dengan mengidentifikasi variabel-variabel yang nyata mempengaruhi masyarakat dalam
adopsi bank syariah, variabel yang mempengaruhi masyarakat untuk terus mengadopsi bank syariah
dan bagi responden yang saat ini belum mengadopsi bank syariah, menganalisis variabel yang
mempengaruhi masyarakat untuk ingin mengadopsi bank syariah. Ketiga model logit yang dibangun
secara umum mampu menjelaskan dengan baik perilaku masyarakat dalam memutuskan untuk
mengadopsi produk bank syariah atau tidak, untuk terus mengadopsi atau berhenti dan minat untuk
mengadopsi bank syariah.
Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap potensi pengambilan keputusan masyarakat
untuk mengadopsi produk bank syariah berturut-turut berdasarkan tingkat sensitifitasnya adalah:
keberadaan bank syariah, pengetahuan tentang bank syariah, persepsi bahwa bunga bertentangan
dengan agama, pertimbangan dalam pemilihan bank dan jenis produk yang dimanfaatkan, kesan
terhadap bank syariah, status sisial dalam masyarakat, jenis pekerjaan, aksesibilitas, pertimbangan
dalam memilih bank, dan jenis produk yang dimanfaatkan.
Pada model kedua, yaitu analisis faktor yang mempengaruhi keberlajutan responden dalam
mengadopsi bank syariah, diperoleh variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap keputusan
masyarakat untuk terus menjadi nasabah bank syariah atau berhenti meliputi: pendidikan,
pengetahuan tentang bank syariah, status nasabah bank syariah, jenis produk yang diadopsi,
keterbukaan terhadap informasi, pertimbangan dalam memilih bank, kesan terhadap bank syariah,
dan ketaatan dalam beragama. Sementara variabel tingkat penghasilan, persetujuan terhadap peran
perbankan dalam kehidupan sehari-hari dan posisi ketokohan dalam masyarakat tidak memiliki

8

pengaruh yang nyata.
Analisis faktor potensi nasabah bank yang ditunjukkan oleh keinginan masyarakat untuk
mengadopsi bank syariah menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh nyata terhadap
keinginan masyarakat untuk mengadopsi bank syariah meliputi: persetujuan terhadap prinsip syariah,
pendidikan non formal, jenis pekerjaan, pengetahuan tentang bank syariah, keterbukaan terhadap
informasi, status sosial, kesan terhadap bank syariah, status responden dan persetujuan terhadap
operasional prinsip syariah. Sementara variabel tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, persetujuan
terhadap peran perbankan dan keberadaan bank syariah tidak berpengaruh nyata terhadap keinginan
masyarakat untuk mengadopsi bank syariah
Dari analisis psikografis melalui metode biplot terlihat bahwa masyarakat yang bertipe panutan
atau pelopor, Islami, namun agak lambat dalam menerima perubahan merupakan pasar yang
potensial bagi perbankan syariah. Dapat dikatakan, mereka adalah orang-orang yang cukup punya
pengetahuan dan kesadaran tentang keagamaan. Namun, masuknya kelompok “lambat dalam
menerima perubahan” pada kategori ini, dapat dikatakan bahwa mungkin selama ini mereka
mengadopsi produk bank syariah lebih karena “tekanan” keagamaan daripada pertimbangan
ekonomi yang rasional. Kondisi ini sangat bermanfaat bagi perbankan dalam menyusun strategi
pemasaran sehingga dalam membidik pasar potensial perbankan syariah tidak mengalami kesulitan.
T INGKAT KE JE NUH AN DAN DINAMIKA NASABAH BANK SYARIAH

Kinerja industri perbankan ditelaah dengan melihat perkembangan kinerja perbankan
konvensional dan syariah, dilihat dari perkembangan jumlah kantor, jumlah penghimpunan dana dan
penyalurannya. Aktiva, mengalami pertumbuhan cukup besar selama sepuluh tahun terakhir dari
seluruh jenis bank yaitu 17,63 persen per tahun. Peningkatan terbesar terjadi pada perkembangan
penghimpunan dana, dengan rata-rata 43,68 persen per tahun. Pertumbuhan dari sisi pembiayaan
lebih rendah dibandingkan dengan penghimpunan dana, yaitu rata-rata sebesar 34,75 persen per
tahun. Namun pada Bank Perkreditan Rakyat, kondisi sebaliknya terjadi dimana pertumbuhan
penyaluran kredit lebih tinggi dari penghimpunan dana, yaitu 40,36 berbanding 33,33 persen per
tahun.
Untuk melihat lebih jauh potensi pengembangan bank syariah, selain melihat kinerja indikator
perekonomian wilayah dan kinerja perbankan secara umum, perlu juga menelaah secara lebih spesifik
pada kinerja bank syariah, sekaligus melakukan proyeksi beberapa tahun ke depan. Indikator kinerja
bank syariah dilihat dari aspek nilai asset, pembiayaan dan penghimpunan dana. Dilihat dari ketiga
indikator tersebut, perkembangan bank syariah termasuk pesat, dengan pertumbuhan rata-rata
sebesar 9 persen per bulan untuk asel dan pembiayaan, sementara penghimpunan dana tumbuh
dengan 8 persen per bulan.
Selama periode 2000-2003 total asset bank syariah telah mencapai 123.0 milyar rupiah,
meningkat dari 7.1 milyar rupiah pada tahun 2000. Demikan juga nilai pembiayaan meningkat dari
5.8 milyar menjadi 101.9 milyar rupiah. Sementara kinerja penghimpunan dana meningkat dari 7.1
milyar menjadi 107.3 milyar rupiah pada periode yang sama. Pada tahun 2000, jumlah dana yang

9

dihimpun lebih besar dari penyalurannya, dengan financing deposit ratio (FDR) sebesar 81,7 persen.
Pada tahun 2001 terjadi lonjakan pembiayaan dengan LDR mencapai 188 persen. Posisi ini bertahan
juga pada tahun 2002. Pada Desember 2003 sebesar 95 persen, dan pada akhir tahun 2004,
diproyeksikan akan terjadi peningkatan kembali nilai LDR menjadi sebesar 105.6 persen.
Apabila bank syariah dapat mempertahankan kinerja seperti saat ini dengan menjaga
pertumbuhan

baik pada penghimpunan maupun pembiayaan, akan terjadi penurunan kinerja

pembiayaan. Diproyeksikan pada tahun 2005, nilai asset diproyeksikan akan mencapai 622.3 milyar
rupiah, pembiayaan akan mencapai 508.9 milyar dan penghimpunan dana mencapai 582.3 milyar
rupiah. Posisi FDR pada tahun 2005 akan menjadi 87.4 persen. Jika kondisi ini terjadi maka kenerja
pembiayaan bank akan menurun, sehingga perlu diantisipasi untuk meningkatkan kinerja pembiyaan
agar tidak mengganggu performa bank syariah secara keseluruhan. Gambaran industri perbankan di
Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa industri perbankan belum sampai pada titik jenuh, bahkan
masih berada pada kondisi pertumubhan yang bertambah (increasing growth).
POTE NSI PE RMINTAAN MASYARAKAT TE RHADAP PRODUK BANK SYARIAH

Potensi permintaan ini dilihat dari indikator keinginan masyarakat untuk mengadopsi bank
syariah. Secara umum, jumlah responden non nasabah bank syariah yang ingin mengadopsi bank
syariah relatif besar, yaitu sebesar 63.6 persen, ragu-ragu 26.7 persen dan tidak mau mengadopsi
sebesar 9.7 persen.

Salah satu penyebab tingginya responden yang menjawab ragu-ragu adalah

karena penjelasan diberikan secara singkat dari banyak diantara responden yang baru pertama kali
mendapat informasi tentang bank syariah sehingga dalam waktu singkat responen belum dapat
mengambil keputusan. Tingkat keraguan responden akan menurun jika informasi diberikan secara
kontinu dalam waktu relatif lama sehingga tahapan proses adopsi dapat berjalan dengan segmen
pasar potensial adalah: (1) tingkat pendidikan, (2) pekerjaan, dan (3) tingkat penghasilan. Dari aspek
pendidikan segmen pasar potensial pada kelompok masyarakat berpendidikan tinggi relatif lebih
tinggi. Dari aspek pekerjaan, minat adopsi tertinggi pada pengusaha industri (76.9%) dan terendah
pada pekerjaan buruh (60.8%). Dari aspek penghasilan, juga menunjukkan kecenderungan yang
sama dimana potensi minat masyarakat terhadap bank syariah lebih tinggi pada kelompok
penghasilan tinggi.
Minat responden untuk mengadopsi bank syariah umumnya didasarkan pada alasan: (1)
operasional bank syariah sesuai dengan prinsip syariah, (2) rasa ingin mencoba, karena merupakan
sesuatu yang baru, (3) bank syariah tidak mengandung riba, dan (4) bank syariah dinilai lebih adil dan
tidak memberatkan pada nasabah.

Sementara sebagian responden yang ragu-ragu dalam

memutuskan untuk mengadopsi atau tidak terhadap bank syariah didasarkan pada alasan: (1)
kurangnya informasi sehingga masyarakat umumnya tidak mengerti, (2)

sebagian lagi masih

meragukan kredibilitas bank syariah karena masih baru, (3) belum ada keinginan untuk mencoba, dan
(4) belum percaya terhadap implementasi hukum syariah yang dilakukan oleh bank syariah.

10

Sementara itu responden yang menjawab tidak akan mengadopsi karena

tidak mengerti, tidak

berminat, dan bank syariah belum terbukti.
Produk bank syariah yang paling banyak diminati masyarakat, adalah produk penghimpunan
dana. Jenis produk penghimpunan dana yang paling banyak diminati masyarakat adalah tabungan
mudharabah dan simpanan haji. Sementara produk pembiayaan yang dominan diminati adalah
produk pembiayaan dengan sistem bagi hasil (syirkah). Untuk produk jasa bank syariah, relatif
sangat kecil yang berminat untuk memanfaatkannya, terutama pada kelompok responden nasabah
bank syariah saja dan bukan nasabah bank.
Untuk mengetahui lebih jauh terhadap perilaku masyarakat terhadap bank syariah, maka
dianalisis dengan melakukan tabulasi silang yang menunjukkan hubungan antara pemanfaatan bank
syariah, tingkat pengetahuan terhadap bank syariah dan kondisi psikografis yang menunjukkan sikap
keislami-an yang tinggi.

Sikap islami yang tinggi diindikasikan dari jawaban pada pertanyaan

psikografis tentang sering meluangkan waktu untuk kajian-kajian keislaman dan selalu berusaha
memilih dan menggunakan produk-produk yang bernuansa islami, menjawab setuju atau sangat
setuju. Sementara pengetahuan tentang bank syariah hanya dibedakan antara yang tidak mengetahui
dan tahu tentang salah satu atau lebih tentang sistem operasional dan atau tentang produk bank
syariah. Sementara tingkat adopsi, menunjukkan apakah responden menjadi nasabah bank syariah,
baik nasabah penabung maupun pembiayaan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terhadap bank syariah
masih rendah. Namun terdapat hubungan positif antara tingkat pengetahuan tentang bank syariah
dengan adopsi bank syariah. Demikian juga dengan sikap islami, dimana tingkat adopsi masyarakat
yang memiliki sikap islami tinggi lebih baik dibandingkan yang tidak memiliki. K ondisi yang saya
pada potensi adopsi, masyarakat yang memiliki pengetahuan lebih baik tentang bank syariah atau
memiliki sikap islami yang tinggi memiliki potensi adopsi yang lebih baik, serta mampu memberikan
sikap secara lebih menyakinkan.Hal ini diindikasikan dengan semakin rendahya responden yang
menyatakan ragu-ragu pada kelompok ini.
Analisis potensi pengembangan bank syariah pada masing-masing lokasi penelitian dilakukan
dengan memadukan perkembangan beberapa indikator perkembangan sosial ekonomi antar wilayah
dan juga hasil analisis logit yang menunjukkan variabel-variabel sosial, ekonomi dan demografis yang
dominan mempengaruhi keputusan masyarakat untuk mengadopsi bank syariah, maka secara relatif
dapat disusun urutan potensi pengembangan bank syarih di lokasi penelitian. Variabel sosial yang
dijadikan indikasi antara lain: jumlah penduduk, jumlah penduduk muslim, jumlah tempat ibadah.
Sementara variabel ekonomi wilayah antara lain kinerja perbankan seperti nilai asset, dan
pembiayaan, termasuk pembiayaan untuk usaha kecil menengah, dan kelembagaan koperasi.
Sementara variabel demografi dari analisis logit untuk melihat lebih jauh segment pasar adalah
variabel-variabel yang secara signifikan mempengaruhi keputusan masyarakat untuk mengadopsi

11

bank syariah antara lain tingkat pendidikan baik formal maupun non formal, jenis pekerjaan, dan
tingkat penghasilan.
Berdasarkan indikator kinerja perbankan yang secara umum mengalami pertumbuhan yang
tinggi, maka potensi pertumbuhan ekonomi daerah Kalimantan Selatan

cukup tinggi sehingga

peluang pasar bank syariah juga masih terbuka. Hasil analisis skoring antar wilayah menunjukkan
potensi pengembangan bank syariah secara relatif secara berturut-turut adalah: Kota Banjarmasin
Kabupaten Banjar, Hulu Sungai Utara, Barito Kuala, Tanah Laut, Hulu Sungai Selatan, Tapin dan
Banjar Baru.
Segment pasar yang berpeluang digarap juga relatif beragam, yaitu kelompok pegawai negeri
maupun swasta, kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi, serta kelompok usaha kecil dan
menengah.

Sementara pada Kabupaten Banjar, segment pasar potensial adalah masyarakat

berpendidikan tinggi. Kabuapten HSU segment potensial adalah kelompok pengusaha terutama jasa.
Disini produk pembiayaan memiliki peluang lebih besar dikembangkan untuk bermitra dengan
pengusaha, sementara untuk Banjar dan juga Barito Kuala nampaknya produk penghimpunan dana
lebih berpeluang. Jenis produk pembiayaan yang juga berpeluang adalah pembiayaan konsumtif. Di
Kabupaten Barito Kuala segment pasar potensial adalah pegawai pemerintah dan swasta.
Kabupaten Banjar Baru secara relatif memiliki potensi paling rendah dibandingkan dengan
kabupaten lainnya.Khusus untuk Kabupaten ini perlu dicermati lebih lanjut karena ketersediaan data
relatif terbatas diabndingkan dengan kabupaten lainnya sehingga hasil analisis dimunkinkan memiliki
tingkat kepercayaan lebih rendah.

Namun secara geografis lokasi Banjar Baru dekat dengan

Banjarmasin dan Kabupaten Banjar.Demikian juga aksesibiltas relatif baik. Dilihat dari parameter ini
peluang pengembangan bank syariah di sini cukup terbuka. Namun bisa saja karena lokasinya yang
dekat dengan Banjarmasin dan juga Banjar, pelayanan bank syariah sudah dapat dilayani di Kedua
lokasi tersebut. Namun segment potensial di Banjar Baru adalah kelompok pegawai dan pengusaha,
khususnya industri pengolah. Untuk dua kabupaten lainnya, yaitu Tanah Laut dan Tapin, segment
potensial adalah pengusaha jasa dan kalangan masyarakat berpendidikan tinggi.

K ESI M PU LA N DA N REKO
REK O M EN DA SI
KE SIMPUL AN

Potensi permintaan masyarakat terhadap bank syariah di Kalimantan Selatan sangat tinggi.
Indikator yang menunjukkan tingginya potensi permintaan adalah: (1) kinerja ekonomi wilayah yang
diindikasikan dengan kinerja perbankan secara keseluruhan dalam penghimpunan dan penyaluran
kredit, (2) kinerja perbankan syariah yang meliputi perkembangan aset, penghimpunan dana dan
pembiayaan, dimana perkembangan kinerja bank syariah berada pada tahap pertumbuhan yang
semakin tinggi (increasing growth), dan (3) minat masyarakat untuk terus dan mau mengadopsi bank

12

syariah sangat tinggi. Berdasarkan indikator perkembangan ekonomi wilayah dan hasil analisis logit,
secara relatif lokasi yang memiliki potensi pengembangan bank syariah tertinggi berturut-turut
adalah: Kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar, Hulu Sungai Utara, dan Barito Kuala.
Segmen pasar potensial bagi pengembangan bank syariah di Kalimantan Selatan berdasarkan
hasil analisis logit adalah: masyarakat yang memiliki jenis pekerjaan pengusaha industri dan jasa,
kelompok masyarakat yang memiliki pendidikan formal dan non formal, penghasilan, jenis pekerjaan,
ketokohan agama, dan masyarakat yang memiliki kesan positif terhadap bank syariah.

Dengan

demikian membangun kesan positif ini perlu mendapat perhatian serius dari kalangan perbankan
syariah.
Variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk mengadopsi bank syariah
di Kalimantan Selatan adalah jenis pekerjaan, pertimbangan profesionalisme dan aksesibilitas bank,
tingkat pengetahuan tentang bank syariah, posisi tokok keagamaan, persepsi terhadap bunga yang
bertentangan dengan agama, kesan positif terhadap bank syariah dan keberadaan bank syariah.
Sementara keputusan masyarakat untuk terus mengadopsi bank syariah dipengaruhi oleh variabelvariabel tingkat pendidikan, pendidikan formal bisnis, keterbukaan terhadap informasi, pertimbangan
kemapanan dan asesibilitas bank, pengetahuan terhadap bank syariah, dan status nasabah bank
syariah saja. Sedangkan keputusan masyarakat untuk ingin mengadopsi bank syariah dipengaruhi
variabel-variabel: pendidikan non formal baik keagamaan maupun bisnis, jenis pekerjaan pengusaha
dan karyawan, keterbukaan terhadap informasi, pengetahuan terhadap bank syariah, kesan terhadap
bank syariah, persetujuan terhadap prinsip syariah dan status responden (nasabah bank konvensional
dan non nasabah bank).
Pertimbangan masyarakat dalam memilih bank baik bank konvensional maupun bank syariah
relatif sama.

Pertimbangan masyarakat yang utama dalam memilih bank adalah aksesibilitas,

kredibilitas, profesionalisme pelayanan, dan fasilitas pelayanan. Bunga/bagi hasil baik dalam
penghimpunan dana maupun pembiayaan bukan menjadi pertimbangan utama.
Tingkat pemahaman masyarakat terhadap bank syariah masih rendah dan tidak utuh yang
berakibat pada ketidakkonsistenan dalam bersikap terhadap sistem bunga dalam operasional
perbankan.

Sebagian besar masyarakat memandang sistem bunga bertentangan dengan agama,

namun setuju dengan penerapan sistem bunga dan/atau juga menjadi nasabah bank konvensional.
Di sisi lian, semakin baik pengetahuan tentang bank syariah semakin tinggi kemungkinan untuk
mengadopsi bank syariah. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang bank syariah menjadi isu strategis dalam pengembangan bank syariah di masa yang akan
datang. Sebagian besar masyarakat yang mengadopsi bank syariah masih dominan dipengaruhi oleh
emosi keagamaan belum berdasarkan pada pemahaman rasional yang baik. Hal ini oleh dominannya
alasan keagamaan dalam mengadopsi bank syariah.
Sebagian besar orang belum mengetahui fatwa MUI tentang bunga bank. Dari masyarakat
yang mengetahui, sebagian besar mendukung dikeluarkannya Fatwa MUI tersebut namun tidak
banyak yang merespon dengan melakukan tindakan riil baik yang telah bertindak maupun sekedar
rencana. Hampir semua masyarakat tidak mengenal adanya sistem windows dalam operasional bank

13

syariah. Pada umumnya masyarakat tidak peduli dengan bentuk-bentuk kantor bank syariah.
Sumber informasi masyarakat tentang perbankan baik bank konvensional maupun bank
syariah yang utama berasal dari teman/kerabat, televisi dan surat kabar. Demikian juga sumber
informasi fatwa MUI tentang bunga bank yang utama berasal dari Televisi dan surat kabar. Hal ini
menunjukkan bahwa peranan ulama dalam sosialisasi perbankan syariah dan fawa MUI masih
rendah.
RE KOME NDASI

Penelitian ini hanya memberikan gambaran umum tentang potensi dan preferensi dan perilaku
masyarakat terhadap bank syariah di Kalimantan Selatan. Untuk melihat potensi pasar bank syariah
secara riil baik pada wilayah Kalsel maupun pada lokasi tertentu perlu dilakukan penelitian tindak
lanjut burupa mark eting research secara lebih mendalam.
Mengingat pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap bank syariah masih rendah,
maka diperlukan sosialisasi tentang bank syariah secara intensif, komprehensif dan terstruktur
termasuk mengedepankan aspek rasionalitas ekonomi, bukan semata pertimbangan emosional
keagamaan. Sejalan dengan upaya tersebut, bank syariah juga harus meningkatkan kinerja terutama
menyangkut fasilitas, aksesibilitas dan kemampuan sumberdaya manusianya, sehingga dapat bersaing
dengan bank konvensional dalam penyediaan pelayanan.
Untuk lebih mempercepat proses sosialisasi dan peningkatan pemahaman masyarakat
terhadap bank syariah, maka keikutsertaan institusi keagamaan (pesantren, ulama dan organisasi
keagamaan) baik tingkat nasional maupun lokal perlu ditingkatkan, termasuk didalamnya adalah
institusi Dewan Pengawas Syariah dari tingkat pusat sampai tingkat daerah.

14