Rita Zonasi Kalsel

KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BAGIAN TENGAH
Oleh:
Ssiti Sumilah Rita SS
Subdit Batubara, DIM

SARI

Eksploitasi batubara di Indonesia saat ini hampir seluruhnya dilakukan dengan menggunakan metoda
tambang terbuka, suatu saat dengan berkurangnya cadangan batubara yang bisa dieksploitasi dengan tambang
terbuka sementara kebutuhan akan energi terus meningkat, akan menuntut eksploitasi sumber daya batubara di
bawah permukaan yang hanya bisa diekstraksi dengan menggunakan metoda tambang dalam.
Kajian ini merupakan study awal dalam perencanaan pemilihan daerah berpotensi untuk pengembangan
batubara tambang dalam di Propinsi Kalimantan Selatan di masa yang akan datang. Secara umum kajian
bertujuan untuk menginventaris besarnya sumberdaya serta kualitas batubara di daerah pengandung batubara
pada kedalaman > 100 meter
Pembuatan zonasi tambang dalam di propinsi Kalimantan Selatan melibatkan data permukaan dan atau
bawah permukaan serta mengacu pada 3 parameter geologi yaitu ketebalan, kemiringan dan kualitas lapisan
batubara. Ketiga parameter dasar tersebut, dalam kajian ini dianggap paling berpengaruh dalam menentukan
keekonomisan batubara untuk ditambang dengan menggunakan teknik tambang dalam.
Berdasarkan data-data yang berhasil dikumpulkan, wilayah kajian dibagi kedalam 6 blok utama, yaitu:

blok Tanjung, Amuntai, Rantau, Banjarbaru, Sebamban-Pularan dan Satui-Kintap. Dari keenam blok tersebut,
telah berhasil direkonstruksi sebanyak 44 zonasi batubara di kedalaman 100-500m dengan 30 zona
diantaranya dianggap cukup berpotensi untuk dilakukan penambangan dengan metoda tambang dalam.
Sumberdaya hipotetik di zona berpotensi untuk tambang dalam yang berhasil dikalkulasi dalam kajian ini
diperkirakan sebesar 398.925, 580 x 103 ton. Sedangkan sumberdaya hipotetik di semua zona di kedalaman
100-300m yang berhasil dikalkulasi dalam kajian ini diperkirakan sebesar 1.058.530,845 x103 ton

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Batubara adalah salah satu sumberdaya energi
yang cukup melimpah terdapat di Indonesia. Saat ini,
batubara di Indonesia bukan hanya merupakan
komoditi ekspor penghasil devisa negara tetapi juga
mulai dimanfaatkan sebagai sumber energi pengganti
minyak dan gas bumi. Di masa yang akan datang,
dengan harga yang relatif lebih murah serta
keberadaannya
yang
melimpah
diperkirakan

pemakaian batubara di dalam negeri akan terus
meningkat, terutama dengan semakin menyusutnya
cadangan minyak dan gas bumi yang dimiliki
Indonesia.
Eksploitasi batubara di Indonesia saat ini
hampir seluruhnya dilakukan dengan menggunakan
metoda tambang terbuka (open cut mining), suatu saat
dengan berkurangnya cadangan batubara yang bisa
dieksploitasi dengan tambang terbuka sementara
konsumsi energi terus meningkat, akan menuntut
eksploitasi sumber
daya batubara
di bawah
permukaan yang hanya bisa diekstraksi dengan
menggunakan metoda tambang dalam.
Hal lain yang mendukung pengoperasian
batubara tambang dalam, adalah kesadaran masyarakat
terhadap masalah lingkungan yang terus meningkat.

PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005


Metoda tambang terbuka yang walaupun memiliki
banyak keuntungan, diyakini lebih berdampak negatif
terhadap lingkungan, dibandingkan metoda tambang
dalam. Karenanya, produksi batubara tambang dalam
di masa yang akan datang menjadi salah satu program
yang pantas dipertimbangkan untuk dikembangkan,
bukan hanya karena memiliki dampak negatif yang
lebih kecil terhadap lingkungan tetapi juga karena
memungkinkan pemanfaatan potensi sumberdaya
batubara pada kedalaman lebih besar dari 100 meter
sebagai cadangan sumber energi nasional.
1.2. Tujuan Kegiatan
Kajian ini merupakan study awal dalam
perencanaan
pemilihan daerah berpotensi untuk
pengembangan batubara tambang dalam di masa yang
akan datang. Secara umum kajian bertujuan untuk
menginventaris
besarnya

sumberdaya
serta
karakteristik batubara di daerah pengandung batubara
pada kedalaman > 100 meter.
1.3. Lokasi Daerah Penyelidikan
Kajian zonasi potensi tambang dalam dilakukan di
propinsi Kalimantan Selatan sebagai daerah kedua
penghasil batubara terbesar di Indonesia (Gambar 1).
Daerah kajian dibatasi oleh garis lintang 3o di arah
Selatan dengan batas propinsi di arah utara.

ZONASI BATUBARA - KALSEL

Gambar 1. Daerah Penyelidikan
2. Metoda dan Sistematika Pekerjaan
Metoda yang digunakan dalam kajian
batubara tambang dalam berupa studi literatur, dengan
melakukan proses inventarisasi serta evaluasi data
sekunder yang berasal dari laporan-laporan baik dari
instansi terkait, laporan PKP2B maupun dari dinas

pertambangan daerah setempat
Secara umum, lingkup pekerjaan dalam kajian ini
dapat dibagi kedalam 3 bagian utama, yaitu:
1. Pengelompokan/pengkelasan wilayah dengan
potensi sumberdaya batubara di propinsi
Kalimantan Selatan,
yang berdasarkan
parameter yang telah ditentukan, dianggap
berpotensi
untuk
ditambang
dengan
menggunakan teknik tambang dalam.
2. Pembuatan peta zonasi potensi batubara
untuk tambang dalam
3. Penghitungan besarnya sumberdaya hipotetik
batubara di kedalaman >100m
Sedangkan secara lebih terinci, sistematika
pekerjaan dalam kajian ini adalah:
1. Studi

literatur
yang
juga
meliputi
inventarisasi data sekunder .
2. Evaluasi data sekunder
PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005

3.

4.
5.
6.
7.

Uji petik lapangan untuk data-data penting
yang tidak tersedia serta membutuhkan
inventarisasi langsung dari wilayah terpilih
Pengelompokan lapisan batubara terpilih
Pembuatan penampang geologi yang dilalui

oleh sebaran lapisan batubara terpilih
Penentuan zonasi daerah potensi batubara
tambang dalam pada peta geologi.
Evaluasi akhir, pembuatan laporan

2.1.

Parameter pembuatan zonasi
Pembuatan zonasi tambang dalam melibatkan
data singkapan batubara permukaan dan atau bawah
permukaan dan dibuat mengacu pada 3 parameter
yaitu:
• Kedalaman lapisan
Dalam kajian ini karena terbatasnya data
pemboran dalam, zonasi sebagian besar
dibuat dari kedalaman 100m hingga
kedalaman 300m atau maksimal hingga
500m.
• Ketebalan lapisan
Karena kajian bersifat regional pada peta

berskala
kecil
dan
dengan
mempertimbangkan karakteristik formasi
ZONASI BATUBARA - KALSEL



2.2.

pembawa batubara di daerah kajian, yaitu
formasi Tanjung (dengan ketebalan batubara
rata-rata 2m) dan formasi Warukin (dengan
ketebalan rata-rata lapisan batubara >2m),
untuk memudahkan penzonaan, pembagian
zonasi berdasarkan ketebalan dibuat dengan
mengacu pada dua kriteria yaitu zona dengan
ketebalan rata-rata lapisan batubara >2m dan
zona dengan ketebalan rata-rata lapisan

batubara 6100 (high class)
dan zona potensi batubara dengan kalori
4m dianggap lebih
beresiko untuk ditambang dengan teknik
tambang dalam. Tetapi kemajuan teknologi
saat ini telah memungkinkan penambangan
dengan teknik tambang dalam untuk batubara
dengan ketebalan hingga 7m. Dalam kajian
ini ditentukan bahwa zona yang dianggap
berpotensi
memiliki
ketebalan
2-7m.
Batubara kurang dari 2m jelas kurang
menguntungkan untuk ditambang dengan
metoda tambang dalam, sedangkan batubara
dengan ketebalan >7m beresiko tinggi dan
kemungkinan membutuhkan biaya investasi
yang lebih besar, sehingga kemungkinan juga
kurang menguntungkan.

Kemiringan lapisan batubara yang dianggap
ideal untuk tambang dalam adalah 10-15o,
tetapi seperti halnya ketebalan, kemajuan
teknologi saat ini telah memungkinkan
batubara dengan kemiringan curam (< 35o)
untuk ditambang dengan metoda tambang
dalam. Oleh karena itu dalam kajian ini
ditentukan bahwa zona yang dianggap
berpotensi memiliki kemiringan < 35o.
Kualitas sudah barang tentu menentukan
keekonomisan suatu lapisan batubara untuk
ditambang dengan teknik tambang dalam.
Dalam hal ini ditentukan bahwa zona yang
lebih berpotensi adalah zona yang memiliki
batubara dengan kualitas tinggi (high class)
yaitu batubara dengan kalori > 6100.

Secara garis besar, kriteria zona potensial disarikan dalam tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Zona Potensial untuk tambang dalam
di propinsi Kalimantan Selatan

Zona Potensial
Ketebalan
Kemiringan

>2m
6100

4. GEOLOGI REGIONAL
Wilayah kajian sebagian besar termasuk ke
dalam sub cekungan Barito bagianUtara dan sub
cekungan Asam-asam. Wilayah kajian meliputi 4
(empat) lembar Peta Geologi, yaitu Lembar Buntok,
Balikpapan, Amuntai dan Sampanahan.
Sejarah pengendapan di cekungan Barito
dimulai dengan pengisian batuan sedimen Tersier
setebal + 6000 meter yang telah mengalami mega
siklus transgresi dari Eosen sampai Oligosen-Miosen
dan regresi dari Miosen sampai Pliosen. Akibat dari
terangkatnya pengunungan Meratus sekitar Miosen
tengah, maka cekungan Barito tersisolasi dari laut
bagian Timur yang menyebabkan terjadinya endapanendapan sediment klastik dan batubara yang sangat

PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005

tebal dengan sumber sedimentasi dari barat. Batuan
dasar dari dari cekungan Barito adalah batuan Pra
Tersier yang termasuk dalam satuan batuan volkanik
Kasale yang dikorelasikan dengan formasi Haruyan
yang berumur Kapur atas, dimana di atasnya
diendapkan secara tidak selaras formasi Tanjung
berumur Eosen yang kemudian diendapkan secara
selaras formasi Berai yang berumur Oligo-Miosen dan
diatasnya kemudian diendapkan formasi Warukin yang
berumur Miosen.
Batubara di cekungan Barito ditemukan pada
formasi Tanjung yang berumur Eosen dan formasi
Warukin yang berumur Miosen. Ketebalan batubara
Eosen bervariasi dari 2 hingga 4 meter sedangkan
batubara miosen ditemukan sangat tebal, beberapa
bahkan hingga lebih dari 30 meter.

ZONASI BATUBARA - KALSEL

Gambar 2. Stratigrafi Cekungan Barito

4.

Hasil Kajian

Berdasarkan parameter serta kriteria yang
telah ditentukan dalam kajian ini penzonaan telah
berhasil dikerjakan pada sebagian besar wilayah
penghasil batubara di Kalimantan Selatan, yang dibagi
kedalam 6 Blok utama (gambar 3), yaitu:
„
„
„
„
„
„

Informasi zonasi potensi tambang dalam
disajikan dalam bentuk 6 peta zonasi berskala 1 :
100.000. Kegiatan pengkajian juga telah berhasil
memperkirakan bersarnya sumberdaya hipotetik
batubara di kedalaman 100-300m, dalam zona yang
dianggap berpotensi maupun kurang berpotensi untuk
tambang dalam. Secara lebih rinci, karakteristik setiap
blok berserta zonasinya disarikan dalam tabel 3.

Blok Tanjung
Blok Amuntai
Blok Rantau
Blok Banjarbaru
Blok Sebamban-Pularan
Blok Satui-Kintap

PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005

ZONASI BATUBARA - KA

Gambar 3.
Peta blok wilayah kajian zonasi potensi tambang dalam
di propinsi Kalimantan Selatan

PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005

ZONASI BATUBARA - KALSEL

Tabel 1.
Karakteristik zona di blok-blok wilayah kajian zonasi potensi batubara
untuk tambang dalam Kalimantan Selatan
A. Formasi Tanjung
KARAKTERISTIK ZONA

No

1
2
3
4
5
6

Nama Blok

Jml zona

Tanjung
Amuntai
Rantau
Banjarbaru
Sebamban
Satui-Kintap
Total

10
_
1
4
9
6
30

Tebal rata2
lap
2
_
2
2.2
2
2.5

Formasi Tanjung
Dip rata2 Kualitas
lap batubara
cal/gr
27
6000-7753
_
_
35
6500-7300
25
6200-7200
25
6600-7013
20
6100-7500

Sumberdaya
hipotetik
(ton)
246.082.722,00
_
23.764.654,74
1.349.882,00
72.534.464 ,00
127.728.322,00
398.925.580,74

B. Formasi Warukin
KARAKTERISTIK ZONA
Formasi Warukin
No

1
2
3
4
5
6

Nama Blok

Tanjung
Amuntai
Rantau
Banjarbaru
Sebamban
Satui-Kintap

Jml
Zona

Tebal rata2
lap (m)
1
3
2
_
6
_

10
7.7
8
_
7.5
_

Dip rata2
lap.batubara
(o)
60
65
35
_
20
_

Kualitas
lap.batubara
cal/gr
4700-5300
4675-5535
4700-5500
_
4500-5500
_

Sumberdaya
hipotetik
(ton)
22.343.750,00
319.092.791,26
295.298.135,96
_
22.870.588,00
_
659.605.265,22

Total

12

PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005

ZONASI BATUBARA - KALSEL

Gambar 4. Contoh zonasi potensi batubara untuk tambang dalam
di formasi Tanjung, Blok Tanjung, skala 1:100.000
5.

Kesimpulan
Hasil kajian berhasil merekonstruksi sekitar
30 zona terpilih di daerah kajian yang berdasarkan
ketebalan, kualitas dan kemiringan dianggap paling
berpotensi untuk dilakukan penambangan dengan
metoda tambang dalam. Pekerjaan zonasi
ini
hanyalah sebuah studi awal dalam perencanaan
wilayah berpotensi untuk pengembangn batubara
tambang dalam di propinsi Kalimantan Selatan.
Karena
sebagian
besar
data
yang
dipergunakan adalah data permukaan, studi lebih
lanjut termasuk diantaranya pengeboran dalam sangat
diperlukan terutama di wilayah-wilayah yang dalam

kajian awal ini dianggap berpotensi untuk
pengembangan tambang dalam.
Sumberdaya hipotetik di zona berpotensi untuk
tambang dalam yang berhasil dikalkulasi dalam kajian
ini diperkirakan sebesar 398.925, 580 x 103 ton.
Sedangkan sumberdaya hipotetik di semua zona di
kedalaman 100-300m yang berhasil dikalkulasi dalam
kajian ini diperkirakan sebesar 1.058.530,845 x103
ton
Daerah dengan sumberdaya batubara di sisi
timur (subcekungan Pasir) dari propinsi Kalimantan
Selatan belum terolah dalam kajian ini, diharapkan
akan bisa dikaji juga di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Ari Dinarna. T, dkk, 1999. Laporan Eksplorasi Cekungan Batubara di daerah Haruai dan sekitarnya
Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan. Direktorat Sumberdaya Mineral, Proyek Eksplorasi
Bahan Galian Mineral Indonesia.
Cahyono. JAE, dkk, 1990, Penyelidikan pendahuluan batubara di daerah Muara Uya dan sekitarnya, Proyek
Eksplorasi Bahan Galian Mineral Indonesia Direktorat Sumberdaya Mineral,
Fatimah dkk, 2004, Kajian Zonasi batubara untuk tambang dalam di bagian Selatan Propinsi Kalimantan
Timur, Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral
Friederich. M.C et al, 1999, The geological setting of Indonesian coal deposit, The AusIMM Procedings.
Herryanto. R, Sanyoto. P, 1994, Peta Geologi Lembar Amuntai, Pusat Penelitian dan Pegembangan Geologi
Bandung
Supriatna. S, dkk, 1994, Peta Geologi Lembar Buntok, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung
PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005

ZONASI BATUBARA - KALSEL