DINAMIKA PESTISIDA DALAM LINGKUNGAN

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 19:05:36 2017 / +0000 GMT

DINAMIKA PESTISIDA DALAM LINGKUNGAN
LINK DOWNLOAD [89.00 KB]
PENDAHULUAN
Di Indonesia, pestisida yang paling dominan banyak digunakan sejak tahun 1950an sampai akhir tahun 1960an adalah pestisida dari
golongan hidrokarbon berklor seperti DDT, endrin, aldrin, dieldrin, heptaklor dan gamma BHC. Penggunaan pestisida-pestisida
fosfat organik seperti paration, OMPA, TEPP pada masa lampau tidak perlu dikhawatirkan, karena walaupun bahan-bahan ini sangat
beracun (racun akut), akan tetapi pestisida-pestisida tersebut sangat mudah terurai dan tidak mempunyai efek residu yang menahun.
Hal penting yang masih perlu diperhatikan masa kini ialah dampak penggunaan hidrokarbon berklor pada masa lampau khususnya
terhadap aplikasi derivat-derivat DDT, endrin dan dieldrin.
Pada tanah-tanah pertanian yang menggunakan bahan organik yang tinggi, residu pestisida akan sangat tinggi karena jenis tanah
tersebut di atas menyerap senyawa golongan hidrokarbon berklor sehingga persistensinya lebih mantap. Kandungan bahan organik
yang tinggi dalam tanah akan menghambat proses penguapan pestisida. Kelembaban tanah, kelembaban udara, suhu tanah dan
porositas tanah merupakan salah satu faktor yang juga menentukan proses penguapan pestisida. Penguapan pestisida terjadi
bersama-sama dengan proses penguapan air. Residu pestisida yang larut terangkut bersama-sama butiran air keluar dari tanah
dengan jalan penguapan, akan tetapi masih mungkin jatuh kembali ke tanah bersama debu atau air hujan. Air merupakan medium
utama bagi transportasi pestisida. Pestisida dapat menguap karena suhu yang tinggi dan kembali lagi ke tanah melalui air hujan atau
pengendapan debu.
PENGGOLONGAN SENYAWA KIMIA PESTISIDA

Menurut Watterson (1988), ada banyak penggolongan/jenis-jenis pestisida yang beredar di pasaran dan senantiasa digunakan baik
yang ditujukan kepada hewan,tumbuhan maupun jazad renik, yang mengendalikan jenis serangga maupun hewan yang berpotensi
sebagai organisme pengganggu tananam (OPT) adalah insektisida, rodentisida, molusisida, avisida, dan mitisida. Sedangkan yang
mengendalikan jazad renik antara lain bakterisida, fungisida, algisida. Selain dari pada itu terdapat senyawa kimia yang sifatnya
hanya sebagai pengusir serangga (insect repellent), dan sebaliknya ada pula yang justru menarik serangga untuk datang (insect
attractant) serta ada yang dapat memandulkan serangga (Tabel 1).
Jenis Pestisida Fungsi dan kegunaannya
Insektisida
Herbisida
Fungisida
Nematoda
Rodentisida
Bakterisida
Akarisida
Algisida
Mitisida
Molusisida
Avisida
Piscisida
Ovisida

Desinfektant
Growth regulator
Defoliant
Desiccant
Repellent
Atractant
Chemosterilant Mengontrol and mngendalikan serangga
Membunuh rumput (gulma)
Membunuh jamur
Membunuh nematoda
Membunuh tikus

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/15 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 19:05:36 2017 / +0000 GMT

Membunuh bakteri

Membunuh laba-laba
Membunuh alga
Membunuh mite
Membunuh moloska
Mengusir burung
Mengendalikan ikan
Menghancurkan telur
Menghancurkan atau menginaktifkan mikroorganisme yang berbahaya
Merangsang/menghambat pertumbuhan
Penggugur daun
Mempercepat pengeringan tanaman
Mengusir serangga, rayap, anjing dan kucing
Menraik serangga
Mensterilisasi serangga
Tabel 1. Jenis-Jenis Pestisida dan Kegunaannya
Sumber: Watterson (1988)
DINAMIKA PESTISIDA DALAM LINGKUNGAN
Menurut Tarumingkeng (1977), dinamika pestisida dalam ekosistem lingkungan dikenal istilah residu. Istilah residu tidak sinonim
dengan arti deposit. Deposit ialah bahan kimia pestisida yang terdapat pada suatu permukaan pada saat segera setelah penyemprotan
atau aplikasi pestisida, sedangkan residu ialah bahan kimia pestisida yang terdapat di atas atau di dalam suatu benda dengan

implikasi penuaan (aging), perubahan (alteration) atau kedua-duanya. Residu dapat hilang atau terurai dan proses ini kadang-kadang
berlangsung dengan derajat yang konstan. Faktor-faktor yang mempengaruhi ialah penguapan, pencucian, pelapukan (weathering),
degradasi enzimatik dan translokasi. Dalam jumlah yang sedikit (skala ppm), pestisida dalam tanaman hilang sama sekali karena
proses pertumbuhan tanaman itu sendiri.
Seperti halnya reaksi-reaksi kimia lain, penghilangan residu pestisida mengikuti hukum kinetika pertama, yakni derajat/kecepatan
menghilangnya pestisida berhubungan dengan banyaknya pestisida yang diaplikasi (deposit). Dinamika pestisida di alam akan
mengalami dua tahapan reaksi, yakni proses menghilangnya residu berlangsung cepat (proses desipasi), atau sebaliknya proses
menghilangnya residu berlangsung lambat (proses persistensi). Terjadinya dua proses ini disebabkan karena deposit dapat diserap
dan dipindahkan ke tempat lain sehingga terhindar dari pengrusakan di tempat semula. Terhindarnya insektisida yang
ditranslokasikan dari proses pengrusakan dimungkinkan oleh faktor-faktor lingkungan yang kurang merusak sehingga terjadi proses
penyimpanan (residu persisten). Kemungkinan lain adalah pestisida akan bereaksi dan mengalami degradasi sehingga hilangnya
residu berlangsung cepat (Tarumingkeng,1977).
KASUS-KASUS PENCEMARAN PESTISIDA
Terhadap Hewan Vertebrata
Moore (1974) mengemukakan bahwa burung pemangsa tikus Falcon tininuculus dan Tyto alba banyak yang terkontaminasi oleh
pestisida akibat memangsa tikus yang telah memakan umpan biji-bijian yang dicampur dieldrin, sedang Jefferies (1972)
mengemukakan bahwa kelelawar dari jenis Pipistrellus, Plocetius dan Myotis ditemukan banyak mengandung residu organoklorin
jenis DDE (± 10,68 ppm), DDT (± 4,62 ppm) dan dieldrin (± 0,29 ppm) dalam organ hatinya. Di Indonesia, dampak pengaruh
samping dari aplikasi DDT dan metabolit DDE menunjukkan adanya korelasi negatif antara residu DDT pada telur bebek dan
tebalnya kulit telur. Ini menunjukkan bahwa pada saat dilakukan pengukuran, efek residu pestisida tersebut belum significant

mencemari bebek yang ada di Indonesia (Koeman, 1974). Pada hewan amfibi seperti kodok, pencemaran dapat mengubah perilaku
dan kelainan morfologi khususnya terhadap ekor dan moncong (Cooke, 1970).
Terhadap Hewan Invertebrata
Palpp (1976) mengemukakan bahwa pengaruh samping dari pada penggunaan pestisida terhadap hewan inveterbrata dapat berupa
timbulnya pembentukan kekebalan (resistensi) ataupun resurgensi. Pembentukan kekebalan terjadi melalui beberapa mekanisme
seperti perubahan asetilkolines-trase, menurunnya penyerapan, kekebalan terhadap pengatur pertumbuhan (growth regulator),
kekebalan terhadap piretroid, kekebalan metabolisme terhadap organofosfat dan karbamat serta kekebalan terhadap senyawa
pestisida berklor. Szeics et al. (1973) menemukan bahwa penyerapan insektisida oleh kulit serangga bertambah sesuai dengan
polaritasnya. Hal ini diamati pada percobaan terhadap Heliothis virescens, akan tetapi penurunan penyerapan dapat terjadi dan

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/15 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 19:05:36 2017 / +0000 GMT

merupakan mekanisnme kekebalan. Walaupun mekanisme tersebut di atas belum dapat dijelaskan secara rinci, akan tetapi
pengamatan pada larva Heliothis zea yang lebih tua nampak lebih kebal dari yang muda (Gast, 1961).
Kasus lain ditemukan bahwa fungisida dengan sodium metan dan formaldehida yang digunakan terhadap permukaan atau yang

diinjeksikan mempunyai pengaruh tajam dan akan membunuh binatang-binatang tanah yang terkena sampai pada ke dalaman 15 cm.
Jenis pestisida yang paling besar pengaruhnya terhadap musnahnya faunah tanah adalah insektisida di banding pestisida lain seperti
herbisida dan fungisida. Insektisida-insektisida tersebut yang paling banyak digunakan adalah hidrokarbon berklor dan organofosfat.
Senyawa hidrokarbon berklor dapat menjadi penyebab berkurangnya populasi tungau pemangsa colembola sehingga populasi
colembola berkembang, sebaliknya senyawa dari jenis aldrin dan derivatnya pengaruhnya tidak terlalu significant menurunkan
populasi tungau (Sheals, 1956).
Terhadap Kehidupan Perairan
Sumber pencemaran perairan oleh pestisida ialah adanya aliran air dari daerah pertanian terutama selama musim hujan. Pada kadar
yang tinggi pestisida dapat membunuh jazad yang hidup di dalam air. Pestisida-pestisida yang persistensinya tinggi seperti golongan
organoklorin meskipun dengan kosentrasi rendah dapat masuk dalam rantai makanan dan mengalamai proses peningkatan kadar
(biological magnification) sampai pada derajat yang mematikan (Coutney et.al.,1973). Terhadap kehidupan fitoplankton, perlakuan
paraquat pada dosis 1,0 ppm selama 4 jam dapat menurunkan produktivitas 53%, perlakuan diquat dengan dosis yang sama selang
waktu 48 jam menurunkan produktivitas 45%, sedangkan diuran dengan dosis 1,0 ppm dalam 4 jam menurunkan produktivitas
sampai 87% (Pimentel, 1974).
Daya meracun berbagai pestisida khususnya herbisida terhadap kehidupan ikan telah banyak diteliti. Misalnya kemampuan meracuni
kehidupan ikan, jenis insektisida nampak lebih kuat dibanding herbisida. Akan tetapi karena pemakaian herbisida sebagai
pengendali gulma intensitas pemakaiannya lebih tinggi, maka dampak kerusakannya lebih nampak. Nilai toksisitas akut herbisida
terhadap ikan umumnya jauh lebih tinggi dari pada konsentrasi yang dibutuhkan untuk mengendalikan gulma. Sebagai contoh,
herbisida paraquat pada kadar aplikasi 1,14 ppm dapat mematikan ikan lele, dan ikan salmon 3 hari setelah aplikasi (Duursma and
Marchand, 1974).

Terhadap Tumbuhan
Aplikasi pestisida pada kadar rendah (sublethal) dapat memberi pengaruh resisten terhadap tumbuhan pengganggu., oleh karena itu
penyemprotan yang tak sempurna dapat menimbulkan pengaruh jangka panjang yang tak terduga. Di samping itu secara tidak
langsung penggunaan pestisida (herbisida) akan merangsang tumbuhan pengganggu lain yang bukan sasaran justru menjadi
dominan. Sebagai contoh pertumbuhan alang-alang Imperata cylindrica dapat ditekan dengan penggunaan herbisida, akan tetapi di
sisi lain rumput Mikinia micranta justru akan tumbuh subur dan merajalela di tempat itu karena persaingannya dengan alang-alang
sudah tidak ada lagi. Demikian juga dengan jenis rumput Pennisetum polystachion yang mempunyai tingkat kepadatan biji yang
sangat banyak (300.000 ? 370.000 biji/tanaman) tidak dapat tumbuh pada kondisi gelap (di bawah naungan alang-alang), tetapi pada
saat alang-alang dibasmi, maka rumput ini akan tumbuh dominan (Soedarsan dan Amir, 1975).
Terhadap Kesehatan Manusia
Menurut Watterson (1988) secara umum telah banyak sekali bukti-bukti yang ditemukan pengaruh samping senyawa kimia pestisida
terhadap kesehatan manusia. Beberapa jenis penyakit yang telah diteliti dapat diakibatkan oleh pengaruh samping penggunaan
senyawa pestisida antara lain leukemia, myaloma ganda, lymphomas, sarcomas jaringan lunak, kanker prostae, kanker kulit, kanker
perut, melanoma, penyakit otak, penyakit hati, kanker paru, tumor syaraf dan neoplasma indung telur. Selain dari pada itu, beberapa
senyawa pestisida telah terbukti dapat menjadi faktor "carsinogenic agent" baik pada hewan dan manusia, yakni tercatat ada 47 jenis
bahan aktif pestisida ditemukan terbukti sebagai carsinogenic agent pada hewan, dan 12 jenis lagi terbuti sebagai carsinogenic agent
pada manusia (Gosselin, 1984: IARC, 1978: Saleh, 1980) (Tabel 2).
Tabel 2. Senyawa-Senyawa Pestisida yang Telah Terbukti dapat Menjadi Faktor Penyebab Penyakit Kanker (Carsinogenic Agent)
pada Hewan dan Manusia
Bahan aktif Hewan Manusia Bahan aktif Hewan Manusia

acrylonitrile
aldrin
aminotriazole
amitraz
arsenic oxide
azinphos-metyl (guthion)
cadmium

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/15 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 19:05:36 2017 / +0000 GMT

captan
carbaryl
carbontettrachloride
chloramben
chlordane

chlordecone (kepone)
chlordimeform
chlorobenzilate
chlorofenol(group)
chlorothalenil
2,4-D
DBCP
DDT
diallate
1,2, dichloropropane
1,3, dichloropropane
dicofol
dieldrin
dimethoate
endosulfan +
+
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
++

-

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/15 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 19:05:36 2017 / +0000 GMT

+
+
+
+
- ethylene dibromide
ethylen thiourea
formaldehyde
hempa
heptachlor
lindane
maleic hydrazide
maneb
MCPA
methidathion
methylene bromide
methylene dichloride
mexacarbamate
mirex
monuron
parathion
pentachlorophenol
permethrin
picloram
rotenone
sodium azide
sulfallate
2,4,5-T
2,3,6 TBA
tetrachlorvinphos
trichlorfon
trifluralin +
+

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 5/15 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 19:05:36 2017 / +0000 GMT

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
++
+
+
+
+
+
+
+
-

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 6/15 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 19:05:36 2017 / +0000 GMT

Sumber : Gosselin (1984);IARC(1978):Saleh(1980)
Catatan : + = ditemukan bukti; - = tidak ditemukan bukti
Fakta lain ditemukan pula bahwa ternyata tercatat 80 jenis bahan aktif pestisida juga dapat menjadi penyebab atau sebagai faktor
"mutagenic agent" (Moriya, 1983; Weinstein, 1984; Sandhu, 1980; Simmon, 1980) (Tabel 3). Lebih jauh ditemukan lagi fakta
bahwa senyawa pestisida juga dapat menjadi penyebab penyakit peradangan kulit dan penyakit kulit lainnya sebagai akibat
timbulnya alergi dan iritasi. Yang dapat menyebabkan alergi pada kulit tercatat ada 20 jenis bahan aktif sedangkan yang
menyebabkan iritasi tercatat ada 42 jenis bahan aktif (Weinstein, 1984: Gosselin, 1984) (Tabel 4).
Tabel 3. Senyawa-Senyawa Pestisida Yang Telah Terbukti Dapat Menjadi Fakta Penyebab Mutasi Genetik (Mutagenic Agent)
acephate
allethtrin
azinphos-methyl
benomyl
bromocil
butaclor
cocodylic acid
captafol
captan
carbaryl
carbendazim
carbofuran
chlormethoxynil
chlorfenvinphos
chloropicrin
chlorpyrifos
cyclophosphamide
2,4-D acid
2,4-BB acid
DBCP
DD
DDC
DDT
demeton
1,2,dibromethane
dicamba
dichlorfluanid Dicrotophos
dichlorvos
dimethoate
dinocap
dinoseb
disulfoton
echlomezel
ethylnechlorohydrin
ethylenedibromide
ethylenedichloride
ethylene oxide
ethylene thiourea
EMS
ESP
fenaminosulf
fenitrithion

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 7/15 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 19:05:36 2017 / +0000 GMT

ferbam
folpet
HEH(2-hydroxyethylenehydrazin)
hemel
MAF
MCPA
malaeic hydrazide
metepa
methyl dibromide
monocrotophos
NBT(2,4-dinitrophenylthiocyanate)
NNN(5-nthro-1-napthalonitrile)
nitofen
oxydemeton-methyl
oxine copper
parathion-methyl
pentachlorophneol
phenazine oxide
phosmer
pirimiphosmethyl
polycarbamate
polyoxin D-Zn
propanil
salithion
simazine
2,4,5-T
thiometon
thiram
toxaphene
triallate
trichlorfon
TTCA(asomate)
vamidothion
ziram
Sumber : Moriya (1983); Weinstein (1984); Sandhu (1980); Simmmon 1980)
Tabel 4. Senyawa-Senyawa Pestisida Yang Telah Terbukti Dapat Menjadi Faktor Penyebab Penyakit Radang Kulit Dan Penyakit
Kulit Lainnya (Alergi Dan Iritasi)
Bahan aktif Jenis peradangan Bahan aktif Jenis peradangan
alergi iritasi alergi iritasi
acephate
anilazine
benomyl
captafol
captan
chloropicrin
chlorothalonil
cyhexatin
DCDA
demeton
dialifur

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 8/15 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 19:05:36 2017 / +0000 GMT

chazinon
dimethoate
dinobuton
dinoseb
disulfoton
DNCB
DNOC
DVDP
endosulfan
ethephon
ethion
ferbam
folpet
formaldehyde
glyphosate +
+
+
+
+
+
-+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 9/15 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 19:05:36 2017 / +0000 GMT

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+ kelthane
lindane
malathion
mancozeb
maneb
mercaptobenothiazole
methidathion
methomyl
methylphenol(cresol)
methyl parathion
mevinphos
monocrotophos
naled
nitrofen
parathion
PCNB
phosmet
propagite
pyrethroids
sulphur
thiram
toxaphene
triazine
zineb
zitram +
+
+
+
+
-

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 10/15 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 19:05:36 2017 / +0000 GMT

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Sumber : Weinstein (1984); Gosselin (1984)
Catatan : + = ditemukan bukti; - = tidak ditemukan bukti
Secara umum, proses peracunan senyawa pestisida dapat diamati berdasarkan golongan pestisida yang dipakai di lapangan.
Fenomena ini sering ditemukan pada para pekerja yang terkait langsung dengan pestisida seperti pekerja pada lokasi kepabrikan
maupun perkerja yang langsung menggunakan senyawa pestisida tersebut terhadap organisme target. Pada golongan pestisida yang
mempunyai bahan aktif dari klor organik seperti endrin, aldrin, endosulfan, dieldrin, lindane(gamma BHC) dan DDT, gejala
keracunan yang dapat ditimbulkan dapat berupa mual, sakit kepala dan tak dapat berkosentrasi. Pada dosis tinggi dapat terjadi
kejang-kejang, muntah dan dapat terjadi hambatan pernafasan. Hal ini disebabkan kerena senyawa klor organik mempengaruhi
susunan syaraf pusat terutama otak.
Pada senyawa fosfat organik, gejala yang timbul dapat berupa sakit kepala, pusing, lemah, pupil mengecil, gangguan penglihatan,
sesak nafas, mual, muntal, kejang pada perut, diare, sesak dada dan detak jantung menurun. Senyawa ini menghambat aktivitas
enzim kolonestrasi dalam tubuh penderita. Pada karbamat, gejala keracunannya hampir tak terlihat jelas, proses kerjanya juga

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 11/15 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 19:05:36 2017 / +0000 GMT

menghambat enzim kolinestrase dalam tubuh, tetapi reaksinya reversible dan lebih banyak bekerja pada jaringan bukan dalam
plasma darah. Yang masuk kategori senyawa itu adalah aldikarb, carbofuran, metomil, propoksur dan karbaril (Anonim, 1984)
(Tabel 5).
Tabel 5. Gejala Keracunan Dan Petunjuk Cara Pertolongan Pertama Pada Penderita
Golongan Pestisida Cara bekerjanya Gejala keracunan yang timbul
Klor organik : endrin, aldrin, endosulfan(thiodan), dieldrin, lindane(gamma BHC), DDT
Fosfat organik: mevinfos (fosdrin), paration, gution, monokrotofos (azodrin), dikrotofos, fosfamidon, diklorvos (DDVP), etion,
efntion, diazinon.
Karbamat : aldikarb(temik), carbofuran (furadan), metomil (lannate), propoksur (baygon), karbaril (sevin)
Dipiridil : paraquat, diquat dan morfamquat
Antikoagulan : tipe kumarin (warfarin), tipe 1,3 indantion: difasinon, difenadion (Ramik)
Arsen : arsen trioksid, kalium arsenat, asam arsenat dan arsin(gas).
Mempengaruhi susunan syaraf pusat terutama otak
Menghambat aktivitas enzim kholinnestrase
Menghambat aktivitas enzim kholinestarse, tetapi reaksinya reversible dan lebih banyak bekerja pada jaringan, bukan dalam
darah/plasma.
Dapat membentuk ikatan dan merusak jaringan ephitel dari kulit, kuku, saluran pernafasan dan saluran pencernaan, sedangkan
larutan yang pekat dapat menyebabkan peradangan.
Pestisida ini cepat diserap oleh pencernaan makanan, penyerapan dapat terjadi sejak saat tertelan sampai 2-3 hari.Kumrain dapat
diserap melalui. Kedua tipe pestisida ini
Menghambat pembentukan zat yang berguna untuk koagulasi/pembekuan darah antara lain protrombin
Keracunan arsen pada umumnya melalui mulut walaupun bisa juga diserap melalui kulit dan saluran pernafasan Mual, sakit kepala,
tak dapat berkonsentrasi. Pada dosis tinggi dapat terjadi kejang-kejang muntah dan dapat terjadi hambatan pernafasan
Sakit kepala, pusing-pusing, lemah, pupil mengecil, gangguan penglihatan dan sesak nafas, mual, muntah, kejang pada perut dan
diare, sesak pada dada dan detak jantung menurun.
Tanda-tanda keracunan umunya lambat sekali baru terlihat
Gejala keracunan selalu lambat diketahui, seperti perut, mual, muntah dan diare karena ada iritasi pada saluran pencernaan. 48-72
jam baru gejala kerusakan seperti ginjal seperti albunuria, proteinura, hematuria, dan peningkatan kreatinin lever, 72 jam-14 hari
terlihat tanda-tanda kerusakan pada paru-paru
Hematuria (kencing berdarah), hidung berdarah, sakit pada rongga perut, kurang darah dan kerusakan ginjal
Pada keracunan akut: nyeri pada perut, muntah dan diare. Pada keracunan sub akut akan timbul gejala seperti sakit kepala, pusing
dan banyak keluar ludah
Sumber: Anonim (1984)
PROSEDUR PELAKSANAAN PENGAMANAN PESTISIDA
Pedoman Umum Penanganan Bahan
Agar senyawa pestisida aman digunakan dan tidak terlalu menimbulkan efek peracunan pada pemakai, maka pemerintah dan
formulator telah menetapkan dan memberi petunjuk sebagai pedoman umum dalam penanganan senyawa kimia berbahaya. Mulai
dari pemilihan jenis pestisida, tata cara penyimpanan, penakaran, pengenceram, pencampuran sampai kepada prosedur
kebersihannya (Anonim, 1984) (Tabel 6).
Tabel 6. Petunjuk Umum Tentang Keamanan Dalam Menggunakan Senyawa Kimia Pestisida di Lapangan
1. Gunakanlah pestisida yang telah terdaftar dan memperoleh izin dari Menteri Pertanian.Jangan sekali-kali menggunakan pestisida
yang belum terdaftar dan memperoleh izin.
2. Pilihlah pestisida yang sesuai dengan hama atau penyakit tanaman serta jasad sasaran lainnya yang akan dikendalikan, dengan
cara lebih dahulu membaca keterangan tentang kegunaan pestisida dalam label pada wadah pestisida tersebut
3. Belilah pestisida dalam wadah asli yang tertutup rapat dan tidak bocor atau rusak, dengan label asli yang berisi keterangan
lengkap dan jelas. Jangan membeli dan menggunakan pestisida dengan label dalam bahasa asing
4. Bacalah semua petunjuk yang tercantum pada label pestisida sebelum bekerja dengan pestisida itu
5. Simpanlah pestisida di tempat khusus yang sejuk, kering dan dapat dikunci, jauh dari makanan/minuman, dan tidak dapat
dijangkau oleh anak-anak, hewan piaraan serta ternak.
6. Lakukanlah penakaran, pengenceran atau pencampuran pestisida di tempat terbuka atau dalam ruangan yang mempunyai ventilasi

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 12/15 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 19:05:36 2017 / +0000 GMT

baik.
7. Pakailah sarung tangan dan gunakalah wadah, alat pengaduk dan alat penakar yang khusus hanya untuk pestisida. Semua
peralatan tersebut jangan digunakan untuk keperluan lain, lebih-lebih yang berhubungan dengan makanan dan minuman.
8. Bukalah tutup wadah pestisida dengan hati-hati, sehingga pestisida tidak memercik, tumpah atau berhambur ke udara.
9. Gunakalah pestisida sesuai dengan takaran yang dianjurkan. Jangan menggunakan pestisida dengan takaran yang berlebihan atau
kurang.
10 Periksalah alat penyemprot dan usahaka supaya selalu dalam kedaan baik, bersih dan tidak bocor.
11 Hindarkanlah pestisida terhirup melalui pernafasan atau terkena kulit, mata, mulut dan kaian.
12 Apabila ada luka pada kulit, tutuplah luka tersebut dengan baik sebelum bekerja dengan pestisida. Pestisida lebih mudah terserap
ke dalam tubuh melalui kulit yang terluka.
13 Selama menyemprot, pakailah baju khusus yang berlengan panjang, penutup kepala penutup muka, celana panjang, sarung tangan
dan sepatu boot
14 Jangan menyemprot berlawanan dengan arah angin
15 Hindarkalah semprotan pestisida terbawa angin ke tempat lain, supaya tidak mengenai tempat tinggal penduduk, tanaman di
tempat lain, sungai, kolam, danau atau makanan ternak.
16 Jangan menyemprot pada waktu angin bertiup kencang, cuaca panas atau akan turun hujan.
17 Bekerjalah demikian rupa sehingga tanaman yang telah disemprot tidak dilalui lagi untuk menghindari persentuhan dengan
tanaman yang telah terkena pestisida
18 Jangan merokok, makan atau minum selama bekerja dengan pestisida.
19 Jika merasa kurang enak badan, berhentilah bekerja dengan segera dan baca petunjuk dalam label tentang pertongan pertama dan
segera hubungi dokter, beri tahu pestisida apa yang digunakan.
20 Setelah selesai bekerja denga pestisida, mandilah sehera dengan sabun, pakaian dan alat pelindung lainnya yang dipakai harus
segera dicuci dengan sabun.
21 Setalah selesai bekerja, cucilah alat penyemprotan dan alat lainnya serta usahakan air bekas cucian tidak mengalir ke sungai,
saluran air, kolam ikan, sumur dan sumber air lainnya.
22 Bersihkanlah selalu muka dan tangan dengan air dan sabun sebelum beristirahat untuk makan minum atau merokok.
23 Wadah bekas yang sudah kosong jangan dipakai untuk menyimpan makanan atau minuman akan tetapi musnahkan dengan
merusak, membakar atau menguburnya di tempat yang aman.
Sumber Anonim (1984)
Pertolongan Pertama Pada Keracunan Pestisida
Berdasarkan panduan pertolongan pertama pada kasus keracunan pestisida dalam Anonim (1984), maka bila terjadi kasus keracunan
senyawa kimia pestisida maka ada sebelas item yang harus dicermati/diteliti dengan saksama agar dapat diambil tindakan medis
yang tepat dan segera untuk menolong jiwa penderita. Ke sebelas urutan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Apabila gejala keracunan mulai timbul betapapun ringannya gejala tersebut, segeralah berhenti bekerja dan pergilah ke dokter
atau klinik terdekat untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Hal tersebut harus segera dilakukan karena sewaktu-waktu keadaan
dapat berkembang menjadi gawat. Supaya tindakan pertolongan selanjutnya dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, dokter harus
diberitahu nama pestisida yang menyebabkan keracunan. Untuk ini sebaiknya bawalah label pestisida tersebut untuk ditunjukkan
kepada dokter.
b. Dalam hal kulit atau rambut dan pakaian terkena pestisida, cucilah segera kulit dan rambut yang terkena dengan sabun dan air
yang banyak dan lepaskan pakaian untuk diganti dengan yang bersih.
c. Apabila pestisida mengenai mata, cucilah segera mata dengan air bersih yang banyak selama 15 menit atau lebih terus menerus.
Kemudian ditutup dengan kapas seteril yang dilengketkan dengan kain pembalut.
d. Apabila debu, bubuk, uap, gas atau buti-butir semprotan terhisap melalui pernafasan, bawalah penderita ke tempat terbuka yang
berudara segar, longgarkan pakaiannya yang ketat dan baringkan dengan dagunya agak terangkat ke atas supaya dapat bernafas
dengan bebas. Jaga supaya penderita dalam keadaan tenang dan tidak kedinginan (apabila perlu selimutilah penderita tetapi jangan
sampai terlalu kepanasan). Sementara menunggu pertolongan dokter, awasilah terus keadaan penderita.
e. Apabila pestisida tertelan dan penderita dalam keadaan sadar, usahakan supaya penderita muntah dengan cara mencolek bagian
belakang tenggorokan dengan jari tangan atau alat lain yang bersih dan/atau dengan memberi minum larutan garam sebanyak satu
sendok makan dalam segelas air hangat. Ulangi proses pemuntahan sampai yang dimuntahkan berupa cairan yang jernih. Pada
waktu penderita mulai muntah, usahakan mukanya menghadap ke bawah dan kepalanya agak direndahkan supaya muntahan tidak

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 13/15 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 19:05:36 2017 / +0000 GMT

masuk dalam paru-paru. Selanjutnya harus dijaga jangan sampai muntahan menghalangi pernafasan. Usaha pemuntahan tidak dapat
dilakukan apabila penderita dalam keadaan kejang atau tidak sadar, penderita telah menelan bahan yang mengandung minyak bumi
dan penderita telah menelan bahan alkalis atau asam kuat yang korosif (secara kimiawi merusak jaringan hidup)dengan gejala rasa
terbakar atau nyeri sekali pada mulut dan kerongkongan.
f. Apabila bahan korosif tertelan dan penderita dalam keadaan sadar, berilah penderita minum susu atau putih telur dalam air, atau
hanya air saja dalam kondisi dimana susu atau telur tidak tersedia. Susu atau minyak tidak boleh diberikan kepada penderita
keracunan pestsida hirokarbon berklor.
g. Apabila penderita tidak sadar, usahakan supaya saluran pernafasan tidak tersumbat. Bersihkan hidung dari lendir atau muntahan
dan bersihnya mulut dari air liur, lendir, sisa makanan dan sebagainya. Jangan memberikan sesuatu melalui mulut kepada penderita
yang tidak sadar.
h. Apabila pernafasan penderita berhenti, usahakanlah pernafasan buatan. Bersihkan lebih dulu mulut dari air liur, lendir, sisa
makanan dan sebagainya.
i. Apabila penderita kejang, usahakanlah kekejangan tersebut tidak mengakibatkan cidera. Longgarkan pakaian disekitar leher, taruh
bantal di bawah kepala dan berilah ganjal antara gigi untuk mencegah supaya bibir atau lidah tidak tergigit.
j. Penanggulangan keracunan setalah dilakukan pertolongan pertama selanjutnya diambil tindakan sebagai berikut
i. untuk golongan pestisida klor organik, dilakukan tindakan mencuci lambung dengan memberi garam isotoris larutan natrium
bikarbonat 5%. Untuk mengurangi absorbsi dapat diberikan 30 gram norit yang disuspensikan dalam air;
ii. untuk golongan fosfat organik, diberikan antodote Atropin sulfat intra vena atau intra muskuler, bila mungkin dilakukan
penyuntikan intra vena. Dosis dewasa dan anak-anak lebih dari 12 tahun 0,4-2,0 mg dan untuk anak-anak 0,05 mg/kg berat badan.
Dosis diulangi tiap 15-30 menit sampai kelihatan gejala atropinasi/gejala keracunan ringan dari atropin seperti muka merah,
frekuensi detak jantung meningkat (140/menit) dan pupil melebar. Pralidoxim diberi-kan setalah atropin, bila diberikan sebelum 36
jam setalah keracunan akan dapat menanggulangi efek dari pestisida fosfat organik ini. Dosis dewasa 1 gr/kg berat badan dan
anak-anak 20-50 gr/kg berat badan dengan kecepatan tidak lebih dari setengah dosis total tiap menit. Ulangi lagi setelah 1 jam bila
kelemahan/ kelumpuhan otot belum tertanggulangi;
iii. untuk golongan karbamat, penaggulangan-nya sama dengan pestisida golongan fosfat organik, tapi disini tidak digunakan
pralidoxim;
iv. (untuk golongan senyawa dipiridil tindakannya adalah untuk mengurangi absorbsi dari saluran pencernaan, diberikan absorben
Fuller?s Earth 30% suspensi dalam air;
v. (untuk golongan antikoagulan dilakukan pemberian antidote fitonadion, yakni dosis dewasa dan anak-anak lebih dari 12 tahun 25
mgr intra muskuler dan anak-anak di bawah 12 tahun 0,6 mgr/kg berat badan;
vi. untuk golongan arsen dilakukan pemberian antidote Dimerkaprol (B.A.L), Dimerkaptopropanol.
k. Untuk penanggulangan selanjutnya, dilakukan pendataan mencakup tempat kejadian, tanggal, nama korban, umur, jenis kelamin,
keracunan melalui apa (mulut, pernafasan, kulit), sampel pestisida, muntahan atau sisa makanan (dalam hal penderita tidak
diketahui, dapat disebutkan pestisida-pestisda apa yang biasa digunakan di tempat tersebut, dan jenis-jenis pertolongan yang telah
diberikan kepada penderita.
PENUTUP
Walaupun beberapa rujukan pustaka dari paper ini sudah cukup tua, akan tetapi dari data-data tersebut di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa problematika yang terkait dengan dampak samping dari penggunaan pestisida baik langsung maupun tidak
langsung cukup significant merusak ekosistem lingkungan dan bahkan kesehatan manusia. Oleh sebab itu ke depan penanganan
pestisida nampaknya masih panjang untuk diperdebatkan dan bahkan masih perlu diteliti lebih jauh agar ekosistem bumi kita dapat
terselamatkan dari proses pencemaran senyawa-senyawa kimia yang berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1984. Pestisida Untuk Pertanian danKehutanan.Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Direktotarat Jenderal Pertanian
Tanaman Pangan.Jakarta. 1984
Cooke, A.S. 1970. The effect of p.p-DDT on Ted Poles of Common Frog Rana temporaria. Env. Poll.1:57-71
Coutney, W. R., Jr., and M. H. Robert, Jr. 1973. Environmental Effect on Toxaphene Toxicity to Selected Fishes and Crustaceans.
Ecol. Res. series. EPA-R3-73035. United Stated Environmental Protection Agency, Wasihington D.C.20460
Duursma, E.K. & M. Marchand. 1974. Aspects of Organic Marine Pollution. Ann. Rev. Oceanogr. Mar. Biol.12:315-431
Gast, R.T. 1961. Factors Involved in Differential Susceptibility at Corn Earworm Larval to DDT. J. Econ. Entomol. 54:1203-1206.
Gosselin, R.E. 1984. Clinical Toxicology of Commercial Products. William and Wilkin, Baltimore, 5th.ed

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 14/15 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 19:05:36 2017 / +0000 GMT

IARC. 1978. IARC Monographs on the Evaluation of Carsinogenic Risk of Chemical to Humans, Supplement 4. IARC,
Lyon.pp.14-22
Jefferies,D, J. 1972. Organochlorine Insecticide Residues in British Bats and Their Significane. Journal Zoology 166:245-263
Koeman, J.H., J.H. Pennings, R. Rosanto, O. Soemarwoto, P.S.Tjide, S. Blkae, S. Kusudinata, R. Dja-jodiredjo. 1974. Metals and
Chlorinated Hydrocarbon Pesticide in Samples of Fish, Sawah Duck Eggs, Crustaceans and Molluscs Collected in West and Central
Java, Indonesia. Ecol & Dev 2:1-14
Moriya,M.1983.Further Mutagenicity Studies on Pesticides in Bacterial Reversion Assay Systems. Mutat. Res., vol.116.pp.185-216
Moore,N.W. 1974. Toxic Chemical and Wildlife Section. Dalam Monk Wood Experiment Station. Report for 1972-1973.hal.7-14
Palpp, F.W. 1976. Biochemical Genetics of Insecticide Resistance. Ann.Rev.Ent.21:179-197
Pimentel.,D. 1971. Ecological Effects of Pestisides on non Target Species. Execitive Office of the President. Office of Science and
Technology, 1971. Washington D.C.20402
Saleh,M.A.1980. Mutagenic and Carsinogenic Effects of Pesticides. Environ. Sci. Health. vol. B15 (6): pp.907-927
Sandhu, S. S. and Water, M.D. 1980. Mutagenicity Evaluation of Chemical Pesticides. J. Environ. Sci. Health/B15 (6): pp.929-948
Sheals,S.G. 1956. Soil Population Studies I.The effectsof Cultivation and Teatment with Insecticides. Bull.Ent.Res.47:803-833
Simmon,V.F. 1980. An Overview of Shortterm Test for the Mutagenic and Carsinogenic Potential of Pesticdes. J .Environ. Sci.
Health, vol. B15 (6): pp.867-906
Soedarsan, A. dan J. Amir.1975. Beberapa Catatan tentang Pennisetum polystechium (L) Schult, Sejenis Tumbuhan Pengganggu
Diperkebunan. Menara Perkebunan 43:105-107
Szeics,F.M, F.W.Plapp and S.B. Vinson. 1973. Tobacco Budworm Penetration at Several Insecticide Into the Larva. J. Econ.
Entomol. 66:9-15
Watterson, A..1988. Pesticides Users' Health and Safety Handbook. An International Guide. Gower Technical Publishing Company
Limites. England
Weinstein,S.1984. Fruits of Your Labor: An Guide to Pesticides Hazards for Californian Field Workers.Univ.of Calif. Barkeley,
USA, pp.V-23,v-25.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 15/15 |