Diseminasi SPMPT 2010 Kebijakan Nasional

Kebijakan Nasional

Sistem Penjaminan Mutu
Perguruan Tinggi (SPM-PT)

Kementerian Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Direktorat Akademik
2010

1

Perubahan Struktur Pengawasan
Pendidikan Tinggi di Indonesia
Perubahan Peraturan
Perundang-undangan
Pendidikan Tinggi

Perubahan Struktur
Pengawasan Pendidikan Tinggi


UU. No. 2 Tahun 1989 Tentang Sisdiknas

UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas

------

UU. No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

------

UU. No. 9 Tahun 2009 Tentang BHP

PP. No. 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi

RPP. Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan

Kepmendiknas No. 232/U/2000 Tentang Kurikulum
dan Penilaian Hasil Belajar Mengajar


PP. No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan

Kepmendiknas No. 234/U/2000 Tentang Pedoman
Pendirian Perguruan Tinggi

PP. No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan

Kepmendiknas No. 045/U/2002 Tentang Kurikulum
Inti Pendidikan Tinggi

PP. No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan

Kepmendiknas No. 184 Tahun 2001 Tentang
Wasdalbin(EPSBED)

PP. No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan

KPPT-JP III 1996 - 2005

HELTS 2003 - 2010

Masih berlaku sebelum daidakan yang baru untuk mencegah kekosongan hukum
2

Struktur Pengawasan Pendidikan Tinggi
Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1989 Tentang
Sisdiknas (UU Sisdiknas Lama) 1
• Pasal 52 Bab XVI UU Sisdiknas Lama:
Pemerintah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah ataupun oleh
masyarakat dalam rangka pembinaan perkembangan satuan
pendidikan yang bersangkutan.
• Pasal 53 UU Sidiknas Lama:
Menteri berwenang mengambil tindakan administratif terhadap
penyelenggara satuan pendidikan yang melakukan pelanggaran

terhadap ketentuan undang-undang ini.
• Penjelasan Pasal 53 UU Sisdiknas Lama:
Tindakan administratif berwujud pemberian peringatan sebagai
tindakan yang paling ringan dan perintah penutupan satuan
pendidikan yang bersangkutan sebagai tindakan yang paling berat

3

Struktur Pengawasan Pendidikan Tinggi
Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1989 Tentang
Sisdiknas (UU Sisdiknas Lama) 2
Kesimpulan
• Pemerintah merupakan satu-satunya pemegang tanggungjawab
pengawasan atas pendidikan, termasuk pendidikan tinggi, baik
yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat.
Struktur pengawasan pendidikan tinggi seperti ini disebut
pengawasan vertikal.
• Akibatnya peraturan pelaksanaan tentang pengawasan pendidikan
tinggi yang ditetapkan pada masa UU.Sisdiknas Lama berlaku,
berkarakter pengawasan vertikal, antara lain:

Kepmendiknas No. 234/U/2000 Tentang Pedoman
Pendirian Perguruan Tinggi;
Kepmendiknas No. 184 Tahun 2001 Tentang Pedoman
Pengawasan-Pengendalian dan Pembinaan Program Diploma
Sarjana dan Pascasarjana di Perguruan Tinggi (Wasdalbin),
sebagai landasan EPSBED
4

Struktur Pengawasan Pendidikan Tinggi
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sisdiknas (UU Sisdiknas Baru) 1
• Alinea keenam Penjelasan Umum UU.Sisdiknas:
Strategi pembaharuan sistem pendidikan, antara lain:
13. pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional.
• Pasal 8 UU Sisdiknas:
Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.
• Pasal 66 Bab XIX UU Sisdiknas:
(1)  Pemerintah, pemerintah daerah, dewan pendidikan, dan
komite sekolah/madrasah melakukan pengawasan atas

penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis
pendidikan sesuai dengan kewenangan masing-masing.
(2)  Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas
publik

5

Struktur Pengawasan Pendidikan Tinggi
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sisdiknas (UU Sisdiknas Baru) 2
Selain itu, salah satu tonggak penting di dalam UU.Sisdiknas yang
tidak dikenal di dalam UU.Sisdiknas Lama, adalah penetapan
otonomi perguruan tinggi, yang diatur dalam:
• Pasal 24 ayat (2) UU Sisdiknas:
Perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri
lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi,
penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat.
• Pasal 50 ayat (6) UU Sisdiknas:
Perguruan tinggi menentukan kebijakan dan memiliki otonomi

dalam mengelola pendidikan di lembaganya.
• Penjelasan Pasal 50 ayat (6) UU Sisdiknas:
Yang dimaksud dengan otonomi perguruan tinggi adalah
kemandirian perguruan tinggi untuk mengelola sendiri
lembaganya.
6

Struktur Pengawasan Pendidikan Tinggi
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sisdiknas (UU Sisdiknas Baru) 3
Kesimpulan
• Terhadap perguruan tinggi yang otonom, tentu saja Pemerintah
tidak berwenang lagi melakukan pengawasan seperti pada masa
berlakunya UU.Sisdiknas Lama.


Otonomi perguruan tinggi mengamanatkan bahwa perguruan
tinggi harus mengelola secara mandiri pengawasan atas
pendidikan tinggi yang diselenggarakannya.




Pemerintah tetap memiliki wewenang mengawasi pendidikan
tinggi, namun harus dilakukan secara transparan untuk
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat (akuntabilitas
publik), artinya pengawasan adalah bukan untuk kepentingan
Pemerintah melainkan Pemerintah melakukan pengawasan adalah
demi melindungi kepentingan masyarakat (stakeholders) yang
menggunakan hasil pendidikan tinggi.
7

Struktur Pengawasan Pendidikan Tinggi
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sisdiknas (UU Sisdiknas Baru) 4


Dalam era otonomi perguruan tinggi, masyarakat diberi hak
untuk mengawasi pendidikan tinggi. Struktur pengawasan
pendidikan tinggi ini disebut pengawasan horisontal.




Akibatnya, peraturan pelaksanaan tentang pengawasan
pendidikan tinggi yang telah dan akan ditetapkan setelah
berlakunya UU.Sisdiknas, semuanya harus berkarakter
pengawasan horisontal, antara lain:
- Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan, dan
- Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan, serta
- Rancangan Permendiknas Tentang Peyelenggaraan
Pendidikan Tinggi yang sedang dalam proses penyusunan .

8

Dampak pada Struktur Pengawasan Pendidikan
Tinggi (Dari WASDALBIN ke SPM-PT) 1
• Struktur pengawasan vertikal bertujuan agar perguruan tinggi
menaati semua persyaratan penyelenggaraan pendidikan tinggi
yang ditetapkan Pemerintah, sehingga pada hakekatnya

bertujuan menjamin mutu perguruan tinggi.
• Dengan tujuan menjamin mutu perguruan tinggi, PP. No. 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
menetapkan struktur pengawasan horisontal di dalam:
- Pasal 91 ayat (1):
Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal
wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan.
- Pasal 91 ayat (3):
Penjaminan mutu pendidikan bertujuan untuk
memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan

9

Dampak pada Struktur Pengawasan Pendidikan
Tinggi (Dari WASDALBIN ke SPM-PT) 1
• Struktur pengawasan pendidikan tinggi melalui penjaminan mutu,
memenuhi amanat UU. Sisdiknas yaitu menerapkan pengawasan
horisontal yang dilaksanakan oleh tiga unsur, yaitu:
a. perguruan tinggi;
b. masyarakat/stakeholders;

c. Pemerintah.
• Pada tahun 2006, dipandang perlu oleh Dirjen Dikti, dibentuk
Komisi SPM-PT di bawah Dewan Pendidikan Tinggi untuk

Sistem Penjaminan Mutu Perguruan
Tinggi (SPM-PT) yang berbasis institusi.
menyusun


Di dalam SPM-PT, Pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat/stakeholders diposisikan sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya masing-masing, dalam menjalankan penjaminan mutu
perguruan tinggi.
10

Dasar Hukum SPM-PT (1)
UU.No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
Pasal 50 ayat(2):
Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar
nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan
nasional;
Pasal 60:
(1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan
program dan satuan pendidikan pada jalur
pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang
dan jenis pendidikan.
(2) Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan
dilakukan oleh Pemerintah dan/atau lembaga mandiri
yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.
11

Dasar Hukum SPM-PT (2)
PP.No.19 Tahun 2005 Tentang SNP
Pasal 1 butir 1:
SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 4:
SNP bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

12

Dasar Hukum SPM-PT (3)
PP.No.19 Tahun 2005 Tentang SNP
Pasal 91:
(1) Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan.
(2) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bertujuan untuk memenuhi atau
melampaui SNP.
Pasal 1 butir 27:
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang selanjutnya
disebut BAN-PT adalah badan evaluasi mandiri yang menetap
kan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan tinggi dengan mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan
13

Dasar Hukum SPM-PT (4)
PP.No.19 Tahun 2005 Tentang SNP
Pasal 2:

(1) Lingkup SNP meliputi:
a. Standar isi;
b. Standar proses;
c. Standar kompetensi lulusan;
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan;
e. Standar sarana dan prasarana;
f. Standar pengelolaan;
g. Standar pembiayaan;
h. Standar penilaian pendidikan.
(2) Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan
sesuai dengan SNP dilakukan evaluasi, akreditasi, dan
sertifikasi.
14

Dasar Hukum SPM-PT (5)
PP.No.19 Tahun 2005 Tentang SNP
Pasal 92 ayat (1):
Menteri mensupervisi dan membantu satuan perguruan
tinggi melakukan penjaminan mutu
Pasal 92 ayat (8):
Menteri menerbitkan pedoman program penjaminan
mutu satuan pendidikan pada semua jenis, jenjang dan
jalur pendidikan.

15

Dasar Hukum SPM-PT (6)
HELTS 2003 -2010
Butir E Strategic Issues:

In healthy organization, a continuous quality improvement
should become its primary concern. Quality assurance
should be internally driven, institutionalized within each
organization’s standard procedure, and could also
involve external parties. However, since quality is also a
concern of all stakeholders, quality improvement should aim
at producing quality outputs and outcomes as part of public
accountability.

16

SPM-PT Berdasarkan
PP.No.19 Tahun 2005 Tentang SNP

Standar Lain
(Melampaui SNP)

8 Jenis SNP
(Standar Minimal)

Internally
driven

Wajib

17

Standar Mutu PP.No.19 Tahun 2005
Tentang SNP

Standar Lain
(Melampaui SNP)

8 Jenis SNP
(Standar Minimal)

Internally
driven

Wajib

Ditetapkan sendiri oleh PT :
a. Penelitian dan publikasi
b. Pengabdian kepada
masyarakat;
c. Sistem informasi;
d. Kerjasama institusional
dalam dan luar negeri;
e. Kemahasiswaan;
f. Suasana akademik;
g. Sumber pendanaan
(revenue generating);
h. Bidang lain sesuai ciri
khas perguruan tinggi
yang bersangkutan.
Psl 2 ayat (1) PP No 19/2005
1. Standar Isi
2. Sandar Proses
3. Standar Kompetensi
Lulusan
4. Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
5. Standar Sarana dan
Prasarana
6. Standar Pengelolaan
7. Standar Pembiayaan
8. Standar Penilaian
Pendidikan

18

Sebelum SPM-PT
Perguruan Tinggi

Evalua
si Diri

Evaluasi
Program Studi
Berbasis
Evaluasi Diri

EPS
BED

Penjaminan Mutu
Internal

QA

Penjaminan Mutu
Eksternal

Akredi
tasi

19

SPM-PT
Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi

Sistem Penjaminan
Mutu Internal
(SPMI) SNP

Sistem Penjaminan
Mutu Eksternal
(SPME) SNP

SNP

Pangkalan Data Perguruan Tinggi
(PDPT)
SNP

20

Pengertian SPM-PT (1)
Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT)
Nasional
Kegiatan sistemik pengumpulan, pengolahan, dan
penyimpanan data serta informasi tentang
penyelenggaraan pendidikan tinggi di semua perguruan
tinggi oleh Ditjen Dikti, untuk mengawasi penyelenggaraan
pendidikan tinggi oleh Pemerintah sebagaimana
diamanatkan oleh Pasal 66 ayat (1) dan Ayat (2) UU.
Sisdiknas (dahulu disebut EPSBED);

21

Pengertian SPM-PT (2)
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)
Kegiatan sistemik penjaminan mutu penyelenggaraan
pendidikan tinggi di perguruan tinggi oleh perguruan tinggi
(internally driven), untuk mengawasi penyelenggaraan
pendidikan tinggi oleh perguruan tinggi sendiri secara
berkelanjutan (continuous improvement ), sebagaimana
diamanatkan oleh Pasal 50 ayat (6) UU.Sisdiknas juncto
Pasal 91 PP.No. 19 Tahun 2005 tentang SNP;

22

Pengertian SPM-PT (3)
Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME)
Kegiatan sistemik penilaian kelayakan program dan/atau
perguruan tinggi oleh BAN-PT atau lembaga mandiri di luar
perguruan tinggi yang diakui Pemerintah, untuk mengawasi
penyelenggaraan pendidikan tinggi untuk dan atas nama
masyarakat, sebagai bentuk akuntabilitas publik
sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 60 ayat (2)
UU.Sisdiknas dan Pasal 86 ayat (3) PP.No. 19 Tahun
2005
tentang SNP (disebut Akreditasi).

23

Mekanisme SPM-PT (1)
1.

Data dan informasi tentang kegiatan masing-masing
perguruan tinggi wajib dikumpulkan, diolah, dan disimpan
oleh perguruan tinggi yang bersangkutan di dalam PDPT
masing-masing dengan klasifikasi data dan informasi
berdasarkan SNP. Kemudian data dan informasi tersebut
dikirim, dikumpulkan dan disimpan di dalam PDPT
Nasional
yang dikelola oleh Ditjen.Dikti.

2.

Dengan menggunakan data dan informasi yang telah
dikumpulkan dan disimpan di dalam PDPT masing-masing,
perguruan tinggi melakukan SPMI (internal quality assurance)
melalui evaluasi diri dalam dua lingkup, yaitu pemenuhan
SNP dan melampaui ke delapan standar di dalam SNP
secara
kuantitatif dan kualitatif, serta mengembangkan standarstandar tersebut di atas beserta pemenuhannya secara
berkelanjutan (continuous quality improvement);
24

Mekanisme SPM-PT (2)
3.

Dengan menggunakan data dan informasi di dalam PDPT
Nasional dan visitasi, BAN–PT atau lembaga mandiri yang
diakui Pemerintah melakukan akreditasi, yang disebut
SPME
(external quality assurance) dengan memberikan
peringkat
akreditasi terhadap program/satuan.

25

Sistem Penjaminan Mutu Internal (1)
Pengertian Mutu Perguruan Tinggi
Mutu perguruan tinggi adalah kesesuaian antara
penyelenggaraan perguruan tinggi dengan SNP, maupun
standar yang ditetapkan oleh perguruan tinggi sendiri
berdasarkan visi dan kebutuhan dari
para pihak yang berkepentingan (stakeholders)
Dengan demikian, terdapat standar mutu perguruan tinggi
yang:
• ditetapkan oleh Pemerintah (government);
• disepakati bersama di dalam perguruan tinggi (vision) ;
• dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan
(stakeholders).
26

Sistem Penjaminan Mutu Internal (2)
Pengertian Sistem Penjaminan Mutu Internal
Sistem Penjaminan mutu internal di perguruan tinggi adalah
kegiatan penetapan dan pemenuhan standar nasional
pendidikan dan standar yang melampaui SNP secara konsisten
dan berkelanjutan, sehingga stakeholders (mahasiswa, orang
tua, dunia kerja, pemerintah, dosen, tenaga penunjang, serta
pihak lain yang berkepentingan) memperoleh kepuasan

27

Sistem Penjaminan Mutu Internal (3)
Konsep Sistem Penjaminan Mutu Internal
Perguruan tinggi dinyatakan bermutu atau berkualitas, apabila
1. Perguruan tinggi mampu memenuhi SNP (aspek imperatif)
2. Perguruan tinggi mampu menetapkan dan mewujudkan
visinya melalui pelaksanaan misinya (aspek deduktif)
3. Perguruan tinggi mampu memenuhi kebutuhan stakeholders
(aspek induktif), berupa

28

Sistem Penjaminan Mutu Internal (4)
Tujuan Sistem Penjaminan Mutu Internal

Memelihara dan meningkatkan mutu perguruan tinggi secara
berkelanjutan (continuous improvement), yang dijalankan
oleh perguruan tinggi secara internal untuk memenuhi SNP,
mewujudkan visi dan misinya, serta memenuhi kebutuhan
stakeholders melalui penyelenggaraan Tridharma Perguruan
Tinggi

29

Sistem Penjaminan Mutu Internal (5)
Strategi Sistem Penjaminan Mutu Internal
a. Ditjen. Dikti. menetapkan Pedoman Sistem Penjaminan Mutu
Internal Perguruan Tinggi
b. Perguruan tinggi menggalang komitmen menjalankan sistem
penjaminan mutu internal perguruan tinggi
c. Perguruan tinggi memilih dan menetapkan sendiri standar mutu
yang melampaui SNP berdasarkan visinya
d. Perguruan tinggi menetapkan dan menjalankan organisasi dan
mekanisme kerja sistem penjaminan mutu internal
e. Perguruan tinggi melakukan benchmarking mutu perguruan
tinggi secara berkelanjutan (dalam/luar negeri)

30

Sistem Penjaminan Mutu Internal (6)
Standar Dalam Sistem Penjaminan Mutu Internal
Contoh:
• Kurikulum
• Proses pembelajaran
• Kompetensi lulusan
• Pendidik dan tenaga kependidikan (SDM)
• Sarana dan prasarana
• Pengelolaan
• Pembiayaan
• Penilaian Pendidikan
• Penelitian dan publikasi
• Pengabdian kepada masyarakat
• Manajemen lembaga (institutional management)
• Sistem informasi
• Kerjasama dalam dan luar negeri
= SNP
31

Sistem Penjaminan Mutu Internal (7)
Mekanisme Penetapan Standar Mutu SDM PT
• Rekrutasi
• Masa Percobaan
• Perjanjian Kerja

Visi PT

• Penilaian Prestasi Kerja

dan

• Mutasi, Promosi, Demosi

SNP

• Waktu Kerja

Standar
Mutu
SDM
Kebutuhan
Stakeholders

• Kerja Lembur & Cuti
• Penghasilan & Penghargaan
• Jaminan Sosial & Kesejahteraan
• Pengembangan & Pembinaan
• Keselamatan & Kesehatan Kerja
• Disiplin
• Perjalanan Dinas
• Pengakhiran Hubungan Kerja

32

Sistem Penjaminan Mutu Internal (8)
Manajemen
Kendali Mutu SPMI

Penetapan
Standar Mutu
Pelaksanaan
Standar Mutu
Audit
Pelaksanaan
Standar Mutu

Continuous
Improvement
(Kaizen)

Ada
Gap antara
Standar Mutu
Dan
Pelaksanaan?

Mutu
Berkelanjutan

Sustainable
Quality

Tidak

Evaluasi Untuk
Peningkatan
Standar Mutu

Ya
Identifikasi action
untuk memenuhi
Standar Mutu

Laksanakan
action

Integrasikan pada
proses SDCA
berikutnya

33

Sistem Penjaminan Mutu Internal (9)
Manajemen Kendali Mutu SPMI

SDCA

SDCA

SDCA

PDCA

im

SDCA

PDCA

/c

PDCA

Ka

en
z
i

u
in
t
on

s
ou

em
v
o
pr

t
en

PDCA

PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan kaizen
atau peningkatan mutu berkelanjutan (continuous improvement)
di perguruan tinggi
SDCA
Quality first
Stakeholder - in

The next process is our
stakeholder
Speak with data

S : Standard

Upstream management

34

Sistem Penjaminan Mutu Internal (10)

Kaizen
Terhadap SPM-PT

Garis Besar Proses Penyusunan SPMI

Dokumen/
Buku
Kebijakan
Mutu

Tindakan
Penjaminan
Mutu

Dokumen/
Buku
Manual
Mutu

Dokumen/
Buku
Standar
Mutu

Audit
Pelaksanan
Penjaminan
Mutu

Dokumen/
Buku
Formulir
Mutu

Pelaksanaan
Penjaminan
Mutu

35

Dimensi Internasional SPM-PT (1)
The results of the 2009 Asean Quality Assurance Network
(AQAN) Roundtable Meeting, Bangkok
1. A common set of desirable characteristics were agreed upon for ASEAN
Assessors in Higher Education.
2. A common set of obstacles to achieving the desirable quality of ASEAN
Assessors were agreed upon as challenges to be overcome.
3. The AQAN Board consists of representatives from all member countries:
• Dato’ Prof. Dr. Syed Ahmad Hussein was elected as the first Chair for
two years.
• Prof. Emeritus Dr. Somwung Pitiyanuwat was elected as Deputy Chair.
The Executive Committee Members consists of the Philippines, Indonesia,
and Cambodia and SEAMEO RIHED.
• Prof. Zita Mohd. Fahmi was elected as the Secretary General.
It was decided that the Permanent Secretariat would move to whichever
country had the chair.

36

Dimensi Internasional SPM-PT (2)
4. Indonesia will be the next host of the 2010 AQAN
Roundtable Meeting. The theme was agreed
upon as the Interfacing between IQA
and EQA in Higher Education.
5. Before the 2010, AQAN Roundtable Meeting, MQA will host a workshop for
Senior Assessors in Malaysia. In addition, ONESQA will host a seminar
entitled: “The EQA System in Higher Education”
6. It was agreed by all member countries to review the country reports and
send them back to ONESQA within 2 weeks to be developed for the AQAN
meeting proceedings, and to be eventually published into a book.

37

Perkembangan Mutakhir Fungsi SPMI
Penelaahan dan Evaluasi SPMI sebagai salah satu
syarat yang harus dipenuhi di dalam:
•Pembukaan program studi baru (pendirian
program studi on-line)
•Pendirian Badan Hukum Pendidikan

38

Mutu, Mutu, Mutu

Continuous
Quality
improvement
Terima Kasih
39