Unduh BRS Ini
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN
No.13/02/16/Th. XVII, 05 Februari 2015
Indeks Kebahagiaan Sumatera Selatan Tahun 2014
INDEKS KEBAHAGIAAN SUMATERA SELATAN TAHUN 2014 SEBESAR 67,76 PADA
SKALA 0 – 100
1.
Indeks Kebahagiaan Sumatera Selatan tahun 2014 sebesar 67,76 pada skala 0 - 100.
Indeks Kebahagiaan merupakan rata-rata dari angka indeks yang dimiliki oleh setiap individu di
Sumatera Selatan pada tahun 2014. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan yang
semakin bahagia, demikian pula sebaliknya, semakin rendah nilai indeks maka penduduk semakin
tidak bahagia.
Indeks Kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10
aspek kehidupan yang esensial. Kesepuluh aspek tersebut secara substansi dan bersama-sama
merefleksikan tingkat kebahagiaan yang meliputi kepuasan terhadap: 1) kesehatan, 2) pendidikan,
3) pekerjaan, 4) pendapatan rumahtangga, 5) keharmonisan keluarga, 6) ketersediaan waktu luang,
7) hubungan sosial, 8) kondisi rumah dan aset, 9) keadaan lingkungan, dan 10) kondisi keamanan.
Pendahuluan
Keterbatasan indikator ekonomi dalam merepresentasikan tingkat kesejahteraan masyarakat telah
meningkatkan perhatian dunia terhadap aspek sosial dalam pembangunan. Kemajuan pembangunan yang
selama ini lebih banyak dilihat dari indikator ekonomi, seperti: pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan
dinilai belum cukup untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan yang sesungguhnya. Indikator ekonomi
tersebut pada umumnya diukur secara obyektif dengan pendekatan berbasis uang (monetary-based indicators).
Tingkat kesejahteraan masyarakat sebenarnya dapat diukur dengan dua cara, yaitu 1) menggunakan standar
yang sama (indikator obyektif) dan 2) menggunakan standar yang tidak sama (indikator subyektif). Salah satu
indikator kesejahteraan yang mengukur capaian berdasarkan standar yang tidak sama untuk masing-masing
individu adalah indeks kebahagiaan. Pengukuran indeks kebahagiaan dikenal sebagai pengukuran yang bersifat
‘beyond GDP’.
Kebahagiaan merupakan suatu hal yang dirasakan dan dipersepsikan secara berbeda oleh setiap orang,
karena itu pengukuran kebahagiaan merupakan hal yang subyektif. Dalam hal ini, kebahagiaan menggambarkan
indikator kesejahteraan subyektif yang digunakan untuk melengkapi indikator obyektif. Berbagai penelitian
tentang indeks kebahagiaan mengaitkan kebahagiaan sebagai bagian dari kesejahteraan subyektif dengan
komponen kepuasan hidup dan emosi positif. Dalam konteks pemanfaatan indeks kebahagiaan sebagai salah
satu bahan pengambilan kebijakan publik, maka komponen kebahagiaan yang digunakan adalah kepuasan
hidup. Pengembangan indikator untuk mengukur tingkat kebahagiaan penduduk Indonesia telah dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik. Indeks Kebahagiaan Indonesia dirilis pertama kali pada tahun 2013 berdasarkan hasil
studi dengan representasi estimasi tingkat nasional. Pada tahun 2014, BPS kembali melaksanakan pengukuran
tingkat kebahagiaan penduduk Indonesia melalui Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) 2014 dengan
cakupan sampel yang dapat digunakan untuk estimasi tingkat nasional maupun provinsi.
Berita Resmi Statistik Prov. Sumsel No.13/02/16/Th.XVII, 05 Februari 2015
1
Responden SPTK 2014 adalah kepala rumah tangga atau pasangannya. Untuk Provinsi Sumatera
Selatan, jumlah sampel sebesar 2.286 rumah tangga yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Menurut wilayah,
komposisi responden di perdesaan lebih besar dibanding perkotaan, masing-masing 68,68 persen dan 31,32
persen. Sebanyak 66,05 persen responden adalah kepala rumah tangga, sedangkan lainnya adalah pasangan
kepala rumah tangga (istri/suami). Berdasarkan jenis kelamin, responden laki-laki lebih banyak dibanding
responden perempuan, yaitu masing-masing 56,65 persen dan 43,35 persen. Selain itu, sebagian besar
responden berpendidikan tamat SD/MI (32,28 %) dan hanya sekitar 7,83 persen responden yang tamat
perguruan tinggi.
SPTK 2014 dilaksanakan untuk menghasilkan indikator kebahagiaan penduduk Indonesia dengan
pendekatan kepuasan hidup. Indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat
kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial. Kesepuluh aspek kehidupan tersebut secara substansi
dan bersama-sama merefleksikan tingkat kebahagiaan meliputi kepuasan terhadap: 1) kesehatan, 2) pendidikan,
3) pekerjaan, 4) pendapatan rumahtangga, 5) keharmonisan keluarga, 6) ketersediaan waktu luang, 7)
hubungan sosial, 8) kondisi rumah dan aset, 9) keadaan lingkungan, dan 10) kondisi keamanan. Penilaian
terhadap tingkat kepuasan hidup didasarkan pada evaluasi terhadap kondisi obyektif (faktual) yang dialami oleh
responden.
2.
Indeks Kebahagiaan Sumatera Selatan Tahun 2014
Indeks kebahagiaan Sumatera Selatan tahun 2014 sebesar 67,76 pada skala 0 – 100. Semakin tinggi nilai
indeks menunjukkan tingkat kehidupan yang semakin bahagia, demikian pula sebaliknya, semakin rendah nilai
indeks maka penduduk semakin tidak bahagia. Indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun
oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial. Setiap aspek kehidupan memiliki besaran
kontribusi yang berbeda-beda terhadap indeks kebahagiaan. Hal ini terjadi karena perbedaan penilaian
mengenai derajat pentingnya setiap aspek kehidupan terhadap tingkat kebahagiaan secara keseluruhan.
Semakin besar kontribusi suatu aspek kehidupan, menunjukkan semakin penting aspek tersebut bagi indeks
kebahagiaan. Tiga aspek kehidupan yang memiliki kontribusi paling tinggi adalah pendapatan rumah tangga
(15,29 %), pendidikan (13,48 %),serta pekerjaan (13,33 %).
Tingkat kepuasan penduduk Sumatera Selatan terhadap keharmonisan keluarga adalah paling tinggi
(80,89). Sementara itu, tingkat kepuasan yang paling rendah terjadi pada aspek pendidikan (58,88). Secara
lengkap, tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan disajikan pada Gambar 1.
Berita Resmi Statistik Prov. Sumsel No.13/02/16/Th.XVII, 05 Februari 2015
2
Pekerjaan
Kondisi keamanan
73.79
100.00
80.0064.89
60.00
Pendapatan rumah tangga
61.79
40.00
Keadaan lingkungan72.76
64.45
20.00
Kondisi rumah dan aset
0.00
58.88
Ketersediaan waktu luang72.39
Pendidikan
69.96
74.05
Hubungan sosial
Kesehatan
80.89
Keharmonisan keluarga
Gambar 1. Tingkat Kepuasan Hidup Terhadap 10 Aspek Kehidupan, 2014
3.
Indeks Kebahagiaan Menurut Karakteristik Demografi dan Ekonomi
Beberapa temuan menarik yang dihasilkan dari indeks kebahagiaan Sumatera Selatan berdasarkan
karakteristik demografi dan ekonomi, yaitu:
a. Indeks kebahagaian penduduk di perkotaan relatif lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (69,37 banding
66,92).
b. Penduduk berstatus belum menikah indeks kebahagiaannya sedikit lebih tinggi dibandingankan dengan
penduduk yang berstatus menikah yakni 68,35 dan 67,95. Mereka yang berstatus cerai lebih rendah
indeks kebahagiaannya, yaitu cerai hidup (66,38) dan cerai mati (65,98).
c. Penduduk umur 41-64 tahun memiliki indeks kebahagiaan tertinggi (68,27), sementara, penduduk lansia
(kelompok umur 65+) mempunyai indeks kebahagiaan paling rendah (66,03).
d. Ada kecenderungan dengan makin banyak anggota rumah tangga, maka indeks kebahagiaan cenderung
semakin tinggi. Namun hal ini hanya berlaku hingga anggota rumah tangga sebanyak 5 orang. Ketika
jumlah anggota rumah tangga meningkat menjadi 6 atau lebih, maka indeks kebahagiaan cenderung
menurun.
e. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula indeks kebahagiaan. Penduduk yang
tidak/belum pernah sekolah mempunyai indeks kebahagiaan paling rendah (64,33), sementara indeks
kebahagiaan tertinggi pada penduduk dengan tingkat pendidikan S2 atau S3 (79,56).
f.
Semakin tinggi rata-rata pendapatan rumahtangga, semakin tinggi pula indeks kebahagiaannya. Pada
tingkat pendapatan 4,8 – 7,2 juta rupiah per bulan, indeks kebahagiaannya mencapai 74,56, sementara
pada tingkat pendapatan 1,8 juta rupiah kebawah maka indeks kebahagiannya hanya 64,21.
Berita Resmi Statistik Prov. Sumsel No.13/02/16/Th.XVII, 05 Februari 2015
3
Tabel 1.Indeks Kebahagiaan Menurut Karakteristik Demografi dan Ekonomi, 2014
Karakteristik Demografi dan Ekonomi
Klasifikasi Wilayah:
Perkotaan
Perdesaan
Jenis Kelamin:
Laki-Laki
Perempuan
Status Perkawinan:
Belum Menikah
2014
69,37
66,92
67,09
68,60
68,35
Menikah
67,95
Cerai Hidup
66,38
Cerai Mati
65,98
Kelompok Umur:
17 – 24 Tahun
67,66
25 – 40 Tahun
67,50
41 – 64 Tahun
68,27
65 Tahun Ke Atas
66,03
Kedudukan Dalam Rumah Tangga:
Kepala Rumah Tangga
67,11
Pasangan Kepala Rumah Tangga
Banyaknya Anggota Rumah Tangga:
1 Orang
68,96
66,22
2 Orang
67,15
3 Orang
67,44
4 Orang
67,92
5 Orang
69,08
6 Orang
67,86
7 Orang AtauLebih
66,18
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan:
Tidak/Belum Pernah Sekolah
64,33
Tidak Tamat SD/MI/SDLB/Paket A
64,55
SD/MI/SDLB/Paket A
66,90
SMP/MTs/SMPLB/Paket B
68,09
SMA/SMK/MA/SMALB/Paket C
69,91
Diploma I/II/III
73,56
Diploma IV/S1
73,49
S2 Atau S3
79,56
Pendapatan Rumah Tangga:
Hingga Rp 1.800.000
64,21
Rp 1.800.001 - Rp 3.000.000
67,88
Rp 3.000.001 - Rp 4.800.000
69,49
Rp 4.800.001 - Rp 7.200.000
74,56
Lebih Dari Rp. 7.200.000
74,53
Sumatera Selatan
67,76
Berita Resmi Statistik Prov. Sumsel No.13/02/16/Th.XVII, 05 Februari 2015
4
No.13/02/16/Th. XVII, 05 Februari 2015
Indeks Kebahagiaan Sumatera Selatan Tahun 2014
INDEKS KEBAHAGIAAN SUMATERA SELATAN TAHUN 2014 SEBESAR 67,76 PADA
SKALA 0 – 100
1.
Indeks Kebahagiaan Sumatera Selatan tahun 2014 sebesar 67,76 pada skala 0 - 100.
Indeks Kebahagiaan merupakan rata-rata dari angka indeks yang dimiliki oleh setiap individu di
Sumatera Selatan pada tahun 2014. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan yang
semakin bahagia, demikian pula sebaliknya, semakin rendah nilai indeks maka penduduk semakin
tidak bahagia.
Indeks Kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10
aspek kehidupan yang esensial. Kesepuluh aspek tersebut secara substansi dan bersama-sama
merefleksikan tingkat kebahagiaan yang meliputi kepuasan terhadap: 1) kesehatan, 2) pendidikan,
3) pekerjaan, 4) pendapatan rumahtangga, 5) keharmonisan keluarga, 6) ketersediaan waktu luang,
7) hubungan sosial, 8) kondisi rumah dan aset, 9) keadaan lingkungan, dan 10) kondisi keamanan.
Pendahuluan
Keterbatasan indikator ekonomi dalam merepresentasikan tingkat kesejahteraan masyarakat telah
meningkatkan perhatian dunia terhadap aspek sosial dalam pembangunan. Kemajuan pembangunan yang
selama ini lebih banyak dilihat dari indikator ekonomi, seperti: pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan
dinilai belum cukup untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan yang sesungguhnya. Indikator ekonomi
tersebut pada umumnya diukur secara obyektif dengan pendekatan berbasis uang (monetary-based indicators).
Tingkat kesejahteraan masyarakat sebenarnya dapat diukur dengan dua cara, yaitu 1) menggunakan standar
yang sama (indikator obyektif) dan 2) menggunakan standar yang tidak sama (indikator subyektif). Salah satu
indikator kesejahteraan yang mengukur capaian berdasarkan standar yang tidak sama untuk masing-masing
individu adalah indeks kebahagiaan. Pengukuran indeks kebahagiaan dikenal sebagai pengukuran yang bersifat
‘beyond GDP’.
Kebahagiaan merupakan suatu hal yang dirasakan dan dipersepsikan secara berbeda oleh setiap orang,
karena itu pengukuran kebahagiaan merupakan hal yang subyektif. Dalam hal ini, kebahagiaan menggambarkan
indikator kesejahteraan subyektif yang digunakan untuk melengkapi indikator obyektif. Berbagai penelitian
tentang indeks kebahagiaan mengaitkan kebahagiaan sebagai bagian dari kesejahteraan subyektif dengan
komponen kepuasan hidup dan emosi positif. Dalam konteks pemanfaatan indeks kebahagiaan sebagai salah
satu bahan pengambilan kebijakan publik, maka komponen kebahagiaan yang digunakan adalah kepuasan
hidup. Pengembangan indikator untuk mengukur tingkat kebahagiaan penduduk Indonesia telah dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik. Indeks Kebahagiaan Indonesia dirilis pertama kali pada tahun 2013 berdasarkan hasil
studi dengan representasi estimasi tingkat nasional. Pada tahun 2014, BPS kembali melaksanakan pengukuran
tingkat kebahagiaan penduduk Indonesia melalui Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) 2014 dengan
cakupan sampel yang dapat digunakan untuk estimasi tingkat nasional maupun provinsi.
Berita Resmi Statistik Prov. Sumsel No.13/02/16/Th.XVII, 05 Februari 2015
1
Responden SPTK 2014 adalah kepala rumah tangga atau pasangannya. Untuk Provinsi Sumatera
Selatan, jumlah sampel sebesar 2.286 rumah tangga yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Menurut wilayah,
komposisi responden di perdesaan lebih besar dibanding perkotaan, masing-masing 68,68 persen dan 31,32
persen. Sebanyak 66,05 persen responden adalah kepala rumah tangga, sedangkan lainnya adalah pasangan
kepala rumah tangga (istri/suami). Berdasarkan jenis kelamin, responden laki-laki lebih banyak dibanding
responden perempuan, yaitu masing-masing 56,65 persen dan 43,35 persen. Selain itu, sebagian besar
responden berpendidikan tamat SD/MI (32,28 %) dan hanya sekitar 7,83 persen responden yang tamat
perguruan tinggi.
SPTK 2014 dilaksanakan untuk menghasilkan indikator kebahagiaan penduduk Indonesia dengan
pendekatan kepuasan hidup. Indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat
kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial. Kesepuluh aspek kehidupan tersebut secara substansi
dan bersama-sama merefleksikan tingkat kebahagiaan meliputi kepuasan terhadap: 1) kesehatan, 2) pendidikan,
3) pekerjaan, 4) pendapatan rumahtangga, 5) keharmonisan keluarga, 6) ketersediaan waktu luang, 7)
hubungan sosial, 8) kondisi rumah dan aset, 9) keadaan lingkungan, dan 10) kondisi keamanan. Penilaian
terhadap tingkat kepuasan hidup didasarkan pada evaluasi terhadap kondisi obyektif (faktual) yang dialami oleh
responden.
2.
Indeks Kebahagiaan Sumatera Selatan Tahun 2014
Indeks kebahagiaan Sumatera Selatan tahun 2014 sebesar 67,76 pada skala 0 – 100. Semakin tinggi nilai
indeks menunjukkan tingkat kehidupan yang semakin bahagia, demikian pula sebaliknya, semakin rendah nilai
indeks maka penduduk semakin tidak bahagia. Indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun
oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial. Setiap aspek kehidupan memiliki besaran
kontribusi yang berbeda-beda terhadap indeks kebahagiaan. Hal ini terjadi karena perbedaan penilaian
mengenai derajat pentingnya setiap aspek kehidupan terhadap tingkat kebahagiaan secara keseluruhan.
Semakin besar kontribusi suatu aspek kehidupan, menunjukkan semakin penting aspek tersebut bagi indeks
kebahagiaan. Tiga aspek kehidupan yang memiliki kontribusi paling tinggi adalah pendapatan rumah tangga
(15,29 %), pendidikan (13,48 %),serta pekerjaan (13,33 %).
Tingkat kepuasan penduduk Sumatera Selatan terhadap keharmonisan keluarga adalah paling tinggi
(80,89). Sementara itu, tingkat kepuasan yang paling rendah terjadi pada aspek pendidikan (58,88). Secara
lengkap, tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan disajikan pada Gambar 1.
Berita Resmi Statistik Prov. Sumsel No.13/02/16/Th.XVII, 05 Februari 2015
2
Pekerjaan
Kondisi keamanan
73.79
100.00
80.0064.89
60.00
Pendapatan rumah tangga
61.79
40.00
Keadaan lingkungan72.76
64.45
20.00
Kondisi rumah dan aset
0.00
58.88
Ketersediaan waktu luang72.39
Pendidikan
69.96
74.05
Hubungan sosial
Kesehatan
80.89
Keharmonisan keluarga
Gambar 1. Tingkat Kepuasan Hidup Terhadap 10 Aspek Kehidupan, 2014
3.
Indeks Kebahagiaan Menurut Karakteristik Demografi dan Ekonomi
Beberapa temuan menarik yang dihasilkan dari indeks kebahagiaan Sumatera Selatan berdasarkan
karakteristik demografi dan ekonomi, yaitu:
a. Indeks kebahagaian penduduk di perkotaan relatif lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (69,37 banding
66,92).
b. Penduduk berstatus belum menikah indeks kebahagiaannya sedikit lebih tinggi dibandingankan dengan
penduduk yang berstatus menikah yakni 68,35 dan 67,95. Mereka yang berstatus cerai lebih rendah
indeks kebahagiaannya, yaitu cerai hidup (66,38) dan cerai mati (65,98).
c. Penduduk umur 41-64 tahun memiliki indeks kebahagiaan tertinggi (68,27), sementara, penduduk lansia
(kelompok umur 65+) mempunyai indeks kebahagiaan paling rendah (66,03).
d. Ada kecenderungan dengan makin banyak anggota rumah tangga, maka indeks kebahagiaan cenderung
semakin tinggi. Namun hal ini hanya berlaku hingga anggota rumah tangga sebanyak 5 orang. Ketika
jumlah anggota rumah tangga meningkat menjadi 6 atau lebih, maka indeks kebahagiaan cenderung
menurun.
e. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula indeks kebahagiaan. Penduduk yang
tidak/belum pernah sekolah mempunyai indeks kebahagiaan paling rendah (64,33), sementara indeks
kebahagiaan tertinggi pada penduduk dengan tingkat pendidikan S2 atau S3 (79,56).
f.
Semakin tinggi rata-rata pendapatan rumahtangga, semakin tinggi pula indeks kebahagiaannya. Pada
tingkat pendapatan 4,8 – 7,2 juta rupiah per bulan, indeks kebahagiaannya mencapai 74,56, sementara
pada tingkat pendapatan 1,8 juta rupiah kebawah maka indeks kebahagiannya hanya 64,21.
Berita Resmi Statistik Prov. Sumsel No.13/02/16/Th.XVII, 05 Februari 2015
3
Tabel 1.Indeks Kebahagiaan Menurut Karakteristik Demografi dan Ekonomi, 2014
Karakteristik Demografi dan Ekonomi
Klasifikasi Wilayah:
Perkotaan
Perdesaan
Jenis Kelamin:
Laki-Laki
Perempuan
Status Perkawinan:
Belum Menikah
2014
69,37
66,92
67,09
68,60
68,35
Menikah
67,95
Cerai Hidup
66,38
Cerai Mati
65,98
Kelompok Umur:
17 – 24 Tahun
67,66
25 – 40 Tahun
67,50
41 – 64 Tahun
68,27
65 Tahun Ke Atas
66,03
Kedudukan Dalam Rumah Tangga:
Kepala Rumah Tangga
67,11
Pasangan Kepala Rumah Tangga
Banyaknya Anggota Rumah Tangga:
1 Orang
68,96
66,22
2 Orang
67,15
3 Orang
67,44
4 Orang
67,92
5 Orang
69,08
6 Orang
67,86
7 Orang AtauLebih
66,18
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan:
Tidak/Belum Pernah Sekolah
64,33
Tidak Tamat SD/MI/SDLB/Paket A
64,55
SD/MI/SDLB/Paket A
66,90
SMP/MTs/SMPLB/Paket B
68,09
SMA/SMK/MA/SMALB/Paket C
69,91
Diploma I/II/III
73,56
Diploma IV/S1
73,49
S2 Atau S3
79,56
Pendapatan Rumah Tangga:
Hingga Rp 1.800.000
64,21
Rp 1.800.001 - Rp 3.000.000
67,88
Rp 3.000.001 - Rp 4.800.000
69,49
Rp 4.800.001 - Rp 7.200.000
74,56
Lebih Dari Rp. 7.200.000
74,53
Sumatera Selatan
67,76
Berita Resmi Statistik Prov. Sumsel No.13/02/16/Th.XVII, 05 Februari 2015
4