GENETIKA MANUSIA (HOMO SAPIENS) | INFO SMAN 2 MENGGALA POLA HEREDITAS

POLA HEREDITAS
Pola-pola hereditas mempelajari berbagai macam cara pewarisan
sifat, yang meliputi:












Pautan (linkage)
Pindahsilang (crossing over)
Pautan sex (sex linkage)
Gagal berpisah (non disjunction)
Determinasi sex
Gen lethal


1. Pautan Gen
Pautan/Tautan (linkage) adalah suatu keadaan dimana terdapat
banyak gen dalam satu kromosom. Pengertian ini biasanya
mengacu pada kromosom tubuh (autosom). Akibatnya bila kromosom
memisah dari kromosom homolognya, gen-gen yang berpautan
tersebut selalu bersama.

Semisal suatu genotif AaBb mengalami pautan antar gen dominan dan
antar gen resesif, maka A dan B terdapat dalam satu kromosom,
sedangkan a dan b terdapat pada kromosom homolognya. Bila terjadi
pembelahan meiosis maka gamet yang terbentuk ada dua macam,
yaitu AB dan ab.

Ciri Pautan:
– semisal pada AaBb, gamet hanya 2 macam
– jika di test cross hasilnya adalah 1 : 1
2. Pindah Silang (crossing over)
Pindah silang (crossing over) merupakan peristiwa pertukaran gen
karena kromosom homolog saling melilit saat meiosis. Misalkan suatu

genotif AaBb mengalami pindah silang saat pembelahan meiosis akan
diperoleh gamet sebanyak empat macam, yaitu AB, ab, Ab, dan aB.



Dua yang pertama (homogamet) disebut kombinasi parental
(KP) yang merupakan hasil peristiwa pautan, dan
dua yang terakhir (heterogamet) disebut kombinasi baru (KB)
atau rekombinan (RK) yang merupakan hasil peristiwa
pindahsilang.

Prosentase terbentuknya kombinasi baru saat terjadi pindah silang
disebut Nilai Pindah Silang (NPS) yang dapat dihitung dengan rumus
berikut:

Ciri Pindah silang:
– semisal pada AaBb, gamet 4 macam
– jika di test cross hasilnya adalah 1 : 1 : 1 : 1

3. Pautan Sex

Pautan sex (sex linkage) merupakan suatu keadaan dimana terdapat
banyak gen tertentu yang selalu terdapat pada kromosom sex.
Adanya pautan sex menyebabkan suatu sifat muncul hanya pada jenis
kelamin tertentu. Ada dua jenis pautan sex, yaitu pautan X dan pautan
Y.
Contoh: persilangan antara lalat Drosophilla melanogaster bermata
merah dan putih.
P:

jantan mata putih
XmY

F1 :

XM Y
XM Xm

P2 :

XM Y


FZ :

XM Y
XmY
XMXM
XM Xm

X

betina mata merah
XMXM

: jantan mata merah
: betina mata merah
x

XMXm

: jantan mata merah

: jantan mata putih
: betina mata merah
: betina mata merah

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa gen yang menyebabkan warna
mata pada lalat terdapat pada kromosom X. Mata merah disebabkan
gen dominan M, dan mata putih disebabkan gen resesif m. Hasil
persilangan pada F, induk jantan yang bermata putih mewariskan gen
m pada anak betina, sedangkan induk betina yang bermata merah
mewariskan gen M pada anak jantan.
Ingat
Pada anak jantan, X berasal dari induk betina
Pada anak betina, X berasal dari kedua induk
Inilah yang disebut konsep pewarisan sifat menyilang (criss cross
inheritance)

4. Gagal Berpisah (Non disjunction)
Gagal berpisah (non disjunction) merupakan kegagalan kromosom
homolog untuk memisahkan diri saat pembelahan meiosis. Akibatnya
terdapat gamet yang lebih atau kurang jumlah kromosomnya.

Contohnya persilangan antara Drosophilla melanogaster dimana lalat
betina mengalami gagal berpisah. Lalat betina yang mengalami gagal
berpisah membentuk tiga macam kemungkinan gamet yaitu X, XX,
dan 0. Bila lalat jantan yang mengalami gagal berpisah kemungkinan
gametnya adalah X, Y, XX, YY, dan 0.
P

: XY

G

: X
Y

F

: XX
XY
XXX
XXY

XO
YO

x

XX (gagal berpisah)
X
XX
0

: betina normal
: jantan normal
: betina super (biasanya mati)
: betina (fertil)
: jantan (steril)
: jantan (lethal)

Gamet hasil gagal berpisah pada:
– betina : X, XX, 0
– jantan : X, Y, XX, YY, 0


5. Determinasi sex
Determinasi sex adalah cara penentuan jenis kelamin pada hewan
dan manusia yang dilambangkan dengan huruf tertentu.
Khusus pada Drossophila, penentuan jenis kelamin didasarkan pada
Index Kelamin yang merupakan rasio antara jumlah kromosom X
dengan jumlah pasangan autosom. Bila rasionya lebih besar atau
sama dengan setengah, jenis kelaminnya jantan. Bila lebih besar atau
sama dengan satu jenis kelaminnya betina. Dan bila lebih besar dari
setengah dan lebih kecil dari satu lalat tersebut merupakan lalat
intersex.

Contoh:

AAXX
AAXY
AAXXX
AAXXY
AAXO
AAAXX


IK = 2X/2A = 1 lalat betina
IK = X/2A = 0,5 lalat jantan
IK = 3X/2A = 1,5 lalat betina
IK = 2X/2A = 1 lalat betina
IK = X/2A = 0,5 lalat jantan
IK = 2X/3A = 0,6 lalat intersex

Pada makhluk hidup lain penentuan jenis kelaminnya seperti pada
tabel berikut:

6. Gen Lethal
Gen lethal merupakan gen yang menyebabkan kematian individu
yang memilikinya bila dalam keadaan homozigot. Ada dua jenis gen
lethal, yaitu lethal dominan dan lethal resesif.
Lethal dominan menyebabkan kematian dalam keadaan homozigot
dominan.

Contoh: persilangan antara tikus kuning dengan sesamanya
p


: tikus kuning
Kk

F

: KK
2Kk
kk

x

tikus kuning
Kk

: tikus kuning (lethal)
: tikus kuning
: normal

Rasio fenotif yang hidup antara tikus kuning : normal = 2 : 1 karena

tikus kuning homozigot dominan selalu lethal.
Lethal resesif menyebabkan kematian dalam keadaan homozigot
resesif.

Contoh: persilangan antara jagung berdaun hijau dengan sesamanya
p

: jagung berdaun hijau x
Hh

jagung berdaun hijau
Hh

F

: HH : berdaun hijau
2Hh : berdaun hijau
hh : berdaun pucat (albino) – lethal

Dari pesilangan di atas hanya tiga yang kemungkinannya dapat hidup
yaitu yang bergenotif HH dan Hh. Sedangkan yang bergenotif hh mati
karena tidak dapat membentuk klorofil.