Zona Kesehatan | Blogger Lampung Tengah

AI D S D AN PEN CEGAH AN PEN ULARAN N YA PAD A PRAKTEK D OKTER GI GI
SON D AN G PI N TAULI
Ba gia n I lm u Ke dok t e r a n Gigi Pe n ce ga ha n Ke se h a t a n Gigi M a sya r a k a t
Fa k u lt a s Ke dok t e r a n Gigi
Un ive r sit a s Sum a t e r a Ut a r a

BAB I
PEN D AH ULUAN
Dalam bidang kesehat an m asyarakat , para ahli senant iasa m em usat kan
perhat ian pada m asalah- m asalah kesehat an yang m enyangkut orang banyak. Di
m asa lam pau wabah penyakit dan bencana alam silih bergant i m engancam
kehidupan um at m anusia, nam un berkat kem aj uan ilm u kedokt eran, dewasa ini
banyak diant ara wabah penyakit t ersebut t elah dapat dikendalikan ( 11) .
Pada um um nya negara m aj u dapat m enikm at i t araf kesehat an rat a- rat a lebih
baik, akan t et api negara yang sedang berkem bang m asih berj uang unt uk
m endapat kan pem erat aan kesehat an. Dalam suasana dem ikian ini kit a dihadapkan
pada kenyat aan bahwa ada sat u j enis penyakit yang dapat berj angkit dengan cepat
t anpa m em andang bulu baik dinegara m aj u m aupun dinegara sedang berkem bang,
yakni penyakit AI DS.
Dewasa ini, Acqu ir e d I m m u ne D e ficie n cy ( AI DS) m erupakan salah sat u
m asalah kesehat an yang perlu m endapat perhat ian dunia. WHO m eram alkan bahwa

j um lah penderit a AI DS dan kem at ian akibat AI DS seluruh dunia akan m eningkat 10
persen dalam wakt u 8 t ahun m endat ang, yait u dari sat u set engah j ut a saat ini
m enj adi 12- 18 j ut a pada t ahun 2000 ( 4,5,6,7,8) . Penyakit ini m em ang m em punyai
angka kem at ian yang t inggi dim ana ham pir sem ua penderit a AI DS m eninggal dalam
wakt u lim a t ahun sesudah m enunj ukkan gej ala pert am a AI DS ( Depkes 1988) ( 5) .
Di I ndonesia, kasus AI DS yang pert am a kali dilaporkan adalah seorang
wisat awan laki- laki berkebangsaan Belanda yang m eninggal di Bali pada t ahun 1987.
Kasus kedua j uga orang asing sedangkan kasus berikut nya t erj adi pada seorang pria
I ndonesia yang j uga m eninggal di Bali ( 1,2) . Sej ak it u, j um lah penderit a AI DS t erus
m eningkat . Hal ini t erlihat dalam dat a kum ulat if Depkes RI dari 15 Propinsi dim ana
sam pai bulan Maret 1995 kasus AI DS sudah m encapai 288 orang ( 7,9) . Di propinsi
Sum at era Ut ara dilaporkan adanya dua kasus yang m enderit a HI V posit if dan
kem ungkinan kasus ini akan bert am bah banyak.
AI DS m erupakan penyakit yang fat al, m enular dan sam pai sekarang belum
ada obat nya. Penderit a AI DS t et ap m enularkan penyakit sepanj ang hidupnya dan
biasanya HI V m enyerang usia produkt if. Masalah AI DS m enj adi lebih berat lagi
karena pada kasus seroposit if, penderit a biasanya m erasa sehat dan dari penam pilan
luar j uga t am pak sehat nam un m erupakan pem bawa virus yang asim t om at ik dan
dapat m enularkan HI V kepada orang lain ( 12) .
Sebagaim ana diket ahui bahwa penularan HI V/ AI DS dapat t erj adi m elalui

hubungan seksual, pem akaian j arum sunt ik secara bergant ian, t ranfusi darah sert a
oleh ibu yang t erinfeksi kepada bayi yang dikandungnya ( 2,4,5,6) . Yang perlu
diperhat ikan bahwa seorang pengidap HI V dapat t am pak sehat t et api pot ensial
sebagai sum ber penularan seum ur hidup ( 1) .
Ket akut an t erkena infeksi AI DS t elah m elanda sem ua orang t erm asuk dokt er
gigi sebagai salah seorang t enaga kesehat an oleh karena dalam prakt eknya m ereka
selalu berkont ak dengan saliva dan darah. Cara penularannya dapat berupa infeksi
silang ant ara pasien ke pasien m elalui alat - alat t ercem ar ( 6) . Dibidang kedokt eran

gigi, t indakan perawat an yang beresiko penularan ant ara lain berupa pencabut an
gigi, pem bersihan karang gigi, pengesahan gigi t erut am a didaerah servikal, insisi
sert a t indakan lain yang dapat m enim bulkan luka. Walaupun kem ungkinan kecil,
t et api m em punyai resiko yang past i ( 6,8) . At as dasar it ulah Oral Healt h Depart m ent
WHO m enghim bau para dokt er gigi di seluruh dunia agr m elakukan t indakan
pencegahan unt uk m elindungi pasien m aupun dirinya sendiri ( 6) .
Di Am erika Serikat dilaporkan 2 orang penderit a t ert ular HI V diprakt ek dokt er
gigi sert a diperoleh bukt i bahwa m ereka t ert ular dit em pat prakt ek dokt er gigi yang
t idak m elakukan t indakan pencegahan secara ideal ( FDI , 1991) . Apabila di negara
m aj u m asih t erdapat hal sem acam it u, m aka dapat diasum sikan bahwa di negara
berkem bang sepert i I ndonesia t indakan pencegahan m asih belum m em adai.

Perkem bangan AI DS sej auh ini t elah m em berikan banyak perubahan dalam
m ut u pelayanan kesehat an, bukan saj a karena penyakit ini m erupakan penyakit baru
t et api j uga m erupakan penyakit yang t elah m em akan banyak porsi dana kesehat an.
Hal ini m erupakan suat u t ant angan bagi t enaga kesehat an unt uk m em persiapkan diri
dan agar dapat m encipt akan sist em perawat an yang sem akin baik ( 6) .

BAB 2
ACQUI RED I M M UN E D EFI CI EN CY SYN D ROM E
( AI D S)

AI DS at au Acquired I m m une Deficiency Syndrom e, dit erj em ahkan secara
bebas sebagai sekum pulan gej ala penyakit yang m enunj ukkan kelem ahan at au
kerusakan yang didapat dari fakt or luar dan bukan bawaan yang sej ak lahir. Jadi,
sebenarnya
AI DS m erupakan kum pulan gej ala- gej ala penyakit infeksi at au
keganasan t ert ent u yang t im bul sebagai akibat m enurunnya daya t ahan t ubuh at au
kekebalan penderit a ( 12) .
2 .1 . Se j a r a h AI D S da n Pe r k e m ba n ga nn ya
Sindrom e ini pert am a sekali dilaporkan oleh Michael Got t lieb pada
pert engahan t ahun 1981 pada penderit a pria hom oseksual dan pecandu narkot ik

sunt ik di Los Angeles, Am erika Serikat . Sej ak penem uan pert am a inilah, dalam
beberapa t ahun dilaporkan lagi sej um lah penderit a dengan sindrom e yang sam a dari
46 negara bagian Am erika Serikat lainnya ( 2) .
Cepat nya penyebaran AI DS ini keberbagai benua, sert a dam pak yang t erlihat
pada penderit a besert a keluarganya, disam ping belum diket ahuinya cara
penanganan dan pengobat annya m enyebabkan keresahan psikososial yang sangat
besar dikalangan m asyarakat dim ana kasus AI DS banyak t erj adi.
Pada t ahun- t ahun pert am a dit em ukannya penyakit ini belum diket ahui bahwa
agennya adalah ret rovirus, nam un diperkirakan bahwa penyebabnya adalah agen
yang dapat m enular. Baru pada akhir t ahun 1983, para penelit i m enem ukan sat u
j enis ret rovirus yang m ulanya diberi nam a Lym pa de n opa t i a ssocia t e d vir u s, dan
pada bulan Mei t ahun 1986 disepakat i m enggunakan sat u nam a saj a yait u H u m a n
I m m u n ode ficie n cy Vir u s ( HI V) ( 5,12,14,22.24,25) .
2 .2 . Epide m iologi AI D S
Di Am erika Serikat , pengum pulan dat a epidim iologi dilakukan oleh Cent res for
Disease Cont rol ( CDC) yang berasal dari daerah epidem i m ulai t ahun 1991,
dit em ukan
bahwa
m ayorit as
penderit a

AI DS
dewasa
dilaporkan
kaum
hom oseksual/ biseksual adalah 59% , pengguna obat secara int ravena 22% dan lakilaki hom oseksual yang m enggunakan obat secara int ravena 7% . Pasangan seksual

dari orang- orang t ersebut diat as m erupakan kelom pok beresiko t inggi. Sekit ar 90%
kasus t ersebut dilaporkan t erj adi pada pria dan 19% pada wanit a. Wanit a yang
berusia 20- 44 t ahun adalah kelom pok usia t erinfeksi yang t ercepat . Sekit ar 40- 50%
anak yang lahir dari ibu yang t erinfeksi HI V t ernyat a seroposit if t erhadap HI V. Pasien
hem ofilia dan penerim a t ranfusi darah m erupakan kelom pok t erkecil dan j um lahnya
t erus berkurang sej ak dilakukan screening t erhadap donor yang t erkont am inasi HI V
yang dilaksanakan sej ak t ahun 1985.
Secara um um dapat dipercaya bahwa kebanyakan penderit a infeksi HI V akan
m enj adi penderit a AI DS. Walaupun wakt u t erinfeksi HI V dengan diagnosa AI DS
bervariasi, hasil penelit ian m elaporkan bahwa periode inkubasi sekit ar 5- 10. Dengan
dit em ukannya obat sepert i zidovidum e, yang j uga dikenal sebagai azidot hym idine
( AZT) , t ernyat a bahwa dapat m em perpanj ang m asa inkubasi. Diperkirakan angka
kem at ian 90% selam a 3 t ahun dengan diagnosa AI DS.
2 .3 . Pa t oge n e sis

HI V secara selekt if akan m enginfeksi sel yang berperan m em bent uk zat ant i
pada sist em im m unit as selluler yait u sel lim fosit T4. Lim fosit T4 m enj adi sasaran dari
virus ini karena sel t ersebut m em punyai CD4 ant igen pada m em brannya, yang dapat
berperan sebagai resept or unt uk virus t ersebut . Selain sel lim fosit T4 yang yang
m enj adi sasaran HI V, t erbukt i kem udian adalah sel lain yang j uga m em punyai CD4
ant igen pada m em brannya sehingga m enj adi t arget dari HI V. Sel lain t ersebut
adalah sel m onosit - m akrofag, dan beberapa sel hem opoesis di dalam sum - sum
t ulang ( 8) .
HI V sebagai virus RNA m em punyai enzim reverse t ranscript ase dim ana pada
kej adian infeksi m am pu m em bent uk virus DNA. Virus DNA yang t erbent uk ini m asuk
kedalam int i sel t arget dan berint ergrasi dengan DNA dari host dan m enj adi provirus
( DNA Provirus) . DNA provirus yang t elah berint ergrasi dengan sel DNA dari host ( sel
lim fosit T4) akan ikut m engalam i replikasi pada set iap t erj adi proliferasi sel. Set iap
hasil replikasi DNA ini selanj ut nya akan m enghasilkan virus RNA, enzim reverse
t ranscript ase dan prot ein virus. Dem ikian perist iwa infeksi HI V ini berlangsung
( 4,14,15) .

2 .4 . Ga m ba r a n Pe nya k it
Secara klinis gam baran penyakit yang diakibat kan oleh infeksi HI V ini dapat
t erlihat dalam 4 t ahap berurut an. Tahap- t ahap ini sangat berkolerasi dengan

gam baran laborat orium akibat perubahan fungsi im unit as dan akt ivit as virus.
1. Tahap pert am a, t ahap infeksi prim er ( prim ary infect ion)
Tahap ini t erlihat set elah beberapa m inggu t erpapar HI V, dit andai dengan
gej ala dem am , sakit t enggorokan, lesu dan lem as, sakit kepala, fot ofobia,
lim padenopat i sert a berecak m akulopapular. Tahap ini biasanya berlangsung
sekit ar sat u at au dua m inggu lebih dan dit em ukan pada ham pir 70%
perist iwa infeksi HI V.
2. Tahap kedua, t ahap infeksi dini ( early infect ion)
Tahap ini m erupakan nam a lat en virus yang dapat berlangsung selam a
beberapa bulan sam pai beberapa t ahun. Um um nya penderit a asim t om at ik
kecuali beberapa diant aranya dengan lim padenopat i um um .
3. Tahap ket iga, t ahap infeksi m enengah ( m iddle infect ion)
Tahap ini it andai dengan m unculnya kem bali ant igen HI V sert a penurunan sel
lim fosit T sehinngga penderit a m enj adi sangat rent an t erhadap berbagai

kondisi dan infeksi. Kandiasis di m ulut dan oral hairy leukoplakia serinng
t erlihat pada t ahap ini.
4. Tahap keem pat , t ahap sakit HI V berat ( severe HI V disease)
Tahap ini dit andai dengan t im bulnya infeksi oport unist ik dan neoplasm a yang
m enyebabkan keadaan sakit berat dengan angka kem at ian yang t inggi.

Tahap inilah yang disebut AI DS ( Acquired I m m une Deficiency Syndrom e)
Pengalam an m enunj ukkan bahwa resiko m asuknya ket ahap sakit HI V berat
at au AI DS m eningkat sej alan dengan lam anya infeksi. Dalam keadaan penderit a
t idak m endapat kan pengobat an t erhadap ret rovirusnya, sekit ar 50% penderit a HI V
ini sam pai ket ahap AI DS kira- kira sesudah 10 t ahun.
2 .5 . Pe m e r ik sa a n La bor a t or iu m
Pem eriksaan laborat orium sangat besar perananya dalam m enet apkan
diagnosis dan gam baran perj alanan penyakit sert a dalam m enent ukan t indakan
pengobat an, karenadalam banyak hal t idak dapat m em beri pet unj uk t erhadap
perkem bangan penyakit khususnya padam asa asint om at ik lat en ( 20) .
Pem eriksaan laborat orium m enunj ukkan ant igen at au ant ibody t erhadap HI V
didalam darah. Unt uk it u digunakan pem eriksaan dengan t es Elisa ( Enzim linked
im m unosorbent assay) sebagai pem eriksaan penyaring, yang apabila posit if lebih
lanj ut dikonfirm asikan dengan pem eriksaan West ren I m m unoblot ( WB) ( 12, 14,18,25) .
Baru- baru ini diperkenalkan dengan sat u cara pem eriksaan yang lebih akurat yait u
t es PCR at au Polym erase Chain React ions.
2 .6 . Ca r a Pe n u la r a n
AI DS adalah m erupakan penyakit yang fat al dan m enular. Jalan ut am a unt uk
t ranm isi HI V adalah kont ak seksual ( hom oseksual at au het eroseksual) t ranm isi
j arum sunt ik dan alat kesehat an lain, t ranm isi perinat al ( dari ibu ke anak dalam

persalinan) , t ranm isi darah dan produk darah sert a t ranm isi dalam pelayanan
kesehat an yait u pada pekerj a rum ah sakit yang berkont ak dengan darah at au cairan
t ubuh pasien dengan infeksi HI V ( 4,5,8,10,14,15,25) .
Sekalipun penyelidikan secara epidem ologi m enunj ukkan bahwa darah dan
sem en m erupakan j alur penularan ut am a virus AI DS, t elah dilaporkan bahwa HI V
j uga dit em ukan dalam saliva, air m at a, air susu ibu dan urin ( 8,10) . Penularan m elalui
saliva sam pai saat ini m em ang diragukan karena j um lah virus dalam saliva am at
kecil sehingga t idak pot ensial unt uk penularan. Hasil beberapa penyelidikan
m enunj ukkan bahwa sebenarnya saliva dapat m engham bat virus HI V agar t idak
m enginfeksi lim fosit m anusia disam ping fungsi saliva sendiri sebagai pelindung
karena m engandung sej um lah prot ein saliva. Resiko penularan dalam t indakan
kedokt eran diperkirakan m elalui saliva yang t ercam pur darah karena luka yang
t im bul dalam perawat an ( 24) .
Disam ping perawat an gigim em ungkinkan t erj adinya pendarahan, penggunaan
hanplece berkecepat an t inggi, alat ult rasonic dan adanya kont ak dengan sej um lah
besar pasien j uga m em ungkinkan t erj adinya infeksi dan kont am inasi bagi dokt er gigi
sangat besar ( 24) . Prosedur perawat an yang berakibat t erj adinnya pendarahan adalah
pencabut an gigi, pem bedahan, perawat an periodont al, pem bersihan karang gigi dan
lain- lain. Pada dasarnya, inst rum en yang m enem bus j aringan lunak at au yang akan
m enyebabkan pendarahan at au kont ak dengan selaput lendir yang ut uh sepert i

j arum sunt ik, j arum endodont ik, t ang ekst aksi m erupakan inst rum en yang t ergolong
beresiko t inggi ( 8) .

Hingga saat ini belum t erbukt i bahwa AI DS dapat dit ularkan oleh gigit an
serangga, m inum an, m akanan at au kont ak biasa dalam keluarga, sekolah, kolam
renang, WC um um at au t em pat kerj a dengan penderit a AI DS ( 5) .

BAB 3
GEJALA KLI N I S D AN M AN I FESTASI AI D S D I RON GGA M ULUT
3 .1 . Ge j a la Klin is AI D S
AI DS m em punyai spect rum yang luas pada gam baran klinis. Pada awal
perm ulaan t erdapat gej ala- gej ala sepert i t erkena flu. Penderit a m erasa lelah yang
berkepanj angan dan t anpa sebab, kelenj ar- kelenj ar get ah bening dileher, ket iak,
pangkal paha m em bengkak selam a berbulan bulan, nafsu m akan m enurun/ hilang,
dem am yang t erus m enerus m encapai 39 deraj at Celcius at au berkeringat pada
m alam hari, diarrhea, berat badan t urun t am pa sebab, luka- luka hit am pada kulit
at au selaput lendir yang t idak bias ssem buh, bat uk- bat uk yang berkepanj angan dan
dalam kerongkongan, m udah m em ar at au pendarahan t anpa sebab. Gej ala- gej ala
awal ini sering disebut AI DS Relat ed Com plex ( ARC) . Bila keadaan penyakit ini
m eningkat , penyakit ganas lain berkem bang sepert i: radang paru ( penum ocyt is

carinii) , kandiasis oesophagus, cyt om egalovirus at au herpes, sarcom a kaposi, t um or
ganas pem buluh darah ( 3,19,23) .
3 .2 . M a n ife st a si AI D S dir ongga m u lu t
Sekit ar 95% penderit a AI DS m engalam i m anifest asi pada daerah kepala dan
leher sebagaim ana j uga m enurut Shiod dan Pinborg 1987. Manifest asi di m ulut
seringkali m erupakan t anda awal infesi HI V ( 16) .
3 .2 .1 I nfe k si k a r e na j a m u r ( Or a l Ca ndidia sis)
Kandiasi nulut sej auh ini m erupakan t anda di dalam m ulut yang paling sering
dij um pai baik pada penderit a AI DS m aupun AI DS relat ed com plex ( ARC) dan
m erupakan t anda dari m anifest asi klinis pada penderit a kelom pok resiko t inggipada
lebih 59% kasus.
Kandiasis m ulut pada penderit a AI Ds dapat t erlihat berupa oral t hrush, acut e
at rophic candidiasis, chronic hyperplast ic candidiasis, dan st om at is angularis
( Perleche) .
3 .2 .2 I nfe k si k a r e na vir u s
I nfeksi karena virus golongan herpes paling sering dij um pai pada penderit a AI DS
dan ARC. I nfeksi virus pada penderit a dapat t erlihat berupa st om at is herpet iform is,
herpes zost er, hairy leukoplakia, cyt om egalovirus.
3 .2 .3 I nfe k si k a r e na ba k t e r i
I nfeksi karena bakt eri dapat berupa HI V necrot izing gingivit is m aupun HI V
periodont it is.
a. HI V necrot izing gingivit is
HI V necrot izing gingivit is dapat dij um pai pada penderit a AI DS m aupun
ARC. Lesi ini dapat t ersem bunyi at au m endadak disert ai pendarahan wakt u
m enggosok gigi, rasa sakit dan halit osis.
Necrot izing gingivit is paling sering m engenai gingiva bagian ant erior. Pada
sit uasi ini, pabila int erdent al dan t epi gingiva akan t am pak berwarna m erah,
bengkak, at au kuning keabu- abuan karena nekrosis, bakan sering t erj adi
necrot izing ulcrerat ive gingivit is yang parah dan penyakit periodont al yang

progresif sekalipun kebersihan m ulut t erj aga dengan baik dan walaupun t elah
diberikan ant ibiot ika.
b. HI V periodont it is
Penyakit periodont al yang berlangsung secara progresif m ungkin
m erupakan indicat or awal yang dapat dit em ukan pada infeksi HI V. Dokt er gigi
seyogyanya m endiagnosa secara dini proses kerusakan t ulang alveolar
t ersebut dengan t et ap m em pert im bangkan kem ungkinan adnya infeksi HI V.
Hal ini disebabkan t erut am a oleh adanya fakt a bahwa sej um lah penderit a
AI DS yang m engalam i kerusakan t ulang alveolar yang cepat .
3 .2 .4 N e opla sm a
Sarkom a kaposi yang berhubungan dengan AI DS t am pak sebagai penyakit
yang lebih ganas dan biasanya t elah m enyebar pada saat dilakukan diagnosa awal.
Kira- kira 40% penderit a AI DS dengan sarcom a kaposi akn m eninggal dalam wakt u
kurang lebih sat u t ahun dan biasanya disert ai dengan infeksi opot unist ik yang lain
( m isalnya pneum ocyst ic carinii, j am ur, virus, bakt eri) .
Manifest asi m ulut sarcom a kaposi biasanya m erupakan t anda awal AI DS dan
um um nya ( 50% ) dit em ukan dalam m ulut pria hom oseksual. Selain m ulut , sarcom a
ini j uga dapat dit em ukan dikulit kepala dan leher. Sarkom a kaposi pada m ulut
biasanya t erlihat m ula –m ula sebagai m acula, nodul dan plak yang dat ar at au
m enonj ol, biasanya berbewnt uk lingkaran dan berwarna m erah at au keunguan.
Terlet ak pada palat um dan besarnya dari hanya beberapa m illim et er sam pai
cent im et er. Bent uknya t idak t erat ur, dapat t unggal at au m ult iple dan biasanya
asint om at ik, sehingga baru disadari oleh pasien bila lesi sudah m enj adi agak besar.
3 .2 .5 Ke la in a n la in dida la m m ulu t
Kelainan- kelainan ini t idak diket ahui sebabnya, dapat t im bul berupa :
a. St om at is apht osa rekuren, t erut am a t ipe m ayor.
b. Ulkus nekrot ik yang m eluas sam pai ke fausia.
c. Xerost om ia
d. Pem besaran kelenj ar parot is, t erut am a penderit a AI DS anak- anak.
e. I diophat ic t hrom bocyt openia purpura.
f. Palsi waj ah
g. Addisonian m ucosal hyperpigm ent at ion
h. Lim fadenopat i subm andibula.
i. Hiperpigm ent asi m elanot ik
j . Penyem buhan luka yang lam a
k. Bayi yang lahir dengan infeksi AI DS dapat m engalam i deform asi waj ah.

BAB 4
PEN CEGAH AN PEN ULARAN AI D S UN TUK D OKTER GI GI
Set elah gej ala klinis dim ulut diket ahui, m aka perlu diam bil upaya pencegahan
penyebaran penyakit ini m elalui prakt ek dokt er gigi, sebab ket akut an t erkena infeksi
AI DS t elah m elanda kalangan dokt er gigi, pasien m aupun perawat gigi ( 24) . Sam pai
sekarang upaya pencegahan kont am inasi at au penularan infeksi HI V pada prakt ek
dokt er gigi m asih dilakukan sepert i upaya pencegahan infeksi silang lainnya.

Pada dasarnya t indakan pencegahan harus m encakup lim a kom ponen pent ing
yait u penj aringan pasien, perlindungan diri, dekont am inasi peralat an, desinfeksi
perm ukaaan lingkaran kerj a dan penanganan lim bah kllinik ( 1,2,13,14,17) .
Pe n j a r inga n Pa sie n
Dalam hal ini harus disadari bahwa t idak sem ua pasien dengan penyakit
infeksi dapat t erj aring dengan rekam m edik sehingga syst em penj aringan pasien
t idak m enj am in sepenuhnya pencegahan penularan penyakit . Konsep Universal
precaut ion pert am a kali dianj urkan oleh Cent ers For disease Cont rol ( CDC) pada
t ahun 1987 yait u m em perm alukan sem ua pasien seolah- olah m ereka t erinfeksi HI V.
Pe r lin dun ga n dir i
Perlindungan diri m eliput i cuci t angan, pem akaian sarung t angan, cadar, kaca
m at a, dan m ant el kerj a. Prosedur cuci t angan dilakukan dengan sabun ant isept ik di
bawah air m engalir. Persyarat an yang harus dipenuhi sarung t angan adalah bdasar
t idak m engirit asi t angan, t ahan bocor, dan m em berikan kepekaan yang t inggi bagi
pem akainya. Cadar berfungsi unt uk m elindungi m ukosa hidung dan kont am inasi
percikan saliva dan darah pada m at a karena conj unct iva m at a m erupakan salah sat u
port ent ry sebagian besar infeksi virus. Sedangkan m ant el kerj a dianj urkan
digunakan sewakt u m elayani pasien yang set iap saat t erkancing baik.
D e k on t a m in a si Pe r a la t a n
Dekont am inasi adalah suat u ist ilah um um yang m eliput i segala m et ode
pem bersihan, desenfeksi dan st erilisasi yang bert uj uan unt uk
m enghilangkan
pencem aran m ikroorganism e yang m elekat pada peralat an m edis sedem ikian rupa
sehingga t idak berbahaya. Met ode dekont am inasi yang ut am a adalah penguapan
dibawah t ekana ( aut klav) , pem anasan kering ( oven udara panas) , air m endidih dan
desinfekt an kim ia dengan m enggunakan hipoklorit at au glut araldehid 2% .
D e sinfe k si pe r m u k a a n lin gk u n ga n k e r j a
Set iap perm ukaan yang dij am ah oleh t angan operat or harus dist erilkan
( m isalnya inst rum en) at au desinfeksi ( m isalnya m ej a kerj a, kaca pengaduk, t om bolt om bol at au pegangan laci dan lam pu) . Mej a kerj a, t om bol- t om bol, selang
as[ pirat or, t abung, bot ol m at erial dan pegangan lam pu unit harus diulas dengan
klorheksidin 0,5% dalam alcohol at au hipoklorit 1000 bagian perj ut a ( bpj ) dari
klorida yang t ersedia, dalam set iap sesi at au set iap pergant ian pasien. Pist on harus
dicuci dan debris dari pelast ik penyaring dibersihkan set iap selesai sat u pasien.
Selang aspirat or sebaiknya m em akai yang sekali pakai. Bila ada noda darah, cairan
t ubuh at au nanah, perm ukaan harus didesinfeksidengan larut an hipoklorit yang
m engandung 10.000 bj p dari klorida yang t ersedia dan kem udian dibersihkan
dengan lap sekali pakai. Larut an harus dibiarkan pada perm ukaan yang akan
dibersihkan m inim al selam a t iga m enit , kem udian larut an t ersebut dilap, sert a
perm ukaan perm ukaan t ersebut dibilas dan dikeringkan.
Posisi operat or t ert ent u didalam m elakukan t indakan perawat an gigi, j uga
m em punyai rwesiko kont am inasi dari m ulut pasien ke operat or. Penelit ian di
Universit as Bologna, I t ali m em bukt ikan bahwa resiko t erbesar bagi operat or bila ia
bekerj a pada posisi kanan penderit a diposisi j am 9.
Pe n a nga na n lim ba h k lin ik
Yang dim aksud dengan lim bah klinik adlah sem ua bahan yang m enular at au
kem ungkinan besar m enular at au zat - zat yang berbahaya yang berasal dari
lingkungan kedokt eran dan kedokt eran gigi. Sam pah ini dikum pulkan unt uk dibakar,
at au dit anam unt uk j enis t ert ent iu. Lim bah klinik sepert i j arum dikum pulkan di

dalam wadah plast ik berwarna kuningunt uk dibakar dan j enis lim bah t ert ent u
dikum pulkan unt uk dit anam . Sebaiknya j arum sunt ik disposible set elah dipakai
langsung dibuang dalam wadah t anpa m em asang kem bali penut up j arum , hal ini
unt uk m enghindari t ert usuknya t angan oleh j arum t ersebut .
Lim bah darah, adalah yang paling pot ensial m engandung HI V, m aka bila ada
lim bah darah m isalnya kapas dengan darah, ekst raksi j aringan at au gigi j at uh ke
lant ai am billah lim bah t ersebut dengan m engggunakan sarung t angan, dibersihkan
dengan lap at au t issue kert as kem udian lap at au t issuedan daerah t um pahan
dit uangkan larut an hipoklorit 10.000 bpj . Set elah 10 m enit at au lebih, bilas t em pat
t ersebut dengan lap lain, dan lap sert a t issue dapat dibuang sesuai dengan
t em pat nya.

BAB 5
KESI M PULAN

AI DS m erupakan kum pulan gej ala penyakit yang dit andai dengan rusaknya
syst em kekebalan t ubuh sehingga m udah diserang berbagai m acam infeksi. AI DS
disebabkan oleh virus Hum an I m m unodeficiency Virus ( HI V) .
Sam pai saat ini belum dapat diket ahui dengan past i dari m ana m ulai
berj angkit nya penyakit AI DS. Penyakit AI DS t idak dit ularkan m elalui kont ak biasa,
nam un dit ularkan m elalui hubungan seksual, kont ak dengan darah yang t ercem ar
HI V dan m elalui j arum sunt ik at au alat kedokt eran lainnya yang t ercem ar HI V.
Sebaliknya AI DS t idak dapat dit ularkan m elalui gigit an serangga, m inum an, at au
kont ak biasa dalam keluarga, sekolah, kolam renanng, WC um um at au t em pat kerj a
dengan penderit a AI DS.
Penderit a yang t erinfeksi HI V akanm engalam i gej ala klinis dan m anifest asi di
rongga m ulut . Manifest asi didalam rongga m ulut oleh penderit a AI DS t erdiri at as
serangkaian infeksi oport unist ik ( kandiasi, leukoplakia) dan neoplasm a.
Ket akut an t erkena infeksi AI DS t elah m elanda kalangan dokt er gigi sebagai
salah seorang t enaga kesehat an oleh karena dalam prakt eknya m ereka selalu
berkont ak dengan saliva dan darah. Oleh karena it u dokt er gigi perlu m awas diri
dalam m elakukan upaya pencegahan yang sem aksim al m ungkin diprakt eknya.
Sam pai sekarang, upaya pencegahan kont am inasi at au penularan infeksi HI V
pada prakt ek dokt er gigi m asih dilakukan sepert i upaya pencegahan infeksi silang
lainnya. Upaya pencegahan ini haru m encakup lim a kom ponen pent ing yait u
penj aringan pasien, perlindungan diri, dekont am inasi peralat an, desinfeksi
perm ukaan lingkaran kerj a dan penanganan lim bah klinik. Diharapkan dengan upaya
pencegahan ini set idaknya dokt er gigi dapat t erhindar dari kem ungkinan t ert ularnya
virus HI V.

D AFTAR RUJUKAN

1. Ant on R. Pencegahan t ransm isi HI V dalam klinik perawat an gigi. Program
St udi I lm u Kesehat an Masyarakat 1994.
2. Basuki S. Pet unj uk prakt ik st erilisasi inst rum en dan pengendalian infeksi
silang. Jakart a : EGC, 1993 : 1- 43
3. Basyarahil H. AI DS dan profesi kedokt eran gigi. Maj alah PDGI 1987 : 49 : 559.
4. DepKes RI . Penanggulangan AI DS. Jakart a : 1- 25.
5. DepKes RI . I nform asi m engenai AI DS. Jakart a 1991 : 1- 17
6. Dj aya S.A. Alphons Q. Dj ohansyah L. Penget ahuan dan sikap m ahasiswa
kedokt eran dan kedokt erqan gigi t erhadap penyakit dan penderit a AI DS. MI
Kedokt eran Gigi Edisi Foril I V, Jakart a 1993 : 375- 87.
7. Muninj aya GAA. Beberapa pokok pikiran unt uk pengem bangan program
penelit ian AI DS di I ndonesia. JEN I 1994; 3: 49- 52
8. Perm ana G. dkk. Tat alaksana kont rol infeksi sehubungan dengan upaya
pencegahan dan penularan HI V dalam pelayanan Kesehat an Gigi. Jurnal
j aringan Epidem iologi Nasional 1993; 3: 34- 45
9. Hadi P, I m ral Ch, S Not oat m oj o. St udi t ent ang penget ahuan, sikap t erhadap
HI V/ AI DS dan prakt ek pencegahan resiko t ert ularnya dikalangan pet ugas
pelayanan perinat al di lim a rum ah sakit Pendidikan dan Ruj ukan Di I ndonesia,
Jurnal JEN I 1994: 36- 43
10. Jusuf B. AI DS, hubungannya dengan penyakit m enular seksual lain. Cerm in
Dunia Kedokt eran 1992; 75: 23- 5
11. Juwono R. Pet unj uk pencegahan penularan HI V unt uk pet ugas kesehat an.
Cerm in Dunia Kedokt eran 1992; 75: 40- 2
12. Lubis I . Pem eriksaan Laborat orium unt uk HI V, Cerm in Dunia Kedokt eran.
1992; 75: 13- 6
13. Madhin. Pencegahan ifeksi silang di klinik. Kum pulan Makalah I lm iah, Medan:
FKG USU 1996: 1- 10
14. Pederson GW. Oral Surgery I n: Purwant o B ( alih bahasa) .Buku aj ar prakt is
bedah m ulut . Jakart a: EGC, 1996: 1- 13
15. Pet rus A. AI DS dan penyakit kelam in lainnya. Jakart a: Penerbit arcan, 1992:
1- 30.

16. Rachim hadhi T, Ant hony RL. Hendarm in MLS. Sindrom AI DS, Penanggulangan
Penyebarannya dalam prakt ek dokt er gigi. Cet akan I , Jakart a: EGC, 1992: 24
- 57
17. Rachm at J. Pet unj uk pencegahan Penularan HI V unt uk pet ugas kesehat an.
Cerm in Dunia Kedokt eran
18. Sihom bing G. Berkenalan dengan AI DS. Jakart a: Yayasan penerbit I DI ,
1992: 1- 37
19. Sim at upang T. Mengapa AI DS begit u m em at ikan? Harian Analisa 1992
20. Soekidj o N. Pengant ar perilaku kesehat an. Jakart a: FKM UI , 1994: 8- 13
21. Soewarni, Ret no PR. Mewaspadai Kont am inasi di Ruang Prakt ek dokt er gigi.
Jurnal Kedokt eran Gigi PDGI 1993: 1: 59- 67
22. Suriadi E. Perkem bangan Masalah AI DS, Cerm in Dunia Kedokt eran, 1992; 75:
5- 9
23. Tej anegara J. Mom ok AI DS. MKI ( I na Med Assoc) 1987: 36: 189- 92
24. Trij at m o R, dkk. Sindrom e AI DS Penanggulangan Penyebarannya dalam
prakt ek dokt er gigi. Jakart a: EGC, 1992: 1- 54
25. - - - - - - - - - - - - .Kiat Sehat t h I V/ 10- 24 Mei 1995; no. 092
26. - - - - - - - - - - - - . Fact s about AI DS for t he dent al t eam , JADA Supplem ent 1991;
3 rd : 1- 10
27. - - - - - - - - - - - . I nform asi Ringkas Kesehat an Kot am adya Medan. Dinas kesehat an
Kot am adya daerah Tingkat I I Medan, 1995