Tinjauan hukum Islam terhadap jual beli hasil tanah wakaf di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HASIL TANAH WAKAF DI
DUSUN KALITUNGGAK DESA SALAMROJO KECAMATAN BERBEK KABUPATEN
NGANJUK
SKRIPSI
Disusun Oleh :
YULIS PURBIYATIN
NIM : C92213193
Univeraitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
Surabaya
2017
i
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap jual beli hasil tanah
wakaf di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten
Nganjuk” adalah merupakan hasil penelitian lapangan atau (Field Risech) untuk
menjawab pertanyaan tentang Bagaimana praktik jual beli hasil tanah wakaf di
Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk dan
Bagaimana Perspektif Hukum Islam terhadap jual beli hasil tanah wakaf di Dusun
Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
Penelitian ini berorientasi pada penelitian lapangan, serta menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan cara mengumpulkan data yang berkaitan dengan
kasus yang dianalisis, serta sumber data diperoleh dari data primer yang meliputi
data keterangan Nadzir, Masyarakat, Ahli waris, Perangkat Desa, dan data sekunder
yang bersifat membantu, menunjang serta memperkuat data yang diperoleh dari
lapangan.
Penelitian ini dilakukan karena adanya permasalahan di Dusun Kalitunggak
Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk, yang mana sengketa ini
adalah pihak ahli waris yang mengkomersialkan hasil tanah wakaf, namun hasil
tanah wakaf ini tidak di operasinalkan ulang untuk pemberdayaan tanah wakaf
tersebut melainkan hasil tanah wakaf tersebut diambil untuk kepentingan pribadi.
Hasil dari penelitian ini adalah tanah wakaf yang sudah diberikan wakif
kepada masyarakat untuk kepentingan umum tidak diperbolehkannya untuk
diperjual belikannya hal tersebut sesuai dengan Hukum Islam serta Undang-undang
yang mengatur tentang wakaf, namun Hukum Islam terdapat pengecualian terhadap
tanah wakaf yang akan diperjualbelikan dengan syarat tanah wakaf tersebut sudah
tidak produktif, hal tersebut yang memperboleehkanya untuk diperjualbelikan
namun hasil penjualan tanah wakaf tersebut harus diakumulasikan untuk
pemberdayaan tanah wakaf tersebut.
Kata Kunci : Wakif, Nadzir, Harta wakaf
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ................................................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................ iii
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... v
MOTTO ................................................................................................ vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................ xii
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ................................................... 7
C. Rumusan Masalah ........................................................................... 9
D. Kajian Pustaka ................................................................................ 9
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 12
F. Kegunaan Hasil Penelitian ............................................................ 12
G. Definisi Operasional ..................................................................... 13
H. Metode Penelitian ......................................................................... 13
I. Sistematika Pembahasan .............................................................. 17
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP JUAL BELI HASIL TANAH WAKAF
DI DUSUN KALITUNGGAK DESA SALAMROJO KECAMATAN
BERBEK KABUPATEN NGANJUK
A. Pengertian, syarat dan rukun, syarat wak>if, Macam-macam wakaf,
harta benda wakaf
1. Pengertian Wakaf........................................................................... 19
2. Syarat dan Rukun Wakaf ............................................................... 21
3. Syarat Wakif .................................................................................. 22
4. Syarat Nadzir ................................................................................. 23
5. Macam-macam Wakaf .................................................................. 24
6. Harta Benda Wakaf........................................................................ 25
B. Pengertian wakaf menurut Undang-undang No 41 tahun
2004, Nadzir, Wakif, Dasar Hukum, Harta benda wakaf,
Peruntukan.
1. Pengertian wakaf menurut Undang-undang No. 41 tahun
2004 tentang wakaf........................................................................ 27
2. Pengertian wakif menurut Undang-Undang No. 41 tahun
2004 tentang wakaf........................................................................ 28
3. Dasar Hukum wakaf....................................................................... 31
4. Harta benda wakaf menurut Undang-Undang No.41 tahun
2004 tentang wakaf........................................................................ 32
5. Peruntukan Harta benda wakaf ..................................................... 34
C. Akad Jual beli menurut Undang-undang No 41 tahun
2004 dan Hukum Islam
1. Akad Jual beli hasil tanah wakaf ................................................... 35
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2. Jual beli hasil Tanah wakaf Menurut Undang-Undang No.
41 tahun 2004tentang wakaf ........................................................ 38
3. Jual beli hasil tanah wakaf menurut Hukum Islam ....................... 41
4. Akibat Hukum Menurut Undang-Undang No. 41 tahun 2004
tentang wakaf................................................................................ 52
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG JUAL BELI HASIL TANAH WAKAF
DI DUSUN KALITUNGGAK DESA SALAMROJO KECAMATAN
BERBEK KABUPATEN NGANJUK
A. Sekilas Letak Geografis Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo
Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk ....................................... 57
B. Posisi Kasus dan duduk perkara .................................................... 62
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HASIL TANAH
WAKAF DI DUSUN KALITUNGGAK DESA SALAMROJO
KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK
A. Analisis Praktik jual beli hasil tanah wakaf menurut Undang-Undang
No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf .............................................. 70
B. Analisis Praktik jual beli hasil tanah wakaf menurut
Hukum Islam .................................................................................. 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 79
B. Saran-saran .................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam adalah agama yang memberi pedoman hidup kepada manusia secara
menyeluruh, meliputi segala aspek kehidupan dari hal yang terkecil, sampai hal yang
terbesar semuanya terdapat dalam ajaran Islam yang sempurna. Hal tersebut meliputi
segala aspek kehidupannya yang mencakup aspek-aspek aqidah, muᾱmalah, akhlak dan
kehidupan bermasyarakat menuju tercapainya kabahagiaan hidup rohani dan jasmani,
baik dalam kehidupan individunya, maupun dalam kehidupan masyarakatnya.1
Dalam hukum fiqh dikenal berbagai jenis transaksi atau cara untuk
memperoleh hak yang meliputi jual beli,tukar-menukar,infak,sedekah, hadiah, wasiat,
wakaf, warisan, hibah, zakat, Ihyᾱ ᾱl mᾱwat, dari berbagai transaksi yang disebutkan
diatas membuktikan bahwa Islam tidak secara khusus membedakan mana cara
memperoleh hak yang untuk tanah saja melainkan juga dengan benda yang non tanah.
Ihyᾱ ᾱl mᾱwat, adalah istilah untuk membuka tanah baru, jadi satu-satunya cara yang
langsung.
1
Suparman, Hukum Islam Asas-Asas Dan Pengantar Studi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia,
(Jakarta :Gaya Media Pratama, 2001), 66
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
dihubungkan dengan tanah. Sedangkan untuk zakat kalau dikaitkan dengan tanah maka
lazimnya yang dizakatkan atau dipindahkan haknya bukanlah tanahnya sendiri, tetapi
hanya hasil tanah seperti pertanian atau perkebunan. Selain itu sedekah,hibah dan
hadiah adalah merupakan bentuk pemberian secara umum, sedekah adalah memberi satu
benda atau hak milik semata mata karena mengharapkan keridhaan dan balasan dari
Allah SWT. Sedekah ini merupakan kebajikan yang dianjurkan oleh islam, istilah
sedekah digunakan juga untuk zakat seperti juga dijelaskan dalam Qs. At-Taubat.
Surat At-Taubat ayat 60.2
60. Artinya :Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.3
Bagi sebagian besar rakyat Indonesia, Tanah menempati kedudukan penting
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Terlebih lagi bagi rakyat pedesaan yang pekerjaan
pokoknya bertani, berkebun dan berladang, tanah merupakan tempat pergantian hidup
mereka. Dalam perkembangan yang berjalan kemudian, maka masalah-masalah yang
berkaitan dengan hak-hak atas tanah di Indonesia yang diatur dalam UU No 5 tahun
1950 tentang peraturan dasar pokok-pokok Agraria (UUPA). Dalam UU No 5 tahun
1950 pasal 16 ayat 1 menjelaskan bagaimana cara memperoleh hak atas tanah meliputi
2
3
Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah Di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 17
Departement Agama RI, Qs Surat At-Taubah ayat 60
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan,hak pakai, hak sewa, hak membuka
tanah, hak memungut hasil hutan, sedangkan jenis hak lainnya yang sifatnya sementara
dimaksudkan oleh huruf b pasal 16 ayat (1) UUPA dengan hak gadai, hak usaha bagi
hasil, hak menumpang, hak sewa tanah pertanian. Salah Satu cara untuk memperoleh
hak yang secara langsung ditunjuk oleh UUPA adalah melalui Perwakafan dan dikaitkan
dengan hanya satu jenis hak yaitu hak milk, Dan perwakafan ini adalah satu kegiatan
keagamaan dalam islam.4
Menyadari diIndonesia secara fiqih kebanyakan adalah pengikut mazhab
Syafii, maka bentuk wakaf yang lazim kita dapatkan berupa tanah, masjid, madrasah,
dan asset tetap lainnya, untuk asset tetap seperti tanah unsur keabadian terpenuhi karena
memang tanah dapat dipakai selama tidak ada longsor atau bencana alam yang yang
menghilangkan fisik tanah tersebut. Demikian juga halnya dengan masjid madrasah.
Hubungan antara makna harfiyah dan makna teknis terkait dengan adanya “keabadian”
unsur pokok (substansi) dimana ia harus berhenti tidak boleh dijual atau dialihtangankan
kepada selain kepentingan umat yang diamanatkan oleh wᾱkif kepada nadzir wakaf.5
Wakaf secara harfiyah berarti berhenti, menahan, atau diam, Oleh karena itu
tempat parkir disebut , karena di situlah berhentinya kendaraan demikian juga padang
Arafah disebut juga mᾱukif, dimana para jamaah berdiam untuk wukuf. Secara teknis
syariah, Wakaf sering kali diartikan sebagai asset yang dialokasikan untuk kemanfaatan
umat dimana substansi atau pokoknya ditahan, sementara manfaatnya boleh dinikmati
untuk kepentingan umum. Secara administratif wakaf dikekola nadzir yang merupakan
Ibid, Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah Di Indonesia,h….,20
Achmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif sebuah Upaya Progresif untuk
Kesejahteraan Umat, (Jakarta : Mitra Abadi Press, 2006), 2
4
5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
pengemban amanah wᾱkif (pemberi wakaf).6 Benda yang diwakafkan adalah hak milik
Allah Swt, oleh sebab itu tidak boleh dimiliki, dijual, diwariskan, atau dihibahkan
kepada siapa pun. Tentang wakaf juga di jelaskan dalam Qs.Ali-Imron ayat 92
92. Artinya :kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang
kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.7
Qs. An-Nahl ayat 97
97. Artinya :Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baikdan Sesungguhnya akan Kami
beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan.8
Dalam Perwakafan dapat dinyatakan sah apabila telah memenuhi rukun dan
syaratnya, rukun wakaf diantaranya wᾱkif (orang yang mewakafkan harta benda),
mᾱukif bih (Barang atau harta yang diwakafkan mᾱukif’ alaih (Pihak yang diberi
wakaf/peruntukan wakaf), Shighat (Ikrar Wakaf sebagai suatu kehendak untuk
mewakafkan sebagaian harta bendanya).9
6
Achmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif sebuah Upaya Progresif untuk
Kesejahteraan Umat,h….,3-5
7
Departement Agama RI, (QS. Ali-Imran ayat 92).
Departement Agama RI, (QS.An.Nahl ayat 97).
9
Sumuran Harahap, Fiqh Wakaf, (Jakarta : Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2007), 21
8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
wᾱkif sebagaimana dijelaskan dalam UU No 41 tahun 2004 tentang wakaf
menyebutkan wᾱkif terdiri (Perorangan,Organisasi, Badan Hukum) wᾱkif perorangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf a dapat melakukan wakaf apabila memenuhi
persyaratan (dewasa, berakal sehat, tidak terhalang perbuatan hukum dan pemilik sah
harta benda wakaf), wᾱkif organisasi sebagaimana dijelaskan dalam pasal 7 huruf b
hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk
mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi sesuai dengan anggaran dasar
organisasi yang bersangkutan, wᾱkif badan hukum sebagaimana dimaksudkan dalam
pasal 7 huruf c hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan badan
hokum untuk mewakafkan harta benda wakaf milik badan hokum dengan anggaran
dasar badan hokum yang bersangkutan.
Nadzir meliputi (perseorangan, organisasi dan badan hukum), Nadzir
perseorang pasal 9 huruf a menyebutkan (warga Negara Indonesia, beragama
Islam,dewasa, amanat, mampu secara jasmani dan rohani dan tidak terlarang
melakukan perbuatan hukum), Tugas dari Nadzir yang Disebutkan pada pasal 11 UU No
41 tahun 2004 tentang wakaf menyebutkan tugas dari Nadzir diantaranya melakukan pe
ngadministrasian harta benda wakaf, mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf
sesuai dengan tujuan,fungsi, dan peruntukannya, mengawasi dan melindungi harta benda
wakaf, melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia).
Wakaf berperan sebagai salah satu mata rantai potensi ekonomi umat yang
menghasilkan dana kesejahteraan umum. Dalam undang-undang Nomor 41 tahun 2004
tentang wakaf Pasal 22 Tentang peruntukan Harta Benda wakaf yang meliputi sarana
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
dan kegiatan ibadah, sarana dan kegitan pendidikan serta kesehatan, bantuan kepada
fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, bea siswa, kemajuan dan peningkatan ekonomi
umat dan/atau, kemajuan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan
peraturan perundang-undangan.10
Di Dusun kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten
Nganjuk yang tepatnya di Dusun Kalitunggak terdapat tanah wakaf yang masih menjadi
sebuah permasalahan dari prakteknya, Jadi awal mula tanah yang diwakafkan di Dusun
Kalitunggak adalah Tanah dari bapak Slamet (Alm), tanah tersebut dikelola oleh bapak
Suprapto (60 Tahun) yang ditunjuk sebagai Nadzir pengelola tanah tersebut. Dari
sebagian sisi tanah tersebut terdapat sumber air yang dijadikan sebagai sumber air warga
Dusun Kalitunggak, tidak hanya warga Dusun Kalitunggak saja yang memanfaatkan
sumber air tersebut sebagai sumber air namun Desa Salamrojo, Dusun Geneng, Dusun
ledok, Dusun Salam Lor, Desa Maguan juga sudah dialiri air dari tanah wakaf Bapak
Slamet (Alm) tersebut.
Tanah tersebut pada awalnya diperuntukan untuk pembangunan masjid,
namun pada saat pengalian tanah ditemukan sumber air yang mana dari sumber air
tersebut berada di tanah yang akan diperuntukan sebagai masjid, Tanah tersebut
diwakafkan kurang lebih pada tahun 2001 sampai sekarang, Namun pada akhir tahun
2013 pihak Keluarga berkeinginan mengambil untung dari hasil tanah Wakaf tersebut
dengan cara meminta sejumlah uang kepada para warga yang menggunakan air dari
tanah wakaf tersebut khususnya warga Dusun Kalitunggak untuk membayar uang Rp.
150.000 Ribu Rupiah setiap Bulannya sebagai ganti pembelian air dari tanah wakaf
10
UU NO.41 Tentang Wakaf Pasal 22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
tersebut. Dari ungkapan pihak keluarga Bapak Slamet (Alm) para warga yang
menggunakan air tersebut khususnya warga Kalitunggak merasa dirugikan karena
mereka mengakui bahwa Tanah yang terdapat sumber Air tersebut merupakan Tanah
wakaf yang sudah diwakafkan Bapak Slamet (Alm) sekian lamanya kepada warga
Kalitunggak.
Dalam hal ini dipilihkan Hasil Penjualan Tanah Wakaf (Analisis Undangundang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf dan Hukum Islam) sebagai Objek
penelitian yang berdasarkan kenyataan yang ada, terlihat begitu pentingnya pembahasan
permasalahan tersebut, sehingga menarik untuk diteliti. Dalam penelitian kali ini
peneliti menggunakan suatu penelitian dan pengamatan secara Intensif terhadap praktik
yang dijalannya dengan tema “Jual Beli Hasil Tanah Wakaf di Dusun Kalitunggak Desa
Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk (Analisis Undang-undang Nomor 1
tahun 2004 dan Hukum Islam)”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Melalui latar belakang yang telah peneliti paparkan tersebut di atas, terdapat
beberapa problema dalam pembahasan ini yang dapat peneliti identifikasi, yaitu:
1.
Faktor-faktor yang melatarbelakangi jual beli hasil tanah wakaf.
2.
Praktek pemanfaatan Tanah Wakaf.
3.
Sistem jual beli hasil dari tanah wakaf di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo
Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
4.
Akad yang digunakan dalam penjualan hasil tanah wakaf di Dusun Kalitunggak
Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
5.
Hak dan kewajiban antara Waqih dan Nadzir di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo
Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
6.
Pandangan Hukum Islam dan UU No 41 Tahun 2004 tentang wakaf terhadap
penjualan hasil tanah wakaf.
7.
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Hasil Tanah Di Dusun. Kalitunggak
Desa. Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten
Adapun batasan masalah dalam judul ini, yaitu hanya membahas tentang jual
beli hasil tanah Wakaf dalam penerapan Hukum Islam dan UU No 41 Tahun 2004
tentang wakaf, maka titik fokus permasalahan tersebut akan dibatasi dengan hal-hal
berikut ini :
1.
Praktik Jual Beli Hasil Tanah Wakaf Di Dusun Kalitunggak Desa Salamarojo
Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
2.
Analisis Hukum Islam dan UU No 41 tahun 2004 tentang wakaf terhadap jual beli
hasil tanah wakf di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek
Kabupaten Nganjuk.
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka bisa ditarik kesimpulan:
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Hasil Tanah Wakaf Di Dusun. Kalitunggak
Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka pokok masalah yang
diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.
Bagaimana Praktik Jual Beli hasil Tanah Wakaf di Dusun Kalitunggak Desa
Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk ?
2.
Bagaimana perspektif Hukum Islam dan Undang-undang No 41 tahun 2004 tentang
wakaf terhadap Jual Beli hasil Tanah Wakaf di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo
Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk ?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang sudah
pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa
kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari
kajian/penelitian yang telah ada.11
1.
Skripsi yang ditulis oleh Devi Kurnia Sari Tahun 2006, Judul Skripsi :tinjauan
Perwakafan Tanah Menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
Dikabupaten Semarang, Hasil dari skripsi adalah Pelaksanaan Perwakafan di
kabupaten semarang masih mengacu pada peraturan terdahulu, hal ini dikarenakan
peraturan pelaksanaan UU tersebut belum belum ada pelaksanaanya telah sesusi
dengan ketentuan yang berlaku. Pengelolaan tanah dikabupaten semarang masih
dalam kaitannya pemberdayaan ekonomi umat belum dapat dicapa, karena
11
Tim Penyusun, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, (UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), 8.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
masyarakatnya sendiri, utamnya pihak-pihak yang terkait didalamnya (Wakif dan
Nadzir) untuk diajak kompromi kearah pemberdayaan wakaf produktif untuk
pengembangan ekonomi umat masih sulit, di sebabkan minimnya pengertian
mereka bahwa wakaf tanah hanya ditunjukan untuk kegiatan peribadatan.12
2.
Skripsi yang ditulis oleh Didin Najmudin tahun 20011 dengan judul : Strategi
Pengelolaan Tanah Wakaf di Desa Babakan Ciseeng Bogor. Hasil dari skripsi
tersebut adalah Nadzir dari tanah wakaf Desa Babakan pada umumnya
menggunakan pengelolaan tanah wakaf secara tradisional, yang mana dengan cara
penanami tanaman sengon untuk dibudidayakan sebagai hasil dari tanah wakaf
tersebut dikelola kembali untuk pengembangan tanaman sengon yang lainnya.
Tanah wakaf yang ada di Desa Babakan digunakan sebagai tempat untuk ibadah
dan pendidikan seperti pembagunan masjid dan juga sekolah. Pemilihan penanaman
tanaman sengon yang dipilih oleh nadzir adalah salah satu ide kreatif yang
mencerminkan sebuah pengelolaan wakaf yang professional.13
3.
Skripsi yang ditulis oleh Lia Kurniawati tahun 2012 dengan judul : Penarikan
Wakaf Tanah Oleh Ahli Waris Studi Kasus Di Kelurahan Manding Kecamatan
Temanggung Kabupaten Temanggung, Hasil dari skripsi ini adalah Penarikan
Wakaf Tanah yang terjadi diakibatkan karena tanah yang sudah di Wakafkan tidak
didaftarkan di kantor Perwakafan dan tidak di Akta Ikrar wakaf, sehingga tidak ada
kekuatan hokum, sehingga hal ini bisa memungkinkan seseorang untuk menarik
tanah yang sudah diwakafkan dikarenakan belum adanya bukti tertulis dan sebab
12
Devi Kurnia Sari, Tinjauan Perwakafan Tanah Menurut Undang-undang nomor 41 tahun 2006 tentang Wakaf di
Kabupaten Semarang, --Universitas Diponogoro, 2006.
13
Didin Najmudin, Strategi Pengelolaan Tanah Wakaf Di Desa Babakan Ciseeng bogor, --Skripsi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, tahun 2011.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
lain juga karena keadaan ekonomi yang memaksa serta lemahnya pengetahuan dan
agama.14
4.
Skripsi yang ditulis oleh Riza Resitasari Tahun 2013 dengan judul : Tinjauan
Yuridis terhadap penarikan kembali tanah wakaf untuk dibagikan sebagai harta
warisan, studi kasus Putusan Nomor : 987/Pdt. G/2003/PA.Semarang, Hasil dari
skripsi ini adalah Penarikan Tanah Wakaf dapat dilakukan kembali jika tanah yang
diwakafkan tidak memenuhi syarat-syarat dan rukun wakaf yang tercantum dalam
Undang-undang perwakafan nomor 41 tahun 2004 pasal 6, penarikan tanah wakaf
harus dilakukan sesuai dengan nilai harganya kesesuan factor-faktor yang menjadi
pertimbangan majlis hakim dalam menjatuhkan putusan Nomor 987/Pdt.G/Pa.Smg
sudah tepat.15
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan skripsi diatas
adalah peneliti akan membahas tentang Jual beli hasil tanah wakaf, dimana pihak
keluarga dari pemberi wakaf menjual belikan hasil tanah wakaf yang berupa air dari
sumber air yang mana hasil penjualan tidak di pergunakan kembali sebagai
pemberdayaan tanah wakaf tersebut melainkan dipergunakan untuk kepentingan pribadi.
Dari praktik Jual Beli Hasil Tanah Wakaf tersebut penulis meninjau judul “Tinjauan
Hukum Ialam terhadap Jual Beli Hasil Tanah Wakaf di Dusun Kalitunggak Desa
Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
14
Lia Kurniawati, Penarikan Wakaf Tanah Oleh Ahli Waris Studi Kasus di Kelurahan Manding Kecamatan
Temanggung Kabupaten Temanggung, --Skripsi, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri, tahun 2012.
15
Riza Resitasari, Tinjauan Yuridis Terhadap Penarikan Kembali Tanah Wakaf untuk dibagikan sebagai harta
Warisan, Studi Kasus Putusan Nomor : 987/Pdt. G/2003/PA.G Smg, --Universitas Negeri Semarang,2013.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
E.
Tujuan Penelitian
Sejalan dengan formulasi permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan
penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui Praktik Jual Beli Hasil Tanah Wakaf di Dusun Kalitunggak Desa
Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
2.
Untuk mengetahui Perspektif Hukum Islam dan UU No 41 tahun 2004 tentang
wakaf terhadap Jual beli Hasil Tanah Wakaf di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo
Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
F.
Kegunaan Hasil Penelitian
Dengan adanya tujuan diatas diharapkan dari hasil penelitian ini dapat
memberikan kegunaan antara lain:
1.
Secara teoritis berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan atau menambah
wawasan pengetahuan yang berkaitan dengan kedudukan tanah wakaf, dan
sekaligus dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut.
2.
Secara praktis diharapkan bisa menjadi masukan bagi para pembaca untuk dapat
dijadikan landasan berfikir dalam melakukan proses pemanfaatan status jual beli
hasil tanah wakaf dan sosialisasi sekaligus mempertajam analisis teori dan praktek
terhadap masalah tersebut.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
G.
Definisi Operasional
Dalam rangka untuk menghindari kesalahpahaman persepsi dan lahirnya
multi-interpretasi terhadap judul ini, maka penulis merasa penting untuk menjabarkan
tentang maksud dari istilah-istilah yang berkenaan dengan judul di atas, dengan katakata kunci sebagai berikut:
1.
Hukum Islam (Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf) dan Hukum
Fiqih : peraturan yang berkenaan dengan jual beli hasil Wakaf yang berdasarkan
Al-Qur’an dan Hadis, serta pendapat para Ulama’ untuk memperoleh analisis
terhadap jual beli hasil tanah wakaf di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo
Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
2.
Jual beli hasil Tanah Wakaf: dimana pihak keluarga memanfaatkan hasil dari tanah
Wakaf yaitu Sumber air dengan cara memperjual belikan setiap warga yang
menggunakan air dari tanah Wakaf tersebut untuk membayar
uang sejumlah
Rp.150.000 ribu rupiah.
H.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan berorientasi pada pengumpulan data empiris yaitu
lapangan, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah penelitian kualitatif, karena
kualitatif memuat tentang prosedur penelitian yang menghasilkan deskriptif berupa
tulisan atau perkataan dari orang-orang atau pelaku yang diamati.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Data yang Dikumpulkan
Dengan melihat persoalan di atas, maka data yang akan digali meliputi:
a.
Data yang berkaitan dengan praktik Jual Beli Hasil Tanah Wakaf yaitu data Nadzir,
data wakif, data saksi, data ahli Waris, serta data masyarakat.
b.
Data yang bersumber dari Hukum Islam (Undang-undang Nomor 41 tahun 2004
tentang wakaf) dan Hukum Fiqih yang berkaitan dengan praktik jual beli hasil
tanah wakaf serta data yang berada di lapangan.
2.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data Primer dan sumber data
Sekunder, yaitu :
a.
Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber pertama di mana sebuah data dihasilkan,
yaitu sumber yang terkait secara langsung.16 yang meliputi: Data dari Wakif, data
Nadzir, data Saksi, Data Masyarakat, serta data Ahli Waris,
b.
Sumber Data Skunder
Sumber data sekunder adalah sumber dari bahan bacaan yang bersifat
membantu atau menunjang dalam melengkapi serta memperkuat data. Memberikan
penjelasan mengenai sumber data primer, berupa buku daftar pustaka yang berkaitan
dengan objek penelitian.17 Data Sekunder diperoleh dari Analisi Hukum Islam dan UU
16
17
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya : Airlangga University Press, 2001), 129.
Nasution, Metode Research, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), 143.S
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, dan dari buku reverensi serta Sumber yang didapat
dari lapangan yang berupa data Desa.
3.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian, penulis
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a.
Metode Observasi( Pengamatan).
Pengumpulan data dengan menggunakan atau mengadakan pengamatan
langsung atau pencatatan dengan sistematis tentang fenomena yang diselidiki baik
secara langsung maupun tidak langsung.18
Penulis akan melakukan pengamatan pengumpulan data yang dilakukan
dengan menggunakan metode observasi atau pengamatan, dalam hal ini ditujukan untuk
memperileh informasi yang dilakukan secara intensif untuk memperoleh permasalahanpermasalahan yang berkaitan dengan Praktik Jual Beli Hasil Tanah Wakaf yang di
Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
b.
Metode Interview (Wawancara).
Wawancara atau interview dilakukan untuk mendapatkan informasi secara
langsung dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan kepada responden yaitu dari
Wakif, Nadzir, Saksi, Ahli Waris, dan Masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan akan dibuat
secara terstruktur agar lebih mudah bagi peneliti dalam menyimpulkan hasil.
Dalam hal ini penulis menggunkan metode wawancara untuk memperoleh
data yang lebih intensif dari beberapa responden yang bersangkutan, metode yang
digunakan oleh penulis dengan mengajukan beberapa pertanyaan atau wawancara secara
18
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, (Yogyakarta : FT.UGM, cet. II, 1988), 136.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
langsung dengan beberapa responden dengan tujuan untuk mempermudah penulis
mengambil kesimpulan.
4.
Teknik Pengelolaan Data
Maka dilakukan analisis data dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.
Organizing adalah suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan, pencatatan,
dan penyajian fakta untuk tujuan penelitian.19
b.
Editing adalah kegiatan pengeditan akan kebenaran dan ketepatan data tersebut.20
c.
Coding adalah kegiatan mengklasifikasi dan memeriksa data yang relevan dengan
tema penelitian agar lebih fungsional.21
5.
Teknik Analisis Data
Setelah penulis mengumpulkan data yang dihimpun, kemudian menganalisinya
dengan menggunakan teknik deskriptif.Deskriptif adalah mengambarkan/
Mengguraikan hal menurut apa adanya yang sesuai dengan kenyataannya
22
Data tentang Jual Beli Hasil Tanah Wakaf di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo
Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk akan dipaparkan untuk mengambil
kesimpulan.Pola pikir yang dipakai adalah Deduktif , yaitu berangkat dari data yang
sudah ada dilapangan yang digunakan untuk mengemukakan fakta-fakta atau
kenyataan dari hasil penelitian di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan
Berbek Kabupaten Nganjuk,kemudian ditinjau dari segi hukum Perwakafan lalu
dianalisa dengan Undang-Undang Perwakafan Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf
serta Hukum Islam.
19
Sony Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 89.
Ibid., 97.
21
Ibid., 99.
22
Pius Partanto dan Dahlan Barry, Kamus lmiah Populer (Surabaya:Arkola, 2001), 111.
20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
I.
Sistematika Pembahasan
BAB I
: Pendahuluan
Dalam bab ini berisi tentang pokok-pokok pikiran atau landasan
permasalahan yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini, sehingga
memunculkan gambaran isi tulisan yang terkumpul dalm konteks
penelitian (1) Identifikasi Masalah, (2) Pembatasan Masalah, (3) Rumusan
Masalah, (4) Kajian Pustaka, (5) Tujuan Penelitian, (6) Kegunaan hasil
Penelitian, (7) Definisi Operasional, (8) Metode Penelitian, dan
(9)
Sistematika Pembahasan.
BAB II
:Tinjauan umum terhadap jual beli hasil tanah wakaf di Dusun
Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
Dalam Bab ini terdiri dari 3 sub bab yaitu berdasarkan Hukum Islam yang
terdiri dari (1) pengertian wakaf, (2)Macam-macam wakaf, (3) dasar
hukum wakaf, (4) syarat dan rukun wakaf, (5) syarat Wakif dan Nadzir
dan berdasarakan Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tentang
perwakafan yang terdiri dari (1) Harta benda Wakaf, (2) Peruntukan Harta
Wakaf, serta
Akad Jual beli berdasarkan Hukum Islam dan Undang-
Undang NO.41 tahun 2004 tentang wakaf yang terdiri dari (1) Akad Jual
Beli tanah wakaf di Dusun Kalitungggak Desa Salamrojo (4) Jual Beli
Hasil Tanah wakaf berdasarkan Hukum Positif dan Hukum Islam (5)
Akibat Hukum peruntukan tanah wakaf hak milik menurut hukum positif
dan hukum Islam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
BAB III
:Gambaran umum tentang jual beli hasil tanah wakaf di Dusun
Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupasten Nganjuk.
Dalam bab ini terdiri dari data yang memaparkan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti tentang jual beli hasil tanah wakaf yang
dibagi menjadi 2 sub bab yaitu (1) Letak Geografis (2) duduk perkara jual
beli hasil tanah wakaf di Dusun Kalitunggak Desa Salmrojo Kecamatan
Berbek Kabupaten Nganjuk.
BAB IV
:Analisis Penjualan hasil tanah wakaf berdasarkan UU No.41 Tahun 2004
Tentang Wakaf dan hokum Islam. Dalam Bab ini terdiri dari 2 sub bab
yaitu (1) Analisis Praktik Jual beli Hasil tanah wakaf menurut Undangundang No.41 tahun 2004 (2) analisis berdasarkan hukum Islam Jual Beli
di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten
Nganjuk.
BAB V
:Penutup
Dalam bab ini terdiri dari 2 sub bab yaitu (1) kesimpulan-kesimpulan, (2)
saran-saran, selain dari itu dalam bab terakhir ini akan dilengkapi dengan
daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang dianggap perlu.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG WAKAF DI DUSUN KALITUNGGAK DESA
SALAMROJO KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK
A.
Pengertian Wakaf
Secara Etimologi, wakaf berarti menahan, mencegah, selama,tetap,
paham, menghubungkan,mencabut, meninggalkan dan lain sebagainnya.1
Wakaf menurut Hanafiyah ‚menahan benda yang statusnya masih
tetap milik waqif (orang yang mewakafkan) sedangkan yang dishadakahkan
hanyalah manfaatnya, sedangkan menurut Malikiyah adalah menjadikan
manfaat benda yang dimiliki baik berupa sewa atau hasilnya untuk diserahkan
kepada yang berhak, dengan penyerahan berjangka waktu sesuai dengan
kehendak wakif. Menurut Syai’iyah yaitu menahan harta yang dapat diambil
manfaatnya disertai dengan kekekalan benda dan harta itu lepas dari
penguasaan waqif serta dimanfaatkan pada sesuatu yang diperblehkan oleh
agama. Wakaf menurut hanabilah menahan kebebasan pemilik harta dalam
membelanjakan hartanya yang bermanfaat disertai dengan kekelan benda serta
memutus semua hak wewenang atas benda itu, sedangkan menfaatnya
dipergunakan dalam hal kebajikan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.2
1
Faishal Haq, Hukum Perwakafan Di Indonesia, (Sidoarjo :CV. Dwiputra Pustaka Jaya, Tahun 2014),
h, 1.
2
Faishal Haq, Hukum Perwakafan Di Indonesia,h…,2-3
19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
Waqf atau wakaf secara harfiyah berarti berhenti, menahan,atau
diam. Oleh karena itu tempat parkir disebut Mauqif karena di situlah
berhentinya kendaraan
demikian juga padang arafah disebut juga mauqif dimana para
jamaah berdiam untuk wukuf. Secara teknis syariah, wakaf juga sering kali
diartikan sebagai asset yang dialokasikan untuk kemanfaatan umat dimana
substansinya atau pokoknya ditahan, sementara manfaatnya boleh dinikmati
untuk kepentingan umum.3
Wakaf adalah menyerahkan (menyedekahkan tanah atau bendabenda lain yang dapat dimanfaatkan oleh umat Islam tanpa merusak atau
menghabiskan pokok asalnya kepada seseorang atau suatu badan hukum agar
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umat Islam, seperti mewakfakan
Tanah untuk pembagunan masjid, madrasah, pokok pesantren,asrama yatim
piatu, tenpat pemakaman dan sebagiamnya.4
3
Achmad Djunaidi, Thobieb Al-Asyhar, menuju era wakaf Produktif, (Depok: Mumtaz Publising,
2005), h, 3
4
Hamdan Rasyid, Fiqh Indonesia, himpunan fatwa-fatwa actual, (Jakarta : PT.Al Mawardi Prima,
Tahun 3003),h, 295
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
B. Syarat dan Rukun Wakaf
Menurut Ulama Mazhab Hanafi bahwa rukun wakaf hanya satu
yaitu akad yang berupa ijab (pernyataan dari wak>if), sedangkan qabul (
pernyataan menerima wakaf) tidak termasuk rukun bagi ulama mazhab Hanafi
desebabkan akad tidak bersifat mengikat. Apabila seseorang mengatakan
(saya wakafkan harta ini kepada anda) maka akad itu sah dengan sendirinya
dan orang yang beriberi wakaf berhak atas harta itu. Menurut jumhur ulama
dari mazhab Syafi’I, Maliki, Hambali rukun wakaf tersebut ada empat yaitu
adanya wakif (orang yang berwakaf), Mauquf alaih (orang yang menerima
wakaf, Mauquf (benda yang diwakafkan) dan Shighat.5
Syarat wakaf, diwakafkan selama-lamanya, maka tidak sah
pewakafan yang dibatasi masa berlakunya misalnya ‚saya wakafkan selama
satu tahun‛, tanjiz (kelestarian) maka tidak sah perwakafan dengan
menggantungkan pada terjadinya sesuatu, misalnya ‚saya wakafkan bila telah
tiba awal bulan‛, adanya barang yang diwakafkan (mauk>uf) kepada orang
yang diberi wakaf (mauk>uf Alaih), bila wakaf kepada seseorang tertentu atau
segolongan tertentu yaitu keadaan mauk>uf Alaih nyata ada dan bisa dimiliki,
makanya tidak sah wakaf kepada sesuatu barang yang belum ada.6
5
Abdul Halim, Hukum Perwakafan Di Indonesia cetakan I , (Ciputat : Ciputat Press, Tahun 2005), h,
16-17
6
Ibid, Aliy As’ad,Fat-Hul Mu’in jilid 2, Menara Kudus, h, 349
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
C. Syarat Wakif
Orang
yang
mewakafkan
(wak>if)
disyaratkan
memiliki
kecakapan hukum dalam membelanjakan hartanya. Kecakapan disini meliputi
4 kriteria yaitu:7
1.
Merdeka, wakaf yang dilakukan oleh seseorang budak ( hamba sahaya)
tidak sah, karena wakaf adalah pengguguran hak milik dengan cara
memberikan hak8 milik itu kepada orang lain. Sedangkan hamba sahaay
tidak mempunyai hak milik, dirinya dan apa yang dimiliki adalah
kepunyaan tuannya.
2.
Berakal sehat, wakaf yang dilakukan oleh orang gila tidak sah
hukumnya, sebab ia tidak berakal, tidak mumayyiz dan tidak cakap
melakukan akad serta tindakan lainnya.
3.
Dewasa (baligh), wakaf yang dilakukan oleh anak yang belum dewasa
(baligh), hukumnya tidak sah karena ian dipandnag tidak cakap
melakukan akad dan tidak cakap pula untuk menggugurkan hak
miliknya.
4.
Tidak berada dibawah pengampunan (boros/lalai), orang yang berada
dibawah pengampunan dipandang tidak cakap untuk berbuat kebaikan
(tabarru’), maka wakaf yang dilakukan hukumnya tidak sah.
7
Ibid, Ibnu mas’ud dan Zainal Abidin S, Fiqih (Madzhab Syafi’I edisi lengkap) cetakan II, h…, 23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
D.
Syarat Nadzir
Nadzir wakaf adalah orang atau badan hukum yang memegang
amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud dan
tujuan wakaf tersebut.9 Dalam hal nadzir wakaf perorangan para ahli
menentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :
1.
Bekala sehat
2.
Telah dewasa
3.
Dapat dipercaya, dan
4.
Mampu menyelenggarakan segala urusan yang berkenaan dengan harta
wakaf.
Fuqaha mensyaratkan seorang Nadzir harus dapat dipercaya dan
mampu melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya . Hanabillah
menambahkan syarat yang lain, yaitu Nadzir harus orang muslim jika yang
menerima wakaf muslim. Jika Nadzir tidak shalih karena berbuat fasiq, dia
dapat dicopot dari posisinya sebagai penjaga wakaf dan kemaslahatannya.10
Suparman Usman, Hukum Perwakafan DiIndonesia Cetakan II, (Jakarta : Radar Jaya Offset, Tahun
1999), h, 33
10
Ibid, Miftahul Khairir,Ensiklopedi Fiqih Muamalah dalam pandangan 4 Mazhab, h…, 465
9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
E.
Macam-macam wakaf.
Bila ditinjau dari segi peruntukan ditujukan kepada siapa wakaf
itu, maka wakaf dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1.
Wakaf Ahli
Yaitu wakaf yang ditujukan kepada orang tertentu seorang atu
lebih, keluarga si wak>if atau bukan. Wakaf seperti ini juga disebut wakaf
Dzurri.11 Apabila ada seseorang mewakafkan sebidang tanah kepada anaknya
lalu kepada cucunya, wakafnya sah dan yang berhak mengambil manfatnya
adalah mereka yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf. Wakaf jenis ini (wakaf
ahli/dzurri) kadang-kadang juga disebut wakaf ‘alal aulad, yaitu wakaf yang
diperuntukan bagi kepentingan dan jaminan social dalam lingkungan keluarga
(famili), lingkungan kerabat sendiri.
2.
Wakaf Khairi
Yaitu wakaf yang secara tegas untuk kepentingan agama
(keagamaan) atau kemasyarakatan (kebajikan umum).12 Seperti wakaf yang
diserahkan untuk keperluan pembangunan masjid, sekolah, jembatan, rumah
sakit, panti asuhan anak yatim dan sebagainya.
Wakaf al-dhurri adalah wakaf yang peruntukkan bagi orangorang tertentu yang pada umumnya terdiri atas keluarga atau anggota
11
12
Sayid sabiq, Fiqhu as-Sunnah, (Lebanon : Dar al-‘Arabi, tahun 1971), h, 378
Ibid, Sayid sabiq, Fiqhu as-Sunnah, h…, 378
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
keluarga dan keturunan orang yang mewakafkan. Oleh Karena itu wakaf jenis
ini seringkali disebut wakaf ahii yang secara harfiyyah berarti wakaf yang
dikhususkan untuk wakaf keluarga. Wakaf al-khayri (wakaf umum) adalah
suatu bentuk wakaf yang diikrarkan oleh orang yang mewakafkan untuk
kepentingan umum.
F.
Harta Benda Wakaf
Untuk terlaksananya sebuah wakaf, Harta benda wakaf terdiri dari :13
1.
Harta wakaf memilik nilai (harga)adalah harta yang dimiliki oleh orang
dan dapat digunakan seperti hokum (sah) dalam keadaan normal
ataupum khusu. Secara singkat harta yang dianggap bernilai ada dua
macam :14
a.
Bernilai secara etimologi, yaitu harta yang memiliki nilai yang dapat
dijamin pengembaliannya jika terjadi kerusakan.
b.
Harta itu bisa digunakan dalam jual beli, pinjam-meminjam serta bisa
digunakan sebagai hadiah. Jadi tidak sah mewakafkan ummul walad
(budak wanita yang melahirkan anak tuannya), lotre dan minuman
13
Sudirman Hasan, Wakaf Uang Perspektif fiqh,Hukum Positif, dan Manajemen, (Uin Maliki Press,
tahun 2011)
h, 4
14
Ibid, Sudirman Hasan, Wakaf Uang Perspektif fiqh,Hukum Positif, dan Manajemen,h.…,4-8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
keras juga dilarang untuk diwakafkan karena termasuk barang haram.
nfaatkan.
2.
Harta wakaf harus jelas (diketahui), para pakar fikih mensyaratkan harta
wakaf harus
harus diketahui secara pasti dan tidak mengandung
sengketa hak milik. Oleh karena itu meskipun wakif mengatakan ‚aku
mewakafkan sebagian harta dariku‛ namun ia tidak menunjukkan
hartanya tertentu, maka batal wakafnya. Demikian juga ketika wak>if
berkata ‚aku wakafkan salah dua dari rumahku‛ namun tidak
ditentukan rumah yang mana, maka batal wakafnya. Akan tetapi jika
wakif berkata ‚aku wakafkan seluruh dari harta dan rumahku‛
meskipun dia tidak menentukan kadar jumlahnya, wakaf tetap sah
karena ia mewakafkan seluruh hartanya. Hal ini tidak menimbulkan
perbedaan pendapat dikalangan ulama. Menguatkan hal ini, Ibn Hajar
al-Asqalani mengutip pendapat Al-Gazali dalam fatwanya yang
berbunyi ‚barang siapa yang berkata: bersaksilah, bahwa seluruh harta
milikku telah diwakafkan untuk ini, sembari menyebut lembaga yang
menyalurkannya, serta tidak memberi batas apapun dari jumlah harta
yang dimilikinya, maka segenap harta yang dimilikinya telah menjadi
harta wakaf dan ketidaktahuan para saksi terhadap batasan dan kadar
harta tidaklah penting‛.Jika harta tidak diketahui secara pasti sifat dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
lokasinya haruslah diberi batasan khusus agar kesaksian dari wakaf
dapat dinyatakan.15
3.
Harta wakaf merupakan hak milik wak>if, tidak ada perbedaan pendapat
diantara para fuqaha bahwa wakaf harus berasal dari harta milik
pewakaf sendiri (hak milik).
G.
Pengertian Wakaf menurut UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf.
Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang
badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan
melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan Ibadah atau
keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.16
Wakaf adalah perbuatan hukum Wakif< untuk memisahkan
dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya
guna keperluan Ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut Syariah.17
15
Ibid, Sudirman Hasan, Wakaf Uang Perspektif fiqh,Hukum Positif, dan Manajemen,h…, 12
Kitab Undang-undang hukum perdata, (Rhedbook Publisher, tahun 2008),h, 547
17
Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2006 tentang wakaf
16
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac
DUSUN KALITUNGGAK DESA SALAMROJO KECAMATAN BERBEK KABUPATEN
NGANJUK
SKRIPSI
Disusun Oleh :
YULIS PURBIYATIN
NIM : C92213193
Univeraitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
Surabaya
2017
i
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap jual beli hasil tanah
wakaf di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten
Nganjuk” adalah merupakan hasil penelitian lapangan atau (Field Risech) untuk
menjawab pertanyaan tentang Bagaimana praktik jual beli hasil tanah wakaf di
Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk dan
Bagaimana Perspektif Hukum Islam terhadap jual beli hasil tanah wakaf di Dusun
Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
Penelitian ini berorientasi pada penelitian lapangan, serta menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan cara mengumpulkan data yang berkaitan dengan
kasus yang dianalisis, serta sumber data diperoleh dari data primer yang meliputi
data keterangan Nadzir, Masyarakat, Ahli waris, Perangkat Desa, dan data sekunder
yang bersifat membantu, menunjang serta memperkuat data yang diperoleh dari
lapangan.
Penelitian ini dilakukan karena adanya permasalahan di Dusun Kalitunggak
Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk, yang mana sengketa ini
adalah pihak ahli waris yang mengkomersialkan hasil tanah wakaf, namun hasil
tanah wakaf ini tidak di operasinalkan ulang untuk pemberdayaan tanah wakaf
tersebut melainkan hasil tanah wakaf tersebut diambil untuk kepentingan pribadi.
Hasil dari penelitian ini adalah tanah wakaf yang sudah diberikan wakif
kepada masyarakat untuk kepentingan umum tidak diperbolehkannya untuk
diperjual belikannya hal tersebut sesuai dengan Hukum Islam serta Undang-undang
yang mengatur tentang wakaf, namun Hukum Islam terdapat pengecualian terhadap
tanah wakaf yang akan diperjualbelikan dengan syarat tanah wakaf tersebut sudah
tidak produktif, hal tersebut yang memperboleehkanya untuk diperjualbelikan
namun hasil penjualan tanah wakaf tersebut harus diakumulasikan untuk
pemberdayaan tanah wakaf tersebut.
Kata Kunci : Wakif, Nadzir, Harta wakaf
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ................................................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................ iii
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... v
MOTTO ................................................................................................ vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................ xii
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ................................................... 7
C. Rumusan Masalah ........................................................................... 9
D. Kajian Pustaka ................................................................................ 9
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 12
F. Kegunaan Hasil Penelitian ............................................................ 12
G. Definisi Operasional ..................................................................... 13
H. Metode Penelitian ......................................................................... 13
I. Sistematika Pembahasan .............................................................. 17
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP JUAL BELI HASIL TANAH WAKAF
DI DUSUN KALITUNGGAK DESA SALAMROJO KECAMATAN
BERBEK KABUPATEN NGANJUK
A. Pengertian, syarat dan rukun, syarat wak>if, Macam-macam wakaf,
harta benda wakaf
1. Pengertian Wakaf........................................................................... 19
2. Syarat dan Rukun Wakaf ............................................................... 21
3. Syarat Wakif .................................................................................. 22
4. Syarat Nadzir ................................................................................. 23
5. Macam-macam Wakaf .................................................................. 24
6. Harta Benda Wakaf........................................................................ 25
B. Pengertian wakaf menurut Undang-undang No 41 tahun
2004, Nadzir, Wakif, Dasar Hukum, Harta benda wakaf,
Peruntukan.
1. Pengertian wakaf menurut Undang-undang No. 41 tahun
2004 tentang wakaf........................................................................ 27
2. Pengertian wakif menurut Undang-Undang No. 41 tahun
2004 tentang wakaf........................................................................ 28
3. Dasar Hukum wakaf....................................................................... 31
4. Harta benda wakaf menurut Undang-Undang No.41 tahun
2004 tentang wakaf........................................................................ 32
5. Peruntukan Harta benda wakaf ..................................................... 34
C. Akad Jual beli menurut Undang-undang No 41 tahun
2004 dan Hukum Islam
1. Akad Jual beli hasil tanah wakaf ................................................... 35
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2. Jual beli hasil Tanah wakaf Menurut Undang-Undang No.
41 tahun 2004tentang wakaf ........................................................ 38
3. Jual beli hasil tanah wakaf menurut Hukum Islam ....................... 41
4. Akibat Hukum Menurut Undang-Undang No. 41 tahun 2004
tentang wakaf................................................................................ 52
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG JUAL BELI HASIL TANAH WAKAF
DI DUSUN KALITUNGGAK DESA SALAMROJO KECAMATAN
BERBEK KABUPATEN NGANJUK
A. Sekilas Letak Geografis Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo
Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk ....................................... 57
B. Posisi Kasus dan duduk perkara .................................................... 62
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HASIL TANAH
WAKAF DI DUSUN KALITUNGGAK DESA SALAMROJO
KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK
A. Analisis Praktik jual beli hasil tanah wakaf menurut Undang-Undang
No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf .............................................. 70
B. Analisis Praktik jual beli hasil tanah wakaf menurut
Hukum Islam .................................................................................. 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 79
B. Saran-saran .................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam adalah agama yang memberi pedoman hidup kepada manusia secara
menyeluruh, meliputi segala aspek kehidupan dari hal yang terkecil, sampai hal yang
terbesar semuanya terdapat dalam ajaran Islam yang sempurna. Hal tersebut meliputi
segala aspek kehidupannya yang mencakup aspek-aspek aqidah, muᾱmalah, akhlak dan
kehidupan bermasyarakat menuju tercapainya kabahagiaan hidup rohani dan jasmani,
baik dalam kehidupan individunya, maupun dalam kehidupan masyarakatnya.1
Dalam hukum fiqh dikenal berbagai jenis transaksi atau cara untuk
memperoleh hak yang meliputi jual beli,tukar-menukar,infak,sedekah, hadiah, wasiat,
wakaf, warisan, hibah, zakat, Ihyᾱ ᾱl mᾱwat, dari berbagai transaksi yang disebutkan
diatas membuktikan bahwa Islam tidak secara khusus membedakan mana cara
memperoleh hak yang untuk tanah saja melainkan juga dengan benda yang non tanah.
Ihyᾱ ᾱl mᾱwat, adalah istilah untuk membuka tanah baru, jadi satu-satunya cara yang
langsung.
1
Suparman, Hukum Islam Asas-Asas Dan Pengantar Studi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia,
(Jakarta :Gaya Media Pratama, 2001), 66
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
dihubungkan dengan tanah. Sedangkan untuk zakat kalau dikaitkan dengan tanah maka
lazimnya yang dizakatkan atau dipindahkan haknya bukanlah tanahnya sendiri, tetapi
hanya hasil tanah seperti pertanian atau perkebunan. Selain itu sedekah,hibah dan
hadiah adalah merupakan bentuk pemberian secara umum, sedekah adalah memberi satu
benda atau hak milik semata mata karena mengharapkan keridhaan dan balasan dari
Allah SWT. Sedekah ini merupakan kebajikan yang dianjurkan oleh islam, istilah
sedekah digunakan juga untuk zakat seperti juga dijelaskan dalam Qs. At-Taubat.
Surat At-Taubat ayat 60.2
60. Artinya :Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.3
Bagi sebagian besar rakyat Indonesia, Tanah menempati kedudukan penting
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Terlebih lagi bagi rakyat pedesaan yang pekerjaan
pokoknya bertani, berkebun dan berladang, tanah merupakan tempat pergantian hidup
mereka. Dalam perkembangan yang berjalan kemudian, maka masalah-masalah yang
berkaitan dengan hak-hak atas tanah di Indonesia yang diatur dalam UU No 5 tahun
1950 tentang peraturan dasar pokok-pokok Agraria (UUPA). Dalam UU No 5 tahun
1950 pasal 16 ayat 1 menjelaskan bagaimana cara memperoleh hak atas tanah meliputi
2
3
Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah Di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 17
Departement Agama RI, Qs Surat At-Taubah ayat 60
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan,hak pakai, hak sewa, hak membuka
tanah, hak memungut hasil hutan, sedangkan jenis hak lainnya yang sifatnya sementara
dimaksudkan oleh huruf b pasal 16 ayat (1) UUPA dengan hak gadai, hak usaha bagi
hasil, hak menumpang, hak sewa tanah pertanian. Salah Satu cara untuk memperoleh
hak yang secara langsung ditunjuk oleh UUPA adalah melalui Perwakafan dan dikaitkan
dengan hanya satu jenis hak yaitu hak milk, Dan perwakafan ini adalah satu kegiatan
keagamaan dalam islam.4
Menyadari diIndonesia secara fiqih kebanyakan adalah pengikut mazhab
Syafii, maka bentuk wakaf yang lazim kita dapatkan berupa tanah, masjid, madrasah,
dan asset tetap lainnya, untuk asset tetap seperti tanah unsur keabadian terpenuhi karena
memang tanah dapat dipakai selama tidak ada longsor atau bencana alam yang yang
menghilangkan fisik tanah tersebut. Demikian juga halnya dengan masjid madrasah.
Hubungan antara makna harfiyah dan makna teknis terkait dengan adanya “keabadian”
unsur pokok (substansi) dimana ia harus berhenti tidak boleh dijual atau dialihtangankan
kepada selain kepentingan umat yang diamanatkan oleh wᾱkif kepada nadzir wakaf.5
Wakaf secara harfiyah berarti berhenti, menahan, atau diam, Oleh karena itu
tempat parkir disebut , karena di situlah berhentinya kendaraan demikian juga padang
Arafah disebut juga mᾱukif, dimana para jamaah berdiam untuk wukuf. Secara teknis
syariah, Wakaf sering kali diartikan sebagai asset yang dialokasikan untuk kemanfaatan
umat dimana substansi atau pokoknya ditahan, sementara manfaatnya boleh dinikmati
untuk kepentingan umum. Secara administratif wakaf dikekola nadzir yang merupakan
Ibid, Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah Di Indonesia,h….,20
Achmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif sebuah Upaya Progresif untuk
Kesejahteraan Umat, (Jakarta : Mitra Abadi Press, 2006), 2
4
5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
pengemban amanah wᾱkif (pemberi wakaf).6 Benda yang diwakafkan adalah hak milik
Allah Swt, oleh sebab itu tidak boleh dimiliki, dijual, diwariskan, atau dihibahkan
kepada siapa pun. Tentang wakaf juga di jelaskan dalam Qs.Ali-Imron ayat 92
92. Artinya :kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang
kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.7
Qs. An-Nahl ayat 97
97. Artinya :Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baikdan Sesungguhnya akan Kami
beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan.8
Dalam Perwakafan dapat dinyatakan sah apabila telah memenuhi rukun dan
syaratnya, rukun wakaf diantaranya wᾱkif (orang yang mewakafkan harta benda),
mᾱukif bih (Barang atau harta yang diwakafkan mᾱukif’ alaih (Pihak yang diberi
wakaf/peruntukan wakaf), Shighat (Ikrar Wakaf sebagai suatu kehendak untuk
mewakafkan sebagaian harta bendanya).9
6
Achmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif sebuah Upaya Progresif untuk
Kesejahteraan Umat,h….,3-5
7
Departement Agama RI, (QS. Ali-Imran ayat 92).
Departement Agama RI, (QS.An.Nahl ayat 97).
9
Sumuran Harahap, Fiqh Wakaf, (Jakarta : Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2007), 21
8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
wᾱkif sebagaimana dijelaskan dalam UU No 41 tahun 2004 tentang wakaf
menyebutkan wᾱkif terdiri (Perorangan,Organisasi, Badan Hukum) wᾱkif perorangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf a dapat melakukan wakaf apabila memenuhi
persyaratan (dewasa, berakal sehat, tidak terhalang perbuatan hukum dan pemilik sah
harta benda wakaf), wᾱkif organisasi sebagaimana dijelaskan dalam pasal 7 huruf b
hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk
mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi sesuai dengan anggaran dasar
organisasi yang bersangkutan, wᾱkif badan hukum sebagaimana dimaksudkan dalam
pasal 7 huruf c hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan badan
hokum untuk mewakafkan harta benda wakaf milik badan hokum dengan anggaran
dasar badan hokum yang bersangkutan.
Nadzir meliputi (perseorangan, organisasi dan badan hukum), Nadzir
perseorang pasal 9 huruf a menyebutkan (warga Negara Indonesia, beragama
Islam,dewasa, amanat, mampu secara jasmani dan rohani dan tidak terlarang
melakukan perbuatan hukum), Tugas dari Nadzir yang Disebutkan pada pasal 11 UU No
41 tahun 2004 tentang wakaf menyebutkan tugas dari Nadzir diantaranya melakukan pe
ngadministrasian harta benda wakaf, mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf
sesuai dengan tujuan,fungsi, dan peruntukannya, mengawasi dan melindungi harta benda
wakaf, melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia).
Wakaf berperan sebagai salah satu mata rantai potensi ekonomi umat yang
menghasilkan dana kesejahteraan umum. Dalam undang-undang Nomor 41 tahun 2004
tentang wakaf Pasal 22 Tentang peruntukan Harta Benda wakaf yang meliputi sarana
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
dan kegiatan ibadah, sarana dan kegitan pendidikan serta kesehatan, bantuan kepada
fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, bea siswa, kemajuan dan peningkatan ekonomi
umat dan/atau, kemajuan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan
peraturan perundang-undangan.10
Di Dusun kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten
Nganjuk yang tepatnya di Dusun Kalitunggak terdapat tanah wakaf yang masih menjadi
sebuah permasalahan dari prakteknya, Jadi awal mula tanah yang diwakafkan di Dusun
Kalitunggak adalah Tanah dari bapak Slamet (Alm), tanah tersebut dikelola oleh bapak
Suprapto (60 Tahun) yang ditunjuk sebagai Nadzir pengelola tanah tersebut. Dari
sebagian sisi tanah tersebut terdapat sumber air yang dijadikan sebagai sumber air warga
Dusun Kalitunggak, tidak hanya warga Dusun Kalitunggak saja yang memanfaatkan
sumber air tersebut sebagai sumber air namun Desa Salamrojo, Dusun Geneng, Dusun
ledok, Dusun Salam Lor, Desa Maguan juga sudah dialiri air dari tanah wakaf Bapak
Slamet (Alm) tersebut.
Tanah tersebut pada awalnya diperuntukan untuk pembangunan masjid,
namun pada saat pengalian tanah ditemukan sumber air yang mana dari sumber air
tersebut berada di tanah yang akan diperuntukan sebagai masjid, Tanah tersebut
diwakafkan kurang lebih pada tahun 2001 sampai sekarang, Namun pada akhir tahun
2013 pihak Keluarga berkeinginan mengambil untung dari hasil tanah Wakaf tersebut
dengan cara meminta sejumlah uang kepada para warga yang menggunakan air dari
tanah wakaf tersebut khususnya warga Dusun Kalitunggak untuk membayar uang Rp.
150.000 Ribu Rupiah setiap Bulannya sebagai ganti pembelian air dari tanah wakaf
10
UU NO.41 Tentang Wakaf Pasal 22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
tersebut. Dari ungkapan pihak keluarga Bapak Slamet (Alm) para warga yang
menggunakan air tersebut khususnya warga Kalitunggak merasa dirugikan karena
mereka mengakui bahwa Tanah yang terdapat sumber Air tersebut merupakan Tanah
wakaf yang sudah diwakafkan Bapak Slamet (Alm) sekian lamanya kepada warga
Kalitunggak.
Dalam hal ini dipilihkan Hasil Penjualan Tanah Wakaf (Analisis Undangundang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf dan Hukum Islam) sebagai Objek
penelitian yang berdasarkan kenyataan yang ada, terlihat begitu pentingnya pembahasan
permasalahan tersebut, sehingga menarik untuk diteliti. Dalam penelitian kali ini
peneliti menggunakan suatu penelitian dan pengamatan secara Intensif terhadap praktik
yang dijalannya dengan tema “Jual Beli Hasil Tanah Wakaf di Dusun Kalitunggak Desa
Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk (Analisis Undang-undang Nomor 1
tahun 2004 dan Hukum Islam)”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Melalui latar belakang yang telah peneliti paparkan tersebut di atas, terdapat
beberapa problema dalam pembahasan ini yang dapat peneliti identifikasi, yaitu:
1.
Faktor-faktor yang melatarbelakangi jual beli hasil tanah wakaf.
2.
Praktek pemanfaatan Tanah Wakaf.
3.
Sistem jual beli hasil dari tanah wakaf di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo
Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
4.
Akad yang digunakan dalam penjualan hasil tanah wakaf di Dusun Kalitunggak
Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
5.
Hak dan kewajiban antara Waqih dan Nadzir di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo
Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
6.
Pandangan Hukum Islam dan UU No 41 Tahun 2004 tentang wakaf terhadap
penjualan hasil tanah wakaf.
7.
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Hasil Tanah Di Dusun. Kalitunggak
Desa. Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten
Adapun batasan masalah dalam judul ini, yaitu hanya membahas tentang jual
beli hasil tanah Wakaf dalam penerapan Hukum Islam dan UU No 41 Tahun 2004
tentang wakaf, maka titik fokus permasalahan tersebut akan dibatasi dengan hal-hal
berikut ini :
1.
Praktik Jual Beli Hasil Tanah Wakaf Di Dusun Kalitunggak Desa Salamarojo
Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
2.
Analisis Hukum Islam dan UU No 41 tahun 2004 tentang wakaf terhadap jual beli
hasil tanah wakf di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek
Kabupaten Nganjuk.
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka bisa ditarik kesimpulan:
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Hasil Tanah Wakaf Di Dusun. Kalitunggak
Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka pokok masalah yang
diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.
Bagaimana Praktik Jual Beli hasil Tanah Wakaf di Dusun Kalitunggak Desa
Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk ?
2.
Bagaimana perspektif Hukum Islam dan Undang-undang No 41 tahun 2004 tentang
wakaf terhadap Jual Beli hasil Tanah Wakaf di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo
Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk ?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang sudah
pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa
kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari
kajian/penelitian yang telah ada.11
1.
Skripsi yang ditulis oleh Devi Kurnia Sari Tahun 2006, Judul Skripsi :tinjauan
Perwakafan Tanah Menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
Dikabupaten Semarang, Hasil dari skripsi adalah Pelaksanaan Perwakafan di
kabupaten semarang masih mengacu pada peraturan terdahulu, hal ini dikarenakan
peraturan pelaksanaan UU tersebut belum belum ada pelaksanaanya telah sesusi
dengan ketentuan yang berlaku. Pengelolaan tanah dikabupaten semarang masih
dalam kaitannya pemberdayaan ekonomi umat belum dapat dicapa, karena
11
Tim Penyusun, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, (UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), 8.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
masyarakatnya sendiri, utamnya pihak-pihak yang terkait didalamnya (Wakif dan
Nadzir) untuk diajak kompromi kearah pemberdayaan wakaf produktif untuk
pengembangan ekonomi umat masih sulit, di sebabkan minimnya pengertian
mereka bahwa wakaf tanah hanya ditunjukan untuk kegiatan peribadatan.12
2.
Skripsi yang ditulis oleh Didin Najmudin tahun 20011 dengan judul : Strategi
Pengelolaan Tanah Wakaf di Desa Babakan Ciseeng Bogor. Hasil dari skripsi
tersebut adalah Nadzir dari tanah wakaf Desa Babakan pada umumnya
menggunakan pengelolaan tanah wakaf secara tradisional, yang mana dengan cara
penanami tanaman sengon untuk dibudidayakan sebagai hasil dari tanah wakaf
tersebut dikelola kembali untuk pengembangan tanaman sengon yang lainnya.
Tanah wakaf yang ada di Desa Babakan digunakan sebagai tempat untuk ibadah
dan pendidikan seperti pembagunan masjid dan juga sekolah. Pemilihan penanaman
tanaman sengon yang dipilih oleh nadzir adalah salah satu ide kreatif yang
mencerminkan sebuah pengelolaan wakaf yang professional.13
3.
Skripsi yang ditulis oleh Lia Kurniawati tahun 2012 dengan judul : Penarikan
Wakaf Tanah Oleh Ahli Waris Studi Kasus Di Kelurahan Manding Kecamatan
Temanggung Kabupaten Temanggung, Hasil dari skripsi ini adalah Penarikan
Wakaf Tanah yang terjadi diakibatkan karena tanah yang sudah di Wakafkan tidak
didaftarkan di kantor Perwakafan dan tidak di Akta Ikrar wakaf, sehingga tidak ada
kekuatan hokum, sehingga hal ini bisa memungkinkan seseorang untuk menarik
tanah yang sudah diwakafkan dikarenakan belum adanya bukti tertulis dan sebab
12
Devi Kurnia Sari, Tinjauan Perwakafan Tanah Menurut Undang-undang nomor 41 tahun 2006 tentang Wakaf di
Kabupaten Semarang, --Universitas Diponogoro, 2006.
13
Didin Najmudin, Strategi Pengelolaan Tanah Wakaf Di Desa Babakan Ciseeng bogor, --Skripsi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, tahun 2011.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
lain juga karena keadaan ekonomi yang memaksa serta lemahnya pengetahuan dan
agama.14
4.
Skripsi yang ditulis oleh Riza Resitasari Tahun 2013 dengan judul : Tinjauan
Yuridis terhadap penarikan kembali tanah wakaf untuk dibagikan sebagai harta
warisan, studi kasus Putusan Nomor : 987/Pdt. G/2003/PA.Semarang, Hasil dari
skripsi ini adalah Penarikan Tanah Wakaf dapat dilakukan kembali jika tanah yang
diwakafkan tidak memenuhi syarat-syarat dan rukun wakaf yang tercantum dalam
Undang-undang perwakafan nomor 41 tahun 2004 pasal 6, penarikan tanah wakaf
harus dilakukan sesuai dengan nilai harganya kesesuan factor-faktor yang menjadi
pertimbangan majlis hakim dalam menjatuhkan putusan Nomor 987/Pdt.G/Pa.Smg
sudah tepat.15
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan skripsi diatas
adalah peneliti akan membahas tentang Jual beli hasil tanah wakaf, dimana pihak
keluarga dari pemberi wakaf menjual belikan hasil tanah wakaf yang berupa air dari
sumber air yang mana hasil penjualan tidak di pergunakan kembali sebagai
pemberdayaan tanah wakaf tersebut melainkan dipergunakan untuk kepentingan pribadi.
Dari praktik Jual Beli Hasil Tanah Wakaf tersebut penulis meninjau judul “Tinjauan
Hukum Ialam terhadap Jual Beli Hasil Tanah Wakaf di Dusun Kalitunggak Desa
Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
14
Lia Kurniawati, Penarikan Wakaf Tanah Oleh Ahli Waris Studi Kasus di Kelurahan Manding Kecamatan
Temanggung Kabupaten Temanggung, --Skripsi, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri, tahun 2012.
15
Riza Resitasari, Tinjauan Yuridis Terhadap Penarikan Kembali Tanah Wakaf untuk dibagikan sebagai harta
Warisan, Studi Kasus Putusan Nomor : 987/Pdt. G/2003/PA.G Smg, --Universitas Negeri Semarang,2013.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
E.
Tujuan Penelitian
Sejalan dengan formulasi permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan
penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui Praktik Jual Beli Hasil Tanah Wakaf di Dusun Kalitunggak Desa
Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
2.
Untuk mengetahui Perspektif Hukum Islam dan UU No 41 tahun 2004 tentang
wakaf terhadap Jual beli Hasil Tanah Wakaf di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo
Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
F.
Kegunaan Hasil Penelitian
Dengan adanya tujuan diatas diharapkan dari hasil penelitian ini dapat
memberikan kegunaan antara lain:
1.
Secara teoritis berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan atau menambah
wawasan pengetahuan yang berkaitan dengan kedudukan tanah wakaf, dan
sekaligus dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut.
2.
Secara praktis diharapkan bisa menjadi masukan bagi para pembaca untuk dapat
dijadikan landasan berfikir dalam melakukan proses pemanfaatan status jual beli
hasil tanah wakaf dan sosialisasi sekaligus mempertajam analisis teori dan praktek
terhadap masalah tersebut.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
G.
Definisi Operasional
Dalam rangka untuk menghindari kesalahpahaman persepsi dan lahirnya
multi-interpretasi terhadap judul ini, maka penulis merasa penting untuk menjabarkan
tentang maksud dari istilah-istilah yang berkenaan dengan judul di atas, dengan katakata kunci sebagai berikut:
1.
Hukum Islam (Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf) dan Hukum
Fiqih : peraturan yang berkenaan dengan jual beli hasil Wakaf yang berdasarkan
Al-Qur’an dan Hadis, serta pendapat para Ulama’ untuk memperoleh analisis
terhadap jual beli hasil tanah wakaf di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo
Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
2.
Jual beli hasil Tanah Wakaf: dimana pihak keluarga memanfaatkan hasil dari tanah
Wakaf yaitu Sumber air dengan cara memperjual belikan setiap warga yang
menggunakan air dari tanah Wakaf tersebut untuk membayar
uang sejumlah
Rp.150.000 ribu rupiah.
H.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan berorientasi pada pengumpulan data empiris yaitu
lapangan, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah penelitian kualitatif, karena
kualitatif memuat tentang prosedur penelitian yang menghasilkan deskriptif berupa
tulisan atau perkataan dari orang-orang atau pelaku yang diamati.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Data yang Dikumpulkan
Dengan melihat persoalan di atas, maka data yang akan digali meliputi:
a.
Data yang berkaitan dengan praktik Jual Beli Hasil Tanah Wakaf yaitu data Nadzir,
data wakif, data saksi, data ahli Waris, serta data masyarakat.
b.
Data yang bersumber dari Hukum Islam (Undang-undang Nomor 41 tahun 2004
tentang wakaf) dan Hukum Fiqih yang berkaitan dengan praktik jual beli hasil
tanah wakaf serta data yang berada di lapangan.
2.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data Primer dan sumber data
Sekunder, yaitu :
a.
Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber pertama di mana sebuah data dihasilkan,
yaitu sumber yang terkait secara langsung.16 yang meliputi: Data dari Wakif, data
Nadzir, data Saksi, Data Masyarakat, serta data Ahli Waris,
b.
Sumber Data Skunder
Sumber data sekunder adalah sumber dari bahan bacaan yang bersifat
membantu atau menunjang dalam melengkapi serta memperkuat data. Memberikan
penjelasan mengenai sumber data primer, berupa buku daftar pustaka yang berkaitan
dengan objek penelitian.17 Data Sekunder diperoleh dari Analisi Hukum Islam dan UU
16
17
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya : Airlangga University Press, 2001), 129.
Nasution, Metode Research, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), 143.S
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, dan dari buku reverensi serta Sumber yang didapat
dari lapangan yang berupa data Desa.
3.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian, penulis
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a.
Metode Observasi( Pengamatan).
Pengumpulan data dengan menggunakan atau mengadakan pengamatan
langsung atau pencatatan dengan sistematis tentang fenomena yang diselidiki baik
secara langsung maupun tidak langsung.18
Penulis akan melakukan pengamatan pengumpulan data yang dilakukan
dengan menggunakan metode observasi atau pengamatan, dalam hal ini ditujukan untuk
memperileh informasi yang dilakukan secara intensif untuk memperoleh permasalahanpermasalahan yang berkaitan dengan Praktik Jual Beli Hasil Tanah Wakaf yang di
Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
b.
Metode Interview (Wawancara).
Wawancara atau interview dilakukan untuk mendapatkan informasi secara
langsung dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan kepada responden yaitu dari
Wakif, Nadzir, Saksi, Ahli Waris, dan Masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan akan dibuat
secara terstruktur agar lebih mudah bagi peneliti dalam menyimpulkan hasil.
Dalam hal ini penulis menggunkan metode wawancara untuk memperoleh
data yang lebih intensif dari beberapa responden yang bersangkutan, metode yang
digunakan oleh penulis dengan mengajukan beberapa pertanyaan atau wawancara secara
18
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, (Yogyakarta : FT.UGM, cet. II, 1988), 136.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
langsung dengan beberapa responden dengan tujuan untuk mempermudah penulis
mengambil kesimpulan.
4.
Teknik Pengelolaan Data
Maka dilakukan analisis data dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.
Organizing adalah suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan, pencatatan,
dan penyajian fakta untuk tujuan penelitian.19
b.
Editing adalah kegiatan pengeditan akan kebenaran dan ketepatan data tersebut.20
c.
Coding adalah kegiatan mengklasifikasi dan memeriksa data yang relevan dengan
tema penelitian agar lebih fungsional.21
5.
Teknik Analisis Data
Setelah penulis mengumpulkan data yang dihimpun, kemudian menganalisinya
dengan menggunakan teknik deskriptif.Deskriptif adalah mengambarkan/
Mengguraikan hal menurut apa adanya yang sesuai dengan kenyataannya
22
Data tentang Jual Beli Hasil Tanah Wakaf di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo
Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk akan dipaparkan untuk mengambil
kesimpulan.Pola pikir yang dipakai adalah Deduktif , yaitu berangkat dari data yang
sudah ada dilapangan yang digunakan untuk mengemukakan fakta-fakta atau
kenyataan dari hasil penelitian di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan
Berbek Kabupaten Nganjuk,kemudian ditinjau dari segi hukum Perwakafan lalu
dianalisa dengan Undang-Undang Perwakafan Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf
serta Hukum Islam.
19
Sony Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 89.
Ibid., 97.
21
Ibid., 99.
22
Pius Partanto dan Dahlan Barry, Kamus lmiah Populer (Surabaya:Arkola, 2001), 111.
20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
I.
Sistematika Pembahasan
BAB I
: Pendahuluan
Dalam bab ini berisi tentang pokok-pokok pikiran atau landasan
permasalahan yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini, sehingga
memunculkan gambaran isi tulisan yang terkumpul dalm konteks
penelitian (1) Identifikasi Masalah, (2) Pembatasan Masalah, (3) Rumusan
Masalah, (4) Kajian Pustaka, (5) Tujuan Penelitian, (6) Kegunaan hasil
Penelitian, (7) Definisi Operasional, (8) Metode Penelitian, dan
(9)
Sistematika Pembahasan.
BAB II
:Tinjauan umum terhadap jual beli hasil tanah wakaf di Dusun
Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.
Dalam Bab ini terdiri dari 3 sub bab yaitu berdasarkan Hukum Islam yang
terdiri dari (1) pengertian wakaf, (2)Macam-macam wakaf, (3) dasar
hukum wakaf, (4) syarat dan rukun wakaf, (5) syarat Wakif dan Nadzir
dan berdasarakan Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tentang
perwakafan yang terdiri dari (1) Harta benda Wakaf, (2) Peruntukan Harta
Wakaf, serta
Akad Jual beli berdasarkan Hukum Islam dan Undang-
Undang NO.41 tahun 2004 tentang wakaf yang terdiri dari (1) Akad Jual
Beli tanah wakaf di Dusun Kalitungggak Desa Salamrojo (4) Jual Beli
Hasil Tanah wakaf berdasarkan Hukum Positif dan Hukum Islam (5)
Akibat Hukum peruntukan tanah wakaf hak milik menurut hukum positif
dan hukum Islam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
BAB III
:Gambaran umum tentang jual beli hasil tanah wakaf di Dusun
Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupasten Nganjuk.
Dalam bab ini terdiri dari data yang memaparkan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti tentang jual beli hasil tanah wakaf yang
dibagi menjadi 2 sub bab yaitu (1) Letak Geografis (2) duduk perkara jual
beli hasil tanah wakaf di Dusun Kalitunggak Desa Salmrojo Kecamatan
Berbek Kabupaten Nganjuk.
BAB IV
:Analisis Penjualan hasil tanah wakaf berdasarkan UU No.41 Tahun 2004
Tentang Wakaf dan hokum Islam. Dalam Bab ini terdiri dari 2 sub bab
yaitu (1) Analisis Praktik Jual beli Hasil tanah wakaf menurut Undangundang No.41 tahun 2004 (2) analisis berdasarkan hukum Islam Jual Beli
di Dusun Kalitunggak Desa Salamrojo Kecamatan Berbek Kabupaten
Nganjuk.
BAB V
:Penutup
Dalam bab ini terdiri dari 2 sub bab yaitu (1) kesimpulan-kesimpulan, (2)
saran-saran, selain dari itu dalam bab terakhir ini akan dilengkapi dengan
daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang dianggap perlu.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG WAKAF DI DUSUN KALITUNGGAK DESA
SALAMROJO KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK
A.
Pengertian Wakaf
Secara Etimologi, wakaf berarti menahan, mencegah, selama,tetap,
paham, menghubungkan,mencabut, meninggalkan dan lain sebagainnya.1
Wakaf menurut Hanafiyah ‚menahan benda yang statusnya masih
tetap milik waqif (orang yang mewakafkan) sedangkan yang dishadakahkan
hanyalah manfaatnya, sedangkan menurut Malikiyah adalah menjadikan
manfaat benda yang dimiliki baik berupa sewa atau hasilnya untuk diserahkan
kepada yang berhak, dengan penyerahan berjangka waktu sesuai dengan
kehendak wakif. Menurut Syai’iyah yaitu menahan harta yang dapat diambil
manfaatnya disertai dengan kekekalan benda dan harta itu lepas dari
penguasaan waqif serta dimanfaatkan pada sesuatu yang diperblehkan oleh
agama. Wakaf menurut hanabilah menahan kebebasan pemilik harta dalam
membelanjakan hartanya yang bermanfaat disertai dengan kekelan benda serta
memutus semua hak wewenang atas benda itu, sedangkan menfaatnya
dipergunakan dalam hal kebajikan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.2
1
Faishal Haq, Hukum Perwakafan Di Indonesia, (Sidoarjo :CV. Dwiputra Pustaka Jaya, Tahun 2014),
h, 1.
2
Faishal Haq, Hukum Perwakafan Di Indonesia,h…,2-3
19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
Waqf atau wakaf secara harfiyah berarti berhenti, menahan,atau
diam. Oleh karena itu tempat parkir disebut Mauqif karena di situlah
berhentinya kendaraan
demikian juga padang arafah disebut juga mauqif dimana para
jamaah berdiam untuk wukuf. Secara teknis syariah, wakaf juga sering kali
diartikan sebagai asset yang dialokasikan untuk kemanfaatan umat dimana
substansinya atau pokoknya ditahan, sementara manfaatnya boleh dinikmati
untuk kepentingan umum.3
Wakaf adalah menyerahkan (menyedekahkan tanah atau bendabenda lain yang dapat dimanfaatkan oleh umat Islam tanpa merusak atau
menghabiskan pokok asalnya kepada seseorang atau suatu badan hukum agar
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umat Islam, seperti mewakfakan
Tanah untuk pembagunan masjid, madrasah, pokok pesantren,asrama yatim
piatu, tenpat pemakaman dan sebagiamnya.4
3
Achmad Djunaidi, Thobieb Al-Asyhar, menuju era wakaf Produktif, (Depok: Mumtaz Publising,
2005), h, 3
4
Hamdan Rasyid, Fiqh Indonesia, himpunan fatwa-fatwa actual, (Jakarta : PT.Al Mawardi Prima,
Tahun 3003),h, 295
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
B. Syarat dan Rukun Wakaf
Menurut Ulama Mazhab Hanafi bahwa rukun wakaf hanya satu
yaitu akad yang berupa ijab (pernyataan dari wak>if), sedangkan qabul (
pernyataan menerima wakaf) tidak termasuk rukun bagi ulama mazhab Hanafi
desebabkan akad tidak bersifat mengikat. Apabila seseorang mengatakan
(saya wakafkan harta ini kepada anda) maka akad itu sah dengan sendirinya
dan orang yang beriberi wakaf berhak atas harta itu. Menurut jumhur ulama
dari mazhab Syafi’I, Maliki, Hambali rukun wakaf tersebut ada empat yaitu
adanya wakif (orang yang berwakaf), Mauquf alaih (orang yang menerima
wakaf, Mauquf (benda yang diwakafkan) dan Shighat.5
Syarat wakaf, diwakafkan selama-lamanya, maka tidak sah
pewakafan yang dibatasi masa berlakunya misalnya ‚saya wakafkan selama
satu tahun‛, tanjiz (kelestarian) maka tidak sah perwakafan dengan
menggantungkan pada terjadinya sesuatu, misalnya ‚saya wakafkan bila telah
tiba awal bulan‛, adanya barang yang diwakafkan (mauk>uf) kepada orang
yang diberi wakaf (mauk>uf Alaih), bila wakaf kepada seseorang tertentu atau
segolongan tertentu yaitu keadaan mauk>uf Alaih nyata ada dan bisa dimiliki,
makanya tidak sah wakaf kepada sesuatu barang yang belum ada.6
5
Abdul Halim, Hukum Perwakafan Di Indonesia cetakan I , (Ciputat : Ciputat Press, Tahun 2005), h,
16-17
6
Ibid, Aliy As’ad,Fat-Hul Mu’in jilid 2, Menara Kudus, h, 349
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
C. Syarat Wakif
Orang
yang
mewakafkan
(wak>if)
disyaratkan
memiliki
kecakapan hukum dalam membelanjakan hartanya. Kecakapan disini meliputi
4 kriteria yaitu:7
1.
Merdeka, wakaf yang dilakukan oleh seseorang budak ( hamba sahaya)
tidak sah, karena wakaf adalah pengguguran hak milik dengan cara
memberikan hak8 milik itu kepada orang lain. Sedangkan hamba sahaay
tidak mempunyai hak milik, dirinya dan apa yang dimiliki adalah
kepunyaan tuannya.
2.
Berakal sehat, wakaf yang dilakukan oleh orang gila tidak sah
hukumnya, sebab ia tidak berakal, tidak mumayyiz dan tidak cakap
melakukan akad serta tindakan lainnya.
3.
Dewasa (baligh), wakaf yang dilakukan oleh anak yang belum dewasa
(baligh), hukumnya tidak sah karena ian dipandnag tidak cakap
melakukan akad dan tidak cakap pula untuk menggugurkan hak
miliknya.
4.
Tidak berada dibawah pengampunan (boros/lalai), orang yang berada
dibawah pengampunan dipandang tidak cakap untuk berbuat kebaikan
(tabarru’), maka wakaf yang dilakukan hukumnya tidak sah.
7
Ibid, Ibnu mas’ud dan Zainal Abidin S, Fiqih (Madzhab Syafi’I edisi lengkap) cetakan II, h…, 23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
D.
Syarat Nadzir
Nadzir wakaf adalah orang atau badan hukum yang memegang
amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud dan
tujuan wakaf tersebut.9 Dalam hal nadzir wakaf perorangan para ahli
menentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :
1.
Bekala sehat
2.
Telah dewasa
3.
Dapat dipercaya, dan
4.
Mampu menyelenggarakan segala urusan yang berkenaan dengan harta
wakaf.
Fuqaha mensyaratkan seorang Nadzir harus dapat dipercaya dan
mampu melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya . Hanabillah
menambahkan syarat yang lain, yaitu Nadzir harus orang muslim jika yang
menerima wakaf muslim. Jika Nadzir tidak shalih karena berbuat fasiq, dia
dapat dicopot dari posisinya sebagai penjaga wakaf dan kemaslahatannya.10
Suparman Usman, Hukum Perwakafan DiIndonesia Cetakan II, (Jakarta : Radar Jaya Offset, Tahun
1999), h, 33
10
Ibid, Miftahul Khairir,Ensiklopedi Fiqih Muamalah dalam pandangan 4 Mazhab, h…, 465
9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
E.
Macam-macam wakaf.
Bila ditinjau dari segi peruntukan ditujukan kepada siapa wakaf
itu, maka wakaf dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1.
Wakaf Ahli
Yaitu wakaf yang ditujukan kepada orang tertentu seorang atu
lebih, keluarga si wak>if atau bukan. Wakaf seperti ini juga disebut wakaf
Dzurri.11 Apabila ada seseorang mewakafkan sebidang tanah kepada anaknya
lalu kepada cucunya, wakafnya sah dan yang berhak mengambil manfatnya
adalah mereka yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf. Wakaf jenis ini (wakaf
ahli/dzurri) kadang-kadang juga disebut wakaf ‘alal aulad, yaitu wakaf yang
diperuntukan bagi kepentingan dan jaminan social dalam lingkungan keluarga
(famili), lingkungan kerabat sendiri.
2.
Wakaf Khairi
Yaitu wakaf yang secara tegas untuk kepentingan agama
(keagamaan) atau kemasyarakatan (kebajikan umum).12 Seperti wakaf yang
diserahkan untuk keperluan pembangunan masjid, sekolah, jembatan, rumah
sakit, panti asuhan anak yatim dan sebagainya.
Wakaf al-dhurri adalah wakaf yang peruntukkan bagi orangorang tertentu yang pada umumnya terdiri atas keluarga atau anggota
11
12
Sayid sabiq, Fiqhu as-Sunnah, (Lebanon : Dar al-‘Arabi, tahun 1971), h, 378
Ibid, Sayid sabiq, Fiqhu as-Sunnah, h…, 378
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
keluarga dan keturunan orang yang mewakafkan. Oleh Karena itu wakaf jenis
ini seringkali disebut wakaf ahii yang secara harfiyyah berarti wakaf yang
dikhususkan untuk wakaf keluarga. Wakaf al-khayri (wakaf umum) adalah
suatu bentuk wakaf yang diikrarkan oleh orang yang mewakafkan untuk
kepentingan umum.
F.
Harta Benda Wakaf
Untuk terlaksananya sebuah wakaf, Harta benda wakaf terdiri dari :13
1.
Harta wakaf memilik nilai (harga)adalah harta yang dimiliki oleh orang
dan dapat digunakan seperti hokum (sah) dalam keadaan normal
ataupum khusu. Secara singkat harta yang dianggap bernilai ada dua
macam :14
a.
Bernilai secara etimologi, yaitu harta yang memiliki nilai yang dapat
dijamin pengembaliannya jika terjadi kerusakan.
b.
Harta itu bisa digunakan dalam jual beli, pinjam-meminjam serta bisa
digunakan sebagai hadiah. Jadi tidak sah mewakafkan ummul walad
(budak wanita yang melahirkan anak tuannya), lotre dan minuman
13
Sudirman Hasan, Wakaf Uang Perspektif fiqh,Hukum Positif, dan Manajemen, (Uin Maliki Press,
tahun 2011)
h, 4
14
Ibid, Sudirman Hasan, Wakaf Uang Perspektif fiqh,Hukum Positif, dan Manajemen,h.…,4-8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
keras juga dilarang untuk diwakafkan karena termasuk barang haram.
nfaatkan.
2.
Harta wakaf harus jelas (diketahui), para pakar fikih mensyaratkan harta
wakaf harus
harus diketahui secara pasti dan tidak mengandung
sengketa hak milik. Oleh karena itu meskipun wakif mengatakan ‚aku
mewakafkan sebagian harta dariku‛ namun ia tidak menunjukkan
hartanya tertentu, maka batal wakafnya. Demikian juga ketika wak>if
berkata ‚aku wakafkan salah dua dari rumahku‛ namun tidak
ditentukan rumah yang mana, maka batal wakafnya. Akan tetapi jika
wakif berkata ‚aku wakafkan seluruh dari harta dan rumahku‛
meskipun dia tidak menentukan kadar jumlahnya, wakaf tetap sah
karena ia mewakafkan seluruh hartanya. Hal ini tidak menimbulkan
perbedaan pendapat dikalangan ulama. Menguatkan hal ini, Ibn Hajar
al-Asqalani mengutip pendapat Al-Gazali dalam fatwanya yang
berbunyi ‚barang siapa yang berkata: bersaksilah, bahwa seluruh harta
milikku telah diwakafkan untuk ini, sembari menyebut lembaga yang
menyalurkannya, serta tidak memberi batas apapun dari jumlah harta
yang dimilikinya, maka segenap harta yang dimilikinya telah menjadi
harta wakaf dan ketidaktahuan para saksi terhadap batasan dan kadar
harta tidaklah penting‛.Jika harta tidak diketahui secara pasti sifat dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
lokasinya haruslah diberi batasan khusus agar kesaksian dari wakaf
dapat dinyatakan.15
3.
Harta wakaf merupakan hak milik wak>if, tidak ada perbedaan pendapat
diantara para fuqaha bahwa wakaf harus berasal dari harta milik
pewakaf sendiri (hak milik).
G.
Pengertian Wakaf menurut UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf.
Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang
badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan
melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan Ibadah atau
keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.16
Wakaf adalah perbuatan hukum Wakif< untuk memisahkan
dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya
guna keperluan Ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut Syariah.17
15
Ibid, Sudirman Hasan, Wakaf Uang Perspektif fiqh,Hukum Positif, dan Manajemen,h…, 12
Kitab Undang-undang hukum perdata, (Rhedbook Publisher, tahun 2008),h, 547
17
Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2006 tentang wakaf
16
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac