Gambaran Populasi Bakteri Pada Kacamata Yang Dipakai Operator/Asisten Operator Selama Operasi Di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

ABSTRAK
GAMBARAN POPULASI BAKTERI PADA KACAMATA YANG DIPAKAI
OPERATORIASISTEN OPERATOR SELAMA OPERASI DI RUMAH SAKIT
IMMANUEL BANDUNG
Lyaniza Meliza B., 2004; Pembimbing I: Fanny Rahardja,dr.M.Si.
Pembimbing II:Eduard P.Simamora,dr.SpB,SpBA.
Infeksi nosokomial telah menjadi salah satu infeksi dengan angka kejadian dan
kematian yang cukup tinggi. Berbagai wacana menyebutkan bahwa intervensi bedah
merupakan salah satu penyebab tersering terjadinya infeksi nosokomial kepada
penderita di samping perawatan yang bersifat invasif yang dilakukan di unit
perawatan intensif
Khususnya di ruangan bedah, serangkaian prosedur menyangkut tindakan asepsis
dan antisepsis telah dilaksanakan dalam upaya mencegah infeksi nosokomial kepada
penderita. Tetapi ada hal yang terabaikan yakni pemakaian kaca mata khusus bedah
sebagai tabir terhadap mata atau pun terhadap kacamata biasa yang dipakai oleh
operator/asisten operator yang berkacamata, pada saat pembedahan. Tidak dapat
dipungkiri bahwa kacamata biasa yang dipakai sehari-hari di luar kamar bedah
berpotensi sebagai sumber infeksi nosokomial dalam pembedahan.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui populasi bakteri pada kacamata
operator bedahlasisten operator yang berada di zona dalam pembedahan secara
deskriptif

Sampel yaitu kacamata yang dipakai operator/asisten operator saat melakukan
pembedahan, diapus, kemudian ditanam ke dalam kaldu darah, lalu diinkubasi. HasH
biakan kaldu darah ditanam pada lempeng agar darah kemudian diinkubasi. Koloni
kuman yang tumbuh diidentifikasi secara makroskopis dan mikroskopis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 sampel yang diteliti, 8 sampel positif
menunjukkan pertumbuhan bakteri, dan 2 sampellainnya tidak menunjukkan adanya
pertumbuhan bakteri.
Kesimpulannya, kacamata yang dipakai oleh operator/asisten operator bedah saat
operasi di RS. Immanuel Bandung adalah benar mengandung bakteri dan sangat
potensial menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.
Dengan demikian, pemakaian kacamata khusus bedah atau tabir khusus terhadap
kacamata para operator/asisten operator saat pembedahan berlangsung adalah penting
dalam upaya meminimalisasi infeksi nosokomialluka bedah.

IV

ABSTRACT

DESCRIPTION OF BACTERIAL POPULATION ON GLASSES USED BY
OPERATOR/OPERATOR'S

ASSISTANT DURING OPERATION IN
IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG

Lyaniza Meliza B., 2004; Tutor I: Fanny Rahardja,dr.M.Si.
Tutor lI:Eduard P.Simamora,dr.SpB,SpBA.
Surgical wound infection has caused the most illness and death in hospitalized
patients as well as the intensive care units which have been the epicenter of
antibiotics resistance in the hospital nowadays.
Aseptic-antiseptic procedure has been developed in operating theatre according to
reduce as much as possible the possibility of nosocomial infection through the
operators to the patient. One simple thing that has been neglected sometimes is the
glasses used from out side of the operating theatre are still being used during the
operation without any of prior cleaning intervention or without any screen device.
To prevent and control these emerging nosocomial infections, we need to pay an
attention into this simple thing. Bacteria are possible to be transferred from the
"dirty" glasses into the surgical wound. Therefore the using of goggles is quite
important according to reduce bacterial contamination.
The objective is to find out the population of microorganisms in the glasses of
operator and operator's assistant who is handle the operation.
Samples (glasses) were swabbed then the first cultivation was done on blood

broth. After 37°C overnight incubation, the sediments from blood broth were
streaked on a blood agar plate and were incubated under the temperature of 37°C.
Macroscopic and microscopic examinations on the colonies were done the day after.
It was found that eight from ten samples were bacterial positives while the rest
both samples were bacterial negatives.
The conclusion is glasses used by operator/operator's assistant during the
operation in Immanuel Hospital Bandung are bacterial positive and potential for
bacterial transmission.
Accordingly, goggles are becoming very important in effort to minimalized the
nosocomial infection on surgical wound.

v

DAFTARISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
SURATPERNYATAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATAPENGANTAR

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPlRAN

11
111
IV
V
VI

viii
X
Xl

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Identiftkasi Masalah
1.3. Maksud dan Tujuan
1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah
1.5. Kerangka Pernikiran

1.6. Metodologi
1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

1
2
2
3
3
3
4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Infeksi Nosokomial
2.2. Bakteri Penyebab
2.3. Epiderniologi
2.3.1. Sumber Infeksi
2.3.2. Perantara
2.3.3. Penderita
2.4. Infeksi Bedah
2.5. Manajernen Pencegahan

2.5.1. Lingkungan Pernbedahan
2.5.2. Instrumen Bedah
2.5.3. Pencucian Tangan
2.5.4. Sarung Tangan
2.5.5. Zona-zona di Ruang Bedah
2.5.6. Personil Kamar Bedah

5
6
7
8
8
9
10
11
12
13
14
14
15


BAB HI BAHAN DAN METODE PENELITIAN

17

BAB IV BASIL DAN PEMBABASAN
4.1. Hasil

19

V111

IX

4.2. Pembahasan

23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

25
25

DAFT AR PUST AKA
LAMPlRAN
RIW AYAT HIDUP

26
27
30

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabe14.1. Tabe1Hasil Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis Bakteri
20

Pada Sampel 1-10


x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Hasil biakan bakteri pada Lempeng Agar Darah dari sampel 1-10

Xl

26

RIWAYATHIDUP

Nama

Lyaniza Meliza B.

Nomor Pokok Mahasiswa


0110081

Tempat dan tanggallahir

Soroako, 18 Januari 1983

Alamat

: JIn. Anggrek 15 Salonsa, Soroako, Sulawesi Selatan

Riwayat Pendidikan
SD YPS Singkole, Soroako, Sulawesi Selatan, 1995
SMP YPS Singkole, Soroako, Sulawesi Selatan, 1998
SMUN 3, Bandung, 2001

30

BABI
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Dalam pembedahan, sterilitas atau tindakan asepsis merupakan syarat mutlak
sebab tindakan bedah adalah pengobatan yang menggunakan cara invasif, yakni
membuka bagian tubuh dengan cara melakukan sayatan, sehingga bila tidak
dilakukan prinsip sterilitas dengan baik, maka akan terjadi translokasi kuman ke
daerah operasi yang dapat mengakibatkan tingginya resiko infeksi.

Udara, kulit

penderita, visera, instrumen bedah, personil dan operator, mempunyai potensi sebagai
sumber infeksi pada proses pembedahan.
Personil medis dan paramedis membawa kuman melalui tubuhnya yang kontak
langsung dengan udara (kulit, lubang hidung, mulut, rambut, kumis, cambang,
jenggot) serta atribut yang melekat pada tubuhnya seperti arloji, kalung, cincin,
gelang, dan kacamata. Untuk itulah meskipun standar peraturan kamar bedah di tiap
rumah sakit tidaklah selalu sarna, ada beberapa aturan baku yang wajib dilaksanakan
oleh tiap personil kamar bedah atau pun orang yang hanya masuk sebentar ke dalam
kamar bedah. Kebersihan pribadi tiap personil haruslah menjadi perhatian utama.
Personil wajib memakai pakaian khusus yakni pakaian dasar dan gaun bedah, rambut
ditutup dengan tutup kepala, masker dipakai untuk menutupi mulut, hidung, kumis,
cambang, dan jenggot, serta mengenakan sarung tangan.

Atribut-atribut seperti

cincin, gelang, dan arloji harus ditanggalkan selama operasi berlangsung.

Yang

menarik ialah, kacamata seringkali tetap digunakan (karena berpengaruh pada
penglihatan operator atau pun asisten operator yang memakai kacamata) tanpa
menyertakan kacamata khusus bedah sebagai tabirnya.

Belum ada literatur yang

secara tegas berbicara tentang keharusan memakai kacamata khusus bedah ini sebagai

1

2

salah satu atribut standar bagi para operator dan asisten operator saat melakukan
tindakan pembedahan.

Akan tetapi di negara-negara maju seperti Amerika dan

banyak negara-negara maju lainnya, pemakaian kacamata khusus ini tampaknya
sudah menjadi kewajiban. Hal ini telah menjadi kesadaran dari para pelaku medis
akan pentingnya meminimalisasi kontaminasi kuman terhadap luka operasi. Dengan
demikian, terjadinya infeksi nosokomial pada penderita pun dapat diminimalisasikan.

1.2. Identifikasi Masalah

Apakah kacamata operator dan asisten operator yang dipakai selama operasi di
kamar

bedah

RS

Immanuel

Bandung

mengandung

bakteri

yang

dapat

mengkontaminasi daerah operasi?

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud diadakannya penelitian ini adalah sebagai tinjauan bagi pembaca pada
umumnya dan personil kamar bedah pada khususnya untuk mulai menggalakkan
kesadaran pemakaian kacamata khusus bedah saat melakukan pembedahan.
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui populasi bakteri yang ada di
kacamata para operator bedah dan asisten operator yang melakukan tindakan operasi,
melalui penelitian laboratorium.

1.4. Manfaat Karya Tulis IImiah

Diharapkan bila maksud peneliti dari penelitian ini tercapai, kontaminasi bakteri
yang

dipindahkan

melalui

personil

kamar

bedah

kepada

penderita

dapat

diminimalisasikan.

1.5. Kerangka Pemikiran

Kacamata adalah barang yang sangat tidak steril. Akan tetapi, benda tersebut
sudah sangat sering "dilayakkan" untuk turut berada (bahkan sangat dekat) di daerah
steriI operasi tanpa dibatasi oleh suatu pelindung apapun. Bukankah tindakan ini
dapat digolongkan sebagai salah satu faktor penyebab infeksi nosokomial bagi
penderita?

Dengan demikian pemakaian kaca mata khusus sebagai "tabir",

merupakan salah satu prosedur penting dalam upaya meminimalisasi

infeksi

nosokomial pada tindakan pembedahan.

1.6. Metodologi

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif, kwalitatif, dan
eksperimental sungguhan dengan ruang lingkup penelitian laboratorium. Dilakukan
dengan pengambilan sampel, penanaman pada lempeng agar, pengamatan ada
tidaknya pertumbuhan bakteri, dan identifikasi bakteri melalui pengamatan koloni
serta pemeriksaan mikroskopis. Sampel yang digunakan ialah kacamata operator dan
asisten operator yang dipakai selama operasi di kamar bedah RS Immanuel Bandung.

4

1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kamar bedah RS Immanuel Bandung, dan di Laboratorium
Mikrobiologi Univesitas Kristen Maranatha pada bulan Februari-Juni 2004.

BABV
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kacamata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah benar mengandung bakteri
yang sangat potensial untuk dapat mengakibatkan terjadinya infeksi nosokomial.

5.2. Saran

Diharapkan melalui penelitian ini, pihak Rumah Sakit Immanuel Bandung, dapat
mulai mempertimbangkan tentang pemakaian kacamata khusus bedah bagi para
operator bedah dan asisten operator saat melakukan tindakan bedah atau, bila hal
tersebut belum sepenuhnya dapat segera terealisasi, langkah sederhana yang dapat
ditempuh ialah dengan menyarankan para operator dan asisten operator bedah yang
berkacamata untuk membersihkan kacamatanya dengan alkohol 70% sesaat sebelum
akan melakukan operasi (sebelum melakukan tindakan antisepsis).
Selain itu, perlu pula dipikirkan penelitian selanjutnya tentang kemungkinan
terjadinya infeksi nosokomial pada operasi dengan operator yang memakai dan yang
tidak memakai kacamata khusus bedah.

25

DAFTAR PUSTAKA

Spicer W.J. 2000. Clinical bacteriology, mycology and parasitology: an illustrated
colour text. London: Harcourt Publishers Limited.
Tortora G.J., Funke B.R, Case C.L. 2001. Microbiology: an introduction. ih ed.
San Fransisco: Addison Wesley Longman, Inc.
Agoes M. Ridad, Ibrahim Ahmadsyah, Ahmad S. Airiza, Tony S. Djajakusumah, M.
Mumuh Effendi, Darmadji Ismono, dkk. 1997. Infeksi dan inflamasi. Dalam:
Warko Karnadiharja, M. Ahmad Djojosugito, Puruhito, R Sjamsuhidajat, Wim de
Jong, editor: Buku ajar ilmu bedah. Edisi revisi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. hal.8.
H. Iskandar Zulkarnain. 1996. Infeksi nosokomial. Dalam: Prof Dr. H.M. Sjaifoellah
Noer, Sarwono Waspadji, A. Muin Rachman, LA Lesmana, Djoko Widodo, Harry
Isbagio, dkk, editor: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi III. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. hal.531-5.
Howard RJ. 1999. Surgical infections. In: Schwartz S.l., Shires G.T., Spencer F.e.,
Daly J.M., Fisher lE., Galloway A.C., editors: Principles of surgery. 7thed. New
York: McGraw Hill. p.130-2.
Puruhito. 1997. Pembedahan. Dalam: Widjoseno-Gardjito, Puruhito, R
Sjamsuhidajat, Wim de Jong, editor: Buku ajar ilmu bedah. Edisi revisi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. ha1.337-8, 354-6.

26