Efektivitas Infusa Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight.)Walp.) Sebagai Antidiare Pada Mencit Swiss Webster Jantan.
ABSTRAK
Efektivitas Infusa Daun Salam (Syzygium polyanthum [Wight.] Walp.)
Sebagai Antidiare Pada Mencit Swiss Webster Jantan
Kiki Kristyana, 2004, Pembimbing I : Endang Evacuasiany, dra, MS, AFK, Apt
Pembimbing II : Winsa Husin, dr, MSc, MKes
Latar belakang : Diare adalah gejala dengan peningkatan volume, peningkatan
konsistensi cairan, dan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3-4 x per hari.
Angka kesakitan diare di Indonesia masih cukup tinggi, terutama pada golongan
anak-anak berumur di bawah lima tahun. Banyak obat-obat sintetik untuk mengatasi
gejala diare, tetapi memiliki berbagai efek samping yang merugikan bagi tubuh.
Penggunaan tanaman sebagai obat tradisional dapat sebagai altematif untuk
mengatasinya. Salah satunya adalah daun salam, yang mengandung tanin, dengan
aktivitas astringen, untuk mengatasi diare.
Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana Syzygium polyanthum [Wight.] Walp. dapat
berefek sebagai antidiare.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain penelitian Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan ruang lingkup penelitian laboratorium eksperimental berupa metode
transit intestinal dan metode protektif terhadap diare oleh Na pikosulfat. Analisis
data, menggunakan ANOVA dan uji beda rata-rata Tukey HSD untuk rasio, frekuensi
defekasi, dan berat feses, sedangkan untuk konsistensi feses dianalisis berdasarkan
persentasenya.
Hasil penelitian : Pada metode transit intestinal, kelompok uji dengan rata-rata rasio
terbesar terdapat pada dosis 0,2 g/25g BB, dengan nilai F = 250,998 dan P-value =
O,OOO...(a = 0,05). Pada metode protektif terhadap diare oleh Na pikosulfat,
kelompok uji dengan rata-rata frekuensi defekasi dan berat feses terkecil, terdapat
pada dosis 0,2 g/25 g BB, dengan nilai F = 5,201 dan 4,184, dengan P-value 0,008
dan 0,018 (a = 0,05). Sedangkan untuk pengamatan konsistensi feses normal,
persentase terbesar terdapat pada dosis 0,2g/25g BB.
Kesimpulan : Infusa daun salam (Syzygium polyanthum [Wight.] Walp.) memiliki
efek sebagai antidiare terhadap mencit, yang menurunkan frekuensi defekasi, berat
feses, dan menambah waktu transit intestinal.
Kata kunci : Diare, daun salam, antidiare.
IV
ABSTRACT
The Effectivity Of Bay Leaf ( Syzygium Polyanthum I Wight.) Walp.) As
Antidiarrhea On Swiss Webster Male Mouse
Kiki Kristyana, 2004, 1st Tutor : Endang Evacuasiany, dra, MS, AFK, Apt
2nd Tutor: Winsa Husin, dr, MSc, MKes
Background: Diarrhea is a symptom with increased of volume, dilution consistency,
and defecation frequency more than 3-4 times per day. Morbidity of diarrhea in
Indonesia is still high, especially on children under jive year. Many synthetic drugs
can be used as therapy for diarrhea symptom, but they have various side effects.
Plants as traditional drugs can he used as alternative therapy, such as hay leaf,
which contain tannins that have an astringent activity to overcome diarrhea.
Objective : To know how Syzygium polyanthum [ Wight.} Walp. effict as
antidiarrhea.
Methods : This research use Complete Random Device design with scope research
of experimental laboratory in the form of intestinal transit methods and protective
methods to diarrhea by Na picosulfate. Data analysis for ratio, defecation frequency,
and stool volume are using ANOVA and Tukey HSD, while for the stool consistency,
analyze by percentage.
Results : On intestinal transit method, test group with the highest mean ratio are
0,2g/25 g BW dose. with Fvalue = 250,998 and P-value = 0,000... (a = 0,05). On
protective to diarrhea by Na picosulfate method, test group with the lowest mean
defecation frequency and stool volume are 0,2g/25 g BW dose, with F value = 5,201
and 4,184, with P-value = 0,008 and 0,018 (a = 0,05). While for the normal stool
consistency, test group with the highest percentage are 0,2g/25g BW dose.
Conclusion: Bay leaf (Syzygium Polyanthum [Wight.] Walp.) has an effect as
antidiarrhea to mouse, by decreasing the defecation frequency, stool volume, and
increasing intestinal transit.
Keywords : Diarhea, bay leaf, antidiarrhea.
v
DAFTARISI
iv
ABSTRAK ...
ABSTRA CT
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Diagram
.
Daftar Lamplran
...
v
vi
vii
ix
... x
xi..
xu
BABI PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Kegunaan Penelitian.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
1.5.2 Hipotesis
1.6 Metodologi .
1.7 Lokasi dan Waktu
BAB II TINJAUAN PUST AKA
2.1 Usus Keeil
2.1.1 Anatomi Usus .Keeil
2.1.2 Histofisiologi Usus .Keeil
2.2 Kolon
...
2.2.1 Anatomi Kolon
2.2.2 Histofisiologi Kolon
2.3 Persarafan Usus
2.4 Pergerakan Usus...
2.5 Mekanisme Defekasi
2.6 Diare ...
2.6.1 Diare Berdasarkan Penyebabnya
2.6.1.1 Diare Karena Bakteri Enteropatogen
2.6.1.2 Diare Karena Virus Enteropatogen
2.6.1.3 Diare Karena Parasit Enteropatogen
2.6.2 Diare Berdasarkan Patofisiologinya
2.6.2.1 Diare Sekretorik
2.6.2.2 Diare Eksudatif
2.6.2.3 Diare Osmotik
2.6.3 Penatalaksanaan Diare
2.6.3.1 Rehidrasi
2.6.3.2 Obat-obat yang Bekerja Lokal
2.6.3.3 Obat-obat yang Mengurangi Motilitas Usus
2.6.3.3.1 Turunan Opiat
vu
1
2
2
2
3
.,. 3
3
3
4
... 5
6
6
9
9
10
12
... 13
14
15
16
16
19
20
20
20
21
21
22
23
24
25
26
Vlll
2.6.3.3.2 Parasimpatolitik
2.6.3.3.3 Relaksan Otot Polos
2.7 Syzygium polyanthum [Wight.] Walp
2.7.1 Taksonomi
2.7.2 Deskripsi..
2.7.3 Kandungan dan Efek Farmakologi
2.7.4 Tanin
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
3.1.2 Bahan-bahan
3.2 Metode Penelitian..
3.2.1 Desain Penelitian
3.2.2 Variabel Penelitian
3.3 Persiapan Penelitian .,
3.3.1 Persiapan Hewan Coba
3.3.2 Persiapan Bahan Uji
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Metode Transit Intestinal
3.4.2 Metode Proteksi Terhadap Diare oleh Na pikosulfat
3.5 Metode Analisis.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Penelitian Metode Transit Intestinal
4.1.2 Hasil Penelitian Metode Proteksi
Terhadap Diare oleh Na pikosulfat
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Metode Transit Intestinal
4.2.2 Pembahasan Metode Proteksi Terhadap Diare
oleh Na pikosulfat
4.3 Uji Hipotesis
27
28
29
29
29
31
32
35
35
35
35
35
36
36
36
36
37
37
38
38
39
39
41
46
46
47
49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
50
50
DAFTAR PUST AKA
LAMPlRAN
RIWAYAT HIDUP
51
54
68
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Perbandingan Rata - rata Rasio Jarak Usus Yang Ditempuh Norit
Terhadap Panjang Usus Mencit Keseluruhan Pada Masing - masing
Perlakuan Berdasarkan AND VA
Tabel4.2 Perbandingan Rata - rata Rasio Masing - masing Perlakuan
Berdasarkan Uji Beda Rata-rata Tukey HSD
39
40
Tabel4.3 Perbandingan Frekuensi Defekasi dan Berat Feses Masing - masing
Perlakuan Berdasarkan AND VA
Tabel4.4 Perbandingan Rata - rata Frekuensi Defekasi Masing - masing
Perlakuan Berdasarkan Uji Beda Rata-rata Tukey HSD
41
42
Tabel4.5 Perbandingan Rata - rata Berat Feses Masing - masing
Perlakuan Berdasarkan Uji Beda Rata-rata Tukey HSD
Tabel4.6 Persentase Konsistensi Feses pada
Masing-masing Perlakuan
IX
43
44
DAFT AR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Usus ..Kecil
5
Gambar 2.2 Gambaran Mikroskopis Struktur Usus Kecil
8
Gambar 2.3 Anatomi Kolon..
9
Gambar 2.4 Gambaran Mikroskopis Kolon
11
Gambar 2.5 Mekanisme Defekasi
15
Gambar 2.6 Daun Salam
30
Gambar 2.7 Struktur Kimia Hydrolyzable tannins
32
Gambar 2.8 Struktur Kimia Proanthocyanidins dan anthocyanidins
33
x
DAFT AR DIAGRAM
Diagram 4.1 Rata-rata Rasio pada Masing-masing Perlakuan
39
Diagram 4.2 Rata-rata Frekuensi Defekasi pada
Masing - masing Perlakuan
41
Diagram 4.3 Rata-rata Berat Feses untuk Masing-masing
Perlakuan
42
Diagram 4.4 Rata-rata Persentase Konsistensi Feses
Normal pada Masing-masing Perlakuan
45
Diagram 4.5. Rata-rata Persentase Konsistensi Feses Lunak
pada Masing-masing Perlakuan
45
Xl
DAFT AR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Dosis Daun Salam
51
Lampiran 2. Perhitungan Dosis Loperamid
52
Lampiran 3. Perhitungan Dosis Norit
53
Lampiran 4. Perhitungan Dosis Na pikosulfat
54
Lampiran 5. Lampiran Hasil Perhitungan Statistik
Pada Metode Transit Intestinal
Menggunakan Perangkat Lunak SPSS Ver. 10
55
Lampiran 6. Lampiran Hasil Perhitungan Statistik
Pada Metode Proteksi Diare Terhadap Na pikosulfat
Menggunakan Perangkat Lunak SPSS Ver. 10
57
xii
LAMPIRAN
1
Perhitungan Dosis Daun Salam
Berat 50 lembar daun salam segar = 60 g
Berat 50 lembar daun salam kering = 20,75 g
Penggunaan empiris daun salam pada manusia sebagai antidiare:
20 lembar = 8,3g 1 dosis manusia
~
Konversi untuk mencit dengan berat badan :t 25 g : 8, 3 g x 0,0026 = 0,02 g
Pemberian cairan peroral yang dapat ditoleransi oleh mencit, maksimal
sebanYak 0,25 cc
Daun salam yang diberikan, dilarutkan menggunakan aquadest
Infusa daun salam yang diberikan pada mencit, diberikan dalam tiga dosis,
jadi :
Dosis 1 : 0,02g/0,25cc aquadestper ekor mencit 1 dosis manusia
~
Dosis 2 : 0,02 g x 5 = 0,1 g/0,25 cc aquadest per ekor mencit
~
5 dosis
manusIa
Dosis 3 : 0,02 g x 10 = 0,2 g/0,25 cc aquadest per ekor mencit
manusIa
54
~
10 dosis
LAMPI RAN 2
Perhitungan Dosis Loperamid
Dalam 1 tablet obat anti diare yang digunakan pada penelitian, mengandung 2
mg loperamid HCI
Dosis pada manusia dewasa : 2 tablet
==
4 mg
Konversi untuk mencit dengan berat badan :!: 25 mg :
4 mg x 0,0026 ==0,01 mg
Pemberian peroral maksimal yang dapat ditoleransi oleh mencit : 0,25 cc
Dbat yang diberikan, dilarutkan menggunakan aquadest
Jadi, dosis loperamid yang diberikan : 0,01 mglO,25 cc aquadest per ekor
mencit
55
LAMPIRAN 3
Perhitungan Dosis Norit
Satu tablet norit = 125 mg
Dosis untuk manusia dewasa : 6 tablet = 750 mg
Konversi untuk mencit dengan berat badan :t 25 mg :
750 mg x 0,0026 = 1,95 mg, dibulatkan menjadi 2 mg
Pemberian peroral maksimal yang dapat ditoleransi oleh mencit : 0,25 cc
Norit yang diberikan, dilarutkan menggunakan CMC (Carboxy Methyl
Cellulose) 1%.
Jadi, dosis norit yang diberikan : 2 mglO,25 cc CMC 1% per ekor mencit
56
LAMPIRAN 4
Perbitungan Dosis Na pikosulfat
Laksansia rnengandung 5 rng Na pikosulfat per 10 tetes
Dosis untuk rnanusia dewasa : 8-12 tetes
Dosis yang diberikan untuk mencit: 10tetes = 5 mg 1 dosis manusia
~
Agar memberikan efek yang jelas, diberikan setara dengan 5 dosis manusia:
10 tetes x 5 = 50 tetes = 25 mg Na pikosulfat
Konversi untuk mencit dengan berat badan :t 25 mg :
25 mg x 0,0026 = 0,065 mg, atau
[
0,065 mJ x 10 tetes = 0,13 tetes
5mg]
Pemberian peroral maksimal yang dapat ditoleransi oleh mencit : 0,25 cc
Obat yang diberikan, dilarutkan menggunakan aquadest
Jadi, dosis laksansia L yang diberikan : 0,065 mg/0,25 cc aquadest per ekor,
atau 0,13 tetes/0,25 cc aquadest per ekor mencit
57
LAMPI RAN 5
Data Pengamatan Efek Masing-masing Perlakuan Terhadap Rasio Jarak Usus
Yang Ditempub Norit Terbadap Panjang Usus Mencit Keseluruban
Kelom ok
Kontrol negatif
(Aquadest)
Kontrol positif
(loperamid)
Infusa daun
salam 0,02g/25g
BB
Infusa daun
salam 0,lg/25g
BB
Infusa daun
salam 0,2g/25g
BB
No
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Panjang usus
keseluruhan (em)
A
58
55
65
65
57
55
67
52
70
58
58
60
55
58
50
60
77
50
55
65
58
Panjang usus yang
dilalui norit (em)
B
32
30
35
35
17
15
18
15
36
28
28
30
25
27
24
27
30
18
20
25
Rasio = B:A
(%)
55,17
54,54
53,84
53,84
29,82
27,28
26,87
28,84
51,42
48,28
48,28
50,00
45,45
46,55
48,00
45,00
38,97
36,00
36,37
38,47
LAMPI RAN 6
Data Pengamatan
Kel. I
Kel. II
Kel. IV
2 - 2,5 2,5-3
-0,5
°jam
0,5- I
I - 1,5 1,5- 2
Jam
jam
jam
jam
jam
1.
0
1
2
I
2
1
2.
0
0
0
2
3
3.
0
0
0
0
4.
0
0
1
0
Total
7
6
3
4
7
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2.
0
3.
2
0
4.
0
0
2
0
0
0
1.
0
0
2
0
0
0
2
2.
2
2
0
0
0
5
3.
0
0
4
0
0
0
4
4.
0
0
4
0
0
0
4
1.
0
0
0
0
2
0
0
5
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
2
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2.
3.
1.
2
0
2
2.
3.
0
0
4.
Kel. V
Terhadap
No.
1.
Kel. III
Efek Masing-masing Perlakuan
Frekuensi Defekasi Mencit
0
4.
2
3
4
Keterangan:
No
Kel. IV = Dosis 0,1 g/25 g BB
= Nomor mencit
Kel. V = Dosis 0,2 g/25 g BB
Kel. I = Aquadest
Kel. II = Loperamid
Kel. III = Dosis 0,02 g/25 g BB
59
LAMPIRAN 7
Data Pengamatan
Kel. I
Kel. II
Kel. III
Kel. N
-
-
-
2 - 2,5
Jam
2,5-3
jam
Total
80
100
60
480
0
60
100
40
200
0
0
0
50
120
170
0
0
50
50
180
40
320
1.
60
0
50
0
0
0
110
2.
0
40
0
0
0
0
40
3.
50
0
40
0
0
0
90
4.
0
0
40
0
0
0
40
1.
0
0
100
0
0
0
100
2.
100
70
80
0
0
0
250
3.
0
0
220
0
0
0
220
4.
0
0
200
0
0
0
200
1.
0
1
0
0
0
100
0
0
245
0
0
0
40
0
0
0
160
No.
0- 0,5
jam
0,5 1
jam
1 1,5 1,5 2
jam
jam
1.
0
40
200
2.
0
0
3.
0
4.
2
2.
3.
0
0
2
4.
Kel. V
Efek Masing-masing Perlakuan Terhadap
Herat Feses Mencit (mg)
1.
0
40
50
0
0
0
90
2.
40
80
0
0
0
0
120
3.
0
50
0
0
0
0
50
4.
50
70
40
0
0
0
160
Keterangan:
No
Kel. I
= Nomor mencit
Kel. IV = Dosis 0,1 g/25 g BB
Kel. V = Dosis 0,2 g/25 g BB
= Aquadest
Kel. II = Loperamid
Kel. III = Dosis 0,02 g/25 g BB
60
LAMPI RAN 8
Data Pengamatan
Kel. II
Kel. III
Kel. IV
Kel. V
Terhadap
0,5- I
I - 1,5
1,5- 2
2 - 2,5 2,5 -3
jam
jam
jam
jam
jam
jam
1.
0
Kl
Kl
Kl
K2
K2
60
40
2.
0
0
0
Kl
K2
K2
33
67
3.
0
0
0
0
K2
K2
0
100
4.
0
0
Kl
Kl
K2
K2
50
50
1.
Kl
0
Kl
0
0
0
100
0
2.
0
Kl
0
0
0
0
100
0
3.
Kl
0
Kl
0
0
0
100
0
4.
0
0
Kl
0
0
0
100
0
1.
0
0
K2
0
0
0
0
100
2.
K2
K2
K2
0
0
0
0
100
3.
0
0
Kl
0
0
0
100
0
4.
0
0
Kl
0
0
0
100
0
1.
0
Kl
Kl
0
0
0
100
0
2.
Kl
Kl
Kl
0
0
100
0
3.
0
Kl
0
0
0
0
100
0
4.
K2
K2
K2
0
0
0
0
100
1.
0
KI
Kl
0
0
0
100
0
2.
Kl
K2
0
0
0
0
50
50
3.
0
Kl
0
0
0
0
100
0
4.
KI
Kl
KI
0
0
0
100
0
No.
KeI. I
Efek Masing-masing Perlakuan
Konsistensi Feses Mendt (%)
0-0,5
Total
K2
Total
KI
Keterangan:
K1
= Konsistensi feses normal
K2
= Konsistensi feses lunak
No
= Nomor mencit
Kel. III = Dosis 0,02 g/25 g BB
Kel. I = Aquadest
Kel. IV = Dosis 0,1 g/25 g BB
Kel. II = Loperamid
Kel. V = Dosis 0,2 g/25 g BB
61
LAMPIRAN
9
Lampiran Hasil Perhitungan Statistik Pada Metode Transit Intestinal
Menggunakan Perangkat Lunak SPSS Ver. 10
Oneway
Descriptives
Rasio
N
Kontrol ( - )
Kontrol ( + )
Oosis 1
Oosis 2
Oosis 3
Total
4
4
4
4
4
20
Std. Deviation
,6400
1,3723
1,5180
1,3360
1,4854
9,5981
Mean
54,3475
28,2025
49,4950
46,2500
37,4525
43,1495
Minimum
53,84
26,87
48,28
45,00
36,00
26,87
Maximum
55,17
29,82
51,42
48,00
38,97
55,17
F
250,998
SiQ.
,000
ANOVA
Rasio
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
1724,569
25,766
1750,335
df
4
Mean Sauare
431,142
1,718
15
19
62
63
Post Hoc Tests
Multiple
Dependent Variable:
Tukey HSD
Rasio
Mean
Difference
(I-J)
26,1450"
(J\ Perlakuan
Kontrol ( + )
Dosis 1
Dosis 2
Dosis 3
Kontrot ( )
en Perlakuan
Kontrol ( )
-
4,8525"
8,0975"
16,8950"
-26,1450"
-21,2925"
-18,0475"
-
Kontrol ( + )
Dosis 1
Dosis 2
Oosis 3
Kontrol ( - )
Kontrol ( + )
Dosis 2
Dosis 1
-9,2500"
-4,8525"
21,2925"
3,2450"
12,0425"
Dosis3
Kontrol ( - )
Kontro! ( + )
Dosis1
Oosis 3
Kontrol ( - )
Kontrot ( + )
Dosis2
Oosis 3
-8,0975"
18,0475"
-3,2450"
8,7975"
-16,8950"
9,2500"
-12,0425"
-8,7975"
Dosis 1
Dosis 2
". The
mean
Homogeneous
Comparisons
difference
is significant
at the
95% Confidence
Interval
UDDer Bound
29,0067
7,7142
Std. Error
,9267
,9267
,9267
Sic.
,000
,001
,000
Lower Bound
23,2833
,9267
,9267
,000
,000
,000
,000
,000
14,0333
10,9592
19,7567
-29,0067
-24,1542
-20,9092
-12,1117
-23,2833
-18,4308
-15,1858
-6,3883
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
1 ,9908
5,2358
,001
,000
,023
,000
,000
-7,7142
18,4308
,3833
9,1808
-1,9908
24,1542
6,1067
14,9042
-10,9592
15,1858
-5,2358
20,9092
-6,1067
5,9358
-,3833
11,6592
,000
,000
,000
-19,7567
6,3883
-14,0333
12,1117
-14,9042
,000
-11,6592
-9,1808
-5,9358
,000
,023
,000
.05 level.
Subsets
Rasio
Tukey H scf
Perlakuan
Kontrol ( + )
Dosis 3
Dosis 2
Dosis 1
Kontrol ( )
-
Sig.
N
4
4
4
4
4
1
28,2025
2
Subset for alDha
3
= .05
4
5
37,4525
46,2500
49,495Q
1,000
Means for groups in homogeneous
a. Uses Harmonic
Mean Sample
1,000
subsets
are displayed.
Size = 4,000.
1,000
1,000
54,3475
1,000
LAMPIRAN
10
Lampiran
HasH Perhitungan
Statistik
Pada Metode Proteksi Diare
Lunak SPSS Ver. 10
Terhadap
Na pikosulfat
Menggunakan
Perangkat
Oneway
Oescrlptlves
Frekuensi
N
(
Kontrol
Kontrol
-)
(+ )
Oosis 1
Oosis 2
Dosis 3
Total
4
4
4
4
4
20
Mean
6,0000
1,7500
3,7500
3,0000
2,5000
3,4000
Std. Deviation
1,4142
1 ,2583
1,2583
1,8257
1,2910
1,9574
Minimum
4,00
,00
Maximum
7,00
3,00
2,00
1,00
1,00
,00
5,00
5,00
4,00
7,00
ANOVA
Frekuensi
Between
Within
Total
Groups
Groups
Sum of
Sauares
42,300
30,500
72,800
df
4
Mean SQuare
10,575
2,033
15
19
64
F
5,201
Sic.
,008
65
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent
Tukay
Variable: Frekuensi
HSO
(I) Pertakuan
Kantral ( - )
Mean
Difference
(I-J\
4,2500'
2,2500
(J) Partakuan
Kontral ( + )
Oasis 1
(+ )
Kantrol
Oasis 2
Oasis 3
Kantrol ( - )
Oasis 1
Oasis
Oasis
Kantral
Kantrol
Oasis
Oasis
Kantrol
Kantrol
Oasis 1
Oasis 2
3,5000'
-4,2500'
-2,0000
2
3
( )
(+ )
2
3
(
-)
(+ )
mean
difference
Homogeneous
1,0083
1,0083
-3,5000'
,7500
-1,2500
-,SOOO
is significant althe
5,3636
6,1136
6,6136
-7,3636
-5,1136
-1,1364
1,1136
-4,3636
-3,8636
-5,3636
-1,1136
-2,3636
-1,8636
-6,1136
-1,8636
1,8636
2,3636
,8636
,062
,729
,943
,987
1,0063
1 ,0083
1,0083
-,7500
,SOOO
-,8636
-,1136
,3864
,320
,943
,729
1,0083
1,0083
-3,0000
1,2500
Interval
Uooer Bound
7,3636
,729
,943
,221
1 ,0083
1,0083
1,0083
1,0083
-2,2500
2,0000
,7500
1,2500
Lower Bound
1,1364
,024
,006
,320
1 ,0083
-1,2500
-,7500
-
'. The
1 ,0083
1 ,0083
1,0083
1,0083
3,0000
Oasis 1
Oasis 3
Kantrol ( )
Kontrol ( + )
Oasis 1
Oasis 2
Dosis3
95% Confidence
SiQ.
,006
,221
,062
Std. Error
1,0083
,024
,943
,729
,987
1,0083
1,0083
1,0083
.05 level.
Subsets
Frekuensi
Tukey HScf
Subset
Perlakuan
Kontrol ( + )
Dosis 3
Dosis 2
Dosis 1
Kontrol ( - )
Sig.
N
4
4
4
4
4
for aloha = .05
1
1,7500
2,5000
3,0000
3,7500
,320
2
3,0000
3,7500
6,0000
,062
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
-3,8636
-2,6136
-6,6136
5,1136
3,8636
4,3636
,1136
4,3636
2,3636
3,6136
-2,3636
-4,3636
-,3864
3,8636
1,8636
-3,6136
2,6136
66
Oneway
Descriptives
Berat
Feses
N
Kontrol
Kontrol
Oosis
Oasis
Oasis
Total
(-)
(+ )
1
2
3
4
4
4
4
4
20
Std. Deviation
140,8013
48,3046
65,0000
87,5000
46,5475
109,9794
Mean
292,5000
70,0000
192,5000
136,2500
105,0000
159,2500
Minimum
170,00
,00
100,00
40,00
50,00
,00
Maximum
480,00
110,00
250,00
245,00
160,00
480,00
ANOVA
Berat Feses
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
121195,0
108618,8
229813,8
df
4
15
19
Mean Square
30298,750
7241 ,250
F
4,184
SiQ.
,018
67
Post Hoc Tests
Multiple
Dependent
Tukey
Variable:
Berat Feses
HSD
(I) Perlakuan
Kontrol ( - )
Mean
Difference
(I-J)
222,5000'
100,0000
(J) Perlakuan
Kontrol ( + )
Dosis
1
(+ )
1
,016
Bound
36,6928
60,1716
-85,8072
285,8072
342,0572
60,1716
,047
-29,5572
1,6928
-222,5000.
60,1716
,016
-408,3072
Dosis 1
Dosis 2
-122,5000
60,1716
,297
-308,3072
-252,0572
119,5572
-35,0000
60,1716
60,1716
,803
Dosis 3
,976
-220,8072
150,8072
60,1716
,484
-285,8072
85,8072
60,1716
,297
-63,3072
308,3072
(
Kontrol
-)
-66,2500
)
(+ )
(
-100,0000
122,5000
56,2500
60,1716
,879
-129,5572
242,0572
87,5000
60,1716
,605
-98,3072
273,3072
-156,2500
66,2500
60,1716
,121
-342,0572
29,5572
60,1716
,803
-119,5572
252,0572
1
-56,2500
60,1716
,879
-242,0572
129,5572
Dosis 3
31,2500
60,1716
-154,5572
217,0572
-187,5000.
60,1716
,984
,047
-373,3072
35,0000
60,1716
,976
-150,8072
-1,6928
220,8072
-273,3072
-217,0572
154,5572
( )
(+ )
Kontrol
)
(+ )
(
Kontrol
Kontrol
Dosis
1
-87,5000
60,1716
,605
Dosis 2
-31,2500
60,1716
,984
.. The mean difference
is significant
at the .05Ieve!.
Homogeneous Subsets
Berat Feses
Tukey HSEf
-
-36,6928
63,3072
Dosis 2
Dosis
Sig.
373,3072
Dosis 3
Kontrol
Perlakuan
Kontrol ( + )
Oosis 3
Oosis 2
Oosis 1
Kontrol ( )
Interval
Upper Bound
408,3072
,484
Kontrol
Dosis 3
Lower
,121
Kontrol
Dosis 2
Sic.
60,1716
Dosis 3
Kontrol
95% Confidence
Std. Error
60,1716
156,2500
187,5000.
Dosis 2
Dosis
Comparisons
N
4
4
4
4
4
Subset for aloha = .05
1
2
70,0000
105,0000
136,2500
136,2500
192,5000
192,5000
292,5000
,121
,297
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =4,000.
98,3072
RIWAYATHIDUP
Nama
: KilO Kristyana
NRP
: 0110158
Tempat dan Tanggal Lahir
: Bandung, 30 Januari ] 983
Alamat
: Parahyangan Rumah Villa B-105, Cijerokaso,
Geger Kalong Hilir, Bandung
Riwayat Pendidikan
SDN Pengadilan 3 Bogor, ] 995
SLTPN 4 Bogor, 1998
SMUN 2 Bogor, 2001
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 2001-sekarang.
68
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diare adalah suatu keadaan yang ditandai oleh peningkatan
volume,
peningkatan konsistensi cairan, dan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3-4
kali per hari. Diare merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah
penyakit kardiovaskular. Di Indonesia, diare masih memiliki angka kesakitan
yang cukup tinggi, terutama pada golongan anak berumur di bawah lima tahun.
Sejak tabun 1961 sampai tahun 2004, masih terdapat 135.000 kematian anak
balita dan 40.000 kematian penduduk dewasa akibat diare per tahunnya. Wabah
diare dimulai pada tahun 1961 di Sulawesi Selatan dan selanjutnya berkembang
menjadi pandemi ke seluruh dunia. Sejak saat itu Departemen Kesehatan
Indonesia mencanangkan program pemberantasan diare
(Ahlquist, Camilerri,
2001; Thillainayagam, 2004; Anonymus, 2004).
Saat ini banyak terdapat obat-obat sintetik untuk mengatasi gejala diare, namun
demikian obat-obat sintetik tersebut memiliki berbagai efek samping yang
merugikan bagi tubuh. Masyarakat pada umumnya telah mengenal berbagai jenis
tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat. Pendayagunaan tanaman
sebagai obat tradisional merupakan salah satu altematif untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat dibidang kesehatan. Para ahli dari berbagai negara
tidak henti-hentinya mengadakan penelitian dan pengujian terhadap berbagai
tanaman yang secara tradisional dipakai untuk penyembuhan macam-macam
penyakit.
Kemajuan
ilmu kedokteran
mengubah
cara masyarakat
dalam
menanggulangi atau menyembuhkan suatu penyakit dengan menggunakan obat
modem, padahal pengetahuan masyarakat tentang tanaman obat belum tergali
dengan baik, maka untuk lebih menggali potensi bahan obat yang berasal dari
tanaman diperlukan suatu analisis ilmiah (Thomas, 1989).
Tercatat ada 117 tanaman yang digunakan masyarakat, terutama di pedesaan,
untuk mengatasi diare. Namun hanya 21 tanaman yang telah diteliti daya
1
2
antidiarenya, 33 tanaman diteliti daya antibakterinya, dan 29 tanaman telah diteliti
pengaruhnya terhadap usus. Salah satunya adalah daun salam, tanaman ini sudah
sangat umum bagi masyarakat Indonesia karena mudah ditemukan di pekaranganpekarangan sekitar rumah. Dalam penelitian menggunakan hewan percobaan
kelinci, terbukti rebusan daun salam dapat menurunkan kontraksi usus, sementara
penelitian menggunakan tikus yang dibuat diare juga membuktikan, infusa daun
salam menunjukkan aktivitas antidiare (Wien, 2002).
Penelitian ini dilakukan untuk menilai efektivitas infusa daun salam (Syzygium
polyanthum [Wight.] Walp.) sebagai tanaman yang memiliki khasiat antidiare,
dan diharapkan memiliki efek yang cukup potensial.
1.2. Identifikasi Masalah
Apakah Syzygium polyanthum [Wight.] Walp. memiliki efektivitas sebagai
antidiare ?
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian
ini adalah untuk mengetahui
bagaimana
Syzygium
polyanthum [Wight.] Walp. dapat berefek sebagai antidiare.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas antidiare daun salam
dengan mengamati pola defekasi dan transit intestinal mencit.
1.4. Kegunaan Penelitian
Secara akademik, diharapkan dapat memperluas wawasan ilmu farmakologi
mengenai tanaman obat asli Indonesia, khususnya daun salam.
Secara praktis, diharapkan dapat digunakan sebagai obat alternatif antidiare.
3
1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1. Kerangka Pemikiran
Menurut Vander, Sherman, dan Luciano (1990), diare memiliki karakteristik
yang khas, ditandai
peningkatan
abnormal
oleh peningkatan
konsentrasi
abnormal
air dalam
frekuensi
defekasi
feses yang terjadi
dan
karena
ketidakseimbangan proses absorbsi dan sekresi pada saluran pencemaan, dengan
akibat konsistensi feses menjadi cairo Feses yang cair tersebut bergerak melalui
kolon dengan cepat dan tidak terkontrol sebagai reaksi dari gerak peristaltik yang
cepat. Peningkatan gerak peristaltik yang menyertai diare terjadi sebagai akibat
dari distensi yang dihasilkan oleh peningkatan cairan dalam lumen saluran
pencemaan.
Syzygium polyanthum [Wight.] Walp. mengandung tanin yang bekerja sebagai
astringen, dengan mempresipitasi
protein pada membran mukosa melalui
pembentukkan lapisan koagulasi tipis, dan secara perlahan dapat memperbaiki
diare tanpa memperburuk infeksi dengan mengurangi peristaltik usus (Bone,
Mills, 2000).
1.5.2. Hipotesis
Syzygium polyanthum [Wight.] Walp. berefek antidiare.
1.6. Metodologi
Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental, menggunakan dua metode,
yaitu metode transit intestinal dan metode proteksi terhadap diare oleh natrium
(Na) pikosulfat. Analisis data, menggunakan metode Anova dan Tukey HSD untuk
rasio, frekuensi defekasi, dan berat feses, sedangkan untuk konsistensi feses
dianalisis berdasarkan persentasenya.
4
1.7. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha pada bulan Februari
- Desember
2004.
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Infusa daun salam (Syzygium polyanthum [Wight.] Walp.) memiliki efek
antidiare terhadap mencit, yang menurunkan frekuensi defekasi, berat feses, dan
meningkatkan waktu transit intestinal. Pada metode transit intestinal, efektivitas
infusa daun salam terlihat pada ketiga dosis yang diberikan, sedangkan pada
metode proteksi diare oleh Na pikosulfat hanya terlihat pada dosis 0,2 g /25 g BB.
5.2 Saran
Perlu pengujian efek antimikroba daun salam untuk menunjang khasiat daun
salam sebagai antidiare.
50
DAFTAR PUSTAKA
Ahlquist D.A., Camilleri M. 2001. Diarrhea and Constipation in Principles of
Internal Medicine. 15thed. New York: McGraw Hill. P. 241-247.
Anonymus., Negeri Sarang Penyakit.,
0402/28/Fokus/., 12 April 2004.
http://www.kompas.com/kompas-cetakl
Bambang Sutrisno.1998. Taksonomi Spermatophyta untuk Farmasi. Edisi I. Jakarta:
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Hal. 152-156.
Bone K., Mills K. 2000. Principles and Practice of Phytotherapy Modern Herbal
Medicine. New York: Churcill Livingstone. P. 34-36, 161-178.
Bruneton J. 1999. Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants.
Lavoisier Publishing. P. 385-395.
2nd ed. Paris:
Canna., Antonello. 2001., Tannins., http://www.ansci.comell.Edu/plants/toxicagents/
tannin/index.html., 20 Mei 2004.
Carola R., Harley J.P., Noback C.R 1990. The Digestive System in Human Anatomy
and Physiology. New York: McGraw Hill. P. 682-720.
Didik Gunawan, Imono Argo Donatus, Pumomo, Subagus Wahyuono, Sudarsono.
2002. Tumbuhan Dbat II (Hasil Penelitian, Sifat-sifat, dan Penggunaan).
Yogyakarta: UGM. Hal. 174-175.
Dorland W.A.N. 2002. Hemi Koesoemawati., Huriawati Hartanto., Ivo Novita
Salim., Lyana Setiawan., Valleria., Wanny Suparman., editor: Kamus Kedokteran
Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC. P. 201,465,2172.
Farabee M.J., 2001., SmallIntestine., http://www.emc.maricopa.edu/faculty/
farabee/BIOBK/humdigest_2.gif., 8 September 2004.
Fedorak RN., Pare P., Thomson A.B.R., 2000., The Small Intestine.,
http://www.gastroresource.comlGITextbook/en/chapter717-1-pr.htm. , 15 Mei
2004.
Ganong W.F. 2003. Small Intestine and Colon in Review of Medical Physiology. 21st
ed. Boston: McGraw Hill. P. 471-483.
Ghishan F.K. 2004. Chronic Diarrhea in Behrman RE., Kliegman RM., Jenson
H.B., editors: Nelson Textbook of Pediatrics. 17thed. Philadelphia: Saunders. P.
1276-1282.
51
52
Guyton A.C., Hall J.E. 1997. Fisiologi Gastrointestinal dalam: lrawati Setiawan.,
editor: BukuAjar Fisiologi Kedokteran. Edisi 1.Jakarta: EGC. Hal. 987-1059.
Hembing Wijayakusuma., 2000., Sehat Dengan Daun Salam., www.suarakaryaonline.com/news.html?id=97555., 10 September 2004.
Hery Winarsi., 2001., Peran Serta
Mempertahankan
Tubuh
Sehat.,
indiv2001/hery
_winarsi.htm.,
Makanan (Dietary Fiber) Untuk
http://www.hayatiipb.com/users/rudyctl
10 Oktober 2004.
Home J.S., Swanson L.N., 2002., Diarrhea., http://www.uspharmacist.com/
oldformat.asp?url=newlook/fileslFeati ACF2EF8.cfm&pub _id=8&article _id=3 7.,
4 Desember 2004.
Jafri S., Pasricha P.J. 2001. Agents Used For Diarrhea, Constipation, and lnflamatory
Bowel Disease in Gilman A.G., Hardman J.G., Limbira L.E., editors: Goodman
and Gillman's The Pharmalogical Basics of Therapeutics. 10th ed. New York:
McGraw Hill. P.I037-1041.
Jazanul Anwar. 2000. Obat yang Beketja Pada Usus Halus dalam Farmakologi dan
Terapi (Obat-obat Saluran Cerna). Jakarta: Hipokrates. Hal. 50-62.
Junqueira L.C., Carneiro J., Kelley R.O. 1998. Sugiarto Kumala, Alex Santoso.,
editor: Histologi Dasar. Edisi 8. Jakarta: EGC. Hal. 300-307.
Leeson C.R., Leeson T.S.,
Paparo A.A. 1996. Jan Tambayong.,
Sugito
Wonodirekso., editor: Buku Ajar Histologi. Edisi V. Jakarta: EGC. Hal. 356-369.
Luciano D.S., Sherman J.H., Vander A.J. 1990. The Digestion and Absorption in
Human Physiology. 5thed. New York: McGraw HilL P. 513-547.
Martini H.F. 2004. Digestive System in Fundamentals of Anatomy and Physiology.
6th ed. San Fransisco: Pearson Education. P. 914.
Pickering L.K., Snyder J.D. 2004. Gastroenteritis in Behrman R.E., Kliegman R.M.,
Jenson H.B., editors: Nelson Textbook of Pediatrics. 17th ed. Philadelphia:
Saunders. P. 1271-1276.
53
Sanaka M.R., Soffer E.E., 2002., httt://www.clevelandclinicmed.edu.comldisease
management! gastro/diarrheal diarrhea l.htm., 4 Desember 2004.
Setiawan Dalimartha. 2002. Emi Priyatini., editor: Atlas Tumbuhan Obat Indonesia
Jilid 2., Jakarta: Trubus Agriwidya. Hal. 162-165.
Snell R.S. 1997. Adji Dharma., editor: Anatomi Klinik. Edisi 3. Jakarta: EGC. Hal.
217-309.
Thillainayagam A.V., 2003., Diarrhoea., http://www.extenza-eps.comlextenzal
loadHTML?objectIDValue=2861O&type=abstract., 12 April 2004.
Thomas A.N.S., 1989., Tanaman Obat Tradisionall. edisi 18. Yogyakarta: Penerbit
Kanisisus. Hal. 7-8.
Thompson W.G., 2001., Diarrhea., http://www.gastroresource.comlGITextbooki
en/chapter lIl-l1.htm., 15 Mei 2004.
Vanner S.J., 2003., Physiology of the Colon., http://www.gastroresource.coml
GITextbookien/chapter11111-2.htm., 15 Mei 2004.
Wien Winarno. 2002. Stop Diare Dengan Jambu Biji dan Salam dalam Cisca
Setiawan., Helen Ishwara., Supriapto Yahya., Xenia Moeis., editor: Tanaman
Berkhasiat. Edisi 1.Jakarta: Intisari Mediatama. P. 143-148.
Efektivitas Infusa Daun Salam (Syzygium polyanthum [Wight.] Walp.)
Sebagai Antidiare Pada Mencit Swiss Webster Jantan
Kiki Kristyana, 2004, Pembimbing I : Endang Evacuasiany, dra, MS, AFK, Apt
Pembimbing II : Winsa Husin, dr, MSc, MKes
Latar belakang : Diare adalah gejala dengan peningkatan volume, peningkatan
konsistensi cairan, dan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3-4 x per hari.
Angka kesakitan diare di Indonesia masih cukup tinggi, terutama pada golongan
anak-anak berumur di bawah lima tahun. Banyak obat-obat sintetik untuk mengatasi
gejala diare, tetapi memiliki berbagai efek samping yang merugikan bagi tubuh.
Penggunaan tanaman sebagai obat tradisional dapat sebagai altematif untuk
mengatasinya. Salah satunya adalah daun salam, yang mengandung tanin, dengan
aktivitas astringen, untuk mengatasi diare.
Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana Syzygium polyanthum [Wight.] Walp. dapat
berefek sebagai antidiare.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain penelitian Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan ruang lingkup penelitian laboratorium eksperimental berupa metode
transit intestinal dan metode protektif terhadap diare oleh Na pikosulfat. Analisis
data, menggunakan ANOVA dan uji beda rata-rata Tukey HSD untuk rasio, frekuensi
defekasi, dan berat feses, sedangkan untuk konsistensi feses dianalisis berdasarkan
persentasenya.
Hasil penelitian : Pada metode transit intestinal, kelompok uji dengan rata-rata rasio
terbesar terdapat pada dosis 0,2 g/25g BB, dengan nilai F = 250,998 dan P-value =
O,OOO...(a = 0,05). Pada metode protektif terhadap diare oleh Na pikosulfat,
kelompok uji dengan rata-rata frekuensi defekasi dan berat feses terkecil, terdapat
pada dosis 0,2 g/25 g BB, dengan nilai F = 5,201 dan 4,184, dengan P-value 0,008
dan 0,018 (a = 0,05). Sedangkan untuk pengamatan konsistensi feses normal,
persentase terbesar terdapat pada dosis 0,2g/25g BB.
Kesimpulan : Infusa daun salam (Syzygium polyanthum [Wight.] Walp.) memiliki
efek sebagai antidiare terhadap mencit, yang menurunkan frekuensi defekasi, berat
feses, dan menambah waktu transit intestinal.
Kata kunci : Diare, daun salam, antidiare.
IV
ABSTRACT
The Effectivity Of Bay Leaf ( Syzygium Polyanthum I Wight.) Walp.) As
Antidiarrhea On Swiss Webster Male Mouse
Kiki Kristyana, 2004, 1st Tutor : Endang Evacuasiany, dra, MS, AFK, Apt
2nd Tutor: Winsa Husin, dr, MSc, MKes
Background: Diarrhea is a symptom with increased of volume, dilution consistency,
and defecation frequency more than 3-4 times per day. Morbidity of diarrhea in
Indonesia is still high, especially on children under jive year. Many synthetic drugs
can be used as therapy for diarrhea symptom, but they have various side effects.
Plants as traditional drugs can he used as alternative therapy, such as hay leaf,
which contain tannins that have an astringent activity to overcome diarrhea.
Objective : To know how Syzygium polyanthum [ Wight.} Walp. effict as
antidiarrhea.
Methods : This research use Complete Random Device design with scope research
of experimental laboratory in the form of intestinal transit methods and protective
methods to diarrhea by Na picosulfate. Data analysis for ratio, defecation frequency,
and stool volume are using ANOVA and Tukey HSD, while for the stool consistency,
analyze by percentage.
Results : On intestinal transit method, test group with the highest mean ratio are
0,2g/25 g BW dose. with Fvalue = 250,998 and P-value = 0,000... (a = 0,05). On
protective to diarrhea by Na picosulfate method, test group with the lowest mean
defecation frequency and stool volume are 0,2g/25 g BW dose, with F value = 5,201
and 4,184, with P-value = 0,008 and 0,018 (a = 0,05). While for the normal stool
consistency, test group with the highest percentage are 0,2g/25g BW dose.
Conclusion: Bay leaf (Syzygium Polyanthum [Wight.] Walp.) has an effect as
antidiarrhea to mouse, by decreasing the defecation frequency, stool volume, and
increasing intestinal transit.
Keywords : Diarhea, bay leaf, antidiarrhea.
v
DAFTARISI
iv
ABSTRAK ...
ABSTRA CT
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Diagram
.
Daftar Lamplran
...
v
vi
vii
ix
... x
xi..
xu
BABI PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Kegunaan Penelitian.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
1.5.2 Hipotesis
1.6 Metodologi .
1.7 Lokasi dan Waktu
BAB II TINJAUAN PUST AKA
2.1 Usus Keeil
2.1.1 Anatomi Usus .Keeil
2.1.2 Histofisiologi Usus .Keeil
2.2 Kolon
...
2.2.1 Anatomi Kolon
2.2.2 Histofisiologi Kolon
2.3 Persarafan Usus
2.4 Pergerakan Usus...
2.5 Mekanisme Defekasi
2.6 Diare ...
2.6.1 Diare Berdasarkan Penyebabnya
2.6.1.1 Diare Karena Bakteri Enteropatogen
2.6.1.2 Diare Karena Virus Enteropatogen
2.6.1.3 Diare Karena Parasit Enteropatogen
2.6.2 Diare Berdasarkan Patofisiologinya
2.6.2.1 Diare Sekretorik
2.6.2.2 Diare Eksudatif
2.6.2.3 Diare Osmotik
2.6.3 Penatalaksanaan Diare
2.6.3.1 Rehidrasi
2.6.3.2 Obat-obat yang Bekerja Lokal
2.6.3.3 Obat-obat yang Mengurangi Motilitas Usus
2.6.3.3.1 Turunan Opiat
vu
1
2
2
2
3
.,. 3
3
3
4
... 5
6
6
9
9
10
12
... 13
14
15
16
16
19
20
20
20
21
21
22
23
24
25
26
Vlll
2.6.3.3.2 Parasimpatolitik
2.6.3.3.3 Relaksan Otot Polos
2.7 Syzygium polyanthum [Wight.] Walp
2.7.1 Taksonomi
2.7.2 Deskripsi..
2.7.3 Kandungan dan Efek Farmakologi
2.7.4 Tanin
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
3.1.2 Bahan-bahan
3.2 Metode Penelitian..
3.2.1 Desain Penelitian
3.2.2 Variabel Penelitian
3.3 Persiapan Penelitian .,
3.3.1 Persiapan Hewan Coba
3.3.2 Persiapan Bahan Uji
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Metode Transit Intestinal
3.4.2 Metode Proteksi Terhadap Diare oleh Na pikosulfat
3.5 Metode Analisis.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Penelitian Metode Transit Intestinal
4.1.2 Hasil Penelitian Metode Proteksi
Terhadap Diare oleh Na pikosulfat
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Metode Transit Intestinal
4.2.2 Pembahasan Metode Proteksi Terhadap Diare
oleh Na pikosulfat
4.3 Uji Hipotesis
27
28
29
29
29
31
32
35
35
35
35
35
36
36
36
36
37
37
38
38
39
39
41
46
46
47
49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
50
50
DAFTAR PUST AKA
LAMPlRAN
RIWAYAT HIDUP
51
54
68
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Perbandingan Rata - rata Rasio Jarak Usus Yang Ditempuh Norit
Terhadap Panjang Usus Mencit Keseluruhan Pada Masing - masing
Perlakuan Berdasarkan AND VA
Tabel4.2 Perbandingan Rata - rata Rasio Masing - masing Perlakuan
Berdasarkan Uji Beda Rata-rata Tukey HSD
39
40
Tabel4.3 Perbandingan Frekuensi Defekasi dan Berat Feses Masing - masing
Perlakuan Berdasarkan AND VA
Tabel4.4 Perbandingan Rata - rata Frekuensi Defekasi Masing - masing
Perlakuan Berdasarkan Uji Beda Rata-rata Tukey HSD
41
42
Tabel4.5 Perbandingan Rata - rata Berat Feses Masing - masing
Perlakuan Berdasarkan Uji Beda Rata-rata Tukey HSD
Tabel4.6 Persentase Konsistensi Feses pada
Masing-masing Perlakuan
IX
43
44
DAFT AR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Usus ..Kecil
5
Gambar 2.2 Gambaran Mikroskopis Struktur Usus Kecil
8
Gambar 2.3 Anatomi Kolon..
9
Gambar 2.4 Gambaran Mikroskopis Kolon
11
Gambar 2.5 Mekanisme Defekasi
15
Gambar 2.6 Daun Salam
30
Gambar 2.7 Struktur Kimia Hydrolyzable tannins
32
Gambar 2.8 Struktur Kimia Proanthocyanidins dan anthocyanidins
33
x
DAFT AR DIAGRAM
Diagram 4.1 Rata-rata Rasio pada Masing-masing Perlakuan
39
Diagram 4.2 Rata-rata Frekuensi Defekasi pada
Masing - masing Perlakuan
41
Diagram 4.3 Rata-rata Berat Feses untuk Masing-masing
Perlakuan
42
Diagram 4.4 Rata-rata Persentase Konsistensi Feses
Normal pada Masing-masing Perlakuan
45
Diagram 4.5. Rata-rata Persentase Konsistensi Feses Lunak
pada Masing-masing Perlakuan
45
Xl
DAFT AR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Dosis Daun Salam
51
Lampiran 2. Perhitungan Dosis Loperamid
52
Lampiran 3. Perhitungan Dosis Norit
53
Lampiran 4. Perhitungan Dosis Na pikosulfat
54
Lampiran 5. Lampiran Hasil Perhitungan Statistik
Pada Metode Transit Intestinal
Menggunakan Perangkat Lunak SPSS Ver. 10
55
Lampiran 6. Lampiran Hasil Perhitungan Statistik
Pada Metode Proteksi Diare Terhadap Na pikosulfat
Menggunakan Perangkat Lunak SPSS Ver. 10
57
xii
LAMPIRAN
1
Perhitungan Dosis Daun Salam
Berat 50 lembar daun salam segar = 60 g
Berat 50 lembar daun salam kering = 20,75 g
Penggunaan empiris daun salam pada manusia sebagai antidiare:
20 lembar = 8,3g 1 dosis manusia
~
Konversi untuk mencit dengan berat badan :t 25 g : 8, 3 g x 0,0026 = 0,02 g
Pemberian cairan peroral yang dapat ditoleransi oleh mencit, maksimal
sebanYak 0,25 cc
Daun salam yang diberikan, dilarutkan menggunakan aquadest
Infusa daun salam yang diberikan pada mencit, diberikan dalam tiga dosis,
jadi :
Dosis 1 : 0,02g/0,25cc aquadestper ekor mencit 1 dosis manusia
~
Dosis 2 : 0,02 g x 5 = 0,1 g/0,25 cc aquadest per ekor mencit
~
5 dosis
manusIa
Dosis 3 : 0,02 g x 10 = 0,2 g/0,25 cc aquadest per ekor mencit
manusIa
54
~
10 dosis
LAMPI RAN 2
Perhitungan Dosis Loperamid
Dalam 1 tablet obat anti diare yang digunakan pada penelitian, mengandung 2
mg loperamid HCI
Dosis pada manusia dewasa : 2 tablet
==
4 mg
Konversi untuk mencit dengan berat badan :!: 25 mg :
4 mg x 0,0026 ==0,01 mg
Pemberian peroral maksimal yang dapat ditoleransi oleh mencit : 0,25 cc
Dbat yang diberikan, dilarutkan menggunakan aquadest
Jadi, dosis loperamid yang diberikan : 0,01 mglO,25 cc aquadest per ekor
mencit
55
LAMPIRAN 3
Perhitungan Dosis Norit
Satu tablet norit = 125 mg
Dosis untuk manusia dewasa : 6 tablet = 750 mg
Konversi untuk mencit dengan berat badan :t 25 mg :
750 mg x 0,0026 = 1,95 mg, dibulatkan menjadi 2 mg
Pemberian peroral maksimal yang dapat ditoleransi oleh mencit : 0,25 cc
Norit yang diberikan, dilarutkan menggunakan CMC (Carboxy Methyl
Cellulose) 1%.
Jadi, dosis norit yang diberikan : 2 mglO,25 cc CMC 1% per ekor mencit
56
LAMPIRAN 4
Perbitungan Dosis Na pikosulfat
Laksansia rnengandung 5 rng Na pikosulfat per 10 tetes
Dosis untuk rnanusia dewasa : 8-12 tetes
Dosis yang diberikan untuk mencit: 10tetes = 5 mg 1 dosis manusia
~
Agar memberikan efek yang jelas, diberikan setara dengan 5 dosis manusia:
10 tetes x 5 = 50 tetes = 25 mg Na pikosulfat
Konversi untuk mencit dengan berat badan :t 25 mg :
25 mg x 0,0026 = 0,065 mg, atau
[
0,065 mJ x 10 tetes = 0,13 tetes
5mg]
Pemberian peroral maksimal yang dapat ditoleransi oleh mencit : 0,25 cc
Obat yang diberikan, dilarutkan menggunakan aquadest
Jadi, dosis laksansia L yang diberikan : 0,065 mg/0,25 cc aquadest per ekor,
atau 0,13 tetes/0,25 cc aquadest per ekor mencit
57
LAMPI RAN 5
Data Pengamatan Efek Masing-masing Perlakuan Terhadap Rasio Jarak Usus
Yang Ditempub Norit Terbadap Panjang Usus Mencit Keseluruban
Kelom ok
Kontrol negatif
(Aquadest)
Kontrol positif
(loperamid)
Infusa daun
salam 0,02g/25g
BB
Infusa daun
salam 0,lg/25g
BB
Infusa daun
salam 0,2g/25g
BB
No
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Panjang usus
keseluruhan (em)
A
58
55
65
65
57
55
67
52
70
58
58
60
55
58
50
60
77
50
55
65
58
Panjang usus yang
dilalui norit (em)
B
32
30
35
35
17
15
18
15
36
28
28
30
25
27
24
27
30
18
20
25
Rasio = B:A
(%)
55,17
54,54
53,84
53,84
29,82
27,28
26,87
28,84
51,42
48,28
48,28
50,00
45,45
46,55
48,00
45,00
38,97
36,00
36,37
38,47
LAMPI RAN 6
Data Pengamatan
Kel. I
Kel. II
Kel. IV
2 - 2,5 2,5-3
-0,5
°jam
0,5- I
I - 1,5 1,5- 2
Jam
jam
jam
jam
jam
1.
0
1
2
I
2
1
2.
0
0
0
2
3
3.
0
0
0
0
4.
0
0
1
0
Total
7
6
3
4
7
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2.
0
3.
2
0
4.
0
0
2
0
0
0
1.
0
0
2
0
0
0
2
2.
2
2
0
0
0
5
3.
0
0
4
0
0
0
4
4.
0
0
4
0
0
0
4
1.
0
0
0
0
2
0
0
5
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
2
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2.
3.
1.
2
0
2
2.
3.
0
0
4.
Kel. V
Terhadap
No.
1.
Kel. III
Efek Masing-masing Perlakuan
Frekuensi Defekasi Mencit
0
4.
2
3
4
Keterangan:
No
Kel. IV = Dosis 0,1 g/25 g BB
= Nomor mencit
Kel. V = Dosis 0,2 g/25 g BB
Kel. I = Aquadest
Kel. II = Loperamid
Kel. III = Dosis 0,02 g/25 g BB
59
LAMPIRAN 7
Data Pengamatan
Kel. I
Kel. II
Kel. III
Kel. N
-
-
-
2 - 2,5
Jam
2,5-3
jam
Total
80
100
60
480
0
60
100
40
200
0
0
0
50
120
170
0
0
50
50
180
40
320
1.
60
0
50
0
0
0
110
2.
0
40
0
0
0
0
40
3.
50
0
40
0
0
0
90
4.
0
0
40
0
0
0
40
1.
0
0
100
0
0
0
100
2.
100
70
80
0
0
0
250
3.
0
0
220
0
0
0
220
4.
0
0
200
0
0
0
200
1.
0
1
0
0
0
100
0
0
245
0
0
0
40
0
0
0
160
No.
0- 0,5
jam
0,5 1
jam
1 1,5 1,5 2
jam
jam
1.
0
40
200
2.
0
0
3.
0
4.
2
2.
3.
0
0
2
4.
Kel. V
Efek Masing-masing Perlakuan Terhadap
Herat Feses Mencit (mg)
1.
0
40
50
0
0
0
90
2.
40
80
0
0
0
0
120
3.
0
50
0
0
0
0
50
4.
50
70
40
0
0
0
160
Keterangan:
No
Kel. I
= Nomor mencit
Kel. IV = Dosis 0,1 g/25 g BB
Kel. V = Dosis 0,2 g/25 g BB
= Aquadest
Kel. II = Loperamid
Kel. III = Dosis 0,02 g/25 g BB
60
LAMPI RAN 8
Data Pengamatan
Kel. II
Kel. III
Kel. IV
Kel. V
Terhadap
0,5- I
I - 1,5
1,5- 2
2 - 2,5 2,5 -3
jam
jam
jam
jam
jam
jam
1.
0
Kl
Kl
Kl
K2
K2
60
40
2.
0
0
0
Kl
K2
K2
33
67
3.
0
0
0
0
K2
K2
0
100
4.
0
0
Kl
Kl
K2
K2
50
50
1.
Kl
0
Kl
0
0
0
100
0
2.
0
Kl
0
0
0
0
100
0
3.
Kl
0
Kl
0
0
0
100
0
4.
0
0
Kl
0
0
0
100
0
1.
0
0
K2
0
0
0
0
100
2.
K2
K2
K2
0
0
0
0
100
3.
0
0
Kl
0
0
0
100
0
4.
0
0
Kl
0
0
0
100
0
1.
0
Kl
Kl
0
0
0
100
0
2.
Kl
Kl
Kl
0
0
100
0
3.
0
Kl
0
0
0
0
100
0
4.
K2
K2
K2
0
0
0
0
100
1.
0
KI
Kl
0
0
0
100
0
2.
Kl
K2
0
0
0
0
50
50
3.
0
Kl
0
0
0
0
100
0
4.
KI
Kl
KI
0
0
0
100
0
No.
KeI. I
Efek Masing-masing Perlakuan
Konsistensi Feses Mendt (%)
0-0,5
Total
K2
Total
KI
Keterangan:
K1
= Konsistensi feses normal
K2
= Konsistensi feses lunak
No
= Nomor mencit
Kel. III = Dosis 0,02 g/25 g BB
Kel. I = Aquadest
Kel. IV = Dosis 0,1 g/25 g BB
Kel. II = Loperamid
Kel. V = Dosis 0,2 g/25 g BB
61
LAMPIRAN
9
Lampiran Hasil Perhitungan Statistik Pada Metode Transit Intestinal
Menggunakan Perangkat Lunak SPSS Ver. 10
Oneway
Descriptives
Rasio
N
Kontrol ( - )
Kontrol ( + )
Oosis 1
Oosis 2
Oosis 3
Total
4
4
4
4
4
20
Std. Deviation
,6400
1,3723
1,5180
1,3360
1,4854
9,5981
Mean
54,3475
28,2025
49,4950
46,2500
37,4525
43,1495
Minimum
53,84
26,87
48,28
45,00
36,00
26,87
Maximum
55,17
29,82
51,42
48,00
38,97
55,17
F
250,998
SiQ.
,000
ANOVA
Rasio
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
1724,569
25,766
1750,335
df
4
Mean Sauare
431,142
1,718
15
19
62
63
Post Hoc Tests
Multiple
Dependent Variable:
Tukey HSD
Rasio
Mean
Difference
(I-J)
26,1450"
(J\ Perlakuan
Kontrol ( + )
Dosis 1
Dosis 2
Dosis 3
Kontrot ( )
en Perlakuan
Kontrol ( )
-
4,8525"
8,0975"
16,8950"
-26,1450"
-21,2925"
-18,0475"
-
Kontrol ( + )
Dosis 1
Dosis 2
Oosis 3
Kontrol ( - )
Kontrol ( + )
Dosis 2
Dosis 1
-9,2500"
-4,8525"
21,2925"
3,2450"
12,0425"
Dosis3
Kontrol ( - )
Kontro! ( + )
Dosis1
Oosis 3
Kontrol ( - )
Kontrot ( + )
Dosis2
Oosis 3
-8,0975"
18,0475"
-3,2450"
8,7975"
-16,8950"
9,2500"
-12,0425"
-8,7975"
Dosis 1
Dosis 2
". The
mean
Homogeneous
Comparisons
difference
is significant
at the
95% Confidence
Interval
UDDer Bound
29,0067
7,7142
Std. Error
,9267
,9267
,9267
Sic.
,000
,001
,000
Lower Bound
23,2833
,9267
,9267
,000
,000
,000
,000
,000
14,0333
10,9592
19,7567
-29,0067
-24,1542
-20,9092
-12,1117
-23,2833
-18,4308
-15,1858
-6,3883
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
,9267
1 ,9908
5,2358
,001
,000
,023
,000
,000
-7,7142
18,4308
,3833
9,1808
-1,9908
24,1542
6,1067
14,9042
-10,9592
15,1858
-5,2358
20,9092
-6,1067
5,9358
-,3833
11,6592
,000
,000
,000
-19,7567
6,3883
-14,0333
12,1117
-14,9042
,000
-11,6592
-9,1808
-5,9358
,000
,023
,000
.05 level.
Subsets
Rasio
Tukey H scf
Perlakuan
Kontrol ( + )
Dosis 3
Dosis 2
Dosis 1
Kontrol ( )
-
Sig.
N
4
4
4
4
4
1
28,2025
2
Subset for alDha
3
= .05
4
5
37,4525
46,2500
49,495Q
1,000
Means for groups in homogeneous
a. Uses Harmonic
Mean Sample
1,000
subsets
are displayed.
Size = 4,000.
1,000
1,000
54,3475
1,000
LAMPIRAN
10
Lampiran
HasH Perhitungan
Statistik
Pada Metode Proteksi Diare
Lunak SPSS Ver. 10
Terhadap
Na pikosulfat
Menggunakan
Perangkat
Oneway
Oescrlptlves
Frekuensi
N
(
Kontrol
Kontrol
-)
(+ )
Oosis 1
Oosis 2
Dosis 3
Total
4
4
4
4
4
20
Mean
6,0000
1,7500
3,7500
3,0000
2,5000
3,4000
Std. Deviation
1,4142
1 ,2583
1,2583
1,8257
1,2910
1,9574
Minimum
4,00
,00
Maximum
7,00
3,00
2,00
1,00
1,00
,00
5,00
5,00
4,00
7,00
ANOVA
Frekuensi
Between
Within
Total
Groups
Groups
Sum of
Sauares
42,300
30,500
72,800
df
4
Mean SQuare
10,575
2,033
15
19
64
F
5,201
Sic.
,008
65
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent
Tukay
Variable: Frekuensi
HSO
(I) Pertakuan
Kantral ( - )
Mean
Difference
(I-J\
4,2500'
2,2500
(J) Partakuan
Kontral ( + )
Oasis 1
(+ )
Kantrol
Oasis 2
Oasis 3
Kantrol ( - )
Oasis 1
Oasis
Oasis
Kantral
Kantrol
Oasis
Oasis
Kantrol
Kantrol
Oasis 1
Oasis 2
3,5000'
-4,2500'
-2,0000
2
3
( )
(+ )
2
3
(
-)
(+ )
mean
difference
Homogeneous
1,0083
1,0083
-3,5000'
,7500
-1,2500
-,SOOO
is significant althe
5,3636
6,1136
6,6136
-7,3636
-5,1136
-1,1364
1,1136
-4,3636
-3,8636
-5,3636
-1,1136
-2,3636
-1,8636
-6,1136
-1,8636
1,8636
2,3636
,8636
,062
,729
,943
,987
1,0063
1 ,0083
1,0083
-,7500
,SOOO
-,8636
-,1136
,3864
,320
,943
,729
1,0083
1,0083
-3,0000
1,2500
Interval
Uooer Bound
7,3636
,729
,943
,221
1 ,0083
1,0083
1,0083
1,0083
-2,2500
2,0000
,7500
1,2500
Lower Bound
1,1364
,024
,006
,320
1 ,0083
-1,2500
-,7500
-
'. The
1 ,0083
1 ,0083
1,0083
1,0083
3,0000
Oasis 1
Oasis 3
Kantrol ( )
Kontrol ( + )
Oasis 1
Oasis 2
Dosis3
95% Confidence
SiQ.
,006
,221
,062
Std. Error
1,0083
,024
,943
,729
,987
1,0083
1,0083
1,0083
.05 level.
Subsets
Frekuensi
Tukey HScf
Subset
Perlakuan
Kontrol ( + )
Dosis 3
Dosis 2
Dosis 1
Kontrol ( - )
Sig.
N
4
4
4
4
4
for aloha = .05
1
1,7500
2,5000
3,0000
3,7500
,320
2
3,0000
3,7500
6,0000
,062
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
-3,8636
-2,6136
-6,6136
5,1136
3,8636
4,3636
,1136
4,3636
2,3636
3,6136
-2,3636
-4,3636
-,3864
3,8636
1,8636
-3,6136
2,6136
66
Oneway
Descriptives
Berat
Feses
N
Kontrol
Kontrol
Oosis
Oasis
Oasis
Total
(-)
(+ )
1
2
3
4
4
4
4
4
20
Std. Deviation
140,8013
48,3046
65,0000
87,5000
46,5475
109,9794
Mean
292,5000
70,0000
192,5000
136,2500
105,0000
159,2500
Minimum
170,00
,00
100,00
40,00
50,00
,00
Maximum
480,00
110,00
250,00
245,00
160,00
480,00
ANOVA
Berat Feses
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
121195,0
108618,8
229813,8
df
4
15
19
Mean Square
30298,750
7241 ,250
F
4,184
SiQ.
,018
67
Post Hoc Tests
Multiple
Dependent
Tukey
Variable:
Berat Feses
HSD
(I) Perlakuan
Kontrol ( - )
Mean
Difference
(I-J)
222,5000'
100,0000
(J) Perlakuan
Kontrol ( + )
Dosis
1
(+ )
1
,016
Bound
36,6928
60,1716
-85,8072
285,8072
342,0572
60,1716
,047
-29,5572
1,6928
-222,5000.
60,1716
,016
-408,3072
Dosis 1
Dosis 2
-122,5000
60,1716
,297
-308,3072
-252,0572
119,5572
-35,0000
60,1716
60,1716
,803
Dosis 3
,976
-220,8072
150,8072
60,1716
,484
-285,8072
85,8072
60,1716
,297
-63,3072
308,3072
(
Kontrol
-)
-66,2500
)
(+ )
(
-100,0000
122,5000
56,2500
60,1716
,879
-129,5572
242,0572
87,5000
60,1716
,605
-98,3072
273,3072
-156,2500
66,2500
60,1716
,121
-342,0572
29,5572
60,1716
,803
-119,5572
252,0572
1
-56,2500
60,1716
,879
-242,0572
129,5572
Dosis 3
31,2500
60,1716
-154,5572
217,0572
-187,5000.
60,1716
,984
,047
-373,3072
35,0000
60,1716
,976
-150,8072
-1,6928
220,8072
-273,3072
-217,0572
154,5572
( )
(+ )
Kontrol
)
(+ )
(
Kontrol
Kontrol
Dosis
1
-87,5000
60,1716
,605
Dosis 2
-31,2500
60,1716
,984
.. The mean difference
is significant
at the .05Ieve!.
Homogeneous Subsets
Berat Feses
Tukey HSEf
-
-36,6928
63,3072
Dosis 2
Dosis
Sig.
373,3072
Dosis 3
Kontrol
Perlakuan
Kontrol ( + )
Oosis 3
Oosis 2
Oosis 1
Kontrol ( )
Interval
Upper Bound
408,3072
,484
Kontrol
Dosis 3
Lower
,121
Kontrol
Dosis 2
Sic.
60,1716
Dosis 3
Kontrol
95% Confidence
Std. Error
60,1716
156,2500
187,5000.
Dosis 2
Dosis
Comparisons
N
4
4
4
4
4
Subset for aloha = .05
1
2
70,0000
105,0000
136,2500
136,2500
192,5000
192,5000
292,5000
,121
,297
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =4,000.
98,3072
RIWAYATHIDUP
Nama
: KilO Kristyana
NRP
: 0110158
Tempat dan Tanggal Lahir
: Bandung, 30 Januari ] 983
Alamat
: Parahyangan Rumah Villa B-105, Cijerokaso,
Geger Kalong Hilir, Bandung
Riwayat Pendidikan
SDN Pengadilan 3 Bogor, ] 995
SLTPN 4 Bogor, 1998
SMUN 2 Bogor, 2001
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 2001-sekarang.
68
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diare adalah suatu keadaan yang ditandai oleh peningkatan
volume,
peningkatan konsistensi cairan, dan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3-4
kali per hari. Diare merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah
penyakit kardiovaskular. Di Indonesia, diare masih memiliki angka kesakitan
yang cukup tinggi, terutama pada golongan anak berumur di bawah lima tahun.
Sejak tabun 1961 sampai tahun 2004, masih terdapat 135.000 kematian anak
balita dan 40.000 kematian penduduk dewasa akibat diare per tahunnya. Wabah
diare dimulai pada tahun 1961 di Sulawesi Selatan dan selanjutnya berkembang
menjadi pandemi ke seluruh dunia. Sejak saat itu Departemen Kesehatan
Indonesia mencanangkan program pemberantasan diare
(Ahlquist, Camilerri,
2001; Thillainayagam, 2004; Anonymus, 2004).
Saat ini banyak terdapat obat-obat sintetik untuk mengatasi gejala diare, namun
demikian obat-obat sintetik tersebut memiliki berbagai efek samping yang
merugikan bagi tubuh. Masyarakat pada umumnya telah mengenal berbagai jenis
tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat. Pendayagunaan tanaman
sebagai obat tradisional merupakan salah satu altematif untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat dibidang kesehatan. Para ahli dari berbagai negara
tidak henti-hentinya mengadakan penelitian dan pengujian terhadap berbagai
tanaman yang secara tradisional dipakai untuk penyembuhan macam-macam
penyakit.
Kemajuan
ilmu kedokteran
mengubah
cara masyarakat
dalam
menanggulangi atau menyembuhkan suatu penyakit dengan menggunakan obat
modem, padahal pengetahuan masyarakat tentang tanaman obat belum tergali
dengan baik, maka untuk lebih menggali potensi bahan obat yang berasal dari
tanaman diperlukan suatu analisis ilmiah (Thomas, 1989).
Tercatat ada 117 tanaman yang digunakan masyarakat, terutama di pedesaan,
untuk mengatasi diare. Namun hanya 21 tanaman yang telah diteliti daya
1
2
antidiarenya, 33 tanaman diteliti daya antibakterinya, dan 29 tanaman telah diteliti
pengaruhnya terhadap usus. Salah satunya adalah daun salam, tanaman ini sudah
sangat umum bagi masyarakat Indonesia karena mudah ditemukan di pekaranganpekarangan sekitar rumah. Dalam penelitian menggunakan hewan percobaan
kelinci, terbukti rebusan daun salam dapat menurunkan kontraksi usus, sementara
penelitian menggunakan tikus yang dibuat diare juga membuktikan, infusa daun
salam menunjukkan aktivitas antidiare (Wien, 2002).
Penelitian ini dilakukan untuk menilai efektivitas infusa daun salam (Syzygium
polyanthum [Wight.] Walp.) sebagai tanaman yang memiliki khasiat antidiare,
dan diharapkan memiliki efek yang cukup potensial.
1.2. Identifikasi Masalah
Apakah Syzygium polyanthum [Wight.] Walp. memiliki efektivitas sebagai
antidiare ?
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian
ini adalah untuk mengetahui
bagaimana
Syzygium
polyanthum [Wight.] Walp. dapat berefek sebagai antidiare.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas antidiare daun salam
dengan mengamati pola defekasi dan transit intestinal mencit.
1.4. Kegunaan Penelitian
Secara akademik, diharapkan dapat memperluas wawasan ilmu farmakologi
mengenai tanaman obat asli Indonesia, khususnya daun salam.
Secara praktis, diharapkan dapat digunakan sebagai obat alternatif antidiare.
3
1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1. Kerangka Pemikiran
Menurut Vander, Sherman, dan Luciano (1990), diare memiliki karakteristik
yang khas, ditandai
peningkatan
abnormal
oleh peningkatan
konsentrasi
abnormal
air dalam
frekuensi
defekasi
feses yang terjadi
dan
karena
ketidakseimbangan proses absorbsi dan sekresi pada saluran pencemaan, dengan
akibat konsistensi feses menjadi cairo Feses yang cair tersebut bergerak melalui
kolon dengan cepat dan tidak terkontrol sebagai reaksi dari gerak peristaltik yang
cepat. Peningkatan gerak peristaltik yang menyertai diare terjadi sebagai akibat
dari distensi yang dihasilkan oleh peningkatan cairan dalam lumen saluran
pencemaan.
Syzygium polyanthum [Wight.] Walp. mengandung tanin yang bekerja sebagai
astringen, dengan mempresipitasi
protein pada membran mukosa melalui
pembentukkan lapisan koagulasi tipis, dan secara perlahan dapat memperbaiki
diare tanpa memperburuk infeksi dengan mengurangi peristaltik usus (Bone,
Mills, 2000).
1.5.2. Hipotesis
Syzygium polyanthum [Wight.] Walp. berefek antidiare.
1.6. Metodologi
Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental, menggunakan dua metode,
yaitu metode transit intestinal dan metode proteksi terhadap diare oleh natrium
(Na) pikosulfat. Analisis data, menggunakan metode Anova dan Tukey HSD untuk
rasio, frekuensi defekasi, dan berat feses, sedangkan untuk konsistensi feses
dianalisis berdasarkan persentasenya.
4
1.7. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha pada bulan Februari
- Desember
2004.
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Infusa daun salam (Syzygium polyanthum [Wight.] Walp.) memiliki efek
antidiare terhadap mencit, yang menurunkan frekuensi defekasi, berat feses, dan
meningkatkan waktu transit intestinal. Pada metode transit intestinal, efektivitas
infusa daun salam terlihat pada ketiga dosis yang diberikan, sedangkan pada
metode proteksi diare oleh Na pikosulfat hanya terlihat pada dosis 0,2 g /25 g BB.
5.2 Saran
Perlu pengujian efek antimikroba daun salam untuk menunjang khasiat daun
salam sebagai antidiare.
50
DAFTAR PUSTAKA
Ahlquist D.A., Camilleri M. 2001. Diarrhea and Constipation in Principles of
Internal Medicine. 15thed. New York: McGraw Hill. P. 241-247.
Anonymus., Negeri Sarang Penyakit.,
0402/28/Fokus/., 12 April 2004.
http://www.kompas.com/kompas-cetakl
Bambang Sutrisno.1998. Taksonomi Spermatophyta untuk Farmasi. Edisi I. Jakarta:
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Hal. 152-156.
Bone K., Mills K. 2000. Principles and Practice of Phytotherapy Modern Herbal
Medicine. New York: Churcill Livingstone. P. 34-36, 161-178.
Bruneton J. 1999. Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants.
Lavoisier Publishing. P. 385-395.
2nd ed. Paris:
Canna., Antonello. 2001., Tannins., http://www.ansci.comell.Edu/plants/toxicagents/
tannin/index.html., 20 Mei 2004.
Carola R., Harley J.P., Noback C.R 1990. The Digestive System in Human Anatomy
and Physiology. New York: McGraw Hill. P. 682-720.
Didik Gunawan, Imono Argo Donatus, Pumomo, Subagus Wahyuono, Sudarsono.
2002. Tumbuhan Dbat II (Hasil Penelitian, Sifat-sifat, dan Penggunaan).
Yogyakarta: UGM. Hal. 174-175.
Dorland W.A.N. 2002. Hemi Koesoemawati., Huriawati Hartanto., Ivo Novita
Salim., Lyana Setiawan., Valleria., Wanny Suparman., editor: Kamus Kedokteran
Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC. P. 201,465,2172.
Farabee M.J., 2001., SmallIntestine., http://www.emc.maricopa.edu/faculty/
farabee/BIOBK/humdigest_2.gif., 8 September 2004.
Fedorak RN., Pare P., Thomson A.B.R., 2000., The Small Intestine.,
http://www.gastroresource.comlGITextbook/en/chapter717-1-pr.htm. , 15 Mei
2004.
Ganong W.F. 2003. Small Intestine and Colon in Review of Medical Physiology. 21st
ed. Boston: McGraw Hill. P. 471-483.
Ghishan F.K. 2004. Chronic Diarrhea in Behrman RE., Kliegman RM., Jenson
H.B., editors: Nelson Textbook of Pediatrics. 17thed. Philadelphia: Saunders. P.
1276-1282.
51
52
Guyton A.C., Hall J.E. 1997. Fisiologi Gastrointestinal dalam: lrawati Setiawan.,
editor: BukuAjar Fisiologi Kedokteran. Edisi 1.Jakarta: EGC. Hal. 987-1059.
Hembing Wijayakusuma., 2000., Sehat Dengan Daun Salam., www.suarakaryaonline.com/news.html?id=97555., 10 September 2004.
Hery Winarsi., 2001., Peran Serta
Mempertahankan
Tubuh
Sehat.,
indiv2001/hery
_winarsi.htm.,
Makanan (Dietary Fiber) Untuk
http://www.hayatiipb.com/users/rudyctl
10 Oktober 2004.
Home J.S., Swanson L.N., 2002., Diarrhea., http://www.uspharmacist.com/
oldformat.asp?url=newlook/fileslFeati ACF2EF8.cfm&pub _id=8&article _id=3 7.,
4 Desember 2004.
Jafri S., Pasricha P.J. 2001. Agents Used For Diarrhea, Constipation, and lnflamatory
Bowel Disease in Gilman A.G., Hardman J.G., Limbira L.E., editors: Goodman
and Gillman's The Pharmalogical Basics of Therapeutics. 10th ed. New York:
McGraw Hill. P.I037-1041.
Jazanul Anwar. 2000. Obat yang Beketja Pada Usus Halus dalam Farmakologi dan
Terapi (Obat-obat Saluran Cerna). Jakarta: Hipokrates. Hal. 50-62.
Junqueira L.C., Carneiro J., Kelley R.O. 1998. Sugiarto Kumala, Alex Santoso.,
editor: Histologi Dasar. Edisi 8. Jakarta: EGC. Hal. 300-307.
Leeson C.R., Leeson T.S.,
Paparo A.A. 1996. Jan Tambayong.,
Sugito
Wonodirekso., editor: Buku Ajar Histologi. Edisi V. Jakarta: EGC. Hal. 356-369.
Luciano D.S., Sherman J.H., Vander A.J. 1990. The Digestion and Absorption in
Human Physiology. 5thed. New York: McGraw HilL P. 513-547.
Martini H.F. 2004. Digestive System in Fundamentals of Anatomy and Physiology.
6th ed. San Fransisco: Pearson Education. P. 914.
Pickering L.K., Snyder J.D. 2004. Gastroenteritis in Behrman R.E., Kliegman R.M.,
Jenson H.B., editors: Nelson Textbook of Pediatrics. 17th ed. Philadelphia:
Saunders. P. 1271-1276.
53
Sanaka M.R., Soffer E.E., 2002., httt://www.clevelandclinicmed.edu.comldisease
management! gastro/diarrheal diarrhea l.htm., 4 Desember 2004.
Setiawan Dalimartha. 2002. Emi Priyatini., editor: Atlas Tumbuhan Obat Indonesia
Jilid 2., Jakarta: Trubus Agriwidya. Hal. 162-165.
Snell R.S. 1997. Adji Dharma., editor: Anatomi Klinik. Edisi 3. Jakarta: EGC. Hal.
217-309.
Thillainayagam A.V., 2003., Diarrhoea., http://www.extenza-eps.comlextenzal
loadHTML?objectIDValue=2861O&type=abstract., 12 April 2004.
Thomas A.N.S., 1989., Tanaman Obat Tradisionall. edisi 18. Yogyakarta: Penerbit
Kanisisus. Hal. 7-8.
Thompson W.G., 2001., Diarrhea., http://www.gastroresource.comlGITextbooki
en/chapter lIl-l1.htm., 15 Mei 2004.
Vanner S.J., 2003., Physiology of the Colon., http://www.gastroresource.coml
GITextbookien/chapter11111-2.htm., 15 Mei 2004.
Wien Winarno. 2002. Stop Diare Dengan Jambu Biji dan Salam dalam Cisca
Setiawan., Helen Ishwara., Supriapto Yahya., Xenia Moeis., editor: Tanaman
Berkhasiat. Edisi 1.Jakarta: Intisari Mediatama. P. 143-148.