Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Tinggi Protein dan Tinggi Karbohidrat Di Antara Dua Waktu Makan Terhadap Asupan Kalori dan Interval Waktu Makan Berikutnya.

(1)

iv ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN TINGGI PROTEIN DAN TINGGI KARBOHIDRAT DI ANTARA DUA WAKTU MAKAN TERHADAP ASUPAN KALORI DAN INTERVAL WAKTU MAKAN BERIKUTNYA

Yenny Saputra, 2010

Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr., MS., MM., MKes., AIF

Latar belakang. Obesitas merupakan masalah global yang multifaktor dan

snacking dipercaya berperan di dalamnya. Pengaturan pola asupan makan dapat

menjadi langkah pencegahan dimana mengkonsumsi makanan yang tinggi protein diusulkan sebagai salah satunya.

Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk menilai pengaruh pemberian makanan tambahan tinggi protein dan tinggi karbohidrat dan kaitannya dengan obesitas. Di samping itu juga dapat dilihat bahwa makanan tinggi protein memberikan rasa kenyang lebih lama dibandingkan makanan tinggi karbohidrat.

Metode. Desain penelitian yang digunakan adalah prospektif eksperimental sungguhan, dimana 15 orang laki-laki mengikuti 3 sesi pemberian makan (sesi tanpa makanan tambahan, sesi makanan tambahan tinggi protein, sesi makanan tambahan tinggi karbohidrat) dan di setiap sesi dihitung jumlah asupan kalori pada makan malam serta interval waktu dari makan siang ke makan malam tersebut.

Hasil. Tidak ada perbedaan jumlah asupan kalori antara makan siang dan makan malam pada semua sesi dan pemberian kedua jenis makanan tambahan ini memperpanjang interval waktu makan berikutnya, dengan makanan tinggi protein lebih panjang daripada karbohidrat (Mean = 525,20 menit; p < 0,02** berbeda sangat nyata).

Kesimpulan. Makanan tambahan yang dikonsumsi dalam keadaan tidak lapar tidak berpengaruh terhadap asupan kalori pada makan berikutnya dan terbukti bahwa makanan tinggi protein memberikan rasa kenyang lebih lama daripada karbohidrat.

Kata kunci : snacking, makanan tambahan, asupan kalori, obesitas, interval waktu makan, makanan tinggi protein, makanan tinggi karbohidrat.


(2)

v ABSTRACT

THE INFLUENCE OF HIGH-PROTEIN AND HIGH-CARBOHYDRATE SNACKS THAT CONSUMED BETWEEN MEALS TO THE CALORIES INTAKE AND INTERVAL TIME OF THE NEXT MEAL

Yenny Saputra, 2010

Tutor : Dr. Iwan Budiman, dr., MS., MM., MKes., AIF

Background. Nowadays obesity has been a multifactorial-global-issues and

snacking may play a role in it. Consuming high-protein food is believed to be a prevention way as one method of food intake regulation.

Objective. In this study, we assessed the influence of a protein and

high-carbohydrate snacks that were consumed in a nonhungry state, thereby investigating ways that snacking could be involved in the etiology of obesity and the high-protein snack prolonged the intermeal interval time than carbohydrate in compared.

Methods. We used a prospective true experimental design method; requiring 15 young men attended 3 sessions (nonsnack session, protein snack, high-carbohydrate snack) and in each session we measured the calories intake on the next meal (dinner) and the interval time from lunch until the dinner.

Results. The results proved that there was no difference of calories intake

between lunch and dinner for all session. And we found that the intermeal interval time is longer in high-protein snack session than high-carbohydrate session (Mean=525.20 minutes; p<0.02** highly significant).

Conclusion. At the end of this study we concluded that a snack which is consumed in a nonhungry state has no effect on the calories intake of the next meal, which is evidence that snacking plays a role in obesity and a high-protein food has better satiating effect than high-carbohydrate.

Keywords : snacking, snacks, calories intake, obesity, intermeal interval time,


(3)

viii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 2

1.3Tujuan Penelitian ... 2

1.4Manfaat Penelitian ... 2

1.4.1 Manfaat Akademis ... 2

1.4.2 Manfaat Praktis ... 2

1.5Kerangka Pemikiran ... 3


(4)

ix BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengaturan Asupan Makanan ... 5

2.1.1 Pusat Lapar dan Kenyang... 6

2.1.2 Pusat Saraf Lain untuk Makan ... 8

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Asupan Makanan ... 9

2.2 Pengosongan Lambung ... 16

2.3 Karbohidrat ... 16

2.3.1 Pencernaan Karbohidrat ... 17

2.3.2 Penyerapan Karbohidrat ... 18

2.3.3 Metabolisme Karbohidrat... 21

2.3.3.1 Glikogenesis dan Glikogenolisis ... 21

2.3.3.2 Glikolisis ... 22

2.3.3.3 Siklus Asam Sitrat ... 24

2.3.4 Produksi Energi ... 26

2.3.5 Sintesis dan Penguraian Glikogen ... 27

2.4 Protein dan Asam Amino ... 29

2.4.1 Pencernaan Protein ... 29

2.4.2 Penyerapan Protein... 30

2.4.3 Metabolisme Asam Amino ... 31

2.5 Metabolisme Energi ... 34

2.5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Metabolisme ... 34

2.5.2 Kalori... 36

2.5.3 Energi yang Terdapat Dalam Makanan... 36

2.6 Proses Makan dan Snacking ... 36

2.6.1 Snacking ... 37

2.7 Obesitas ... 38

2.7.1 Body Mass Index (BMI) ... 38

2.7.2 Asupan Energi dan Obesitas ... 40

2.7.3 Hubungan Snacking dengan Obesitas ... 40


(5)

x

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 43

3.1.1 Alat Penelitian ... 43

3.1.2 Bahan Penelitian... 43

3.2 Subjek Penelitian (SP)... 44

3.3 Ukuran Sampel ... 44

3.4 Metode Penelitian... 44

3.4.1 Desain Penelitian ... 44

3.4.2 Variabel Penelitian ... 45

3.4.3 Definisi Operasional Variable Penelitian ... 45

3.4.4 Batasan Penelitian ... 46

3.5 Prosedur Penelitian... 46

3.6 Waktu dan Tempat Penelitian ... 49

3.6.1 Waktu Penelitian ... 49

3.6.2 Tempat Penelitian... 49

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan... 50

4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 61


(6)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Metabolisme ... 35

Tabel 2.2 BMI Penduduk Asia Dewasa... 39

Tabel 4.1 Asupan Kalori pada Makan Malam ... 50

Tabel 4.2 Interval Waktu dengan Uji One Way ANOVA ... 52


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Pengaruh Perubahan Masukan Makanan dan Lesi Hipotalamus

Ventromedial terhadap Masukan Makanan Spontan dan Berat

Badan ... 6

Gambar 2.2 Efek Lesi Hipotalamik terhadap Nafsu Makan ... 7

Gambar 2.3 Pendengalian Umpan Balik pada Penyimpanan Lemak oleh Leptin ... 13

Gambar 2.4 Spesifisitas Substrat Enzim yang Berperan dalam Pencernaan Karbohidrat, dan Heksosa yang Menjadi Hasil Akhir ... 18

Gambar 2.5 Mekanisme Transpor Glukosa melalui Epitel Usus Halus ... 19

Gambar 2.6 Proses Absorpsi ... 20

Gambar 2.7 Glikogenesis dan Glikogenolisis ... 22

Gambar 2.8 Glikolisis ... 23

Gambar 2.9 Siklus Krebs... 25

Gambar 2.10 Metabolisme Asam Amino 1 ... 32

Gambar 2.11 Metabolisme Asam Amino 2 ... 33


(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Surat Pernyataan Persetujuan Subjek Penelitian ... 61 Lampiran 2. Foto Penelitian ... 62 Lampiran 3. ANOVA ... 64


(9)

Email: ethic_fkukmrsi@

med.maranatha. edu

KOMISI ETIK PENELITIAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UK MARANATHA - R.S. IMMANUEL

BANDUNG

SOP/008/01.0 Berlaku mulai:

Desember 2008 Hal 1 dari 1

Judul:

Formulir Protokol

61

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a :

U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya:

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa:

setelah mendapat keterangan sepenuhnya menyadari, mengerti, dan memahami tentang tujuan, manfaat dan risiko yang mungkin timbul dalam penelitian, serta sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari keikut sertaannya, maka saya setuju ikut serta dalam penelitian yang berjudul:

Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Tinggi Protein dan Tinggi Karbohidrat di Antara Dua Waktu Makan Terhadap Asupan Kalori dan Interval Waktu Makan Berikutnya.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan.

Bandung,

Mengetahui, Yang menyatakan

Penanggung jawab penelitian, Peserta penelitian,


(10)

62


(11)

(12)

64

Lampiran 3. ANOVA - Multiple Comparison (LSD)

Descriptives

Interval Snack

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound Non

Snack 15 407.53 46.753 12.072 381.64 433.42 314 495

Snack

Protein 15 525.20 75.287 19.439 483.51 566.89 400 697

Snack KH 15 457.33 35.379 9.135 437.74 476.93 390 505

Total 45 463.36 72.635 10.828 441.53 485.18 314 697

Test of Homogeneity of Variances

Interval Snack Levene

Statistic df1 df2 Sig.

2.389 2 42 .104

ANOVA

Interval Snack

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 104656.84

4 2 52328.422 17.240 .000

Within Groups 127479.46

7 42 3035.225

Total 232136.31

1 44

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Interval Snack LSD

(I) Perlakuan (J) Perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Non Snack Snack Protein -117.67(*) 20.117 .000 -158.26 -77.07

Snack KH -49.80(*) 20.117 .017 -90.40 -9.20

Snack Protein Non Snack 117.67(*) 20.117 .000 77.07 158.26

Snack KH 67.87(*) 20.117 .002 27.27 108.46

Snack KH Non Snack 49.80(*) 20.117 .017 9.20 90.40

Snack Protein -67.87(*) 20.117 .002 -108.46 -27.27


(13)

65

RIWAYAT HIDUP

Nama : Yenny Saputra

Nomor Pokok Mahasiswa : 0710006

Tempat/Tanggal Lahir : Semarang, 7 September 1989

Alamat : Jalan Ciumbuleuit No. 14, Bandung - 40141

Agama : Kristen Protestan

Riwayat Pendidikan :

Tahun 1995, lulus TKK Bina Bakti Bandung Tahun 2001, lulus SDK II Bina Bakti

Bandung

Tahun 2004, lulus SMPK 1 BPK Penabur Bandung

Tahun 2007, lulus SMAK 1 BPK Penabur Bandung

Tahun 2007 – sekarang, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung


(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi zaman ini semakin banyak didapatkan status gizi berlebih atau lebih kita kenal dengan istilah

overweight / obesitas. Masalah kelebihan status gizi ini sudah menjadi masalah

global yang terjadi hampir di seluruh negara dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang yang berkaitan dengan pola hidup sedentary.

Sebenarnya banyak sekali faktor yang mempengaruhi obesitas dan salah satu aspek yang sedang banyak disorot oleh para ilmuwan adalah tentang adanya pengaruh asupan makanan tambahan atau snacking dan pola makan yang tidak seimbang yang dipercaya turut berperan sebagai faktor risiko dari obesitas. Makanan tambahan tersebut ternyata tidak mengurangi asupan kalori pada saat makan berikutnya dan hal ini tidak tergantung dari jenis makanan tambahan yang diberikan baik tinggi protein atau karbohidrat (Marmonier, Chapelot, Fantino, Louis-Sylvestre, 2002).

Selain itu dalam beberapa dekade terakhir sedang banyak dikembangkan metode-metode pengontrolan asupan makanan (diet) sehubungan dengan status gizi berlebih tersebut, salah satunya adalah metode diet temuan seorang ahli gizi Amerika, dr. Robert Atkins, yaitu Tiger Diet atau high protein diet dimana diberikan makanan yang tinggi protein karena protein dapat memperlambat waktu pengosongan lambung (Guyton and Hall, 1997) sehingga memberikan rasa puas dan rasa kenyang yang lebih lama dibandingkan dengan karbohidrat.


(15)

2

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apakah pemberian makanan tambahan tinggi protein dan tinggi karbohidrat tidak mengurangi asupan kalori makan berikutnya.

2. Apakah interval waktu makan berikutnya pada pemberian makanan tambahan tinggi protein lebih panjang daripada makanan tambahan tinggi karbohidrat.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Ingin mengetahui apakah pemberian makanan tambahan tinggi protein dan tinggi karbohidrat tidak mengurangi asupan kalori makan berikutnya. 2. Ingin mengetahui apakah interval waktu makan berikutnya pada

pemberian makanan tambahan tinggi protein lebih panjang daripada makanan tambahan tinggi karbohidrat.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Memberikan informasi mengenai salah satu faktor yang dapat berperan dalam risiko obesitas yaitu snacking.

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan informasi bagi lingkungan masyarakat terutama lingkungan keluarga dan kerabat agar dapat mencegah obesitas yaitu dengan memperbaiki pola kebiasaan makan yang kurang baik dan snacking (mengurangi asupan kalori yang tidak dibutuhkan tubuh).


(16)

3

1.5 Kerangka Pemikiran

Diawali dengan adanya perbedaan status metabolik tubuh antara proses makan dan snacking, dimana proses makan dilakukan ketika tubuh berada dalam keadaan lapar sedangkan snacking dilakukan ketika tubuh berada dalam keadaan tidak lapar. Proses makan diawali karena terutama terjadi penurunan kadar glukosa di dalam darah yang kemudian akan merangsang pusat lapar di hipotalamus lateral sehingga timbul sensasi lapar. Setelah itu akan diberikan sinyal balik kepada tubuh dan dimulailah proses makan. Setelah melalui serangkaian proses pencernaan dengan bantuan enzim dan hormon, produk-produk akhir yang dihasilkan akan dipakai untuk aktivitas tubuh. Lain halnya dengan proses

snacking, dimana tubuh berada dalam keadaan tidak lapar sehingga

produk-produk akhir dari proses pencernaan sebagian besar tidak akan dipakai untuk metabolisme tubuh melainkan akan disimpan sebagai cadangan makanan dan hal inilah yang dapat menjadi faktor risiko dari obesitas (Marmonier, Chapelot, Fantino, Louis-Sylvestre, 2002).

Protein diubah menjadi asam amino sehingga kadarnya akan meningkat dalam plasma, lalu terjadi sekresi hormon pencernaan antara lain kolesistokinin dan glukagon yang kemudian memperlambat proses pengosongan lambung (Guyton and Hall, 1997) sehingga akan memperlama rasa kenyang. Hal ini menyebabkan konsumsi makanan yang tinggi protein akan memperpanjang interval waktu untuk makan berikutnya dibandingkan dengan makanan yang tinggi karbohidrat (Marmonier, Chapelot, Fantino, Louis-Sylvestre, 2002).

1.6 Hipotesis

Hipotesis Mayor :

1. Pemberian makanan tambahan tinggi protein dan tinggi karbohidrat tidak mengurangi asupan kalori makan berikutnya.


(17)

4

Hipotesis Minor :

1. Asupan kalori makan berikutnya pada sesi makanan tambahan tinggi protein sama dengan sesi tanpa makanan tambahan.

2. Asupan kalori makan berikutnya pada sesi makanan tambahan tinggi protein sama dengan sesi makanan tambahan tinggi karbohidrat.

3. Asupan kalori makan berikutnya pada sesi makanan tambahan tinggi karbohidrat sama dengan sesi tanpa makanan tambahan.

Hipotesis Mayor :

2. Interval waktu makan berikutnya pada pemberian makanan tambahan tinggi protein lebih panjang daripada makanan tambahan tinggi karbohidrat.

Hipotesis Minor :

1. Interval waktu makan berikutnya pada sesi makanan tambahan tinggi protein lebih panjang daripada sesi tanpa makanan tambahan.

2. Interval waktu makan berikutnya pada sesi makanan tambahan tinggi protein lebih panjang daripada sesi makanan tambahan tinggi karbohidrat.

3. Interval waktu makan berikutnya pada sesi makanan tambahan tinggi karbohidrat lebih panjang daripada sesi tanpa makanan tambahan.


(18)

57 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal : 1. Pemberian makanan tambahan tinggi protein dan tinggi karbohidrat tidak

mengurangi asupan kalori makan berikutnya.

2. Makanan tinggi protein memberikan rasa kenyang lebih lama daripada karbohidrat sehingga interval waktu makan berikutnya pada pemberian makanan tambahan tinggi protein lebih panjang daripada tinggi karbohidrat.


(19)

58

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini, antara lain :

1. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan tambahan prosedur laboratorium seperti pengukuran kadar glukosa dalam darah sehingga penelitian dapat menjadi lebih baik lagi.

2. Makanan tinggi protein dapat digunakan sebagai terapi diet pada obesitas karena dapat memperpanjang rasa kenyang.


(20)

59

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. http://www.thefreedictionary.com/snack. 1 Juni 2010.

Anonim 2. http://www.merriam-webster.com/netdict/snack. 16 Mei 2010.

Anonim 3. http://www.obesitas.web.id/bmi%28i%29.html. 13 Mei 2010.

Brown A. 2008. Understanding Food Principles and Preparation. 3rd ed. United States : Wadsworth.

Dadi Suwendi Sastrapradja. 2005. Daftar Komposisi Bahan Makanan dan Tabel Kalori. Bandung : Pusat Pengembangan Teknologi Pangan.

Gardner D.G., Shoback D. 2007. Greenspan’s Basic & Clinical Endocrinology. 8th ed. United States of America : The McGraw-Hill Companies.

Ganong W.F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta : EGC. Hal 320-341, 269-302, 450-477.

Guyton A.C., Hall J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. Hal 1001- 1038-1040, 1063-1075, 1113-1118.

_______. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadephia : Elsevier Saunders.

Jameson J.L. 2006. Harrison’s Endocrinology. United States of America : The McGraw-Hill Companies.


(21)

60

Marmonier C., Chapelot D., Fantino M., Sylvestres J.L. 2002. Snacks consumed

in a nonhungry state have poor satiating efficiency: influence of snack composition on substrate utilization and hunger.

http://www.ajcn.org/cgi/content/full/76/3/518/T1. 7 November 2009.

Marmonier C., Chapelot D., Sylvestres J.L. 1999. Effects of macronutrient content

and energy density of snacks consumed in a satiety state on the onset of the next meal. http://idealibrary.com . 26 November 2009.

_______. 1999. Metabolic and behavioral consequences of a snack consumed in a

satiety state. http://www.ajcn.org/cgi/content/full/70/5/854. 26 November

2009.

Murray R.K., Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W. 2003. Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta : EGC. Hal 138-147, 170-204.


(1)

1.5 Kerangka Pemikiran

Diawali dengan adanya perbedaan status metabolik tubuh antara proses makan dan snacking, dimana proses makan dilakukan ketika tubuh berada dalam keadaan lapar sedangkan snacking dilakukan ketika tubuh berada dalam keadaan tidak lapar. Proses makan diawali karena terutama terjadi penurunan kadar glukosa di dalam darah yang kemudian akan merangsang pusat lapar di hipotalamus lateral sehingga timbul sensasi lapar. Setelah itu akan diberikan sinyal balik kepada tubuh dan dimulailah proses makan. Setelah melalui serangkaian proses pencernaan dengan bantuan enzim dan hormon, produk-produk akhir yang dihasilkan akan dipakai untuk aktivitas tubuh. Lain halnya dengan proses snacking, dimana tubuh berada dalam keadaan tidak lapar sehingga produk-produk akhir dari proses pencernaan sebagian besar tidak akan dipakai untuk metabolisme tubuh melainkan akan disimpan sebagai cadangan makanan dan hal inilah yang dapat menjadi faktor risiko dari obesitas (Marmonier, Chapelot, Fantino, Louis-Sylvestre, 2002).

Protein diubah menjadi asam amino sehingga kadarnya akan meningkat dalam plasma, lalu terjadi sekresi hormon pencernaan antara lain kolesistokinin dan glukagon yang kemudian memperlambat proses pengosongan lambung (Guyton and Hall, 1997) sehingga akan memperlama rasa kenyang. Hal ini menyebabkan konsumsi makanan yang tinggi protein akan memperpanjang interval waktu untuk makan berikutnya dibandingkan dengan makanan yang tinggi karbohidrat (Marmonier, Chapelot, Fantino, Louis-Sylvestre, 2002).

1.6 Hipotesis

Hipotesis Mayor :

1. Pemberian makanan tambahan tinggi protein dan tinggi karbohidrat tidak mengurangi asupan kalori makan berikutnya.


(2)

Hipotesis Minor :

1. Asupan kalori makan berikutnya pada sesi makanan tambahan tinggi protein sama dengan sesi tanpa makanan tambahan.

2. Asupan kalori makan berikutnya pada sesi makanan tambahan tinggi protein sama dengan sesi makanan tambahan tinggi karbohidrat.

3. Asupan kalori makan berikutnya pada sesi makanan tambahan tinggi karbohidrat sama dengan sesi tanpa makanan tambahan.

Hipotesis Mayor :

2. Interval waktu makan berikutnya pada pemberian makanan tambahan tinggi protein lebih panjang daripada makanan tambahan tinggi karbohidrat.

Hipotesis Minor :

1. Interval waktu makan berikutnya pada sesi makanan tambahan tinggi protein lebih panjang daripada sesi tanpa makanan tambahan.

2. Interval waktu makan berikutnya pada sesi makanan tambahan tinggi protein lebih panjang daripada sesi makanan tambahan tinggi karbohidrat.

3. Interval waktu makan berikutnya pada sesi makanan tambahan tinggi karbohidrat lebih panjang daripada sesi tanpa makanan tambahan.


(3)

57 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal : 1. Pemberian makanan tambahan tinggi protein dan tinggi karbohidrat tidak

mengurangi asupan kalori makan berikutnya.

2. Makanan tinggi protein memberikan rasa kenyang lebih lama daripada karbohidrat sehingga interval waktu makan berikutnya pada pemberian makanan tambahan tinggi protein lebih panjang daripada tinggi karbohidrat.


(4)

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini, antara lain :

1. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan tambahan prosedur laboratorium seperti pengukuran kadar glukosa dalam darah sehingga penelitian dapat menjadi lebih baik lagi.

2. Makanan tinggi protein dapat digunakan sebagai terapi diet pada obesitas karena dapat memperpanjang rasa kenyang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. http://www.thefreedictionary.com/snack. 1 Juni 2010.

Anonim 2. http://www.merriam-webster.com/netdict/snack. 16 Mei 2010.

Anonim 3. http://www.obesitas.web.id/bmi%28i%29.html. 13 Mei 2010.

Brown A. 2008. Understanding Food Principles and Preparation. 3rd ed. United States : Wadsworth.

Dadi Suwendi Sastrapradja. 2005. Daftar Komposisi Bahan Makanan dan Tabel Kalori. Bandung : Pusat Pengembangan Teknologi Pangan.

Gardner D.G., Shoback D. 2007. Greenspan’s Basic & Clinical Endocrinology. 8th ed. United States of America : The McGraw-Hill Companies.

Ganong W.F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta : EGC. Hal 320-341, 269-302, 450-477.

Guyton A.C., Hall J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. Hal 1001- 1038-1040, 1063-1075, 1113-1118.

_______. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadephia : Elsevier Saunders.

Jameson J.L. 2006. Harrison’s Endocrinology. United States of America : The McGraw-Hill Companies.


(6)

Marmonier C., Chapelot D., Fantino M., Sylvestres J.L. 2002. Snacks consumed in a nonhungry state have poor satiating efficiency: influence of snack composition on substrate utilization and hunger.

http://www.ajcn.org/cgi/content/full/76/3/518/T1. 7 November 2009.

Marmonier C., Chapelot D., Sylvestres J.L. 1999. Effects of macronutrient content and energy density of snacks consumed in a satiety state on the onset of the next meal. http://idealibrary.com . 26 November 2009.

_______. 1999. Metabolic and behavioral consequences of a snack consumed in a satiety state. http://www.ajcn.org/cgi/content/full/70/5/854. 26 November 2009.

Murray R.K., Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W. 2003. Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta : EGC. Hal 138-147, 170-204.