HUBUNGAN MASA KERJA MEMETIK TEH DENGAN KECENDERUNGAN TERKENA DE QUERVAIN’S TENDINITIS DI PERKEBUNAN TERH JAMUS NGAWI.

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA MEMETIK TEH DENGAN
KECENDERUNGAN TERKENA DE QUERVAIN’S TENDINITIS (DQT)
DI PERKEBUNAN TEH JAMUS NGAWI

SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna mencapai derajat Sarjana Sains Terapan Fisioterapi

Disusun Oleh:
DIKA RIZKI IMANIA
J 110 050 013

PROGRAM STUDI IV FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mewujudkan Indonesia Sehat 2010, telah ditetapkan misi

pembangunan

kesehatan,

yaitu:

menggerakkan

pembangunan

nasional

berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat,
memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau, memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat serta lingkunganya (Mardiman,1999).
Pembangunan tenaga kerja dimaksudkan demi terwujudnya tenaga kerja
yang sehat dan produktif. Tenaga kerja yang produktif adalah tenaga kerja yang
dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik sehingga dapat menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat (Kuncoro, 2002).

Keserasian dalam bekerja, yang berarti dapat terjaminnya keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dan produktifitas kerja yang setinggi – tingginya, hal ini
dipengaruhi oleh; beban kerja, lingkungan kerja dan kapasitas kerja. Jika tidak
terjadi keserasian/ergonomis akan memunculkan penyakit akibat kerja (Tarwaka,
2004).
Penyakit akibat kerja ditimbulkan karena hubungan kerja atau yang
disebabkan oleh pekerjaan dan sikap kerja. Faktor fisik dan kondisi lingkungan
kerja dapat menjadi pendorong resiko terjadinya cidera. Faktor fisik tersebut

diantaranya gerakan dengan kekuatan dan berulang tekanan statis pada otot dan
tekanan oleh mesin atau getaran dan suhu yang terlalu panas atau dingin. Faktor
tersebut akan semakin mempengaruhi dan dirasakan sebagai pemicu akibat kerja,
setelah masa kerja, waktu istirahat yang kurang dan pekerjaan yang monoton
dapat meningkatkan terjadinya DQT (Sulistiono, 2003).
Masa kerja menunjukkan lamanya seseorang terkena paparan di tempat
kerja, semakin lama masa kerja maka akan semakin lama terkena paparan di
tempat kerja sehingga semakin tinggi resiko terjadinya penyakit akibat kerja.
Melakukan pekerjaan yang sama selama bertahun – tahun tanpa ada rotasi
pekerjaan menyebabkan pekerjaan tersebut membebani otot dan jaringan lunak
yang sama dalam jangka waktu tersebut (Luttman, 2003).

Seperti halnya para pemetik teh yang bekerjanya adalah memetik teh
menggunakan tangannya dan pergelangan tangannya setiap hari dengan kebun
yang sangat luas serta waktu yang lama memungkinkan akan mengakibatkan
timbulnya nyeri pada tangan tepatnya pada daerah pergelangan tangan dekat ibu
jari yang disebut dengan DQT (Jansen, 2001).
Perkebunan teh Jamus ini termasuk di dalam wilayah Kabupaten Ngawi,
dan tercatat di bawah pengelolaan sebuah perusahaan bernama P.T. Candi Loka.
Perkebunan teh ini sangat indah dan sejuk, di pagi hari suhu bisa mencapai 20°C23°C, dan ketika siang hari 25°C-26°C (Waluyo, 2008)

Di Perkebunan teh Jamus terdapat kurang lebih 412 pemetik teh, mereka
memetik teh dari hari senin hingga minngu, bekerja sekitar 4 jam setiap harinya,
yakni mulai dari jam 06.00-10.00, diberikan waktu untuk

istirahat selama 30

menit yakni dari jam 08.30-09.00, menghasilkan jumlah petikan yang bervariasi,
30-an hingga 70-an kilogram per orang. Sebagian besar buruh menghasilkan 40an kilogram petikan teh (Waluyo, 2008). Di Perkebunan Teh Jamus ini penulis
akan melakukan penelitian.
Di Perkebunan teh Jamus ini pernah dilakukan studi pendahuluan pada
tahun 2007, dilakukan survei menyatakan bahwa dari 20 pemetik teh terdapat 3

pemetik teh yang positif menderita DQT dengan dilakukan test Finkelstein.
Untuk menurunkan resiko DQT perlu melakukan rotasi kerja sebelum
masa kerja melebihi 3 tahun dan tidak menempatkan pekerja di bagian gerakan
berulang bagi yang pernah bekerja di bagian tersebut (Priadarsini, 2003).
DQT adalah pembengkakan dan peradangan pada tendon dan penutup
tendon yang menggerakkan ibu jari kearah luar. Penyebab, biasanya terjadi
setelah menggunakan pergelangan tangan yang berulang-ulang. Gejala utama
adalah rasa nyeri pada samping ibu jari pada pergelangan tangan dan dasar ibu
jari, yang bertambah parah dengan adanya gerakan (Aldiana, 2008).
DQT sering terkena pada usia 30 hingga 50 tahun. Perempuan 8 hingga 10
kali lebih banyak dibandingkan laki-laki (Nusdwinuringtyas, 2009).
Adanya DQT bisa dilakukan tes pemeriksaan pada para pemetik dengan
tes Finkelstein yaitu pasien diminta untuk menggengam ibu jarinya kemudian

pergelangan tangan digerakkan kearah ulnar maka akan mengakibatkan rasa nyeri
yang sangat, berarti positif menderita DQT (Sidharta , 1983).
Pemetik teh yang kesehariannya bekerja dengan menggunakan tangan ini
dapat menghindari timbulnya DQT lanjut, misal ketika akan memetik teh
dilakukan pemanasan atau penguluran pada otot-otot tangan dengan benar, serta
ada sela waktu untuk istirahat ketika memetik teh sehingga otot-otot tangan tidak

tegang terus.
Dari hasil survey pendahuluan dengan beberapa penelitian terdahulu maka
peneliti tertarik mengambil penelitian tentang “Hubungan Masa Kerja
Memetik Teh Dengan Kecenderungan Terkena De QuerVain’s Tendonitis
(DQT) Di Perkebunan Teh Jamus Ngawi”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dilihat dari segi anatomi tangan, pergelangan tangan, dan jari merupakan
bagian dari extremitas atas yang bentuknya sangat rumit sehingga mudah sekali
terkena injury. Sebagai organ komunikasi, tangan mempunyai fungsi sebagai
organ motoris dan sensoris. Walaupun tangan, pergelangan tangan dan jari terdiri
dari bayak sendi, tetapi fungsinya satu sama lain saling mempengaruhi
(Mudatsir,1996).
Beberapa penelitian membuktikan bahwa faktor – faktor pekerjaan
sangatlah penting sebagai faktor resiko terjadinya DQT. Faktor tersebut yaitu
gerakan yang berulang, gerakan dengan kekuatan, postur kerja statis dengan

waktu yang lama. Salah satu gangguan yang sering terjadi pada pemetik teh yaitu
adanya faktor – faktor tersebut yang dapat menyebabkan cidera pada musculus
abduktor pollicis longus (APL) dan musculus extensor pollicis brevis (EPB)

sehingga mengalami gangguan gerak pada pergelangan tangannya atau yang
disebut dengan DQT (Ahuja, 2004).
Kecenderungan terkena DQT adanya gerakan tangan yang berulang
dorso-ante-laterofleksi dan berlangsung lama. Pemetik teh yang bekerja dari pagi
hingga siang hari kurang lebih dari 3 - 4 jam setiap harinya, dimana mereka
menggerakkan tangan dan pergelangan tangannya terus – menerus ketika
memetik teh, maka akan menimbulkan gejala DQT pergelangan tangan. Oleh
karena itu perlu diidentifikasi dari faktor-faktor resiko terhadap DQT (Priadarsini,
2003).
Semakin lama masa kerja sesorang maka akan semakin lama terkena
paparan di tempat kerja sehingga semakin tinggi resiko terjadinya penyakit akibat
kerja. Melakukan pekerjaan yang sama selama bertahun – tahun tanpa ada rotasi
pekerjaan menyebabkan timbulnya penyakit (Luttman, 2003).
Di perkebunan teh Jamus yang berhawa dingin dan sejuk ini ketika pagi
hari suhu bisa mencapai 20°C-23°C, dan ketika siang hari 25°C-26°C.
Perkebunan teh jamus terdapat kurang lebih 412 pemetik teh, mereka memetik teh
dari hari senin hingga minngu, bekerja sekitar 4 jam setiap harinya, yakni mulai
dari jam 06.00-10.00, diberikan waktu untuk istirahat selama 30 menit yakni dari

jam 08.30-09.00, rata-rata menghasilkan 40-an kilogram petikan teh (Waluyo,

2008)

Analisa gerakan ketika memetik teh yaitu; gerakan ekstensi pergelangan
tangan (dorso flexi) disertai supinasi, pengeraknya adalah musculus extensor
pollicis longus dan musculus extensor carpi radialis longus dan supinator.
Lingkup gerak sendi pada gerakan ini berkisar 20° - 30°.
Penggerak gerakan flexi jari telunjuk adalah musculus interossei dorsales
dan musculus flexor digitorum superficialis. Lingkup gerak sendi pada gerakan
ini MCP berkisar °20 - 30°, PIP berkisar 50° - 60°, DIP berkisar 30° - 40°.
Sedangkan penggerak dari gerakan adduksi ibu jari adalah musculus
extensor pollicis longus. Lingkup gerak sendi pada gerakan ini MCP I berkisar
45° - 50°, IPP berkisar 30° - 45°.
Para pemetik teh dikatakan menderita DQT yang ditandai dengan adanya
rasa nyeri pada pergelangan tangan tepatnya dibawah ibu jari, adanya rasa baal,
adanya nyeri tekan pada processus styloideus radii.
Menghindari timbulnya DQT sebelum melakukan aktifitas dilakukan
pemanasan dan penguluran pada otot-otot tangan dengan benar dan dipertengahan
memetik teh ada selang waktu untuk istirahat agar otot-otot tangan tidak tegang
terus-menerus (Read, 2000).
C. PEMBATASAN MASALAH


Untuk membantu mencapai sasaran pembahasan sebagaimana yang
diharapkan serta meghemat waktu, biaya dan tenaga yang ada. Di dalam
penulisan ini, maka penulis membatasi masalah penelitian hubungan masa kerja
memetik teh terhadap kecenderungan terkena DQT di perkebunan teh Jamus
Ngawi.
D. PERUMUSAN MASALAH
Penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu apakah ada hubungan
masa kerja memetik teh terhadap kecenderungan terkena DQT di perkebunan teh
Jamus Ngawi.
E. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk

mengetahui

hubungan

masa


kerja

memetik

teh

terhadap

kecenderungan terkena DQT di perkebunan teh Jamus.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, masa kerja
terhadap kecenderungan terkena DQT.
b. Untuk menganalisa hubungan masa kerja memetik teh terhadap
kecenderungan terkena DQT.
F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan bagi
berbagai pihak antara lain:
1. Bagi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan

umumnya dalam bidang kesehatan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi
pembaca khususnya.

2. Bagi Institusi yang Bersangkutan
Memeberikan informasi pada institusi yang bersangkutan, khususnya pada
pemetik teh yang dalam kegiatan sehari-harinya sering menggunakan tangan,
serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Bagi Praktisi
Menambah pengetahuan dan dapat mengetahui ada tidaknya hubungan masa
kerja memetik teh terhadap kecenderungan terkena DQT.