TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG ATAS TERTUNDANYA PENERBANGAN (DELAY) BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA.

SKRIPSI

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN
TERHADAP PENUMPANG ATAS TERTUNDANYA
PENERBANGAN (DELAY) BERDASARKAN PERATURAN
MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 77 TAHUN 2011
TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT
ANGKUTAN UDARA

BOBBY FERDINAL PURWANTO
NIM. 1116051208

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

i

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN
TERHADAP PENUMPANG ATAS TERTUNDANYA

PENERBANGAN (DELAY) BERDASARKAN PERATURAN
MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 77 TAHUN 2011
TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT
ANGKUTAN UDARA

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Udayana

BOBBY FERDINAL PURWANTO
NIM. 1116051208

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
KATA PENGANTAR

ii

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan

Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
Skripsi yang berjudul “Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Terhadap
Penumpang Atas Tertundanya Penerbangan (Delay) Berdasarkan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Angkutan
Udara” tepat pada waktunya.
Penyusunan skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Udayana. Adapun dalam
penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.,MH, Dekan Fakultas Hukum
Universitas Udayana
2. Bapak I Ketut Sudiarta, SH., MH, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH.,MH, Pembantu Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Udayana.
4. Bapak I Wayan Suardana, SH.,MH, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
5. Bapak A.A Gede Oka Parwata, SH.,MH, Ketua Program Ekstensi Fakultas
Hukum Universitas Udayana.


vi

6. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,MH, Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas
Hukum Universitas Udayana.
7. Bapak Ngakan Ketut Dunia, SH.,M.,Hum, Dosen Pembimbing I yang telah
banyak memberikan petunjuk serta bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Ibu Ni Putu Purwanti, SH.,MH, Dosen Pembimbing II yang dengan penuh
kesabaran telah memberikan bimbingan dan telah banyak memberikan petunjuk
serta saran-saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Ibu Ni Ketut Supasti Darmawan, SH.,M.,Hum, Pembimbing Akademik yang
memberikan pengarahan terhadap mata kuliah yang ditempuh selama penulis
mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Udayana.
10. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Staff Pegawai Tata Usaha Fakultas Hukum
Universitas Udayana, yang telah memberikan sumbangsih berupa ilmu
pengetahuan dan pelayanan administrasi kepada penulis.
11. Kepada seluruh Pegawai PT. Garuda dan PT. Lion Air yang telah memberikan
ijin dan membantu dalam penelitian skripsi ini.
12. Kepada Papa dan Mama yang selalu memberikan doa, perhatian, nasehat dan
semangat dalam penyusunan skripsi ini.

13. Kepada Kakek dan Nenek yang selalu memberikan semangat dan dukungan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
14. Kepada Melia In Diana, SH, dan Yogi Prasada, SH, yang selalu memberikan
motivasi semangat serta mendampingi setiap waktu dalam mengerjakan skripsi.

vii

15. Kepada senior dan teman-teman UMCC Adhitya Wisadha, Gusti Ayu Cindy,
Surya Senimurtikawati, Ngurah Indra Suastina, Teuku Fahri, Tasya Nahak, Nik
Mirah, Desi Adilia, Riyani Kartikasari, Dasri Librayanti, Gung Christ, Cintya
Virgyanti, Elcintya Yasana, Gung gek, Alvin Janitra, Gung Bayu Pemayun,
Trisna Anggita, Kevin Saputra, Yudi Gabriel, Triantaka, Gung Ari, Zaky, Gekin
Damayanti, Catur Adnyana, yang memberikan semangat selama pendidikan
hingga skripsi ini terselesaikan.
16. Kepada teman-teman angkatan 2011 Kadek Dwijayanti, Niedia Happy, Gung
Intan, Mang Adi, Dwi Parta, Masdiah Anggreni, Rika Rianti, Eka Saputra, yang
memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
17. Kepada sahabat Marcel Christian, Yuda wisena, Komang Artha, Antonio Jaury,
Darnika Angga yang lebih dahulu menyelesaikan gelar sarjana namun tetap
memberi semangat dan dukungan selama pendidikan hingga skripsi ini

terselesaikan.
18. Beserta segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari, bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dengan begitu
banyaknya kekurangan, disamping karena terbatasnya pengetahuan penulis. Sehingga
segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
tulisan penulis selanjutnya.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya bagi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana.

viii

Denpasar, 4 Januari 2016

Penulis

ix

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................


i

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ........................

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................

iii

HALAMAN LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI .....................

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ..........................................................

v

KATA PENGANTAR ....................................................................................


vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................

x

ABSTRAK .......................................................................................................

xiii

ABSTRACT ......................................................................................................

xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................

1


1.2. Rumusan Masalah ......................................................................

5

1.3. Ruang Lingkup Masalah ............................................................

5

1.4. Orisinalitas Penelitian ................................................................

6

1.5. Tujuan Penelitian .......................................................................

8

a. Tujuan Umum ....................................................................

8


b. Tujuan Khusus ...................................................................

8

1.6. Manfaat Penelitian .....................................................................

8

a. Manfaat Teoritis .................................................................

9

b. Manfaat Praktis ..................................................................

9

1.7. Landasan Teoritis .......................................................................

9


1.8. Metode Penelitian.......................................................................

13

a. Jenis penelitian ...................................................................

13

b. Sifat penelitian ..................................................................

13

c. Sumber data ......................................................................

14

x

d. Teknik Pengumpulan data ................................................


15

e. Teknik penentuan sampel penelitian ...............................

16

f. Teknik pengolahan dan analisis data ................................

17

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASKAPAI PENERBANGAN ,
TERTUNDANYA PENERBANGAN DAN PENUMPANG
2.1. Maskapai Penerbangan ...............................................................

18

2.1.1. Pengertian maskapai penerbangan ..................................

18

2.1.2. syarat pendirian maskapai penerbangan ..........................

19

2.1.3. prosedur pendirian maskapai penerbangan .....................

22

2.2. Tertundanya Penerbangan ..........................................................

28

2.2.1. Pengertian Tertundanya penerbangan .............................

28

2.2.2. Alasan Tertundanya penerbangan ...................................

29

2.1.2. Akibat terjadi Tertundanya penerbangan (delay) ............

31

2.3. Penumpang .................................................................................

33

2.3.1. Pengertian penumpang ....................................................

33

2.3.2. Jenis-jenis penumpang.....................................................

35

2.3.3. Hak dan kewajiban penumpang.......................................

36

BAB III TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAP
PENUMPANG
3.1. Prinsip-prinsip tanggung jawab secara umum ...........................

39

3.2. Prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hal terjadinya penundaan
penerbangan ...............................................................................

48

BAB IV GANTI RUGI TERHADAP PENUMPANG DALAM HAL
TERJADINYA PENUNDAAN PENERBANGAN (DELAY)
4.1. cara penentuan besarnya ganti rugi dalam hal terjadinya
penundaan penerbangan (delay) .................................................

xi

53

4.2. Bentuk ganti rugi dalam hal terjadinya penundaan penerbangan
(delay) ........................................................................................

57

4.3. Prosedur pemberian ganti rugi dalam hal terjadinya penundaan
penerbangan (delay) ...................................................................

60

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ................................................................................

67

5.2. Saran-saran .................................................................................

67

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii

ABSTRAK
Transportasi udara merupakan transportasi yang sangat diminati dengan
berbagai kemudahan dan waktu yang relati singkat, akan tetapi dalam pelaksanaan
pengangkutan udara juga terdapat kendala-kendala seperti keterlambatan /
pembatalan penerbangan , maka dengan adanya keterlambatan ini dikeluarkan
peraturan menteri perhubungan no. 77 tahun 2011 tentang tanggung jawab
pengangkut angkutan udara , sehingga dapat memberikan perlindungan keamanan
serta kepastian agar dapat meningkatkan kepercayaan dari masyarakat untuk
menggunakan angkutan udara. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan apakah
maskapai penerbangan bertanggung jawab pada kerugian yang dialami oleh
penumpang apabila terjadi delay dalam pelaksanaan tugas dan bagaimana bentuk
ganti rugi maskapai penerbangan terhadap kerugian yang dialami oleh penumpang
apabila terjadi delay dalam pelaksanaan tugas maskapai penerbangan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
penelitian hukum empiris , yaitu penelitian hukum dengan data yang diperoleh
langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian
lapangan , yang dilakukan baik melalui penelitian lapangan , yang dilakukan baik
melalui pengamatan , wawancara , ataupun penyebaran kuisioner.
Dalam prakteknya maskapai penerbangan bertanggung jawab terhadap
kerugian yang dialami penumpang apabila terjadi penundaan penerbangan / delay
dalam pelaksanaan tugas maskapai penerbangan sesuai dengan prinsip tanggung
jawab berdasarkan unsur kesalahan. Bentuk tanggung jawab maskapai penerbangan
terhadap kerugian yang dialami penumpang apabila terjadinya penundaan
penerbangan / delay dalam pelaksanaan tugas maskapai penerbangan berupa
dibebani pengembalian tiket ,pemberian makanan dan minuman serta
memindahkan penumpang ke penerbangan berikutnya.
Kata Kunci : tanggung jawab , penundaan penerbangan , penumpang

xiii

ABSTRACT
Air transportation is one of the most desirable transportation because it offers
various facilities and it takes relatively short time. In the fact, air freight deal with
some obstacles for instances delays and/or cancellations. Then delay the transport
minister issued regulations no.77 year 2011 on the responsibility of air freight
carrier , so that it can provide security protection and certainty in order to increase
public confidence to use air transport. so that raises the question of whether the
airline is responsible for losses suffered by the passengers in case of delay in the
execution of it’s duties and how restitution airline passengers against losses in the
event of delay in the execution of duty airline.
The method use in this thesis is empirical legal research , namely legal
research with data obtained directly from the community as the source of the first
through field research , conducted
through observation , interview or
questionnaires.
In practice , the airline is responsible for the loss of passengers in case of
flight delays or the delay in execution of duties in accordance with the principle of
responsibility based on the element of fault. A responsibility airline passengers
against losses if the occurrence of flight delays or the delay in the execution of
tasks burdened airline ticket refund form, the provision of food and beverages , as
well as passengers move to the next flight.

Keyboards: liability, flight delays, passenger

xiv

i

1

฀A฀ I
PENDAHULUAN

1.1. Latar ฀elakang Masalah
฀ntuk meraih tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan ฀ndang – ฀ndang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945, yakni

mewujudkan wawasan nusantara serta

memperkuat ketahanan nasional maka diperlukan sistem transportasi nasional yang
mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, mempererat hubungan
antar bangsa, dan memperkukuh kedaulatan Negara. Indonesia merupakan negara
kepulauan yang sangat luas dengan letak geografis antar pulau satu dengan pulau yang
lainnya berjauhan, untuk menjalin hubungan antar pulau atau daerah yang luas tersebut
Indonesia membutuhkan jasa pengangkutan. Kondisi seperti itu menyebabkan jasa
pengangkutan mempunyai peran yang sangat penting.
Angkutan udara adalah orang atau badan hukum yang mengadakan perjanjian
pengangkutan udara untuk mengangkut penumpang dengan pesawat terbang dan
dengan menerima imbalan bayaran atau jasa lainnya. Menurut Abdulkadir Muhammad,
pengangkutan adalah proses kegiatan pemindahan penumpang atau barang dari suatu
tempat ke tempat lain dengan menggunakan berbagai jenis alat pengangkut mekanik
yang diakui dan diatur undang – undang sesuai dengan bidang angkutan dan kemajuan
teknologi, salah satunya adalah menggunakan angkutan udara. Menurut ฀ndang –
฀ndang Nomor 1 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (13) tentang Penerbangan yang dimaksud
dengan angkutan udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara

untuk mengangkut penumpang, kargo, dan pos untuk satu kali perjalanan atau lebih
dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.
Transportasi udara mempermudah dalam melakukan pengangkutan antar daerah
maupun pulau dengan waktu yang lebih singkat dan ekonomis, karena biaya yang
dikeluarkan penumpang untuk membeli tiket pesawat udara masih dapat dijangkau.
Dengan perkembangan teknologi dan jaman, masyarakat juga lebih menyukai
menggunakan pesawat udara sebagai alat angkutannya untuk berpergian. Hal ini
disebabkan karena pesawat udara memiliki kecepatan yang melebihi alat transportasi
lainnya seperti transportasi melalui darat dan transportasi melalui laut. Berpergian ke
luar daerah atau pulau memiliki jarak tempuh yang sangat jauh namun apabila
menggunakan pesawat udara akan mempersingkat waktu. Sehingga masyarakat dapat
menghemat waktu dan tenaga.
Dengan jumlah konsumen yang begitu besar, suatu usaha transportasi atau bisnis
transportasi jasa pengangkutan merupakan salah satu usaha yang sangat menggiurkan
untuk di dirikan, karena sangat diperlukan oleh pengguna jasa untuk menghubungkan
antar pulau di Indonesia agar mempermudah dan mempercepat suatu perjalanan
dengan lebih efisien.
Pentingnya peran angkutan udara menuntut penyedia jasa untuk terus berkembang
dan meningkatkan kualitas pelayanan dan keamanan penerbangan. Angkutan udara
mempromosikan kualitasnya baik melalui media elektronik, media cetak, maupun
media online mengenai berbagai fasilitas – fasilitas dan tiket penerbangan dengan
harga yang bervariasi. Dengan banyaknya media serta cara penyampaiannya yang
kreatif dan mudah dipahami diharapkan dapat menarik perhatian pengguna jasa dalam

menggunakan angkutan udara untuk berpergian keluar daerah atau pulau.”Penumpang
dalam hal ini lebih mengutamakan ketepatan waktu dan pelayanan yang memuaskan
sehingga tidak jarang penumpang rela mengeluarkan banyak biaya untuk sampai di
tempat tujuan dengan tepat waktu. Maka dari itu angkutan udara sebagai penyedia jasa
harus memiliki standar kualitas pelayanan yang optimal dan propesional.
Berkembangnya industri di bidang angkutan udara tersebut diatas berdampak pada
semakin banyaknya maskapai penerbangan komersial di Indonesia. Banyaknya
maskapai penerbangan ini salah satunya menyebabkan semakin murahnya harga tiket
pesawat yang hampir sama dengan harga tiket angkutan darat seperti kereta api,
sehingga pengguna jasa angkutan udara dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan. Namun terdapat beberapa masalah yang sering ditemui dalam sistem
pengangkutan udara tersebut, kerugian yang di alami penumpang salah satunya adalah
tertundanya penerbangan atau yang sering disebut dengan delay. Hal ini sangat
merugikan penumpang, khususnya penumpang yang lebih mengutamakan waktu dari
pada biaya yang dikeluarkan untuk sampai di tempat tujuan secara tepat waktu.
Terjadinya penundaan dan pembatalan penerbangan dapat merugikan bagi pengguna
jasa penerbangan dari segi waktu ataupun biaya. Dimana dalam kenyataannya, akhirakhir ini banyak perusahaan angkutan udara yang selalu melakukan penundaan dan
pembatalan penerbangan padahal perusahaan tersebut dalam mempromosikan
kualitasnya selalu berbicara masalah ketepatan waktu atau ฀n time perf฀rmance dalam
penerbangan. Maka dari itu sangatlah dituntut kepropesionalan pihak maskapai
penerbangan menangani hal yang sangat penting ini, yang berdampak besar pada

mobilitas penumpang dalam menjalankan bisnis dan perkembangan transportasi udara
sebagai salah satu pendukung pertumbuhan ekonomi bangsa.
Banyaknya keluhan dan kritikan dari berbagai kalangan akibat kerugian yang
dirasakan para pengguna jasa angkutan udara akibat tertundanya penerbangan tersebut
di atas, yang merugikan banyak materiil dan kepercayaan, maka dikeluarkannya
฀ndang – ฀ndang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan dan secara khusus
mengenai tanggung jawab pengangkut angkutan udara diatur dalam Peraturan Menteri
Perhubungan No 77 Tahun 2011. Dikeluarkannya Peraturan Menteri Perhubungan ini
merupakan amanat dari pasal 186 ayat (2) ฀ndang – ฀ndang Nomor 1 Tahun 2009
yang bebunyi “perlu menetapkan peraturan menteri perhubungan tentang tanggung
jawab pengangkut angkutan udara”. Peraturan Menteri Perhubungan ini merupakan
jawaban atas keluhan serta kritikan dari masyarakat yang beranggapan bahwa selama
ini penyelenggaraan jasa penerbangan dirasakan sangat merugikan pengguna jasa
angkutan udara. Dengan adanya Peraturan Menteri Nomor 77 Tahun 2011 ini, hak dan
kewajiban pengguna jasa, penyedia jasa angkutan udara maupun pihak ketiga menjadi
lebih jelas, sehingga apabila terjadi wanprestasi, akan dapat diselesaikan melalui
mekanisme penyelesaian sengketa sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah tanggung jawab maskapai penerbangan terhadap penumpang atas
tertundanya penerbangan (delay) berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 77 tahun 2011 ?

2. Bagaimanakah cara penentuan besarnya ganti kerugian dalam hal terjadinya
penundaan penerbangan (delay) ?
1.3. Ruang Lingkup Masalah
฀ntuk mempermudah penulisan skripsi ini dan agar lebih terarah dan berjalan
dengan baik, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup
permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu: hanya dibahas
mengenai tanggung jawab pengangkut angkutan udara serta hanya menggunakan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 sebagai penyelesaian masalah
mengenai tanggung jawab maskapai penerbangan atas keterlambatan penerbangan
danjuga besaran ganti kerugian yang diterima penumpang oleh pihak maskapai
penerbangan.
1.4. Orisinalitas Penelitian
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tulisan yang berjudul Tanggung Jawab
Maskapai Penerbangan Terhadap Penumpang Atas Tertundanya Penerbangan (Delay)
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011adalah sepenuhnya
hasil pemikiran dan tulisan oleh penulis sendiri dengan menggunakan 2 (dua) skripsi
sebagai referensi. Beberapa penelitian yang ditelusuri berkaitan dengan penelitian ini
dapat dikemukakan sebagai berikut:
NO Penulis

Judul Skripsi

Rumusan masalah

1

Ahmad
Zazili
Fakultas Hukum
฀niversitas
฀dayana
Diponogoro
Tahun 2008

Perlindungan Hukum
terhadap
penumpang
pada
Transportasi
฀dara Niaga

1. Bagaimanakah peraturan
mengenai
perlindungan
hukum terhadap penumpang
pada transportasi udara niaga
berjadwal nasional?

2. ฀paya hukum apakah
yang dapat ditempuh oleh
penumpang
yang
mengalami
kerugian
dalam
kegiatan
transportasi udara niaga?

2.

William Yudha
Pratama Fakultas
Hukum
฀niversitas
Jember
Tahun
2013

Tanggung
jawab
Hukum
Maskapai
Penerbangan Terhadap
Keterlambatan
Penerbangan Pesawat

1. ฀paya Hukum yang dapat
dilakukan oleh penumpang
apabila
maskapai
yang
bersangkutan tidak memberi
ganti kerugian?
2. bentuk ganti kerugian
yang
diberikan
oleh
maskapai
penerbangan
kepada penumpang saat
penumpang
mengalami
kerugian?

Karya ilmiah :

Bobby
ferdinal
Purwanto
Fakultas Hukum
฀niversitas
฀dayana
tahun
2015

Tanggung
Jawab
Maskapai Penerbangan
Terhadap Penumpang
Atas
Tertundanya
Penerbangan
(delay)
Berdasarkan Peraturan
Menteri Perhubungan
Nomor 77 Tahun 2011

1. Bagaimanakah tanggung
jawab maskapai penerbangan
terhadap penumpang atas
tertundanya
penerbangan
(delay)
berdasarkan
Peraturan
Menteri
Perhubungan Nomor 77
tahun 2011 ?
2.
Bagaimanakah cara
penentuan besarnya ganti
kerugian dalam hal terjadinya
penundaan
penerbangan
(delay) ?

2.1. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai,
adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut.
a.

Tujuan Umum
฀ntuk mengetahui bagaimana tanggung jawab maskapai penerbangan terhadap

penumpang atas tertundanya penerbangan (delay) berdasarkan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 77 tahun 2011.
b. Tujuan Khusus
1) ฀ntuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar kesarjanaan
dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum ฀niversitas ฀dayana Denpasar.
2) ฀ntuk menambah pengetahuan dan wawasan Penulis di bidang hukum
khususnya

mengenai

tanggung

jawab

maskapai

penerbangan

terhadap

penumpang atas tertundanya penerbangan (delay) berdasarkan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 77 tahun 2011.
1.6. Manfaat Penelitian
a.

Manfaat Teoritis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

perkembangan ilmu khususnya mengenai tanggung jawab maskapai penerbangan
terhadap penumpang atas tertundanya penerbangan (delay) berdasarkan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 77 tahun 2011.
b. Manfaat Praktis
Dari segi praktis , berguna sebagai upaya yang dapat diperoleh langsung
manfaatnya, seperti peningkatan keahlian dan keterampilan menulis, sumbangan
pemikiran dalam pemecahan suatu masalah hukum, acuan pengambilan keputusan
yuridis, dan bacaan baru bagi penelitian ilmu hukum.
1.7. Landasan Teoritis
Landasan teoritis adalah upaya untuk mengidentifikasi teori hukum umum dan
khusus, konsep-konsep hukum, asas-asas hukum, pendapat hukum dan lain-lain yang
akan dipakai landasan untuk membahas permasalahan penelitian , sebagai landasan
dimaksudkan untuk mewujudkan kebenaran ilmu hukum yang bersifat consensus yang
diperoleh dari rangkaian upaya penelusuran, maka harus dihindari teori-teori (ajaran
atau doktrin), konsep-konsep hukum, asas-asas hukum, dan pendapat hukum yang
bertentangan satu sama lain. Semakin banyak teori, konsep , asas, dan pendapat hukum
yang berhasil diidentifikasi semakin tinggi derajat kebenaran yang bias dicapai.

฀ntuk menjawab rumusan masalah yang diungkapkan maka penelitian ini
menggunakan 3 teori yaitu sebagai berikut.
a.

Teori Kepentingan (utilitarianisme theory) dari Jeremy ฀entham
Kebebasan berkontrak adalah refleksi dari perkembangan paham pasar bebas yang

dipelopori oleh adam smith. Adam smith dengan teori ekonomi klasiknya mendasari
pemikirannya pada ajaran hukum alam, hal yang sama menjadi dasar pemikiran Jeremy
Bentham yang dikenal dengan utilitarianisme. ฀tilitarianisme dan teori klasik ekonomi
laissez faire. Dianggap saling melengkapi dan sama-sama menghidupkan pemikiran
liberlis individualistis. Menurut teory utilitis tujuan hukum ialah menjamin adanya
kebahagiaan sebesar-besarnya pada orang sebanyak-banyaknya. Kepastian melalui
hukum bagi perseorangan merupakan tujuan utama dari pada hukum. Peraturanperaturan yang timbul dari norma hukum (kaedah hukum), dibuat oleh penguasa
Negara, isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan
segala paksaan alat-alat Negara. Keistimewaan dari norma hukum justru terletak dalam
sifatnya yang memaksa, dengan sanksinya berupa ancaman hukuman. Bahwa undangundang adalah keputusan kehendak dari satu pihak, perjanjian, keputusan kehendak
dari kedua pihak, dengan kata lain, bahwa orang terikat pada perjanjian berdasarkan
atas kehendaknya sendiri pada undang-undang terlepas dari kehendaknya.
b. Teori Mengenai Keputusan Penumpang dari ฀anfet
Teori ini memberikan pernyataan mengenai faktor yang mempengaruhi keputusan
penumpang, “A c฀nsumer’s purchase ฀f an airline ticket can be either a r฀utine buyer
resp฀nse behavi฀r ฀r the result ฀f extensive evaluati฀n and weighing ฀f vari฀us airline

฀fferings, ฀ne against the ฀ther. The c฀nsumer tends t฀ be price sensitive, but als฀
influenced by l฀yalty, advertising and image.”
Teori tersebut di atas menjelaskan secara eksplisit bahwa kebanyakan penumpang
pesawat terbang mempertimbangkan harga ketika akan membeli tiket pesawat terbang.
Namun demikian, faktor lain yang mempengaruhi penumpang dalam mengambil
keputusan untuk memilih suatu maskapai dan membeli tiket pesawat juga disebabkan
oleh faktor loyalitas, promosi/iklan dan citra yang melekat pada maskapai
penerbangan.
Teori mengenai pengaruh pelayanan, keamanan, harga dan citra Industri jasa
(service) kepuasan pelanggan selalu dipengaruhi oleh kualitas interaksi antara
pelanggan dan karyawan yang melakukan kontak layanan. Ada dua hal pokok yang
berkaitan dengan layanan, yaitu harapan pelanggan terhadap kualitas layanan (expected
quality) dan persepsi pelanggan atas layanan pada saat menerima layanan (experienced
atau perceive quality)
Kualitas pelayanan yang baik timbul karena adanya strategi pelayanan yang
berkaitan dengan kebijakan-kebijakan perusahaan. Strategi pelayanan harus dapat terus
dikembangkan untuk dipelihara dan ditingkatkan terutama untuk menciptakan
kesetiaan pelanggan (cust฀mer l฀yalty). Strategi pelayanan harus dapat memberikan
nilai (perceive value) yang diterima oleh pelanggannya, seperti pelayanan yang harus
memenuhi harapan pelanggannya, maka hal ini akan memotivasi pelanggan untuk tetap
setia pada perusahaan tersebut daripada harus pindah ke perusahaan pesaing. Kepuasan
adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang

dirasakannya dengan harapannya. Jadi, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari
perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.
c. Teori Terjadinya Keterlambatan Penerbangan Menurut “Soherman
Abdul” :
1.

Ramp Handling
Yaitu keterlambatann dalam melakukan pengemasan muatann kargo dann pos,
serta ketidak tepatan waktu dalam penanganan kebersihan pesawat.

2.

Terminal Handling
Yaitu keterlambatan dalam proses check-in, penanganan dalam pengelompokan
penumpang, dan penanganan bagasi.

3.

Operati฀nal Pr฀blem
Yaitu terjadinya keterlambatan masalah dokumen penerbangan.

4.

Technical Pr฀blem
Yaitu terjadinya kerusakan pada pesawat atau penggantian pesawat karena alasan
teknis.

5.

Ekstern
Yaitu masalah cuaca atau masalah pada imigrasi dan pabean.

1.8 Metode Penelitian
a.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada penulisan ini adalah penelitian hukum empiris, penelitian ini

pada dasarnya menyangkut data lapangan yang diperoleh langsung dari masyarakat
sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan. Penelitian hukum empiris
adanya kesenjangan antara teori dan realita , kesenjangan antara keadaan teoritis

dengan fakta hukum dan atau adanya situasi ketidaktauan yang dikaji untuk
pemenuhan sistem akademik. Penelitian hukum empiris atau sosiologis lebih
menitikberatkan pada penelitian data primer yaitu wawancara
b. Sifat Penelitian
Pada penulisan ini menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif.penelitian
yang bersifat deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki

dengan

menggambarkan

keadaan

subjek/objek

penelitian

(seseorang,lembaga,masyarakat,dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan faktafakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif dapat dikatakan
sebagai langkah-langkah melakukan representative objektif tentang gejala-gejala yang
terdapat di dalam masalah yang diselidiki. Dengan penelitian deskriptif maka dapat
menggambarkan secara tepat situasi atau kejadian dan menerangkan hubungan antara
kejadian tersebut dengan masalah yang akan diteliti , karena dari hasil ini dapat
memberikan gambaran mengenai tanggung jawab maskapai penerbangan terhadap
penumpang sehingga gambaran tersebut dapat dianalisa tanpa memberikan
kesimpulan-kesimpulan yang bersifat hukum.
c. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber data yaitu
sebagai berikut.
1. Data primer (data lapangan), yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber
pertama dan belum diolah dan diuraikan oleh orang lain. Data yang diperoleh
didapatkan secara langsung melalui teknik wawancara dengan informan.

2. Data sekunder, antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku,
hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya.
Adapun bahan hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sumbersumber data sekunder yaitu sebagai berikut.
1)

Bahan hukum primer , yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Bahan
hukum ini berupa peraturan perundangan-undangan yang dapat membantu
dalam menganalisa dan memahami permasalahan dalam penulisan ini.

Dalam penulisan skripsi ini bersumber pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku yaitu sebagai berikut.
a)

฀ndang – undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.

b)

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2008 Mengenai
Penyelenggaraan Angkutan ฀dara.

c)

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Mengenai Tanggung
Jawab Pengangkut Angkutan ฀dara

d)

K฀HPerdata

2)

Bahan hukum sekunder, bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer , berupa literatur-literatur hukum , majalah ,
Koran dan karya tulis yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam
penulisan ini.

d. Teknik Pengumpulan Data
Menurut soerjono soekanto dalam penelitian lazimnya dikenal 3 (tiga) jenis alat
pengumpul data yaitu bahan pustaka , pengamatan atau observasi dan wawancara atau

interview. ฀ntuk memperoleh data dalam penelitian ini maka teknik yang digunakan
sebagai berikut.
- Data studi dokumen atau bahan kepustakaan yang juga disebut sebagai data
sekunder terutama dapat diperoleh dari perpustakaan. Maksudnya bahwa dalam
penelitian ini akan dikumpulkan data-data kepustakaan yang dikumpulkan dengan
cara membaca dan memahami , selanjutnya dilakukan teknik pencatatan dengan
mengutip teori dan penjelasan yang penting dari bahan-bahan yang relavan
dengan pokok permasalahan kutipan tidak langsung.
- Teknik wawancara (interview), yaitu suatu cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data guna mencari informasi dengan cara mengadakan Tanya
jawab secara lisan dan tulisan yang diarahkan pada masalah tertentu dengan
informan yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
e. Teknik Penentuan Sampel Penelitian
Penentuan populasi dan sampel tepat sangat penting artinya dalam suatu
penelitian , populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang sama.
Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti yang dianggap
mewakili populasinya. Maka populasi dalam penelitian ini adalah pihak Maskapai
penerbangan Denpasar.
Berdasarkan hal tersebut , pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Non
Probability Sampling ,maka sampel dalam penelitian adalah Petugas yang berkaitan

dengan Maskapai Penerbangan , karena sampel-sampel tersebut memenuhi kriteria dan
sifat-sifat yang peneliti tentukan.
f. Teknik Pengolahan dan analisis data
฀ntuk yang berpedoman hasil atau jawaban atas permasalahan yang diteliti , maka
keseluruhan data yang terkumpul baik itu berupa data kepustakaan maupun data
lapangan, selanjutnya diolah dan analisa secara kualitatif dalam arti keseluruhan data
yang terkumpul diklasifikasikan sedemikian rupa kemudian diambil yang ada
hubungan dengan permasalahan yang dibahas. Akhirnya diperoleh data yang berupa
menjawab atas rumusan masalah dalam skripsi ini yang selanjutnya disajikan secara
deskriptif analistis yaitu berusaha menganalisa data dengan menguraikan dan
memapaparkan secara jelas dan apa adanya mengenai objek yang diteliti.Data
informasi yang diperoleh dari objek penelitian dikaji dan dianalisa dikaitkan dengan
teori dan peraturan yang berlaku yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan
yang diangkat dengan menggunakan pedoman wawancara dan observasi.

฀A฀ II
TINJAUAN UMUM TENTANG MASKAPAI PENER฀ANGAN , TERTUNDANYA
PENER฀ANGAN DAN PENUMPANG
2.1 Maskapai penerbangan
2.1.1 Pengertian Maskapai Penerbangan
฀askapai

penerbangan

adalah

berasal

dari

bahasa

Belanda

yakni

“฀aatschappij”yang berarti “perusahaan”, sedangkan penerbangan memiliki arti yakni:
satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara,
bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan,
lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya. ฀enurut R. S.
Damardjati, maskapai penerbangan adalah perusahaan milik swasta atau pemerintah
yang khusus menyelenggarakan pelayanan angkutan udara untuk penumpang umum
baik yang berjadwal (schedule service/regular flight) maupun yang tidak berjadwal
(non schedule service). Penerbangan berjadwal menempuh rute penerbangan
berdasarkan jadwal waktu, kota tujuan maupun kota – kota persinggahan yang tetap.
Sedangkan penerbangan tidak berjadwal sebaliknya, dengan waktu, rute, maupun kota
– kota tujuan dan persinggahan bergantung kepada kebutuhan dan permintaan pihak
penyewa. Sedangkan menurut Widadi A. Suwarno, berpendapat bahwa maskapai
penerbangan atau airlines adalah perusahaan penerbangan yang menerbitkan dokumen
penerbangan untuk mengangkut penumpang beserta bagasinya, barang kiriman
(kargo), dan benda pos (mail) dengan pesawat udara.
฀enurut ketentuan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan
Pasal 1 ayat (25), pengangkutan udara adalah badan usaha angkutan udara

niaga,pemegang izin kegiatan angkutan udara niaga yang melakukan kegiatan
angkutan udara niaga berdasarkan ketentuan undang-undang ini dan/atau badan usaha
selain badan usaha angkutan udara niaga yang membuat kontrak perjanjian angkutan
udara niaga”
Pengangkut pada pengangkutan udara adalah Perusahaan atau ฀askapai
penerbangan yang mendapat izin operasi dari pemerintah mengunakan pesawat sipil
dengan memungut bayaran.
2.1.2 Syarat Pendirian Maskapai Penerbangan
Untuk dapat melakukan kegiatan usaha angkutan udara niaga / angkutanudara
bukan niaga perusahaan harus memiliki izin usaha yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal perhubungan udara yang memiliki persyaratan sebagai berikut.
a).฀emiliki akta pendirian badan usaha Indonesia yang usahanya bergerak di
bidang angkutan udara niaga berjadwal atau angkutan udara niaga tidak
berjadwal dan disahkan oleh ฀enteri yang berwenang.
 b).฀enyampaikan surat persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman ฀odal
atau Badan Koordinasi Penanaman ฀odal Daerah apabila yang bersangkutan
menggunakan fasilitas penanaman modal.
 c). ฀emiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
 d).Surat keterangan domisili yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang;
 e).฀enyampaikan tanda bukti modal yang disetor
 f). ฀enyampaikan garansi / jaminan bank
 g).฀enyampaikan rencana bisnis (business plan) untuk kurun waktu minimal 5
(lima) tahun yang sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut.
1) Jenis dan jumlah pesawat udara yang akan dioperasikan.

a.Angkutan udara niaga berjadwal memiliki paling sedikit 5 (lima) unit pesawat
udara dan menguasai 5 (lima) unit pesawat udara dengan jenis yang mendukung
kelangsungan usaha sesuai dengan rute yang dilayani;
b.

Angkutan udara niaga tidak berjadwal memiliki 1 (satu) unit pesawat udara
dan menguasai 2 (dua) unit pesawat udara dengan jenis yang mendukung
kelangsungan usaha sesuai dengan rute yang dilayani;

c.Angkutan udara niaga khusus mengangkut kargo memiliki paling sedikit 1
(satu) unit pesawat udara dan menguasai 2 (dua) unit pesawat udara dengan
jenis yang mendukung kelangsungan usaha sesuai dengan rute atau daerah
operasi yang dilayani.

 2). Rencana pusat kegiatan operasi penerbangan (operation base) dan rute
penerbangan bagi perusahaan angkutan udara niaga berjadwal sekurang-kurangnya
menggambarkan hal-hal sebagai berikut.
a.Rencana pusat kegiatan operasi penerbangan (operation base)
b.

Keseimbangan rute penerbangan.

c.Peta jaringan rute penerbangan.
d.

Rute, frekuensi, rotasi diagram penerbangan dan utilisasi pesawat udara
yang akan dilayani secara bertahap selama 5 (lima) tahun.

3). Aspek pemasaran dalam bentuk potensi permintaan pasar angkutan udara
sekurang-kurangnya memuat:
a.peluang pasar angkutan udara secara umum maupun secara khusus pada rute
penerbangan atau daerah operasi yang akan dilayani, meliputi :

- perkembangan jumlah permintaan penumpang atau kargo per tahun untuk jangka
waktu sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun terakhir pada rute penerbangan atau
daerah operasi yang akan dilayani;
- potensi jumlah permintaan penumpang atau kargo per tahun untuk jangka waktu
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun ke depan pada rute penerbangan atau daerah
operasi yang akan dilayani;
- rencana utilisasi pesawat udara secara bertahap selama 5 (lima) tahun ke depan
bagi perusahaan angkutan udara niaga tidak berjadwal; danKondisi pesaing
yang ada saat ini pada rute penerbangan atau daerah operasi yang akan dilayani.
 b.target dan pangsa pasar yang akan diraih, meliputi :
segmen pasar yang akan dilayani sesuai dengan bidang usahanya; danPangsa
pasar (฀arket share) per tahun yang akan diraih pada masing-masing rute
penerbangan atau daerah operasi sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun ke depan.
4). Sumber Daya ฀anusia termasuk teknisi dan awak pesawat udara, sekurangkurangnya memuat tahapan kebutuhan sumber daya manusia langsung maupun
tidak langsung menyangkut kualifikasi dan jumlah per tahun untuk jangka waktu
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun ke depan.

 5). Kesiapan dan kelayakan operasi sekurang-kurangnya memuat :
- rencana pengadaan, pemeliharaan dan perawatan pesawat udara
- rencana pengadaan fasilitas pendukung operasional pesawat udara
- rencana pengadaan fasilitas pelayanan penumpang pesawat udara
- rencana pemasaran jasa angkutan udara.


 6). Analisis dan evaluasi dari aspek ekonomi dan keuangan sekurang-kurangnya
memuat:
a.rencana investasi untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun ke
depan;
b.

proyeksi aliran kas (cashflow), rugi – laba dan neraca untuk jangka waktu
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun ke depan;

2.1.3 Prosedur Pendirian Maskapai Penerbangan
฀engenai pengoperasian pesawat udara diatur dalam Pasal 41 Undang-Undang
No.1 tahun 2009 dimana setiap orang yang mengoperasikan pesawat udara untuk
kegiatan angkutan udara wajib memiliki sertifikat. Sertifikat tersebut yaitu sertifikat
operator pesawat udara (air operator certificate) yang diterbitkan  Direktur Jenderal
Perhubungan Udara
Persyaratan memperoleh air operator certificate (AOC) adalah sebagai berikut :
1. ฀emiliki izin usaha angkutan udara
2. Lulus dalam sertifikasi teknis dan operasional , sertifikat teknis dan operasional
dilakukan untuk memastikan dipenuhi persyaratan-persyaratan teknis dan
operasional dalam lampiran keputusan menteri perhubungan nomor K฀ 22 tahun
2002 tentang Civil Aviation Safety Regulations (CASR) part 121 atau keputusan
menteri perhubungan nomor K฀ 17 tahun 2003 tentang Civil Aviation Regulations
(CASR) part 135.
Pada dasarnya proses sertifikasi teknis dan operasional dilakukan untuk
mengevaluasi kemampuan perusahaan penerbangan dalam memenuhi persyaratan
sumber daya yang meliputi sebagai berikut.

a. Kemampuan teknis dan operasional, terdiri dari :
- fasilitas kantor, hangar, penunjang pengoperasian;
- peralatan kantor, perawatan pesawat udara, penunjang pengoperasian;
- pesawat udara;
- sistem dan prosedur jaminan mutu, keselamatan dan keamanan;
- kualifikasi sumber daya manusia
-. ฀anual/buku-buku panduan mutu, keselamatan dan kemanan
b. Kemampuan keuangan, terdiri dari :
- mampu untuk memulai usahanya;
- mampu untuk bertahan selama 6 (enam) bulan ke depan sejak memulai
kegiatan.
Dalam Prosedur pengajuan permohonan diajukan secara tertulis kepada Direktur
Jenderal Perhubungan Udara selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari sebelum hari
dimulainya pengoperasian pesawat udara dan Penyelesaian proses sertifikasi AOC ,
Direktorat Jenderal Perhubungan udara membagi 5 fase yaitu sebagai berikut.
a. Pre-Aplikasi
Fase ini dilakukan untuk memastikan bahwa pemohon telah memiliki sumber
daya sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Lampiran Keputusan ฀enteri
Perhubungan Nomor K฀ 22 Tahun 2002 tentang Civil Aviation Safety Regulations
(CASR) Pasrt 135. Apabila pemohon telah dinilai memenuhi persyaratan dan dapat
melanjutkan ke fase berikutnya, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara akan
memberikan formulir-formulir sebagai berikut.
1. Pre Application Statement of Interat (Pernyataan Keinginan Pemohon AOC);

2. Certification Job Aids (Panduan Kerja Sertifikasi);
3. Operation Specifications Questionnaire (Daftar Pernyataan Spesifikasi Operasi);
4 Contoh Formal Letter (Contoh Surat Permohonan Resmi).
Selanjutnya Direktur Jenderal Perhubungan Udara membentuk Tim Sertifikasi
yang paling sedikit terdiri atas 2 orang inspektur operasi pesawat udara. Besar kecilnya
Tim tergantung kepada berapa besar rencana perusahaan tersebut yang akan diketahui
pada fase Pre-Aplikasi. Tim dipimpin oleh Certification Project ฀anager, salah satu
dari inspektur operasi pesawat udara tersebut.Kepada pemohon juga diminta untuk
membentuk Tim sebagai mitra kerja Tim Sertifikasi AOC.
b. Aplikasi Formal
Pada fase ini, Pemohon mengirim surat permohonan resmi ke Direktur Jenderal
Perhubungan Udara sesuai dengan formulir yang telah diberikan pada fase pre-aplikasi
dengan melampirkan hal-hal sebagai berikut.
1. Schedule of Event;
2. Company ฀anuals (buku-buku panduan perusahaan);
3. Company Training Programs (buku-buku panduan diklat);
4. ฀anagement Qualificarion Resume (ringkasan kualifikasi personil kunci);
5. Document of Purchase, Contract of Leasing (dokumen pembelian pesawat,
kontrak atau sewa pesawat udara);
6. Initial Compliance Statement (pernyataan awal pemenuhan persyaratanpersyaratan);
7. Neraca Keuangan, dengan posisi tidak boleh lebih dari 60 hari sebelum tanggal
permohonan AOC;

8. Projeksi seluruh sumber-sumber dan penggunaan dana selama 6 (enam) bulan ke
depan, dihitung dari bulan dimana diperkirakan AOC akan diperoleh.
c. Evaluasi Pemenuhan Persyaratan Dokumen
Pada fase ini dilaksanakan evaluasi terhadap dokumen sebagai berikut yang
merupakan rincian dari dokumen pada fase Aplikasi Formal yaitu sebagai berikut :
1. compliance statement;
2. management qualification;
3. company operating manual;
4. company maintenance manual;
5. company safety manual;
6. dangerous goods manual;
7. station manual;
8. emergency respone manual;
9. aviation security programs;
10.training program manual;
11.operations specifications;
12 aircraft flight manual;
13.aircraft operation manual
14.quick reference handbook;
15.minimum equipment list;
16.charge data list;
17.airport runway analysis;
18.flight attendant manual;
19.flight operation officer manual;
20.maintenance technical manual;
21.kontrak-kontrak pembelian, penyewaan, perawatan, fasilitas station, ground
handling, dan lain-lain.
d. Demo dan Inspeksi
Pada fase ini Tim Sertifikat AOC melakukan pemeriksaan fisik terhadap
kebenaran pernyataan-pernyataan dalam dokumen yang diserahkan Pemohon kepada
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Di bidang pengoperasian pesawat udara,
dilakukan pemeriksaan fisik terhadap fasilitas pengoperasian di pangkalan utama
maupun di stasiun di bandar udara yang disinggahi.Bidang operasi pesawat udara dan
perawatan pesawat udara secara bersama-sama memeriksa kelaikan pesawat udara,
menyaksikan demo evakuasi darurat dan melakukan proofing flight.
e. Penerbitan Sertifikat AOC
1. Waktu Proses
Sesuai CASR 121.26 untuk memperoleh AOC, pemohon wajib mengajukan
permohonan selambatlambatnya 60 hari sebelum hari dimulainya pengoperasian

pesawat udara.Kebutuhan waktu 60 hari untuk memproses penerbitan AOC ini
ditetapkan dengan asumsi bahwa pemohon telah siap dengan seluruh sumber daya
yang diperlukan sesuai dengan persyaratan.Bagi Pemohon yang belum siap dengan
sumber-sumber daya tersebut harus memperhitungkan “lead time” sebelum
mengajukan permohonan AOC.Hal ini dikarenakan untuk mempersiapkan fasilitas,
peralatan, buku-buku manual/panduan dapat memakan waktu berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun.
2. Surveillance.
Setelah pemohon memperoleh AOC, dilaksanakan program pengawasan
berkesinambungan (surveillance) oleh Ditjen Hubud dengan cara menempatkan
Principal Operation Inspector (POI) / Inspektur Penerbang dan Principal Maintenance
Inspector (P฀I) / Inspektur Ahli Perawatan Pesawat Udara untuk memastikan bahwa
pemegang Sertifikat Operator Penerbangan melaksanakan kegiatannya sesuai dengan
manuals (buku-buku panduan) yang telah disetujui Ditjen Hubud.
3. Audit ฀utu
Setiap 2 tahun sekali Ditjen Hubud melaksanakan audit mutu yang bertujuan
untuk memastikan :
- sumber daya pemegang AOC, minimum masih sama dan masih memenuhi
persyaratan-persyaratan seperti pada saat memperoleh AOC (co฀pliance);
- sistem dan prosedur jaminan mutu, keselamatan dan keamanan yang telah
disetujui Ditjen Hubud.
- sistem dan prosedur jaminan mutu, keselamatan dan keamanan dijalankan,
masih dapat memenuhi kebetuhan;

- apabila temuan-temuan audit mengarah kepada indikasi adanya “syste฀
breakdown” (terputusnya sistem dan prosedur jaminan mutu, keselamatan dan
keamanan), sistem tersebut segera diperbaiki.
2.2

Tertundanya Penerbangan (Delay)

2.2.1 Pengertian Tertundanya Penerbangan
Tertundanya penerbangan atau yang sering disebut Flight Delayed adalah
penundaan penerbangan yang dilakukan pihak maskapai dari jadwal yang telah
ditetapkan.“฀enurut ฀uzali Arif, tertundanya penerbangan adalah keadaan maskapai
penerbangan menunda penerbangan dari jadwal yang sudah ditetapkan karena masalah
intern maupun ekstern.”
Selanjutnya adalah mengenai masalah teknis, yaitu adalah masalah yang terjadi
karena disebabkan oleh kerusakan pada alat transportasi yang di akibatkan oleh alat
atau hu฀an error dan juga di akibatkan oleh keadaan alam.฀asalah teknis merupakan
hal yang sering menjadi faktor utama yang menyebabkan tertundanya penerbangan.
Selain menyangkut keamanan hal yang sangat penting dalam penerbangan adalah
keselamatan, sehingga faktor keselamatan merupakan hal yang harus diutamakan.
Dalam hal terjadinya keterlambatan , penumpang biasanya baru mengetahui
keterlambatan tersebut secara mendadak padahal pemberitahuan keterlambatan
tersebut tidak boleh dilakukan secara mendadak karena akan sangat merugikan
penumpang , maka dalam pasal 37 K฀ No. 25 tahun 2008 menyatakan bahwa setiap
keterlambatan

penerbangan

perusahaan

angkutan

niaga

berjadwal

wajib

mengumumkan alasan keterlambatan kepada calon penumpang secara langsung atau

melalui media pengumuman selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) menit sebelum
jadwal keberangkatan atau sejak pertama kali diketahui adanya keterlambatan.
2.2.2 Alasan Tertundanya Penerbangan
Adapun

beberapa penyebab terjadi tertundanya penerbangan adalah sebagai

berikut.
1. Kerusakan sistem, yakni keadaan penundaan penerbangan yang disebabkan oleh
kerusakan sistem check in. Kerusakan seperti ini menyebabkan proses check in
harus dilakukan secara manual sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama.
2. Kendala operasional, yakni kerusakan pada pesawat yang menyebabkan harus
ditundanya penerbangan. Jika maskapai memiliki pesawat pengganti maka
penundaan akan terselesaikan dan tidak mempengaruhi penerbangan lainnya.
Penundaan pesawat juga disebabkan karena adanya perubahan pesawat dengan tipe
berbeda setelah proses check in berlangsung. Perubahan ini mengharuskan
perubahan penentuan tempat duduk pada beberapa atau sebagian besar penumpang.
3. Kondisi khusus, yakni kondisi yang terjadi pada bandara tujuan dalam status
keamanan tingkat tinggi, yang biasanya harus steril karena digunakan untuk
penerbangan VIP. Contoh saat Presiden Amerika berkunjung ke Bali, semua
penerbangan ke Bali pada slot waktu sebelum kedatangan tamu VIP itu akan
ditunda. Kondisi khusus bisa terjadi jika terdapat isu keamanan di bandara asal atau
tujuan.
4. Kelakuan penumpang, kelakuan yang dapat menyebabkan tertundanya penerbangan
oleh penumpang misalnya seperti tidak datang tepat waktu di ruang tunggu,

membawa bagasi bagin terlalu besar sehingga harus memindahkannya ke bagasi
pesawat, tetap menggunakan pesawat telephone saat pesawat take off.
5. Keadaan alam, dimana

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Terhadap Penumpang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

3 100 84

SKRIPSI PENERAPAN ASAS-ASAS PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PERATURAN MENTERI NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA.

0 2 12

PENDAHULUAN PENERAPAN ASAS-ASAS PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PERATURAN MENTERI NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA.

0 4 14

PENUTUP PENERAPAN ASAS-ASAS PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PERATURAN MENTERI NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA.

0 2 5

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT UDARA TERHADAP TINDAKAN PENOLAKAN PENUMPANG PENYANDANG DISABILITAS BERDASARKAN UURI NO. 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 1

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN DALAM MEMBERI GANTI KERUGIAN TERHADAP HILANGNYA BAGASI PENUMPANG DALAM PERJANJIAN PENGANGKUTAN UDARA DIHUBUNGKAN DENGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NO 77 TAHUN 20.

0 0 1

Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Lion Air terhadap Penumpang atas Keterlambatan Penerbangan dihubungkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan 77/2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara.

0 2 2

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN MENGENAI PELAKSANAAN GANTI KERUGIAN PENGEMBALIAN UANG (REFUND) TIKET PENUMPANG LION AIR DIKAITKAN DENGAN PERATURAN MENTERI NO 77 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG

0 1 1

Tanggung jawab hukum maskapai penerbangan terhadap kehilangan barang bagasi tercatat ditinjau dari Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara (studi kasuspada PT. Citilink Indonesia Cabang Pangkalpin

1 1 16

BAB I PENDAHULUAN - Tanggung jawab hukum maskapai penerbangan terhadap kehilangan barang bagasi tercatat ditinjau dari Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara (studi kasuspada PT. Citilink Indones

1 1 20