KERAWANAN BENCANA TANAH LONGSOR KABUPATEN PONOROGO.

KERAWANAN BENCANA TANAH LONGSOR
KABUPATEN PONOROGO VULNERABILITY TO LANDSLIDES
PONOROGO DISTRICT

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Disusun Oleh :

HANIF YUNIARTA
NIM. I 0110051

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014


HALAMANPENGESAHAN

Ir .Bam bang Santosa, M. T
. NIP 19590823 1986011 001

III

MOTTO

Shihghah Allah. Dan siapakah yang leblh balk shihghahnya darl pada Allah? Dan hanya kepadaNya-lah kami menyembah (Q§ Al Baqarah : 138)
"Maka bersabarlah dengan sabaryang balk (Al-Ma'ari]: 5-7)"
Maka sesungguhnya bersama kusulltan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai darl
suatu urusan, tetaplah beketja keras untuk urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah
engkau berharap, (OJ. Asy-Syarh ayat 5 - 8)
Kuliah itu seperti nalk gunung, semakin tlnggl semakin nyesee, pemandangan dl puncak leblh
lndah darlpada pemandangan dllembah,jadl segerakanlah menuju ke puncak (penulls)

IV

PERSEMBAHAN


Syukur Alhamdullllah penulls panjatkan kepada Allah swt sehlngga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan balk, dan dengan segala kerendahan hati penulis persembahkan skripsi ini kepada:

*

Sepasang malalkatlru..Mereka, yang dalam
Mereka yang begltu teristimewa dalam

stYud-stYud paryangnya berdoa untuk kebalkanku.

hldupku. Terima kaslh lbu terima kaslh Bapak, Maaf,

hlngga detlk ini behon bisa menjadi anak yang berbaktl

*
*
*


kallan.

Kakakku yang tak pemah lelah memblmblng adlknya ini menuju jalan kebenaran,jalan yang
menghantarkan pada kesuksesan, lngatkan akujlka melakukan kesalahan yang tak kusadarl.
Bapak lr, Agus P. Saido M.sc dan bapak Yusep Muslih Purwana ST MT PhD, yang selalu sabar
memblmblngku selama mi.
Mu'aUimatin N~ihah,

s.pd. yang memberikan aku semangat, menglngatkan aku untuk tetap

istiqomah beljuang, yang telah mau merepotkan dlrlnya
deml harl

*

dan belton bisa membahaglakan

untuk menemaniku merajut asa hari

untuk membuat rajutan yang lndah dl masa depan. Terima kaslh sudah


menemaniku selama ini A_A. Semangat buat bangku kullah barunya

©.

Teman-temanku VESPA (flVE Sience Pallng Asije), walaupun sangat jarang bertegur sapa,
namun dlantara klta semua, mungkln akulah yang pallng menglnglnkan agar masa -masa

*
*

putlh abu-abu itu dapat terulang kembali.
Ternan ternan civilist2010, kalian luar biasa, bersama kallan aku belajar menuntut ilmu untuk
meraih mimpi, Terima kaslh atas kebersamaan

dan dukungannya selama ini,

Almamaterlru.,Universitas Sebelas Maret, telah meryadl tempatku

untuk memundi ilmu dan


harapan. Tempatku untuk mencapai gelaryang menggelegar, Sarjana Teknlk. A_A.

v

ABSTRAK

Hanif Yuniarta. 2014. KERAWANAN BENCANA TANAH LONGSOR
KABUPATEN PONOROGO. Skripsi. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Bencana alam merupakan peristiwa alam yang dapat terjadi setiap saat dimana
saja dan kapan saja, yang menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi
kehidupan masyarakat. Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang
umumnya terjadi di wilayah pegunungan, terutama di musim hujan. Kabupaten
Ponorogo merupakan daerah yang berpotensi mengalami bencana tanah longsor
karena bentuk morfologi Kabupaten Ponorogo yang bervariasi seperti dataran
tinggi dan perbukitan. Salah satu cara yang dapat diterapkan untuk
memperkirakan bencana tanah longsor adalah menggunakan program aplikasi
yang mampu menginventarisasi lokasi terdampak menggunakan sistem informasi
geografis yang memiliki kemampuan untuk menyimpan, memanggil kembali,

mengolah, menganalisis dan menyajikan data bereferensi geografis.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis kerawanan tanah longsor menggunakan
software ArcGIS dengan metode dari Paimin, et al (2006) yang dimodifikasi,
dengan parameter yang digunakan yaitu Hujan Harian maksimal 3 harian (25%),
Lereng Lahan (15%), Geologi (10%), Gempa (5%), Keberadaan Sesar (5%),
Penggunaan Lahan (20%), Infrastruktur (15%), dan Kepadatan Pemukiman (5%).
Semua parameter ditumpangsusunkan (overlay), kemudian diberikan pembobotan
(skor) pada peta hasil analisis tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kabupaten Ponorogo dapat di
kategorikan sebagai daerah kerawanan bencana tanah longsor agak rawan di
daerah perbukitan dan pegunungan, pada bagian dataran rendah dapat
dikategorikan sebagai daerah yang kerawanan tanah longsor sedikit rawan.
Penyusunan proses dan analisis yang menggunakan toolbox menghasilkan
dokumentasi proses dan analisis mudah dipahami dan dapat diulang-ulang sesuai
dengan kelengkapan data terkini.

Kata Kunci : Kerawanan, Longsor, Sistem Informasi Geografis, Toolbox.

Vi


ABSTRACT

Hanif Yuniarta. 2014. VULNERABILITY TO LANDSLIDES PONOROGO
DISTRICT. Skripsi. Departement of Civil Engineering. Engineering Faculty.
Sebelas Maret University. Surakarta.
Natural disasters are natural events that can occur at anywhere and anytime, which
cause loss of material and immaterial to people's lives. Landslides are one of the
natural disasters that typically occur in mountainous areas, especially in the rainy
season. Ponorogo District is an area that has the potential to experience landslides
because Ponorogo District morphology varied as plateaus and hills. One way that
can be applied to predict landslides using an application program that is able to
inventory the affected location using geographic information system which has
the ability to enter, store, retrieve, process, analyze and display geographically
referenced data.
In this research, the analysis landslide vulnerability using ArcGIS software with
the method of Paimin, et al (2006) were modified, the parameter used is The
maximum daily rain 3 daily (25%), Slope Land (15%), Geology (10%),
Earthquake (5%), Existence of fault (5%), Land use (20%), Infrastructure (15%),
and Density Residential (5%). All parameters are overlayed, and then weighting
(score) are given to map the results of the analysis.

The results of this study indicate that Ponorogo District can be categorized as an
area of vulnerability rather prone to landslides in hilly and mountainous regions,
in the lowlands can be categorized as areas prone to landslides little gristle. The
preparation and analysis process using the toolbox generates documentation
process and analysis that easy to understand and can be repeated in accordance
with recent completeness of the data.
Keywords: Geographic Information Systems, Landslide, Toolbox, Vulnerability.

Vll

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah 'azza wa jalla atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul "Kerawanan Bencana Tanah Longsor
Kabupaten Ponorogo" guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sebelas Maret.

Penyusunan Skripsi ini berjalan lancar dengan bantuan berbagai pihak. Pada
kesempatan ini terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Segenap Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Segenap Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Ir.Agus P.Saido, M.Sc dan Yusep Muslih P, ST, MT, Ph.D selaku
Pembimbing I dan Pembimbing II.
4. Ir. Antonius Mediyanto, MT, selaku dosen Pembimbing Akademik.
5. Segenap dosen pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Sebelas
Maret.
6. Keluarga besar Civilist 2010.
7. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan laporan tugas akhir ini hingga
selesai.

Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempuma, dan
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita
semua.

Surakarta, Desember 2014

Penulis


Vlll

DAFTARISI

Halaman
HALAMAN JUDUL

.

HALAMAN PERSETUJUAN

U

HALAMAN PENGESAHAN

111

MOTTO

IV


PERSEMBAHAN

V

ABSTRAK

VI

ABSTRACT

vn

KATA PENGANTAR

viii

DAFTAR lSI

IX

DAFTAR TABEL

XU

DAFTARGAMBAR

XV

BAB 1 PENDAHULUAN

1

1.1

Latar Belakang Masalah

1

1.2

Rumusan Masalah

4

1.3

Batasan Masalah

4

1.4

Tujuan Penelitian

4

1.5

Manfaat Penelitian

5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

6

2.1

Tanah Longsor

6

2.1.1 Definisi Tanah Longsor

6

2.1.2 Penyebab Tanah Longsor

6

2.1.3 Bahaya Tanah Longsor

9

IX

Halaman
2.2

2.3

Sistem Informasi Georgrafis (SrG)

10

2.2.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis (SrG)

10

2.2.2 Sistem Pendukung Sistem Informasi Geografis (SrG)

11

2.2.3 Referensi Geogafis

18

2.2.4 Skala

20

Identifikasi Kerawanan Bencana Tanah Longsor

20

2.3.1 Metode Paimin et. al. (2006)

20

2.3.2 Metode Kementrian Pekerjaan Umum

23

2.3.3 Metode Badan Nasional Penanggulangan Bencana

25

2.3.4 Metode Anbalagan (1992)

25

BAB 3 METODE PENELITIAN

28

3.1

Jenis Penelitian

28

3.2

Data

28

3.3

Lokasi Penelitian

29

3.4

Peralatan Yang Digunakan

29

3.5

Tahapan Penelitian

29

3.6

3.5.1 Pengumpulan Data

29

3.5.2 Persiapan Data

29

3.5.3 Analisis Kerawanan Bencana Tanah Longsor

30

Diagram Alir Tahap Penelitian

34

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

35

4.1

Peta Dasar

35

4.2

Pembuatan Toolbox

36

x

4.3

Curah Hujan Kabupaten Ponorogo

Halaman
38

4.3.1 Data Curah Hujan

38

4.3.2 Menghitung Hujan Maksima13 Harian Kumulatif

40

4.3.3 Pengolahan Peta Curah Hujan Kabupaten Ponorogo

40

4.4

Kemiringan Lahan Kabupaten Ponorogo

44

4.5

Geologi Kabupaten Ponorogo

49

4.5.1 Georeferensi

49

4.5.2 Digitasi

50

4.5.3 Menambahkan Keterangan Dalam Attribut Table

55

4.5.4 Pengolahan Peta Geologi Kabupaten Ponorogo

56

4.6

Keberadaan Sesar/PatahanlGawir Kabupaten Ponorogo

57

4.7

Gempa Kabupaten Ponorogo

60

4.8

Tata Guna Lahan Kabupaten Ponorogo

62

4.9

Infrastruktur Kabupaten Ponorogo

66

4.10

Kepadatan Pemukiman Kabupaten Ponorogo

73

4.11

Tingkat Kerawanan Tanah Longsor

76

4.11.1 Perhitungan Pembobotan Pada Setiap Parameter

76

4.11.2 Penjumlahan Seluruh Parameter

77

4.11.3 Klasifikasi Tingkat Kerawanan Tanah Longsor

78

4.11.4 Tabulasi Tingkat Kerawanan Longsor Kabupaten Ponorogo .

84

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

128

5.1

Kesimpulan

128

5.2

Saran

128

DAFTAR PUSTAKA

129

LAMPlRAN

Xl

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Tabel formula kerentanan tanah longsor

21

Tabel 2.2 Tabel nilai skor dan kategori daerah rawan tanah longsor

23

Tabel2.3

25

Tabel indeks kerawanan bencana tanah longsor BNPB

Tabel 2.4 Tabel skema pengkelasan faktor kerawanan terhadap longsoran
pada Metode Anbalagan (1992) .

26

Tabel 2.5 Tabel skema pengkelasan jumlah estimasi bahaya tanah longsor
pada Metode Anbalagan (1992) .

27

Tabel3.1

Tabel data yang digunakan dalam penelitian.

28

Tabel3.2

Tabel formula kerentanan tanah longsor Paimin yang
dimodifikasi oleh peneliti

31

Tabel3.3

Tabel nilai skor dan kategori daerah rawan tanah longsor

33

Tabel4.1

Tabel data curah hujan harian tahun 2000 Stasiun Curah Hujan
Ponorogo

Tabel4.2

Tabel 4.3

38

Tabel rekapitulasi curah hujan 3 harian kumulatif di Kabupaten
Ponorogo

40

Tabel nilai skor dan kategori daerah rawan tanah longsor

78

Tabel 4.4 Tabel konversi nilai skor dan kategori daerah rawan tanah
longsor
Tabel4.5

79

Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Ngrayun

87

Tabel 4.6 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Slahung

89

Tabel 4.7 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Bungkal
Tabel4.8

Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Sambit

Tabel4.9

91

93

Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Sawoo .
xu

95

Halaman
Tabel 4.10 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Sooko

97

Tabel 4.11 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Pudak

99

Tabel4.12 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Pulung

101

Tabel 4.13 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Mlarak

103

Tabel 4.14 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Siman

105

Tabel4.15 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longs or Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Jetis

107

Tabel 4.16 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longs or Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Balong

109

Tabel 4.17 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Kauman

111

Tabel 4.18 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Jambon

113

Tabel 4.19 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Badegan

115

Tabel 4.20 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Sampung

117

Tabel4.21 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Sukorejo

119

Tabel 4.22 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Ponorogo

121

Tabel 4.23 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Babadan

123

Tabel 4.24 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Jenangan

X111

125

Halaman
Tabel 4.25 Tabel potensi kerawanan bencana tanah longsor Kabupaten
Ponorogo di Kecamatan Ngebel

XIV

127

DAFTARGAMBAR

Halaman
Gambar 1.1

Jernbatan runtuh di Kabupaten Ponorogo

2

Gambar 1.2

Rumah warga terkubur oleh tanah longsor

3

Gambar 1.3

Tanah longsor menutup jalan akses warga di Kecamatan
Sambit

3

Gambar 2.1

Contoh model data vektor dan sistem koordinat

12

Gambar 2.2

Model data raster dan sistem selnya

13

Gambar 2.3

Ukuran sel

13

Gambar 2.4

Resolusi raster

14

Gambar 2.5

Contoh nilai sel

15

Gambar 2.6

Lokasi sel

15

Gambar 2.7

Tool yang telah dipindahkan ke ModelBuilder dengan kotak
operasi dan output yang belum terisi data (putih)

Gambar 2.8

17

Tool dengan input, kotak operasi dan output yang telah terisi
data (input: biru, operasi : kuning, output: hijau) dan belum
dioperasikan (tanpa bayangan).

Gambar 2.9

17

Tool dengan input, kotak operasi, dan output yang telah terisi
data (input: biru, operasi: kuning, output: hijau) dan sukses
dioperasikan (muncul bayangan)

17

Gambar 2.10 Toolbox kerawanan bencana tanah longsor merupakan toolbox
hasil dari pengolahan ModelBuilder

17

Gambar 2.11 Sistem Proyeksi

18

Gambar 2.12 Zona UTMlndonesia

19

Gambar 2.13 Contoh peta geologi menunjukkanjenis batuan dan keberadaan
garis sesar/patahanlgawir

20

Gambar 2.14 Tipologi zona perpotensi longsor berdasarkan hasil kajian
hidrogeomorfologi

24

Gambar 3.1

Lokasi wilayah Kabupaten Ponorogo

29

Gambar 3.2

Diagram alir tahapan penelitian

34

xv

Halaman
Gambar 4.1

Append untuk penggabungan shapefile

36

Gambar 4.2

Pembuatan ModelBuilder

36

Gambar 4.3

ModelBuilder Analisis Longsor

37

Gambar 4.4

Peta stasiun curah hujan Kabupaten Ponorogo

39

Gambar 4.5

ModelBuilder IDW curah hujan Kabupaten Ponorogo

41

Gambar 4.6

Proses IDW curah hujan Kabupaten Ponorogo

41

Gambar 4.7

Proses Extent ID W curah hujan Kabupaten Ponorogo

42

Gambar 4.8

ModelBuilder Extract by Mask curah hujan Kabupaten

Gambar 4.9

Ponorogo

42

Proses Extract by Mask curah hujan Kabupaten Ponorogo

43

Gambar 4.10 ModelBuilder Reclassify Curah Hujan Kabupaten Ponorogo

43

Gambar 4.11 Proses Reclassify curah hujan Kabupaten Ponorogo

44

Gambar 4.12 ModelBuilder Tapa to Raster peta DEM Kabupaten Ponorogo

44

Gambar 4.13 Peta klasifikasi curah hujan maksimal 3 harian Kabupaten
Ponorogo

45

Gambar 4.14 Proses Tapa To Raster peta DEM Kabupaten Ponorogo

46

Gambar 4.15 ModelBuilder Slope dalam % Kabupaten Ponorogo

46

Gambar 4.16 Proses Slope dalam % Kabupaten Ponorogo

47

Gambar 4.17 ModelBuilder Reclassify Slope Kabupaten Ponorogo

47

Gambar 4.18 Peta klasifikasi kemiringan lereng Kabupaten Ponorogo ..

48

Gambar 4.19 Menambahkan Toolbar Georeferencing

49

Gambar 4.20 Add Control Points untuk menambahkan titik kontrol

50

Gambar 4.21 Input koordinat titik kontrol ..

50

Gambar 4.22 Proses pembuatan shapefile di ArcCatalog

51

Gambar 4.23 Pengaturan dalam pembuatan shapefile baru

51

Gambar 4.24 Spatial Reference Properties untuk mengatur sistem koordinat. 52
Gambar 4.25 Sistem Koordinat yang Dipakai Shapefile

53

Gambar 4.26 Start Editing untuk memulai digitasi peta

53

Gambar 4.27 Window untuk mengatur snapping pada saat digitasi

53

Gambar 4.28 Create Feature untuk menambahfeature baru pada shapefile

53

Gambar 4.29 Jenis Feature yang bisa ditambahkan pada saat digitasi

54

XVI

Halaman
Gambar 4.30 Proses digitasi peta

54

Gambar 4.31 Add Field untuk menambahkan kolom keterangan pada Attribut

Table

55

Gambar 4.32 Pengaturan padafield baru

55

Gambar 4.33 ModelBuilder Feature To Raster geologi Kabupaten
Ponorogo

56

Gambar 4.34 ModelBuilder Reclassify geologi Kabupaten Ponorogo

56

Gambar 4.35 ModelBuilder Buffer Sesar Kabupaten Ponorogo

57

Gambar 4.36 Proses Buffer sesar Kabupaten Ponorogo

57

Gambar 4.37 Peta klasifikasi geologi Kabupaten Ponorogo

58

Gambar 4.38 ModelBuilder Union sesar Kabupaten Ponorogo

59

Gambar 4.39 Proses Union sesar Kabupaten Ponorogo

59

Gambar 4.40 ModelBuilder Feature To Raster sesar Kabupaten Ponorogo..

59

Gambar 4.41 ModelBuilder Reclassify sesar Kabupaten Ponorogo ..............

60

Gambar 4.42 ModelBuilder Feature To Raster gempa Kabupaten Ponorogo

60

Gambar 4.43 Peta klasifikasi keberadaan sesar Kabupaten Ponorogo

61

Gambar 4.44 ModelBuilder Reclassify gempa Kabupaten Ponorogo

62

Gambar 4.45 ModelBuilder Feature To Raster tata guna lahan Kabupaten
Ponorogo

62

Gambar 4.46 Peta klasifikasi gempa Kabupaten Ponorogo

63

Gambar 4.47 ModelBuilder Reclassify tata guna lahan Kabupaten Ponorogo

64

Gambar 4.48 Peta klasifikasi tata guna lahan Kabupaten Ponorogo

65

Gambar 4.49 ModelBuilder Select Layer By Attribute untuk memilihjalan
lingkungan Kabupaten Ponorogo

66

Gambar 4.50 Proses Select By layer By Attribute untuk memilihjalan lingkungan
Kabupaten Ponorogo

66

Gambar 4.51 ModelBuilder Buffer jalan lingkungan Kabupaten Ponorogo

67

Gambar 4.52 ModelBuilder Append untuk menggabungkan semua jenis jalan 67
Gambar 4.53 ModelBuilder Select Layer By Attribute untuk memilihjenis
penggunaan lahan pemukiman dan gedung

67

Gambar 4.54 ModelBuilder Union gabungan antara jalan dan tata guna lahan 68

XVll

Halaman
Gambar 4.55 Modelliuilder Can memilih kemiringan lereng lebih dari 25 %. 68

Gambar 4.56 Proses Can memilih kemiringan lereng lebih dari 25 %

69

Gambar 4.57 ModelBuilder Raster to Polygon mengubah klasifikasi slope
menjadi vektor

69

Gambar 4.58 Proses Raster to Polygon mengubah klasifikasi slope menjadi
vektor

69

Gambar 4.59 Modelliuilder Intersect untuk mencari potongan 2 shapefile..

70

Gambar 4.60 Proses untuk mencari potongan 2 shapefile

70

Gambar 4.61 Modellluilder Union penggabungan infrastruktur dengan
wilayah Kabupaten Ponorogo

71

Gambar 4.62 ModelBuilder Feature To Raster infrastruktur Kabupaten
Ponorogo

71

Gambar 4.63 ModelBuilder Reclassify infrastruktur Kabupaten Ponorogo ..

71

Gambar 4.64 Peta klasifikasi infrastruktur Kabupaten Ponorogo

72

Gambar 4.65 Field yang ditambahkan pada Attribute Table shapefile
Administrasi Desa

73

Gambar 4.66 Proses Field Calculator padafield POL_P_KM2

73

Gambar 4.67 Modellluilder Feature To Raster kepadatan pemukiman
Kabupaten Ponorogo

74

Gambar 4.68 ModelBuilder Reclassify kepadatan pemukiman Kabupaten
Ponorogo

74

Gambar 4.69 Peta klasifikasi kepadatan pemukiman Kabupaten Ponorogo .

75

Gambar 4.70 ModelBuilder Times untuk pembobotan parameter

76

Gambar 4.71 Proses Times untuk pembobotan parameter

77

Gambar 4.72 ModelBuilder Raster Calculator untuk penjumlahan parameter 77
Gambar 4.73 Proses Raster Calculator untuk penjumlahan parameter ..

78

Gambar 4.74 Modellluilder Reclassify Kerawanan Longsor Kabupaten
Ponorogo dengan Klasifikasi dari Paimin, dkk dan BNPB .....

79

Gambar 4.75 Pengaturan kertas yang digunakan pada Page and Print Setup

80

Gambar 4.76 Pengaturan tampilan nilai output pada Layer Properties

81

Gambar 4.77 Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo hasil penelitian

82

XVlll

Halaman
Gambar 4.78 Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo dari BNPB

83

Gambar 4.79 ModelBuilder Zonal Statistics as Table kerawanan tanah

longsor Kabupaten Ponorogo

84

Gambar 4.80 Proses Zonal Statistics as Table kerawanan tanah longsor
Kabupaten Ponorogo

84

Gambar 4.81 Output tabel skor kerawanan tanah longsor setiap desa di
Kabupaten Ponorogo

85

Gambar 4.82 Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Ngrayun

86

Gambar 4.83 Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Slahung

88

Gambar 4.84 Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Bungkal....................................................................................

90

Gambar 4.85 Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
92

Sambit
Gambar 4.86 Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Sawoo

94

Gambar 4.87 Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Sooko

96

Gambar 4.88 Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Pudak

98

Gambar 4.89 Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Pulung

100

Gambar 4.90 Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Mlarak

102

Gambar 4.91 Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Siman

104

Gambar 4.92 Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Jetis

106

Gambar 4.93 Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Balong

108

XiX

Halaman
Gambar 4.94 Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Kauman

110

Gambar 4.95 Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Jambon

112

Gambar 4.96 .... Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Badegan

114

Gambar 4.97 .... Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Sampung

116

Gambar 4.98 .... Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Sukorejo

118

Gambar 4.99 .... Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Ponorogo

120

Gambar 4.100 .. Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Babadan

122

Gambar 4.101 .. Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Ienangan

124

Gambar 4.102 ..Peta kerawanan longsor Kabupaten Ponorogo di Kecamatan
Ngebel

126

xx