RELEVANSI KURIKULUM SMK TEKNOLOGI & INDUSTRI 1999 PROGRAM KEAHLIANTEKNIKINSTALASI LISTRIK DENGAN TUNTUTAN PEKERJAAN INSTALATUR LISTRIK : Studi Evaluatif Terhadap Kemampuan dan Tugas-Tugas yang dituntut dari Instalatur Listrik di Lingkungan Asosiasi Kontra
RELEVANSI KURIKULUM SMK TEKNOLOGI & INDUSTRI 1999
PROGRAM KEAHLIANTEKNIKINSTALASI LISTRIK
DENGAN TUNTUTAN
PEKERJAAN INSTALATUR LISTRIK
(Studi Evaluatif Terhadap Kemampuan dan Tugas-Tugas yang dituntut
dari Instalatur Listrik di Lingkungan Asosiasi Kontraktor Listrik
Indonesia dan Perusahaan Listrik Negara Kota Cimahi)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pengembangan Kurikulum
Oleh
Karmon Sigalingging
NIM
009601
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2003
LEMBAR PERSETUJUAN
Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing
Prof. Dr. H. Nana-Syaodih Sukmadinata
Pembimbing II
Dr. H. Bachtiar Hdsan, ST, MSi.E
ABSTRAK
Pendidikan sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
merupakan faktor vital yang menunjang pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dari dunia
usaha dan industri muncul keluhan bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum
memiliki kesiapan kerja yang baik. Studi Blazely dkk (1997) melaporkan bahwa
pembelajaran di sekolah cenderung sangat teoritik, yang berakibat peserta didik tidak
mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah guna memecahkan masalah kehidupan
yang dihadapi dalam kesehariannya. Secara internasional tahun 2003 AFTA (Asean Free
Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour Area) akan dimulai, yang berarti sejak saat
itu persaingan tenaga kerja akan menjadi terbuka. Konsekuensinya tenaga kerja kita
harus mampu bersaing secara terbuka dengan tenaga kerja asing dari berbagai negara,
yang selama ini menjadi suatu kekhawatiran bagi ketenagakerjaan di Indonesia. Di
dalam UUSPN tahun 1989 pasal 11 ayat 3 dinyatakan secara tegas bahwa " Pendidikan
kejuman merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk dapat
bekerja pada bidang pekerjaan tertentu ".
Penelitian ini merupakan suatu studi evaluatif dengan metodologi penelitian
kualitatif dan bersifat deskriptif berdasarkan fakta-fakta, terhadap kemampuan dan tugas-
tugas yang dituntut dari Instalatur Listrik, dengan maksud untuk menjawab pertanyaan
penelitian "bagaimanakah relevansi antara komponen pembelajaran pengetahuan /
keterampilan dari Garis-Garis Besar Program Diklat paket keahlian program produktif
kurikulum SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik, dengan pekerjaan dan
tugas-tugas yang dibebankan kepada instalatur listrik ?".
Untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut dilakukan penelitian di dua
kontraktor listrik yang berlokasi di kota Cimahi. Metoda pengumpulan data yang
digunakan terdiri dari; observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dari hasil interpretasi
dan pembahasan diperoleh temuan-temuan sebagai berikut;
• Bidang pekerjaan instalatur listrik terdiri dari; (a) pekerjaan instalasi listrik
penerangan dan tenaga untuk rumah tinggal, (b) pekerjaan instalasi listrik penerangan
dan tenaga untuk kebutuhan yang bersifat komersial, (c) pekerjaan instalasi listrik
industri, dan (d) pekerjaan penarikan jaringan tegangan menengah dan rendah.
• Komponen pembelajaran pengetahuan / keterampilan dari mata diklat paket keahlian
program produktif, kurikulum tertulis SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi
Listrik, relevan dengan kemampuan dan tugas-tugas yang dituntut dari instalatur
listrik.
• Komponen pembelajaran pengetahuan / keterampilan dari mata diklat paket keahlian
program produktif, kurikulum tertulis SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi
Listrik, belum mencukupi terhadap kemampuan dan tugas-tugas yang dituntut dari instalatur listrik.
Kesenjangan ditemukan terhadap bidang pekerjaan instalatur listrik, yang berkaitan
dengan penarikan jaringan listrik tegangan rendah dan menengah, hal mana bidang
pekerjaan ini belum ada dan diberikan pada kurikulum tertulis SMK 1999 program
keahlian Teknik Instalasi Listrik. Implikasinya adalah direkomendasikan menambah
mata diklat dan komponen pembelajaran pengetahuan/keterampilan, serta penyesuaian
(penggabungan) beberapa keahlian menjadi satu keahlian, yang dapat mewadahi
pekerjaan dan tugas-tugas instalatur listrik.
vi
DAFTARISI
Halaman
KATA PENGANTAR
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
vi
ABSTRAK
viii
DAFTARISI
DAFTARTABEL
xi
DAFTARGAMBAR
xii
DAFTARLAMPIRAN
BAB I.
PENDAHULUAN
A
Latar Belakang Masalah
B
Perumusan Masalah
C
Pembatasan Masalah
D
Defenisi Operasional
11
E
Tuiuan dan Manfaat Penelitian
13
F.
Metodologi Penelitian
B.
C.
11
.
BAB II
A.
8
14
STUDI KURIKULUM SMK TEKNOLOGI &INDUSTRI EDISI 1999
., ,
17
17
Kurikulum
1.
PengertianKurikulum
17
2.
Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
90
Konsep Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi
22
1.
Pengertian Kompetensi
22
2.
Pengembangan Standar Kompetensi
3.
Konsep Pelatihan Berbasis Kompetensi
32
Kurikulum Berbasis Kompetensi
1. Konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi
2. Landasan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
3. iangkah-Langkah Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
D. Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi
1.
Perumusan Tujuan
2.
3.
Penilaian Hasil Belajar
Pengorganisasian Kurikulum
90
32
35
36
40
42
43
viii
,
aPengembangan Bahan
Ajar
4.
44
D Kurikulum SMK Teknologi &Industri 1999 dan Pembelajarannya
45
45
1
Krakteristik Kurikulum SMK 1999
2
PenyelenggaraanPendidikandanPelatihan
3
Pengembangan Kurikulum
4.
, , •
Pendekatan Pembelajaran
5
Garis-Garis Besar Program Diklat Bidang Keahlian Teknik Elektro
47
.51
Program Keahlian Teknik Instalasi Listnk
53
BABHI METODOLOGI PENELITIAN
A
Metode Penelitian
B
Objek Penelitian
C
* ~
Metode PengumpulanData
D
Instrumen Penelitian
E.
AnalisisData
F
Pembahasan Penelitian
59
59
60
61
62
63
BAB IV.
A.
64
f\f\
DESKRIPSI DATA
66
Pelaksanaan Penelitian
B. Ruang Lingkup Tugas dan Fungsi PLN Area Pelayanan dan Jaringan Cimahi.
C. Ruang Lingkup Pekerjaan Instalatur Menumt Kontraktor Listrik dan AKLI
D. Ruang Lingkup Pekerjaan dan Tugas Instalatur di Lingkungan AKLI dan PLN.
BABV.
67
70
71
INTERPRETASI PENELITIAN
A. Pola Program Diklat Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik
B Susunan Program Diklat Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik
89
90
C.
92
Deskripsi Pembelajaran
D. BidangPekerjaan, Kemampuan dan Tugas yang Dituntut dari Instalatur
E.
Relevansi kompetensi dan pembelajaran paket keahlian program produktif,
dengan kemampuan dan tugas-tugas instalatur listrik
F.
92
97
Interpretasi danPembahasan
BAB VI. KESMPULANDANREKOMENDASI
A.
„ .
,
Kesimpulan
B.
Rekomendasi
115
115
•
•
DAFTARPUSTAKA
•
ix
117
119
DAFTARTABEL
Halaman
Tabel
Tabel
I.
Traditional Versus Competency Based Vocational
Education Program
Tabel
2.
Tabel
j.
Tabel
4.
Tabel
5
Tabel
6.
Twelve Task To Be Accomplished To Develop
ACompetency Based Training Program
Occupational Analysis Outline...
38
Kisi-kisi pengumpulan data
Bidang pekerjaan, kemampuan dan tugas-tugas
yang dituntut dari instalatur listrik
92
Relevansi kompetensi /sub kompetensi dan
pembelajaran pengetahuan /keterampilan mata
diklat paket keahlian program produktifdengan pekerjaan dan
tugas-tugas instalatur listrik
Tabel
7
Ringkasan pembahasan hasil penelitian relevansi kurikulum
SMK 1999 dengan tuntutan pekerjaan instalatur listrik......
x
99
113
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
Gambar
1.1
Diagram pendidikan kejuruan
Gambar
1.2
Peta kelompok variabel pendidikan pada Sekolah
3
Menengah Kejuruan Bidang Keahlian Teknik Elektro
Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik
9
Gambar
1.3
Peta kelompok variabel penelitian
10
Gambar
1.4
Kerangka penelitian
16
Gambar
2.1
Keterkaitan aspek kegiatan pada kurikulum
18
Gambar
2.2
Keterkaitan antar komponen kurikulum
19
Gambar
2.3
Azas-azas pengembangan kurikulum
20
Gambar
2.4
Kinerja sebagai fungsi kemampuan, usaha dan
Keterampilan
Gambar
2.5
24
Skema hubungan standar kompetensi dengan bagian
Komponen
Gambar
2.6
27
Tahapan pengembangan kurikulum berbasis
Kompetensi
Gambar
2.7
37
Langkah-langkah pengembangan kurikulum
Berbasis kompetensi
40
43
Gambar
2.8
Prosedur penilaian acuan kriteria
Gambar
4.1
Struktur Organisasi PLN Area Pelayanan dan
Jaringan Cimahi
69
XI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran
Lampiran
1.
Struktur Organisasi CV Gemilang
1.23
Lampiran
2.
Struktur Organisasi Lapangan C.V Gemilang
124
Lampiran 3.
Struktur Organisasi AKLI Cabang Cimahi
125
Lampiran 4.
Struktur Organisasi CV Central
126
Lampiran
Permohonan penelitian ke AKLI Cimahi
127
Lampiran 6.
Permohonan penelitian ke PLN Cabang Cimahi
128
Lampiran
7.
Persetujuan penelitian di AKLI kota Cimahi
129
Lampiran
8.
Persetujuan penelitian di PLN Kota Cimahi
130
Lampiran
9
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
5.
Dari AKLI Cimahi/sekaligus CV Central
Lampiran
Lampiran
10.
11
131
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Dari CV Gemilang
132
Deskripsi Pembelajaran
133
xn
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
merupakan faktor vital yang menunjang pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan. Dalam setiap
GBHN dan REPEL1TA selalu tercantum bahwa peningkatan mutu merupakan salah satu
prioritas pembangunan di bidang pendidikan. Berbagai inovasi dan program pendidikan
juga telah dilaksanakan, antara lain penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku paket
belajar dan buku referensi lainnya, peningkatan mutu gum dan tenaga kependidikan
melalui pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidikan mereka, peningkatan
menejemen pendidikan, serta pengadaan fasilitas lainnya. Namun berbagai indikator
menunjukkan bahwa mutu pendidikan masih belum meningkat secara signifikan.
Dari dalam negeri diketahu bahwa Nilai Ebtanas Murni siswa, mulai jenjang
pendidikan SD sampai dengan SMU relatif rendah dan tidak mengalami peningkatan
yang berarti. Sementara dari dunia usaha dan industri muncul keluhan bahwa lulusan
yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang baik. Ketidak puasan
berjenjang juga terjadi, kalangan SLTP merasa bekal lulusan SD kurang baik untuk
memasuki SLTP, kalangan SLTA merasa bekal lulusan SLTP tidak siap mengikuti
pembelajaran di SLTA, dan kalangan perguman tinggi merasa bekal lulusan SLTA
belum cukup untuk mengikuti perkuliahan.
Pendidikan menumt Nana Syaodih dalam (Asep BS, 1997:1) dibedakan antara
kualitas hasil dan kualitas proses, kualitas hasil menunjukkan kemampuan yang dimiliki
siswa atau individu yang telah mengalami proses pendidikan, kualitas proses
menunjukkan ketepatan pemilihan dan penggunaan isi, metode, media, dan fasilitas
pendidikan bagi pembentukan kemampuan siswa. Dari makalah
Tim Broad-Based
Education, Depdiknas (2002) dapat disimpulkan bahwa, saat ini muncul gejala bahwa
lulusan SLTP dan SLTA menjadi masalah di pedesaan, kerena sulit mendapatkan
pekerjaan, sementara mau membantu orangtuanya sebagai petani atau sebagai pedagang
di pasar merasa malu. Juga disebutkan studi Blazely dkk (1997) melaporkan bahwa
pembelajaran di sekolah cenderung sangat teoritik dan tidak terkait dengan lingkungan
dimana anak berada, yang berakibat peserta didik tidak mampu menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah guna memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi dalam
kesehariannya.
Dari komparasi internasional, hasil penilaian terhadap Human Development Index
(HDI) maupun hasil studi the Third International Mathematics and Science Studi-Repeat
(TIMSS-R 1999) dan survai the Political Economic Risk Consultation (PERC) dengan
segala indikatomya, menjadi pelajaran yang sangat berharga, yaitu bahwa upaya
peningkatan mutu pendidikan yang salama ini dilakukan belum mampu memecahkan
masalah dasar pendidikan di Indonesia. Sementara mutu pendidikan di Indonesia belum
menggembirakan, tantangan di masa depan sangat berat. Dari dalam pendidikan sendiri
(BBE Diknas :2002) diketahui
terdapat 88,4% lulusan SLTA tidak melanjutkan ke
perguruan tinggi, dan 34,4 % lulusan SLTP yang tidak melanjutkan ke SLTA. Hal ini
berarti bahwa perlu dipikirkan bagaimana pendidikan dapat berperan
mengubah
manusia sebagai beban menjadi menjadi manusia produktif, bekal apa yang harus
diberikan kepada peserta didik agar dapat segera memasuki dunia kerja, sehingga
setidaknya mampu menghidupi dirinya beserta keluargannya.
Secara internasional tahun 2003 AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean
Free Labour Area) akan dimulai, yang berarti sejak saat itu persaingan tenaga kerja akan
menjadi terbuka. Konsekuensinya tenaga kerja kita hams mampu bersaing secara terbuka
dengan tenaga kerja asing dari berbagai negara, yang selama ini menjadi suatu
kekhawatiran bagi ketenagakerjaan di Indonesia. Oentoro (Kompas, selasa 30-4-2002)
sangat menyakini bahwa pendidikan kejuman mempakan jawaban bagi mereka yang
setelah selesai sekolah ingin cepat bekerja dan ingin mengembangkan diri. Bagi mereka
yang memiliki semangat seperti itu pendidikan kejuruan sangat cocok untuk diminati.
Pakarpendidikan J. Drost mengatakan sekolah-sekolah umum (SLTP/SMU) di negeri ini
sesungguhnya hanya diperuntukkan bagi anak-anak pandai yang berjumlah sekitar 30%
dari populasi pelajar. Adapun 70 % lagi adalah pelajar yang memiliki kepandaian ratarata yang pada hakikatnya tidak cukup mampu mengikuti pendidikan yang dipersiapkan
untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Masalahnya membangun sekolah-sekolah
kejuman atau sekolah-sekolah yang memberikan keterampilan khusus kepada peserta
didik adalah sangat mahal dan secara umum biaya pengoperasian sekolah kejuruan yang
baik bermutu dapat limakali lebih mahal dari sekolah umum. Sebagai negara
berkembang yang sedang menuju ke tahap industrialisasi, Indonesia juga telah menamh
perhatian dan memberikan prioritas kepada pendidikan tenaga kerja pada berbagai
jenjang. Pemerintah terns mengadakan perluasan berbagai pendidikan kejuman, termasuk
di sejumlah SLTP yang mendapat tambahan muatan pendidikan keterampilan.
Finch & Cmnkilton (1979:5) menguraikan pendidikan ke-dalam pendidikan formal
dan informal. Pembagian ini memposisikan pendidikan kejuman pada jalur pendidikan
formal dan pendidikan non formal seperti ditunjukkan pada gambar 1.1 berikut:
(ZZZZZZZZZl
Gambar 1. 1 Diagram Pendidikan kejuman
Uraian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan kejuruan mempakan pendidikan
untuk bekeija, yang dapat ditempuh melalui jalurpendidikan formal atau jalur pendidikan
informal. Apabila dikaitkan dengan UUSPN tahun 1989 pasal 9 ayat 1 yang
menyebutkan jalur pendidikan tersebut sebagai pendidikan jalur sekolah dan pendidikan
jalur luar sekolah, maka pendidikan kejuruan dapat ditempuh pada pendidikan jalur
sekolah dan pendidikan luar jalur sekolah. Schippers dan Patriana (1994:20)
mendefenisikan pendidikan kejuruan sebagai pendidikan non akademis yang berorientasi
pada praktik dalam bidang-bidang pertukangan, bisnis, industri, pertanian, transportasi,
pelayanan jasa, kesehatan dan Iain-lain. Definisi tersebut mengambarkan bahwa; (a)
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan lebih berorientasi pada praktik, kurang
berorientasi pada akademik, (b) pendidikan kejuman lebih menggambarkan sebagai
pendidikan
atau
pelatihan
bagi
pencari
kerja
dan
(c)
pendidikan
kejuruan
menggambarkan pelatihan di luar sekolah. Juga dinyatakan bahwa Sekolah Menengah
Kejuman (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang berfungsi
menghasilkan tenaga kerja.
Pada pasal 11 ayat 3 dinyatakan secara tegas bahwa " Pendidikan kejuman
merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk dapat bekerja pada
bidang pekerjaan tertentu ". Hal ini memberi syarat bahwa SMK sebagai sumber utama
penghasil tenaga kerja formal tingkat menengah memegang peranan yang sangat strategis
dalam mempersiapkan sumber tenaga kerja di Indonesia.
Dari isyarat tersebut dapat
disimpulkan bahwa keberhasilan atau kegagalan SMK mempersiapkan tamatannya
menjadi tenaga kerja tingkat
terampil akan mempengaruhi penyiapan sumber daya
manusia, yang pada gilirannya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional.
Dari pendapat Soemardi dalam Masriam (1997:7) dapat disimpulkan bahwa,
masalah-masalah yang menjadi ganjalan besar dalam sistim pendidikan kejuman di
Indonesia adalah, tamatan SMK pada umumnya kurang menguasai pekerjaan praktik di
lapangan. Pendapat
tersebut
sangat sesuai dengan keadaan sebenarnya, bahkan
ditambahkannya lagi bahwa, sikap lulusan SMK
sebagai teknisi masih hams
dikembangkan yakni hal-hal yang menyangkut tentang disiplin, ketekunan, kesungguhan
dan kecermatan.
Hal lain yang perlu dikembangkan adalah kemampuan akan
bekerjasama, kemandirian dan stamina dalam kekuatan bekerja. Kerjasama dalam bentuk
tim kerja lulusan sekolah menengah kejuman masih rendah, terbukti dari
kurang
tumbuhnya pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan suatu tim kerja, juga hal ini erat
kaitannya
dengan kemampuan berkerjasama diantara sesama
pendidikannya.
Pendapat lain dari Sri Harjoko
dalam sumber yang
semasa proses
sama,
dalam
studinya, juga dapat diambil kesimpulan bahwa, mutu tamatan SMK masih jauh di
bawah standar yang dibutuhkan. Alasan paling utama menyatakan demikian adalah
kurang sinkronnya antara lulusan SMK dengan kebutuhan akan tenaga kerja di tingkat
dunia usaha dan dunia industri.
Di dalam sistim pendidikan kejuman di Indonesia penyebab dari hal-hal tersebut
di atas tentunya banyak faktor antara lain: (1) kurang tersediannya tenaga pendidik
praktik yang berpengalaman dalam proses industri, (2) mahalnya peralatan praktik yang
memenuhi syarat seperti yang seharusnya terdapat dalam praktik industri yang
sebenarnya, (3) rendahnya relevansi antara kurikulum sekolah dengan tuntutan dunia
kerja, (4) sulitnya menciptakan suasana praktik di sekolah yang benar-benar mewakili
keadaan nyata di industri dan (5) dunia usaha dan dunia industri di Indonesia belum
menampilkan usaha dan industri yang sesungguhnya, dalam arti pekerjaan yang tersedia
tidak menuntut kemampuan yang benar-benar harus sesuai dengan latar belakang
spesialisasi pendidikan yang sesungguhnya. Sebagai salah satu cara untuk dapat
meningkatkan mutu lulusan pendidikan menengah kejuman ini, temtama menjembatani
kesenjangan antara lulusan dan dunia kerja sehingga tercipta link and match
diantarannya, maka tahun 1993 pada pendidikan menengah kejuman diberlalukan
Pendidikan Sistim Ganda atau PSG yang pelaksanaannya disesuaikan dengan
kemampuan kemampuan dan sumber daya yang tersedia baik di sekolah maupun industri.
Keluhan-keluhan lain yang bersumber dari pihak pengguna lulusan SMK adalah
bahwa kelemahan para lulusan antara lain; produktivitas rendah, motivasi kerja rendah,
kualifikasi kurang memuaskan, ketekunan kurang dan loyalitas rendah (Hadiwiratama,
1990:32). Salah satu usaha meningkatkan mutu pendidikan SMK, diantaranya melalui
peningkatan pengembangan kurikulum dan kebijakan dalam strategi belajar mengajamya.
Kesesuaian kurikulum SMK dengan tuntutan dunia kerja mempakan tema sentral yang
diharapkan juga mampu menutupi kelemahan-kelemahan tersebut, sehingga SMK
sebagai penghasil tenaga kerja dan industri sebagai pengguna saling berkontribusi dalam
menjembatani kesenjangan antara dunia kerja dengan penghasil tenaga kerja. Penelitianpenelitian terdahulu yang menjadi rujukan dan menjadikan penelitian ini penting, antara
lain:
Penelitian Yusuf Supratman (1996) tentang kesesuaian kurikulum STM Program
Studi Bangunan Gedung dengan tuntutan dunia kerja, dapat disimpulkan bahwa, masih
adanya materi / isi pelajaran yang belum terdapat pada kurikulum di sekolah, sementara
hal itu sangat diperlukan di dunia kerja. Implikasi lebih jauh adalah adanya materi / isi
pelajaran yang tidak tersampaikan dibangku sekolah walaupun dituntut dalam dunia
kerja.
Penelitian Harry Suderajat (1989) mengenai studi relevansi kurikulum 1984
SMKTA Program Studi Listrik Instalasi dengan Tuntutan Dunia Kerja, juga dikaitkan
dengan mutu lulusan SMK ini, dapat disimpulkan
bahwa " kesenjangan antara
kemampuan lulusan dengan tuntutan jabatan kerja dapat diakibatkan oleh kurikulum yang
kurang relevan ". Bahkan dijelaskan bahwa presentasi bahan (materi) pengajaran
kurikulum program studi Listrik Instalasi yang mendukung performansi sebagai
Instalatur listrik hanyalah 87,69%. Penjelasannya adalah presentasi kesesuaian bahan
pengajaran dari seleksi Mata Pelajaran Dasar Kejuruan (MPDK) dan Mata Pelajaran
Kejuman (MPK) yang dinilai kesesuaiannya dengan tuntutan dunia kerja adalah 61,57%,
sedangkan bahan pengajaran yang diperhitungkan kurang mendukung kompetensi
intalatur adalah 26,12%. Juga dari hasil Penelitian Tim Jumsan pendidikan Teknik
Bangunan FPTK IKIP Bandung mengenai materi matematika aplikatif sebagai penunjang
pengajaran bidang studi pendidikan teknologi dan kejuruan (teknik bangunan), dapat
disimpulkan bahwa materi matematika dalam kurikulum tersebut masih memerlukan
penyempurnaan secara meluas dan mendalam, baik dalam bentuk format, struktur dan
susunan materinya.
Permana.E.H, (1997) dalam penelitiannya mengenai "
Akademi Industri Prawisata Program Studi Perhotelan
Relevansi Kurikulum
Dengan Kebutuhan Hotel "
menguraikan hal-hal yang prinsipil menyangkut relevansi yaitu: (a) berorientasi kepada
tujuan, dengan menetapkan tujuan-tujuan yang hams dicapai
mahasiswa dalam
mempelajari mata kuliah, (b) prinsip efisiensi dan efektifitas dalam menggunakan daya,
dana dan waktu dalam mencapai tujuan pendidikan, (c) prinsip fleksibilitas, (d) prinsip
kontinuitas (berkaitan dengan kesempatan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi) dan
(e) prinsip relevansi suatu pendidikan akan bermakna apabila kurikulum yang
dipergunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Juga dalam buku Nana Syaodih.S
(1988: 167-168) mengemukakan tentang relevansi yang hams dimiliki oleh kurikulum
yakni relevansi keluar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri.
Ishak Abdulhak. .DR dkk, (1995) yang meneliti tentang " Relevansi Struktur
Kurikulum Program Studi PLS dengan Reformasi Kerja di Lingkungan Instansi
Pemerintah di Jawa Barat" mengungkap beberapa hal yang disimpulkan sebagai berikut
•
Relevansi dimaksudkan adalah ketepatan dan kesesuaian antara cakupan
kurikulum yang bempa program pengajaran
dengan
penampilan kerja
dilapangan.
•
Kurikulum mempakan alat untuk merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan yang
diharapkan ke dalam bentuk praktis dan berguna.
Juga penelitian Karmon S (1982)
mengenai " Kesulitan-Kesulitan dalam
Mempelajari Mata Pelajaran Mesin Listrik dan Pembangkitan Ditinjau dari Aspek Materi
Matematika di Jumsan Listrik STM Negeri II Bandung " menyimpulkan bahwa terjadi
kekurangsinkronan
umtan-umtan materi (bahan pelajaran) matematika dengan mata
pelajaran kejuman Mesin Listrik Listrik dan Pembangkitan per-semesternya , dikaitkan
dengan fungsi dan hakekat matematika itu sendiri. Kekurangsinkronan urutan tersebut
mengakibatkan
penggunaan waktu penyampaian materi pada
pembelajaran mata
pelajaran Mesin Listrik dan Pembangkitan kurang efektif.
Kurikulum SMK 1994
dikembangkan dengan pendekatan pengembangan
kurikulum berdasarkan kompetensi. Pengembangan kurikulum berdasarkan kompetensi,
diartikan sebagai suatu proses pengembangan kurikulum yang didasarkan kepada
kemampuan-kemampuan atau kompetensi apa saja yang hams dikuasai peserta didik
setelah mereka tamat (Kurikulum SMK :1994). Persoalannya adalah apakah kompetensi
yang menjadi dasar acuan kurikulum tersebut mempakan kompetensi yang dituntut dunia
kerja yang nyata. Mengingat ilmu pengetahuan dan teknologi terns berkembang, apakah
teknologi yang diperkenalkan dalam kurikulum persekolahan sesuai dengan teknologi
yang digunakan di dunia kerja
Dalam GBPP kurikulum SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik,
hal mana disebutkan Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik mempakan satu keahlian
yang mempersiapkan lulusannya menjadi tenaga kerja tingkat menengah dalam bidang
teknik instalasi listrik yang mampu bekerja mandiri secara profesional, serta mampu
mengembangkan diri dalam bidangnya. Bidang pekerjaan yang dapat diisi tamatan
program ini antara lain;
(a) Instalasi Listrik Rumah Tinggal, (b) Instal
Bangunan Bertingkat dan (c) Instalasi Listrik Industri.
Perkembangan teknologi listrik yang mempakan salah satu rekayasa dasai
engineering), khususnya dalam teknologi instalasinya akan mensyaratkan a
pembahan dalam pendidikan kejuman listrik instalasi yang menyiapkan tenaga-tenaga
teknisi dalam bidang tersebut.
meneliti " Relevansi
dan
pembelajaran
Berdasarkan uraian tersebut di atas,
penulis ingin
kompetensi/subkompetensi serta pembelajaran pengetahuan
keterampilan
Kurikulum SMK 1999
Program Keahlian
Teknik Instalasi Listrik dengan tuntutan pekerjaan Instalatur Listrik ".
B.
Perumusan Masalah.
Inti permasalahan dalam penelitian ini adalah mengkaji lebih lanjut mengenai "
Relevansi Kurikulum SMK 1999 Bidang Keahlian Teknik Elektro Program Keahlian
Teknik Instalasi Listrik dengan tuntutan pekerjaan instalatur listrik",
diuraikan pada Kurikulum SMK
sebagaimana
1999, Garis-Garis Besar Program Pendidikan dan
Pelatihan, bahwa bidang pekerjan yang dapat diisi tamatan ini adalah; (a) Instalasi Listrik
Rumah Tinggal, (b) Instalasi Listrik Bangunan Bertingkat
dan (c) Instalasi Listrik
Industri, dalam pengertian lanjutan mencakup perencanaan, pemasangan, pengujian,
perawatan dan perbaikannya.
Peta kelompok variabel pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuman Bidang
Keahlian Tenik Elektro Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik dapat dilihat pada
gambar 1.2 yang memberikan gambaran mengenai faktor-faktor dan elemen-elemen
pendidikan apa saja yang dapat
mempengamhi
terhadap suatu luaran atau
pendidikan. Secara umum semua variabel pendidikan tersebut, hampir
hasil
memiliki
pengaruh yang sama kuat satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu sangat diperlukan
usaha yang maksimal agar selumh variabel tersebut saling bersinergi, sehingga diperoleh
hasil yang maksimal.
SDM
Kepala Sekolah
Guru
Staf Administrasi
BIAYA
MANAJEMEN
- Fungsi
- Sumber biaya
- Pengelolaan
- Pengawasan
- Pendekatan
- Kepemimpinan
Penjaga Sekolah
I
1
SARANA &
PRASARANA
PROGRAM PENDIDIKAN
DAN PENGAJARAN
- Lahan, Gedung
- R. kelas, Kantor
HASIL
DESAIN
PENDIDIKAN
t
- Peralatan Kantor
- Mutu
IMPLEMENTASI
- SIM
- Jumlah
t
- Waktu
EVALUASI
FASILITAS
*-^r
t
PENGAJARAN
- Laboratorium
- Bengkel kerja
- Perpustakaan
- Pusat Media
- AlatOlahRaga
KERJASAMA
- Lembaga Pemerintah
SISWA
LINGKUNGAN
- Swasta
- Jumlah
- Organisasi profesi
- latar belakang pendidikan
- Geogragis
- Sosial Budaya
- Masyarakat
- Industri pasangan
Dan sosial ekonomi
- Ekonomi
- Motivasi
- Politik
- Usia dan performance
- Religi
Gambar 1.2 Peta kelompok variabel pendidikan pada Sekolah Menengah
Kejuman Bidang Keahlian Teknik Elektro Program Keahlian
Teknik Instalasi Listrik
Dari peta kelompok variabel pendidikan tersebut di atas, selanjutn
menjadi peta variabel penelitian sebagaimana diperlihatkan padagambar 1.
Desain
Kurikulum
T
Keterbacaan GBPP
Kurikulum SMK Program
Keahlian Teknik Instalasi
Listrik
V
Efektifitas pengajaran
(pelaksanaan program
pendidikan dan pelatihan
di sekolah dan institusi
Mutu lulusan
"=>
Program
Kebutuhan akan
Keahlian Teknik
tuntutan pekerjaan
Instalasi Listrik.
3
instalatur listrik.
pasangan).
n
Sarana dan Fasilitas pendidikan di
sekolah dan institusi pasangan
(industri, asosiasi profesi dan
sebagainya).
Gambar 1.3 Peta kelompok variabel penelitian.
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor,
dan membutuhkan pengkajian secara holistik. Faktor-faktor itu antara lain konteks
sekolah, tenaga kependidikan, program sekolah, proses pembelajaran, material dan lainlainnya. Setelah aktivitas belajar di sekolah, studi perlu dilanjutkan ke produk
pembelajaran,
yaitu
kemampuan
lulusan
mengakomodasikan
pengetahuan
dan
keterampilan hasil belajar mereka terhadap tuntutan kerja di lingkungan industri.
Penjelasan tersebut memperlihatkan empat komponen utama yang berkaitan dengan
proses pembelajaran : (1) desain kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran
di kelas, (2) pelaksanaan pembelajaran itu sendiri yang mencakup kegiatan perencanaan
mengajar, melaksanakan pengajaran, dan menilai hasil belajar, (3) kemampuan hasil
belajar yang terdiri atas prestasi akademik di sekolah dan adaptabilitas kemampuan
lulusan dalam bekerja, serta (4) konsep gum dalam menerjemahkan ide-ide kurikulum ke
pelaksanaan pengajaran di kelas. Dari penjelasan di atas, maka rumusan permasalahan
dari penelitian ini adalah; " Bagaimanakah relevansi kurikulum SMK 1999 Program
Keahlian Teknik Instalasi Listrik, dengan pekerjaan dan tugas-tugas yang dibebankan
kepada instalatur listrik ".
C.
Pembatasan Masalah
Kajian tentang peta kelompok variabel pendidikan pada Sekolah Menengah
Kejuman Bidang Keahlian Teknik Elektro Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik,
yang telah dikemukakan sebelumnya tentunya sangat luas cakupannya. Demikian pula
halnya dari peta variabel penelitian, didapatkan hal yang sama yakni pembahasan yang
masih sangat luas dan sangat diperlukan pembatasan masalah, agar penelitian lebih
terfokus. Dengan penjelasan tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas pada
penelitian ini dibatasi pada;
" Relevansi antara komponen pembelajaran pengetahuan / keterampilan dari GarisGaris Besar Program Pendidikan dan Pelatihan paket keahlian program produktif
kurikulum SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik, dengan pekerjaan dan
tugas-tugas yang dibebankan kepada instalatur listrik ".
D.
Defenisi Operasional
Agar istilah-istilah dalam penelitian ini menjadi jelas dan tidak mengundang
penafsiran yang berbeda-beda, maka penjelasan istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Relevansi Kurikulum,
Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 SMKTA, prinsip relevansi mempakan
salah satu prinsip umum yang digunakan pada pengembangan kurikulum di Indonesia.
Prinsip relevansi menekankan bahwa suatu pendidikan akan bermakna apabila
kurikulum yang dipergunakan relevan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Ditinjau dari arti kata, relevansi dapat diartikan sebagai kesesuaian, perlunya,
hubungan, pertalian, sangkutpautnya. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa
11
relevansi diartikan dengan keterkaitan, kesesuaian, ataukeselarasan antara dua hal. Pada
penelitian ini, relevansi kurikulum diartikan sebagai
kesesuaian komponen
pembelajaran pengetahuan / keterampilan yang tertulis dalam kurikulum SMK 1999
Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik, dengan pekerjaan dan tugas-tugas yang
dibebankan kepada instalatur listrik.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Nana S. Sukmadinata (1988)
tentang dua macam relevansi yang hams dimiliki oleh kurikulum yaitu relevan ke luar
dan relevan dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar atau relevansi external
maksudnya, tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya
relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Dalam penelitian ini
relevansi lebih menekankan dengan tuntutan dunia kerja, meskipun relevansi terhadap
perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi mempakan bagian yang sulit dipisahkan
dari tuntutan dunia kerja.
Nasution (1990:3) dalam tulisannya mengemukakan bahwa
dalam membicarakan relevansi pendidikan perlu jawaban terhadap pertanyaan relevan
bagi siapa. Dalam penelitian ini relevansi bagi siapa, ditujukan bagi masyarakat pemberi
kerja terhadap tamatan atau masyarakat yang menerima pelayanan jasa instalasi listrik.
Oleh karena itu Kriteria yang digunakan untuk menentukan relevansi antara kurikulum
SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik dengan tuntutan pekerjaan
instalatur listrik adalah;
dikatakan relevan apabila; " Kemampuan
dan tugas-tugas
yang dituntut dari instalatur listrik, ada dan diberikan pada komponen pembelajaran
pengetahuan /
keterampilan,
mata diklat paket keahlian program produktif
kurikulum tertulis SMK 1999 Program keahlian Teknik Instalasi Listrik".
Kriteria yang ditetapkan tersebut mempakan kriteria secara formal, yang berarti
relevansi hanya dilihat dari dokumen kurikulum tertulis, dan direlevansikan dengan
pekerjaan dan tugas-tugas yang dibebankan kepada instalatur listrik (yang diperoleh dari
adegan-adegan instalatur di lapangan). Sedangkan kriteria subtansial, yang menyangkut
kualitas implementasi kurikulum di sekolah dan institusi pasangannya, belum diungkap
pada penelitian ini, dan diharapkan perlu dilakukan penelitian lanjutan.
SMK Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik,
Adalah bentuk satuan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk
melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar, mempersiapkan peserta didik untuk
12
memasuki lapangan kerja, serta mengembangkan sikap profesional tingkat menengah
dalam bidang Teknik Instalasi Listrik.
Tuntutan Pekerjaan Instalatur Listrik,
Dalam penelitian ini dimaksudkan, adalah kebutuhan akan kemampuan dan
keterampilan yang harus dimiliki tamatan, untuk menjadi tenaga kerja tingkat menengah
dalam bidang Instalasi Listrik yang mampu bekerja mandiri secara profesional, serta
mampu mengembangkan diri dalam bidangnya.
Kurikulum SMK 1999
Dalam penelitian ini dimaksudkan adalah kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) kelompok Teknologi &Industri edisi tahun 1999.
Dari penjelasan pembatasan masalah dan defenisi operasional di atas, dan untuk
lebih operasionalnya masalah tersebut, maka permasalahan itu dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan penelitian yaitu;
" Bagaimanakah relevansi antara kompetensi/subkompetensi dan pembelajaran
pengetahuan/keterampilan dari Garis-Garis Besar Program Pendidikan dan Pelatihan
mata diklat paket keahlian kurikulum SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi
Listrik, dengan pekerjaan dan tugas-tugas yang dibebankan kepada instalatur listrik ?".
E.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tu juanPenelitian
Dengan memperhatikan latar belakang dan permasalahan di atas, adapun tujuan
penelitian ini adalah:
• Untuk menemukan bidang pekerjaan, kemampuan dan tugas-tugas yang dituntut dari
instalatur listrik.
• Untuk menemukan kesesuaian antara komponen kompetensi dan pembelajaran dari
Garis-Garis Besar Program Diklat Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik dengan
bidang pekerjaan, kemampuan dan tugas-tugas yang dituntut dari instalatur listrik.
Manfaat Penelitian
•
Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperdalam teori
pengembangan kurikulum khususnya, berkenaan dengan pengembangan kurikulum
13
SMK 1999 yang menggunakan dua pendekatan utama yaitu; pengembangan
kurikulum berdasarkan kompetensi (competency based curriculum) dan
pengembangan kurikulum berbasis luas (broad based curriculum).
•
Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pihak pengembang
kurikulum SMK Direktorat Pendidikan Menengah Kejuman, khususnya dalam dua
hal yaitu;
(1) Perbaikan dan penyempurnaan
keterampilan deskripsi
komponen pembelajaran pengetahuan /
program diklat paket keahlian program produktif
kurikulum SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik, dan
(2)
Penyempurnaan pola program pendidikan dan pelatihan program keahlian
Teknik Instalasi Listrik.
F.
Metodologi Penelitian
Metoda Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi evaluatif dengan metoda penelitian
kualitatif deskriptif, yakni penelitian yang bemsaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dalam penelitian ini, peneliti ingin
memotret dan menyelidiki secara terperinci tugas-tugas dan aktivitas orang-orang yang
bekerja dalam bidang pekerjaan instalasi listrik dengan cara meneliti langsung
kelapangan untuk mengumpulkan data yang sesuai dan kemudian diberi makna. Data-
data bersifat deskriptif yang dikumpulkan dapat berupa dokumen pribadi, catatan
lapangan, ucapan responden dan potret pelaksanaan di lapangan. Sebagai hasil
penelitian dengan metoda kualitatif diskriptif lebih menekankan makna daripada
generalisasi (Sugiyono, DR : 2002).
Objek Penelitian
Sesuai dengan metoda penelitian yang digunakan yakni metoda kualitatif
deskriptif, maka yang menjadi objek penelitian pada penelitian
ini adalah dua
kontraktor listrik yang wilayah kerjanya melayani PLN Area Pelayanan dan Jaringan
Cimahi. Pemilihan ini didasarkan atas kesimpulan dari hasil diskusi antara peneliti
dengan pihak menejemen PLN dan pengums AKLI cabang Cimahi. Kedua kontraktor
14
listrik tersebut mempakan kontraktor yang mendapat pengakuan dari PLN dan
mempunyai kemampuan kerja berdasarkan Surat Ijin Kerja (S1KA) C. Empat instalatur
yang dijadikan informan atau sampel dalam penelitian ini merupakan tenaga kerja yang
menjadi andalan kedua kontraktor tersebut, yakni yang bekerja pada pekerjaanpekerjaan yang berkaitan dengan perencanaan, pemasangan, pengujian, perawatan dan
perbaikan pada; (a) instalasi listrik rumah tinggal, (b) instalasi listrik gedung bertingkat,
(c) instalasi listrik industri
dan, (d) penarikan jaringan tegangan rendah/menengah.
Sebagai sumber data pada penelitian ini juga melibatkan beberapa orang pihak
menejemen dan karyawan
PLN cabang kota Cimahi,
khususnya dari bagian
pemeliharaan pelayanan distribusi jaringan listrik.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara,
observasi dan studi dokumenter. Instrumen yang dikembangkan yakni, pedoman
observasi tak berstruktur, pedoman wawancara tak berstmktur dan pedoman studi
dokumentasi tak berstrukur, dengan bentuk instrumen catatan lapangan.
Wawancara dilakukan terhadap personil sumber data
penelitian (pihak
menejemen dan karyawan PLN Cabang Cimahi) temtama yang berkaitan dengan tugas
pokok dan fungsi P.T PLN (PERSERO) Area Pelayanan dan Jaringan Cimahi, dan uraian
tugas kemitraannya dengan pihak Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia (AKLI) cabang
Cimahi.
Observasi dilakukan terhadap personil objek penelitian (instalatur listrik)
temtama yang berkaitan dengan pekerjaan dan tugas-tugas yang dibebankan kepada
seorang instalatur listrik di lapangan, meliputi perencanaan, pemasangan, pengujian,
perawatan dan perbaikan pada; (a) instalasi listrik rumah tinggal, (b) instalasi listrik
gedung bertingkat, (c) instalasi listrik industri
dan, (d) penarikan jaringan tegangan
rendah/menengah.
Studi dokumenter dilakukan terhadap komponen kompotensi/subkompetensi serta
komponen pembelajaran pengetahuan dan pembelajaran keterampilan dari Garis-Garis
Besar Program Pendidikan dan Pelatihan mata pelajaran program produktif kurikulum
SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik. Adapun kerangka penelitiannya
dapat diperlihatkan pada gambar 1.4 di halaman berikut.
15
Kerangka Penelitian
Rumusan Masalah
Suasana lapangan
Yang alamiah
Kurikulum 1999 Program
Kepustakaan. Teori
Keahlian Teknik Instalasi
Kurikulum SMK
Listrik
Berdasarkan
kompetensi, dan
Organisasi
Kurikulumnya.
Analisis GBPP Program
Analisis
Keahlian Teknk
Kemampuan yang
dipersyaratkan
dunia kerja
(AKLI-PLN)
Instalasi Listrik
Prinsip Organisasi
Kurikulum SMK 1999
Profil Kemampuan
Kompetensi
Pembelajaran
Instalatur Listrik
I
Kesesuaian komponen Pembelajaran
dengan tuntutan dunia kerja
Kesesuaian Teoritis tentang
Organisasi Kurikulum
Saran-Saran Kurikulum 1999
Materi Diklat
Organisasi
Kurikulum
Gambar 1.4 Kerangka Penelitian
16
BAB HI
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian
studi evaluasi
(evaluation research) yang
menggunakan metoda penelitian kualitatif dan bersifat deskriptifanalitik berdasarkan
fakta-fakta. Metoda ini pada hakekatnya mengamati orang dalam lingkungan hidupnya,
berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang
dunia sekitarnya, (Nasution, 1988:5). Penggunaan metode penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif analitik pada penelitian ini dirancang sesuai dengan maksud dari
penelitian, yang ingin mengungkapkan hal-hal sesungguhnya mengenai " relevansi
kurikulum SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik Dengan Tuntutan
Pekerjaan Instalatur Listrik", dengan berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Nana Sudjana & Ibrahim, 1989:64)
Dalam penelitian ini, peneliti ingin memotret dan menyelidiki secara rinci tugastugas dan aktivitas orang-orang yang bekerja dalam bidang Instalatur Listrik dengan cara
meneliti langsung kelapangan untuk mengumpulkan data yang sesuai dan kemudian
diberi makna. Data-data bersifat deskriptif yang dikumpulkan, berupa dokumen pribadi,
catatan lapangan, ucapan responden, potret lapangan dan sebagainya, adalah merupakan
hasil penelitian dengan metoda kualitatif diskriptif yang lebih menekankan makna
daripada generalisasi (Sugiyono,: 2002).
Krakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen dalam Masriam
(1997:) mengemukakan sebagai berikut:
a. Qualitative research has the natural setting as the source of data and researcher
is the key instrument.
b. Qualitative research is descriptive. The data collected is in the form of words of
picture rather than numbers.
c. Qualitative researchers are concernned with proses rathen then simply with
outcomes or products.
d. Qualitative researchs tend to analyse their data inductively
e. Meaning is of essential to the qualitative approach
59
Krakteristik yang dikemukakan tersebut, memberi gambaran bahwa dalam
penelitian kualitatif sangat mementingkan situasi yang wajar (natural setting) sebagai
sumber datanya. Pengumpulan data tidak menggunakan alat-alat seperti test atau angket,
sebaliknya peneliti adalah " key instrument «atau alat peneliti utama. Hal ini berarti
bahwa peneliti sendiri mengadakan eksplorasi melalui pengamatan, wawancara, serta
studi dokumentasi. Penelitian kualitatifmengumpulkan data deskriptifyang banyak untuk
dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, dan sebaliknya tidak mengutamakan angkaangka statistik, walaupun tidak menolak data kuantitatif sepanjang dimaksudkan untuk
melengkapi serta memperjelas data kualitatif.
Penelitian kualitatif mengutamakan data langsung dari tangan pertama. Untuk itu
peneliti harus terjun sendiri serta melakukan observasi melalui turut berpartisipasi
kelapangan. Kedudukan sumber data dan peneliti dianggap setaraf, dengan maksud
peneliti datang untuk belajar dan menambah pengetahuan dan pemahaman tentang
masalah yang diteliti.
B.
Objek Penelitian
Sesuai dengan metoda penelitian yang digunakan yakni metoda kualitatif yang
bersifat deskriptif analitik, maka yang menjad, objek dalam penelitian in, adalah dua
kontraktor listrik yang wilayah kerjanya melayani cabang PLN Kota Cimahi. Pemilihan
ini didasarkan atas kesimpulan hasil diskusi antara peneliti dengan pihak menejemen
PLN dan pengurus AKLI cabang Kota Cimahi. Dua
kontraktor listrk tersebut
merupakan kontraktor yang mendapat pengakuan dan PLN dan mempunyai kemampuan
kerja berdasarkan Surat Ijm Kerja (SKA) C. Dan dua kontaktor listrik tersebut,
ditetapkan empat orang (dua orang dan tiap kontraktor) instalatur yang dijadikan
informan atau sampel dalam penelitian ini, yang merupakan tenaga kerja yang andalan
kedua kontraktor tersebut, yakni yang bekerja pada pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan
dengan perencanaan, pemasangan, pengujian, perawatan dan perbaikan pada; (a) instalasi
listnk rumah tinggal, (b) instalasi listrik gedung bertingkat, (c) instalasi listrik industri,
,dan (d) penarikan jaringan tegangan menengah dan rendah. Sebagai sumber data pada
penelitian ini juga melibatkan beberapa orang pihak menejemen PLN cabang kota
Cimahi, terutama menyangkut data tugas dan fungsinya.
60
Untuk memudahkan pengambilan data masing-masing sampel (responden) di beri
kode sebagai berikut:
1.
RA dan RB masing-masing tenaga instalatur yang bekerja pada kontraktor listrik
CV Gemilang, beralamat di Jalan Sukajaya no 9Kota Cimahi
2.
RC dan RD masing-masing tenaga instalatur yang bekerja pada kontraktor listrik
CV Central, beralamat di Jalan Central no 1 Kota Cimahi.
C.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan focus dan
tujuan penelitian. Oleh sebab itu sesuai dengan metode penelitian yang ditetapkan, maka
teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi. Penggunaan ke-tiga teknik pengumpulan data
tersebut diharapkan saling melengkapi sehingga didapatkan data yang lebih akurat.
1.
Observasi (Pengamatan)
Observasi merupakan salah satu teknik yang dapat menghasilkan data lapangan
secara lebih objektif. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data berupa deskripsi yang
faktual, cermat, dan terinci mengenai lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial, serta
konteks dimana kegiatan itu terjadi. Pada penelitian mi observasi ke lapangan dilakukan
untuk mengamati kegiatan para instalatur yang dijadikan sebagai responden terutama
pada pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan perencanaan, pemasangan, pengujian,
perawatan dan perbaikan pada; (a) instalasi listrik rumah tinggal, (b) instalasi listrik
gedung bertingkat, (c) instalasi listnk industn, dan (d) penarikan jaringan tegangan
menengah dan rendah.
2.
Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan wawancara dipergunakan dengan maksud untuk
mendapatkan informasi dan orang yang terlibat langsung dengan kegiatan pelaksanaan
tugas instalatur listrik. Pertama, wawancara dengan pihak menejemen PLN Cabang Kota
Cimahi sebagai mitra kerja kotraktor listrik, dimaksudkan untuk memperoleh data
mengenai ruang lingkup pekerjaan kontraktor listnk dimana instalatur listrik bekerja.
61
Kedua, wawancara dengan pimpinan AKLI cabang kota Cimahi, dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran tentang ruang lingkup pekerjaan dan tugas instalatur listrik,
sehingga dapat mengarahkan pelaksanaan penelitian tentang profil seorang instalatur
listrik. Ketiga, wawancara terhadap responden, dimaksudkan untuk melengkapi dan
mencocokkan data yang diperoleh melalui
mereka lakukan,
obervasi
(pengamatan) lapangan yang
menyangkut pekerjaan dan tugas-tugas
yang berkaitan dengan
perencanaan, pemasangan, pengujian, perawatan dan perbaikan pada; (a) instalasi listrik
rumah tinggal, (b) instalasi listrik gedung bertingkat, (c) instalasi listrik industri, dan (d)
penarikan jaringan tegangan menengah dan rendah.
3.
Studi Dokumentasi
Selain melalui observasi dan
wawancara, data penelitian
melalui pengkajian dokumen-dokumen yang tersedia.
terhadap;
juga dikumpulkan
Studi dokumentasi dilakukan
pertama, kurikulum SMK edisi 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi
Listrik, terutama yang berkaitan dengan kompetensi / sub kompetensi dan komponen
pembelajaran yang bersifat pengetahuan maupun keterampilan,; kedua, dokumen Surat
Penunjukan Pekerjaan (SPP) atau Surat Perintah Kerja (SPK) yang dikeluarkan Pihak
PLN yang ditujukan ke
kontraktor listrik, menyangkut pekerjaan-pekerjaan yang
diberikan ke kontaraktor listrik dan ketiga, dokumen ruang lingkup pekerjaan instalatur
listrik menurut kontraktor listrik dan Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia (AKLI).
Data-data yang terkumpul melalui studi dokumentasi ini,
secara keseluruhan
dimaksudkan untuk menjaring ruang lingkup pekerjaan dan tugas-tugas yang dibebankan
kepada Instalatur Listrik.
D.
Instrumen Penelitian
Sesuai dengan pendekatan penelitian yang digunakan, maka instrumen utama
adalah peneliti.
Mengutip pendapat Bogdan dan Biklen dalam Masriam (1997)
mengatakan " the researcher is the key instruments " dalam arti peneliti merupakan
instrumen kunci dalam penelitian kualitatif Untuk memperoleh data yang lebih akurat
maka dalam hal ini peneliti terjun langsung ke lapangan penelitian dengan menggunakan
beberapa alat bantu, diantaranya berupa catatan lapangan, pedoman wawancara, dan alat
62
rekam. Selain itu peneliti juga menggunakan dokumentasi untuk melengkapi informasi
yang dibutuhkan.
E.
Analisis Data
Data dari hasil studi dokumentasi, wawancara,
dan observasi dianalisis secara
bertahap. Pertama, data ditelaah seluruhnya dan berikutnya diadakan reduksi data dengan
cara membuat rangkuman. Reduksi data dilaksanakan dengan membuat ringkasan,
pengelompokan, penarikan tema, dan penulisan memo. Kedua, data disusun dalam
satuan-satuan yang akan dikategorisasikan (coding). Dan ketiga, data divalidasi melalui
'member check , atau triangulasi.'
Analisis data dilakukan sejak awal hingga selesai penulisan laporan, dengan alur
atau tahapan kegiatan analisis data yaitu, tahap reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan / verifikasi (Miles & Huberman, 1994: 10 - 11). Reduksi data merujuk
kepada proses pemilihan, penentuan fokus, penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi
data yang muncul dalam transkrip atau catatan-catatan lapangan. Tampilan data sangat
membantu peneliti untuk memahami sejauhmana data tersebut dapat memberikan
gambaran yang konkrit, mengenai informasi yang diperlukan bagi penelitian. Penarikan
kesimpulan / verfikasi. Dari awal pengumpulan data, peneliti dalam tugas analisisnya
mencoba menginterpretasi atau memahami arti dari sesuatu data atau gejala, mencatat
ketetapan-ketetapan, pola-pola, penjelasan-penjelasan, atau mungkin konfigurasi, alur-
alur serta penyebabnya. Hal ini masih dianggap sebagai kesimpulan, yang awalnya
samar-samar, belum lengkap, dan selanjutnya bertambah nyata (eksplisit). Kesimpulan
akhir belum dapat diperoleh sampai pengumpulan data selesai. Bogdan dan Biklen
dalam Yusuf S (1996) mencoba memisahkan proses analisis data selama dilapangan
dengan analisis setelah data terkumpul dan kegiatan lapangan telah cukup memadai.
Berdasarkan hal tersebut, maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan
dianalisis dengan mengikuti pedoman sebagai berikut:
Pertama, analisis pada saat pengumpulan data.
Selama pengumpulan data peneliti merekam dan membuat catatan lapangan,
melakukan member chek dengan objek yang bersangkutan, mengadakan audit trail,
PROGRAM KEAHLIANTEKNIKINSTALASI LISTRIK
DENGAN TUNTUTAN
PEKERJAAN INSTALATUR LISTRIK
(Studi Evaluatif Terhadap Kemampuan dan Tugas-Tugas yang dituntut
dari Instalatur Listrik di Lingkungan Asosiasi Kontraktor Listrik
Indonesia dan Perusahaan Listrik Negara Kota Cimahi)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pengembangan Kurikulum
Oleh
Karmon Sigalingging
NIM
009601
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2003
LEMBAR PERSETUJUAN
Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing
Prof. Dr. H. Nana-Syaodih Sukmadinata
Pembimbing II
Dr. H. Bachtiar Hdsan, ST, MSi.E
ABSTRAK
Pendidikan sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
merupakan faktor vital yang menunjang pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dari dunia
usaha dan industri muncul keluhan bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum
memiliki kesiapan kerja yang baik. Studi Blazely dkk (1997) melaporkan bahwa
pembelajaran di sekolah cenderung sangat teoritik, yang berakibat peserta didik tidak
mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah guna memecahkan masalah kehidupan
yang dihadapi dalam kesehariannya. Secara internasional tahun 2003 AFTA (Asean Free
Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour Area) akan dimulai, yang berarti sejak saat
itu persaingan tenaga kerja akan menjadi terbuka. Konsekuensinya tenaga kerja kita
harus mampu bersaing secara terbuka dengan tenaga kerja asing dari berbagai negara,
yang selama ini menjadi suatu kekhawatiran bagi ketenagakerjaan di Indonesia. Di
dalam UUSPN tahun 1989 pasal 11 ayat 3 dinyatakan secara tegas bahwa " Pendidikan
kejuman merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk dapat
bekerja pada bidang pekerjaan tertentu ".
Penelitian ini merupakan suatu studi evaluatif dengan metodologi penelitian
kualitatif dan bersifat deskriptif berdasarkan fakta-fakta, terhadap kemampuan dan tugas-
tugas yang dituntut dari Instalatur Listrik, dengan maksud untuk menjawab pertanyaan
penelitian "bagaimanakah relevansi antara komponen pembelajaran pengetahuan /
keterampilan dari Garis-Garis Besar Program Diklat paket keahlian program produktif
kurikulum SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik, dengan pekerjaan dan
tugas-tugas yang dibebankan kepada instalatur listrik ?".
Untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut dilakukan penelitian di dua
kontraktor listrik yang berlokasi di kota Cimahi. Metoda pengumpulan data yang
digunakan terdiri dari; observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dari hasil interpretasi
dan pembahasan diperoleh temuan-temuan sebagai berikut;
• Bidang pekerjaan instalatur listrik terdiri dari; (a) pekerjaan instalasi listrik
penerangan dan tenaga untuk rumah tinggal, (b) pekerjaan instalasi listrik penerangan
dan tenaga untuk kebutuhan yang bersifat komersial, (c) pekerjaan instalasi listrik
industri, dan (d) pekerjaan penarikan jaringan tegangan menengah dan rendah.
• Komponen pembelajaran pengetahuan / keterampilan dari mata diklat paket keahlian
program produktif, kurikulum tertulis SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi
Listrik, relevan dengan kemampuan dan tugas-tugas yang dituntut dari instalatur
listrik.
• Komponen pembelajaran pengetahuan / keterampilan dari mata diklat paket keahlian
program produktif, kurikulum tertulis SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi
Listrik, belum mencukupi terhadap kemampuan dan tugas-tugas yang dituntut dari instalatur listrik.
Kesenjangan ditemukan terhadap bidang pekerjaan instalatur listrik, yang berkaitan
dengan penarikan jaringan listrik tegangan rendah dan menengah, hal mana bidang
pekerjaan ini belum ada dan diberikan pada kurikulum tertulis SMK 1999 program
keahlian Teknik Instalasi Listrik. Implikasinya adalah direkomendasikan menambah
mata diklat dan komponen pembelajaran pengetahuan/keterampilan, serta penyesuaian
(penggabungan) beberapa keahlian menjadi satu keahlian, yang dapat mewadahi
pekerjaan dan tugas-tugas instalatur listrik.
vi
DAFTARISI
Halaman
KATA PENGANTAR
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
vi
ABSTRAK
viii
DAFTARISI
DAFTARTABEL
xi
DAFTARGAMBAR
xii
DAFTARLAMPIRAN
BAB I.
PENDAHULUAN
A
Latar Belakang Masalah
B
Perumusan Masalah
C
Pembatasan Masalah
D
Defenisi Operasional
11
E
Tuiuan dan Manfaat Penelitian
13
F.
Metodologi Penelitian
B.
C.
11
.
BAB II
A.
8
14
STUDI KURIKULUM SMK TEKNOLOGI &INDUSTRI EDISI 1999
., ,
17
17
Kurikulum
1.
PengertianKurikulum
17
2.
Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
90
Konsep Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi
22
1.
Pengertian Kompetensi
22
2.
Pengembangan Standar Kompetensi
3.
Konsep Pelatihan Berbasis Kompetensi
32
Kurikulum Berbasis Kompetensi
1. Konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi
2. Landasan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
3. iangkah-Langkah Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
D. Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi
1.
Perumusan Tujuan
2.
3.
Penilaian Hasil Belajar
Pengorganisasian Kurikulum
90
32
35
36
40
42
43
viii
,
aPengembangan Bahan
Ajar
4.
44
D Kurikulum SMK Teknologi &Industri 1999 dan Pembelajarannya
45
45
1
Krakteristik Kurikulum SMK 1999
2
PenyelenggaraanPendidikandanPelatihan
3
Pengembangan Kurikulum
4.
, , •
Pendekatan Pembelajaran
5
Garis-Garis Besar Program Diklat Bidang Keahlian Teknik Elektro
47
.51
Program Keahlian Teknik Instalasi Listnk
53
BABHI METODOLOGI PENELITIAN
A
Metode Penelitian
B
Objek Penelitian
C
* ~
Metode PengumpulanData
D
Instrumen Penelitian
E.
AnalisisData
F
Pembahasan Penelitian
59
59
60
61
62
63
BAB IV.
A.
64
f\f\
DESKRIPSI DATA
66
Pelaksanaan Penelitian
B. Ruang Lingkup Tugas dan Fungsi PLN Area Pelayanan dan Jaringan Cimahi.
C. Ruang Lingkup Pekerjaan Instalatur Menumt Kontraktor Listrik dan AKLI
D. Ruang Lingkup Pekerjaan dan Tugas Instalatur di Lingkungan AKLI dan PLN.
BABV.
67
70
71
INTERPRETASI PENELITIAN
A. Pola Program Diklat Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik
B Susunan Program Diklat Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik
89
90
C.
92
Deskripsi Pembelajaran
D. BidangPekerjaan, Kemampuan dan Tugas yang Dituntut dari Instalatur
E.
Relevansi kompetensi dan pembelajaran paket keahlian program produktif,
dengan kemampuan dan tugas-tugas instalatur listrik
F.
92
97
Interpretasi danPembahasan
BAB VI. KESMPULANDANREKOMENDASI
A.
„ .
,
Kesimpulan
B.
Rekomendasi
115
115
•
•
DAFTARPUSTAKA
•
ix
117
119
DAFTARTABEL
Halaman
Tabel
Tabel
I.
Traditional Versus Competency Based Vocational
Education Program
Tabel
2.
Tabel
j.
Tabel
4.
Tabel
5
Tabel
6.
Twelve Task To Be Accomplished To Develop
ACompetency Based Training Program
Occupational Analysis Outline...
38
Kisi-kisi pengumpulan data
Bidang pekerjaan, kemampuan dan tugas-tugas
yang dituntut dari instalatur listrik
92
Relevansi kompetensi /sub kompetensi dan
pembelajaran pengetahuan /keterampilan mata
diklat paket keahlian program produktifdengan pekerjaan dan
tugas-tugas instalatur listrik
Tabel
7
Ringkasan pembahasan hasil penelitian relevansi kurikulum
SMK 1999 dengan tuntutan pekerjaan instalatur listrik......
x
99
113
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
Gambar
1.1
Diagram pendidikan kejuruan
Gambar
1.2
Peta kelompok variabel pendidikan pada Sekolah
3
Menengah Kejuruan Bidang Keahlian Teknik Elektro
Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik
9
Gambar
1.3
Peta kelompok variabel penelitian
10
Gambar
1.4
Kerangka penelitian
16
Gambar
2.1
Keterkaitan aspek kegiatan pada kurikulum
18
Gambar
2.2
Keterkaitan antar komponen kurikulum
19
Gambar
2.3
Azas-azas pengembangan kurikulum
20
Gambar
2.4
Kinerja sebagai fungsi kemampuan, usaha dan
Keterampilan
Gambar
2.5
24
Skema hubungan standar kompetensi dengan bagian
Komponen
Gambar
2.6
27
Tahapan pengembangan kurikulum berbasis
Kompetensi
Gambar
2.7
37
Langkah-langkah pengembangan kurikulum
Berbasis kompetensi
40
43
Gambar
2.8
Prosedur penilaian acuan kriteria
Gambar
4.1
Struktur Organisasi PLN Area Pelayanan dan
Jaringan Cimahi
69
XI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran
Lampiran
1.
Struktur Organisasi CV Gemilang
1.23
Lampiran
2.
Struktur Organisasi Lapangan C.V Gemilang
124
Lampiran 3.
Struktur Organisasi AKLI Cabang Cimahi
125
Lampiran 4.
Struktur Organisasi CV Central
126
Lampiran
Permohonan penelitian ke AKLI Cimahi
127
Lampiran 6.
Permohonan penelitian ke PLN Cabang Cimahi
128
Lampiran
7.
Persetujuan penelitian di AKLI kota Cimahi
129
Lampiran
8.
Persetujuan penelitian di PLN Kota Cimahi
130
Lampiran
9
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
5.
Dari AKLI Cimahi/sekaligus CV Central
Lampiran
Lampiran
10.
11
131
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Dari CV Gemilang
132
Deskripsi Pembelajaran
133
xn
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
merupakan faktor vital yang menunjang pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan. Dalam setiap
GBHN dan REPEL1TA selalu tercantum bahwa peningkatan mutu merupakan salah satu
prioritas pembangunan di bidang pendidikan. Berbagai inovasi dan program pendidikan
juga telah dilaksanakan, antara lain penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku paket
belajar dan buku referensi lainnya, peningkatan mutu gum dan tenaga kependidikan
melalui pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidikan mereka, peningkatan
menejemen pendidikan, serta pengadaan fasilitas lainnya. Namun berbagai indikator
menunjukkan bahwa mutu pendidikan masih belum meningkat secara signifikan.
Dari dalam negeri diketahu bahwa Nilai Ebtanas Murni siswa, mulai jenjang
pendidikan SD sampai dengan SMU relatif rendah dan tidak mengalami peningkatan
yang berarti. Sementara dari dunia usaha dan industri muncul keluhan bahwa lulusan
yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang baik. Ketidak puasan
berjenjang juga terjadi, kalangan SLTP merasa bekal lulusan SD kurang baik untuk
memasuki SLTP, kalangan SLTA merasa bekal lulusan SLTP tidak siap mengikuti
pembelajaran di SLTA, dan kalangan perguman tinggi merasa bekal lulusan SLTA
belum cukup untuk mengikuti perkuliahan.
Pendidikan menumt Nana Syaodih dalam (Asep BS, 1997:1) dibedakan antara
kualitas hasil dan kualitas proses, kualitas hasil menunjukkan kemampuan yang dimiliki
siswa atau individu yang telah mengalami proses pendidikan, kualitas proses
menunjukkan ketepatan pemilihan dan penggunaan isi, metode, media, dan fasilitas
pendidikan bagi pembentukan kemampuan siswa. Dari makalah
Tim Broad-Based
Education, Depdiknas (2002) dapat disimpulkan bahwa, saat ini muncul gejala bahwa
lulusan SLTP dan SLTA menjadi masalah di pedesaan, kerena sulit mendapatkan
pekerjaan, sementara mau membantu orangtuanya sebagai petani atau sebagai pedagang
di pasar merasa malu. Juga disebutkan studi Blazely dkk (1997) melaporkan bahwa
pembelajaran di sekolah cenderung sangat teoritik dan tidak terkait dengan lingkungan
dimana anak berada, yang berakibat peserta didik tidak mampu menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah guna memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi dalam
kesehariannya.
Dari komparasi internasional, hasil penilaian terhadap Human Development Index
(HDI) maupun hasil studi the Third International Mathematics and Science Studi-Repeat
(TIMSS-R 1999) dan survai the Political Economic Risk Consultation (PERC) dengan
segala indikatomya, menjadi pelajaran yang sangat berharga, yaitu bahwa upaya
peningkatan mutu pendidikan yang salama ini dilakukan belum mampu memecahkan
masalah dasar pendidikan di Indonesia. Sementara mutu pendidikan di Indonesia belum
menggembirakan, tantangan di masa depan sangat berat. Dari dalam pendidikan sendiri
(BBE Diknas :2002) diketahui
terdapat 88,4% lulusan SLTA tidak melanjutkan ke
perguruan tinggi, dan 34,4 % lulusan SLTP yang tidak melanjutkan ke SLTA. Hal ini
berarti bahwa perlu dipikirkan bagaimana pendidikan dapat berperan
mengubah
manusia sebagai beban menjadi menjadi manusia produktif, bekal apa yang harus
diberikan kepada peserta didik agar dapat segera memasuki dunia kerja, sehingga
setidaknya mampu menghidupi dirinya beserta keluargannya.
Secara internasional tahun 2003 AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean
Free Labour Area) akan dimulai, yang berarti sejak saat itu persaingan tenaga kerja akan
menjadi terbuka. Konsekuensinya tenaga kerja kita hams mampu bersaing secara terbuka
dengan tenaga kerja asing dari berbagai negara, yang selama ini menjadi suatu
kekhawatiran bagi ketenagakerjaan di Indonesia. Oentoro (Kompas, selasa 30-4-2002)
sangat menyakini bahwa pendidikan kejuman mempakan jawaban bagi mereka yang
setelah selesai sekolah ingin cepat bekerja dan ingin mengembangkan diri. Bagi mereka
yang memiliki semangat seperti itu pendidikan kejuruan sangat cocok untuk diminati.
Pakarpendidikan J. Drost mengatakan sekolah-sekolah umum (SLTP/SMU) di negeri ini
sesungguhnya hanya diperuntukkan bagi anak-anak pandai yang berjumlah sekitar 30%
dari populasi pelajar. Adapun 70 % lagi adalah pelajar yang memiliki kepandaian ratarata yang pada hakikatnya tidak cukup mampu mengikuti pendidikan yang dipersiapkan
untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Masalahnya membangun sekolah-sekolah
kejuman atau sekolah-sekolah yang memberikan keterampilan khusus kepada peserta
didik adalah sangat mahal dan secara umum biaya pengoperasian sekolah kejuruan yang
baik bermutu dapat limakali lebih mahal dari sekolah umum. Sebagai negara
berkembang yang sedang menuju ke tahap industrialisasi, Indonesia juga telah menamh
perhatian dan memberikan prioritas kepada pendidikan tenaga kerja pada berbagai
jenjang. Pemerintah terns mengadakan perluasan berbagai pendidikan kejuman, termasuk
di sejumlah SLTP yang mendapat tambahan muatan pendidikan keterampilan.
Finch & Cmnkilton (1979:5) menguraikan pendidikan ke-dalam pendidikan formal
dan informal. Pembagian ini memposisikan pendidikan kejuman pada jalur pendidikan
formal dan pendidikan non formal seperti ditunjukkan pada gambar 1.1 berikut:
(ZZZZZZZZZl
Gambar 1. 1 Diagram Pendidikan kejuman
Uraian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan kejuruan mempakan pendidikan
untuk bekeija, yang dapat ditempuh melalui jalurpendidikan formal atau jalur pendidikan
informal. Apabila dikaitkan dengan UUSPN tahun 1989 pasal 9 ayat 1 yang
menyebutkan jalur pendidikan tersebut sebagai pendidikan jalur sekolah dan pendidikan
jalur luar sekolah, maka pendidikan kejuruan dapat ditempuh pada pendidikan jalur
sekolah dan pendidikan luar jalur sekolah. Schippers dan Patriana (1994:20)
mendefenisikan pendidikan kejuruan sebagai pendidikan non akademis yang berorientasi
pada praktik dalam bidang-bidang pertukangan, bisnis, industri, pertanian, transportasi,
pelayanan jasa, kesehatan dan Iain-lain. Definisi tersebut mengambarkan bahwa; (a)
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan lebih berorientasi pada praktik, kurang
berorientasi pada akademik, (b) pendidikan kejuman lebih menggambarkan sebagai
pendidikan
atau
pelatihan
bagi
pencari
kerja
dan
(c)
pendidikan
kejuruan
menggambarkan pelatihan di luar sekolah. Juga dinyatakan bahwa Sekolah Menengah
Kejuman (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang berfungsi
menghasilkan tenaga kerja.
Pada pasal 11 ayat 3 dinyatakan secara tegas bahwa " Pendidikan kejuman
merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk dapat bekerja pada
bidang pekerjaan tertentu ". Hal ini memberi syarat bahwa SMK sebagai sumber utama
penghasil tenaga kerja formal tingkat menengah memegang peranan yang sangat strategis
dalam mempersiapkan sumber tenaga kerja di Indonesia.
Dari isyarat tersebut dapat
disimpulkan bahwa keberhasilan atau kegagalan SMK mempersiapkan tamatannya
menjadi tenaga kerja tingkat
terampil akan mempengaruhi penyiapan sumber daya
manusia, yang pada gilirannya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional.
Dari pendapat Soemardi dalam Masriam (1997:7) dapat disimpulkan bahwa,
masalah-masalah yang menjadi ganjalan besar dalam sistim pendidikan kejuman di
Indonesia adalah, tamatan SMK pada umumnya kurang menguasai pekerjaan praktik di
lapangan. Pendapat
tersebut
sangat sesuai dengan keadaan sebenarnya, bahkan
ditambahkannya lagi bahwa, sikap lulusan SMK
sebagai teknisi masih hams
dikembangkan yakni hal-hal yang menyangkut tentang disiplin, ketekunan, kesungguhan
dan kecermatan.
Hal lain yang perlu dikembangkan adalah kemampuan akan
bekerjasama, kemandirian dan stamina dalam kekuatan bekerja. Kerjasama dalam bentuk
tim kerja lulusan sekolah menengah kejuman masih rendah, terbukti dari
kurang
tumbuhnya pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan suatu tim kerja, juga hal ini erat
kaitannya
dengan kemampuan berkerjasama diantara sesama
pendidikannya.
Pendapat lain dari Sri Harjoko
dalam sumber yang
semasa proses
sama,
dalam
studinya, juga dapat diambil kesimpulan bahwa, mutu tamatan SMK masih jauh di
bawah standar yang dibutuhkan. Alasan paling utama menyatakan demikian adalah
kurang sinkronnya antara lulusan SMK dengan kebutuhan akan tenaga kerja di tingkat
dunia usaha dan dunia industri.
Di dalam sistim pendidikan kejuman di Indonesia penyebab dari hal-hal tersebut
di atas tentunya banyak faktor antara lain: (1) kurang tersediannya tenaga pendidik
praktik yang berpengalaman dalam proses industri, (2) mahalnya peralatan praktik yang
memenuhi syarat seperti yang seharusnya terdapat dalam praktik industri yang
sebenarnya, (3) rendahnya relevansi antara kurikulum sekolah dengan tuntutan dunia
kerja, (4) sulitnya menciptakan suasana praktik di sekolah yang benar-benar mewakili
keadaan nyata di industri dan (5) dunia usaha dan dunia industri di Indonesia belum
menampilkan usaha dan industri yang sesungguhnya, dalam arti pekerjaan yang tersedia
tidak menuntut kemampuan yang benar-benar harus sesuai dengan latar belakang
spesialisasi pendidikan yang sesungguhnya. Sebagai salah satu cara untuk dapat
meningkatkan mutu lulusan pendidikan menengah kejuman ini, temtama menjembatani
kesenjangan antara lulusan dan dunia kerja sehingga tercipta link and match
diantarannya, maka tahun 1993 pada pendidikan menengah kejuman diberlalukan
Pendidikan Sistim Ganda atau PSG yang pelaksanaannya disesuaikan dengan
kemampuan kemampuan dan sumber daya yang tersedia baik di sekolah maupun industri.
Keluhan-keluhan lain yang bersumber dari pihak pengguna lulusan SMK adalah
bahwa kelemahan para lulusan antara lain; produktivitas rendah, motivasi kerja rendah,
kualifikasi kurang memuaskan, ketekunan kurang dan loyalitas rendah (Hadiwiratama,
1990:32). Salah satu usaha meningkatkan mutu pendidikan SMK, diantaranya melalui
peningkatan pengembangan kurikulum dan kebijakan dalam strategi belajar mengajamya.
Kesesuaian kurikulum SMK dengan tuntutan dunia kerja mempakan tema sentral yang
diharapkan juga mampu menutupi kelemahan-kelemahan tersebut, sehingga SMK
sebagai penghasil tenaga kerja dan industri sebagai pengguna saling berkontribusi dalam
menjembatani kesenjangan antara dunia kerja dengan penghasil tenaga kerja. Penelitianpenelitian terdahulu yang menjadi rujukan dan menjadikan penelitian ini penting, antara
lain:
Penelitian Yusuf Supratman (1996) tentang kesesuaian kurikulum STM Program
Studi Bangunan Gedung dengan tuntutan dunia kerja, dapat disimpulkan bahwa, masih
adanya materi / isi pelajaran yang belum terdapat pada kurikulum di sekolah, sementara
hal itu sangat diperlukan di dunia kerja. Implikasi lebih jauh adalah adanya materi / isi
pelajaran yang tidak tersampaikan dibangku sekolah walaupun dituntut dalam dunia
kerja.
Penelitian Harry Suderajat (1989) mengenai studi relevansi kurikulum 1984
SMKTA Program Studi Listrik Instalasi dengan Tuntutan Dunia Kerja, juga dikaitkan
dengan mutu lulusan SMK ini, dapat disimpulkan
bahwa " kesenjangan antara
kemampuan lulusan dengan tuntutan jabatan kerja dapat diakibatkan oleh kurikulum yang
kurang relevan ". Bahkan dijelaskan bahwa presentasi bahan (materi) pengajaran
kurikulum program studi Listrik Instalasi yang mendukung performansi sebagai
Instalatur listrik hanyalah 87,69%. Penjelasannya adalah presentasi kesesuaian bahan
pengajaran dari seleksi Mata Pelajaran Dasar Kejuruan (MPDK) dan Mata Pelajaran
Kejuman (MPK) yang dinilai kesesuaiannya dengan tuntutan dunia kerja adalah 61,57%,
sedangkan bahan pengajaran yang diperhitungkan kurang mendukung kompetensi
intalatur adalah 26,12%. Juga dari hasil Penelitian Tim Jumsan pendidikan Teknik
Bangunan FPTK IKIP Bandung mengenai materi matematika aplikatif sebagai penunjang
pengajaran bidang studi pendidikan teknologi dan kejuruan (teknik bangunan), dapat
disimpulkan bahwa materi matematika dalam kurikulum tersebut masih memerlukan
penyempurnaan secara meluas dan mendalam, baik dalam bentuk format, struktur dan
susunan materinya.
Permana.E.H, (1997) dalam penelitiannya mengenai "
Akademi Industri Prawisata Program Studi Perhotelan
Relevansi Kurikulum
Dengan Kebutuhan Hotel "
menguraikan hal-hal yang prinsipil menyangkut relevansi yaitu: (a) berorientasi kepada
tujuan, dengan menetapkan tujuan-tujuan yang hams dicapai
mahasiswa dalam
mempelajari mata kuliah, (b) prinsip efisiensi dan efektifitas dalam menggunakan daya,
dana dan waktu dalam mencapai tujuan pendidikan, (c) prinsip fleksibilitas, (d) prinsip
kontinuitas (berkaitan dengan kesempatan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi) dan
(e) prinsip relevansi suatu pendidikan akan bermakna apabila kurikulum yang
dipergunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Juga dalam buku Nana Syaodih.S
(1988: 167-168) mengemukakan tentang relevansi yang hams dimiliki oleh kurikulum
yakni relevansi keluar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri.
Ishak Abdulhak. .DR dkk, (1995) yang meneliti tentang " Relevansi Struktur
Kurikulum Program Studi PLS dengan Reformasi Kerja di Lingkungan Instansi
Pemerintah di Jawa Barat" mengungkap beberapa hal yang disimpulkan sebagai berikut
•
Relevansi dimaksudkan adalah ketepatan dan kesesuaian antara cakupan
kurikulum yang bempa program pengajaran
dengan
penampilan kerja
dilapangan.
•
Kurikulum mempakan alat untuk merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan yang
diharapkan ke dalam bentuk praktis dan berguna.
Juga penelitian Karmon S (1982)
mengenai " Kesulitan-Kesulitan dalam
Mempelajari Mata Pelajaran Mesin Listrik dan Pembangkitan Ditinjau dari Aspek Materi
Matematika di Jumsan Listrik STM Negeri II Bandung " menyimpulkan bahwa terjadi
kekurangsinkronan
umtan-umtan materi (bahan pelajaran) matematika dengan mata
pelajaran kejuman Mesin Listrik Listrik dan Pembangkitan per-semesternya , dikaitkan
dengan fungsi dan hakekat matematika itu sendiri. Kekurangsinkronan urutan tersebut
mengakibatkan
penggunaan waktu penyampaian materi pada
pembelajaran mata
pelajaran Mesin Listrik dan Pembangkitan kurang efektif.
Kurikulum SMK 1994
dikembangkan dengan pendekatan pengembangan
kurikulum berdasarkan kompetensi. Pengembangan kurikulum berdasarkan kompetensi,
diartikan sebagai suatu proses pengembangan kurikulum yang didasarkan kepada
kemampuan-kemampuan atau kompetensi apa saja yang hams dikuasai peserta didik
setelah mereka tamat (Kurikulum SMK :1994). Persoalannya adalah apakah kompetensi
yang menjadi dasar acuan kurikulum tersebut mempakan kompetensi yang dituntut dunia
kerja yang nyata. Mengingat ilmu pengetahuan dan teknologi terns berkembang, apakah
teknologi yang diperkenalkan dalam kurikulum persekolahan sesuai dengan teknologi
yang digunakan di dunia kerja
Dalam GBPP kurikulum SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik,
hal mana disebutkan Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik mempakan satu keahlian
yang mempersiapkan lulusannya menjadi tenaga kerja tingkat menengah dalam bidang
teknik instalasi listrik yang mampu bekerja mandiri secara profesional, serta mampu
mengembangkan diri dalam bidangnya. Bidang pekerjaan yang dapat diisi tamatan
program ini antara lain;
(a) Instalasi Listrik Rumah Tinggal, (b) Instal
Bangunan Bertingkat dan (c) Instalasi Listrik Industri.
Perkembangan teknologi listrik yang mempakan salah satu rekayasa dasai
engineering), khususnya dalam teknologi instalasinya akan mensyaratkan a
pembahan dalam pendidikan kejuman listrik instalasi yang menyiapkan tenaga-tenaga
teknisi dalam bidang tersebut.
meneliti " Relevansi
dan
pembelajaran
Berdasarkan uraian tersebut di atas,
penulis ingin
kompetensi/subkompetensi serta pembelajaran pengetahuan
keterampilan
Kurikulum SMK 1999
Program Keahlian
Teknik Instalasi Listrik dengan tuntutan pekerjaan Instalatur Listrik ".
B.
Perumusan Masalah.
Inti permasalahan dalam penelitian ini adalah mengkaji lebih lanjut mengenai "
Relevansi Kurikulum SMK 1999 Bidang Keahlian Teknik Elektro Program Keahlian
Teknik Instalasi Listrik dengan tuntutan pekerjaan instalatur listrik",
diuraikan pada Kurikulum SMK
sebagaimana
1999, Garis-Garis Besar Program Pendidikan dan
Pelatihan, bahwa bidang pekerjan yang dapat diisi tamatan ini adalah; (a) Instalasi Listrik
Rumah Tinggal, (b) Instalasi Listrik Bangunan Bertingkat
dan (c) Instalasi Listrik
Industri, dalam pengertian lanjutan mencakup perencanaan, pemasangan, pengujian,
perawatan dan perbaikannya.
Peta kelompok variabel pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuman Bidang
Keahlian Tenik Elektro Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik dapat dilihat pada
gambar 1.2 yang memberikan gambaran mengenai faktor-faktor dan elemen-elemen
pendidikan apa saja yang dapat
mempengamhi
terhadap suatu luaran atau
pendidikan. Secara umum semua variabel pendidikan tersebut, hampir
hasil
memiliki
pengaruh yang sama kuat satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu sangat diperlukan
usaha yang maksimal agar selumh variabel tersebut saling bersinergi, sehingga diperoleh
hasil yang maksimal.
SDM
Kepala Sekolah
Guru
Staf Administrasi
BIAYA
MANAJEMEN
- Fungsi
- Sumber biaya
- Pengelolaan
- Pengawasan
- Pendekatan
- Kepemimpinan
Penjaga Sekolah
I
1
SARANA &
PRASARANA
PROGRAM PENDIDIKAN
DAN PENGAJARAN
- Lahan, Gedung
- R. kelas, Kantor
HASIL
DESAIN
PENDIDIKAN
t
- Peralatan Kantor
- Mutu
IMPLEMENTASI
- SIM
- Jumlah
t
- Waktu
EVALUASI
FASILITAS
*-^r
t
PENGAJARAN
- Laboratorium
- Bengkel kerja
- Perpustakaan
- Pusat Media
- AlatOlahRaga
KERJASAMA
- Lembaga Pemerintah
SISWA
LINGKUNGAN
- Swasta
- Jumlah
- Organisasi profesi
- latar belakang pendidikan
- Geogragis
- Sosial Budaya
- Masyarakat
- Industri pasangan
Dan sosial ekonomi
- Ekonomi
- Motivasi
- Politik
- Usia dan performance
- Religi
Gambar 1.2 Peta kelompok variabel pendidikan pada Sekolah Menengah
Kejuman Bidang Keahlian Teknik Elektro Program Keahlian
Teknik Instalasi Listrik
Dari peta kelompok variabel pendidikan tersebut di atas, selanjutn
menjadi peta variabel penelitian sebagaimana diperlihatkan padagambar 1.
Desain
Kurikulum
T
Keterbacaan GBPP
Kurikulum SMK Program
Keahlian Teknik Instalasi
Listrik
V
Efektifitas pengajaran
(pelaksanaan program
pendidikan dan pelatihan
di sekolah dan institusi
Mutu lulusan
"=>
Program
Kebutuhan akan
Keahlian Teknik
tuntutan pekerjaan
Instalasi Listrik.
3
instalatur listrik.
pasangan).
n
Sarana dan Fasilitas pendidikan di
sekolah dan institusi pasangan
(industri, asosiasi profesi dan
sebagainya).
Gambar 1.3 Peta kelompok variabel penelitian.
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor,
dan membutuhkan pengkajian secara holistik. Faktor-faktor itu antara lain konteks
sekolah, tenaga kependidikan, program sekolah, proses pembelajaran, material dan lainlainnya. Setelah aktivitas belajar di sekolah, studi perlu dilanjutkan ke produk
pembelajaran,
yaitu
kemampuan
lulusan
mengakomodasikan
pengetahuan
dan
keterampilan hasil belajar mereka terhadap tuntutan kerja di lingkungan industri.
Penjelasan tersebut memperlihatkan empat komponen utama yang berkaitan dengan
proses pembelajaran : (1) desain kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran
di kelas, (2) pelaksanaan pembelajaran itu sendiri yang mencakup kegiatan perencanaan
mengajar, melaksanakan pengajaran, dan menilai hasil belajar, (3) kemampuan hasil
belajar yang terdiri atas prestasi akademik di sekolah dan adaptabilitas kemampuan
lulusan dalam bekerja, serta (4) konsep gum dalam menerjemahkan ide-ide kurikulum ke
pelaksanaan pengajaran di kelas. Dari penjelasan di atas, maka rumusan permasalahan
dari penelitian ini adalah; " Bagaimanakah relevansi kurikulum SMK 1999 Program
Keahlian Teknik Instalasi Listrik, dengan pekerjaan dan tugas-tugas yang dibebankan
kepada instalatur listrik ".
C.
Pembatasan Masalah
Kajian tentang peta kelompok variabel pendidikan pada Sekolah Menengah
Kejuman Bidang Keahlian Teknik Elektro Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik,
yang telah dikemukakan sebelumnya tentunya sangat luas cakupannya. Demikian pula
halnya dari peta variabel penelitian, didapatkan hal yang sama yakni pembahasan yang
masih sangat luas dan sangat diperlukan pembatasan masalah, agar penelitian lebih
terfokus. Dengan penjelasan tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas pada
penelitian ini dibatasi pada;
" Relevansi antara komponen pembelajaran pengetahuan / keterampilan dari GarisGaris Besar Program Pendidikan dan Pelatihan paket keahlian program produktif
kurikulum SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik, dengan pekerjaan dan
tugas-tugas yang dibebankan kepada instalatur listrik ".
D.
Defenisi Operasional
Agar istilah-istilah dalam penelitian ini menjadi jelas dan tidak mengundang
penafsiran yang berbeda-beda, maka penjelasan istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Relevansi Kurikulum,
Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 SMKTA, prinsip relevansi mempakan
salah satu prinsip umum yang digunakan pada pengembangan kurikulum di Indonesia.
Prinsip relevansi menekankan bahwa suatu pendidikan akan bermakna apabila
kurikulum yang dipergunakan relevan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Ditinjau dari arti kata, relevansi dapat diartikan sebagai kesesuaian, perlunya,
hubungan, pertalian, sangkutpautnya. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa
11
relevansi diartikan dengan keterkaitan, kesesuaian, ataukeselarasan antara dua hal. Pada
penelitian ini, relevansi kurikulum diartikan sebagai
kesesuaian komponen
pembelajaran pengetahuan / keterampilan yang tertulis dalam kurikulum SMK 1999
Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik, dengan pekerjaan dan tugas-tugas yang
dibebankan kepada instalatur listrik.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Nana S. Sukmadinata (1988)
tentang dua macam relevansi yang hams dimiliki oleh kurikulum yaitu relevan ke luar
dan relevan dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar atau relevansi external
maksudnya, tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya
relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Dalam penelitian ini
relevansi lebih menekankan dengan tuntutan dunia kerja, meskipun relevansi terhadap
perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi mempakan bagian yang sulit dipisahkan
dari tuntutan dunia kerja.
Nasution (1990:3) dalam tulisannya mengemukakan bahwa
dalam membicarakan relevansi pendidikan perlu jawaban terhadap pertanyaan relevan
bagi siapa. Dalam penelitian ini relevansi bagi siapa, ditujukan bagi masyarakat pemberi
kerja terhadap tamatan atau masyarakat yang menerima pelayanan jasa instalasi listrik.
Oleh karena itu Kriteria yang digunakan untuk menentukan relevansi antara kurikulum
SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik dengan tuntutan pekerjaan
instalatur listrik adalah;
dikatakan relevan apabila; " Kemampuan
dan tugas-tugas
yang dituntut dari instalatur listrik, ada dan diberikan pada komponen pembelajaran
pengetahuan /
keterampilan,
mata diklat paket keahlian program produktif
kurikulum tertulis SMK 1999 Program keahlian Teknik Instalasi Listrik".
Kriteria yang ditetapkan tersebut mempakan kriteria secara formal, yang berarti
relevansi hanya dilihat dari dokumen kurikulum tertulis, dan direlevansikan dengan
pekerjaan dan tugas-tugas yang dibebankan kepada instalatur listrik (yang diperoleh dari
adegan-adegan instalatur di lapangan). Sedangkan kriteria subtansial, yang menyangkut
kualitas implementasi kurikulum di sekolah dan institusi pasangannya, belum diungkap
pada penelitian ini, dan diharapkan perlu dilakukan penelitian lanjutan.
SMK Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik,
Adalah bentuk satuan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk
melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar, mempersiapkan peserta didik untuk
12
memasuki lapangan kerja, serta mengembangkan sikap profesional tingkat menengah
dalam bidang Teknik Instalasi Listrik.
Tuntutan Pekerjaan Instalatur Listrik,
Dalam penelitian ini dimaksudkan, adalah kebutuhan akan kemampuan dan
keterampilan yang harus dimiliki tamatan, untuk menjadi tenaga kerja tingkat menengah
dalam bidang Instalasi Listrik yang mampu bekerja mandiri secara profesional, serta
mampu mengembangkan diri dalam bidangnya.
Kurikulum SMK 1999
Dalam penelitian ini dimaksudkan adalah kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) kelompok Teknologi &Industri edisi tahun 1999.
Dari penjelasan pembatasan masalah dan defenisi operasional di atas, dan untuk
lebih operasionalnya masalah tersebut, maka permasalahan itu dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan penelitian yaitu;
" Bagaimanakah relevansi antara kompetensi/subkompetensi dan pembelajaran
pengetahuan/keterampilan dari Garis-Garis Besar Program Pendidikan dan Pelatihan
mata diklat paket keahlian kurikulum SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi
Listrik, dengan pekerjaan dan tugas-tugas yang dibebankan kepada instalatur listrik ?".
E.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tu juanPenelitian
Dengan memperhatikan latar belakang dan permasalahan di atas, adapun tujuan
penelitian ini adalah:
• Untuk menemukan bidang pekerjaan, kemampuan dan tugas-tugas yang dituntut dari
instalatur listrik.
• Untuk menemukan kesesuaian antara komponen kompetensi dan pembelajaran dari
Garis-Garis Besar Program Diklat Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik dengan
bidang pekerjaan, kemampuan dan tugas-tugas yang dituntut dari instalatur listrik.
Manfaat Penelitian
•
Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperdalam teori
pengembangan kurikulum khususnya, berkenaan dengan pengembangan kurikulum
13
SMK 1999 yang menggunakan dua pendekatan utama yaitu; pengembangan
kurikulum berdasarkan kompetensi (competency based curriculum) dan
pengembangan kurikulum berbasis luas (broad based curriculum).
•
Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pihak pengembang
kurikulum SMK Direktorat Pendidikan Menengah Kejuman, khususnya dalam dua
hal yaitu;
(1) Perbaikan dan penyempurnaan
keterampilan deskripsi
komponen pembelajaran pengetahuan /
program diklat paket keahlian program produktif
kurikulum SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik, dan
(2)
Penyempurnaan pola program pendidikan dan pelatihan program keahlian
Teknik Instalasi Listrik.
F.
Metodologi Penelitian
Metoda Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi evaluatif dengan metoda penelitian
kualitatif deskriptif, yakni penelitian yang bemsaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dalam penelitian ini, peneliti ingin
memotret dan menyelidiki secara terperinci tugas-tugas dan aktivitas orang-orang yang
bekerja dalam bidang pekerjaan instalasi listrik dengan cara meneliti langsung
kelapangan untuk mengumpulkan data yang sesuai dan kemudian diberi makna. Data-
data bersifat deskriptif yang dikumpulkan dapat berupa dokumen pribadi, catatan
lapangan, ucapan responden dan potret pelaksanaan di lapangan. Sebagai hasil
penelitian dengan metoda kualitatif diskriptif lebih menekankan makna daripada
generalisasi (Sugiyono, DR : 2002).
Objek Penelitian
Sesuai dengan metoda penelitian yang digunakan yakni metoda kualitatif
deskriptif, maka yang menjadi objek penelitian pada penelitian
ini adalah dua
kontraktor listrik yang wilayah kerjanya melayani PLN Area Pelayanan dan Jaringan
Cimahi. Pemilihan ini didasarkan atas kesimpulan dari hasil diskusi antara peneliti
dengan pihak menejemen PLN dan pengums AKLI cabang Cimahi. Kedua kontraktor
14
listrik tersebut mempakan kontraktor yang mendapat pengakuan dari PLN dan
mempunyai kemampuan kerja berdasarkan Surat Ijin Kerja (S1KA) C. Empat instalatur
yang dijadikan informan atau sampel dalam penelitian ini merupakan tenaga kerja yang
menjadi andalan kedua kontraktor tersebut, yakni yang bekerja pada pekerjaanpekerjaan yang berkaitan dengan perencanaan, pemasangan, pengujian, perawatan dan
perbaikan pada; (a) instalasi listrik rumah tinggal, (b) instalasi listrik gedung bertingkat,
(c) instalasi listrik industri
dan, (d) penarikan jaringan tegangan rendah/menengah.
Sebagai sumber data pada penelitian ini juga melibatkan beberapa orang pihak
menejemen dan karyawan
PLN cabang kota Cimahi,
khususnya dari bagian
pemeliharaan pelayanan distribusi jaringan listrik.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara,
observasi dan studi dokumenter. Instrumen yang dikembangkan yakni, pedoman
observasi tak berstruktur, pedoman wawancara tak berstmktur dan pedoman studi
dokumentasi tak berstrukur, dengan bentuk instrumen catatan lapangan.
Wawancara dilakukan terhadap personil sumber data
penelitian (pihak
menejemen dan karyawan PLN Cabang Cimahi) temtama yang berkaitan dengan tugas
pokok dan fungsi P.T PLN (PERSERO) Area Pelayanan dan Jaringan Cimahi, dan uraian
tugas kemitraannya dengan pihak Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia (AKLI) cabang
Cimahi.
Observasi dilakukan terhadap personil objek penelitian (instalatur listrik)
temtama yang berkaitan dengan pekerjaan dan tugas-tugas yang dibebankan kepada
seorang instalatur listrik di lapangan, meliputi perencanaan, pemasangan, pengujian,
perawatan dan perbaikan pada; (a) instalasi listrik rumah tinggal, (b) instalasi listrik
gedung bertingkat, (c) instalasi listrik industri
dan, (d) penarikan jaringan tegangan
rendah/menengah.
Studi dokumenter dilakukan terhadap komponen kompotensi/subkompetensi serta
komponen pembelajaran pengetahuan dan pembelajaran keterampilan dari Garis-Garis
Besar Program Pendidikan dan Pelatihan mata pelajaran program produktif kurikulum
SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik. Adapun kerangka penelitiannya
dapat diperlihatkan pada gambar 1.4 di halaman berikut.
15
Kerangka Penelitian
Rumusan Masalah
Suasana lapangan
Yang alamiah
Kurikulum 1999 Program
Kepustakaan. Teori
Keahlian Teknik Instalasi
Kurikulum SMK
Listrik
Berdasarkan
kompetensi, dan
Organisasi
Kurikulumnya.
Analisis GBPP Program
Analisis
Keahlian Teknk
Kemampuan yang
dipersyaratkan
dunia kerja
(AKLI-PLN)
Instalasi Listrik
Prinsip Organisasi
Kurikulum SMK 1999
Profil Kemampuan
Kompetensi
Pembelajaran
Instalatur Listrik
I
Kesesuaian komponen Pembelajaran
dengan tuntutan dunia kerja
Kesesuaian Teoritis tentang
Organisasi Kurikulum
Saran-Saran Kurikulum 1999
Materi Diklat
Organisasi
Kurikulum
Gambar 1.4 Kerangka Penelitian
16
BAB HI
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian
studi evaluasi
(evaluation research) yang
menggunakan metoda penelitian kualitatif dan bersifat deskriptifanalitik berdasarkan
fakta-fakta. Metoda ini pada hakekatnya mengamati orang dalam lingkungan hidupnya,
berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang
dunia sekitarnya, (Nasution, 1988:5). Penggunaan metode penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif analitik pada penelitian ini dirancang sesuai dengan maksud dari
penelitian, yang ingin mengungkapkan hal-hal sesungguhnya mengenai " relevansi
kurikulum SMK 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi Listrik Dengan Tuntutan
Pekerjaan Instalatur Listrik", dengan berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Nana Sudjana & Ibrahim, 1989:64)
Dalam penelitian ini, peneliti ingin memotret dan menyelidiki secara rinci tugastugas dan aktivitas orang-orang yang bekerja dalam bidang Instalatur Listrik dengan cara
meneliti langsung kelapangan untuk mengumpulkan data yang sesuai dan kemudian
diberi makna. Data-data bersifat deskriptif yang dikumpulkan, berupa dokumen pribadi,
catatan lapangan, ucapan responden, potret lapangan dan sebagainya, adalah merupakan
hasil penelitian dengan metoda kualitatif diskriptif yang lebih menekankan makna
daripada generalisasi (Sugiyono,: 2002).
Krakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen dalam Masriam
(1997:) mengemukakan sebagai berikut:
a. Qualitative research has the natural setting as the source of data and researcher
is the key instrument.
b. Qualitative research is descriptive. The data collected is in the form of words of
picture rather than numbers.
c. Qualitative researchers are concernned with proses rathen then simply with
outcomes or products.
d. Qualitative researchs tend to analyse their data inductively
e. Meaning is of essential to the qualitative approach
59
Krakteristik yang dikemukakan tersebut, memberi gambaran bahwa dalam
penelitian kualitatif sangat mementingkan situasi yang wajar (natural setting) sebagai
sumber datanya. Pengumpulan data tidak menggunakan alat-alat seperti test atau angket,
sebaliknya peneliti adalah " key instrument «atau alat peneliti utama. Hal ini berarti
bahwa peneliti sendiri mengadakan eksplorasi melalui pengamatan, wawancara, serta
studi dokumentasi. Penelitian kualitatifmengumpulkan data deskriptifyang banyak untuk
dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, dan sebaliknya tidak mengutamakan angkaangka statistik, walaupun tidak menolak data kuantitatif sepanjang dimaksudkan untuk
melengkapi serta memperjelas data kualitatif.
Penelitian kualitatif mengutamakan data langsung dari tangan pertama. Untuk itu
peneliti harus terjun sendiri serta melakukan observasi melalui turut berpartisipasi
kelapangan. Kedudukan sumber data dan peneliti dianggap setaraf, dengan maksud
peneliti datang untuk belajar dan menambah pengetahuan dan pemahaman tentang
masalah yang diteliti.
B.
Objek Penelitian
Sesuai dengan metoda penelitian yang digunakan yakni metoda kualitatif yang
bersifat deskriptif analitik, maka yang menjad, objek dalam penelitian in, adalah dua
kontraktor listrik yang wilayah kerjanya melayani cabang PLN Kota Cimahi. Pemilihan
ini didasarkan atas kesimpulan hasil diskusi antara peneliti dengan pihak menejemen
PLN dan pengurus AKLI cabang Kota Cimahi. Dua
kontraktor listrk tersebut
merupakan kontraktor yang mendapat pengakuan dan PLN dan mempunyai kemampuan
kerja berdasarkan Surat Ijm Kerja (SKA) C. Dan dua kontaktor listrik tersebut,
ditetapkan empat orang (dua orang dan tiap kontraktor) instalatur yang dijadikan
informan atau sampel dalam penelitian ini, yang merupakan tenaga kerja yang andalan
kedua kontraktor tersebut, yakni yang bekerja pada pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan
dengan perencanaan, pemasangan, pengujian, perawatan dan perbaikan pada; (a) instalasi
listnk rumah tinggal, (b) instalasi listrik gedung bertingkat, (c) instalasi listrik industri,
,dan (d) penarikan jaringan tegangan menengah dan rendah. Sebagai sumber data pada
penelitian ini juga melibatkan beberapa orang pihak menejemen PLN cabang kota
Cimahi, terutama menyangkut data tugas dan fungsinya.
60
Untuk memudahkan pengambilan data masing-masing sampel (responden) di beri
kode sebagai berikut:
1.
RA dan RB masing-masing tenaga instalatur yang bekerja pada kontraktor listrik
CV Gemilang, beralamat di Jalan Sukajaya no 9Kota Cimahi
2.
RC dan RD masing-masing tenaga instalatur yang bekerja pada kontraktor listrik
CV Central, beralamat di Jalan Central no 1 Kota Cimahi.
C.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan focus dan
tujuan penelitian. Oleh sebab itu sesuai dengan metode penelitian yang ditetapkan, maka
teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi. Penggunaan ke-tiga teknik pengumpulan data
tersebut diharapkan saling melengkapi sehingga didapatkan data yang lebih akurat.
1.
Observasi (Pengamatan)
Observasi merupakan salah satu teknik yang dapat menghasilkan data lapangan
secara lebih objektif. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data berupa deskripsi yang
faktual, cermat, dan terinci mengenai lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial, serta
konteks dimana kegiatan itu terjadi. Pada penelitian mi observasi ke lapangan dilakukan
untuk mengamati kegiatan para instalatur yang dijadikan sebagai responden terutama
pada pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan perencanaan, pemasangan, pengujian,
perawatan dan perbaikan pada; (a) instalasi listrik rumah tinggal, (b) instalasi listrik
gedung bertingkat, (c) instalasi listnk industn, dan (d) penarikan jaringan tegangan
menengah dan rendah.
2.
Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan wawancara dipergunakan dengan maksud untuk
mendapatkan informasi dan orang yang terlibat langsung dengan kegiatan pelaksanaan
tugas instalatur listrik. Pertama, wawancara dengan pihak menejemen PLN Cabang Kota
Cimahi sebagai mitra kerja kotraktor listrik, dimaksudkan untuk memperoleh data
mengenai ruang lingkup pekerjaan kontraktor listnk dimana instalatur listrik bekerja.
61
Kedua, wawancara dengan pimpinan AKLI cabang kota Cimahi, dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran tentang ruang lingkup pekerjaan dan tugas instalatur listrik,
sehingga dapat mengarahkan pelaksanaan penelitian tentang profil seorang instalatur
listrik. Ketiga, wawancara terhadap responden, dimaksudkan untuk melengkapi dan
mencocokkan data yang diperoleh melalui
mereka lakukan,
obervasi
(pengamatan) lapangan yang
menyangkut pekerjaan dan tugas-tugas
yang berkaitan dengan
perencanaan, pemasangan, pengujian, perawatan dan perbaikan pada; (a) instalasi listrik
rumah tinggal, (b) instalasi listrik gedung bertingkat, (c) instalasi listrik industri, dan (d)
penarikan jaringan tegangan menengah dan rendah.
3.
Studi Dokumentasi
Selain melalui observasi dan
wawancara, data penelitian
melalui pengkajian dokumen-dokumen yang tersedia.
terhadap;
juga dikumpulkan
Studi dokumentasi dilakukan
pertama, kurikulum SMK edisi 1999 Program Keahlian Teknik Instalasi
Listrik, terutama yang berkaitan dengan kompetensi / sub kompetensi dan komponen
pembelajaran yang bersifat pengetahuan maupun keterampilan,; kedua, dokumen Surat
Penunjukan Pekerjaan (SPP) atau Surat Perintah Kerja (SPK) yang dikeluarkan Pihak
PLN yang ditujukan ke
kontraktor listrik, menyangkut pekerjaan-pekerjaan yang
diberikan ke kontaraktor listrik dan ketiga, dokumen ruang lingkup pekerjaan instalatur
listrik menurut kontraktor listrik dan Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia (AKLI).
Data-data yang terkumpul melalui studi dokumentasi ini,
secara keseluruhan
dimaksudkan untuk menjaring ruang lingkup pekerjaan dan tugas-tugas yang dibebankan
kepada Instalatur Listrik.
D.
Instrumen Penelitian
Sesuai dengan pendekatan penelitian yang digunakan, maka instrumen utama
adalah peneliti.
Mengutip pendapat Bogdan dan Biklen dalam Masriam (1997)
mengatakan " the researcher is the key instruments " dalam arti peneliti merupakan
instrumen kunci dalam penelitian kualitatif Untuk memperoleh data yang lebih akurat
maka dalam hal ini peneliti terjun langsung ke lapangan penelitian dengan menggunakan
beberapa alat bantu, diantaranya berupa catatan lapangan, pedoman wawancara, dan alat
62
rekam. Selain itu peneliti juga menggunakan dokumentasi untuk melengkapi informasi
yang dibutuhkan.
E.
Analisis Data
Data dari hasil studi dokumentasi, wawancara,
dan observasi dianalisis secara
bertahap. Pertama, data ditelaah seluruhnya dan berikutnya diadakan reduksi data dengan
cara membuat rangkuman. Reduksi data dilaksanakan dengan membuat ringkasan,
pengelompokan, penarikan tema, dan penulisan memo. Kedua, data disusun dalam
satuan-satuan yang akan dikategorisasikan (coding). Dan ketiga, data divalidasi melalui
'member check , atau triangulasi.'
Analisis data dilakukan sejak awal hingga selesai penulisan laporan, dengan alur
atau tahapan kegiatan analisis data yaitu, tahap reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan / verifikasi (Miles & Huberman, 1994: 10 - 11). Reduksi data merujuk
kepada proses pemilihan, penentuan fokus, penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi
data yang muncul dalam transkrip atau catatan-catatan lapangan. Tampilan data sangat
membantu peneliti untuk memahami sejauhmana data tersebut dapat memberikan
gambaran yang konkrit, mengenai informasi yang diperlukan bagi penelitian. Penarikan
kesimpulan / verfikasi. Dari awal pengumpulan data, peneliti dalam tugas analisisnya
mencoba menginterpretasi atau memahami arti dari sesuatu data atau gejala, mencatat
ketetapan-ketetapan, pola-pola, penjelasan-penjelasan, atau mungkin konfigurasi, alur-
alur serta penyebabnya. Hal ini masih dianggap sebagai kesimpulan, yang awalnya
samar-samar, belum lengkap, dan selanjutnya bertambah nyata (eksplisit). Kesimpulan
akhir belum dapat diperoleh sampai pengumpulan data selesai. Bogdan dan Biklen
dalam Yusuf S (1996) mencoba memisahkan proses analisis data selama dilapangan
dengan analisis setelah data terkumpul dan kegiatan lapangan telah cukup memadai.
Berdasarkan hal tersebut, maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan
dianalisis dengan mengikuti pedoman sebagai berikut:
Pertama, analisis pada saat pengumpulan data.
Selama pengumpulan data peneliti merekam dan membuat catatan lapangan,
melakukan member chek dengan objek yang bersangkutan, mengadakan audit trail,