UPAYA PEMBINA PALANG MERAII REMAJA (PMR) DALAM MENANAMKAN KESETIAKAWANAN SOSIAL ANGGOTANYA MELALUI LATIHAN RUTIN PMR : Suatu Studi tentang Pembinaan Kesetiakawanan Sosial di SMK Negeri 1 Kadipaten Kabupaten Majalengka.
UPAYA PEMBINA PALANG MERAII REMAJA (PMR)
DALAM MENANAMKAN KESETIAKAWANAN SOSIAL ANGGOTANYA
MELALUI LATIHAN RUTIN PMR
(Suatu Studi tentang Pembinaan Kesetiakawanan Sosial
di SMK Negeri 1 Kadipaten Kabupaten Majalengka)
' TESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Program Pascasarjana
Bidang Studi Pendidikan Uraum
Oleh:
Singgih Setyo Haryanto
9596167
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1998
DISETUJUI DAN DISAHKAH
PROF.
DRS.
Ar^lTOSASTtf D.TAHT
ABSTRAK
Judul
peneiitian: Upaya Pembina Palang Merah
Remaja
(PMR) Dalam Menanamkan Resetiakawanan Sosial Anggotanya
melalui
Latihan Rutin PMR. (Suatu Studi tentang
Pembinaan
Resetiakawanan Sosial di SMR Negeri 1 Radipaten
Rabupaten
Majalengka).
Peneiitian
para
pembina
ini bertujuan untuk
tentang
misi
mengungkap:
kegiatan
PMR
di
wawasan
sekolah,
pemahaman para pembina tentang makna kesetiakawanan sosial
yang
terkandung
kegiatan
dan
mengevaluasi
dalam
proses
perilaku
kegiatan
lingkup
operasionalisasi
siswa
dalam
kesetiakawanan
sosial
kontrol
memperjelas hasil
untuk
PMR,
materi
latihan
PMR,
menerapkan
di lingkungan
pergaulan.
peneiitian
nilai
Sebagai
dievaluasi
pula siswa yang tidak mengikuti kegiatan PMR.
Metode
kualitatif.
observasi,
peneiitian yang digunakan
Pengumpulan
adalah
data dilakukan
pendekatan
melalui
teknik:
wawancara dan studi dokumentasi dengan
subyek
peneiitian tiga orang pembina PMR. Sedangkan untuk mengj.ungkap/ hasil pembinaan terhadap anggota PMR dengan mengemukakan kecenderungan perilaku kelompok anggota PMR
dalam
pelaksanaan nilai kesetiakawanan sosial di sekolah.
Seba
gai tolok ukur perbandingan diungkap pula perilaku
kelom
pok non anggota PMR.
Hasil peneiitian menunjukkan bahwa: (1) Para
PMR
pembina
sependapat bahwa PMR di sekolah mempunyai misi
untuk
menanamkan jiwa dan semangat kemanusiaan di kalangan siswa
melalui
sebagai
wujud
rasa
tanggung jawab kemfisyarakatan-dan kebangsaan.
Untuk
itu
perlu
pembinaan
dilakukan
kepalangmerahan
upaya pembinaan melalui
wadah
PMR
di
kalangan
untuk
siswa
sehingga mereka siap siaga
membaktikan diri bagi
tugas-tugas
setiap
kemanusiaan.(2>
Para pembina PMR sepakat bahwa secara umum
sosial
merupakan
individu
sifat
ikatan
waktu
kesetiakawanan
sosial
yang
mengikat
dengan lingkungannya sebagai akibat dari
kontak
sosial, dengan ikatan utamanya adalah perasaan senasib dan
dan tanggung jawab bersama.
sepenanggungan
pembina,
orang
orang
yang
untuk
permusuhan,
para
kawan
sosial
adalah
bersikap dan berperilataTyang
selalu
peduli
membantu
yang berjiwa setia
Menurut
sesama
yang
membutuhkan,
menjauhkan
mempererat persahabatan, dan sanggup
bekerja
sama dengan sesama warga di lingkungannya dengan
d-idasari
kepentingan bersama. Sedangkan makn'a kesetiakawanan sosial
dalam
PMR, para pembina sepakat apabila
dalam
berperilaku
sehari-hari
paira
ang'gotanya
menampilkan
nilai
kesetiakawanan sosial yang terdapat dalam ketentuan
PMR,
yaitu
disajikan
dalam Janji PMR. (3)
dalam
Sejumlah
latihan rutin PMR, antara
materi
lain:
dasar kepalangmerahan, P3R atau PPGD, perawatan
penanggulangan
musibah
atau
bencana,
manusia. Dengan menggunakan berbagai metode
dengan
ceramah,
situasi
dan
jenis
materi,
tanya jawab, simulasi atau
antara
lain
permainan,
penugasan dan praktek lapangan. Dengan upaya
Sifat-
darah,
masyarakat,
kesehatan remaja, kepemudaan dan organisasi, dan
antar
yang
keluarga,
transfusi
Tracing and Mailing Service (TMS), pengabdian
moral
hubungan
sesuai
adalah
diskusi,
pembelajaran
yang menerapkan sistem among. Dalam melaksanakan tugasnya,
pembina
PMR
mempunyai
sikap
i j.
laku:
di
depan
memberi
teladan,
di
tengah membangun kemauan,
memberi
dorongan.
kesetiakawanan
pendekatan
Upaya
sosial
dan
pembina
dalam
anggotanya,
menanamkan
didukung
strategi
dengan
yang
partisipatif. (4) Proses pelaksanaan latihan PMR di
mulai
dan
dan
belakang
pembinaan
dengan
fungsional
di
upacara pembukaan, kemudian kegiatan inti
diakhiri
setiap
dengan upacara penutupan.
kegiatan
kesetiakwanan
latihan,
latihan
sosial,
diiring-i~
dengan
berbagai
beregu,
hiking,
kemah dan Iain-lain. Diharapkan
termasuk
kesetiakawanan
dalam
sosial
di
mengadakan
dalamnya
melalui
membawa
hasil
perilaku
anggota
tersebut
PMR
kesamaan
tampak dari
menanamkan
pembina
anggotanya
siswa.
rutinitas
dan
sehari-hari di lingkungan sekolah.
dilihat
anggota
bagi perubahan perilaku
telah
Perubahan
aktifitas
Hal
ini
kelompok
PMR dan kelompok non anggota PMR banyak
memiliki
berperilaku
bahawa
PMR
antara
dalam
dalam uraian data
latihan
permasalahan '
Upaya
menanamkan kesetiakawanan sosial
dengan
kunjungan,
adalah
anggotanya.(5)
kegiatan
lapangan
terbentuk individu yang peka terhadap
lingkungan,
bisa
sosial,
menanamkan
bentuk
seperti adanya SKT, praktek di
bakti
prinsipnya
upaya
sistem
rutin
Pada
latihan
setia
kawan
di
lingkungan
sekolah. Tetapi kelompok anggota PMR cenderung lebih setia
kawan
meskipun
tidak
terlalu jauh. . Kenyataan tersebut membuktikan bahwa
wadah
PMR
sosial
berperan
dibanding kelompok non PMR
dalam mengembangkan
dengan sasaran pendidikan umum.
iii
pribadi
utuh
sesuai
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
i
RATA PENGANTAR
iv
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
vi
DAFTAR ISI
x
DAFTAR. BAGAN
BAB
I
xii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B.
BAB
II
1
Rumusan Masalah
11
C. Tujuan Peneiitian
13
D. Manfaat Peneiitian
14
E. Definisi Operasional
15
MAKNA KEGIATAN PMR DALAM MEMBINA KESETIAKAWANAN
SOSIAL DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN UMUM
A. Konsep Pendidikan Umum
.
17
B. Makna Kegiatan PMR Dalam Membina Kesetiaka
wanan Sosial
26
C. Hubungan Pendidikan Umum, PMR dan Kesetia kawanan Sosial
BAB III
48
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Peneiitian
55
B. Subyek Peneiitian
56
C. Teknik Pengumpulan Data
57
D . Analisis Data
62
E. Tahapan Kegiatan Pelaksanaan .....'"'........
63
x
BAB
IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi
Data Peneiitian
66
1. Profil Lokasi Peneiitian
66
2. Misi Kegiatan PMR
68
3.
72
Makna. Kesetiakawanan Sosial
4. Lingkup Materi Kegiatan Latihan PMR....
77
5. Proses Operasionalisasi Latihan PMR....
81
6.
Perilaku Setia Kawan Sosial Siswa
Setelah Mengalami Pembinaan
Melalui Latihan PMR
94
B. Reduksi Data Peneiitian
100
C.
110
Ahalisis Data Peneiitian
1. Penayangan Data (Display Data)......... HO
2.
Pembahasan
113
a. Misi Kegiatan PMR
113
b. Makna Kesetiakawanan Sosial
120
c. Lingkup Materi Kegiatan Latihan PMR
dan Upaya Pembina Dalam Menanamkan
Kesetiakawanan Sosial Anggotanya.... 129
d.
Perilaku Setia Kawan Sosial Siswa
Setelah Mengalami Pembinaan
Melalui Latihan PMR . .
BAB
V
,142
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
a. Kesimpulan
b.
Rekomendasi
.. 148
.......'
DAFTAR PUSTAKA
152
... 155
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR BAGAH
1. Faktor-faktor Penyebab Menurunnya
Kesetiakawanan Sosial Siswa
7
2. Wawasan dan Upaya Pembina dalam Menanamkan
Kesetiakawanan Sosial
Ill
xn
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hasalah
Upaya membangun dan mempersiapkan bangsa untuk
mema-
suki masa depan adalah upaya yang berkenaan dengan peningkatan sumber daya manusia, karena manusia merupakan
utama bagi pembangunan bangsa. Maju nnundurnya
modal
pembangunan
di Indonesia tergantung pada sikap mental bangsa Indonesia
itu
sendiri. Sikap mental yang utuh baik
rohani
insan
jasmani
maupun
merupakan bagian penting dalam pembentukan
insan-
pembangunan
atau
dapat
dikatakan
sebagai
kunci
keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia.
Kekuatan utama bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan
pembangunan di masa mendatang yang dipengaruhi oleh globalisasi
di
segala bidang adalah
berkualitas.
manusia
Indonesia
Untuk itu dibutuhkan pembinaan
secara
kepada generasi muda agar siap menjadi peIanjut
nan
di masa mendatang. Hal ini mengingat
yang
dini
pembangu
peran
generasi
muda pada sektor pembangunan adalah sangat strategis
sebagai
pembinaan
obyek
maupun
subyek
pembangunan.
dan pengembangan kualitas sumber
baik
Pembentukan,
daya
manusia
dapat ditempuh melalui transformasi pendidikan. Dengan
sasaran
utama
adalah
anak usia
sekolah
khususnya
dan
generasi muda pada umumnya.
Berbagai upaya pendidikan diarahkan
kan
untuk meningkat-
sumber daya manusia, seperti dirumuskan dalam
UU
RI
No.
II
tahun 1989 adalah sebagai berikut:
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, merailiki
pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani,
kepribadian yang sehat dan mandiri serta rasa
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan
demikian
dapat dikatakan
bahwa
tanggung
inti
pokok
upaya pendidikan nasional adalah pengembangan sumber
daya
manusia
yang
yakni membawa manusia mencapai perkembangan
lebih sempurna. Pendidikan berfungsi membina manusia dalam
keseluruhan dimensinya. Oleh karena itu diperlukan wawasan
yang
mendalam untuk mewujudkan potensinya dalam
anak.
Bukan
pribadi
hanya mengembangkan
yang mantab
individu
tetapi mencakup pula
mendidik
agar
menjadi
untuk
memper-
siapkannya menjadi anggota masyarakat yang mengenal
ling
kungan .
Sehubungan
dengan pencapaian tujuan
pendidikan
sional maka sistem pendidikan yang digunakan harus
na
dilak-
sanakan secara utuh, menyeluruh, terpadu dan semesta. Utuh
dalam
arti
berorientasi pada seluruh
aspek
fisik, menyeluruh dalam arti
baik
fisik
mencakup
seraua
maupun
non
jalur,
jenjang dan jenis pendidikan, terpadu
saling
keterkaitan
antara
pendidikan
dalam
nasional
arti
dengan
seluruh usaha pembangunan nasional, dan semesta dalam arti
terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku di seluruh wilayah
Indonesia. Selain itu juga harus diupayakan melalui keter-
paduan dan keselarasan antara berbagai sektor
pendidikan,
baik
maupun
itu
sektor pendidikan formal,
informal
non
formal.
Berbagai upaya dalam pendidikan diarahkan agar seseo-
rang
dapat
melakukan perannya dengan baik
selaku
warga
negara maupun warga masyarakat. Untuk menjadi warga negara
dan
warga masyarakat yang baik, banyak
wadah
pendidikan
yang membina dan membekali anak didik agar kelak
memiliki
sikap, wawasan dan perilaku yang baik. Pasal 10 ayat 1 UU
No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
butkan
bahwa:
melalui
jalur
dua
menye-
"Penyelenggaraan
pendidikan
dilaksanakan
jalur, yaitu jalur
pendidikan
sekolah
dan
pendidikan luar sekolah". Sebagai lembaga
pendidi
kan, sekolah merupakan sektor pendidikan formal.
Pendidi
kan
sekolah
melalui
mal,
merupakan
pendidikan
yang
diselenggarakan
prasarana yang dilembagakan sebagai lembaga
berusaha menciptakan kondisi yang memacu
for
pencapaian
segi afektif, kognitif dan psikomotor. Hal tersebut sesuai
dengan fungsi sekolah yang diungkapkan oleh Sunaryo Kartadinata dalam tesisnya (1983:
Sekolah
150) bahwa:
tidak hanya menekankan
kepada
kemampuannya
dibidang kognisi tetapi juga menekankan kepada
bangan
pengem
segi afeksi dan kepribadian secara utuh,
sebab
dalam proses belajar yang dialami siswa akan besar
pengaruhnya terhadap kognisi, afeksi, psikomotor dan
perilaku sosial.
Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, maka sekolah
berusaha untuk meningkatkan pelaksanakan kegiatannya, baik
yang bersifat kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra
kuler
yang
pelaksanaannya
harus
benar-benar
kuri-
terarah,
konstruktif bagi *pengembangan siswa.
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) merupakan wadah
yang bersifat intra sekolah yang menampung kegiatan ekstra
kurikuler yang menunjang kegiatan kurikuler. OSIS berusaha
mengembangkan minat, bakat,
dan
pengembangan
dan kepribadian,
wawasan berpikir. Hal
keterampilan,
tersebut
sesuai
dengan rumusan yang terdapat dalam Pedoman Penyelenggaraan
OSIS dan IKOSIS (1978: 38), yaitu:
Kegiatan-kegiatan OSIS diarahakan kepada usaha-usaha
peningkatan
tingkat
produktifitas
siswa.
Arah
ini
diantaranya dalam hal:
1. Pembinaan penghayatan dan Pengamalan moral
Pancasila.
2. Pembinaan nilai dan sikap.
3. Observasi dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi
dan keterampilan.
4. Pembinaan dan pengembangan bakat dan prestasi dalam
seni budaya dan olahraga.
5. Pengabdian masyarakat dan pemeliharaan cinta
ling
kungan atau Tanah Air.
Dalam pelaksanaannya OSIS mengadakan berbagai
kegia
tan yang berusaha untuk menciptakan sekolah sebagai
Wawa
san Wiyata Mandala. Sekolah sebagai Wawasan Wiyata Mandala
mengandung arti bahwa sekolah adalah sebagai lingkungan di
mana siswa mengikuti kegiatan yang me'mbantu proses
pembe-
lajaran, diantaranya melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah.
Setiap siswa bebas memilih salah satu jenis
kegiatan
ekstra kurikuler, dan sekolah tidak secara tegas
melarang
siswa
untuk memilih lebih dari satu kegiatan. Salah
kegiatan
ekstra
kurikuler yang menjadi bahan
sini
adalah Palang Merah Remaja (PMR). PMR
satu
wadah pembinaan untuk mendidik
dan
jiwa
pelayanan teshadap orang lain dalam upaya
kemanusiaan
di kalangan siswa.
Hal
kajian
adalah
karakter,
ini
satu
di
salah
kecakapan
menanamkan
termaktub
dalam
Perjanjian
Kerjasama Antara Depdikbud
dengan
Nomor 0090.KEP/PP/V95 bab II pasal 2 adalah sebagai
PMI
beri-
kut:
Pembinaan dan pengembangan kepalangmerahan dikalangan
siswa,
warga belajar, dan mahasiswa bertujuan membina
dan mengembangkan jiwa dan
semangat
kemanusiaan di
kalangan siswa,
warga belajar,
dan
mahasiswa agar
memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk
mendukung
adanya
tercapainya
hal
tersebut,
daya kreatifitas dalam mengembangkan
diperlukan
pola
pembi
naan.
PMI perlu mengembangkan upaya agar dapat
merangkul
lebih
banyak
bergabung
kalangan generasi muda yang
mau
dalam wadah PMR.
Berdasarkan
maka
hal-hal yang telah dikemukakan di
atas,
pembinaan PMR di Indonesia sejalan dengan misi
akan dicapai, diarahkan pada hal-hal yang dapat
yang
menunjang
pembangunan sejak usia dini. Salah satunya adalah terbinanya kesetiakawanan sosial, yaitu:
. . .berintikan "Solidaritas Sosial" hal ini
terwujud
sebagai manifestasi kita sebagai manusia terutama sifat
tenggang rasa,
dapat menempatkan diri dalam tempat
dan
situasi di mana kita berada dan juga dapat
merasakan
apa yang dapat dirasakan oleh orang lain, yang
kebetulan
kurang beruntung. Pada kegiatan
ini
kita
harus
dapat
mewujudkan dan bersedia mengulurkan tangan
guna
kepentingan mereka (Arif Nahari,1996: 27).
Dengan
memanifestasikan
kesetiakawan
sosial
dalam
berbagai macam bentuk tindakan atau kegiatan pada generasi
muda diharapkan akan menjadi landasan untuk mengantisipasi
akibat sampingan dari pembangunan, perkembangan masyarakat
maupun arus globalisasi (Ignatius Sukanto,
Suatu
kenyataan
bahwa
dalam
era
1996: 5).
globalisasi
ini
ditandai dengan derasnya informasi telah membawa
dalam berbagai bidang kehidupan
dan
pengaruh
merupakan
tantangan
yang
kompleks untuk melaksanakan pembangunan jangka
jang
tahap kedua (PJPT II). Dampak kemajuan
ini
membawa
pengaruh kuat terhadap sikap dan perilaku budaya
kat
terutama bagi remaja dan pemuda.
Dinamika
pan-
masyara
perubahan
sosial ini membawa kecenderungan sikap generasi muda
yang
tidak
yang
sedikit bertentangan dengan nilai-nilai moral
berlaku.
Memudarnya
kepentingan
kesetiakawanan
sosial
disebagian remaja terutama
untuk
di
kota
besar sudah memprihatinkan. Hal tersebut tidak lepas
dari
pola
bersama
rasa
hidup masyarakat kota itu sendiri yang
modernis.
Seperti
yang diungkapkan
sudah
oleh Teddy
serba
Guswara
(Pikiran Rakyat, 1996, 10 Nopember) bahwa "Modernis masya
rakat kota ditandai dengan munculnya gaya hidup
individu
alist is, mementingkan kebutuhan sendiri, mendewakan materi
dan
tidak
ada
lagi
ikatan
resiprositas
(tolong-
menolong)...hubungan kemasyarakatan terus melonggar".
kalangan
remaja kondisi seperti itu sudah mulai
hal
dipertegas kembali oleh Teddy
ini
Rakyat,
yang
1996, 10 Nopember) bahwa " Sikap
lebih
semua
Guswara
lemah, tanggung jawab
untuk
terhadap
sudah tergilas oleh roda kehidupan
Di
tampak,
(Pikiran
menolong
masa
perkotaan
depan,
yang
serba gemerlap. Dalam hal ini, kalangan remaja kota tengah
dilanda erosi nilai yang berkepanjangan".
Akibat yang ditimbulkannya dapat berpengaruh terhadap
kenakalan
remaja, dan berkembang dalam
bentuk
penyalah-
Kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi
ma!
suknya budaya asing tanpa filter
perubahan sistem nilai dalam masyarakat
ada kecenderungan norma adat dan tatanan
,sa lalu sebagai sesuatu yang ketinggalan
ma.
m
ementingkan kebutuhan sendiri
DALAM MENANAMKAN KESETIAKAWANAN SOSIAL ANGGOTANYA
MELALUI LATIHAN RUTIN PMR
(Suatu Studi tentang Pembinaan Kesetiakawanan Sosial
di SMK Negeri 1 Kadipaten Kabupaten Majalengka)
' TESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Program Pascasarjana
Bidang Studi Pendidikan Uraum
Oleh:
Singgih Setyo Haryanto
9596167
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1998
DISETUJUI DAN DISAHKAH
PROF.
DRS.
Ar^lTOSASTtf D.TAHT
ABSTRAK
Judul
peneiitian: Upaya Pembina Palang Merah
Remaja
(PMR) Dalam Menanamkan Resetiakawanan Sosial Anggotanya
melalui
Latihan Rutin PMR. (Suatu Studi tentang
Pembinaan
Resetiakawanan Sosial di SMR Negeri 1 Radipaten
Rabupaten
Majalengka).
Peneiitian
para
pembina
ini bertujuan untuk
tentang
misi
mengungkap:
kegiatan
PMR
di
wawasan
sekolah,
pemahaman para pembina tentang makna kesetiakawanan sosial
yang
terkandung
kegiatan
dan
mengevaluasi
dalam
proses
perilaku
kegiatan
lingkup
operasionalisasi
siswa
dalam
kesetiakawanan
sosial
kontrol
memperjelas hasil
untuk
PMR,
materi
latihan
PMR,
menerapkan
di lingkungan
pergaulan.
peneiitian
nilai
Sebagai
dievaluasi
pula siswa yang tidak mengikuti kegiatan PMR.
Metode
kualitatif.
observasi,
peneiitian yang digunakan
Pengumpulan
adalah
data dilakukan
pendekatan
melalui
teknik:
wawancara dan studi dokumentasi dengan
subyek
peneiitian tiga orang pembina PMR. Sedangkan untuk mengj.ungkap/ hasil pembinaan terhadap anggota PMR dengan mengemukakan kecenderungan perilaku kelompok anggota PMR
dalam
pelaksanaan nilai kesetiakawanan sosial di sekolah.
Seba
gai tolok ukur perbandingan diungkap pula perilaku
kelom
pok non anggota PMR.
Hasil peneiitian menunjukkan bahwa: (1) Para
PMR
pembina
sependapat bahwa PMR di sekolah mempunyai misi
untuk
menanamkan jiwa dan semangat kemanusiaan di kalangan siswa
melalui
sebagai
wujud
rasa
tanggung jawab kemfisyarakatan-dan kebangsaan.
Untuk
itu
perlu
pembinaan
dilakukan
kepalangmerahan
upaya pembinaan melalui
wadah
PMR
di
kalangan
untuk
siswa
sehingga mereka siap siaga
membaktikan diri bagi
tugas-tugas
setiap
kemanusiaan.(2>
Para pembina PMR sepakat bahwa secara umum
sosial
merupakan
individu
sifat
ikatan
waktu
kesetiakawanan
sosial
yang
mengikat
dengan lingkungannya sebagai akibat dari
kontak
sosial, dengan ikatan utamanya adalah perasaan senasib dan
dan tanggung jawab bersama.
sepenanggungan
pembina,
orang
orang
yang
untuk
permusuhan,
para
kawan
sosial
adalah
bersikap dan berperilataTyang
selalu
peduli
membantu
yang berjiwa setia
Menurut
sesama
yang
membutuhkan,
menjauhkan
mempererat persahabatan, dan sanggup
bekerja
sama dengan sesama warga di lingkungannya dengan
d-idasari
kepentingan bersama. Sedangkan makn'a kesetiakawanan sosial
dalam
PMR, para pembina sepakat apabila
dalam
berperilaku
sehari-hari
paira
ang'gotanya
menampilkan
nilai
kesetiakawanan sosial yang terdapat dalam ketentuan
PMR,
yaitu
disajikan
dalam Janji PMR. (3)
dalam
Sejumlah
latihan rutin PMR, antara
materi
lain:
dasar kepalangmerahan, P3R atau PPGD, perawatan
penanggulangan
musibah
atau
bencana,
manusia. Dengan menggunakan berbagai metode
dengan
ceramah,
situasi
dan
jenis
materi,
tanya jawab, simulasi atau
antara
lain
permainan,
penugasan dan praktek lapangan. Dengan upaya
Sifat-
darah,
masyarakat,
kesehatan remaja, kepemudaan dan organisasi, dan
antar
yang
keluarga,
transfusi
Tracing and Mailing Service (TMS), pengabdian
moral
hubungan
sesuai
adalah
diskusi,
pembelajaran
yang menerapkan sistem among. Dalam melaksanakan tugasnya,
pembina
PMR
mempunyai
sikap
i j.
laku:
di
depan
memberi
teladan,
di
tengah membangun kemauan,
memberi
dorongan.
kesetiakawanan
pendekatan
Upaya
sosial
dan
pembina
dalam
anggotanya,
menanamkan
didukung
strategi
dengan
yang
partisipatif. (4) Proses pelaksanaan latihan PMR di
mulai
dan
dan
belakang
pembinaan
dengan
fungsional
di
upacara pembukaan, kemudian kegiatan inti
diakhiri
setiap
dengan upacara penutupan.
kegiatan
kesetiakwanan
latihan,
latihan
sosial,
diiring-i~
dengan
berbagai
beregu,
hiking,
kemah dan Iain-lain. Diharapkan
termasuk
kesetiakawanan
dalam
sosial
di
mengadakan
dalamnya
melalui
membawa
hasil
perilaku
anggota
tersebut
PMR
kesamaan
tampak dari
menanamkan
pembina
anggotanya
siswa.
rutinitas
dan
sehari-hari di lingkungan sekolah.
dilihat
anggota
bagi perubahan perilaku
telah
Perubahan
aktifitas
Hal
ini
kelompok
PMR dan kelompok non anggota PMR banyak
memiliki
berperilaku
bahawa
PMR
antara
dalam
dalam uraian data
latihan
permasalahan '
Upaya
menanamkan kesetiakawanan sosial
dengan
kunjungan,
adalah
anggotanya.(5)
kegiatan
lapangan
terbentuk individu yang peka terhadap
lingkungan,
bisa
sosial,
menanamkan
bentuk
seperti adanya SKT, praktek di
bakti
prinsipnya
upaya
sistem
rutin
Pada
latihan
setia
kawan
di
lingkungan
sekolah. Tetapi kelompok anggota PMR cenderung lebih setia
kawan
meskipun
tidak
terlalu jauh. . Kenyataan tersebut membuktikan bahwa
wadah
PMR
sosial
berperan
dibanding kelompok non PMR
dalam mengembangkan
dengan sasaran pendidikan umum.
iii
pribadi
utuh
sesuai
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
i
RATA PENGANTAR
iv
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
vi
DAFTAR ISI
x
DAFTAR. BAGAN
BAB
I
xii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B.
BAB
II
1
Rumusan Masalah
11
C. Tujuan Peneiitian
13
D. Manfaat Peneiitian
14
E. Definisi Operasional
15
MAKNA KEGIATAN PMR DALAM MEMBINA KESETIAKAWANAN
SOSIAL DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN UMUM
A. Konsep Pendidikan Umum
.
17
B. Makna Kegiatan PMR Dalam Membina Kesetiaka
wanan Sosial
26
C. Hubungan Pendidikan Umum, PMR dan Kesetia kawanan Sosial
BAB III
48
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Peneiitian
55
B. Subyek Peneiitian
56
C. Teknik Pengumpulan Data
57
D . Analisis Data
62
E. Tahapan Kegiatan Pelaksanaan .....'"'........
63
x
BAB
IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi
Data Peneiitian
66
1. Profil Lokasi Peneiitian
66
2. Misi Kegiatan PMR
68
3.
72
Makna. Kesetiakawanan Sosial
4. Lingkup Materi Kegiatan Latihan PMR....
77
5. Proses Operasionalisasi Latihan PMR....
81
6.
Perilaku Setia Kawan Sosial Siswa
Setelah Mengalami Pembinaan
Melalui Latihan PMR
94
B. Reduksi Data Peneiitian
100
C.
110
Ahalisis Data Peneiitian
1. Penayangan Data (Display Data)......... HO
2.
Pembahasan
113
a. Misi Kegiatan PMR
113
b. Makna Kesetiakawanan Sosial
120
c. Lingkup Materi Kegiatan Latihan PMR
dan Upaya Pembina Dalam Menanamkan
Kesetiakawanan Sosial Anggotanya.... 129
d.
Perilaku Setia Kawan Sosial Siswa
Setelah Mengalami Pembinaan
Melalui Latihan PMR . .
BAB
V
,142
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
a. Kesimpulan
b.
Rekomendasi
.. 148
.......'
DAFTAR PUSTAKA
152
... 155
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR BAGAH
1. Faktor-faktor Penyebab Menurunnya
Kesetiakawanan Sosial Siswa
7
2. Wawasan dan Upaya Pembina dalam Menanamkan
Kesetiakawanan Sosial
Ill
xn
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hasalah
Upaya membangun dan mempersiapkan bangsa untuk
mema-
suki masa depan adalah upaya yang berkenaan dengan peningkatan sumber daya manusia, karena manusia merupakan
utama bagi pembangunan bangsa. Maju nnundurnya
modal
pembangunan
di Indonesia tergantung pada sikap mental bangsa Indonesia
itu
sendiri. Sikap mental yang utuh baik
rohani
insan
jasmani
maupun
merupakan bagian penting dalam pembentukan
insan-
pembangunan
atau
dapat
dikatakan
sebagai
kunci
keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia.
Kekuatan utama bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan
pembangunan di masa mendatang yang dipengaruhi oleh globalisasi
di
segala bidang adalah
berkualitas.
manusia
Indonesia
Untuk itu dibutuhkan pembinaan
secara
kepada generasi muda agar siap menjadi peIanjut
nan
di masa mendatang. Hal ini mengingat
yang
dini
pembangu
peran
generasi
muda pada sektor pembangunan adalah sangat strategis
sebagai
pembinaan
obyek
maupun
subyek
pembangunan.
dan pengembangan kualitas sumber
baik
Pembentukan,
daya
manusia
dapat ditempuh melalui transformasi pendidikan. Dengan
sasaran
utama
adalah
anak usia
sekolah
khususnya
dan
generasi muda pada umumnya.
Berbagai upaya pendidikan diarahkan
kan
untuk meningkat-
sumber daya manusia, seperti dirumuskan dalam
UU
RI
No.
II
tahun 1989 adalah sebagai berikut:
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, merailiki
pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani,
kepribadian yang sehat dan mandiri serta rasa
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan
demikian
dapat dikatakan
bahwa
tanggung
inti
pokok
upaya pendidikan nasional adalah pengembangan sumber
daya
manusia
yang
yakni membawa manusia mencapai perkembangan
lebih sempurna. Pendidikan berfungsi membina manusia dalam
keseluruhan dimensinya. Oleh karena itu diperlukan wawasan
yang
mendalam untuk mewujudkan potensinya dalam
anak.
Bukan
pribadi
hanya mengembangkan
yang mantab
individu
tetapi mencakup pula
mendidik
agar
menjadi
untuk
memper-
siapkannya menjadi anggota masyarakat yang mengenal
ling
kungan .
Sehubungan
dengan pencapaian tujuan
pendidikan
sional maka sistem pendidikan yang digunakan harus
na
dilak-
sanakan secara utuh, menyeluruh, terpadu dan semesta. Utuh
dalam
arti
berorientasi pada seluruh
aspek
fisik, menyeluruh dalam arti
baik
fisik
mencakup
seraua
maupun
non
jalur,
jenjang dan jenis pendidikan, terpadu
saling
keterkaitan
antara
pendidikan
dalam
nasional
arti
dengan
seluruh usaha pembangunan nasional, dan semesta dalam arti
terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku di seluruh wilayah
Indonesia. Selain itu juga harus diupayakan melalui keter-
paduan dan keselarasan antara berbagai sektor
pendidikan,
baik
maupun
itu
sektor pendidikan formal,
informal
non
formal.
Berbagai upaya dalam pendidikan diarahkan agar seseo-
rang
dapat
melakukan perannya dengan baik
selaku
warga
negara maupun warga masyarakat. Untuk menjadi warga negara
dan
warga masyarakat yang baik, banyak
wadah
pendidikan
yang membina dan membekali anak didik agar kelak
memiliki
sikap, wawasan dan perilaku yang baik. Pasal 10 ayat 1 UU
No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
butkan
bahwa:
melalui
jalur
dua
menye-
"Penyelenggaraan
pendidikan
dilaksanakan
jalur, yaitu jalur
pendidikan
sekolah
dan
pendidikan luar sekolah". Sebagai lembaga
pendidi
kan, sekolah merupakan sektor pendidikan formal.
Pendidi
kan
sekolah
melalui
mal,
merupakan
pendidikan
yang
diselenggarakan
prasarana yang dilembagakan sebagai lembaga
berusaha menciptakan kondisi yang memacu
for
pencapaian
segi afektif, kognitif dan psikomotor. Hal tersebut sesuai
dengan fungsi sekolah yang diungkapkan oleh Sunaryo Kartadinata dalam tesisnya (1983:
Sekolah
150) bahwa:
tidak hanya menekankan
kepada
kemampuannya
dibidang kognisi tetapi juga menekankan kepada
bangan
pengem
segi afeksi dan kepribadian secara utuh,
sebab
dalam proses belajar yang dialami siswa akan besar
pengaruhnya terhadap kognisi, afeksi, psikomotor dan
perilaku sosial.
Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, maka sekolah
berusaha untuk meningkatkan pelaksanakan kegiatannya, baik
yang bersifat kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra
kuler
yang
pelaksanaannya
harus
benar-benar
kuri-
terarah,
konstruktif bagi *pengembangan siswa.
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) merupakan wadah
yang bersifat intra sekolah yang menampung kegiatan ekstra
kurikuler yang menunjang kegiatan kurikuler. OSIS berusaha
mengembangkan minat, bakat,
dan
pengembangan
dan kepribadian,
wawasan berpikir. Hal
keterampilan,
tersebut
sesuai
dengan rumusan yang terdapat dalam Pedoman Penyelenggaraan
OSIS dan IKOSIS (1978: 38), yaitu:
Kegiatan-kegiatan OSIS diarahakan kepada usaha-usaha
peningkatan
tingkat
produktifitas
siswa.
Arah
ini
diantaranya dalam hal:
1. Pembinaan penghayatan dan Pengamalan moral
Pancasila.
2. Pembinaan nilai dan sikap.
3. Observasi dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi
dan keterampilan.
4. Pembinaan dan pengembangan bakat dan prestasi dalam
seni budaya dan olahraga.
5. Pengabdian masyarakat dan pemeliharaan cinta
ling
kungan atau Tanah Air.
Dalam pelaksanaannya OSIS mengadakan berbagai
kegia
tan yang berusaha untuk menciptakan sekolah sebagai
Wawa
san Wiyata Mandala. Sekolah sebagai Wawasan Wiyata Mandala
mengandung arti bahwa sekolah adalah sebagai lingkungan di
mana siswa mengikuti kegiatan yang me'mbantu proses
pembe-
lajaran, diantaranya melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah.
Setiap siswa bebas memilih salah satu jenis
kegiatan
ekstra kurikuler, dan sekolah tidak secara tegas
melarang
siswa
untuk memilih lebih dari satu kegiatan. Salah
kegiatan
ekstra
kurikuler yang menjadi bahan
sini
adalah Palang Merah Remaja (PMR). PMR
satu
wadah pembinaan untuk mendidik
dan
jiwa
pelayanan teshadap orang lain dalam upaya
kemanusiaan
di kalangan siswa.
Hal
kajian
adalah
karakter,
ini
satu
di
salah
kecakapan
menanamkan
termaktub
dalam
Perjanjian
Kerjasama Antara Depdikbud
dengan
Nomor 0090.KEP/PP/V95 bab II pasal 2 adalah sebagai
PMI
beri-
kut:
Pembinaan dan pengembangan kepalangmerahan dikalangan
siswa,
warga belajar, dan mahasiswa bertujuan membina
dan mengembangkan jiwa dan
semangat
kemanusiaan di
kalangan siswa,
warga belajar,
dan
mahasiswa agar
memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk
mendukung
adanya
tercapainya
hal
tersebut,
daya kreatifitas dalam mengembangkan
diperlukan
pola
pembi
naan.
PMI perlu mengembangkan upaya agar dapat
merangkul
lebih
banyak
bergabung
kalangan generasi muda yang
mau
dalam wadah PMR.
Berdasarkan
maka
hal-hal yang telah dikemukakan di
atas,
pembinaan PMR di Indonesia sejalan dengan misi
akan dicapai, diarahkan pada hal-hal yang dapat
yang
menunjang
pembangunan sejak usia dini. Salah satunya adalah terbinanya kesetiakawanan sosial, yaitu:
. . .berintikan "Solidaritas Sosial" hal ini
terwujud
sebagai manifestasi kita sebagai manusia terutama sifat
tenggang rasa,
dapat menempatkan diri dalam tempat
dan
situasi di mana kita berada dan juga dapat
merasakan
apa yang dapat dirasakan oleh orang lain, yang
kebetulan
kurang beruntung. Pada kegiatan
ini
kita
harus
dapat
mewujudkan dan bersedia mengulurkan tangan
guna
kepentingan mereka (Arif Nahari,1996: 27).
Dengan
memanifestasikan
kesetiakawan
sosial
dalam
berbagai macam bentuk tindakan atau kegiatan pada generasi
muda diharapkan akan menjadi landasan untuk mengantisipasi
akibat sampingan dari pembangunan, perkembangan masyarakat
maupun arus globalisasi (Ignatius Sukanto,
Suatu
kenyataan
bahwa
dalam
era
1996: 5).
globalisasi
ini
ditandai dengan derasnya informasi telah membawa
dalam berbagai bidang kehidupan
dan
pengaruh
merupakan
tantangan
yang
kompleks untuk melaksanakan pembangunan jangka
jang
tahap kedua (PJPT II). Dampak kemajuan
ini
membawa
pengaruh kuat terhadap sikap dan perilaku budaya
kat
terutama bagi remaja dan pemuda.
Dinamika
pan-
masyara
perubahan
sosial ini membawa kecenderungan sikap generasi muda
yang
tidak
yang
sedikit bertentangan dengan nilai-nilai moral
berlaku.
Memudarnya
kepentingan
kesetiakawanan
sosial
disebagian remaja terutama
untuk
di
kota
besar sudah memprihatinkan. Hal tersebut tidak lepas
dari
pola
bersama
rasa
hidup masyarakat kota itu sendiri yang
modernis.
Seperti
yang diungkapkan
sudah
oleh Teddy
serba
Guswara
(Pikiran Rakyat, 1996, 10 Nopember) bahwa "Modernis masya
rakat kota ditandai dengan munculnya gaya hidup
individu
alist is, mementingkan kebutuhan sendiri, mendewakan materi
dan
tidak
ada
lagi
ikatan
resiprositas
(tolong-
menolong)...hubungan kemasyarakatan terus melonggar".
kalangan
remaja kondisi seperti itu sudah mulai
hal
dipertegas kembali oleh Teddy
ini
Rakyat,
yang
1996, 10 Nopember) bahwa " Sikap
lebih
semua
Guswara
lemah, tanggung jawab
untuk
terhadap
sudah tergilas oleh roda kehidupan
Di
tampak,
(Pikiran
menolong
masa
perkotaan
depan,
yang
serba gemerlap. Dalam hal ini, kalangan remaja kota tengah
dilanda erosi nilai yang berkepanjangan".
Akibat yang ditimbulkannya dapat berpengaruh terhadap
kenakalan
remaja, dan berkembang dalam
bentuk
penyalah-
Kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi
ma!
suknya budaya asing tanpa filter
perubahan sistem nilai dalam masyarakat
ada kecenderungan norma adat dan tatanan
,sa lalu sebagai sesuatu yang ketinggalan
ma.
m
ementingkan kebutuhan sendiri