UPAYA PEMBINA PALANG MERAII REMAJA (PMR) DALAM MENANAMKAN KESETIAKAWANAN SOSIAL ANGGOTANYA MELALUI LATIHAN RUTIN PMR : Suatu Studi tentang Pembinaan Kesetiakawanan Sosial di SMK Negeri 1 Kadipaten Kabupaten Majalengka.

UPAYA PEMBINA PALANG MERAII REMAJA (PMR)

DALAM MENANAMKAN KESETIAKAWANAN SOSIAL ANGGOTANYA
MELALUI LATIHAN RUTIN PMR

(Suatu Studi tentang Pembinaan Kesetiakawanan Sosial
di SMK Negeri 1 Kadipaten Kabupaten Majalengka)

' TESIS

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis

untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Program Pascasarjana
Bidang Studi Pendidikan Uraum

Oleh:

Singgih Setyo Haryanto
9596167


PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1998

DISETUJUI DAN DISAHKAH

PROF.

DRS.

Ar^lTOSASTtf D.TAHT

ABSTRAK

Judul
peneiitian: Upaya Pembina Palang Merah
Remaja
(PMR) Dalam Menanamkan Resetiakawanan Sosial Anggotanya

melalui
Latihan Rutin PMR. (Suatu Studi tentang
Pembinaan
Resetiakawanan Sosial di SMR Negeri 1 Radipaten
Rabupaten
Majalengka).

Peneiitian
para

pembina

ini bertujuan untuk
tentang

misi

mengungkap:

kegiatan


PMR

di

wawasan
sekolah,

pemahaman para pembina tentang makna kesetiakawanan sosial
yang

terkandung

kegiatan

dan

mengevaluasi

dalam


proses
perilaku

kegiatan

lingkup

operasionalisasi
siswa

dalam

kesetiakawanan

sosial

kontrol

memperjelas hasil


untuk

PMR,

materi

latihan

PMR,

menerapkan

di lingkungan

pergaulan.

peneiitian

nilai


Sebagai

dievaluasi

pula siswa yang tidak mengikuti kegiatan PMR.
Metode
kualitatif.

observasi,

peneiitian yang digunakan
Pengumpulan

adalah

data dilakukan

pendekatan


melalui

teknik:

wawancara dan studi dokumentasi dengan

subyek

peneiitian tiga orang pembina PMR. Sedangkan untuk mengj.ungkap/ hasil pembinaan terhadap anggota PMR dengan mengemukakan kecenderungan perilaku kelompok anggota PMR

dalam

pelaksanaan nilai kesetiakawanan sosial di sekolah.

Seba

gai tolok ukur perbandingan diungkap pula perilaku

kelom


pok non anggota PMR.

Hasil peneiitian menunjukkan bahwa: (1) Para
PMR

pembina

sependapat bahwa PMR di sekolah mempunyai misi

untuk

menanamkan jiwa dan semangat kemanusiaan di kalangan siswa

melalui

sebagai

wujud

rasa


tanggung jawab kemfisyarakatan-dan kebangsaan.

Untuk

itu

perlu

pembinaan

dilakukan

kepalangmerahan

upaya pembinaan melalui

wadah

PMR


di

kalangan
untuk

siswa

sehingga mereka siap siaga

membaktikan diri bagi

tugas-tugas

setiap

kemanusiaan.(2>

Para pembina PMR sepakat bahwa secara umum


sosial

merupakan

individu

sifat

ikatan

waktu

kesetiakawanan

sosial

yang

mengikat

dengan lingkungannya sebagai akibat dari

kontak

sosial, dengan ikatan utamanya adalah perasaan senasib dan
dan tanggung jawab bersama.

sepenanggungan

pembina,
orang

orang

yang

untuk

permusuhan,

para

kawan

sosial

adalah

bersikap dan berperilataTyang

selalu

peduli

membantu

yang berjiwa setia

Menurut

sesama

yang

membutuhkan,

menjauhkan

mempererat persahabatan, dan sanggup

bekerja

sama dengan sesama warga di lingkungannya dengan

d-idasari

kepentingan bersama. Sedangkan makn'a kesetiakawanan sosial

dalam

PMR, para pembina sepakat apabila

dalam

berperilaku

sehari-hari

paira

ang'gotanya

menampilkan

nilai

kesetiakawanan sosial yang terdapat dalam ketentuan

PMR,

yaitu

disajikan

dalam Janji PMR. (3)
dalam

Sejumlah

latihan rutin PMR, antara

materi
lain:

dasar kepalangmerahan, P3R atau PPGD, perawatan
penanggulangan

musibah

atau

bencana,

manusia. Dengan menggunakan berbagai metode

dengan
ceramah,

situasi

dan

jenis

materi,

tanya jawab, simulasi atau

antara

lain

permainan,

penugasan dan praktek lapangan. Dengan upaya

Sifat-

darah,

masyarakat,

kesehatan remaja, kepemudaan dan organisasi, dan
antar

yang

keluarga,

transfusi

Tracing and Mailing Service (TMS), pengabdian

moral

hubungan
sesuai

adalah
diskusi,

pembelajaran

yang menerapkan sistem among. Dalam melaksanakan tugasnya,

pembina

PMR

mempunyai

sikap
i j.

laku:

di

depan

memberi

teladan,

di

tengah membangun kemauan,

memberi

dorongan.

kesetiakawanan
pendekatan

Upaya

sosial

dan

pembina

dalam

anggotanya,

menanamkan

didukung

strategi

dengan
yang

partisipatif. (4) Proses pelaksanaan latihan PMR di

mulai

dan

dan

belakang

pembinaan

dengan

fungsional

di

upacara pembukaan, kemudian kegiatan inti

diakhiri

setiap

dengan upacara penutupan.

kegiatan

kesetiakwanan
latihan,

latihan

sosial,

diiring-i~

dengan

berbagai

beregu,

hiking,

kemah dan Iain-lain. Diharapkan

termasuk

kesetiakawanan

dalam

sosial

di

mengadakan

dalamnya

melalui

membawa

hasil

perilaku
anggota

tersebut
PMR

kesamaan

tampak dari

menanamkan

pembina

anggotanya
siswa.

rutinitas

dan

sehari-hari di lingkungan sekolah.

dilihat

anggota

bagi perubahan perilaku

telah

Perubahan
aktifitas
Hal

ini

kelompok

PMR dan kelompok non anggota PMR banyak

memiliki

berperilaku

bahawa

PMR

antara

dalam

dalam uraian data

latihan

permasalahan '

Upaya

menanamkan kesetiakawanan sosial

dengan

kunjungan,

adalah

anggotanya.(5)

kegiatan

lapangan

terbentuk individu yang peka terhadap

lingkungan,

bisa

sosial,

menanamkan

bentuk

seperti adanya SKT, praktek di
bakti

prinsipnya

upaya

sistem

rutin

Pada

latihan

setia

kawan

di

lingkungan

sekolah. Tetapi kelompok anggota PMR cenderung lebih setia
kawan

meskipun

tidak

terlalu jauh. . Kenyataan tersebut membuktikan bahwa

wadah

PMR

sosial

berperan

dibanding kelompok non PMR

dalam mengembangkan

dengan sasaran pendidikan umum.
iii

pribadi

utuh

sesuai

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

i

RATA PENGANTAR

iv

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH

vi

DAFTAR ISI

x

DAFTAR. BAGAN
BAB

I

xii

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
B.

BAB

II

1

Rumusan Masalah

11

C. Tujuan Peneiitian

13

D. Manfaat Peneiitian

14

E. Definisi Operasional

15

MAKNA KEGIATAN PMR DALAM MEMBINA KESETIAKAWANAN
SOSIAL DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN UMUM

A. Konsep Pendidikan Umum

.

17

B. Makna Kegiatan PMR Dalam Membina Kesetiaka
wanan Sosial

26

C. Hubungan Pendidikan Umum, PMR dan Kesetia kawanan Sosial
BAB III

48

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Peneiitian

55

B. Subyek Peneiitian

56

C. Teknik Pengumpulan Data

57

D . Analisis Data

62

E. Tahapan Kegiatan Pelaksanaan .....'"'........

63

x

BAB

IV

DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi

Data Peneiitian

66

1. Profil Lokasi Peneiitian

66

2. Misi Kegiatan PMR

68

3.

72

Makna. Kesetiakawanan Sosial

4. Lingkup Materi Kegiatan Latihan PMR....

77

5. Proses Operasionalisasi Latihan PMR....

81

6.

Perilaku Setia Kawan Sosial Siswa

Setelah Mengalami Pembinaan

Melalui Latihan PMR

94

B. Reduksi Data Peneiitian

100

C.

110

Ahalisis Data Peneiitian

1. Penayangan Data (Display Data)......... HO
2.

Pembahasan

113

a. Misi Kegiatan PMR

113

b. Makna Kesetiakawanan Sosial

120

c. Lingkup Materi Kegiatan Latihan PMR
dan Upaya Pembina Dalam Menanamkan
Kesetiakawanan Sosial Anggotanya.... 129
d.

Perilaku Setia Kawan Sosial Siswa

Setelah Mengalami Pembinaan
Melalui Latihan PMR . .

BAB

V

,142

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

a. Kesimpulan
b.

Rekomendasi

.. 148
.......'

DAFTAR PUSTAKA

152

... 155

LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi

DAFTAR BAGAH

1. Faktor-faktor Penyebab Menurunnya
Kesetiakawanan Sosial Siswa

7

2. Wawasan dan Upaya Pembina dalam Menanamkan
Kesetiakawanan Sosial

Ill

xn

BAB

I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hasalah

Upaya membangun dan mempersiapkan bangsa untuk

mema-

suki masa depan adalah upaya yang berkenaan dengan peningkatan sumber daya manusia, karena manusia merupakan
utama bagi pembangunan bangsa. Maju nnundurnya

modal

pembangunan

di Indonesia tergantung pada sikap mental bangsa Indonesia
itu

sendiri. Sikap mental yang utuh baik

rohani
insan

jasmani

maupun

merupakan bagian penting dalam pembentukan

insan-

pembangunan

atau

dapat

dikatakan

sebagai

kunci

keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia.

Kekuatan utama bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan

pembangunan di masa mendatang yang dipengaruhi oleh globalisasi

di

segala bidang adalah

berkualitas.

manusia

Indonesia

Untuk itu dibutuhkan pembinaan

secara

kepada generasi muda agar siap menjadi peIanjut
nan

di masa mendatang. Hal ini mengingat

yang
dini

pembangu

peran

generasi

muda pada sektor pembangunan adalah sangat strategis
sebagai

pembinaan

obyek

maupun

subyek

pembangunan.

dan pengembangan kualitas sumber

baik

Pembentukan,

daya

manusia

dapat ditempuh melalui transformasi pendidikan. Dengan
sasaran

utama

adalah

anak usia

sekolah

khususnya

dan

generasi muda pada umumnya.

Berbagai upaya pendidikan diarahkan

kan

untuk meningkat-

sumber daya manusia, seperti dirumuskan dalam

UU

RI

No.

II

tahun 1989 adalah sebagai berikut:

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, merailiki
pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani,
kepribadian yang sehat dan mandiri serta rasa
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Dengan

demikian

dapat dikatakan

bahwa

tanggung

inti

pokok

upaya pendidikan nasional adalah pengembangan sumber

daya

manusia

yang

yakni membawa manusia mencapai perkembangan

lebih sempurna. Pendidikan berfungsi membina manusia dalam
keseluruhan dimensinya. Oleh karena itu diperlukan wawasan

yang

mendalam untuk mewujudkan potensinya dalam

anak.

Bukan

pribadi

hanya mengembangkan

yang mantab

individu

tetapi mencakup pula

mendidik

agar

menjadi

untuk

memper-

siapkannya menjadi anggota masyarakat yang mengenal

ling

kungan .

Sehubungan

dengan pencapaian tujuan

pendidikan

sional maka sistem pendidikan yang digunakan harus

na

dilak-

sanakan secara utuh, menyeluruh, terpadu dan semesta. Utuh
dalam

arti

berorientasi pada seluruh

aspek

fisik, menyeluruh dalam arti

baik

fisik

mencakup

seraua

maupun

non

jalur,

jenjang dan jenis pendidikan, terpadu

saling

keterkaitan

antara

pendidikan

dalam

nasional

arti
dengan

seluruh usaha pembangunan nasional, dan semesta dalam arti

terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku di seluruh wilayah
Indonesia. Selain itu juga harus diupayakan melalui keter-

paduan dan keselarasan antara berbagai sektor

pendidikan,

baik

maupun

itu

sektor pendidikan formal,

informal

non

formal.

Berbagai upaya dalam pendidikan diarahkan agar seseo-

rang

dapat

melakukan perannya dengan baik

selaku

warga

negara maupun warga masyarakat. Untuk menjadi warga negara

dan

warga masyarakat yang baik, banyak

wadah

pendidikan

yang membina dan membekali anak didik agar kelak

memiliki

sikap, wawasan dan perilaku yang baik. Pasal 10 ayat 1 UU
No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
butkan

bahwa:

melalui

jalur

dua

menye-

"Penyelenggaraan

pendidikan

dilaksanakan

jalur, yaitu jalur

pendidikan

sekolah

dan

pendidikan luar sekolah". Sebagai lembaga

pendidi

kan, sekolah merupakan sektor pendidikan formal.

Pendidi

kan

sekolah

melalui

mal,

merupakan

pendidikan

yang

diselenggarakan

prasarana yang dilembagakan sebagai lembaga

berusaha menciptakan kondisi yang memacu

for

pencapaian

segi afektif, kognitif dan psikomotor. Hal tersebut sesuai
dengan fungsi sekolah yang diungkapkan oleh Sunaryo Kartadinata dalam tesisnya (1983:

Sekolah

150) bahwa:

tidak hanya menekankan

kepada

kemampuannya

dibidang kognisi tetapi juga menekankan kepada

bangan

pengem

segi afeksi dan kepribadian secara utuh,

sebab

dalam proses belajar yang dialami siswa akan besar
pengaruhnya terhadap kognisi, afeksi, psikomotor dan
perilaku sosial.

Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, maka sekolah
berusaha untuk meningkatkan pelaksanakan kegiatannya, baik

yang bersifat kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra
kuler

yang

pelaksanaannya

harus

benar-benar

kuri-

terarah,

konstruktif bagi *pengembangan siswa.

Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) merupakan wadah

yang bersifat intra sekolah yang menampung kegiatan ekstra

kurikuler yang menunjang kegiatan kurikuler. OSIS berusaha
mengembangkan minat, bakat,

dan

pengembangan

dan kepribadian,

wawasan berpikir. Hal

keterampilan,

tersebut

sesuai

dengan rumusan yang terdapat dalam Pedoman Penyelenggaraan

OSIS dan IKOSIS (1978: 38), yaitu:
Kegiatan-kegiatan OSIS diarahakan kepada usaha-usaha
peningkatan
tingkat
produktifitas
siswa.
Arah
ini
diantaranya dalam hal:
1. Pembinaan penghayatan dan Pengamalan moral
Pancasila.

2. Pembinaan nilai dan sikap.
3. Observasi dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi
dan keterampilan.
4. Pembinaan dan pengembangan bakat dan prestasi dalam
seni budaya dan olahraga.
5. Pengabdian masyarakat dan pemeliharaan cinta
ling
kungan atau Tanah Air.

Dalam pelaksanaannya OSIS mengadakan berbagai

kegia

tan yang berusaha untuk menciptakan sekolah sebagai

Wawa

san Wiyata Mandala. Sekolah sebagai Wawasan Wiyata Mandala
mengandung arti bahwa sekolah adalah sebagai lingkungan di

mana siswa mengikuti kegiatan yang me'mbantu proses

pembe-

lajaran, diantaranya melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah.

Setiap siswa bebas memilih salah satu jenis

kegiatan

ekstra kurikuler, dan sekolah tidak secara tegas

melarang

siswa

untuk memilih lebih dari satu kegiatan. Salah

kegiatan

ekstra

kurikuler yang menjadi bahan

sini

adalah Palang Merah Remaja (PMR). PMR

satu

wadah pembinaan untuk mendidik

dan
jiwa

pelayanan teshadap orang lain dalam upaya
kemanusiaan

di kalangan siswa.

Hal

kajian

adalah

karakter,

ini

satu
di

salah

kecakapan

menanamkan
termaktub

dalam

Perjanjian

Kerjasama Antara Depdikbud

dengan

Nomor 0090.KEP/PP/V95 bab II pasal 2 adalah sebagai

PMI
beri-

kut:

Pembinaan dan pengembangan kepalangmerahan dikalangan
siswa,
warga belajar, dan mahasiswa bertujuan membina
dan mengembangkan jiwa dan
semangat
kemanusiaan di
kalangan siswa,
warga belajar,
dan
mahasiswa agar
memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Untuk

mendukung

adanya

tercapainya

hal

tersebut,

daya kreatifitas dalam mengembangkan

diperlukan
pola

pembi

naan.

PMI perlu mengembangkan upaya agar dapat

merangkul

lebih

banyak

bergabung

kalangan generasi muda yang

mau

dalam wadah PMR.

Berdasarkan
maka

hal-hal yang telah dikemukakan di

atas,

pembinaan PMR di Indonesia sejalan dengan misi

akan dicapai, diarahkan pada hal-hal yang dapat

yang

menunjang

pembangunan sejak usia dini. Salah satunya adalah terbinanya kesetiakawanan sosial, yaitu:
. . .berintikan "Solidaritas Sosial" hal ini
terwujud
sebagai manifestasi kita sebagai manusia terutama sifat
tenggang rasa,

dapat menempatkan diri dalam tempat

dan

situasi di mana kita berada dan juga dapat
merasakan
apa yang dapat dirasakan oleh orang lain, yang
kebetulan
kurang beruntung. Pada kegiatan
ini
kita
harus
dapat
mewujudkan dan bersedia mengulurkan tangan
guna
kepentingan mereka (Arif Nahari,1996: 27).
Dengan

memanifestasikan

kesetiakawan

sosial

dalam

berbagai macam bentuk tindakan atau kegiatan pada generasi
muda diharapkan akan menjadi landasan untuk mengantisipasi
akibat sampingan dari pembangunan, perkembangan masyarakat
maupun arus globalisasi (Ignatius Sukanto,

Suatu

kenyataan

bahwa

dalam

era

1996: 5).

globalisasi

ini

ditandai dengan derasnya informasi telah membawa
dalam berbagai bidang kehidupan

dan

pengaruh

merupakan

tantangan

yang

kompleks untuk melaksanakan pembangunan jangka

jang

tahap kedua (PJPT II). Dampak kemajuan

ini

membawa

pengaruh kuat terhadap sikap dan perilaku budaya

kat

terutama bagi remaja dan pemuda.

Dinamika

pan-

masyara

perubahan

sosial ini membawa kecenderungan sikap generasi muda

yang

tidak

yang

sedikit bertentangan dengan nilai-nilai moral

berlaku.

Memudarnya

kepentingan

kesetiakawanan

sosial

disebagian remaja terutama

untuk

di

kota

besar sudah memprihatinkan. Hal tersebut tidak lepas

dari

pola

bersama

rasa

hidup masyarakat kota itu sendiri yang

modernis.

Seperti

yang diungkapkan

sudah

oleh Teddy

serba

Guswara

(Pikiran Rakyat, 1996, 10 Nopember) bahwa "Modernis masya
rakat kota ditandai dengan munculnya gaya hidup

individu

alist is, mementingkan kebutuhan sendiri, mendewakan materi

dan

tidak

ada

lagi

ikatan

resiprositas

(tolong-

menolong)...hubungan kemasyarakatan terus melonggar".

kalangan

remaja kondisi seperti itu sudah mulai

hal

dipertegas kembali oleh Teddy

ini

Rakyat,
yang

1996, 10 Nopember) bahwa " Sikap

lebih

semua

Guswara

lemah, tanggung jawab

untuk

terhadap

sudah tergilas oleh roda kehidupan

Di

tampak,
(Pikiran

menolong

masa

perkotaan

depan,
yang

serba gemerlap. Dalam hal ini, kalangan remaja kota tengah
dilanda erosi nilai yang berkepanjangan".

Akibat yang ditimbulkannya dapat berpengaruh terhadap
kenakalan

remaja, dan berkembang dalam

bentuk

penyalah-

Kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi

ma!

suknya budaya asing tanpa filter

perubahan sistem nilai dalam masyarakat
ada kecenderungan norma adat dan tatanan

,sa lalu sebagai sesuatu yang ketinggalan

ma.

m

ementingkan kebutuhan sendiri