KARAKTERISTIK MORFOMETRI DAS CIMANUK BAGIAN HULU DAN IMPLIKASINYA TERHADAP ANCAMAN BANJIR DI WILAYAH KABUPATEN GARUT JAWA BARAT.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang sudah diuraikan pada penulisan sebelumnya,
beberapa kesimpulan yang dapat diambil mengenai penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Berdasarkan analisis keseluruhan yang dilakukan terhadap sub DAS yang terdapat di DAS
Cimanuk, diperoleh hasil bahwa sebanyak 49 sub DAS berbentuk bulu burung, 28 sub DAS
berbentuk paralel, 11 sub DAS berbentuk kompleks, dan 9 sub DAS berbentuk radial. Dar i
analisis terhadap bentuk sub DAS ini, dapat diambil kesimpulan bahwa DAS Cimanuk
didominasi oleh sub DAS berbentuk bulu burung.

2.

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan didalam DAS Cimanuk dengan
memiliki total sub DAS sebanyak 178, sehingga hasilnya dapat diketahui bahwa sebanyak
153 sub DAS memiliki nilai R b kurang dari 3, sedangkan untuk sub DAS yang memiliki
nilai Rb antara 3 - 5 sebanyak 17 sub DAS, dan sub DAS memiliki nilai R b lebih dari 5
sebanyak 7 sub DAS.


3.

Pengujian statistik dilakukan dalam penelitian untuk memperkuat nilai atau data debit yang
sudah diperoleh, sehingga menggunakan pada data di 5 stasiun pengukuran pada debit dari
masing-masing daerah, yaitu : Cimanuk – Leuwigoong, Cimanuk – Wado, Cimanuk –
Bayongbong, Cimanuk – Cibatu, dan Cimanuk – Tomo.

4.

Dari hasil penelitian penentuan DAS Cimanuk terhadap banjir terbagi menjadi lima
klasifikasi zona yaitu : Zona rawan sangat tinggi mempunyai kompilasi 0 -35, Zona rawan
tinggi mempunyai kompilasi 35 - 45, Zona rawan sedang mempunyai kompilasi 45 -50,
Zona rawan rendah mempunyai kompilasi 50 – 60, dan Zona tidak rawan kompilasi > 60.
78

5.

Hasil analisis debit diperoleh dengan menggunakan perhitungan terhadap penentuan nilai
induksi yang dibuat kedalam grid spasial sederhana dengan jumlah grid litologi di DAS
Cimanuk bagian hulu yaitu 8296 grid berukuran 500 m x 500 m. Hasil grid tersebut telah

dianalisis dengan menggunakan penentuan nilai induksi dengan bobot litologi yaitu 1.

6.

Hasil analisis debit diperoleh dengan menggunakan perhitungan terhadap penentuan nilai
induksi yang dibuat kedalam grid spasial sederhana dengan jumlah grid debit dari lima
kecamatan stasiun pengukuran yaitu 681 grid dari banyaknya grid keseluruhan di DAS
Cimanuk bagian hulu yaitu 8296 grid berukuran 500 m x 500 m. Hasil grid tersebut telah
dianalisis dengan menggunakan penentuan nilai induksi dengan bobot debit yaitu 2.

7.

Hasil analisis orde diperoleh dengan menggunakan perhitungan terhadap penentuan nilai
induksi yang dibuat kedalam grid spasial sederhana dengan jumlah grid pengguna lahan
yaitu 8296 grid dari banyaknya grid keseluruhan di DAS Cimanuk bagian hulu yaitu 8296
grid berukuran 500 m x 500 m. Hasil grid tersebut telah dianalisis dengan menggunakan
penentuan nilai induksi dengan bobot orde yaitu 3.

8.


Hasil analisis tataguna lahan diperoleh dengan menggunakan perhitungan terhadap
penentuan nilai induksi yang dibuat kedalam grid spasial sederhana dengan jumlah grid
pengguna lahan yaitu 6264 grid dari banyaknya grid keseluruhan di DAS Cimanuk bagian
hulu yaitu 8296 grid berukuran 500 m x 500 m. Hasil grid tersebut telah dianalisis dengan
menggunakan penentuan nilai induksi dengan bobot landuse yaitu 4.

9.

Untuk menentukan nilai kemiringan lereng pada daerah penelitian, didapat dari hasil
perhitungan menggunakan metode spasial grid sederhana yang dibagi menjadi 8296 grid
berukuran 500 m x 500 m. Hasil grid tersebut telah dianalisis dengan menggunakan
penentuan nilai induksi dengan bobot kemiringan lereng yaitu 5.

79