Darso The Phenomenon.

RADARBANDUNG
o

Selasa

456
20

21

o Mar

OApr

0

.

Rabu

7

22

8
23

OMei

0

Kam's

OJun

9

Jumat

10
24


12

11
25

OJul

o Sabtu o
27

26
0

Ags

OSep

KEBOBAYAAN

Darso The Phenomenon

BANDUNG- Siapa yang tidak mengenal Darso,
kiprahnya di jagat kesenian Sunda sudah tak usah
di ragukan lagi. Oleh karennya sudah selayaknya
Darso menjadi penomena. Seperti yang digagas
Unpad bersama Bank Jabar Banten bertajuk "Darso
The Phenomenon", Selasa (29/12) di Ghra Sanusi
Hardjadinata, Jalan Dipatiukur.
"Saya seperti raja saat tampil di Unpad, konsep
pergelaran ini diciptakan langsung oleh Unpad.
Bagus! Saya dianggap seperti raja. Sementara saat
hajatan, saya yang harus turun bersama-sama
dengan penonton," ujar Darso usai pergelaran.
Ia mengaku baru pertama kali manggung di
kawasan pendidikan, seperti Unpad malam itu. Ia
mengungkapkan bahwa begitu banyak perbedaan
antara saat tampil memenuhi panggilan hajatan
warga dengan permintaan satu itu.
Darso yang mengawali karirnya sebagai seniman
musik bersama grup band Nada Karya pada 1962
muncul dari samping Grha Sanusi Hardjadinata

dengan menunggangi kuda putih. Saat itu ia tampil
menggunakan kostum hitam-hitam dengan ikat
kepala dan sarung yang diselempangkan
di
tubuhnya. Tepuk tang an penonton pun membahana ke seluruh ruangan saat Darso menyanyikan lagu berjudul Maripi yang diiringi irama"calung
yang dimainkan Grup Calung Asep Darso.
Gaya yang terkesan nyentrik tersebut menurut
seniman seni Sunda, Nano S. merupakan ciri khas
Darso yang tidak dimiliki penyanyi lainnya.
"Memang seperti itulah Darso, fenomenal. Aneh
tapi nyata. Lagu Kembang Tanjung Panineungan
yang berkisah ten tang seorang ibu yang mengandung anakn:ya memang lebih pantas dinyanyikan
oleh wanita. Tapi karena Darso menyukainya,
aturan tersebut pun ia langgar," jelas Nano.
Ia juga berpendapat bahwa sosok Darso mencerminkan kekuatan rakyat yang apa adanya dan tidak
terikat terhadap aturan. Nano mengaku meski
secara pribadi ia bertolak belakan:g dengan Darso,
namun dirinya tetap salut terhadap karya yang
diusung ayah em pat anak teisebut. Menurut
Nano, bagi tokoh-tokoh musik, hal yang dilakukan

Darso dianggap merusak, namun Darso tidak
peduli dengan anggapan terse but. "Kata Darso
mah, bae weh," ujar Nano.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat Nano S,
Dekan Fakultas Sastra Unpad yang tahun depan
akan berubah nama menjadi Fakultas IImu Budaya,
Prof. Dadang Suganda, berpendapat bahwa "pari
segi musik Darso merupakan pemain calung yang
unggul dan ulung.
"Ia mampu mengolaborasikan
jenis musik
tradisional de)1gan modern sehingga mel11bawa
seni tradisional betada di kawasan tengah. Gaya
Darso yang unik kadang-kadang membuat kita
yang melihatnya merasa geli karena tingkahnya
yang lucu. Meski lagu-lagu yang dinyanyikan
bukan merupakan ciptaan Darso, namun tematema yang dihadirkan merupakan catatan kehidupan rakyat keseharian. Liriknya familiar
sehingga
mudah diingat," paparnya. (*/tie)i
- ---


Kllplng

Humas

Unpad

2009

13
28
OOkt

Mlnggu
14
15
29

OHov


16
30

~

.Des