HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI PADA SISWA KELAS XI IPS Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kesiapsiagaan Bencana Gempabumi Pada Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Cawas Kabupaten Klaten.
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KESIAPSIAGAAN
BENCANA GEMPABUMI PADA SISWA KELAS XI IPS
SMAN 1 CAWAS KABUPATEN KLATEN
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
HERNI SETYAWATI
A 610 100 091
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2014
0
1
2
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KESIAPSIAGAAN
BENCANA GEMPABUMI PADA SISWA KELAS XI IPS
SMAN 1 CAWAS KABUPATEN KLATEN
Herni Setyawati, A610100091, Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang di antara pertemuan 3
lempeng tektonik. Keadaan tersebut membuat Indonesia rentan terhadap ancaman
bencana geologi seperti letusan gunung berapi, gempabumi, tsunami dan tanah
longsor. Salah satu wilayah yang rawan bencana gempabumi Klaten, karena kota
Klaten berdekatan dengan gunung Merapi yang masih aktif, sehingga daerah di
sektar gunung Merapi rawan bencana. Untuk mengurangi dampak bencana
gempabumi perlu adanya pengetahuan dan kesiapsiagaan tidak hanya masyarakat,
tetapi juga pada remaja di tingkat Sekolah Pendidikan Pertana (SMP) atau Sekolah
Menengah Atas (SMA/SMK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) untuk
mengetahui kesiapsiagaan siswa Kelas II IPS SMAN 1 Cawas Kabupaten Klaten
terhadap bencana gempabumi di Kabupaten Klaten, (2) untuk mengetahui
pengetahuan siswa kelas II IPS SMAN 1 Cawas Kabupaten Klaten terhadap bencana
gempabumi, dan (3) untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana pada siswa di SMAN 1 Cawas
Kabupaten Klaten. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa SMA
N 1 Cawas seluruh kelas XI IPS berjumlah 132 siswa dari 4 kelas. Sampel penelitian
kelas XI IPS dengan jumlah sampel 66 siswa atau siswa dua kelas. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu studi kepustakaan,
wawancara, observasi, angket dan dokumentasi. Analisis data menggunakan korelasi
product moment. Kesimpulan dalam peneliti ini yaitu : (1) Pengetahuan siswa kelas
II IPS SMAN 1 Cawas Kabupaten Klaten terhadap bencana gempa bumi termasuk
kategori cukup mengetahui. Hal ini ditunjukkan perolehan frekuensi antara 54 -58
sebanyak 30 subjek atau 46%. Tingkat mengetahui dan kurang mengetahui sama
sebanyak 18 subjek atau 27,3%. Tingkat kurang mengetahui antara 49-53 dan
tingkat mengetahui antara 5-62. (2) Tingkat kesiapsiagaan siswa Kelas II IPS
SMAN 1 Cawas Kabupaten Klaten terhadap bencana gempa bumi di kabupaten
klaten termasuk siap. Hal ini ditunjukkan untuk frekuensi dengan nilai antara 16 –
32 sebanyak 28 subjek atau 42,4%. Tingkat hampir siap antara 33-54 sebanyak
sebanyak 21 atau 31,8%, dan tingkat siap antara 55-64 sebanyak 17 orang atau
25,8%. (3) Ada hubungan positif yang signifikan antara tingkat pengetahuan siswa
dengan kesiapsiagaan terhadap bencana gempa bumi pada siswa kelas II IPS SMAN
1 Cawas Kabupaten Klaten. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan hasil korelasi
sebesar 0,612 denan sig. atau p = 0,022 (p = 0,022 < 0,05)
Kata kunci : Pengetahuan, Kesiapsiagaan, Bencana Gempabumi
3
2.639.025 penduduk, dan lebih dari 19
PENDAHULUAN
Indonesia
Negara
juta orang yang terkena dampak dari
kepulauan terbesar di dunia yang
309 kejadian bencana yang terjadi
mempunyai 17.508 pulau besar dan
sepanjang 2 dekade terakhir ini, tahun
kecil dan 6.000 diantaranya tidak
1980-2009.
berpenghuni.
adalah
Wilayah
Indonesia
Bencana di Indonesia memang
0
terbentang antara 6 LU sampai 11
bermacam-macam tetapi dengan tiga
08’ garis LS sepanjang 1.760 km, dan
bencana alam menimpa Indonesia
dari 950 sampai 1410 45’ BT serta
seperti tsunami Aceh, gempabumi
terletak antara dua benua yaitu benua
karena gunung Merapi di Yogyakarta
asia dan benua Australia (Kodoatie &
dan banjir di Jakarta, masyarakat
Sjarief,
trauma
0
2010:
111).
Kepulauan
terhadap
ketiga
bencana
Indonesia juga terletak di antara
tersebut sebagai perbandingan dari
pertemuan 3 lempeng tektonik (The
bencana-bencana yang terjadi saat ini,
Eurasian Continental Plate, India-
dengan adanya bencana tersebut maka
Australian Oceanic Plate, and Pacific
muncul berbagai macam persoalan
Oceanic Plate) yang disebut “ring of
akibat bencana dari sebelum bencana
fire”.
bahkan
Indonesia
rentan
terhadap
ancaman bencana geologi
pasca-bencana,
seperti
seperti
munculnya, kesiapsiagaan masyarakat
letusan gunung berapi, gempabumi,
sebelum bencana dan juga bantuan
tsunami dan tanah longsor. Potensi
pasca bencana.
ancaman
bencana
termasuk
alam
banjir,
lainnya
Bencana
gempabumi
yang
kebakaran,
sering terjadi dan sikap pemerintah
kekeringan, gelombang pasang dan
yang kurang tanggap untuk member
badai tropis. Menurut Centre for
informasi kepada masyarakat tentang
Research on the Epidemiology of
kemungkinan akan terjadi gempa
Disasters (CRED), selama satu abad
bumi, membuat masyarakat menuntut
terakhir (1907-2007), menunjukkan
agar warganya untuk waspada dengan
bahwa telah terjadi 343 bencana alam
berbagai macam cara untuk waspada
besar
bencana,
dalam
Bencana
alam
wilayah
tersebut
Indonesia.
menelan
masyarakat
pertanggungjawaban
236.543 korban jiwa dan menyentuh
menuntut
moral
(accountability) dari lembaga yang
1
berwenang terhadap keselamatan sipil
(civil
security)
setelah
terletak diantara 110°26'14"BT -
terjadinya
110°47'51"BT dan 7°32'19"LS -
bencana. Berdasarkan fakta tersebut,
7°48'33"LS
pemerintah
menempatkan
ketinggian antara 100 – 400 m
persoalan bencana alam menjadi salah
diatas permukaan laut (Klaten
satu isu serius yang diprioritaskan
dalam Angka, 2005). Bencana
penanganannya (Nugroho, 2007)
gempabumi
telah
Klaten
pernah
memiliki
terjadi
di
Penjelasan mengenai bencana
Klaten pada tanggal 27 Mei 2006
di atas merupakan salah satu
yang mengakibatkan banyaknya
gambaran
mengenai
bangunan rusak dan banyaknya
muncul
korban jiwa. Bencana gempa bumi
umum
permasalahan
yang
sebelum dan sesudah bencana di
tersebut
Indonesia.
yang
Klaten dan sekitarnya dengan
terjadinya
kekuatan 6,3 Skala Richter dengan
Permasalahan
muncul
sebelum
bencana
gempa
bumi
pada
selatan Yogyakarta.
peristiwa akan terjadinya bencana,
dapat
korban
meminimalkan
dan
Permasalahan
terjadi
kerugian.
sesudah
adalah
cara
bencana
mengatasi
akbat bencana pada suatu daerah,
seperti bencana yang terjadi di
kota
Klaten
misalnya.
Jawa
Tengah
Kabupaten
Klaten
merupakan daerah rawan bencana
gempabumi.
Berdasarkan
daerah
pusat gempa terletak di daerah
persiapan untuk siap siaga pada
sehingga
mengguncang
data
BNPB tahun 2011 dalam kategori
No
Nama Desa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Karang Asem
Burikan
Nanggulan
Bendungan
Tugu
Kedungampel
Bawak
Baropan
Pakisan
Balak
Cawas
Plosowangi
Baran
Ttirtomartu
Japanan
Tlingsing
Melese
Gombang
Pogong
Bogor
Rusak
Total
70
23
95
71
133
88
172
138
197
197
159
57
105
251
109
64
393
79
32
54
Rusak
Berat
277
128
235
165
264
269
432
421
346
242
502
153
271
248
228
322
278
228
176
214
Rusak
Ringan
422
465
336
168
313
396
453
131
371
381
586
298
196
189
227
484
65
31
721
454
Indeks Rawan Bencana Single
Salah satu kecamatan yang
Hazard Kabupaten/Kota, Klaten
terkena dampak dari bencana gempa
menempati rangking 2 tingkat
nasional.
Kabupaten
bumi tanggal 27 Mei 2006 adalah
Klaten
Kecamatan Cawas. Terdapat banyak
2
korban
yang
dalam
melindungi orang-orang terdekatnya
kejadian tersebut. Banyak pula korban
ketika terjadi bencana. Penelitian yang
jiwa yang meninggal. Tidak hanya
peneliti lakukan berupaya mencoba
rumah yang mengalami kerusakan
menyentuh
saat gempa tersebut terjadi. Namun
bencana gempabumi pada anak usia
banyak pula fasilitas umum seperti
sekolah.
sekolah
mengungsi
yang
juga
mengalami
kesiapsiagaan
terhadap
Kesiapsiagaan
dalam
kerusakan saat gempa tahun 2006
menghadapi
tersebut.
tidak hanya masyarakat dewasa saja
Masyarakat
klaten
sudah
bencana
gempabumi
yang diberikan tanggung jawab untuk
membentuk Badan Penanggulangan
siap
Bencana
(BPBD) yang
Khususnya, pada remaja di tingkat
merujuk pada Perda tentang Struktur
Sekolah Pendidikan Pertana (SMP)
Organisasi dan Tata Kerja (SOTK)
atau
yang tengah dipersiapkan. Kepala
(SMA/SMK). Para siswa SMP dan
Badan Kesatuan Bangsa Politik dan
SMA berhak untuk mengetahui apa
Perlindungan
itu bencana, mengapa terjadi bencana,
Daerah
Masyarakat
siaga
Sekolah
(Bakesbangpol Linmas) Klaten, Sri
bencana
Winoto
diwaspadai
mengatakan,
merupakan
BPBD
implementasi
dari
terhadap
apa
di
bencana.
Menengah
saja
Atas
yang
lingkungan
perlu
daerah
siswa, dan bagaimana cara siswa
kebutuhan riil penanganan bencana di
untuk
Klaten.
bencana dan juga pasca bencana.
Sri
Winoto
menjelaskan
pembentukan BPBD merupakan salah
siapsiaga
bilamana
terjadi
Berdasarkan uraian pada latar
satu amanat UU Nomor 24/2007
belakang
tentang
Bencana.
bertujuan untuk mengetahui: (1) untuk
tersebut,
mengetahui
Penanggulangan
Kekurangan
bahwa
dari
tidak
Badan
selamanya
bisa
Kelas
II
tersebut,
penelitian
kesiapsiagaan
IPS
SMAN
ini
siswa
1
Cawas
menjangkau keseluruhan masyarakat
Kabupaten Klaten terhadap bencana
Klaten (Joglosemar, 2013). Pengadaan
gempabumi di Kabupaten Klaten, (2)
penyuluhan
untuk mengetahui pengetahuan siswa
mengenai
bencana,
berkisar pada penduduk yang dewasa
kelas
karena
Kabupaten Klaten terhadap bencana
dianggap
mereka
mampu
3
II
IPS
SMAN
1
Cawas
gempabumi,
dan
(3)
untuk
PEMBAHASAN
mengetahui hubungan antara tingkat
Analisis
pengetahuan
Hipotesis
dalam
dengan
menghadapi
kesiapsiagaan
1.
bencana pada
Data
dan
Pengujian
Tingkat Pengetahuan siswa
siswa di SMAN 1 Cawas Kabupaten
Pengetahuan Siswa
Valid
Frequency Percent Percent
Klaten.
Valid 1
18
27.3
27.3
2
30
45.5
45.5
72.7
3
18
27.3
27.3
100.0
Total
66
100.0
100.0
di
atas
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di
SMA N 1 Cawas yang berada di
Tabel
kecamatan Cawas kabupaten Klaten.
siswa
penelitian ini adalah siswa SMA N 1
termasuk
mengetahui.
Cawas seluruh kelas XI IPS Secara
Tingkat
dalam penelitian ini adalah bagian
ini
atau
sampel 66 siswa atau siswa dua kelas.
ditunjukkan
subjek atau 46%.
mengetahui
dan
27,3%.
Tingkat
2.
Tingkat Kesiapsiagaan
Menghadapi Bencana
wawancara, observasi, angket dan
Kesiapsiagaan
dokumentasi.
Valid
Frequency Percent Percent
Penelitian ini merupakan jenis
tipe
descriptive explanotory research.
Untuk
dan
mengetahui
kontribusi
kurang
mengetahui antara 5-62.
sebagai berikut: studi kepustakaan,
dengan
kurang
mengetahui antara 49-53 dan tingkat
data
yang digunakan dalam penelitian ini
survai
cukup
mengetahui sama sebanyak 18 subjek
dari kelas XI IPS dengan jumlah
hubungan
kategori
Hal
sebanyak 30
adalah 132 siswa dari 4 kelas. Sampel
penelitian
menunjukkan
perolehan frekuensi antara 54 -58
keseluruhan total populasi yang ada
pengumpulan
27.3
tingkat pada indikator pengetahuan
Populasi yang digunaan pada
Teknik
Cumulative
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1
17
25.8
25.8
25.8
2
21
31.8
31.8
57.6
3
28
42.4
42.4
100.0
Total
66
100.0
100.0
derajat
Tabel menunjukkan tingkat pada
antara
kesiapsiagaan menghadapi bencana
pengetahuan dan sikap maka hipotesis
pada subjek termasuk kategori kurang
di uji menggunakan Korelasi Pearson
siap.
Product Moment
Hal
ini
ditunjukkan
untuk
frekuensi dengan nilai antara 16 – 32
4
sebanyak 28 subjek atau 42,4%.
terpenting dalam pembentukan konsep
Tingkat hampir siap antara 33-54
diri dan pemahaman mitigasi bencana
sebanyak sebanyak 21 atau 31,8%,
bagi siswa. Kesiapsiagaan siswa akan
dan
ditentukan oleh dominasi aktifitas
tingkat
siap
antara
55-64
sebanyak 17 orang atau 25,8%
guru dalam memberikan penyuluhan
dan pengertian mengenai bencana
3.
Uji
Hubungan
Pengetahuan
Antara
Siswa
Kesiapsiagaan
terutama gempabumi.
dengan
Hasil penelitian adanya hubungan
Menghadapi
antara pengetahuan siswa dengan
Bencana
Correlations
Hasil uji hipotesis dengan rumus
Pengetahuan
Siswa
korelasi product moment diketahui
Penge Pearson
tahuan Correlation
Siswa
Sig. (2-tailed)
ada hubungan positif yang signifikan
antara pengetahuan siswa dengan
kesiapsiagaan
dalam
1
Kesiap Pearson
siaga- Correlation
an
Sig. (2-tailed)
bencana. Hal ini ditunjukkan dengan
.612
.022
N
menghadapi
Kesiapsiagaan
66
66
.612
1
.022
N
66
66
hasil korelasi sebesar 0,612 dengan
kesiapsiagaan bencana gempabumi.
sig. atau p = 0,022 (p = 0,022 < 0,05).
Hal
Sekolah memiliki peran yang
strategis
dalam
upaya
ini
sesuai
dengan
pendapat
Priyanto (2006), bahwa Pengetahuan
mitigasi
terkait dengan persiapan menghadapi
bencana. Sekolah perlu membangun
bencana
pada
kapasitas guru agar memahami konsep
bencana
menjadi
yang benar tentang kebencanaan.
Berbagai pengalaman menunjukkan
Guru sebagai pengajar juga memiliki
bahwa kesiapan menghadapi bencana
tanggung jawab pembentuk konsep
ini
diri
masyarakat yang belum memiliki
dalam
memahami
mitigasi
seringkali
kelompok
fokus
terabaikan
rentan
utama.
pada
bencana pada siswa namun kenyataan
pengalaman
di lapangan sebagian besar guru
bencana. Seperti pendapat Twigg
belum
dan
(2007), bahwa apabila pengetahuan
mitigasi
manusia akan bahaya, kerentanan,
memiliki
pengetahuan
ketrampilan
mengenai
bencana, padahal peran guru pada
pendidikan
merupakan
hal
risiko
yang
5
dan
langsung
dengan
kegiatan-kegiatan
pengurangan risiko cukup memadai
adanya simulasi regular dengan kerja
maka akan dapat menciptakan aksi
bersama berbagai pihak terkait yang
masyarakat yang efektif (baik secara
dilembagakan
sendiri maupun bekerjasama dengan
lembaga pendidikan tersebut untuk
para pemangku kepentingan lainnya)
mentransformasikan pengetahuan dan
dalam menghadapi bencana. Sesuai
praktik penanggulangan bencana dan
dengan hasil penelitian LIPI (2006),
pengurangan risiko bencana kepada
menunjukkan pengaruh paling besar
seluruh
dalam
konstituen
perhitungan
tingkat
kesiapsiagaan masyarakat pedesaan
cukup
baik
warga
kebijakan
sekolah
lembaga
sebagai
pendidikan,
(KPBI. 2011: 9)
Aceh adalah tingkat pengetahuan yang
dinilai
dalam
Kesiapsiaggan
sekolah
dalam
untuk
menghadapi bencana ditentukan oleh
individu/rumah tangga, sehingga nilai
lima indikator yaitu pengetahuan dan
indeks pengetahuan rumah tangga
sikap
sebesar 72 yang dapat dikategorikan
rencana
siap.
bencana, mobilitas sumber daya dan
Sekolah siaga bencana adalah
penyelamatan,
1. Hubungan
untuk mengelola risiko bencana di
bencana,
peringatan
pengetahuan
dengan
sikap terhadap resiko bencana
lingkungannya. Kemampuan tersebut
dengan
resiko
menghadapi bencana gempa.
sekolah yang memiliki kemampuan
diukur
terhadap
Secara umum guru-guru yang
dimilikinya
menjadi responden adalah guru-
perencanaan penanggulangan bencana
guru
(sebelum, saat dan sesudah bencana),
langsung
ketersediaan logistik, keamanan dan
bencana terutama gempa bumi.
kenyamanan
lingkungan
Berdasarkan
pendidikan, infrastruktur, serta sistem
pengalaman
kedaruratan,
oleh
obyektif ada beberapa hal yang
adanya pengetahuan dan kemampuan
menarik untuk dikaji dari jawaban
kesiapsiagaan,
tetap
yang berhubungan dengan respon
(standard operational procedure), dan
terhadap bencana, cara merefleksi
sistem peringatan dini. Kemampuan
bencana, kesadaran resiko bencana
tersebut juga dapat dinalar melalui
dan tindakan terhadap bencana.
di
yang
didukung
prosedur
6
yang secara langsung/tidak
mengalami
kejadian
pengetahuan
mereka
dan
secara
Berdasarkan hasil penelitian di
pengamanan
pada
sekolah.
mana pemahaman tentang bencana
Informasi yang diperoleh oleh
serta dalam pengurangan risiko
siswa akan menambah kemampuan
bencana. Dimana risiko itu dapat
pengetahuan
diintegrasikan
memungkinkan
dalam
proses
pembelajaran.
Pemahaman
pengetahuan
tentang
dan
siswa,
sehingga
siswa
memiliki
rencana penyelamatan.
Hal ini
bencana
sesuai dengan Peraturan Kepala
adalah modal dasar dalam konsep
BNPB Nomor 4 Tahun 2008,
mitigasi
kesiapsiagaan dilaksanakan untuk
dan
kesiapsiagaan
terhadap bencana. Menyadarkan
mengantisipasi
masyarakat
terjadinya
agar
tidak
hanya
kemungkinan
bencana
guna
berpasrah terhadap bencana yang
menghindari jatuhnya korban jiwa,
datang
kerugian
tanpa
berusaha
untuk
harta
benda
menghindarinya merupakan upaya
berubahnya
penting yang harus dilakukan pada
masyarakat dan sekolah.
kesempatan
pertama.
Bencana
3. Hubungan
tata
kehidupan
pengetahuan
yang datang selalu ada sebab dan
peringatan bencana
akibatnya, di mana masyarakat
Pengetahuan
dan
dengan
yang
harus
masih memiliki peluang untuk
dimiliki siswa mengenai bencana
menghindari
gempabumi
dan
merencanakan
yaitu
pemahaman
upaya penanggulangan jauh-jauh
tentang bencana gempabumi dan
hari sebelum bencana itu terjadi.
pemahaman tentang kesiapsiagaan
2. Hubungan
pengetahuan
dengan
menghadapi
rencana penyelamatan
meliputi
bencana
tersebut,
pemahaman
mengenai
Berdasarkan hasil wawancara
tindakan penyelamatan diri yang
dengan Kepala Sekolah SMAN
tepat saat terjadi gempabumi serta
Cawas
tindakan dan peralatan yang perlu
dapat
diketahui
bahwa
sekolah telah menginformasikan
disiapkan
tentang tindakan tetap (protap)
gempabumi, demikian juga sikap
untuk
darurat,
dan kepedulian terhadap risiko
informasi
cara
bencana gempabumi. Pengetahuan
penyelamatan
dan
yang
memberikan
melakukan
keadaan
7
sebelum
dimiliki
biasanya
terjadi
dapat
memengaruhi sikap dan kepedulian
sehingga
individu dan rumah tangga untuk
individu dan rumah tangga yang
siap
dalam
terancam bahaya dapat mengambil
mengantisipasi bencana, terutama
langkah untuk menghindari atau
bagi yang bertempat tinggal di
mengurangi
daerah rawan bencana.
mempersiapkan
dan
siaga
Sistem peringatan bencana
meliputi
tanda
peringatan
Dengan
setiap
resiko
serta
diri
untuk
melakukan upaya tanggap darurat
dan
yang efektif.
distribusi informasi akan terjadi
bencana.
memungkinkan
4. Hubungan
adanya
pengetahuan
dengan
mobilitas sumber daya
peringatan bencana, siswa dapat
Mobilitas
sumber
daya
melakukan tindakan yang tepat
berkaitan dengan adanya sarana-
untuk mengurangi korban jiwa,
sarana
harta
kerusakan
mengahadapi bencana. Contohnya
lingkungan. Untuk itu diperlukan
sekolah mempunyai nomer-nomer
latihan
penting
benda
dan
dan
simulasi
tentang
yang
tersedia
(Polisi,
Rumah
dalam
sakit,
tindakan yang harus dilakukan
Pemadam
apabila mendengar peringatan dan
sebagainya) yang dapat dihubungi
cara menyelamatkan diri dalam
pada
waktu
dengan
diketahui nomor-nomor tersebut
lokasi tempat siswa berada saat
akan memudahkan siswa untuk
terjadinya
menghubungi
tertentu,
sesuai
peringatan.
Sistem
saat
kebakaran,
darurat.
menginformasikan
berupa
peringatan bencana.
informasi
bencana
tradisional
sumber
untuk
baik
dari
maupun
Dengan
dan
peringatan bencana untuk siswa
tersedianya
dan
adanya
peringatan
Sumber daya yang tersedia,
sumber
baik sumber daya manusia maupun
dan
pendanaan dan sarana/prasarana
adanya akses untuk mendapatkan
penting untuk keadaan darurat
informasi
merupakan potensi yang dapat
peringatan
lokal,
bencana.
Peringatan dini meliputi informasi
mendukung
yang tepat waktu dan efektif
menjadi
melalui kelembagaan yang jelas
kesiapsiagaan
8
atau
sebaliknya
kendala
bencana
dalam
alam.
Karena itu, mobilisasi sumber daya
terhadap
objek
menjadi
intensitas
atau
faktor
Mobilisasi
yang
sumber
krusial.
daya
siswa
pelatihan
tingkat
yang
berbeda-beda.
meliputi adanya siswa yang terlibat
dalam
mempunyai
Menurut
kesiapsiagaan
LIPI
(2006),
pengetahuan merupakan faktor utama
bencana, adanya keterampilan yang
kunci
berkaitan dengan kesiapsiagaan,
bencana gempa bumi dan tsunami di
adanya alokasi dana atau tabungan
Aceh, Nias dan Yogyakarta serta
siswa untuk menghadapi bencana,
berbagai
serta adanya kesepakatan siswa
diberbagai
untuk memantau peralatan dan
memberikan pelajaran yang sangat
perlengkapan siaga bencana secara
berarti akan pentingnya pengetahuan
reguler.
mengenai bencana alam. Pengetahuan
5. Hubungan
pengetahuan
dalam
yang
menghadapi bencana gempa.
Menurut
kesiapsiagaan.
bencana
Pengalaman
yang
daerah
dimiliki
terjadi
lainnya
biasanya
dapat
memengaruhi sikap dan kepedulian
Notoatmoodjo
masyarakat untuk siap dan siaga
(2003), pengetahuan adalah hasil
dalam menghadapi bencana, terutama
dari tahu, dan ini terjadi setelah
bagi mereka yang bertempat tinggal di
orang
daerah pesisir yang rentan terhadap
melakukan
terhadap
suatu
Penginderaan
penginderaan
objek
tertentu.
terjadi
melalui
bencana alam.
KESIMPULAN
pancaindera manusia, yakni indera
penglihatan,
penciuman,
Berdasarkan
pendengaran,
rasa
dan
hasil
penmabahasan
raba.
Identifikasi
pengetahuan
Kesiapsiagaan Siswa Kelas II IPS
manusia diperoleh melalui indera
SMAN 1 Cawas Kabupaten Klaten
pendengaran (telinga), dan indera
Terhadap Bencana Gempabumi Di
penglihatan (mata).
Kabupaten Klaten dapat diperoleh
Sebagian
besar
Pengetahuan
adalah ranah kognitif merupakan
kesimpulan, sebagai berikut:
domain yang sangat penting dalam
1.
membentuk
(overt
tindakan
behaviour).
Pengetahuan siswa kelas II IPS
seseorang
SMAN
seseorang
Klaten
9
1
Cawas
Kabupaten
terhadap
bencana
gempabumi
cukup
termasuk
mengetahui.
kategori
Hal
sebesar 0,612 denan sig. atau p =
ini
0,022 (p = 0,022 < 0,05).
ditunjukkan perolehan frekuensi
Dari hasil kesimpulan tersebut,
antara 54 -58 sebanyak 30 subjek
maka saran yang dapat diberikan
atau 46%. Tingkat mengetahui
kepada pihak terkait yaitu Bagi Siswa,
dan kurang mengetahui sama
mengingat hasil pengetahuan siswa
sebanyak 18 subjek atau 27,3%.
termasuk kategori sedang dan tingkat
Tingkat
kesiapsiagaan
antara
kurang
49-53
mengetahui
dan
tingkat
Tingkat
termasuk rendah, maka disarankan
kesiapsiagaan
siswa
bagi
siswa
untuk
meningkatkan
Kelas II IPS SMAN 1 Cawas
pengetahuan dan kesiapsiagaan dalam
Kabupaten
menghadapi
bencana.
Untuk
bencana gempabumi di kabupaten
meningkatkan
pengetahuan
siswa
klaten termasuk kurang siap. Hal
dapat memperbanyak membaca buku-
ini ditunjukkan untuk frekuensi
buku pengetahuan atau membaca
dengan nilai antara 16 – 32
artikel yang berhubungan dengan
sebanyak 28 subjek atau 42,4%.
gempa di internet. Bagi Guru, guru
Tingkat hampir siap antara 33-54
disarankan
untuk
sebanyak
meningkatkan
pengetahuan
Klaten
terhadap
sebanyak
21
atau
membantu
siswa
31,8%, dan tingkat siap antara 55-
tentang bencana alam dapat diakitkan
64
dengan materi pelajaran. Misalnya,
sebanyak
17
orang
atau
25,8%.
3.
dalam
menghadapi bencana gempa bumi
mengtahui antara 5-62.
2.
siswa
Ada
dalam pelajaran bahasa Indonesia atau
hubungan
yang
Geografi guru dapat menuyuruh siswa
tingkat
untuk mencari data-data wilayah yang
dengan
sering terkena bencana di internet atau
kesiapsiagaan terhadap bencana
surat kabar. Agar siswa kesiapsiagaan
gempa bumi pada siswa kelas II
dalam
IPS SMAN 1 Cawas Kabupaten
meningkat, guru dapat memberikan
Klaten.
bimbingan
signifikan
positif
antara
pengetahuan
siswa
Hubungan
tersebut
ditunjukkan dengan hasil korelasi
menghadap
dan
bencana
pengarahan
dapat
saat
menghadapi bencana atau diberikan
latiha-latiha pada kegiatan pramuka.
10
DAFTAR PUSTAKA
Joglosemar. 2013. Klaten Segera
Punya Badan Penanggulangan
Bencana.
Dalam
(www.sigapbencana-bansos).
KPBI. 2011. Kerangka Kerja Sekolah
Siaga Bencana. Perkumpulan
Lingkar
Kurniawan, Herry. 2012. Pemerintah
Perlu Meminimalisasi Dampak
Gempa.
http://www.unisosdem.org/arti
cle_detail.php?aid=6406&coid
=1&caid=56&gid=3.
LIPI. 2006. Kajian Kesiapsiagaan
Masyarakat
dalam
Mengantisipasi
Bencana
Gempa Bumi dan Tsunami.
UNESCO/ISDR
Notoatmodjo, S. 2003. Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nugroho, Cahyo. 2007. Kajian
Kesiapsiagaan
Masyarakat
dalam Mengantisipasi Gemba
Bumi dan Tsunami di Nias
Selatan. Jakarta: Tim Unesco.
11
BENCANA GEMPABUMI PADA SISWA KELAS XI IPS
SMAN 1 CAWAS KABUPATEN KLATEN
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
HERNI SETYAWATI
A 610 100 091
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2014
0
1
2
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KESIAPSIAGAAN
BENCANA GEMPABUMI PADA SISWA KELAS XI IPS
SMAN 1 CAWAS KABUPATEN KLATEN
Herni Setyawati, A610100091, Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang di antara pertemuan 3
lempeng tektonik. Keadaan tersebut membuat Indonesia rentan terhadap ancaman
bencana geologi seperti letusan gunung berapi, gempabumi, tsunami dan tanah
longsor. Salah satu wilayah yang rawan bencana gempabumi Klaten, karena kota
Klaten berdekatan dengan gunung Merapi yang masih aktif, sehingga daerah di
sektar gunung Merapi rawan bencana. Untuk mengurangi dampak bencana
gempabumi perlu adanya pengetahuan dan kesiapsiagaan tidak hanya masyarakat,
tetapi juga pada remaja di tingkat Sekolah Pendidikan Pertana (SMP) atau Sekolah
Menengah Atas (SMA/SMK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) untuk
mengetahui kesiapsiagaan siswa Kelas II IPS SMAN 1 Cawas Kabupaten Klaten
terhadap bencana gempabumi di Kabupaten Klaten, (2) untuk mengetahui
pengetahuan siswa kelas II IPS SMAN 1 Cawas Kabupaten Klaten terhadap bencana
gempabumi, dan (3) untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana pada siswa di SMAN 1 Cawas
Kabupaten Klaten. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa SMA
N 1 Cawas seluruh kelas XI IPS berjumlah 132 siswa dari 4 kelas. Sampel penelitian
kelas XI IPS dengan jumlah sampel 66 siswa atau siswa dua kelas. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu studi kepustakaan,
wawancara, observasi, angket dan dokumentasi. Analisis data menggunakan korelasi
product moment. Kesimpulan dalam peneliti ini yaitu : (1) Pengetahuan siswa kelas
II IPS SMAN 1 Cawas Kabupaten Klaten terhadap bencana gempa bumi termasuk
kategori cukup mengetahui. Hal ini ditunjukkan perolehan frekuensi antara 54 -58
sebanyak 30 subjek atau 46%. Tingkat mengetahui dan kurang mengetahui sama
sebanyak 18 subjek atau 27,3%. Tingkat kurang mengetahui antara 49-53 dan
tingkat mengetahui antara 5-62. (2) Tingkat kesiapsiagaan siswa Kelas II IPS
SMAN 1 Cawas Kabupaten Klaten terhadap bencana gempa bumi di kabupaten
klaten termasuk siap. Hal ini ditunjukkan untuk frekuensi dengan nilai antara 16 –
32 sebanyak 28 subjek atau 42,4%. Tingkat hampir siap antara 33-54 sebanyak
sebanyak 21 atau 31,8%, dan tingkat siap antara 55-64 sebanyak 17 orang atau
25,8%. (3) Ada hubungan positif yang signifikan antara tingkat pengetahuan siswa
dengan kesiapsiagaan terhadap bencana gempa bumi pada siswa kelas II IPS SMAN
1 Cawas Kabupaten Klaten. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan hasil korelasi
sebesar 0,612 denan sig. atau p = 0,022 (p = 0,022 < 0,05)
Kata kunci : Pengetahuan, Kesiapsiagaan, Bencana Gempabumi
3
2.639.025 penduduk, dan lebih dari 19
PENDAHULUAN
Indonesia
Negara
juta orang yang terkena dampak dari
kepulauan terbesar di dunia yang
309 kejadian bencana yang terjadi
mempunyai 17.508 pulau besar dan
sepanjang 2 dekade terakhir ini, tahun
kecil dan 6.000 diantaranya tidak
1980-2009.
berpenghuni.
adalah
Wilayah
Indonesia
Bencana di Indonesia memang
0
terbentang antara 6 LU sampai 11
bermacam-macam tetapi dengan tiga
08’ garis LS sepanjang 1.760 km, dan
bencana alam menimpa Indonesia
dari 950 sampai 1410 45’ BT serta
seperti tsunami Aceh, gempabumi
terletak antara dua benua yaitu benua
karena gunung Merapi di Yogyakarta
asia dan benua Australia (Kodoatie &
dan banjir di Jakarta, masyarakat
Sjarief,
trauma
0
2010:
111).
Kepulauan
terhadap
ketiga
bencana
Indonesia juga terletak di antara
tersebut sebagai perbandingan dari
pertemuan 3 lempeng tektonik (The
bencana-bencana yang terjadi saat ini,
Eurasian Continental Plate, India-
dengan adanya bencana tersebut maka
Australian Oceanic Plate, and Pacific
muncul berbagai macam persoalan
Oceanic Plate) yang disebut “ring of
akibat bencana dari sebelum bencana
fire”.
bahkan
Indonesia
rentan
terhadap
ancaman bencana geologi
pasca-bencana,
seperti
seperti
munculnya, kesiapsiagaan masyarakat
letusan gunung berapi, gempabumi,
sebelum bencana dan juga bantuan
tsunami dan tanah longsor. Potensi
pasca bencana.
ancaman
bencana
termasuk
alam
banjir,
lainnya
Bencana
gempabumi
yang
kebakaran,
sering terjadi dan sikap pemerintah
kekeringan, gelombang pasang dan
yang kurang tanggap untuk member
badai tropis. Menurut Centre for
informasi kepada masyarakat tentang
Research on the Epidemiology of
kemungkinan akan terjadi gempa
Disasters (CRED), selama satu abad
bumi, membuat masyarakat menuntut
terakhir (1907-2007), menunjukkan
agar warganya untuk waspada dengan
bahwa telah terjadi 343 bencana alam
berbagai macam cara untuk waspada
besar
bencana,
dalam
Bencana
alam
wilayah
tersebut
Indonesia.
menelan
masyarakat
pertanggungjawaban
236.543 korban jiwa dan menyentuh
menuntut
moral
(accountability) dari lembaga yang
1
berwenang terhadap keselamatan sipil
(civil
security)
setelah
terletak diantara 110°26'14"BT -
terjadinya
110°47'51"BT dan 7°32'19"LS -
bencana. Berdasarkan fakta tersebut,
7°48'33"LS
pemerintah
menempatkan
ketinggian antara 100 – 400 m
persoalan bencana alam menjadi salah
diatas permukaan laut (Klaten
satu isu serius yang diprioritaskan
dalam Angka, 2005). Bencana
penanganannya (Nugroho, 2007)
gempabumi
telah
Klaten
pernah
memiliki
terjadi
di
Penjelasan mengenai bencana
Klaten pada tanggal 27 Mei 2006
di atas merupakan salah satu
yang mengakibatkan banyaknya
gambaran
mengenai
bangunan rusak dan banyaknya
muncul
korban jiwa. Bencana gempa bumi
umum
permasalahan
yang
sebelum dan sesudah bencana di
tersebut
Indonesia.
yang
Klaten dan sekitarnya dengan
terjadinya
kekuatan 6,3 Skala Richter dengan
Permasalahan
muncul
sebelum
bencana
gempa
bumi
pada
selatan Yogyakarta.
peristiwa akan terjadinya bencana,
dapat
korban
meminimalkan
dan
Permasalahan
terjadi
kerugian.
sesudah
adalah
cara
bencana
mengatasi
akbat bencana pada suatu daerah,
seperti bencana yang terjadi di
kota
Klaten
misalnya.
Jawa
Tengah
Kabupaten
Klaten
merupakan daerah rawan bencana
gempabumi.
Berdasarkan
daerah
pusat gempa terletak di daerah
persiapan untuk siap siaga pada
sehingga
mengguncang
data
BNPB tahun 2011 dalam kategori
No
Nama Desa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Karang Asem
Burikan
Nanggulan
Bendungan
Tugu
Kedungampel
Bawak
Baropan
Pakisan
Balak
Cawas
Plosowangi
Baran
Ttirtomartu
Japanan
Tlingsing
Melese
Gombang
Pogong
Bogor
Rusak
Total
70
23
95
71
133
88
172
138
197
197
159
57
105
251
109
64
393
79
32
54
Rusak
Berat
277
128
235
165
264
269
432
421
346
242
502
153
271
248
228
322
278
228
176
214
Rusak
Ringan
422
465
336
168
313
396
453
131
371
381
586
298
196
189
227
484
65
31
721
454
Indeks Rawan Bencana Single
Salah satu kecamatan yang
Hazard Kabupaten/Kota, Klaten
terkena dampak dari bencana gempa
menempati rangking 2 tingkat
nasional.
Kabupaten
bumi tanggal 27 Mei 2006 adalah
Klaten
Kecamatan Cawas. Terdapat banyak
2
korban
yang
dalam
melindungi orang-orang terdekatnya
kejadian tersebut. Banyak pula korban
ketika terjadi bencana. Penelitian yang
jiwa yang meninggal. Tidak hanya
peneliti lakukan berupaya mencoba
rumah yang mengalami kerusakan
menyentuh
saat gempa tersebut terjadi. Namun
bencana gempabumi pada anak usia
banyak pula fasilitas umum seperti
sekolah.
sekolah
mengungsi
yang
juga
mengalami
kesiapsiagaan
terhadap
Kesiapsiagaan
dalam
kerusakan saat gempa tahun 2006
menghadapi
tersebut.
tidak hanya masyarakat dewasa saja
Masyarakat
klaten
sudah
bencana
gempabumi
yang diberikan tanggung jawab untuk
membentuk Badan Penanggulangan
siap
Bencana
(BPBD) yang
Khususnya, pada remaja di tingkat
merujuk pada Perda tentang Struktur
Sekolah Pendidikan Pertana (SMP)
Organisasi dan Tata Kerja (SOTK)
atau
yang tengah dipersiapkan. Kepala
(SMA/SMK). Para siswa SMP dan
Badan Kesatuan Bangsa Politik dan
SMA berhak untuk mengetahui apa
Perlindungan
itu bencana, mengapa terjadi bencana,
Daerah
Masyarakat
siaga
Sekolah
(Bakesbangpol Linmas) Klaten, Sri
bencana
Winoto
diwaspadai
mengatakan,
merupakan
BPBD
implementasi
dari
terhadap
apa
di
bencana.
Menengah
saja
Atas
yang
lingkungan
perlu
daerah
siswa, dan bagaimana cara siswa
kebutuhan riil penanganan bencana di
untuk
Klaten.
bencana dan juga pasca bencana.
Sri
Winoto
menjelaskan
pembentukan BPBD merupakan salah
siapsiaga
bilamana
terjadi
Berdasarkan uraian pada latar
satu amanat UU Nomor 24/2007
belakang
tentang
Bencana.
bertujuan untuk mengetahui: (1) untuk
tersebut,
mengetahui
Penanggulangan
Kekurangan
bahwa
dari
tidak
Badan
selamanya
bisa
Kelas
II
tersebut,
penelitian
kesiapsiagaan
IPS
SMAN
ini
siswa
1
Cawas
menjangkau keseluruhan masyarakat
Kabupaten Klaten terhadap bencana
Klaten (Joglosemar, 2013). Pengadaan
gempabumi di Kabupaten Klaten, (2)
penyuluhan
untuk mengetahui pengetahuan siswa
mengenai
bencana,
berkisar pada penduduk yang dewasa
kelas
karena
Kabupaten Klaten terhadap bencana
dianggap
mereka
mampu
3
II
IPS
SMAN
1
Cawas
gempabumi,
dan
(3)
untuk
PEMBAHASAN
mengetahui hubungan antara tingkat
Analisis
pengetahuan
Hipotesis
dalam
dengan
menghadapi
kesiapsiagaan
1.
bencana pada
Data
dan
Pengujian
Tingkat Pengetahuan siswa
siswa di SMAN 1 Cawas Kabupaten
Pengetahuan Siswa
Valid
Frequency Percent Percent
Klaten.
Valid 1
18
27.3
27.3
2
30
45.5
45.5
72.7
3
18
27.3
27.3
100.0
Total
66
100.0
100.0
di
atas
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di
SMA N 1 Cawas yang berada di
Tabel
kecamatan Cawas kabupaten Klaten.
siswa
penelitian ini adalah siswa SMA N 1
termasuk
mengetahui.
Cawas seluruh kelas XI IPS Secara
Tingkat
dalam penelitian ini adalah bagian
ini
atau
sampel 66 siswa atau siswa dua kelas.
ditunjukkan
subjek atau 46%.
mengetahui
dan
27,3%.
Tingkat
2.
Tingkat Kesiapsiagaan
Menghadapi Bencana
wawancara, observasi, angket dan
Kesiapsiagaan
dokumentasi.
Valid
Frequency Percent Percent
Penelitian ini merupakan jenis
tipe
descriptive explanotory research.
Untuk
dan
mengetahui
kontribusi
kurang
mengetahui antara 5-62.
sebagai berikut: studi kepustakaan,
dengan
kurang
mengetahui antara 49-53 dan tingkat
data
yang digunakan dalam penelitian ini
survai
cukup
mengetahui sama sebanyak 18 subjek
dari kelas XI IPS dengan jumlah
hubungan
kategori
Hal
sebanyak 30
adalah 132 siswa dari 4 kelas. Sampel
penelitian
menunjukkan
perolehan frekuensi antara 54 -58
keseluruhan total populasi yang ada
pengumpulan
27.3
tingkat pada indikator pengetahuan
Populasi yang digunaan pada
Teknik
Cumulative
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1
17
25.8
25.8
25.8
2
21
31.8
31.8
57.6
3
28
42.4
42.4
100.0
Total
66
100.0
100.0
derajat
Tabel menunjukkan tingkat pada
antara
kesiapsiagaan menghadapi bencana
pengetahuan dan sikap maka hipotesis
pada subjek termasuk kategori kurang
di uji menggunakan Korelasi Pearson
siap.
Product Moment
Hal
ini
ditunjukkan
untuk
frekuensi dengan nilai antara 16 – 32
4
sebanyak 28 subjek atau 42,4%.
terpenting dalam pembentukan konsep
Tingkat hampir siap antara 33-54
diri dan pemahaman mitigasi bencana
sebanyak sebanyak 21 atau 31,8%,
bagi siswa. Kesiapsiagaan siswa akan
dan
ditentukan oleh dominasi aktifitas
tingkat
siap
antara
55-64
sebanyak 17 orang atau 25,8%
guru dalam memberikan penyuluhan
dan pengertian mengenai bencana
3.
Uji
Hubungan
Pengetahuan
Antara
Siswa
Kesiapsiagaan
terutama gempabumi.
dengan
Hasil penelitian adanya hubungan
Menghadapi
antara pengetahuan siswa dengan
Bencana
Correlations
Hasil uji hipotesis dengan rumus
Pengetahuan
Siswa
korelasi product moment diketahui
Penge Pearson
tahuan Correlation
Siswa
Sig. (2-tailed)
ada hubungan positif yang signifikan
antara pengetahuan siswa dengan
kesiapsiagaan
dalam
1
Kesiap Pearson
siaga- Correlation
an
Sig. (2-tailed)
bencana. Hal ini ditunjukkan dengan
.612
.022
N
menghadapi
Kesiapsiagaan
66
66
.612
1
.022
N
66
66
hasil korelasi sebesar 0,612 dengan
kesiapsiagaan bencana gempabumi.
sig. atau p = 0,022 (p = 0,022 < 0,05).
Hal
Sekolah memiliki peran yang
strategis
dalam
upaya
ini
sesuai
dengan
pendapat
Priyanto (2006), bahwa Pengetahuan
mitigasi
terkait dengan persiapan menghadapi
bencana. Sekolah perlu membangun
bencana
pada
kapasitas guru agar memahami konsep
bencana
menjadi
yang benar tentang kebencanaan.
Berbagai pengalaman menunjukkan
Guru sebagai pengajar juga memiliki
bahwa kesiapan menghadapi bencana
tanggung jawab pembentuk konsep
ini
diri
masyarakat yang belum memiliki
dalam
memahami
mitigasi
seringkali
kelompok
fokus
terabaikan
rentan
utama.
pada
bencana pada siswa namun kenyataan
pengalaman
di lapangan sebagian besar guru
bencana. Seperti pendapat Twigg
belum
dan
(2007), bahwa apabila pengetahuan
mitigasi
manusia akan bahaya, kerentanan,
memiliki
pengetahuan
ketrampilan
mengenai
bencana, padahal peran guru pada
pendidikan
merupakan
hal
risiko
yang
5
dan
langsung
dengan
kegiatan-kegiatan
pengurangan risiko cukup memadai
adanya simulasi regular dengan kerja
maka akan dapat menciptakan aksi
bersama berbagai pihak terkait yang
masyarakat yang efektif (baik secara
dilembagakan
sendiri maupun bekerjasama dengan
lembaga pendidikan tersebut untuk
para pemangku kepentingan lainnya)
mentransformasikan pengetahuan dan
dalam menghadapi bencana. Sesuai
praktik penanggulangan bencana dan
dengan hasil penelitian LIPI (2006),
pengurangan risiko bencana kepada
menunjukkan pengaruh paling besar
seluruh
dalam
konstituen
perhitungan
tingkat
kesiapsiagaan masyarakat pedesaan
cukup
baik
warga
kebijakan
sekolah
lembaga
sebagai
pendidikan,
(KPBI. 2011: 9)
Aceh adalah tingkat pengetahuan yang
dinilai
dalam
Kesiapsiaggan
sekolah
dalam
untuk
menghadapi bencana ditentukan oleh
individu/rumah tangga, sehingga nilai
lima indikator yaitu pengetahuan dan
indeks pengetahuan rumah tangga
sikap
sebesar 72 yang dapat dikategorikan
rencana
siap.
bencana, mobilitas sumber daya dan
Sekolah siaga bencana adalah
penyelamatan,
1. Hubungan
untuk mengelola risiko bencana di
bencana,
peringatan
pengetahuan
dengan
sikap terhadap resiko bencana
lingkungannya. Kemampuan tersebut
dengan
resiko
menghadapi bencana gempa.
sekolah yang memiliki kemampuan
diukur
terhadap
Secara umum guru-guru yang
dimilikinya
menjadi responden adalah guru-
perencanaan penanggulangan bencana
guru
(sebelum, saat dan sesudah bencana),
langsung
ketersediaan logistik, keamanan dan
bencana terutama gempa bumi.
kenyamanan
lingkungan
Berdasarkan
pendidikan, infrastruktur, serta sistem
pengalaman
kedaruratan,
oleh
obyektif ada beberapa hal yang
adanya pengetahuan dan kemampuan
menarik untuk dikaji dari jawaban
kesiapsiagaan,
tetap
yang berhubungan dengan respon
(standard operational procedure), dan
terhadap bencana, cara merefleksi
sistem peringatan dini. Kemampuan
bencana, kesadaran resiko bencana
tersebut juga dapat dinalar melalui
dan tindakan terhadap bencana.
di
yang
didukung
prosedur
6
yang secara langsung/tidak
mengalami
kejadian
pengetahuan
mereka
dan
secara
Berdasarkan hasil penelitian di
pengamanan
pada
sekolah.
mana pemahaman tentang bencana
Informasi yang diperoleh oleh
serta dalam pengurangan risiko
siswa akan menambah kemampuan
bencana. Dimana risiko itu dapat
pengetahuan
diintegrasikan
memungkinkan
dalam
proses
pembelajaran.
Pemahaman
pengetahuan
tentang
dan
siswa,
sehingga
siswa
memiliki
rencana penyelamatan.
Hal ini
bencana
sesuai dengan Peraturan Kepala
adalah modal dasar dalam konsep
BNPB Nomor 4 Tahun 2008,
mitigasi
kesiapsiagaan dilaksanakan untuk
dan
kesiapsiagaan
terhadap bencana. Menyadarkan
mengantisipasi
masyarakat
terjadinya
agar
tidak
hanya
kemungkinan
bencana
guna
berpasrah terhadap bencana yang
menghindari jatuhnya korban jiwa,
datang
kerugian
tanpa
berusaha
untuk
harta
benda
menghindarinya merupakan upaya
berubahnya
penting yang harus dilakukan pada
masyarakat dan sekolah.
kesempatan
pertama.
Bencana
3. Hubungan
tata
kehidupan
pengetahuan
yang datang selalu ada sebab dan
peringatan bencana
akibatnya, di mana masyarakat
Pengetahuan
dan
dengan
yang
harus
masih memiliki peluang untuk
dimiliki siswa mengenai bencana
menghindari
gempabumi
dan
merencanakan
yaitu
pemahaman
upaya penanggulangan jauh-jauh
tentang bencana gempabumi dan
hari sebelum bencana itu terjadi.
pemahaman tentang kesiapsiagaan
2. Hubungan
pengetahuan
dengan
menghadapi
rencana penyelamatan
meliputi
bencana
tersebut,
pemahaman
mengenai
Berdasarkan hasil wawancara
tindakan penyelamatan diri yang
dengan Kepala Sekolah SMAN
tepat saat terjadi gempabumi serta
Cawas
tindakan dan peralatan yang perlu
dapat
diketahui
bahwa
sekolah telah menginformasikan
disiapkan
tentang tindakan tetap (protap)
gempabumi, demikian juga sikap
untuk
darurat,
dan kepedulian terhadap risiko
informasi
cara
bencana gempabumi. Pengetahuan
penyelamatan
dan
yang
memberikan
melakukan
keadaan
7
sebelum
dimiliki
biasanya
terjadi
dapat
memengaruhi sikap dan kepedulian
sehingga
individu dan rumah tangga untuk
individu dan rumah tangga yang
siap
dalam
terancam bahaya dapat mengambil
mengantisipasi bencana, terutama
langkah untuk menghindari atau
bagi yang bertempat tinggal di
mengurangi
daerah rawan bencana.
mempersiapkan
dan
siaga
Sistem peringatan bencana
meliputi
tanda
peringatan
Dengan
setiap
resiko
serta
diri
untuk
melakukan upaya tanggap darurat
dan
yang efektif.
distribusi informasi akan terjadi
bencana.
memungkinkan
4. Hubungan
adanya
pengetahuan
dengan
mobilitas sumber daya
peringatan bencana, siswa dapat
Mobilitas
sumber
daya
melakukan tindakan yang tepat
berkaitan dengan adanya sarana-
untuk mengurangi korban jiwa,
sarana
harta
kerusakan
mengahadapi bencana. Contohnya
lingkungan. Untuk itu diperlukan
sekolah mempunyai nomer-nomer
latihan
penting
benda
dan
dan
simulasi
tentang
yang
tersedia
(Polisi,
Rumah
dalam
sakit,
tindakan yang harus dilakukan
Pemadam
apabila mendengar peringatan dan
sebagainya) yang dapat dihubungi
cara menyelamatkan diri dalam
pada
waktu
dengan
diketahui nomor-nomor tersebut
lokasi tempat siswa berada saat
akan memudahkan siswa untuk
terjadinya
menghubungi
tertentu,
sesuai
peringatan.
Sistem
saat
kebakaran,
darurat.
menginformasikan
berupa
peringatan bencana.
informasi
bencana
tradisional
sumber
untuk
baik
dari
maupun
Dengan
dan
peringatan bencana untuk siswa
tersedianya
dan
adanya
peringatan
Sumber daya yang tersedia,
sumber
baik sumber daya manusia maupun
dan
pendanaan dan sarana/prasarana
adanya akses untuk mendapatkan
penting untuk keadaan darurat
informasi
merupakan potensi yang dapat
peringatan
lokal,
bencana.
Peringatan dini meliputi informasi
mendukung
yang tepat waktu dan efektif
menjadi
melalui kelembagaan yang jelas
kesiapsiagaan
8
atau
sebaliknya
kendala
bencana
dalam
alam.
Karena itu, mobilisasi sumber daya
terhadap
objek
menjadi
intensitas
atau
faktor
Mobilisasi
yang
sumber
krusial.
daya
siswa
pelatihan
tingkat
yang
berbeda-beda.
meliputi adanya siswa yang terlibat
dalam
mempunyai
Menurut
kesiapsiagaan
LIPI
(2006),
pengetahuan merupakan faktor utama
bencana, adanya keterampilan yang
kunci
berkaitan dengan kesiapsiagaan,
bencana gempa bumi dan tsunami di
adanya alokasi dana atau tabungan
Aceh, Nias dan Yogyakarta serta
siswa untuk menghadapi bencana,
berbagai
serta adanya kesepakatan siswa
diberbagai
untuk memantau peralatan dan
memberikan pelajaran yang sangat
perlengkapan siaga bencana secara
berarti akan pentingnya pengetahuan
reguler.
mengenai bencana alam. Pengetahuan
5. Hubungan
pengetahuan
dalam
yang
menghadapi bencana gempa.
Menurut
kesiapsiagaan.
bencana
Pengalaman
yang
daerah
dimiliki
terjadi
lainnya
biasanya
dapat
memengaruhi sikap dan kepedulian
Notoatmoodjo
masyarakat untuk siap dan siaga
(2003), pengetahuan adalah hasil
dalam menghadapi bencana, terutama
dari tahu, dan ini terjadi setelah
bagi mereka yang bertempat tinggal di
orang
daerah pesisir yang rentan terhadap
melakukan
terhadap
suatu
Penginderaan
penginderaan
objek
tertentu.
terjadi
melalui
bencana alam.
KESIMPULAN
pancaindera manusia, yakni indera
penglihatan,
penciuman,
Berdasarkan
pendengaran,
rasa
dan
hasil
penmabahasan
raba.
Identifikasi
pengetahuan
Kesiapsiagaan Siswa Kelas II IPS
manusia diperoleh melalui indera
SMAN 1 Cawas Kabupaten Klaten
pendengaran (telinga), dan indera
Terhadap Bencana Gempabumi Di
penglihatan (mata).
Kabupaten Klaten dapat diperoleh
Sebagian
besar
Pengetahuan
adalah ranah kognitif merupakan
kesimpulan, sebagai berikut:
domain yang sangat penting dalam
1.
membentuk
(overt
tindakan
behaviour).
Pengetahuan siswa kelas II IPS
seseorang
SMAN
seseorang
Klaten
9
1
Cawas
Kabupaten
terhadap
bencana
gempabumi
cukup
termasuk
mengetahui.
kategori
Hal
sebesar 0,612 denan sig. atau p =
ini
0,022 (p = 0,022 < 0,05).
ditunjukkan perolehan frekuensi
Dari hasil kesimpulan tersebut,
antara 54 -58 sebanyak 30 subjek
maka saran yang dapat diberikan
atau 46%. Tingkat mengetahui
kepada pihak terkait yaitu Bagi Siswa,
dan kurang mengetahui sama
mengingat hasil pengetahuan siswa
sebanyak 18 subjek atau 27,3%.
termasuk kategori sedang dan tingkat
Tingkat
kesiapsiagaan
antara
kurang
49-53
mengetahui
dan
tingkat
Tingkat
termasuk rendah, maka disarankan
kesiapsiagaan
siswa
bagi
siswa
untuk
meningkatkan
Kelas II IPS SMAN 1 Cawas
pengetahuan dan kesiapsiagaan dalam
Kabupaten
menghadapi
bencana.
Untuk
bencana gempabumi di kabupaten
meningkatkan
pengetahuan
siswa
klaten termasuk kurang siap. Hal
dapat memperbanyak membaca buku-
ini ditunjukkan untuk frekuensi
buku pengetahuan atau membaca
dengan nilai antara 16 – 32
artikel yang berhubungan dengan
sebanyak 28 subjek atau 42,4%.
gempa di internet. Bagi Guru, guru
Tingkat hampir siap antara 33-54
disarankan
untuk
sebanyak
meningkatkan
pengetahuan
Klaten
terhadap
sebanyak
21
atau
membantu
siswa
31,8%, dan tingkat siap antara 55-
tentang bencana alam dapat diakitkan
64
dengan materi pelajaran. Misalnya,
sebanyak
17
orang
atau
25,8%.
3.
dalam
menghadapi bencana gempa bumi
mengtahui antara 5-62.
2.
siswa
Ada
dalam pelajaran bahasa Indonesia atau
hubungan
yang
Geografi guru dapat menuyuruh siswa
tingkat
untuk mencari data-data wilayah yang
dengan
sering terkena bencana di internet atau
kesiapsiagaan terhadap bencana
surat kabar. Agar siswa kesiapsiagaan
gempa bumi pada siswa kelas II
dalam
IPS SMAN 1 Cawas Kabupaten
meningkat, guru dapat memberikan
Klaten.
bimbingan
signifikan
positif
antara
pengetahuan
siswa
Hubungan
tersebut
ditunjukkan dengan hasil korelasi
menghadap
dan
bencana
pengarahan
dapat
saat
menghadapi bencana atau diberikan
latiha-latiha pada kegiatan pramuka.
10
DAFTAR PUSTAKA
Joglosemar. 2013. Klaten Segera
Punya Badan Penanggulangan
Bencana.
Dalam
(www.sigapbencana-bansos).
KPBI. 2011. Kerangka Kerja Sekolah
Siaga Bencana. Perkumpulan
Lingkar
Kurniawan, Herry. 2012. Pemerintah
Perlu Meminimalisasi Dampak
Gempa.
http://www.unisosdem.org/arti
cle_detail.php?aid=6406&coid
=1&caid=56&gid=3.
LIPI. 2006. Kajian Kesiapsiagaan
Masyarakat
dalam
Mengantisipasi
Bencana
Gempa Bumi dan Tsunami.
UNESCO/ISDR
Notoatmodjo, S. 2003. Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nugroho, Cahyo. 2007. Kajian
Kesiapsiagaan
Masyarakat
dalam Mengantisipasi Gemba
Bumi dan Tsunami di Nias
Selatan. Jakarta: Tim Unesco.
11